• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memahami Jaringan Terorisme Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Memahami Jaringan Terorisme Di Indonesia"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Memahami Jaringan Terorisme

Di Indonesia

Oleh Yan Daryono

Hari Rabu 24 Mei 2017 - pukul 20.30 WIB atau persisnya dua hari sebelum tanggal 1 Ramadhan 1438 H. Seperti biasa suasana Terminal Kampung Melayu selalu diramaikan dengan antrean angkot yang mengular, metromini yang ngetem berebut penumpang, bus-bus kota yang lewat melintas, termasuk juga bus Trans Jakarta. Bising, sibuk dan macet di mana-mana. Namun tiba-tiba saja masyarakat yang sedang beraktifitas di sekitar terminal itu seketika dikejutkan oleh dua kali suara ledakan keras yang beruntun. Orang-orang berhamburan panik, Gumpalan asap tebal mengepul membumbung ke udara malam.

Ternyata dua orang teroris telah melakukan aksi bom bunuh diri. Akibat kejadian tersebut 5 (lima) orang tewas di tempat. Mereka yang tewas antara lain dua orang pelaku bom bunuh diri dan tiga orang anggota Polri yang sedang bertugas di lokasi kejadian. Peristiwa yang sekejap saja menjadi viral di sosial media itu, telah menambah deretan rangkaian aksi teror yang pernah terjadi di Indonesia. Sebelum ini, persisnya di bulan Nopember tahun silam, atau bertepatan dengan aksi unjuk rasa Bela Islam tanggal 4 Nopember 2016, Densus 88 Polri berhasil menggagalkan rencana aksi teror peledakan bom panci di Istana Negara – Jakarta. Pada tahun yang sama juga pernah terjadi serangan teroris terhadap sejumlah anggota Polisi yang sedang bertugas di depan Mapolsek Tanggerang. Bahkan beberapa waktu sebelumnya, juga telah terjadi serangan teror bom di Pasaraya Sarinah Jalan Thamrin – Jakarta Pusat yang menimbulkan korban tewas dan luka-luka. Maka singkat kata, jika mencermati data rangkaian aksi teror yang pernah terjadi di Indonesia, dapat dipastikan negeri khatulistiwa ini memang menjadi target para teroris. Simak saja urutan data di bawah ini :

(2)
(3)

pelatihan

-Cahya & istri Bandung Ditangkap & diamankan.

(4)

19 2013 Teror Poso &

22 2014 Teror solo -Rifky Indramayu – Jawa Barat

Ditangkap & diamankan

(5)

28 2015 Teror solo -SF Sleman Ditangkap & diamankan 29 2015 Perencanaan

pemboman tempat ibadah Nasrani & Konghuchu serta kantor polisi 17 Agustus 2015

-Ibad -Yz -6 orang

lainnya

Solo Ditangkap & diamankan

30 2015 Teror Poso & pelatihan paramiliter teroris di Poso

-Daeng Koro Poso Tewas dalam baku tembak

Setelah mencermati urutan data di atas, tentu akan muncul pertanyaan ; Kenapa Indonesia menjadi target teroris ? Apa sebenarnya tujuan teroris itu melakukan aksinya di negeri ini ? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang mungkin bermunculan di benak kita.

Bahkan di sebagian kalangan masyarakat umum, masih ada yang tidak yakin bahwa aksi teror tersebut adalah murni aksi teroris. Misalnya ada dugaan bahwa aksi-aksi teror itu hanyalah rekayasa pemerintah untuk mengalihkan isu-isu politik yang sedang berkembang. Sehingga mereka tidak percaya bahwa aksi teror tersebut murni aksi para teroris. Keberhasilan Densus 88 Polri dan TNI dalam meringkus dan menindak para teroris itu dinilai sebagai upaya pencitraan pemerintah untuk melanggengkan kekuasaannya. Pemikiran yang sangat naif tentunya.

Maka agar tidak terjadi simpang siur penafsiran yang salah terhadap aksi-aksi teror tersebut, tentu diperlukan penjelasan umum untuk diketahui masyarakat luas ; Siapa dan bagaimana para teroris dengan aksi-aksinya yang berbahaya itu ? Dengan tujuan, masyarakat luas dapat memahami keberadaan para teroris serta ancamannya yang membahayakan keselamatan masyarakat, merongrong kedaulatan NKRI dan menodai citra bangsa di mata dunia internasional. Sehingga masyarakat umum dapat mengetahui dan memahami apa dan bagaimana para teroris tersebut, kemudian masyarakat ikut berpartisipasi secara aktif membantu pemerintah menanggulangi bahaya terorisme.

Pengaruh paham Islam radikal

(6)

Hizbut Tahrir dan sebagainya. Pengaruh-pengaruh Islam radikal lokal dan transnasional itulah yang kemudian menggeser paham Islam tradisional dan kultural yang terkandung dalam organisasi massa seperti Nahdlatul Ulama ( NU ) dan Muhammadiyah.

Aksi teror yang pernah dilakukan oleh kelompok DI/TII ialah ketika terjadi serangan lemparan granat ke arah mobil yang ditumpangi Presiden Soekarno saat melintas di Jalan Tjikini Raja – Jakarta. Peristiwa tersebut kemudian dikenal dengan sebutan “Peristiwa Tjikini”. Namun aksi pelemparan granat itu gagal dan Presiden Soekarno berhasil diselamatkan.

Sejak SM Kartosuwiryo mengumumkan mendirikan Negara Islam Indonesia pada tahun 1949, gerakan Islam radikal mulai merambah di berbagai wilayah Republik Indonesia yang baru merdeka. Doktrin-doktrin radikalisme itu kian merasuk di berbagai lembaga pesantren dan menjadikan para santri sebagai kader-kader militan. Dalam kata pengantar buku Dr.Asep Zaenal Ausop, M.Ag. : Ajaran dan Gerakan NII Kartosuwiryo NII KW IX & Ma’had Al Zaytun, Prof.Dr.Miftah Faridl menjelaskan hubungan gerakan Islam dan politik di Indonesia1 yang terbagi menjadi dua kategori pemikiran. Pertama, gagasan negara Islam hanya menjadikan negara sebagai “alat” untuk menegakkan undang-undang Ilahi, baik dalam kehidupan individu mau pun dalam bentuk kelompok masyarakat. Dasar pemikiran ini ialah bertumpu pada keyakinan bahwa paham agama Islam meliputi seluruh bagian kehidupan, termasuk kematian, pikiran, perasaan dan tindakan manusiawi lainnya. Ke dua, Islam sebagai dasar negara akan menempatkan Al Qur’an dan Hadist Nabi sebagai pedoman dalam mengelola negara. Kedua kategori pemikiran itulah yang menjadi bahan indoktrinasi kelompok DI/TII dalam membangun paham radikal di kalangan umat Islam masa itu.

Konsep pemikiran membentuk dan membangun Negara Islam Indonesia itu terus diwariskan dari generasi demi generasi berikutnya. Sehingga meskipun Pemerintah telah menumpas seluruh gerakan DI/TII, namun pemikiran ideologinya terus ditularkan kepada generasi-generasi penerusnya sebagai doktrin permanen. Refleksi pemikiran itulah yang kemudian melahirkan kelompok-kelompok radikal baru di masa Orde Baru. Misalnya Komando Jihad, Laskar Jihad, Islam Jama’ah dan sebagainya. Generasi pewaris doktrin tersebut berusaha untuk mewujudkan cita-cita pendahulunya membentuk Negara Islam Indonesia.

Maka pada masa Orde Baru tercatat pernah terjadi beberapa peristiwa teror seperti pembajakan pesawat Garuda Indonesia Woyla, Peristiwa Penyerbuan Polsek Cicendo – Bandung oleh kelompok Salman Hafidz, keterlibatan Laskar Jihad pimpinan Jafar Umar Sadiq dalam konflik Sara di Ambon dan seterusnya. Namun upaya-upaya tersebut berhasil diredam oleh aparat keamanan Orde Baru, sehingga aksi-aksi mereka tidak bisa berkembang dengan baik.

