• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI PRAKTISI DAN AKADEMISI TERHADAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERSEPSI PRAKTISI DAN AKADEMISI TERHADAP"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

A. JUDUL

PENELITIAN PERSEPSI PRAKTISI DAN AKADEMISI

TERHADAP INDEPENDENSI PENAMPILAN AKUNTAN

PUBLIK (Studi Empiris di Kota Surakarta dan D.I.

Yogyakarta)

B. BIDANG ILMU EKONOMI

C. PENDAHULUAN

Pemeriksaan laporan keuangan oleh akuntan publik berkaitan dengan kepentingan berbagai pihak, meliputi kepentingan perusahaan (klien) dan kepentingan masyarakat, yang meliputi: kreditor, investor, pemerintah, lembaga keuangan, masyarakat umum dan pihak-pihak lain. Mengingat banyaknya pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut, maka akuntan publik harus menjaga kepercayaan dari klien dan pihak-pihak yang mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan dengan cara mempertahankan independensinya.

Akuntan publik yang independen harus menjamin adanya kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan agar hasil pemeriksaan tersebut merupakan hasil yang tidak memihak (Novianty dan Kusuma, 2001).

Begitu penting sikap independen ini bagi auditor sehingga dijadikan sebagai salah satu standar umum audit nomor dua. Standar tersebut menyatakan bahwa dalam segala hal yang berhubungan dengan penugasan yang diberikan kepadanya, akuntan publik harus senantiasa mempertahankan sikap independen. Oleh karena itu akuntan publik dilarang melakukan audit terhadap perusahaan dimana ia mempunyai kepentingan didalamnya (Reynold dan Francis, 2001).

(2)

dan penelitian (Sterling, 1973; Bell dan Wright, 1995; Abdullah dan Selamat; 2002).

Akuntansi dalam perspektif pendidikan di perguruan tinggi menyatakan bahwa pengajaran konseptual kepada mahasiswa akuntansi merupakan hal yang paling penting dan mendasar. Aspek teknis diajarkan dengan baik kalau aspek konseptual telah dipahami dengan baik. Mahasiswa akuntansi akan mudah memahami profesi akuntan publik dan laporan audit jika mereka memahami konsep yang melatar belakangi penyusunan laporan audit tersebut. Laporan audit menjadi sangat penting (termasuk profesi akuntan publik) bila laporan keuangan tersebut sudah menjadi media penting dalam struktur akuntansi dan pengendalian keuangan dalam suatu lingkungan atau negara tertentu (Suwardjono, 1992; Abdullah dan Selamat, 2002).

Independensi dalam melaksanakan audit merupakan tulang punggung akuntan publik profesional. Brown (1971; Novianty dan Kusuma, 2001) menyatakan bahwa independent is not subject to bias or influence. Independensi harus dipandang sebagai salah satu ciri auditor atau akuntan publik yang paling penting. Independensi akuntan publik mencakup dua aspek: (1) independensi sikap mental (independence in fact); (2) independensi penampilan (independence in appearance).

(3)

profesi akuntan publik secara keseluruhan dan menurunkan nilai laporan keuangan yang diaudit (Anshori dan Kartiningtyas, 1999).

Penelitian tentang independensi akuntan publik telah banyak dilakukan. Shockley (1980; Anshori dan Kartiningtyas, 1999) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik, yaitu: (1) pemberian jasa konsultasi manajemen kepada klien, (2) persaingan antar kantor akuntan publik, (3) ukuran kantor akuntan publik, (4) lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (a) tingkat persaingan meningkatkan resiko rusaknya independensi akuntan publik, (b) kantor akuntan yang memberikan jasa konsultasi manajemen kepada klien yang diaudit meningkatkan resiko rusaknya independensi penampilan akuntan publik yang lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memberikan jasa tersebut, (c) kantor akuntan publik kecil mempunyai resiko kehilangan independensi yang lebih besar dibandingkan kantor akuntan besar, dan (d) lamanya jangka waktu hubungan audit dengan klien tertentu bukan merupakan faktor yang signifikan dalam mempengaruhi independensi akuntan publik.

Supriyono (1986; Novianty dan Kusuma, 2001) menyebutkan independensi akuntan publik dipengaruhi oleh faktor-faktor: (1) persaingan antar kantor akuntan publik, (2) pemberian jasa lainnya selain audit, (3) lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien, (4) audit fee, (5) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (6) ukuran kantor akuntan publik. Hasil penelitian menyebutkan bahwa keenam faktor tersebut signifikan merusak independensi akuntan publik.

