KATA PENGANTAR
Terima kasih,mungkin hanya sepatah kata ini yang saya katakan kepada tuhan yang maha esa
karena berkat dan rahmat-Nya jualah sehingga saya dapat menyelesaikan penulisan tugas
makalah ini.yaitu tentang jumlah uang beredar . Pada sempatan ini, ijikan saya selaku penulis
mengucapkan rasa terimakasih saya kepada teman-teman saya yang telah membantu saya
dalam menyelesaikan makalah ini, baik dari proses penyusunan, pengetikan, sampai akhirnya
makalah ini bisa selesai. Akhirnya saya selaku penulis sangat mengharapkan masukan berupa
saran, ataupun kritikan yang bersifat membangaun, yang pada intinya sangat berguna untuk
menyempurnakan penulisan makalah selanjutnya, dan semoga makalah ini dapat menjadi
sumber pengetahuan baru bagi pembacanya
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah Dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar
BAB III DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1
Tabel Jumlah Uang Beredar
BAB IV PEMBAHASAN
1.1
Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
1.2
Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
1.1 Latar Belakang
Setiap tahun uang yang beredar di masyarakat terus mengalami peningkatan, rata-rata
11%-12% per tahun. Peningkatan peredaran uang tersebut, di antaranya terjadi seiring
pertumbuhan ekonomi masyarakat dan meningkatnya Pendapatan Domestik Rasio Bruto
Indonesia. Direktur Departemen Pengedaran Uang Bank Indonesia, Wijayanti Yuwono
mengatakan, peredaran uang keluar (outflow) mayoritas berada di wilayah Jabodetabek,
dengan kontribusisekitar 30% lebih dari total outflow secara nasional.
Di bulan Oktober, dari total outflow nasional sebanyak Rp 33 triliun. Di wilayah
Jabodetabek, outflow mencapaiRp 10 triliun, disusul kota-kota besar lain diIndonesia, seperti
Medan, Padang, Palembang, dan Semarang, dengan jumlah outflow rata-rata berkisar antara
Rp 1 triliun hingga Rp 3 triliun. “ Khusus untuk Kota Semarang, outflow di bulan Oktober
mencapaiRp 2,7 triliun. Pada akhir tahun ,tren peredaran uang diprediksi lebih tinggi
ketimbang bulan biasa, di luar masa menjelang Lebaran,” sebutnya, baru-baru ini.
Lonjakan outflow ini, kata Wijayanti, dipicu meningkatnya konsumsi masyarakat,
korporasi, dan pemerintah di masa tutup buku. Ia menambahkan, pengalaman di tahun-tahun
sebelumnya selalu menunjukkan tren peningkatan outflow di akhir tahun. Peningkatan itu
karena perayaan Natal dan Tahun Baru, diskon akhir tahun, pembayaran bonus karyawan
perusahaan, dan realisasi proyek pemerintah.
“Di akhir tahun 2011 lalu, outflow Bank Indonesia mencapai Rp 50 triliun atau meningkat 150% dibanding bulan biasa sebelumnya yang mencapai rata-rata sebesar Rp 20 triliun. Sampai saat ini, secara kumulatif bulan Januari-Oktober, uang yang beredar mencapaiRp 396,5 triliun,” imbuhnya. Dari jumlah tersebut, 85%-nya merupakan uang kartal di luar bank sentra atau dipegang masyarakat dan perbankan. (Bud/Mel)
Berdasarkan uraian diatas maka sangat menarik untuk diamati mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah uang beredar, terutama adanya sistem moneter dan perbankan di Indonesia.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, masalah-masalah di bahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.
Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
2.
Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Pengendalian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Pengendalian terhadap JUB, merupakan kebijakan yang sangat esensial berkaitan dengan perekonomian suatu negara. Pemerintah, dalam hal ini Bank Indonesia (BI) dan Departemen Keuangan, merupakan ‘aktor’ utama yang bertanggung jawab terhadap JUB di Indonesia. Namun demikian, kebijakan pemerintah dalam mengendalikan JUB ini tidak terlepas dari pelaku-pelaku lain dalam proses penciptaan uang beredar, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 85)
Jumlah uang beredar, baik dalam arti sempit maupun dalam arti luas, senantiasa mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Ia bisa membesar (ekspansif) atau mengecil (kontraktif), hal ini tergantung dari kebutuhan perekonomian. Tujuan pengendalian uang beredar ini tidak lain adalah untuk tercapainya pertumbuhan ekonomi nasional yang sifatnya stabil dan tidak terlampau tinggi. JUB yang terlalu besar, seperti pernah terjadi pada tahun 80-an, yaitu ketika pemerintah
mengeluarkan kebijakan deregulasi perbankan 1983 dan ditambah dengan kebijakan deregulasi 1988 (Pakto 1988), dampaknya juga tidak baik terhadap perekonomian jangka panjang. Kebijakan uang longgar (easy money) ketika itu, telah mengakibatkan aktivitas konomi yang terlampau tinggi (overheated), yang cenderung mendorong laju inflasi. Untuk mengurangi JUB ketika itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan yang dikenal dengan "gebrakan Sumarlin". Dalam rangka absorpsi rupiah tersebut oleh Bank Indonesia, pemerintah menaikkan tingkat suku bunga deposito sampai 24% per tahun. Dan hal ini memang terbukti ampuh dalam mengurangi JUB.
2.2 Pengertian Jumlah Uang Beredar (JUB)
Ada sebagian ahli yang mengkalifikasikan jumlah uang beredar menjadi dua, yaitu:
1. jumlah uang beredar dalam arti sempit atau disebut ‘Narrow Money’ (M1), yang terdiri dari uang kartal dan uang giral (demand deposit); dan
2. uang beredar dalam arti luas atau ‘Broad Money’ (M2), yang terdiri dari M1 ditambah dengan deposito berjangka (time deposit).
Sementara ahli lain menambahkan dengan M3, yang terdiri dari M2 ditambah dengan semua deposito pada lembaga-lembaga keuangan non bank. Dalam tulisan ini, jumlah uang beredar dibedakan menjadi dua yaitu uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2).
Namun sebelum menguraikan uang beredar dalam arti sempit dan luas tersebut, penting dijelaskan disini tentang uang primer atau uang inti (reserve money), yang dinotasikan dengan M0. Uang inti merupakan cikal-bakal lahirnya uang kartal dan uang giral.
Uang Primer atau Uang Inti (M0)
Uang primer atau uang inti atau reserve money (Insukindro, 1994, hal: 76) merupakan kewajiban otoritas moneter (Bank Indonesia), yang terdiri atas uang kartal yang berada di luar Bank Indonesia dan Kas Negara, dan rekening giro Bank Pencipta Uang Giral (BPUG) dan sektor swasta
(perusahaan maupun perorangan) di Bank Indonesia.
Dengan demikian, uang kartal yang dipegang pemerintah, dalam bentuk kas pemerintah atau kas negara, dan simpanan giral pemerintah pada Bank Indonesia, tidak termasuk sebagai komponen dari uang primer.
Uang Beredar Dalam Arti Sempit (Narrow Money = M1)
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa uang beredar dalam arti sempit adalah seluruh uang kartal dan uang giral yang ada di tangan masyarakat. Sedangkan uang kartal milik pemerintah (Bank Indonesia) yang disimpan di bank-bank umum atau bank sentral itu sendiri, tidak dikelompokkan sebagai uang kartal.
Sedangkan uang giral merupakan simpanan rekening koran (giro) masyarakat pada bank-bank umum. Simpanan ini merupakan bagian dari uang beredar, karena sewaktu-waktu dapat digunakan oleh pemiliknya untuk melakukan berbagai transaksi. Namun saldo rekening giro milik suatu bank yang terdapat pada bank lain, tidak dikategorikan sebagai uang giral.
