• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KEBIJAKAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Tugas 1. Perencanaan dan Pengembangan Kawasan Perdesaan

KEBIJAKAN RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA

WILAYAH PEMBANGUNAN CIBEUNYING, KOTA BANDUNG

IFAH LATIFAH

F451110071

SEKOLAH PASCASARJANA

(2)

Pendahuluan

Pertambahan penduduk senantiasa menuntut tersedianya lahan untuk menampung

kegiatannya, salah satunya adalah masalah penyediaan lahan untuk pemakaman

umum di perkotaan khususnya di Wilayah Cibeunying yang lahannya terbatas, pola

pemanfaatan lahan makam yang ada kurang teratur sehingga menimbulkan berbagai

masalah seperti penyerobotan/terdesaknya lahan makam yang dijadikan permukiman

penduduk oleh masyarakat sekitar Tempat Pemakaman Umum Cikutra, kurang

diperhatikannya keserasian dan keselarasan lingkungan hidup.

Ruang terbuka hijau kota merupakan elemen fisik alami kota yang secara fisik maupun

sosial bermanfaat dan berperan penting dalam kehidupan kota. Dengan peranan

pentingnya, keberadaan ruang terbuka hijau di dalam kota menjadi suatu aspek yang

dibutuhkan, baik bagi peningkatan kualitas fisik kota maupun untuk kehidupan sosial

masyarakat nya. Oleh karena itu, perkembangan kota saat ini harus tetap

mengupayakan pengembangan ruang terbuka hijau di dalamnya, sehingga terbentuk

keselarasan diantara berbagai aspek kehidupan kota.

Rencana Induk Kota Bandung

Perkembangan Kota Bandung dipandang perlu menentukan rencana

perkembangan kota. Untuk itu disusunlah sebuah rencana pengembangan kota yang

dikenal sebagai Master Plan Kota Bandung tahun 1971. Hasil revisi Master Plan Kota

Bandung tahun 1971 adalah Master Plan Kota Bandung dan Rencana Induk Kota

Bandung tahun 2005, yaitu mengembangkan Kota Bandung sebagai :

- Pusat Pemerintahan

- Pusat Pendidikan Tinggi

- Pusat Perdagangan

- Pusat Industri

- Pusat Kebudayaan dan Pariwisata

Tujuan pembangunan Kota Bandung dalam jangka panjang :

1. Menyelesaikan masalah serta mengembangkan secara bertahap secara khusus

terutama pengembangan wilayah perluasan di timur sesuai dengan potensi sumber

daya alam, manusia dan modal yang dimiliki secara efisien, efektif dan produktif.

2. Dalam usaha ini maka harus diintegrasikan di dalam hal lingkungan pembangunan

yang lebih luas yang menunjang peningkatan pendapatan nasional dan wilayah

(3)

3. Disamping meningkatkan kualitas dan taraf hidup penduduknya juga turut

menunjang usaha pengembangan wilayah untuk keseimbangan dan pemerataan

pembangunan khususnya wilayah Kota Bandung.

Menurut Rencana Induk Kota Bandung 2005 konsepsi pengembangan tata

ruang Kota Bandung ditekankan pada usaha pengarahan pengembangan sumbu

barat, timur sampai batas- batas tertentu. Perkembangan ke arah utara dikendalikan

dengan tidak mendorong pusat- pusat kota yang telah dikembangkan. Untuk kawasan

pinggiran kota yang telah berkembang perlu adanya pembatasan perkembangan agar

perkembangan tersebut dapat dikendalikan. Pernyataan lain dalam Rencana Induk

Kota Bandung 2005 adalah perkembangan tata ruang Kota Bandung harus mampu

mewadahi kecenderungan dan potensi yang saat ini telah berkembang.