Anshori dan Kartiningtyas (1999) mengurutkan faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik: (1) persaingan antar kantor akuntan publik, (2) pemberian jasa lainnya selain audit, (3) audit fee, (4) ukuran kantor akuntan publik.

(4)

akuntan publik. Faktor-faktor persaingan antar kantor akuntan publik, pemberian jasa lainnya selain audit, lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien, audit fee, ukuran kantor akuntan publik tidak sigifikan merusak independensi akuntan publik.

Penelitian yang mengangkat judul “Persepsi Praktisi dan Akademisi terhadap Independensi Penampilan Akuntan Publik” ini memiliki beberapa perbedaan dengan penelitian-penelitian sebelumnya, sebagai berikut. 1. Penelitian ini menguji kembali faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik pada penelitian sebelumnya, apakah hasilnya masih konsisten atau tidak, mengingat seiring berjalannya waktu banyak hal yang dapat mempengaruhi hasil penelitian, misalnya tingkat pendidikan, perkembangan lingkungan sosial dan perekonomian.

2. Menguji ulang faktor: lamanya hubungan audit terhadap independensi penampilan akuntan publik. Dalam penelitian Shockley (1980; Anshori dan Kartiningtyas, 1999) dinyatakan bahwa lamanya hubungan audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap independensi akuntan publik. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Supriyono (1988), dan Novianty dan Kusuma (2001) sebaliknya menyatakan bahwa faktor lamanya hubungan audit signifikan mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi akuntan publik yang diujikan pada penelitian ini sebagai berikut.

 Persaingan antar kantor akuntan publik

 Pemberian jasa lainnya selain audit

 Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien

 Audit fee

 Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

 Ukuran kantor akuntan publik

(5)

D. PERUMUSAN

MASALAH

Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Apakah independensi penampilan akuntan publik dipengaruhi oleh

faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik b. Pemberian jasa lainnya selain audit

c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien d. Audit fee

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien f. Ukuran kantor akuntan publik

g. Advertensi kantor akuntan publik

2. Bagaimana persepsi praktisi dan akademisi terhadap independensi penampilam akuntan publik berdasarkan faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik b. Pemberian jasa lainnya selain audit

c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien d. Audit fee

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien f. Ukuran kantor akuntan publik

g. Advertensi kantor akuntan publik

3. Apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara praktisi dan akademisi terhadap independensi penampilan akuntan publik berdasarkan faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik b. Pemberian jasa lainnya selain audit

c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien d. Audit fee

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien f. Ukuran kantor akuntan publik

(6)

E.

TUJUAN

PENELITIAN

Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab masalah yang berkaitan dengan independensi penampilan akuntan publik menurut persepsi praktisi dan akademisi, yaitu sebagai berikut.

1. Mengetahui apakah independensi penampilan akuntan publik dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik b. Pemberian jasa lainnya selain audit

c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien d. Audit fee

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien f. Ukuran kantor akuntan publik

g. Advertensi kantor akuntan publik

2. Mengetahui bagaimana persepsi praktisi dan akademisi terhadap independensi penampilam akuntan publik berdasarkan faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik b. Pemberian jasa lainnya selain audit

c. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien d. Audit fee

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien f. Ukuran kantor akuntan publik

g. Advertensi kantor akuntan publik

3. Mengetahui apakah terdapat perbedaan persepsi yang signifikan antara praktisi dan akademisi terhadap independensi penampilan akuntan publik berdasarkan faktor-faktor berikut.

a. Persaingan antar kantor akuntan publik b. Pemberian jasa lainnya selain audit

(7)

e. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien f. Ukuran kantor akuntan publik

g. Advertensi kantor akuntan publik

F. MANFAAT

PENELITIAN

1. Penelitian ini diharapkan akan memberikan pengayaan empiris dari penelitian-penelitian sebelumnya tentang persepsi praktisi dan akademisi tentang independensi penampilan akuntan publik.

2. Membantu kantor akuntan publik untuk meningkatkan independensinya sehingga dapat menjaga dan meningkatkan citra yang baik bagi profesi akuntan publik.