Uang Beredar Dalam Arti Luas (Broad money = M2)
Dalam arti luas, uang beredar merupakan penjumlahan dari M1 (uang beredar dalam arti sempit) dengan uang kuasi. Uang kuasi atau near money adalah simpanan masyarakat pada bank umum dalam bentuk deposito berjangka (time deposits) dan tabungan. Uang kuasi diklasifikasikan sebagai uang beredar, dengan alasan bahwa kedua bentuk simpanan masyarakat ini dapat dicairkan menjadi uang tunai oleh pemiliknya, untuk berbagai keperluan transaksi yang dilakukan.
Dalam sistem moneter di Indonesia, uang beredar dalam arti luas ini (M2) sering disebut dengan likuiditas perekonomian.
Seperti telah disinggung sebelumnya bahwa dasar terciptanya uang beredar adalah karena adanya uang inti atau uang primer. Dengan demikian, besarnya uang beredar ini sangat dipengaruhi oleh besarnya uang inti yang tersedia. Sedangkan besarnya uang inti ini dipengaruhi oleh empat faktor, yaitu: (Boediono, 1993, hal: 97)
1. Keadaan neraca pembayaran (surplus atau defisit);
Apabila neraca pembayaran mengalami surplus, berarti ada devisa yang masuk ke dalam negara, hal ini berarti ada penambahan jumlah uang beredar. Demikian pula sebaliknya, jika neraca pembayaran mengalami defisit, berarti ada pengurangan terhadap devisa negara. Hal ini berari ada pengurangan terhadap jumlah uang beredar.
2. Keadaan APBN (surplus atau defisit);
Apabila pemerintah mengalami defisit dalam APBN, maka pemerintah dapat mencetak uang baru. Hal ini berarti ada penambahan dalam jumlah uang beredar. Demikian sebaliknya, jika APBN negara mengalami surplus, maka sebagian uang beredar masuk ke dalam kas negara. Sehingga jumlah uang beredar semakin kecil.
3. Perubahan kredit langsung Bank Indonesia;
Sebagai penguasa moneter, Bank Indonesia tidak saja dapat memberikan kredit kepada bank-bank umum, tetapi BI juga dapat memberikan kredit langsung kepada lembaga-lembaga pemerintah yang lain seperti Pertamina, dan badan usaha milik negara (BUMN) lainnya. Perubahan besarnya kredit langsung ini akan berpengaruh terhadap besar kecilnya jumlah uang beredar.
4. Perubahan kredit likuiditas Bank Indonesia.
Sebagai banker’s bank, BI dapat memberikan kredit likuiditas kepada bank-bank umum. Sebagai contoh, ketika terjadi krisis ekonomi sejak tahun 1997 lalu, BI memberikan kredit likuiditas dalam rangka mengatasi krisis likuiditas bank-bank umum, yang jumlahnya mencapai ratusan trilyun rupiah. Hal ini berdampak pada melonjaknya jumlah uang beredar.
Di samping itu, adanya pinjaman luar negeri, kebijakan tarif pajak, juga dapat mempengaruhi besar kecilnya jumlah uang beredar.
2.4 Berbagai Kebijakan Pemerintah dalam Mempengaruhi Jumlah Uang Beredar.
Secara garis besar terdapat dua jenis kebijakan yang dilakukan pemerintah (Bank Indonesia dan Departemen Keuangan) dalam mengendalikan jumlah uang beredar, yaitu:
a. kebijakan moneter; dan b. fiskal.
Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, yang dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Kebijakan moneter kuantitatif , yang meliputi: a. Poltik Pasar Terbuka
BI mengendalikan jumlah uang beredar dengan cara jual beli surat-surat berharga. BI mempunyai instrumen yaitu Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Apabila jumlah uang beredar dalam masyarakat terlalu besar, maka BI dapat menjual SBI kepada masyarakat (bank-bank umum). Apabila bank umum membeli SBI artinya ada uang yang tersedot ke pemerintah (BI), yang berarti jumlah uang beredar berkurang.
b. Politk Diskonto dan bunga pinjaman.