(7)

terbentuk di berbagai negara meskipun tidak sedikit pula negara yang telah melarang pembentukan organisasi tersebut. Di Indonesia, Hizbut Tahrir eksis dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI ) dan berpusat di Jakarta.

Awalnya Hizbut Tahrir diperkenalkan di Indonesia pada tahun 1980-an oleh Pimpinan Pesantren Al-Gazhali di Bogor yaitu KH Abdullah bin Nuh atau biasa disebut Mamak, seorang tokoh dan pejuang dari kalangan Islam. Ada pun KH Abdullah bin Nuh mengenal Hizbut Tahrir ketika mengikuti ceramah aktifis Hizbut Tahrir di Sydney – Australia yaitu Syekh Abdurrahman Al-Bagdadiy. Isi ceramahnya saat itu tentang kewajiban persatuan umat dan kewajiban menegakkan khilafah untuk melawan hegemoni penjajahan dunia. Rasa ketertarikan KH Abdullah bin Nuh itu pula yang mendorongnya untuk memboyong Syekh Abdurrahman Al-Bagdadiy ke Indonesia lalu melakukan sosialisasi tentang konsep Hizbut Tahrir tersebut ke berbagai pesantren dan kampus-kampus di Indonesia. Begitulah awalnya Hizbut Tahrir diperkenalkan pada masyarakat muslim di Indonesia ini.

Belum lama berselang, Pemerintah RI mengumumkan akan membubarkan organisasi Hizbut Tahrir Indonesia karena dianggap bertentangan dengan ideologi Pancasila dan berusaha mengganti ideologi Pancasila dengan ideologi Islam. Rencana pemerintah itu pun seketika pula menjadi polemik. Ada yang pro dan ada pula yang kontra. Lantas seperti apakah Hizbut Tahrir sehingga pemerintah perlu membubarkannya seperti di banyak negara di dunia yang menolak pembentukkannya. Berikut adalah gambaran singkat tentang profil Hizbut Tahrir Indonesia ( HTI )2 :

“ Hizbut Tahrir memandang, suatu negara yang menjalankan syariat Islam dan keimanannya dijamin oleh kaum muslim, adalah negara Islam. Namun negara itu bukanlah theokrasi yang dikuasai para padri yang memerintah atas nama Tuhan. Negara Islam adalah negara dunia yang dihuni orang secara heterogen, muslim atau bukan. Dalam Negara Islam, meski kedaulatan ada pada syara namun kekuasaan ada pada rakyat, sedang manfaatnya ditujukan kepada seluruh alam. Kemudian tentang Khalifah. Hizbut Tharir memandang Khalifah bukan sekedar pemimpin jama’ah. Namun Khalifah adalah Kepala Negara dan Pemerintahan. Khalifah juga bukan jabatan yang bisa diwariskan, karena ia semacam kontrak sosial. Ada pun yang terjadi di masa lalu harus dikaji secara jernih, dan pula sejarah bukanlah dalil hukum yang mengikat. Hizbut Tharir membedakan syura dengan demokrasi. Proses pengambilan keputusan dibagi tiga yaitu: 1) Untuk masalah hukum, syura dilakukan untuk memilih pendapat yang terkuat argumentasinya bukan terbanyak pendukungnya. 2) Untuk masalah teknis, serahkan pada ahlinya, bukan pendapat mayoritas.3)Yang diserahkan pendapat mayoritas adalah hal-hal optional yang sama-sama mubah, misalnya memilih pejabat yang paling akseptabel, setelah semua sama-sama memenuhi syarat. Meski bekerja secara lokal, tidak berarti Hizbut Tharir setuju dengan nasionalisme dan patriotisme. Bahwa Hizbut Tharir akan berdiri di garis depan bila negerinya diserang orang-orang kafir, itu pasti, Namun ini bukan karena merasa pengabdian tertinggi adalah pada bangsa dan negara, melainkan karena Hizbut Tharir yakin membela negeri Islam dari serangan orang-orang kafir adalah kewajiban syara. Hizbut Tharir berpikir lebih kosmopolit dan global, karena syara setiap bicara tentang umat Islam tidaklah spesifik hanya untuk muslim di negeri tertentu saja. Demikian juga cita-cita mendirikan Khilafah Islam sebagai cikal bakal suatu superstate tidak tertuju hanya di wilayah teritorial tertentu saja, melainkan di mana saja yang memang paling kondusif untuk itu, disanalah cita-cita itu akan direalisasi...”

2 Selebaran Hizbut Tahrir Indonesia Cabang Kota Bandung yang dibagikan kepada masyarakat luas di kota

(8)

Uraian di atas menggambarkan sekilas pandangan organisasi Hizbut Tharir internasional yang juga dianut oleh Hizbut Tharir Indonesia ( HTI ). Walau pun keberadaan organisasi ini di Indonesia berstatus sebagai ormas, ia tetap mengemban tujuan dan cita-cita politik untuk mendirikan negara khilafah Islam. Maka bukan tidak mungkin tentunya, jika organisasi ini diberi kesempatan tumbuh berkembang di negeri ini, ia tidak akan mengambil peran dalam mewujudkan cita-cita perjuangannya. Betapa pun Hizbut Tharir itu memiliki tujuan yang pasti yaitu mendirikan negara Khilafah Islam dimana saja, khususnya di tempat yang memberinya kesempatan tumbuh dan berkembang, termasuk tentunya bagi HTI.

Pandangan paham Wahabi yang datang dari Saudi Arabia, Ikhwanul Muslimin dari Mesir, Mujahidin dari Afghanistan dan seterusnya, kurang lebih sama dengan pandangan yang dimiliki oleh Hizbut Tharir. Mereka semua memiliki tujuan yang sama yaitu mendirikan negara Khilafah Islam di berbagai negara di belahan dunia ini, apa pun dan bagaimana pun cara yang akan ditempuh. Dalam konsep pemikiran mereka, dunia ini haruslah dipimpin oleh seorang Khalifah Islam yang akan menegakkan hukum-hukum Islam serta mengelola pemerintahan berdasarkan ketentuan Islam yang bertumpu kepada kitab suci Al-Qur’an dan Hadist Nabi. Oleh sebab itu sikap mereka sangat jelas menolak konsep demokrasi dalam kehidupan bernegara dan menganggapnya sebagai produk kaum kafir. Mereka juga menolak konsep nasionalisme dan patriotisme kebangsaan, karena prinsip mereka adalah semata-mata membela dan menegakkan pemerintahan Khilafah Islam.

Jaringan terorisme transnasional

Dalam memperjuangkan tujuan cita-citanya itu, mereka menempuh berbagai cara. Ada yang melakukannya dengan gerakan sosial atau melalui kelembagaan politik di suatu negara dan juga dengan cara-cara kekerasan yaitu terorisme seperti yang dilakukan oleh organisasi Al-Qaeda di Afghanistan dan ISIS di Suriah-Irak sebagai organisasi induk terorisme transnasional yang kerap membuat kekacauan di berbagai negara di dunia.

Aksi terorisme transnasional mulai marak di Indonesia paska reformasi 98, lebih tepatnya setelah terjadi serangan 11 September 2001 yang meruntuhkan dua bangunan menara WTC di New York – Amerika Serikat. Serangan yang dilakukan oleh organisasi Al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden itu, menjadi inspirasi bagi gerakan terorisme di Indonesia.