Pola penggunaan lahan di Kota Bandung yang tercatat pada tahun 1990 (data

setelah perluasan) didominasi oleh permukiman dan lahan kosong. Proporsi luas

penggunaan permukiman terhadap luas Kota Bandung tercatat 52,11 % sedangkan

luas lahan kosong (tegalan dan sawah) tercatat sebesar 31,26 %. Proporsi

penggunaan lainnya adalah fasilitas sosial 3,30 %, kawasan militer sebesar 2,07 %

dan penggunaan lainnya tercatat 4,99 %. Sedangkan kawasan permukiman relatif

masih menyebar dan kecenderungan terlihat mulai mulai berkembang pesat. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

TabelPenggunaan Lahan Kota Bandung

Penggunaan lahan

Permukiman 1.452.930 2.012.837 1.268.187 1.550.431 1.383.361 1.124.880

8.792.628

Sawah 58.299 118.100 109.100 636.208 1.216.678 1.804.992 3.943.377 (23,37 %)

Fasilitas Sosial 135.704 122.401 80.820 55.048 138.303 25.361 557.577 (3,30 %) Fasilitas Ekonomi dan

Perdagangan 79.660 161.998 98.150 81.631 13.048 13.580

(4)

Rencana Garis Besar Penggunaan Lahan

Rencana struktur tata rung Wilayah Pembangunan Cibeunyng didasarkan pada

tujuan dan strategi pengembangan tata ruang kota yang disesuaikan dengan

kebijaksanaan tata ruang yang telah ditetapkan dalam Rencana Umum Tata Ruang

Kota Bandung maupun kebijaksanaan sektoral lainnya.

Secara umum dapat dikatakan organisasi di Wilayah Pembangunan Cibeunying

terdiri dari wilayah sekitar pusat kota yang dipengaruhi perkembangan pusat kota.

Pusat sekunder sebagai pusat perkembangan Wilayah Cibeunying, serta pusat-pusat

lingkungan dikawasan lingkungan. Di wilayah sekitar pusat kota pemanfaatan ruang di

dominasi untuk kegiatan perdagangan dengan skala pelayanan kota dan regional.

Rencana garis besar penggunaan lahan Wilayah Cibeunying adalah sebagai berikut :

1. Permukiman

Berdasarkan karakteristik lingkungan permukiman di Wilayah Cibeunying dapat

dikenali lingkungan permukiman teratur dan tidak teratur. Lingkungan teratur dapat

dipertahankan, sedangkan lingkungan yang tidak teratur perlu diatur pengendaliannya,

perkembangannya agar tidak terjadi pengembangan permukiman sehingga tidak

mengarah terbentuknya lingkungan kumuh. Untuk permukiman tidak teratur

sirencanakan pengembangan pada bentuk rumah susun dan perbaikan kampung

(KIP).

Daerah lingkungan per,ukiman yang perlu diatur baik masalah kepadatan

maupun masalah ketinggian bangunan adalah Kecamatan Cibeunying Kaler,

Kecamatan Coblong, Kecamatan Cibeunying Kidul dan terutama disepanjang Sungai

Cikapundung.Perkembangan mengarah kepada intensif karena selain alasan

mendekati tempat kerja juga karena lahan dikawasan tersebut sudah terlalu padat.

2. Komersial dan jasa

kegiatan ini berkembang di sekitar kawasan pusat kota. Perkembangan kedua

kegiatan ini disebabkan adanya penetrasi dari wilayah pusat kota, sehingga

membutuhkan lahan yang lebih luas untuk menampung berbagai kegiatan perkotaan.

Kegiatan komersial dan jasa berkembang di sepanjang Jalan Ir. H. Juanda

sampai dengan Jalan RE. Martadinata (jasa perhotelan) dengan memperhatikan

efisiensi pemanfaatan pusat kota dan wilayah sekitar pusat kota. Selain itu, kegiatan

komersial juga berkembang di Wilayah Cibeunying.

3. Perkantoran

Kegiatan perkantoran skala regional yaitu disepanjang koridor Jalan Pasteur-

(5)

4. Industri

Rencana pengembangan industri di Wilayah Cibeunying ‘harus dibatasi’. Hal ini

berkaitan dengan telah ditetapkannya bagian wilayah pengembangan industri di luar

Wilayah Cibeunying yaitu Wilayah Ujung Berung dan Gede Bage.

Kawasan Braga dalam Kebijaksanaan Pengembangan Permukiman Di Wilayah

Pembangunan Cibeunying

A. Peningkatan Kualitas Lingkungan Permukiman

Untuk menjaga lingkungan permukiman yang dapat memberikan rasa nyaman,

sehat dan estetis, maka penenganan akan kelengkapannya perlu ditingkatkan dalam

RDTR Cibeunying. Usaha untuk meningkatkan lingkungan permukiman di kawasan

braga ditempuh dengan mengintensifkan program perbaikan kampung dengan

penggalian potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia.

