• Tidak ada hasil yang ditemukan

otoritas Moneter dan kebijakan moneter (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "otoritas Moneter dan kebijakan moneter (2)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Terima kasih,mungkin hanya sepatah kata ini yang saya katakan kepada tuhan yang maha esa

karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tugas

makalah ini.yaitu tentang jumlah uang beredar . Pada sempatan ini, ijikan saya selaku penulis

mengucapkan rasa terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah membantu saya

dalam menyelesaikan makalah ini, baik dari proses penyusunan, pengetikan, sampai akhirnya

makalah ini bisa selesai. Akhirnya saya selaku penulis sangat mengharapkan masukan berupa

saran, ataupun kritikan yang bersifat membangaun, yang pada intinya sangat berguna untuk

menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat menjadi

sumber pengetahuan baru bagi pembacanya

2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)

2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah Dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar

BAB III DATA JUMLAH UANG BEREDAR

3.1

Tabel Jumlah Uang Beredar

BAB IV PEMBAHASAN

1.1

Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar

1.2

Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat

(2)

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami peningkatan, rata-rata

11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut, di antaranya terjadi seiring

pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Domestik Rasio Bruto

Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono

mengatakan, peredaran uang keluar (outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek,

dengan kontribusisekitar 30% lebih dari total outflow secara nasional.

Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di wilayah

Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar lain diIndonesia, seperti

Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan jumlah outflow rata-rata berkisar antara

Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “ Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober

mencapaiRp 2,7 triliun. Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi

ketimbang bulan biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.

Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi masyarakat,

korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan, pengalaman di tahun-tahun

sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan outflow di akhir tahun. Peningkatan itu

karena perayaan Natal dan Tahun Baru, diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan

perusahaan, dan realisasi proyek pemerintah.

“Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun atau meningkat 150% dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini, secara kumulatif bulan Januari-Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya. Dari jumlah tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang masyarakat dan perbankan. (Bud/Mel)

Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.

Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar

2.

Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat

Intereste dan Output

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)

Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia. Namun demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85)

(3)

Jumlah uang beredar, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini tergantung dari kebutuhan perekonomian. Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi. JUB yang terlalu besar, seperti pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah

mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988 (Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang longgar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi (overheated), yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah tersebut oleh Bank Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per tahun. Dan hal ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.

2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)

Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:

1. jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan

2. uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).

Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).

Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.

Uang Primer atau Uang Inti (M0)

Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta

(perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia.

Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari uang primer.

Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.

Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.

Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)

Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.

Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan likuiditas perekonomian.

(4)

Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)

1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);

Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan terhadap jumlah uang beredar.

2. Keadaan APBN (surplus atau defisit);

Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.

3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;

Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.

4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.

Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.

Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.

2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.

Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank Indonesia dan Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:

a. kebijakan moneter; dan b. fiskal.

 Kebijakan Moneter

Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang dibedakan menjadi dua, yaitu:

1. Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi: a. Poltik Pasar Terbuka

BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.

b. Politk Diskonto dan bunga pinjaman.

BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.

(5)

Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.

2. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi: a. Pengawasan pinjaman secara selektif

Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank umum, agar bank-bank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.

b. Pembujukan moral

Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta bank-bank umum untuk menambah atau mengurangi pinjaman di semua sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja. Ataupun membuat perubahan-perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.

 Kebijakan Fiskal (Pajak)

Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak. Apabila

pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti akan lebih banyak uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang beredar menjadi berkurang. Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999 sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.

BAB III

DATA JUMLAH UANG BEREDAR

3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar

Akhir Periode KartalUang Uang Giral Jumlah(M1) KuasiUang

Surat

Januari 286.242 410.082 696.323 2.145.246 13.409 2.854.978

Februari 280.103 403.150 683.253 2.150.808 15.735 2.849.796

Maret 287.046 427.212 714.258 2.182.891 14.771 2.911.920

April 290.861 430.064 720.924 2.190.885 15.450 2.927.259

Mei 294.768 454.682 749.450 2.227.527 15.081 2.992.057

Juni 314.670 464.746 779.416 2.254.329 16.610 3.050.355

Juli 315.375 456.417 771.792 2.270.112 12.932 3.054.836

Agustus 327.059 445.370 772.429 2.304.474 12.108 3.089.011

September 325.566 469.952 795.518 2.318.559 11.457 3.125.533

Oktober 332.842 448.864 781.706 2.375.380 10.640 3.167.726

2011

(6)