Menurut Ensiklopedia Indonesia edisi tahun 2000, terorisme diartikan sebagai tindak kekerasan atau ancaman kekerasan yang diperhitungkan sedemikain rupa, untuk menciptakan suasana ketakutan dan bahaya dengan tujuan menarik perhatian nasional mau pun internasional terhadap suatu aksi atau tuntutan para teroris itu. Kemudian Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi tahun 1991, menyebutkan bahwa pengertian teror ialah rasa takut yang ditimbulkan oleh orang atau sekelompok orang 3. Di sisi lain, Kamus Umum Bahasa Indonesia edisi tahun 1985 menjelaskan bahwa terorisme adalah suatu tindakan atau praktek teror yang menggunakan kekerasan untuk menimbulkan ketakutan dalam usaha mencapai suatu tujuan, terutama tujuan politik 4 Tidak jauh berbeda dengan penjelasan di dalam Webster Student Dictionary yang menegaskan bahwa terorisme adalah suatu metode dalam mengontrol kondisi politik dengan cara menimbulkan 3 Pusat Bahasa Indonesia – Balai Pustaka 1961

(9)

ketakutan di kalangan pihak pemerintah selain juga sebagai alat kaum opisisi dalam menggunakan rencana jahat untuk menyebabkan ketakutan dan kepanikan di kalangan pemerintah yang sedang berkuasa 5. Begitu pula yang tercantum dalam Undang-Undang RI No.15 – tahun 2003 tentang Terorisme yang menyatakan bahwa yang dimaksud dengan terorisme adalah aksi atau tindakan kriminal yang tertera dalam Peraturan Pemerintah No.2 - tahun 2002 sebagai pengganti Peraturan Pemerintah No.1 – tahun 2002 tentang aksi terorisme kriminal. Sementara menurut Konvesi PBB tahun 1989, disepakati tentang rumusan terorisme ialah sebagai suatu bentuk tindak kejahatan yang ditujukan langsung kepada negara dengan maksud menciptakan teror terhadap orang-orang tertentu atau kelompok orang atau bisa juga suatu masyarakat luas 6

Dalam bukunya “ Isu-Isu Global Kontemporer “ ( 2011)7, Prof.Drs.Budi Winarno, M.A. PhD menjelaskan bahwa terorisme di seluruh dunia memiliki karakteristik yang sama yaitu menggunakan kekerasan dalam setiap aksinya. Perbedaan terorisme dengan perbuatan kriminal lainnya, ialah tindakannya mengandung muatan politik. Demikian pula menurut Prof. DR.Ir. HM. Hendropriyono ( mantan Kepala BIN ) yang mengibaratkan kegiatan terorisme seperti sebatang pohon yaitu teroris diumpamakan sebagai daunnya, organisasi teroris sebagai batang dan ranting, ideologi politis sebagai akarnya lalu habitat sosial sebagai tanah tempat pohon itu tumbuh. Oleh karena itu kegiatan teroris dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti kondisi global yang diumpamakan sebagai matahari yang mempengaruhi kelangsungan hidup pohon tersebut. Selanjutnya kondisi geopolitik global adalah pupuk yang menyuburkan pohon itu dan gesekan atau konflik antarperadaban sebagai atmosfer. Sedangkan menurut Mark Reibling8 “ Terrorism is warfare “ yaitu sebagai perang modern yang harus dilawan dengan kekuatan secret warriors. Dalam perspektif inilah kekuatan militer dengan pasukan anti terornya, aparat intelijen serta aparat teritorial, perlu dilibatkan untuk menghadapi gerakan terorisme tersebut.

Maka dari uraian sejumlah definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan terorisme merupakan perbuatan melawan hukum yang dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk menghancurkan kedaulatan bangsa dan negara. Yaitu dengan cara membayahakan bagi badan, nyawa, moral, harta benda dan kemerdekaan orang, atau menimbulkan kerusakan umum atau suasana teror dan rasa takut secara meluas, sehingga terjadi kehancuran pada obyek-obyek vital yang strategis, kebutuhan pokok rakyat, lingkungan hidup, moral dan peradaban, perekonomian secara menyeluruh dan sebagainya seperti tertera pada Bab 1, Pasal 1 – Undang-Undang RI No.15 – tahun 2003 tentang Terorisme. Singkatnya, terorisme adalah suatu perbuatan kejahatan yang teroganisir dan terencana untuk menimbulkan bahaya bagi nyawa manusia dan kehancuran fisik, sehingga memberi pengaruh buruk bagi perkembangan ekonomi, politik dan stabilitas suatu negara. Kemudian dari apa yang telah disimpulkan barusan, terorisme juga bisa dikategorikan sebagai suatu tindak kekerasan politis ( political violence ) yang dilakukan oleh suatu organisasi atau kelompok teroris dalam upaya melawan pemerintah penguasa. Namun secara umum dapat juga disimpulkan bahwa terorisme dan aksi teror, semata-mata bertujuan untuk menarik perhatian pemerintah atau dunia internasional. Yaitu dengan cara menimbulkan gangguan

5 A merriam webster, American Book Company - 1962 6 Ahmad Reza Syaiful – Tesis FISIP UI 2010

7 Prof.Drs.Budi Winarno, MA.PhD – Yogyakarta Caps – 2011.

(10)

keamanan serta ketakutan dan kepanikan masyarakat terhadap aksi-aksi tersebut. Terlebih bila aksi-aksi teror itu menimbulkan kerusakan dan kehancuran fisik, korban jiwa serta hal-hal lain yang mengancam keselamatan hidup orang banyak.

Aksi terorisme - pada prinsipnya - merupakan suatu tindak pidana kriminal tetapi memiliki sifat yang khusus dengan ciri-ciri seperti berikut : a) bergerak dalam kelompok, b) anggotanya memiliki militansi tinggi, c) beroperasi di bawah tanah ( gerilya / rahasia ), d) menggunakan perangkat senjata yang canggih dan mematikan, e) terkait atau berhubungan dengan jaringan terorisme internasional ( global ), memiliki tujuan-tujuan pemaksaan kehendak dan publikasi politik yang mengakibatkan korban masyarakat sipil yang tidak berdosa, dan f) menunjukan hubungan yang erat dengan politik. 9

Menurut J.Bowyer Bell, terorisme adalah senjata kaum lemah tapi justru senjata yang ampuh untuk mempengaruhi pihak lain yang lebih kuat. Sedangkan David Fromkin lebih meninjau dari sisi target dan sarana, yaitu terorisme adalah suatu upaya mempengaruhi pihak lain dengan mengandalkan perubahan psikologis pihak lain. Terorisme terjebak dalam konflik yang menimbulkan aksi kekerasan dan sadisme. Keterjebakan itulah yang menjadikan aksinya sebagai crime act secara universal sehingga tujuan luhur kemudian menjadi pudar karena kurangnya transparansi.10

Kata “teror” menurut arti bahasa Arab disebut dengan istilah “irhab”. Kamus Al-Munawwir mendefinisikan Rahiba-Ruhbatan, waruhba- nan, wa rohabban, rubbanan sebagai khaafa “takut”. Sedangkan Al-irhab diterjemahkan sebagai intimidasi.11

Istilah teror ( isme ) pertama kali dipopulerkan pada masa Revolusi Perang Francis ( 1789-1794). Namun praktek terorisme itu sendiri terjadi jauh sebelumnya. Menurut catatan sejarah, terorisme telah dipraktekan manusia sejak zaman Yunani kuno, Xenophon ( 431-350 SM ) misalnya, menulis dalam bukunya tentang terorisme dalam term “ Perang Psikologis” untuk menaklukan musuh. Pada awal abad Masehi tercatat nama Kaisar Rome Tiberius ( 1437) dan Caligula ( 37-41) yang melakukan terorisme terhadap lawan-lawan politiknya.

