1
LAPORAN PENELITIAN
PENELITIAN MANDIRI
Peneliti :
Roy Hisar, SE, Ak, MM
Fakultas Ekonomi
UNIVERSITAS Esa Unggul Jakarta
2017
“PENGARUH
CAPITAL ADEQUACY RATIO
, BIAYA
OPERASIONAL PENDAPATAN OPERASIONAL,
LOAN
TO DEPOSIT RATIO
DAN
INTEREST RISK RATIO
TERHADAP PERTUMBUHAN LABA PADA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Keberadaan industri perbankan sangat strategis bagi perekonomian
nasional, baik di negara maju maupun negara berkembang. Peran strategis bank
tersebut antara lain mendukung kelancaran mekanisme pembayaran melalui
jasa-jasa transfer uang, penerimaan setoran-setoran, pemberian fasilitas pembayaran
dengan tunai, kredit serta fasilitas-fasilitas pembayaran yang mudah dan nyaman.
Bank juga sangat dibutuhkan untuk memperlancar transaksi internasional, baik
transaksi barang/jasa maupun transaksi modal untuk mengatasi perbedaan
geografis, jarak, budaya dan sistem moneter masing-masing negara. Selain itu,
kemampuan bank untuk menghimpun dana jauh lebih besar dibandingkan dengan
lembaga-lembaga keuangan lainnya (Mahmuddin Yasin, 2012: 184).
Salah satu fungsi bank yang dinilai paling penting adalah fungsi
intermediasi (Mahmuddin Yasin, 2012: 184). Fungsi intermediasi adalah fungsi
bank sebagai penghimpun dan penyalur dana dari pihak yang memiliki kelebihan
dana (surplus) kepada pihak yang memerlukan dana (defisit). Fungsi intermediasi
ini akan berjalan dengan baik apabila kedua pihak (pihak surplus dan defisit)
memiliki kepercayaan kepada bank.
Menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan,
bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
dan/atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan, bank mempunyai dua kegiatan utama yaitu funding
(menghimpun) dan financing (menyalurkan) dana. Maksudnya bank berperan
menghimpun dan menyalurkan dana. Dalam hal ini, bank berperan menjadi
perantara antara pihak yang kelebihan dana (surplus) dan pihak yang
membutuhkan dana (defisit).
Selain sebagai lembaga intermediasi, bank juga merupakan agen of trust,
agen of development, dan agent of service. sebagai agent of trust bank
bertanggung jawab atas aktivitasnya dalam menyimpan dan menyalurkan dananya
kepada nasabah. Sebagai agent of development, bank melalui aktivitasnya sebagai
lembaga intermediasi memudahkan pra pelaku ekonomi dalam mendapatkan dana
untuk aktivitas investasi, produksi, distribusi, dan konsumsi. Sebagai agent of
sevice, bank selain menghimpun dan menyalurkan dana, bank juga memberikan
penawaran jasa-jasa perbankan lainnya kepada masyarakat seperti jasa pengiriman
uang, jasa penitipan barang berharga, dan sebagainya.
Sesuai dengan UU Perbankan tujuan perbankan adalah menunjang
pelaksanaan pembangunan naisonal dalam upaya meningkatkan pemerataan,
pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Hal ini menunjukkan perbankan mempunyai peran penting dalam hal
penyediaan modal usaha bagi masyarakat sehingga dapat menggerakan sektor riil
Menurut Indra Bastian (2006: 274) kinerja merupakan suatu gambaran
mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan program dalam
mewujudkan sasaran, tujuan, misi, dan visi organisasi yang tertuang dalam skema
perencanaan strategis (strategic planning) suatu organisai termasuk bank. Bagi
bank, kinerja keuangan menunjukkan bagaimana pengelola menjalankan
organisasinya dan mengakomodasi kepentingan bank, pemegang saham, nasabah,
aktivitas moneter, maupun masyarakat umum yang aktivitasnya berhubungan
dengan perbankan. Dengan menggunakan rasio keuangan, perusahaan dapat
menilai kondisi keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan alat pengambil
kebijakan. Selain itu, rasio keuangan juga dapat digunakan untuk memprediksi
laba pada waktu mendatang.
Berdasarkan laporan keuangan, perusahaan akan membuat rasio keuangan.
Berdasarkan rasio keuangan tersebut akan diketahui kinerja perusahaan saat itu
sehingga dapat diprediksi kelangsungan usaha tersebut. Hal ini menunjukkan dari
laporan keuangan dapat dianalisis untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan keadaan keuangan atau posisi keuangan, hasil yang telah dicapai dan
perkembangan yang terjadi dari tahun ke tahun. Dari informasi tersebut pimpinan
atau manajemen bank diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk mengambil
kebijakan yang tepat untuk kelangsungan hidup banknya.
Sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang ekonomi, bank
memberikan laporan keuangan untuk menunjukkan informasi keuangan kepada
informasi tersebut adalah investor dan calon investor, mereka dapat memprediksi
hasil investasi mereka dimasa yang akan datang.
Salah satu hal dari laporan keuangan yang bisa menjadi perhatian
investor/calon investor adalah perolehan laba. Laba merupakan hasil kerja yang
diperoleh dari kegiatan operasionalnya. Laba sering dipakai untuk pengambilan
keputusan investasi dan rencana bank kedepannya. Laba yang terus meningkat
akan memungkinkan bank memperluas aktivitas operasionalnya sehingga
pendapatan meningkat, laba pun demikian.