BI dapat membeli surat-surat berharga bank-bank umum yang tingkat likuiditasnya tinggi, dengan tingkat diskonto yang telah ditetapkan oleh BI. BI juga bisa memberikan pinjaman kepada bank-bank umum, yang artinya terjadi penambahan jumlah uang beredar. BI dapat juga menaikkan bunga pinjaman kepada bank-bank umum, maka bank umum akan mengurangi jumlah pinjamannya dari bank Indonesia.
Setiap bank umum wajib mempunyai cadangan di BI dan jumlahnya ditetapkan oleh BI. Istilahnya adalah reserve requirement. Apabila Bank Indonesia menaikkan tingkat cadangan minimal bank-bank umum, katakanlah dari 10% menjadi 15%, maka hal ini akan mengurangi jumlah uang beredar, karena semakin besarnya modal bank-bank umum yang harus disimpan di BI.
2. Kebijakan moneter kualitatif, yang meliputi: a. Pengawasan pinjaman secara selektif
Bank sentral mengawasi pinjaman dan investasi yang dilakukan oleh bank umum, agar bank-bank umum selektif dalam memberikan kredit kepada debitur.
b. Pembujukan moral
Bank sentral mengadakan pertemuan langsung dengan pimpinan bank-bank umum untuk meminta langkah-langkah tertentu dalam rangka membantu kebijaksanaan-kebijaksanaan yang diambil oleh pemerintah. Melalui pembujukan moral ini, bak\nk sentral dapat meminta bank-bank umum untuk menambah atau mengurangi pinjaman di semua sektor atau hanya di sektor-sektor tertentu saja. Ataupun membuat perubahan-perubahan tingkat bunga yang mereka tetapkan.
Kebijakan Fiskal (Pajak)
Kebijakan ini juga dapat mempengaruhi jumlah uang beredar, yaitu melalui pajak. Apabila
pemerintah, dalam hal ini Departemen Keuangan, memperluas objek pajak, berarti akan lebih banyak uang yang tersedot ke pemerintah. Dalam hal ini berarti jumlah uang beredar menjadi berkurang. Demikian pula misalnya ketika pemerintah menaikkan pajak kendaraan bermotor pada tahun 1999 sebesar kurang lebih 100%, hal ini berarti terjadi penyerapan (absorbsi) uang yang beredar.
BAB III
DATA JUMLAH UANG BEREDAR
3.1 Tabel Jumlah Uang Beredar
Akhir Periode KartalUang Uang Giral Jumlah(M1) KuasiUang
Surat
Januari 286.242 410.082 696.323 2.145.246 13.409 2.854.978
Februari 280.103 403.150 683.253 2.150.808 15.735 2.849.796
Maret 287.046 427.212 714.258 2.182.891 14.771 2.911.920
April 290.861 430.064 720.924 2.190.885 15.450 2.927.259
Mei 294.768 454.682 749.450 2.227.527 15.081 2.992.057
Juni 314.670 464.746 779.416 2.254.329 16.610 3.050.355
Juli 315.375 456.417 771.792 2.270.112 12.932 3.054.836
Agustus 327.059 445.370 772.429 2.304.474 12.108 3.089.011
September 325.566 469.952 795.518 2.318.559 11.457 3.125.533
Oktober 332.842 448.864 781.706 2.375.380 10.640 3.167.726
2011
Februari 245.327 340.563 585.890 1.823.771 10.530 2.420.191
Maret 241.618 338.984 580.601 1.862.788 7.968 2.451.357
April 252.013 332.621 584.634 1.841.377 8.468 2.434.478
Mei 254.066 357.725 611.791 1.853.915 9.580 2.475.286
Juni 261.504 374.702 636.206 1.876.446 10.131 2.522.784
Juli 275.437 364.251 639.688 1.914.444 10.424 2.564.556
Agustus 324.725 338.081 662.806 1.943.770 14.770 2.621.346
September 279.224 376.872 656.096 1.973.573 13.663 2.643.331