Menurut Dr.Ali Masyar, dosen Fakultas Hukum UNES, istilah teroris oleh para ahli kontra terorisme dikatakan merujuk kepada para pelaku yang tidak tergabung dalam angkatan bersenjata ( militer ) yang dikenal atau tidak menuruti ketentuan angkatan bersenjata tersebut. Aksi terorisme juga mengandung makna bahwa serangan-serangan teroris yang dilakukan tidak berperikemanusiaan dan tidak memiliki justifikasi. Oleh karena itu para pelaku teroris layak mendapatkan pembalasan yang tidak kalah kejam. 12

Akibat makna-makna negatif yang dikandung oleh perkataan “teroris” dan “terorisme”, para teroris umumnya menyebut diri mereka sebagai separatis, pejuang pembebasan, pasukan Perang Salib, militan, mujahidin dan lain sebagainya. Ada pun makna sebenarnya dari jihad, mujahidin adalah jauh dari tindakan terorisme yang menyerang penduduk sipil padahal mereka tidak terlibat perang. Terorisme sendiri sering mengatasnamakan agama sebagai pembenaran atas tindakannya.

9 Djelantik, terorisme, november 2016, h.136.

(11)

Selain oleh pelaku individual atau kelompok, terorisme juga bisa dilakukan oleh negara atau dikenal dengan sebutan terorisme negara ( state terrorism ). Misalnya seperti dikemukakan oleh Noam Chomsky yang menyebut Amerika Serikat ke dalam kategori itu. Persoalan standar ganda selalu mewarnai berbagai penyebutan yang awalnya bermula dari Barat. Seperti ketika Amerika Serikat banyak menyebut teroris terhadap berbagai kelompok di dunia, di sisi lain liputan media menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat melakukan tindakan terorisme yang mengerikan hingga melanggar konvensi yang telah disepakati.

Masalah terorisme di dunia, bukan terbilang hal baru. Namun belakangan kembali menjadi perbincangan aktual ketika terjadi serangan teroris pada tanggal 11 September 2001 di gedung World Trade Center ( WTC ) di New York dan Markas Pentagon – USA di Washington DC. Yakni para teroris membajak pesawat komersil perusahaan Amerika lalu menabrakan pesawat tersebut ke gedung menara kembar WTC dan gedung Markas Pentagon. Peristiwa tersebut dikenal dengan nama “September Kelabu” yang menimbulkan 3000 orang korban meninggal dunia. Sebagian pihak menduga serangan tersebut merupakan serangan teroris terhadap simbol ekonomi Amerika Serikat, padahal tidak sekedar itu. Karena sesungguhnya di gedung menara kembar tersebut terdapat 430 perusahaan dari 28 negara. Jadi sesungguhnya para teroris itu tidak cuma menyerang simbol ekonomi Amerika Serikat, tetapi justru serangan terhadap dunia internasional. Sehingga serangan “September Kelabu” menjadi perbincangan aktual berbagai negara di dunia dan menjadi isu global yang mempengaruhi kebijakan politik seluruh negara di dunia, khususnya dalam mengatasi masalah terorisme tersebut. Terlebih lagi ketika terjadi serangan teroris di Pulau Bali tanggal 12 Oktober 2002 yang dikenal dengan sebutan “ Peristiwa Bom Bali I ”, yang menewaskan 184 warga sipil dan korban luka parah lebih dari 300 orang. Sebagian dari para korban tersebut adalah warga asing yang sedang berlibur di Bali.

Akibat dari berbagai serangan teroris global tersebut, membuat negara-negara di dunia bersatu di bawah pimpinan Amerika Serikat dan menyatakan perang terhadap segala bentuk kejahatan terorisme. Pemerintahan Tony Blair di Inggris misalnya, termasuk yang pertama mengeluarkan anti Terrorism, Crime and Security Act, December 2001. Kemudian Pemerintah Filipina juga mengeluarkan pernyataan anti terorisme yaitu anti Terrorism Bill, disusul oleh negara-negara lainnya termasuk Indonesia.

Menurut M.Cherif Bassioni, ahli Hukum Pidana Internasional, bahwa tidak mudah untuk merumuskan suatu pengertian yang identik dan dapat diterima secara universal terhadap makna kata “terorisme” tersebut. Sedangkan menurut Brian Jenkins, terorisme merupakan padangan subyektif didasarkan kepada siapa saja yang memberi batasan pada saat dan kondisi tertentu. Sedangkan A.C.Manullang berpendapat, bahwa pengertian terorisme adalah suatu cara untuk merebut kekuasaan dari kelompok lain. 13 Kelompok negara Eropa Timur beserta beberapa negara berkembang, memberi batasan teror dalam dua kategori yaitu; a) teror

individual ( organisasi teror yang dijadikan bisnis / bayaran, untuk mencapai target

yang diinginkan pihak yang membayarnya ) dan b) teror negara ( negara kolonialis terhadap negara-negara jajahan atau sebaliknya ). 14 Di lain pihak, FBI ( Federal Bureau of Investigation ) USA mendefinisikan terorisme adalah penggunaan kekuasaan tidak sah atau kekerasan terhadap seseorang atau harta untuk mengintimidasi suatu pemerintahan, penduduk sipil dan elemen-elemen lainnya 13 A.C.Manullang,200 1. Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim, Panta Rhei. H.151.

(12)

demi mencapai tujuan sosial dan politik. 15 Sementara itu James Adam berpendapat, bahwa terorisme itu adalah penggunaan atau ancaman kekerasan fisik oleh individu-individu atau kelompok-kelompok untuk tujuan politik. Baik untuk kepentingan atau untuk melawan kekuasaan yang ada, atau jika tindakan-tindakan terorisme itu dimaksudkan untuk mengejutkan, melumpuhkan atau mengintimidasi suatu kelompok sasaran yang lebih besar dari pada korban-korban langsungnya. 16

Lain lagi halnya menurut Majelis Ulama Indonesia ( MUI ) yang menyatakan bahwa terorisme adalah suatu tindak kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang menimbulkan ancaman serius terhadap kedaulatan negara, bahaya terhadap keamanan, perdamaian dunia serta merugikan kesejahteraan masyarakat.

Terorisme adalah suatu bentuk kejahatan yang diorganisir dengan baik ( well-organized ), bersifat transnasional dan digolongkan sebagai kejahatan luar biasa ( extra ordinary crime ) yang tidak membeda-bedakan sasaran ( indiscriminative ). 17

Maka dengan demikian terorisme adalah kejahatan yang mengancam kedaulatan negara ( against state / nation ), melawan kemanusiaan ( against humanity ) yang dilakukan dengan berbagai bentuk kekerasan. Dua organisasi teroris yang bermarkas di Timur Tengah yaitu Al Qaeda dan ISIS telah berhasil membangun jaringan yang sangat solid di berbagai negara di belahan dunia ini. Cabang-cabang kedua organisasi tersebut di negara-negara Eropa, Asia, Amerika dan Australia, telah melakukan serangkaian aksi kekerasan yang mampu menggemparkan dunia. Misalnya melakukan serangan bersenjata kepada warga sipil, peledakan bom jarak jauh atau pun bom bunuh diri dan sebagainya. Aksi-aksi mereka tidak didukung dengan dana yang besar, tetapi memiliki militansi ideologi yang sangat tinggi. Loyalitas mereka bukan kepada negara atau bangsa, melainkan kepada kelompok dan para tokoh pemimpinnya yaitu non state actor seperti Osama bin Laden atau Abu Bakar al-Bahgdadi. Kedua non state actor itu telah memainkan strategi smart power atau perang asimetris dalam melakukan serangan di berbagai wilayah dan negara di dunia.