Intensitas Pembangunan

 Batasan Koefisien Lantai Bangunan yang rendah untuk mengantisipasi bertambahnya jumlah pendatang yang bermukim ke kawasan tersebut, serta

tidak membebani sarana dan prasarana yang sangat sulit untuk ditingkatkan

kapasitasnya.

 Menggunakan KDB yang kecil yaitu 30 %, untuk rencana pembangunan baru yang akan datang, sehingga pada tahap akhir penataan kawasan tersebut akan

memiliki ruang hijau yang cukup tinggi sekitar 60 % sehingga kinerja fungsi

kawasan sebagai penyangga Daerah Aliran Sungai tercapai.

 Batasan ketinggian bangunan sekitar 2 lantai untuk bangunan perumahan tipe tunggal.

Untuk memecahkan masalah lingkungan permukiman padat, maka perlu

dilakukan beberapa langkah penertiban dan tinjauan ulang yang berkenaan dengan

masalah penataan bangunan, yaitu :

 Persyaratan Umum

Membuat bangunan lebih nyaman dan sehat, seperti penggunaan serta penerapan

sebagai ventilasi udara dan cahaya yang cukup untuk kesehatan.

 Peletakan Bangunan Terhadap Batasan Sungai

Peletakan bangunan harus diteliti kembali secara detail terutama dalam peningkatan

kualitas lingkungan kepadatan bangunan sehingga tidak terjadi hal- hal yang tidak

diinginkan. Penertiban peletakan bangunan diarahkan pada koridor muka sungai yang

(6)

melanggar dan mengembalikan fungsi lahan bantaran sungai guna keperluan program

konservasi lahan yang direncanakan.

Hal ini perlu dilakukan penggusuran, untuk daerah bantaran sungai yang

seharusnya bersih dari unsur bangunan sepanjang 10 meter dari kiri dan kanan

sungai. Derah bebas ini sekaligus dimanfaatkan secara maksimal guna keperluan

utilitas lingkungan baik untuk pemusatan fasilitas drainase, septic tank dan lainnya

maupun untuk keperluan peningkatan citra daerah muka sungai dengan penempatan

jalan.

B. Pengembangan Prasarana Transportasi

Berdasarkan pada 2 pendekatan dalam upaya mengelola sistem transportasi

yang ada di Wilayah Cibeunying :

1. Di kawasan Braga masalah transportasi diprioritaskan pada penanganan

kemacetan dan perparkiran.

2. Berdasarkan sistem hirarki jalan, di kawasan Braga terdapat 2 jalan yang

pertama berfungsi sebagai jalan kolektor primer yaitu Jalan Braga dan yang

kedua Jalan Naripan berfungsi sebagai jalan arteri sekunder.

C. Pengembangan Kegiatan Komersial

Sesuai dengan kecenderungan perkembangan yang terjadi, maka penanganan

terhadap terhadap kegiatan komersial yang berkembang pesat adalah perdagangan.

Melihat kecenderungan ini Kawasan Braga yang berdasarkan RDTR Cibeunying

berada disekitar pusat kota yang diarahkan untuk kegiatan perdagangan, jasa, juga

tidak luput dari upaya pengembangan kegiatan komersil ini dengan strategi

pengembangan yang ditempuh antara lain penataan ruang kegiatan perdagangan

untuk memperoleh pemanfaatan ruang yang efisien dan efektif yaitu dengan cara :

1. Intersifikasi ruang perdagangan yang ada

2. Pengembangan kegiatan primer

3. Pengembangan kegiatan sekunder

D. Kebijaksanaan Umum

Dalam rangka pembangunan dan lingkungan permukiman pada umumnya

diambil dengan langkah- langkah sebagai berikut :

1. Pembangunan permukiman rakyat dalam rangka pembangunan sosial ekonomi

nasional diselenggarakan sesuai dengan strategi pengembangan wilayah yang

(7)

2. Perlu disusun dan dibina sistem yang terarah dan terpadu dalam bidang

permukiman dalam rangka peningkatan mutu kehidupan rakyat dan terwujudnya

lingkungan hidup yang sehat serta perkembangan kota dan desa yang tertib,

efisien dan serasi dengan pembangunan daerah.