Februari 245.327 340.563 585.890 1.823.771 10.530 2.420.191

Maret 241.618 338.984 580.601 1.862.788 7.968 2.451.357

April 252.013 332.621 584.634 1.841.377 8.468 2.434.478

Mei 254.066 357.725 611.791 1.853.915 9.580 2.475.286

Juni 261.504 374.702 636.206 1.876.446 10.131 2.522.784

Juli 275.437 364.251 639.688 1.914.444 10.424 2.564.556

Agustus 324.725 338.081 662.806 1.943.770 14.770 2.621.346

September 279.224 376.872 656.096 1.973.573 13.663 2.643.331

Oktober 281.341 383.659 665.000 1.999.733 12.472 2.677.205

November 279.066 388.521 667.587 2.047.205 14.746 2.729.538

Desember 307.760 415.231 722.991 2.139.840 14.388 2.877.220

2010 260.227 345.184 605.411 1.856.720 9.075 2.471.206

Januari 211.811 284.716 496.527 1.570.059 7.274 2.073.860

Februari 211.708 278.376 490.084 1.568.632 7.765 2.066.481

Maret 205.083 289.378 494.461 1.611.373 6.249 2.112.083

April 211.390 283.327 494.718 1.615.203 6.103 2.116.024

Mei 214.695 299.310 514.005 1.622.981 6.248 2.143.234

Juni 222.828 322.577 545.405 1.680.374 5.365 2.231.144

Juli 228.239 311.507 539.746 1.672.443 5.400 2.217.589

Agustus 241.166 314.328 555.495 1.676.517 4.448 2.236.459

September 229.825 320.117 549.941 1.720.039 4.975 2.274.955

Oktober 235.709 319.840 555.549 1.747.976 5.321 2.308.846

November 238.500 332.837 571.337 1.769.654 6.816 2.347.807

Desember 260.227 345.184 605.411 1.856.720 9.075 2.471.206

2009 226.006 289.818 515.824 1.622.055 3.504 2.141.384

2008 209.747 247.040 456.787 1.435.772 3.279 1.895.839

2007 182.967 267.089 450.055 1.196.119 3.487 1.649.662

2006 150.654 196.359 347.013 1.032.865 2.615 1.382.493

2005 123.991 147.149 271.140 929.343 2.280 1.202.762

2004 109.028 136.918 245.946 785.261 2.670 1.033.877

2003 94.333 119.451 213.784 728.788 1.794 944.366

BAB IV

PEMBAHASAN

(7)

pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar, dan peningkatan uang beredar untuk

efek jangka pendek dan jangka panjang pada tingkat intereste dan output.

4.1

Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar

Ada 2 kebijakan moneter yaitu:

Kebijakan Moneter Ekspansif

Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang beredar

Kebijakan Moneter Kontraktif

Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar atau disebut juga dengan kebijakan

uang ketat (tight money policy)

Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :

Operasi Pasar Terbuka

Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang beredar dengan menjual atau membeli

surat berharga pemerintah

Diskonto

Diskonto adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga sentral

pada bank umum

Rasio Cadangan Wajib

Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah

cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemeritah

4.2

Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat

Intereste dan Output

Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga turun

sebagai uang fluktuasi permintaan mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan

demikian harga dan tingkat pengembalian obligasi.

Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai

tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu

akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang

dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik

untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.

Dalam jangka panjang hal itu akan tergantung pada apakah peningkatan jumlah uang beredar

dianggap permanen atau sementara. Kecuali perubahan adalah efek permanen dalam jangka

panjang tidak akan terasa. Jika perubahan IS permanen, berikut akan terjadi:

- Seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar, efek jangka pendek yang dijelaskan di

atas akan berarti output yang didorong di atas permukaan alamnya.

- Namun, sebagai output berada di atas tingkat alamiah, ini berarti bahwa para pekerja dan

mesin bekerja lembur

- Ini meningkatkan biaya perusahaan sebagai pekerja menuntut upah yang lebih tinggi, mesin

memerlukan perawatan lebih dll ..

- Seperti meningkatkan biaya, begitu juga harga

- Dengan kenaikan harga, permintaan agregat ditekan ke bawah

- Seperti kenaikan harga dalam jangka panjang, jumlah uang beredar riil juga berkurang dari

waktu ke waktu

(8)

tidak akan kembali ke level aslinya. Ini akan lebih tinggi dengan persentase yang sama

seperti jumlah uang beredar telah meningkat.