Sebelum munculnya nama kedua tokoh non state actor itu di panggung internasional, masyarakat dunia ( khususnya lembaga-lembaga keamanan seperti militer dan polisi ), sudah mencatat organisasi-organisasi teroris internasional yang mengancam keamanan dunia. Di Eropa misalnya, dikenal nama kelompok teroris Irlandia atau IRIS, sedangkan di Timur Tengah sudah berkumandang nama PLO ( Palestina Liberation Organitation ) yang dipimpin oleh Yasser Arafat. Kedua organisasi teroris ( IRIS dan PLO ) itu juga memainkan strategi smart power atau perang asimetris dalam melaksanakan perjuangannya. Menariknya, meskipun kedua organisasi teroris itu tidak berkoalisi dan berkomunikasi, tapi sifat tujuan aksinya nyaris sama. Yaitu IRIS memperjuangkan kemerdekaan Irlandia dari penjajahan Inggris, sedangkan PLO memperjuangkan hak bangsa Palestina yang dirampas Israel. Artinya aksi terorisme yang mereka lancarkan semata-mata bertujuan untuk kemerdekaan atau kebebasan bangsanya dari cengkeraman atau penindasan bangsa lain. Selain itu dalam melaksanakan aksinya, baik IRIS mau pun PLO tidak selalu di tempat yang diperjuangkannya. IRIS misalnya, sering melakukan aksi teror di kawasan Eropa seperti London, Italia, Perancis, Jerman dan sebagainya.

15 Muladi, 2002. Demokratisasi, HAM dan Reformasi Hukum di Indonesia. The Habibie Center, Jakarta. 16 James Adam,2002. The Financing of terror; How the Groups That are Terrorizing the World et the Money to Do it. Sebagaimana dikutip oleh Simela Victor Muhammad dalam Poltak Partogi Nainggolan.

17 Ma’aruf Amin, 2007. Meluruskan Makna Jihad Mencegah Terorisme. Tim Penanggulangan Terorisme MUI,

(13)

Sehingga nama organisasi teroris Irlandia itu sangat terkenal di kawasan Eropa, khususnya Eropa Barat. Demikian pula dengan PLO, melancarkan aksinya di kawasan Timur Tengah seperti Mesir, Yordania, Iran, Irak dan sebagainya, bahkan di Amerika Serikat atau negara-negara sekutu Amerika. Karena PLO menganggap bahwa Amerika Serikat adalah pendukung dan pelindung Israel, walaupun menurut riwayatnya bangsa Israel bisa menduduki sebagian wilayah Palestina itu berkat kemurahan hati pihak Inggris. Singkat kata tujuan perjuangan kedua kelompok teroris itu adalah untuk memperjuangkan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Sehingga dalam kegiatan aksinya, para pelakunya adalah orang-orang seasal mereka. IRIS misalnya, hanya merekrut orang Irlandia yang memiliki cita-cita dan tujuan yang sama. Demikian pula PLO, merekrut orang Palestina yang militan dan rela mengorbankan diri dan nyawanya demi perjuangan kemerdekaan bangsa dan negaranya. Maka berdasarkan pola tujuan perjuangannya yang seperti disebutkan tadi, kedua organisasi teroris itu ( IRIS dan PLO ) muncul dan melakukan aksinya didasari rasa nasionalisme yang tinggi dengan spirit patriotik yang tidak kalah pula tingginya. Muncul secara alamiah dan berjuang untuk tujuan yang mulia bagi bangsa dan negaranya, walau cara-cara yang ditempuh berupa kekerasan yang membahayakan dan merugikan orang lain atau bangsa dan negara lain yang tidak ada hubungannya dengan kondisi di negara mereka. Cara-cara yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan.

Oleh sebab itu, antara organisasi IRIS dan PLO dengan Al Qaeda dan ISIS, memiliki perbedaan yang sangat signifikan meskipun mereka sama-sama dijuluki sebagai teroris dan sama-sama membahayakan atau dapat merugikan pihak lain atau melanggar nilai-nilai kemanusiaan pada umumnya. Perbedaannya yang menonjol adalah tujuan dan cita-cita perjuangannya. Jika IRIS dan PLO bertujuan memperjuangkan hak kemerdekaan bangsa dan negaranya dari penindasan bangsa atau negara lain, Al Qaeda dan ISIS justru memperjuangkan ideologi yang berlandaskan Islam radikal. Karena tujuan perjuangannya berbeda, maka kualitas dan tingkat bahaya yang ditimbulkan juga sangat berbeda. IRIS dan PLO melakukan aksi teroris di negara lain di luar wilayahnya, semata-mata ingin menyampaikan pesan kepada dunia internasional tentang keadaan yang sedang melanda bangsa dan negaranya. Yaitu berharap agar bangsa-bangsa lain atau negara-negara lain, memperhatikan serta mendukung perjuangan hak azasi dan kedaulatan bangsa mereka. Sementara Al Qaeda dan ISIS, justru ingin menanamkan paham atau ideologi mereka kepada masyarakat internasional untuk “menguasai” dunia internasional.

Karena artikel ini akan banyak membahas terorisme di Indonesia dan kaitannya dengan terorisme transnasional yang terkait dengan ideologi Islam radikal, saya bemaksud mempertajam pembahasannya kepada kedua organisasi teroris tadi yaitu Al- Qaeda dan ISIS. Namun sebelum lebih dalam memahami kiprah kedua organisasi tersebut, ada baiknya dipahami dahulu siapa, apa dan bagaimana tokoh non state actor yang membidani dan memimpin kedua organisasi teroris itu sehingga mampu memberi pengaruh terhadap isu keamanan dunia.

(14)

Universitas King Abdul Azis di Jeddah – Arab Saudi dan pernah bekerja sebagai manajer di salah satu perusahaan milik ayahnya. Selain itu dikabarkan bahwa Osama juga pernah mengenyam pendidikan tinggi di Amerika. Kemudian, seperti dilansir oleh media pers internasional, Osama memperoleh harta waris dari ayahnya senilai 250 juta dolar Amerika. Berdasarkan kekayaan yang diwariskan orangtuanya itu, Osama berhasil memiliki sejumlah perusahaan terkenal di kawasan Arab Saudi dan negara-negara lain di luar wilayah Arab Saudi. Keberhasilan dalam bisnis ternyata mendorong dan memotivasi Osama untuk mendukung atau mendanai perjuangan rakyat Afghanistan yang saat itu sedang berada di bawah penindasan Uni Soviet. Maka pada waktu yang bersamaan pula, Osama menyatakan bergabung dengan kelompok Taliban sebagai kelompok Mujahidin yang berjuang untuk kemerdekaan Afghanistan dari penindasan Uni Soviet. Rasa simpati dan empatinya terhadap perjuangan yang tertindas melawan penindas, memotivasi dirinya untuk ikut berperan serta dalam perlawanan kaum Thaliban. Mungkin karena sesama bangsa Arab, mungkin juga karena ikatan ideologi wahabi yang sama-sama dianut oleh Osama mau pun kelompok Thaliban.

(15)

mereka. Selanjutnya, setelah sepuluh tahun atau satu dasawarsa Osama menjadi buronan resmi pemerintah AS, pada tanggal 1 Mei 2011 berhasil dibekuk dan tewas tertembak di tempat persembunyiannya di kota Abbottabad yang terletak sekitar 50 kilometer dari kota Islamabad, Ibukota Pakistan. Saat itu para agern CIA telah berhasil melacak persembunyian Osama, lalu Pemerintah AS mengerahkan 25 personil pasukan khusus Navy SEALs untuk menyerbu tempat persembunyian Osama dengan nama sandi Operation Neptune Spear. 18

Ternyata tewasnya Osma bin Laden sebagai pimpinan Al Qaeda tidak menyurutkan perjuangan organisasi teroris tersebut. Tampuk pimpinan organisasi diganti oleh para penerus yang notabene adalah tokoh-tokoh hasil pengkaderan Osama sebelumnya. Sampai saat ini organisasi Al Qaeda masih beroperasi membangun jaringan pejuang mujahidin di berbagai negara ( termasuk di Indonesia ) bahkan dikabarkan juga telah menggalang kerjasama dengan kelompok ISIS.