3. Memberikan pengayaan empiris bagi mahasiswa akuntansi sebagai calon akuntan agar menjaga independensi penampilan akuntan publik di masa depan dalam era persaingan

G. TINJAUAN

PUSTAKA

Akuntan publik dapat disebut sebagai suatu profesi karena telah memenuhi syarat sebagai suatu profesi. Menurut Regar yang dikutip oleh Abdullah dan Selamat (2002), profesi merupakan suatu jenis pekerjaan yang dipangku untuk suatu jabatan khusus tertentu dalam masyarakat dengan memenuhi syarat-syarat dan ciri-ciri berikut.

a. Pengetahuan yang diperlukan diperoleh dengan cara mengikuti pendidikan yang teratur dan dibuktikan dengan tanda ijazah keahlian dan mempunyai kewenangan dalam keahlian

b. Jasa yang diberikan dibutuhkan oleh masyarakat dan mempunyai monopoli dalam memberikan pelayanan

c. Mempunyai organisasi yang mendapat pengakuan masyarakat atau pemerintah dengan perangkat kode etik untuk mengatur anggotanya serta mempunyai budaya profesi

(8)

pelayanan dengan memberikan jasa yang bermutu dengan balas jasa yang setimpal.

Suhardjo dan Mardiasmo (2002) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa anggota profesi dalam menjalankan jasa profesionalnya dibatasi oleh etika profesi. Etika profesi disusun oleh suatu organisasi profesi dalam bentuk kode etik. Kode etik ini memberitahukan kepada anggota profesi tentang standar perilaku yang diyakini dapat menarik kepercayaan masyarakat dan memberitahu masyarakat bahwa profesi berkehendak melakukan pekerjaan yang berkualitas bagi kepentingan masyarakat.

Hal yang menarik ditemui ketika suatu profesi melakukan advertensi dan promosi atas jasa yang ditawarkan.

Kode Etik Akuntan Indonesia melarang akuntan publik melakukan advertensi. Larangan beradvertensi dinyatakan secara eksplisit dalam Pernyataan Etika Profesi nomor 4 tentang iklan bagi KAP. Pernyatan secara tegas larangan bagi akuntan publik mengiklankan diri atau mengizinkan orang lain untuk mengiklankan nama atau jasa yang diberikannya kecuali yang sifatnya pemberitahuan (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).

Suhardjo dan Mardiasmo (2002) dalam penelitiannya mengenai persepsi akuntan pulik, pemakai informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi terhadap advertasi kantor akuntan publik menunjukkan bahwa akuntan pulik, pemakai informasi akuntansi dan mahasiswa akuntansi memiliki persepsi yang positif.

(9)

independensi, mereka mampu menarik kesimpulan yang tidak memihak mengenai laporan keuangan yang mereka audit.

Telah disebutkan sebelumnya independensi akuntan publik mencakup dua aspek, yaitu: (1) independensi sikap mental (independence in fact); (2) independensi penampilan (independence in appearance). Independensi sikap mental sulit diketahui oleh masyarakat, oleh karena itu masyarakat cenderung untuk menilai independensi penampilan akuntan publik dibandingkan dengan independensi sikap mental (Anshori dan Kartiningtyas, 1999).

Faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik menurut Supriyono (1988; Anshori dan Kartiningtyas; 1999), sebagai berikut.

1. Persaingan antar kantor akuntan publik

Tajamnya persaingan antar kantor akuntan publik kemungkinan mempunyai pengaruh besar terhadap independensi kantor akuntan publik karena tiap kantor akuntan publik merasa khawatir akan kehilangan kliennya. Kantor akuntan publik dihadapkan pada dua pilihan, yakni kehilangan kliennya karena klien mencari kantor akuntan lain atau mengeluarkan opini sesuai dengan keinginan klien.

2. Pemberian jasa lainnya selain audit

Aktivitas kantor akuntan publik selain memberikan jasa audit juga memberikan jasa-jasa lain, misalnya jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen serta jasa akuntansi dan pembukuan. Pemberian jasa lain ini memungkinkan hilangnya independensi akuntan publik karena akuntan publik akan cenderung memihak kepada kepentingan kliennya.

3. Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien

(10)

4. Audit fee

Audit fee yang jumlahnya besar kemungkinan akan mengakibatkan berkurangnya independensi akuntan publik. Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, yaitu: (1) kantor akuntan yang melakukan audit merasa tergantung pada klien sehingga cenderung segan untuk menentang kehendak klien, (2) jika tidak memberikan opini yang sesuai dengan keinginan klien, kantor akuntan merasa khawatir akan kehilangan klien mengingat pendapatan yang diterima relatif besar. 5. Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien

Akuntan publik dapat kehilangan independensinya apabila mereka mempunyai kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien yang diauditnya. Beberapa jenis ikatan keuangan dan hubungan usaha tersebut diantaranya selama periode perjanjian kerja atau saat menyatakan opininya, akuntan publik atau kantornya memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung yang material di dalam perusahaan yang menjadi kliennya, sebagai trustee atau eksekutor atau administrator atas satu atau beberapa estate yang memiliki kepentingan keuangan langsung atau tidak langsung, memiliki utang atau piutang pada perusahan yang diauditnya, dan lain sebagainya. 6. Ukuran kantor akuntan publik

Kantor akuntan publik yang lebih besar lebih independen dibandingkan dengan kantor akuntan publik yang lebih kecil karena kantor akuntan publik besar tidak begitu bergantung pada salah satu klien saja sehingga hilangnya satu klien tidak begitu mempengaruhi pendapatnya.

(11)

1. Faktor Hubungan Bisnis

Faktor hubungan bisnis menggambarkan adanya kepentingan keuangan yang cukup besar dalam perusahaan yang diaudit. Hubungan bisnis ini cenderung menimbulkan turunnya independensi akuntan publik sehingga akuntan publik harus benar-benar bebas dan tidak ada hubungan dengan klien atau tidak mengiklankan jasanya karena akan mempengaruhi citra akuntan publik itu sendiri.

2. Faktor Hubungan Keluarga Dan Pribadi

Faktor hubungan keluarga dan pribadi ini menggambarkan hubungan yang timbul karena keluarga sedarah atau karena perkawinan. Hubungan ini dapat mengurangi bahkan merusak independensi akuntan publik dalam menjalankan pemeriksaannya.

3. Faktor Kecakapan Profesional

Akuntan publik diwajibkan untuk memelihara dan meningkatkan kecakapan profesional agar jasa yang dihasilkan senantiasa relevan dengan kebutuhan pemakai jasanya. Apabila dalam penugasan lain yang menyangkut selain bidang akuntansi dan auditing, maka akuntan publik boleh menggunakan tenaga ahli lain dalam menjalankan pekerjaannya tetapi hasil pekerjaan ahli tersebut merupakan tanggung jawab akuntan publik. Karena itu pemilihan dan peningkatan kecakapan profesional dapat dilakukan melalui program pendidikan profesional berkelanjutan yang diselenggarakan oleh ikatan akuntan publik.

4. Faktor Kebebasan

Akuntan publik tidak boleh mendapat keterbatasan atas lingkup atau prosedur yang akan diperiksa karena hal tersebut akan mempengaruhi asersi yang dibuat. Oleh karena itu ketidakbebasan atau tekanan jelas mempengaruhi independensi akuntan publik terhadap apa yang diperiksanya.

5. Kenyataan

(12)

dengan klien maka pendapat yang diberikan dikhawatirkan tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dalam perusahaan itu, sebab dipengaruhi oleh hubungan antara akuntan publik dengan klien tersebut. Sehingga dikhawatirkan akuntan publik tidak bersikap independen lagi.

6. Faktor Pengungkapan Informasi

Kewajiban menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh dalam pelaksanaan tugas profesionalnya ini tidak hanya merupakan kewajiban akuntan publik namun juga merupakan kewajiban semua staf dan karyawan yang bekerja di kantor akuntan publik.

7. Faktor Kejujuran.

Hal yang paling dominan dalam dimensi kenyataan menyangkut objektivitas akuntan publik. Akuntan publik harus bersikap jujur mempertimbangkan fakta seperti apa adanya dan memberikan pendapat berdasarkan fakta seperti apa adanya.

Kepercayaan masyarakat umum atas independensi akuntan publik sangat penting bagi perkembangan profesi akuntan publik. Kepercayaan masyarakat dapat menurun disebabkan oleh keadaan yang mereka anggap dapat mempengaruhi sikap independensi. Dalam Kode Etik Akuntan Indonesia telah ditetapkan agar anggota profesi menjaga dirinya dari kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Anggapan masyarakat terhadap independensi akuntan publik merupakan masalah mutu pribadi, oleh karena itu akuntan publik harus jujur secara intelektual.

H.

KERANGKA

TEORITIS

(13)

keuangan yang disajikan oleh manajeman perusahaan dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat mengharapkan penilaian yang tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajeman perusahaan dalam laporan keuangan. Hal diatas menjelaskan bahwa ada perbedaan antara profesi akuntan publik dengan profesi-profesi lain. Profesi seorang dokter dan pengacara misalnya, ia akan cenderung berpihak kepada kliennya. Berbeda dengan profesi akuntan publik, ia dituntut untuk bersikap independen baik terhadap klien maupun pihak luar.