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Tidak ada subjek lain di bidang ekonomi telah dipelajari lagi atau lebih intensif daripada

masalah uang. Hasilnya adalah jumlah unga beredar sangat berpengaruh besar pada

perekonomian dan peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka panjang atau jangka

pendek sangat mepengaruhi perekonomian secara langsung dan kebijakan moneter

pemerintah yang dapat menstabilkan jumlah uang beredar untuk menjaga perekonomian agar

tetap berjalan baik

5.2 Saran

Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan

keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini

sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh

nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat

yang besar bagi kita semua.

Diposkan oleh WIDIYAN APRI di 11.37 AM

Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest

(9)

Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.

Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets / NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government / NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.

Uang Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial Statistics Manual (MFSM) 2000 dan Compilation Guide (2008).

Adapun cakupan data dari Uang Beredar sebagaimana terdapat pada Matriks berikut:

Bank Beroperasi di Indonesia Kantor Bank Beroperasi di Luar Negeri Bank Umum BPR

(10)

TEORI JUMLAH UANG BEREDAR

Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu:

1.

Menjelaskan tentang definisi jumlah uang beredar

2.

Menjelaskan tentang lembaga-lembaga aau pihak terkait dalam

penciptaan uang beredar

a.

Menjelaskan tentang teori-teori penawaran uang atau jumlah

uang beredar

Deskripsi Singkat:

(11)

5.1. Konsep dan Pengertian

Jumlah uang beredar adalah uang yang berada di tangan masyarakat. Namun definisi

ini terus berkembang, seiring dengan perkembangan perekonomian suatu negara.

Cakupan definisi jumlah uang beredar di negara maju umumnya lebih luas dan

kompleks dibandingkan negara sedang berkembang (NSB).

Pengertian paling sempit atau biasa dikenal dengan istilah

narrow money

adalah daya

beli yang langsung bisa digunakan untuk pembayaran atau dapat diperluas mencakup

alat-alat pembayaran yang mendekati “uang” (deposito berjangka dan tabungan).

Narrow money yang biasanya disimbolkan dengan M1 terdiri dari uang tunai/kartal

(currency) dan uang giral (Demand Deposit). Uang kartal merupakan uang kertas dan

uang logam yang ada di tangan masyarakat umum, sedangkan uang giral mencakup

saldo rekening koran/giro milik masyarakat umum yang disimpan di bank.

M1 = C + D

Dimana:

C =

Currency

(uang kartal: kertas dan logam)

D =

Demand Deposits

(uang giral: rekening koran/giro)

Pengertian uang beredar dalam arti lebih luas (Broad Money) adalah M1 ditambah

dengan deposito berjangka dan tabungan milik masyarakat pada bank-bank.

M2 = M1 + TD + SD

Dimana:

TD =

Time deposits

(deposito berjangka)

SD =

Savings Deposits

(Saldo Tabungan)

Definisi uang beredar yang lebih luas lagi adalah M3 yang mencakup semua TD dan

SD, besar kecil, rupiah atau

dollar milik penduduk pada bank atau lembaga keuangan

(12)

M3 = M1 + QM

Dimana: QM = uang kuasi

5.2. Bank sebagai Pencipta Uang

Otorita moneter mempunyai peran utama sebagai sumber awal dari terciptanya uang

beredar. Kelompok pelaku ini merupakan sumber ”penawaran” uang kartal untuk

memenuhi permintaan akan uang tersebut dari masyarakat dan sumber ”penawaran”

uang yang dibutuhkan oleh lembaga-lembaga keuangan, yang disebut cadangan bank

(bank reserve). Uang kartal dan cadangan bank merupakan sumber bagi terciptanya

unsur dari uang beredar yang disebut dengan “uang inti” atau “uang primer” (

Primary

Money

).

B = C + R

Dimana: B = uang primer

Lembaga keuangan yang terdiri dari bank-bank dan lembaga-lembaga keuangan non

bank lainnya (kantor pos giro, lembaga investasi, perusahaan asuransi, dll) sebagai

sumber penawaran uang giral (DD), deposito berjangka (TD), simpanan tabungan (SD)

dan aktiva-aktiva keuangan lain yang diminta masyarakat yang disebut sebagai “uang

sekunder”.

Contoh Kasus

1.

Tuan X, seorang pengusaha mebel, memiliki stok meja kantor senilai

Rp. 100.000,- (sebagai penyederhanaan: merupakan satu-satunya

modal). Neraca Tuan X yang menggambarkan hal ini adalah:

Tuan X

(13)

1.

Kemudian pemerintah (negara) membeli seluruh stok meja Tuan X

tersebut untuk keperluan negara dengan cara mencetak uang baru

senilai meja tersebut (100.000). Setelah terjadi transaksi, maka neraca

Tuan X dan pemerintah adalah sebagai berikut:

Tuan X

Uang Tunai 100.000

Modal 100.000

Pemerintah

Meja 100.000

Uang Tunai 100.000

1.