Menurut pemberitaan media Timur Tengah, ISIS itu berasal mula dari kelompok yang bernama ad-Daulah al-Islamiyah fi al-Iraq wa asy-Syam atau disingkat Da’isy. Kelompok ini terbentuk pada tahun 2004 di Irak setahun setelah invasi Amerika Serikat ke negara tersebut. Selain dikenal dengan nama Da’isy, kelompok ini juga dikenal sebagai Jama’ah Tauhid dan Jihad. Karena mungkin penyebutannya yang panjang dan sulit dilafazkan, media-media barat lebih senang menyebut mereka dengan nama ISIS. Pengaruh kelompok mereka semakin menjadi perhatian dunia internasional ketika pada tahun 2006 menyatakan resmi bergabung dengan kelompok Al Qaeda. Bahkan ketika pada tanggal 13 – 14 Juli 2014 berhasil menyerbu dan menguasai kota Tirkit dan Mosul di wilayah Negara Irak, keberadaan kelompok mereka semakin menjadi perhatian dunia internasional. Selanjutnya atas keberhasilan pendudukan kota Tirkit dan Mosul. mereka pun semakin gencar melakukan serangan ke berbagai wilayah di Irak dan Suriah. Kemenangan demi kemenangan berhasil diraih, bahkan mereka juga berhasil menguasai ladang-ladang minyak di wilayah Irak dan Suriah. Kemudian atas kemenangan demi kemenangannya itu, kelompok ini pun mendeklarasikan berdirinya suatu negara Islam di wilayah Suriah dan Irak. Meskipun tidak satu pun negara di dunia yang mengakui deklarasi tersebut, keberadaan kelompok ini mulai diperhitungkan dan diwaspadai dunia internasional. Pemimpinnya yang bernama Abu Bakar al-Baghdadi semakin dikenal oleh dunia internasional, meskipun tidak banyak yang mengetahui apa dan siapa sosok Abu Bakar al-Baghdadi itu.19

Baik Al Qaeda mau pun ISIS merupakan dua kelompok radikalis Islam yang menempuh jalan kekerasan untuk membangun pengaruhnya bagi dunia internasional, khususnya di Timur Tengah. Bahkan menurut berbagai komentar media di Timur Tengah, ISIS jauh lebih berbahaya dibanding Al-Qaeda. Dan semakin lebih berbahaya lagi ketika kedua kelompok itu bergabung dan berkoalisi. Sebagai kelompok radikalis Islam, ISIS juga membangun jaringan ke berbagai negara di seluruh dunia, termasuk ke Indonesia. Karena setelah keberhasilannya menguasai sebagian besar wilayah Suriah dan Irak, mereka pun semakin berambisi menjadikan seluruh negara di dunia ini menjadi negara Islam yang berada di bawah satu kepemimpinan atau khilafah dengan menempuh cara melakukan perang asimetris di berbagai negara yang menjadi target-targetnya.

(16)

Tapi rupanya persekutuan Al Qaeda dan ISIS tidak berlangsung lama. Merasa kelompoknya semakin kuat dan memiliki pendanaan sangat besar, ISIS pun memutus persekutuannya dengan Al Qaeda yang sudah tidak memiliki pemimpin berpengaruh seperti Osama bin Laden. Paska pendudukan kota Tirkit dan Mosul di tahun 2014, ISIS menyatakan diri tidak lagi bergabung dengan Al Qaeda. Ternyata sampai saat ini, kelompok ISIS jauh lebih populer dibanding Al Qaeda walau eksistensi kedua kelompok itu masih berlangsung.

Dalam rumusan perang asimetris, baik Al Qaeda mau pun ISIS merupakan kelompok non state actor yang melawan state actor yaitu pemerintah resmi. Jaringan organisasi atau kelompok yang mereka bentuk di berbagai negara, melakukan aksi gerilya di negaranya masing-masing untuk melawan pemerintahan yang resmi sambil mengembangkan pengaruh ideologinya. Misalnya ketika Pemerintah Republik Perancis menerima dan menampung pengungsi Suriah yang hengkang dari negaranya setelah dikuasai ISIS, justru tidak menyangka bahwa di kalangan para pengungsi tersebut sejumlah milisi ISIS yang menyusup dengan menyamar sebagai pengungsi . Maka selang beberapa waktu setelah Pemerintah Perancis membantu dan menyediakan tempat penampungan untuk para pengungsi Suriah itu, tiba-tiba beberapa kota di Perancis termasuk kota Paris, mendapat serangan berupa penembakan brutal di sebuah gedug pertunjukan dan ledakan bom jarak jauh yang dilakukan kelompok milisi ISIS tersebut. Banyak warga Perancis yang tewas sebagai akibat serangan tersebut membuat berbagai negara di Eropa yang sebelumnya bersedia membantu dan menampung para pengungsi tersebut menjadi trauma dan memutuskan untuk menolak kedatangan para pengungsi tersebut. Seperti Republik Jerman misalnya. Belajar dari peristiwa yang terjadi di Perancis, Kanselir Jerman yang semula bermaksud bersedia menerima dan menampung para pengungsi Suriah, akhirnya memilih memenuhii kehendak rakyatnya yang menolak kedatangan para pengungsi Suriah tersebut.

Dalam menjalankan strategi perang asimetris, baik Al Qaeda mau pun ISIS sama-sama menggunakan media massa dan sosial media untuk kampanye mempropagandakan organisasinya serta tujuan-tujuan dari organisasinya itu. Al Qaeda mengedepankan isu pasukan Uni Soviet yang menindas rakyat Afghanistan serta perjuangan kaum mujahidin melawan penindasan tersebut, selain juga memprogandakan tentang paham wahabi yang bersifat radikalis. Ternyata kampanye mereka cukup efektif dan mampu menggugah serta memotivasi para aktifis Islam radikal di berbagai negara untuk datang ke Afghanistan lalu bergabung menjadi milisi Thaliban. Kemudian setelah perang Afghanistan usai, para milisi yang tadinya berdatangan dari berbagai negara segera kembali ke negaranya masing-masing lalu melanjutkan perjuangan wahabi di negaranya tersebut. Di Indonesia misalnya, muncul nama-nama seperti Imam Samudra, Ali Imron, Dr.Azhari, Noordin M Top, Dul Matin, Santoso dan sebagainya. Dimulai dari penyebaran paham melalui dakwah di mesjid-mesjid, pesantren dan majelis taklim, akhirnya berlanjut dalam aksi terorisme.

(17)

ternyata banyak juga yang datang dari Eropa, Australi dan Amerika serta Asia, termasuk dari Indonesia.

Sebagian dari mereka yang telah bergabung itu dan sudah mengalami pendidikan serta latihan ideologi mau pun kemiliteran, ditugaskan agar kembali ke negaranya masing-masing untuk membangun pengaruh ideologi serta melakukan perlawanan kepada pemerintah di negaranya. Baik dengan cara provokasi, agitasi, atau bahkan terorisme bersenjata.

Mempelajari cara yang dilakukan Al Qaeda mau pun ISIS, saya berkesimpulan bahwa kedua kelompok radikalis Islam itu menggunakan metode perang asimetris yang bertumpu kepada tiga hal yang telah disampaikan sebelumnya yaitu; isu, tema dan skema. Mereka mampu melakukan program brain washing ( cuci otak ) dalam merekrut anggota atau pendukung untuk nantinya dijadikan “alat” dalam melaksanakan perang asimetris di negara masing-masing.

Jaringan terorisme di Indonesia

Sejak tahun 1999 sampai 2000, telah terjadi serangkaian serangan bom teroris yang melanda berbagai gereja di Indonesia, khususnya pada bulan Desember. Bersamaan itu, di Ambon dan Poso berlangsung pula konflik komunal yang diproduksi oleh kelompok radikal dengan menampilkan isu SARA. Menyusul lagi rangkaian serangan bom teroris dari tahun 2002 sampai 2009 yang menyasar sejumlah kedutaan asing dan orang-orang asing di Indonesia, khususnya warga negara Australia. Semua peristiwa tersebut merupakan aksi Jama’ah Islamiyah

( JI ) yang dipengaruhi oleh organisasi Al-Qaeda di Afghanistan.