3. Dalam rangka meningkatkan pembangunan permukiman rakyat berbagai sistem

pengadaan permukiman perlu dimantapkan dan disempurnakan, untuk itu harus

diadakan monitoring dan evaluasi yang intensif dan terus menerus dalam

berbagai kegiatan.

4. Perlu adanya peningkatan kerjasama dan koordinasi yang sesuai antara

berbagai pihak yang terlibat dalam upaya pembangunan permukiman baik

pemerintah, swasta maupun masyarakat sendiri.

5. Pengikutsertaan sektor usaha swasta dan masyarakat perorangan ditingkatkan

dengan membina dan mengarahkan badan- badan pembangunan permukiman

swasta. Mengembangkan organisasi yang tidak mencari keuntungan koperasi

dan sebagainya dengan mengusuhakan fasilitas- fasilitas yang diperlukan.

6. Penanaman dan peningkatan pengertian serta kesadaran masyarakat akan

pentingnya permukiman dan lingkungan yang sehat dan disertai dengan usaha

penyempurnaan peningkatan prasarana pendukung lingkungan permukimannya.

E. Kebijakan Khusus

1. Pembangunan permukiman rakyat didaerah perkotaan ditujukan pada berbagai

golongan pendapatan, namun mengutamakan golongan masyarakat

berpendapatan rendah dan tidak tetap dengan mengikutsertakan sebanyak

mungkin sektor usaha swasta dan masyarakat.

2. Pengembangan permukiman rakyat didaerah perkotaan dapat dilakukan di

tempat semula dan dapat pula di tempat yang baru.

3. Pembangunan di tempat semula untuk mengatasi masalah kepadatan yang

tinggi antara lain dengan menyempurnakan prasarana pendukung lingkungan.

4. Pembangunan di tempat baru diarahkan untuk mewujudkan masyarakat

berkembang dan sejauh mungkin dilaksanakan dalam skala besar.

Kebijakan Perundangan Penataan Permukiman Kawasan Kumuh

Pendanaan kawasan kumuh sebagai bagian dari kegiatan penataan tata ruang

memiliki acuan perundangan yakni Undang- Undang Tata Ruang No 24 Tahun 1992.

(8)

permasalahan perumahan serta sarana dan prasarananya maka perlu mengacu pada

beberapa perundang- undangan yang berkaitan.

Perundang-undangan dan peraturan yang terikat dengan masalah penanganan

permukiman kumuh dan masalah srategi serta ketentuan-ketentuan dalam proses dan

rencana penanganan antara lain:

1. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok

Agraria.

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1964 tentang Penetapan Peratuaran

Pemerintah Pengganti Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962 tentang

Pokok-Pokok Perumahan menjadi Undang-Undang

3. Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1986 tentang Analisis mengenai dampak

lingkungan

4. Instruksi Presiden RI Nomor 5 Tahun 1990 tentang Peremajaan Pembinaan

Kawasan Kumuh

5. Undang- Undang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang

6. Undang- Undang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan Permukiman

7. Permendagri Nomor 2 Tahun 1992 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Kota

Permasalahan Permukiman Kumuh

Penyebab Timbulnya Permukiman Kumuh Dan Kendala Yang Dihadapi Dalam

Penanganannya

A. Penyebab timbulnya lingkungan permukiman kumuh

1. Tingkat urbanisasi dan migrasi yang tinggi terutama bagi kelompok masyarakat

berpenghasilan rendah.

2. Sulitnya mencari pekerjaan.

3. Sulitnya mencicil atau menyewa rumah.

4. Kurang tegasnya pelaksanaan peraturan perundang- undangan.

5. Program perbaikan lingkungan yang hanya dinikmati oleh para pemilik rumah.

6. Disiplin warga yang rendah.

7. Semakin sempitnya lahan permukiman.

8. Semakin mahalnya harga lahan.

B. Kendala yang dihadapi dalam menangani lingkungan permukiman kumuh

1. Peremajaan lingkungan kumuh merupakan proyek besar. Jadi harga yang

dipertimbangkan dengan matang mengenai manfaat proyek karena menyangkut

(9)

2. Masih ada dualisme antara penataan lingkungan dengan peremajaan lingkungan

yang mengikuti standar teknis bangunan. Penghuni permukiman kumuh

kelihatannya masih senang tinggal dirumah kumuhnya dari pada dirumah sewa

bertingkat atau rumah susun.