Oktober 281.341 383.659 665.000 1.999.733 12.472 2.677.205
November 279.066 388.521 667.587 2.047.205 14.746 2.729.538
Desember 307.760 415.231 722.991 2.139.840 14.388 2.877.220
2010 260.227 345.184 605.411 1.856.720 9.075 2.471.206
Januari 211.811 284.716 496.527 1.570.059 7.274 2.073.860
Februari 211.708 278.376 490.084 1.568.632 7.765 2.066.481
Maret 205.083 289.378 494.461 1.611.373 6.249 2.112.083
April 211.390 283.327 494.718 1.615.203 6.103 2.116.024
Mei 214.695 299.310 514.005 1.622.981 6.248 2.143.234
Juni 222.828 322.577 545.405 1.680.374 5.365 2.231.144
Juli 228.239 311.507 539.746 1.672.443 5.400 2.217.589
Agustus 241.166 314.328 555.495 1.676.517 4.448 2.236.459
September 229.825 320.117 549.941 1.720.039 4.975 2.274.955
Oktober 235.709 319.840 555.549 1.747.976 5.321 2.308.846
November 238.500 332.837 571.337 1.769.654 6.816 2.347.807
Desember 260.227 345.184 605.411 1.856.720 9.075 2.471.206
2009 226.006 289.818 515.824 1.622.055 3.504 2.141.384
2008 209.747 247.040 456.787 1.435.772 3.279 1.895.839
2007 182.967 267.089 450.055 1.196.119 3.487 1.649.662
2006 150.654 196.359 347.013 1.032.865 2.615 1.382.493
2005 123.991 147.149 271.140 929.343 2.280 1.202.762
2004 109.028 136.918 245.946 785.261 2.670 1.033.877
2003 94.333 119.451 213.784 728.788 1.794 944.366
BAB IV
PEMBAHASAN
pemerintah untuk menstabilkan jumlah uang beredar, dan peningkatan uang beredar untuk
efek jangka pendek dan jangka panjang pada tingkat intereste dan output.
4.1
Kebijakan Moneter Pemerintah Untuk Menstabilkan Jumlah Uang Beredar
Ada 2 kebijakan moneter yaitu:
Kebijakan Moneter Ekspansif
Suatu kebijakan untuk menambah jumlah uang beredar
Kebijakan Moneter Kontraktif
Suatu kebijakan untuk mengurangi jumlah uang beredar atau disebut juga dengan kebijakan
uang ketat (tight money policy)
Ada beberapa cara untuk melakukan kebijakan moneter diantaranya :
Operasi Pasar Terbuka
Operasi pasar terbuka adalah cara mengendalikan uang beredar dengan menjual atau membeli
surat berharga pemerintah
Diskonto
Diskonto adalah pengaturan jumlah uang beredar dengan memainkan tingkat bunga sentral
pada bank umum
Rasio Cadangan Wajib
Rasio cadangan wajib adalah mengatur jumlah uang yang beredar dengan memainkan jumlah
cadangan perbankan yang harus disimpan pada pemeritah
4.2
Peningkatan Uang Beredar Untuk Efek Jangka Pendek dan Jangka Panjang Pada Tingkat
Intereste dan Output
Dalam jangka pendek, kenaikan jumlah uang beredar akan mendorong suku bunga turun
sebagai uang fluktuasi permintaan mengubah keinginan rakyat untuk aset likuid dan dengan
demikian harga dan tingkat pengembalian obligasi.
Dalam perekonomian terbuka di mana bunga paritas antar negara harus dilestarikan nilai
tukar akan meningkat (depresiasi mata uang) dalam rangka menciptakan harapan bahwa itu
akan jatuh lebih cepat di masa mendatang. Peningkatan nilai tukar membuat barang-barang
dalam negeri lebih menarik, sehingga meningkatkan baik asing dan permintaan domestik
untuk barang produksi dalam negeri. Hal ini kemudian mendorong pertumbuhan output.