Seandainya Tuan X memutuskan untuk tidak memegang seluruh

kekayaannnya dalam bentuk uang tunai, misalnya: 25.000 untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari, 50.000 disimpan dalam bentuk

rekening koran, dan sisanya 25.000 disimpan dalam bentuk deposito

berjangka dengan memperoleh imbalan bunga 18% per tahun.

Transaksi ini akan tercatat dalam neraca Tuan X dan neraca bank

sebagi berikut:

Tuan X

Uang Tunai 25.000

Rekening koran 50.000

Deposito berjangka 25.000

100.000

Modal 100.000

100.000

Bank

(14)

75.000

(Tuan X)

Deposito berjangka 25.000

(Tuan X)

75.000

Uang beredar yang tercipta:

Sebelum Tuan X mengambil keputusan untuk menyimpan sebagian

uangnya di bank, maka JUB adalah 100.000 (dalam bentuk uang kartal)

Setelah Tuan X menyimpan sebagian uangnya di bank, maka JUB (M1)

adalah sebagai berikut:

Uang kartal 25.000

Saldo Rekening koran masyarakat

50.000

Jumlah M1 75.000

Sedangkan uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1 plus TD =

75.000 + 25.000 = 100.000

1.

Kemudian bank sentral menetapkan cadangan/

reserve

bank sebesar

15% dari nilai total saldo rekening koran dan deposito berjangka yang

dimiliki nasabah.

Uang tunai yang dipegang bank untuk menjamin saldo DD dan TD adalah: 15% x

75.000 = 11.250

Sisa uang tunai (75.000 – 11.250 = 63.750) bisa digunakan bank untuk usaha-usaha

lain yang dapat memberikan penghasilan kepada bank (memberikan pinjaman/kredit

kepada masyarakat, misalnya kepada Tuan Y)

Dengan demikian telah terjadi transaksi yang baru dan dapat dicatat sebagai berikut:

(15)

Uang Tunai 25.000

Rekening koran 50.000

Deposito berjangka 25.000

100.000

Modal 100.000

100.000

Bank

Uang Tunai 75.000

75.000

Rekening koran 50.000

(Tuan X)

Deposito berjangka 25.000

(Tuan X)

75.000

Tuan Y

Uang Tunai 63.750

Bank 63.750

Uang Beredar yang tercipta:

– JUB dalam arti sempit (M1):

Uang Kartal:

Pada Tuan X 25.000

(16)

88.750

Rekening Koran (Tuan X)

50.000

Jumlah M1 138.750

– JUB dalam arti luas (M2) = 138.750 + 25.000 = 163.750

5.3. Teori Penawaran Uang

5.3.1. Teori Penawaran uang tanpa bank

Teori ini menganggap seakan-akan perbankan tidak ada, kalaupun ada tidak

mempunyai pengaruh terhadap proses penciptaan

uang.Teori

yang paling sederhana

adalah gambaran dari sistem standart emas, dimana emas adalah satu-satunya alat

pembayaran. JUB naik-turun sesuai dengan tersedianya emas di masyarakat. Jumlah

uang (emas) dapat turun apabila emas dikirim ke luar negeri untuk menutup defisit

neraca pembayaran (impor), industri-industri yang menggunakan emas dalam proses

produksinya menyedot emas yang ada. JUB (emas) naik apabila ada surplus neraca

pembayaran atau karena produksi emas meningkat

Uang beredar benar-benar ditentukan oleh proses pasar, sedangkan pemerintah, bank

sentral atau perbankan tidak mempunyai pengaruh terhadap besarnya uang beredar.

Contoh sederhana, suatu perekonomian tertutup yang menggunakan emas untuk alat

pembayarannya. Dalam hal ini uang hanya akan bertambah apabila orang memproduksi

emas. Sedangkan produsen emas akan memproduksi emas hanya apabila

menguntungkan, yaitu apabila harga emas di pasaran lebih tinggi daripada biaya

produksinya.

(17)

Dalam perekonomian modern digunakan sistem standart kertas dan sebagai sumber

terciptanya uang beredar adalah otorita moneter (pemerintah dan bank sentral) dan

lembaga keuangan. Otorita moneter sebagai sumber penawaran uang inti dan lembaga

keuangan sebagai sumber penawaran uang sekunder. JUB merupakan proses pasar,

artinya hasil interaksi anatara permintaan dan penawaran, dan bukan ahanya

pencetakan uang atau merupakan keputusan pemerintah saja. Apabila suatu waktu

permintaan uang inti tidak sesuai dengan penawaran uang inti, maka para pelaku dalam

pasar uang masing-masing akan melakukan “penyesuaian” berupa tindakan-tindakan

(mengubah struktur/komposisi dari kekayaan) di sub-pasar uang inti sehingga terjadi

keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Demikian juga jika terjadi

ketidakseimbangan di pasar uang sekunder. Kedua sub-pasar ini harus mencapai

keseimbangan secara bersama-sama.