3. Banyak proyek peremajaan lingkungan kumuh yang tidak didahului oleh survai

sosial untuk melihat karakteristik kemampuan dan kemauan penduduk yang akan

tergusur. Pembangunan rumah susun bukan sekedar masalah teknis tetapi

menyangkut sosial ekonomi dan budaya penduduk.

4. Banyak proyek peremajaan lingkungan yang kurang memperhatikan

kelengkapan lingkungan seperti taman, ruang terbuka, tempat rekreasi,

pencegahan kebakaran, tempat pembuangan sampah sementara dan tempat

bermain anak- anak.

5. Penggusuran sering diartikan buruk, akan tetapi pemerintah berusaha

meremajakan lingkungan kumuh dan memungkinkan penduduknya ketempat

yang lebih baik.

6. Keterbatasan lahan, dalam pelaksanaan peremajaan lingkungan kumuh harus

dipilih lokasi yang benar- benar cocok baik terhadap program itu sendiri maupun

program lainnya yang sedang dilaksanakan.

7. Belum kuatnya dana pembangunan permukiman.

8. Perlu diciptakan kebersamaan, masyarakat perkotaan yang cenderung

mengutamakan kepentingan individu, perlu diarahkan pada hidup dengan rasa

kebersamaan dalam lingkungan permukiman yang baru.

9. Belum berkembangnya prinsip yang dilakukan pendekatan yang manusiawi

tanpa kekerasan.

10. Sulitnya penegakan hukum karena penghuni lingkungan kumuh hampir tidak

mengerti peraturan perundang- undangan yang berlaku. Diperlukan waktu yang

cukup lama untuk mengubah pola hidup masyarakat.

11. Pengelolaan program peremajaan lingkungan kumuh harus berpandangan

objektif dan luas. Pengelola harus melihat kepentingan pemerintah dan

kepentingan masyarakat yang lingkungan permukimannya akan diremajakan.

Karakteristik Dan Kriteria Perbaikan Permukiman Kumuh

Karakteristik permukiman kumuh dapat disebabkan oleh faktor rumah dan

faktor prasarana. Selain itu ktriteria perbaikan permukiman kumuh dapat dilihat dari

(10)

A. Karakteristik Permukiman Kumuh

1. Faktor rumah yang semi permanen dan non permanen

- Tata letak tidak teratur.

- Status bangunan pada umumnya tidak memiliki surat ijin mendirikan bangunan.

- Kepadatan bangunan dan penduduk yang tinggi.

- Kondisi bangunan yang tidak layak huni dan jarak antara bangunan yang rapat.

- Kurangnya kesehatan lingkungan permukiman.

2. Faktor prasarana

- Aksesibilitas / jalan

- Drainase

- Air bersih

- Air limbah

- Persampahan

B. Kriteria perbaikan permukiman kumuh

1. Gejala sosial

- Kehidupan sosial yang rendah.

- Status sosial ekonomi sangat rendah.

- Tingkat pendidikan sangat rendah.

- Kepadatan penduduk sangat tinggi.

2. Gejala fisik

- Kondisi bangunan rata- rata dibawah standar minimum.

- Umumnya suatu kampung dengan bangunan non permanen dan semi

permanen telah mencapai umur 10 tahun.

- Kepadatan bangunan yang tinggi, sangat minimumnya ruang terbuka dan jarak

antar bangunan.

- Kondisi sarana fisik yang dibawah standar minimum.

- Daerah yang sangat dipengaruhi banjir.

- Keadaan daerah memerlukan pengaturan dari segi tata guna lahan.

Tindakan Yang Dilakukan Pemerintah Mengenai Masalah Permukiman

Pemerintah harus mengambil dan menerapkan pendekatan ekologis dalam rencana

permukiman penduduk guna menjamin terstrukturnya masalah- masalah lingkungan

dalam proses perencanaan dengan demikian mensosialisasikan secara berkelanjutan.