Ansyaad Mbai, mantan Kepala BNPT, menyebutkan bahwa aksi serangan teror dari tahun 1999 sampai 2010 merupakan aksi yang dilakukan oleh kelompok mujahid atau Jama’ah Islamiyah, dengan tokoh-tokohnya antara lain Dr.Azhari, Noordin M Top, Imam Samudra dan kawan-kawannya sebagai alumni Perang Afghanistan. Namun setelah aktifitas mereka berhasil dilumpuhkan oleh Densus 88 Polri, para tokoh itu ada yang tertembak mati seperti Dr.Azhari dan Noordin M Top, lalu Imam Samudra dan kawan-kawannya dieksekusi mati, praktis jaringan JI menjadi mati suri. Hingga kemudian muncul kelompok baru dengan nama Jama’ah Ansharut Tauhid ( JAT ) yang dipimpin oleh Uztad Abu Bakar Ba’asyir kepala Pondok Pesantren Ngruki di Solo, Jawa Tengah. 20 Tercatat sejak tahun 2010 sampai 2013, berbagai aksi teror yang terjadi di Indonesia adalah aksi yang dilakukan oleh kelompok Jama’ah Ansharut Tauhid ( JAT ) tersebut.

Jama’ah Islamiyah dan Jama’ah Ansharut Tauhid masih ada hubungannya. Kemunculan JAT hanya sebagai penerus dari perjuangan JI yang juga berhubungan dengan kelompok Mujahidin Indonesia Timur ( MIT ) pimpinan Santoso alias Abu Wardah yang juga berperan sebagai Ketua Askary JAT Poso. Paska lumpuhnya JI, Uztad Abu Bakar Ba’asyir bersama Dul Matin menyelenggarakan pelatihan militer bagi calon teroris di wilayah pegunungan Aceh Timur. Tetapi upaya tersebut berhasil ditumpas oleh Densus 88 Polri yang membuat Uztad Abu Bakar Ba’asyir ditangkap dan ditahan sampai saat ini, sementara Dul Matin dan sejumlah tokoh lainnya tertembak mati dalam penggrebekan di wilayah Pamulang – Tanggerang Selatan.

(18)

Abu Autad. Kelompok tersebut yang melakukan perampokan di Bank CIMB Niaga – Medan serta penyerangan Kantor Polsek Hamparan Perak di Binjai – Sumatera Utara. Konon, hasil rampokan Bank CIMB disalurkan kepada Kelompok Santoso di Poso.

Masih menurut Ansyaad Mbai, tahun 2010 sampai 2013, juga muncul aksi-aksi teror yang dilakukan oleh berbagai sel jihad atau halaqah jihad yaitu kelompok kecil yang beranggotakan hanya beberapa orang saja. Contohnya adalah kelompok Pepi Fernando yang terlibat kasus bom buku dan bom Serpong pada 2011, kemudian kelompok Farhan Mujahid yang terlibat kasus-kasus penembakan terhadap sejumlah petugas polisi di Solo pada 2012. Selanjutnya menjelang peringatan HUT RI 17 Agustus 2013, sel-sel jihad itu juga melakukan serangkaian aksi teror dimulai dari serangan bom ke Polsek Rajapolah di Tasikmalaya, Jawa Barat dan Vihara Ekayana serta berbagai aksi penembakan terhadap para petugas Polisi di berbagai wilayah di Indonesia 21.

Jika mencoba memetakan jaringan teroris di Indonesia, jelas antara satu sel jihad dengan sel jihad lainnya pasti ada hubungan. Misalnya kelompok JI ada hubungannya dengan kelompok JAT, kelompok pecahan mantan DI terkait dengan kelompok Mujahid yang juga terhubung dengan kelompok JI mau pun JAT. Sehingga dengan demikian terbaca jelas bahwa dari waktu ke waktu, dari generasi ke generasi, kelompok teroris itu akan terus berkelanjutan dan terus pula saling berhubungan antara satu dan lainnya dalam memperjuangkan cita-cita mendirikan Negara Islam di Indonesia.

Pada tahun 2015 hingga 2016 Pemerintah, melalui Polri dan TNI telah melakukan operasi penindakan terhadap kelompok teroris di Poso yang dipimpin oleh Santoso. Operasi yang diberi nama sandi Operasi Tinombala itu akhirnya berhasil menewaskan Santoso dan sejumlah petinggi Mujahidin Indonesia Timur. Namun demikian, tewasnya Santoso dan sejumlah tokoh petinggi lainnya, tidak berarti menyurutkan aksi mereka. Bahkan belakangan ini muncul gerakan teroris yang berafiliasi dengan ISIS di Suriah, melalui tokoh ISIS asal Indonesia yaitu Bahrum Na’im asal Klaten – Jawa Tengah. Aksi-aksi teror yang terkait dengan ISIS ini antara lain serangan bom Thamrin - Jakarta, bom di Lapangan Pandawa-Bandung sampai bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu – Jakarta Timur yang terjadi pada tanggal 27 Mei lalu.

Sinyal ancaman ISIS di Filipina Selatan

Tanggal 23 Mei 2017 lalu, kelompok Maute melakukan serangan mendadak dan berhasil merebut Marawi City – Mindanao, Filipina Selatan. Dua hari kemudian, atau persisnya tanggal 25 Mei, menyerang kota Butig, Propinsi Lanao del Sur – Davao yang juga terletak di wilayah Filipina Selatan. Sehingga dalam waktu yang singkat saja wilayah kota Marawi dan sekitarnya berhasil dikuasai oleh kelompok Maute tersebut. Ribuan penduduk pergi mengungsi meninggalkan rumahnya, menuju tempat penampungan yang aman. Sementara sebagian lagi masih tetap tinggal di kota Marawi dan sekitarnya menjadi “sandera” kelompok bersenjata tersebut. Berikutnya, sebagai tanda bahwa wilayah kota Marawi dan sekitarnya sudah dikuasai, kelompok Maute ini mengibarkan bendera ISIS di berbagai tempat dan lokasi.

(19)

berseteru dengan kalangan militer Filipina. Selanjutnya, setelah kelompok Maute memisahkan diri dari MILF, mereka pun menyatakan bergabung dengan ISIS dan menyebut dirinya sebagai pejuang Daulah Islamiyah serta berba’iat kepada ISIS. Dalam melaksanakan aksi serangannya itu kelompok Maute menyebut dirinya sebagai Khilafah Islamiyah Movement ( KIM )sedangkan Maute diambil dari nama pimpinannya yaitu Abdulah Maute.

Artikel ini tidak bermaksud membahas tentang kelompok-kelompok Islam radikal di Filipina Selatan, walau pun sesungguhnya antara kelompok Maute dengan kelompok Islam Moro yang dulu dipimpin Nur Misuari dan kelompok Abu Sayaff, awalnya adalah satu kesatuan. Namun yang akan ditekankan dalam pembahasan di sini, ialah aksi serangan kelompok Maute menduduki dan menguasai wilayah kota Marawi dan sekitarnya, adalah juga sebagai isyarat hal yang sama bisa terjadi di wilayah NKRI. Terlebih jika kita mencermati situasi yang sedang terjadi di Suriah saat ini, yaitu pihak ISIS sudah terdesak akibat gempuran serangan militer Rusia dan nyaris meninggalkan kota Mossul yang selama ini sudah dikuasai mereka. Juru bicara ISIS melalu media massa Timur Tengah dan Arab sudah mengumumkan bahwa mereka akan membangun markas pertahanan di wilayah Asia Tenggara yaitu di wilayah Filipina Selatan, serta melakukan serangan teror di Eropa seperti yang kini terjadi di Paris - Prancis, kota London - Inggris dan negara-negara Eropa lainnya.