Dalam jangka panjang hal itu akan tergantung pada apakah peningkatan jumlah uang beredar
dianggap permanen atau sementara. Kecuali perubahan adalah efek permanen dalam jangka
panjang tidak akan terasa. Jika perubahan IS permanen, berikut akan terjadi:
- Seiring dengan peningkatan jumlah uang beredar, efek jangka pendek yang dijelaskan di
atas akan berarti output yang didorong di atas permukaan alamnya.
- Namun, sebagai output berada di atas tingkat alamiah, ini berarti bahwa para pekerja dan
mesin bekerja lembur
- Ini meningkatkan biaya perusahaan sebagai pekerja menuntut upah yang lebih tinggi, mesin
memerlukan perawatan lebih dll ..
- Seperti meningkatkan biaya, begitu juga harga
- Dengan kenaikan harga, permintaan agregat ditekan ke bawah
- Seperti kenaikan harga dalam jangka panjang, jumlah uang beredar riil juga berkurang dari
waktu ke waktu
tidak akan kembali ke level aslinya. Ini akan lebih tinggi dengan persentase yang sama
seperti jumlah uang beredar telah meningkat.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Tidak ada subjek lain di bidang ekonomi telah dipelajari lagi atau lebih intensif daripada
masalah uang. Hasilnya adalah jumlah unga beredar sangat berpengaruh besar pada
perekonomian dan peningkatan jumlah uang beredar dalam jangka panjang atau jangka
pendek sangat mepengaruhi perekonomian secara langsung dan kebijakan moneter
pemerintah yang dapat menstabilkan jumlah uang beredar untuk menjaga perekonomian agar
tetap berjalan baik
5.2 Saran
Dengan adanya makalah ini semoga apa yang telah kita harapkan untuk mejadikan
keinginan yang ingin kita peroleh lebih baik dari apa yang telah diharapkan. Maklah ini
sangat membutuhkan saran dalam memperbaiki makalah ini kedepannya agar memperoleh
nilai guna yang ingin diperoleh menjadi lebih bertambah. Sehingga memperoleh manfaat
yang besar bagi kita semua.
Diposkan oleh WIDIYAN APRI di 11.37 AM
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Uang Beredar adalah kewajiban sistem moneter (Bank Sentral, Bank Umum, dan Bank Perkreditan Rakyat/BPR) terhadap sektor swasta domestik (tidak termasuk pemerintah pusat dan bukan penduduk). Kewajiban yang menjadi komponen Uang Beredar terdiri dari uang kartal yang dipegang masyarakat (di luar Bank Umum dan BPR), uang giral, uang kuasi yang dimiliki oleh sektor swasta domestik, dan surat berharga selain saham yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Uang Beredar dapat didefinisikan dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi (mencakup tabungan, simpanan berjangka dalam rupiah dan valas, serta giro dalam valuta asing), dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun.
Faktor yang mempengaruhi Uang Beredar adalah Aktiva Luar Negeri Bersih (Net Foreign Assets / NFA) dan Aktiva Dalam Negeri Bersih (Net Domestic Assets / NDA). Aktiva Dalam Negeri Bersih antara lain terdiri dari Tagihan Bersih Kepada Pemerintah Pusat (Net Claims on Central Government / NCG) dan Tagihan kepada sektor lainnya (sektor swasta, pemeritah daerah, lembaga keuangan dan perusahaan bukan keuangan) terutama dalam bentuk Pinjaman yang diberikan.
Uang Beredar disusun dengan mengacu pada Monetary and Financial Statistics Manual (MFSM) 2000 dan Compilation Guide (2008).
Adapun cakupan data dari Uang Beredar sebagaimana terdapat pada Matriks berikut:
Bank Beroperasi di Indonesia Kantor Bank Beroperasi di Luar Negeri Bank Umum BPR