(11)

a. Perencanaan dan pengelolaan permukiman penduduk untuk memenuhi

kebutuhan fisik, kebutuhan sosial dan kebutuhan lain berdasarkan keberlanjutan

dengan mempertahankan keseimbangan antara permukiman dan ekosistem

dimana permukiman merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan.

b. Meminimalkan masalah pembuangan limbah.

c. Mengurangi perubahan lahan subur untuk pertanian menjadi lahan permukiman

dan membantu mempertahankan produktivitas lahan.

d. Mengembangkan pola konservasi energi yang lebih untuk keperluan hidup dan

produksi barang.

e. Memaksimumkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia.

f. Memadukan pemeliharaan dan pelayanan permukiman dengan menyediakan

lapangan pekerjaan, pembangunan masyarakat dan pendidikan.

Strategi Pemerintah Dalam Pengelolaan Lingkungan

Mengembangkan pemerintah yang lebih efektif dan respresentatif yang bertekad untuk

memelihara lingkungan. Pemerintah harus dapat :

a. Menyediakan infrastruktur dan pelayanan terutama pelayanan kesehatan,

pelayanan keluarga berencana, penanganan keadaan darurat, transportasi

umum, yang aman dan efisien, manajemen lalu lintas, penyediaan air, saluran

sanitasi, pengumpulan sampah padat dan pembuangan limbah.

b. Menyelenggarakan sistem perundang- undangan dan peraturan serta jawatan-

jawatan lokal yang memenuhi kebutuhan warga untuk mendapatkan bimbingan,

dukungan serta perlindungan dan eksploitasi oleh para tuan tanah dan

pengusuha.

c. Mendorong dan mendukung lembaga swadaya masyarakat yang

menyelenggarakan pusat- pusat penyeuluhan dalam hal kesehatan, kebersihan,

keluarga berencana, pembangunan rumah sehat, penghematan energi, air dan

bahan baku serta sasaran- sasaran penting lainnya.

Strategi Yang Berhasil Dalam Menangani Permukiman Liar Di Perkotaan

Strategi yang dianggap berhasil dalam menangani masalah permukiman liar perkotaan

adalah :

a. Membiarkan terlebih dahulu cara masyarakat untuk membangun permukiman.

(12)

kepastian tentang tempat yang masyarakat tinggalidan telah menikmati

pelayanan- pelayanan pokok.

b. Menyediakan air bersih, sanitasi, jalan, dan infrastruktur dasar lainnya serta

fasilitas komunikasi lainnya. Hal tersebut sering memotivasi masyarakat untuk

memperbaiki rumahnya sendiri.

Program Penanganan Permukiman Kumuh

Dalam program penanganan permukiman kumuh akan dibahas mengenai program

yang telah diupayakan pemerintah antara lain Peremajaan Kota, KIP dan Konsolidasi

Lahan.

Peremajaan Kota

Peremajaan kota merupakan upaya dalam proses perencanaan yang diterapkan untuk

menata kembali suatu kawasan tertentu di dalam kota. Peremajaan kota bertujuan

untuk mendapatkan nilai tambah yang lebih memadai bagi kawasan kota sesuai

dengan potensi nilai ekonomi yang dimiliki oleh lahan kawasan tersebut. Upaya

penataan kota melalui peremajaan kota dilakukan dengan cara mengganti sebagian

atau seluruh unsur- unsur lama dari suatu kawasan dengan unsur- unsur baru.

Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan vitalitas serta kualitas lingkungan

tersebut. Sehingga dapat memberikan kontribusi yang lebih baik bagi kehidupan kota

secara keseluruhan.

Pada tinggkat perencanaan dan perancangan, peremajaan kota merupakan

upaya dalam merumuskan kebijaksanaan pembangunan kota yang menyangkut

proses dan prosedur reorganisasi dari unsur- unsur tata ruang kota yang diremajakan.

Rumusan kebijaksanaan yang dihasilkan akan merupakan pedoman bagi penataan

kembali unsur- unsur kota, seperti peruntukkan lahan, peruntukkan bangunan,

sirkulasi, intensitas bangunan, ruang terbuka serta unsur penunjang lainnya.

Kebijaksanaan peremajaan suatu kota diambil berdasarkan atas tingkat permasalahan

yang dihadapi dan potensi serta prospek yang dimiliki oleh kawasan tersebut.

Kajian faktor tersebut akan sangat menentukan tingkat kebijaksanaan dan

pelaksanaan dari peremajaan suatu wilayah kota. Pelaksanaan peremajaan kota dapat

dilakukan secara menyeluruh, sebagian atau memanfaatkan potensi dari aset yang

dimiliki seoptimal mungkin dengan membatasi perombakan struktur kausa pada lokasi-

lokasi tertentu saja.