Sebagai contoh, ketika pasar dalam posisi keseimbangan, pemerintah penambah

penawaran uang inti kepada masyarakat (ada kenaikan gaji pegawai).

Pertama: tambahan uang inti akan diterima masyarakat sebagai

tambahan uang tunai (kartal). Hal ini dapat mengganggu keseimbangan

karena masyarakat akan merasa terlalu banyak memegang uang tunai.

Misalkan tindakan penyesuaian yang dilakukan masyarakat adalah

dengan menyimpan kelebihan tersebut dalam rekening giro, maka berarti

bahwa cadangan bank menjadi lebih besar.

Bank pada gilirannya merasa kelebihan cadangan (uang tunai), dan

bank mungkin akan menanamkan kelebihan cadangan tersebut dengan

membeli SBI

Dalam transaksi tersebut, bank menerima SBI dan BI menerima uang

tunai

Kesimpulan: tambahan uang inti oleh pemerintah, kembali ke BI

sebagai otorita moneter.

Uang kartal yang dipegang masyarakat tetap, tetapi ada tambahan

uang giral, sehingga M1 bertambah.

Soal-Soal:

1.

Jelaskan tentang definisi jumlah uang beredar!

(18)

3.

Sebutkan dan jelaskan tentang teori-teori penawaran uang.

Daftar Pustaka

1.

Nopirin (1998), Ekonomi Moneter Buku I, BPFE UGM, Yogyakarta.

2.

Mishkin, Frederic S. (2006), The Economics of Money, Banking, and

Financial Markets, Pearson – Addison Weasley

3.

Insukindro (1997), Ekonomi Uang dan Bank, BPFE UGM, Yogyakarta

4.

Karim, Adi Warman (2002), Ekonomi Islam: Suatau Kajian Ekonomi

Makro, The International Institute of Islamic Thought (IIIT), Jakarta.

[1]

Mariam Darus Badrulzaman,

Op. Cit

, hal.29

[2]

Sri Redjeki Hartono, 1995,

Hukum Asuransi dan Perusahaan Asuransi

,

Sinar Grafika, Jakarta, hal.62

[3]

Subekti,

Op. Cit

, hal.59

[4]

Harimurti Subanar, 1998,

Manajemen Usaha Kecil

, BPFE, Yogyakarta,

hal.84

[5]

premi risiko di sini dapat dianggap sebagai gabungan dari “premi risiko

yang gagal” (yang dicerminkan dalam perbedaan tingkat pengembalian

obligasi dan pada tingkat jatuh tempo yang sama dari obligasi

pemerintah) dan “premi struktur jangka waktu” (yang dicerminkan pada

perbedaan antara tingkat obligasi jangka pendek pemerintah dalam

90hari dan obligasi jangka panjang pemerintah).

Referensi

Dokumen terkait

Proses Dapur Tinggi Listrik5. Proses

Data yang diperoleh dari pelaksana- an siklus I adalah secara keseluruhan ber- dasarkan hasil pengamatan aktifitas siswa mengenai pembelajaran model kooperatif STAD pada

Masyarakat desa Trutup merupakan masyarakat yang mayoritas berpengetahuan luas, terutama di bidang pengolahan tanah (pertanian), kerja yang sangat berat

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun sirih dan Trichoderma sp dalam menekan pertumbuhan cendawan Fusarium oxysporum f.sp lycopersici

- seandainya data yang disediakan Client tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan dan berdampak terhadap biaya / waktu pelaksanaan kerja, maka Kontraktor akan berhak untuk

Keunggulan dari menggunakan tabel kebutuhan adalah dapat mengetahui kebutuhan nutrisi ternak secara rinci dari kebutuhan berat pakan, PK, SK, TDN, ME, NEm, NEg, Ca, P..

STANDAR KOMPETENSI : Setelah mengikuti mata kuliah ini praja diharapkan mampu menjelaskan kedudukan Hukum Pemerintahan dalam kerangka hokum seluruhnya;menyebutkan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa determinan perilaku konsumsi minuman keras pada remaja di Desa Tanggul Kulon Kecamatan Tanggul Kabupaten Jember adalah