Bahkan dalam beberapa hari terakhir, diberitakan bahwa saat ini empat negara di Timur Tengah sudah menyatakan pemutusan hubungan diplomatik dengan Qatar yang dinilai pro ISIS serta dicurigai mendukung pendanaan mau pun logistik persenjataan kepada pihak ISIS. Sikap politik yang memutuskan hubungan diplomatik dengan Negara Qatar itu, menimbulkan pro dan kontra di negara-negara Timur Tengah. Kondisi demikian akan berpotensi besar menyulut konflik yang lebih tajam di Timur Tengah dan telah mengundang kecemasan bagi Negara Australia.

Bilamana eskalasi konflik di Timur Tengah semakin meningkat, langkah ISIS membangun markas pertahanan di wilayah Filipina Selatan tentu akan semakin kongkrit dan menjadi ancaman bagi negara-negara di sekitarnya seperti Malaysia, Brunei dan Indonesia. Namun dari ketiga negara tadi, wilayah NKRI akan menjadi sasaran utama. Apalagi saat ini di Indonesia, gerakan-gerakan kelompok Islam radikal semakin muncul ke permukaan dan mulai menjadi ancaman terhadap keamanan dan kedaulatan negara. Kondisi dinamika dan suhu politik yang sedang berlangsung di dalam negeri, bisa menjadi “peluang” bagi para teroris untuk melakukan aksi-aksinya. Buktinya, serangan bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu yang belum lama terjadi. Sesuai yang diumumkan oleh pihak Polri, bahwa pelaku bom bunuh diri di Terminal Kampung Melayu itu merupakan militan ISIS di Indonesia.

(20)

agama yang didakwakan kepada Basuki Tjahja Purnama ( Ahok ) mantan Gubernur DKI Jakarta. Jika mencermati kondisi tersebut, tentu patut dicurigai bahwa kelompok Islam radikal yang organisasi-organisasinya akan dibubarkan Pemerintah RI, sedang “bermain” sebagai pihak ke tiga dalam kancah perang sosial media itu. Ada potensi pihak ke tiga itulah yang sedang berusaha menyulut konflik sosial di negeri ini.

Hikmah pelajaran dari proses penyelenggaraan Pilkada DKI yang baru lalu, hendaknya dapat menyadarkan seluruh elemen masyarakat Indonesia, terhadap kerawanan yang ditimbulkan oleh gencarnya isu, berita hoax dan fitnah yang meramaikan sosial media yang nyaris menimbulkan perpecahan serta konflik horisontal di masyarakat. Proses pilkada sebagai proses politik telah “ditunggangi” kepentingan lain yang sangat rawan dan membahayakan negara mau pun bangsa ini. Pola demikian itulah yang akan digunakan dalam hebohnya kasus chat porno yang melibatkan sosok Habib Riziek Shihab untuk menjadi “alat” menciptakan kerusuhan dan konflik di masyarakat.

Langkah pencegahan

Maka sebelum kerawanan kerusuhan dan konflik itu terjadi, tentu perlu dilakukan langkah-langkah pencegahan yang kongkrit dan tegas seperti berikut :

1. Revisi Undang-Undang Teroris harus segera diselesaikan dan disahkan, tanpa mengabaikan para politisi di legislatif yang berusaha mengulur dan memformula revisi undang-undang tersebut dengan kepentingan teroris. Karena patut dicurigai di kalangan politisi yang berperan di legislatif saat ini adalah para politisi yang sebenarnya mendukung tujuan mengubah ideologi Pancasila dengan ideologi Islam radikal.

2. TNI dan Polri berserta seluruh elemen masyarakat, harus meningkatkan kewaspadaan terhadap setiap gerakan aksi para teroris yang kini sangat jelas berafiliasi dengan ISIS, dan tidak mudah terpengaruh oleh perang ecek-ecek yang sedang berlangsung di sosial media, khususnya tentang kasus chat porno Habib Riziek Shihab.

3. Pemerintah harus tegas dan kongkrit dalam melaksanakan pembubaran organisasi-organisasi Islam radikal tanpa kecuali, serta mengabaikan segala opini yang dikembangkan di masyarakat oleh pihak-pihak pendukung organisasi radikal tersebut.

4. Melakukan modernisasi dan peningkatan alutsista TNI, serta memberi kesempatan pihak TNI untuk lebih intens melakukan latihan gabungan dalam mempersiapkan pertahanan dan kemampuan profesional TNI.

5. Meningkatkan kewaspadaan dan kekuatan TNI / Polri di seluruh wilayah perbatasan NKRI, serta daerah-daerah yang dinilai rawan konflik.

(21)

Bandung, 6 Juni 2017.

Daftar Kepustakaan :

Dr.Asep Zaenal Ausop, M.Ag : “ NII KW IX & Ma’had Al-Zaytun tafakur ( Kelompok Humaniora ) 2011. Selebaran Hizbut Tahrir Indonesia Cabang Kota Bandung yang dibagikan kepada masyarakat luas di kota Bandung.

Pusat Bahasa Indonesia – Balai Pustaka 1961 WJS Poerwadarminta – Balai Pustaka 1985

A merriam webster, American Book Company - 1962 Ahmad Reza Syaiful – Tesis FISIP UI 2010

Prof.Drs.Budi Winarno, MA.PhD – Yogyakarta Caps – 2011.

Mark Reibling dalam Marthen Luther, terorisme dan TNI, Jakarta : CMB Press,2013. Djelantik, terorisme, november 2016, h.136.

Nugroho Notosusanto, Terorisme Berjubah Agama, tanggal 12 Mei 2007, http/kompak.com Adian Husaini, 2001, Jihad Osama Versus Amerika, Gema Insani Pers, Jakarta, hal 83. Ali Masyhar Dr, Terorisme, Jakarta hal 12.

A.C.Manullang,200 1. Menguak Tabu Intelijen: Teror, Motif dan Rezim, Panta Rhei. H.151.

Muladi, 2002. Demokratisasi, HAM dan Reformasi Hukum di Indonesia. The Habibie Center, Jakarta.

James Adam,2002. The Financing of terror; How the Groups That are Terrorizing the World et the Money to Do it. Sebagaimana dikutip oleh Simela Victor Muhammad dalam Poltak Partogi Nainggolan.

Ma’aruf Amin, 2007. Meluruskan Makna Jihad Mencegah Terorisme. Tim Penanggulangan Terorisme MUI, Jakarta. H 26.

S.Saragih – Menguak Persembunyian Osama bin Ladewn –PT.Kompas Media Nusantara 2011 Ikhwanul Kiram Mashuri – ISIS Jihad atau Petualangan – Penerbit Rebulika 2014

Ansyaad Mbai, Dinamika Baru Jejaring Terorisme di Indonesia – Cet III – 2014.

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Keragaman jenis hutan mangrove secara umum relatif rendah jika dibandingkan dengan hutan alam tipe lainnya, hal ini disebabkan oleh kondisi lahan hutan mangrove yang secara

Sistem IPB Online Voting Centre dapat membantu mendistribusikan informasi terkait pemilihan yang akan dijalankan dan meningkatkan efisiensi waktu dan tenaga terkait

Oleh karena itu dengan adanya Aplikasi Pemesanan Tiket Kapal Berbasis Android akan memudahkan penumpang dalam melakukan pemesanan tiket sehingga menjadi lebih efisien

Setiap proyek konstruksi pasti memiliki program keselamatan dan kesehatan kerja (K3) untuk para pekerja agar terhindarnya dari hal yang mungkin tidak

Dengan menggunakan 54 karyawan STIKes Budi Luhur Cimahi sebagai sampel, penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan transformasional

Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Dalam penelitian yang dilakukan Febrian Hargyantoro (2010) dengan sam- pel sebanyak 100 perusahaan yang ter- daftar dalam indeks kompas100 tahun 2009 dan

The application of Web-Based Lecture Evaluation System in the Post-graduate Program of IAIN Salatiga has met the standard criteria in the aspects of