(13)

1. Tahap identifikasi penanganan program. Merupakan tahap awal dari keseluruhan

proses peremajaan. Dalam tahap ini dilakukan pengenalan lokasi secara umum

baik potensi maupun permasalahan yang dihadapi. Selanjutnya akan ditentukan

wilayah kajian yang dilanjutkan dengan pengenalan dan analisis terhadap

wilayah perencanaan secara mendetail dan memberikan arahan penataan

kawasan.

2. Tahap pemantapan. Merupakan perantara sebelum melaksanakan atau

merealisasikan pembangunan. Rumusan materi yang dimantapkan antara lain :

a. Evaluasi terhadap rencana (fisik, ekonomi dan budaya) yang disusun dalam

tahap identifikasi. Hasil evaluasi kemudian dimantapkan dengan perencanaan

partisipatif yang dilakukan bersama masyarakat.

b. Membentuk dan memantapkan organisasi masyarakat sehingga siap dan

mampu untuk terlibat aktif dalam proses peremajaan.

c. Menyiapkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan melalui proses dan

penggalangan komunitas.

d. Menyiapkan kelembagaan pemerintah.

e. Melakukan kelayakan dari aspek sosial dan ekonomi terhadap rencana

peremajaan.

f. Memantapkan strategi penyelesaian masalah tanah.

3. Tahap implementasi. Tahap ini adalah tahap pembangunan fisik dalam kawasan

perencanaan.

Kategori Peremajaan Kota.

Dalam proses peremajan kota, dikenal beberapa cara yang diterapkan dengan

kondisi atau sifat dari permasalahan yang dihadapi oleh kawasan yang akan

diremajakan. Beberapa perangkat pelaksanaan yang telah banyak dipraktekkan antara

lain :

1. Peremajaan Menyeluruh

Peremajaan menyeluruh adalah upaya penataan kembali kawasan kota dengan

melakukan pembongkaran sarana prasarana terlebih dahulu dari sebagian atau

seluruh kawasan kota tersebut yang dinyatakan tidak dapat dipertahankan lagi. Selain

itu, dilakukan perubahan secara struktural dari peruntukkan lahan serta ketentuan-

(14)

2. Gentrifikasi

Gentrifikasi adalah upaya peningkatan vitalitas suatu kawasan kota melalui

upaya peningkatan kualitas lingkungannya tanpa melakukan perubahan yang berarti

dari struktur fisik kawasan tersebut. Gentrifikasi bertujuan memperbaiki perekonomian

suatu kawasan kota dengan cara memanfaatkan berbagai sarana tersebut melalui

program rehabilitasi dan renovasi tanpa harus melakukan pembongkaran yang berarti.

3. Rehabilitasi

Rehabilitasi merupakan upya untuk mengembalikan kondisi suatu bangunan atau

unsur- unsur kawasan kota yang telah mengalami kerusakan, kemunduran atau

degradasi kepada kondisi aslinya sehingga dapat berfungsi kembali dengan baik.

4. Preservasi

Preservasi merupakan upaya untuk memelihara dan melestarikan bangunan atau

lingkungan pada kondisi yang ada dan mencegah terjadinya proses kerusakan. Hal

tersebut biasanya dilakukan untuk melindungi gedung- gedung, monumen atau

lingkungan yang memiliki arti sejarah bernilai tinggi.

5. Konservasi

Konservasi merupakan upaya untuk memelihara suatu tempat sedemikian rupa

sehingga makna dari tempat tersebut dapat dipertahankan. Semua hal tersebut dapat

dilihat dari maknanya masa lalu kepentingan pada masa sekarang dan kaitan dengan

kehidupan pada masa sekarang dan kaitan kehidupan pada masa yang akan datang.

6. Renovasi

Renovasi merupakan upaya untuk merubah sebagian atau beberapa bagian dari

bangunan dengan tujuan agar bangunan tersebut dapat diadaptasikan untuk

menampung fungsi atau kegunaan baru yang diberikan kepada bangunan tersebut.

7. Restorasi

Restorasi merupakan upaya untuk mengembalikan konsdisi suatu tempat pada

kondisi aslinya dengan menghilangkan tambahan- tambahan yang muncul kemudian,

serta merangsang atau mengadakan kembali unsur- unsur semula yang telah hilang

tanpa menambahkan unsur baru kedalamnya.