Advertensi menjadi bahan perdebatan dan diskusi yang menarik ketika didunia profesi. Advertensi dipersepsikan dapay menurunkan kualitas jasa profesi. Namun sebagian jasa profesional berpendapat bahwa advertensi yang baik justru meningkatkan rasa tanggung jawab sehingga kualitas jasa profesi tetap terjaga (Suhardjo dan Mardiasmo, 2002).

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini independensi penampilan akuntan publik, sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini meliputi dua kelompok responden yaitu praktisi dan akademisi.

I. HIPOTESIS

Hipotesis yang diajukan untuk penelitian sebagai berikut.

H1 Persaingan antar kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. H2 Pemberian jasa lainnya selain audit mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. H3 Lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.

H4 Audit fee mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.

H5 Ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik.

(14)

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. H7 Advertensi kantor akuntan publik mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap independensi penampilan akuntan publik. H8 Terdapat perbedaan persepsi antara praktisi dengan akademisi

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi independensi penampilan akuntan publik

J.

METODE

PENELITIAN

Responden dan Teknik Pengambilan Sampel

Responden penelitian ini meliputi 2 kelompok, yaitu praktisi dan akademisi. 1. Responden Praktisi

Responden praktisi dalam penelitian ini meliputi: perusahaan go publik, pemerintah dan bank.

a. Perusahaan go public

Responden dalam perusahaan go publik yang dijadikan sampel adalah manajer keuangan perusahaan go public yang bergerak dalam bidang manufaktur yang telah terdaftar pada Dinas Perindustrian Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Surakarta dan D.I. Yogyakarta.

b. Pemerintah

Responden pemerintah dalam penelitian ini diwakili oleh Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan Pajak (Karikpa) di wilayah Surakarta dan D.I. Yogyakarta.

Kartiningtyas (1994) menyebutkan bahwa berdasarkan keputusan Menteri Keuangan No.516/KMK.01/1992 tanggal 21 Mei 1992 pasal 397, tugas Karikpa adalah melaksanakan pemeriksaan dan penyidikan dibidang pajak. Selanjutnya, pada pasal 398 dijelaskan bahwa untuk menyelenggarakan tugas tersebut karikpa mempunyai fungsi antara lain sebagai berikut.

(15)

ii. pengumpulan dan penelaahan bukti permulaan serta pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana perpajakan.

c. Bank

Bank dalam memberikan kredit berjumlah relatif besar kepada perusahaan yang baru pertama kali meminjam mempertimbangkan informasi-informasi yang diperoleh dalam laporan keuangan calon nasabah yang telah diaudit oleh akuntan publik.

2. Responden Akademisi

Responden ini meliputi para dosen Akuntansi yang ada di wilayah Kota Surakarta dan D.I. Yogyakarta.

Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dalam penelitian ini adalah convinient sampling. Convinient sampling adalah teknik pengambilan sampel atas responden dengan mempertimbangkan kemudahan responden untuk ditemui oleh peneliti.

Variabel dan Pengukurannya

Variabel independen dalam penelitian ini meliputi 7 faktor, yaitu: (1) persaingan antar kantor akuntan publik, (2) pemberian jasa lainnya selain audit, (3) lamanya hubungan penugasan antara akuntan publik dengan klien, (4) audit fee, (5) ikatan kepentingan keuangan dan hubungan usaha dengan klien, (6) ukuran kantor akuntan publik, (7) advertensi kantor akuntan publik. Masing-masing faktor diukur menggunakan skala Likert lima poin.

Sumber Data danTeknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua macam, sebagai berikut.

a. Data Primer

Data primer berupa data yang terkumpul melalui kuesioner yang diisi oleh responden.

(16)

Data sekunder merupakan telaah literatur yang menunjukkan landasan teoritis berupa artikel-artikel penelitian, skripsi penelitian sebelumnya dan buku-buku penunjang. Kegiatan ini dilakukan dengan maksud untuk memperoleh referensi yang berhubungan dengan permasalahan penelitian dan metode pengolahan data yang digunakan.

Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi dari responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama (Sekaran: 2000). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang berisi sejumlah pertanyaan yang dikembangkan oleh penulis dengan mengacu pada kuesioner penelitian sebelumnya tentang independensi akuntan publik. Determinan faktor ekonomi, faktor jasa lain selain audit, dan faktor audit fee merujuk pada instrumen yang dipakai oleh Adhi (2003)

Metode Analisis Data

a. Rencana Pengujian Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas adalah uji yang dilakukan dengan maksud untuk menilai tingkat kemampuan instrumen penelitian untuk mengungkap data sesuai dengan masalah yang hendak diungkapnya. Ada kelompok uji validitas, yaitu (1) validitas isi, (2) validitas konstruk, (3) validitas kriteria. (Kuncoro: 2003)

Uji reliabilitas adalah uji yang dimaksudkan untuk menentukan kemampuan suatu instrumen penelitian dalam menghasilkan ukuran suatu gejala yang hasilnya selalu tetap, sama dan konsisten

(17)

dengan teknik Hoyt. Data dinyatakan reliabel bila untuk masing masing variabel r total > r tabel.

b. Uji Normalitas

Kenormalan data diperlukan untuk langkah-langkah uji statistik berikutnya. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov. Pengujian normalitas dilakukan untuk mengetahuai apakah nilai sampel yang diamati sesuai dengan distribusi tertentu. Kriteria pengujian yang dilakukan adalah pengujian dua arah (two-tailed test) yaitu dengan membandingkan nilai p yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang telah ditentukan, apabila p lebih besar dari taraf signifikansi yang ditentukan berarti data terdistribusi normal. Penghitungan dan pengujian normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan program komputer SPSS.

c. Uji Hipotesis

Peneliti menguji hipotesis satu, dua, tiga, empat, lima, enam, dan tujuh dengan menggunakan chi-square test. Sedangkan untuk hipotesis kedelapan diuji dengan independent sample t-test.

K. JADWAL

PELAKSANAAN

Kegiatan BULAN

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Penyusunan proposal V

Pencarian data V V V

Pengolahan data V V V V

(18)

L. PERSONALIA

PENELITIAN

Peneliti

Nama : Sulardi, SE, MSi, Ak

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pangkat/ Golongan : Penata muda tk I (III b)

NIP : 132 282 190

Fakultas/Jurusan : Ekonomi/Akuntansi

Perguruan tinggi : Universitas Sebelas maret Surakarta

Bidang keahlian : Akuntansi manajemen

Waktu untuk penelitian ini : 10 jam/ minggu

Tenaga Laboran :

1. Nani Amani

2. Herry Sabda Muswanto 3. Harry Wibawa

M.

PERKIRAAN BIAYA

PENELITIAN

Honorarium

Ketua Peneliti dan tenaga laboran

Jumlah Rp 2.800.000,00

Bahan dan peralatan penelitian Rp 4.700.000,00

Penyusunan desain Rp 900.000,00 Pengolahan data Rp 800.000,00 Kertas dan disket Rp 600.000,00 Surat menyurat Rp 1.300.000,00 Biaya perjalanan

dan pengkopian Rp 400.000,00

Tinta Canon Rp 520.000,00

Biaya penulisan Rp 180.000,00

Referensi

Dokumen terkait

“Rendahnya tingkat pencapaian prestasi belajar akuntansi siswa disebabkan karena metode pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang tepat, sehingga perlunya adanya penerapan

Hal ini menunjukkan bahwa banyak juga faktor lain yang mempengaruhi kejadian ketuban pecah dini misalnya seperti serviks inkompeten, faktor keturunan, pengaruh dari

Hasil penelitian diperoleh bahwa selama penyimpanan terjadi penurunan warna (lightness dan tingkat kekuningan), peningkatan kadar air dan jumlah kontaminasi jamur

sistem analisis unsur-unsur dengan metode aktivasi neutron gamma serentak (PGNAA) menggunakan sumber neutron isotopik Pu-Be, dan diperoleh resolusi detektor sebesar 5,58

1) Untuk dapat melakukan proses pemutusan dan penghubungan daya listrik terhadap komputer dibutuhkan sebuah perangkat keras berupa modul relay dengan tipe JQC-3FF.. 15

Oleh karena itu, Pusat Penelitian Ekonomi (P2E) LIPI merasa perlu untuk melakukan analisis ketahanan pangan rumah tangga di masa pandemi untuk menghasilkan

Nilai Koefisisen Determinasi (Kd) sebesar 71,3% dapat diartikan bahwa peran sistem pengendalian internal pemberian kredit terhadap Non Performing Loan sebesar 71,3%,

Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh kondisi pH yang bervariasi (3,0; 4,0; 5,0; 8,0 dan 10,0) dan jenis emulsifier (sugar ester dengan nama produk sucrose stearate