8. Rekontruksi

Rekontruksi merupakan upaya untuk mengembalikan kondisi atau membangun

kembali suatu tempat mendekati wujud semula. Rekontruksi biasanya dilakukan untuk

mengadakan kembali tempat- tempat yang telah rusak atau bahkan telah punah.

(15)

2.6.2 KIP (Kampung Improvment Project)

KIP memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas fisik bangunan permukiman

tanpa melakukan perubahan total. Perbaikan dilakukan pada fisik permukiman yang

digunakan untuk tempat tinggal. Perbaikan terbatas pada peningkatan kualitas fisik

bangunan agar sesuai dengan sempadan bangunan dan kriteria teknis dan kesehatan,

serta memperbaiki sarana dan prasarana yang ada. Kriteria dalam KIP adalah kondisi

sosial ekonomi dengan tingkat pendapatan yang rendah serta kondisi sarana dan

prasarana dasar lingkungan yang kurang memadai.

Permukiman kumuh merupakan suatu penyakit ekologi kota yang terjadi di

setiap kota di dunia, termasuk di Indonesia. Kekumuhan adalah salah satu ciri khas

dari akibat kota yang masih menyisakan kantong- kantong kawasan miskin di antara

sela- sela percepatan pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Tidak hanya mengganggu

visual kota, manun juga peka untuk memicu konflik sosial.

2.6.3 Konsolidasi Lahan ( Urban Land Consolidation)

Konsolidasi tanah perkotaan suatu program untuk mengatasi permasalahan

tanah yang seringkali menimbulkan konflik antara pemerintah dan masyarakat.

Program ini pada hakikatnya merupakan usaha peningkatan pemanfaatan tanah

secara ekonomis dari pemilikan persil yang berukuran kecil tidak teratur, terpencar

menjadi teratur, syah pemilikannya serta tersedianya jaringan jalan. Pada prinsipnya

konsolidasi tanah dilaksanakan berdasarkan kesepakatan para pemilik tanah,

kesepakatan ini merupakan dasar pelaksanaan konsolidasi tanah sejak awal telah

melibatkan partisipasi masyarakat baik dalam proses perencanaan, pengawasan,

pelaksanaan dan terutama kesediaan mereka menyerahkan sebagian tanahnya untuk

keperluan pembangunan prasarana umum.

Konsolidasi lahan memiliki tujuan upaya penataan kembali penguasaan,

penggunaan, dan pemilikan tanah oleh masyarakat pemilik tanah melalui usaha

bersama untuk membangun lingkungan siap bangun dan menyediakan kaveling tanah

matang sesuai dengan rencana tata ruang. Kriteria dalam konsolidasi lahan adalah

kondisi bangunan rumah yang kurang memadai serta status kepemilikan lahan dan

Referensi

Dokumen terkait

“ganjaran dan hukuman itu harus datang sendiri sebagai hasil atau.. 13 buahnya segala pekerjaan dan keadaan. Mengajar bukanlah kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru

Indomobil Sukses Internasional Tbk Lampiran 8: Model ARMA Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Lampiran 9: Correlogram ARMA. Lampiran 10:

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pemberian pupuk trichokompos jerami padi dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman kangkung terutama

Pada periode 1966-77, mereka menemukan bahwa ekspor Indonesia berpengaruh positif terbadap pertumbuhan PDB, tetapi tidak sebaliknya Sepintas lalu, temuan tersebut nampaknya

Curcuma zedoaria (Berg.) Roscoe terhadap larva Artemia salina Leach dengan.. metode Brine Shrimp Lethality Test

Merton menyatakan bahwa perilaku menyimpang terjadi karena tidak adanya kaitan antara tujuan dengan cara yang telah ditetapkan dan dibenarkan oleh struktur sosial.. Lebih jauh

Pada penelitian ini mencari hubungan antara panjang ulna dengan jenis kelamin dan tinggi badan didapatkan hubungan yang signifikan sehingga pada pengukuran panjang ulna

Banyak yang masih belum menyadari sebaik-baiknya mengenai pengertian dan penghayatan akan keselamatan kerja meskipun sebagian besar telah dilakukan. Haruslah dipahami