Laba yang terus meningkat bagaimanapun merupakan bahwa bank
tersebut telah dikelola dengan baik. Para investor tentunya berharap kalau laba
perusahaan terus meningkat. Kondisi tersebut akan memancing investor lain
untuk ikut berinvestasi. Dengan semakin banyak yang berinvestasi, bank akan
memiliki tambahan modal yang dapat digunakan atau dialokasikan untuk
perluasan usaha.
Dari sisi pencapaian rencana bisnis, hingga akhir tahun 2014 ekspansi
usaha perbankan mangalami pertumbuhan sebesar 4,35% sedangkan jumlah kredit
mengalami pertumbuhan mencapai 17,33%. Lalu, tingkat permodalan perbankan
juga menunjukkan perkembangan yang cukup baik yang mendukung rencana
ekspansi. Selanjutnya pada akhir tahun 2014 Capital Adequacy Ratio (CAR) yang
menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko kerugian yang
dibandingkan posisi Desember 2013 yang sebesar 18,59%. Rasio modal inti pada
periode tersebut masing-masing sebesar 17,79% (tahun 2014) meningkat dari
16,83% (tahun 2013). Lalu Loan to Deposit Ratio (LDR) yaitu rasio antara
besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan
dana dari berbagai sumber, masih terjaga pada angka 90,25% atau tumbuh 0,55%
(http://siswa.co.id/business-strategy).
Perkembangan di dunia perbankan yang pesat serta tingkat usaha yang
tinggi dapat berpengaruh terhadap peforma suatu bank. Kompleksitas perbankan
yang tinggi dapat meningkatkan risiko yang dihadapi oleh bank-bank. Diperlukan
sistem pengendalian terhadap risiko yang meliputi seluruh aspek dalam perbankan
agar kegiatan operasi bank tidak terganggu.
Tidak semua bank yang beroperasi di Indonesia dapat dikategorikan sehat.
Sehat atau tidaknya dapat dilihat dari rasio keuangan yang dianailisis dari laporan
keuangan. Banyak pihak yang berkepentingan dengan kondisi keuangan bank
tersebut seperti pemilik bank, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank,
para investor, juga Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai lembaga pengaturan
dan pengawasan bank.
Tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian terhadap aspek yang
berpengaruh terhadap kinerja suatu bank seperti Capital, Asset Quality,
Management, Earning, dan Liquidity Sensitivity to market risk. Hal-hal itu akan
tercermin pada rasio keuangan yang dihitung berdasarkan data laporan keuangan.
dalam menetapkan strategi usaha bank sekaligus dapat digunakan pihak Otoritas
Jasa Keuangan (OJK) sebagai acuan untuk pengawasan pada bank yang
bersangkutan.
Hal ini menunjukkan pertumbuhan laba sangat tergantung operasionalisasi
perusahaan. Hal itu akan tercermin dari laporan keuangan, yang efisien dan
efektifnya dapat dilihat dari kinerja keuangan perusahaan yang tercermin paada
rasio keuangan. Berikut ini perkembangan rasio keuangan dan pertumbuhan laba
perusahaan umum selama tahun periode 2010-2014.
Tabel 1.1 Rasio Perbankan
Rasio
Tahun
2010 2011 2012 2013 2014
CAR (%) 17,8 17,18 17,71 18,56 19,62
IRR (%) 5,42 5,37 5,44 5,35 4,22
LDR (%) 75,21 79,51 82,02 87,18 90,14
BOPO (%) 86,14 86,13 83,15 75,14 77,27
Pertumbuhan
Per Laba (%)
23,23 -27,67 14,23 19,2 13,8
Sumber : Statistik Perbankan Indonesia (2015)
Data pada Tabel 1.1 diatas memperhatikan untuk rasio CAR mengalami
peningkatan secara agregat dari tahun 2010-2014, yaitu dari 17,18% (Tahun 2010)
menjadi 19,62% (tahun 2014). Namun hal itu tidak diikuti pertumbuhan laba yang
-27,67% (tahun 2011), lalu naik menjadi 14,23% (tahun 2012) dan 19,2% (tahun
2013) tetapi turun lagi menjadi 13,8% (tahun 2014). Hal ini tidak sesuai teori
yang mengatakan bahwa nilai CAR berhubungan positif dengan pertumbuhan
laba.
Demikian pula untuk rasio LDR, sepanjang tahun 2010-2014 secara
keseluruhan mengalami pertumbuhan yang positif dari 75,21% (tahun 2010)
menjadi 90,14% (tahun 2014). Tetapi pada periode yang sama pertumbuhan laba
mengalami fluktuasi dari 23,23% (tahun 2010) turun drastis menjadi -27,67%
(tahun 2011), sempat naik menjadi 14,23 (tahun 2012) dan 19,2% (tahun 2013)
tetapi turun lagi menjadi 13,8% (tahun 2014). Hal ini bertentangan dengan teori
yang mengatakan bahwa semakin optimal LDR maka semakin tinggi kemampuan
bank dalam memenuhi permintaan kredit sehingga dapat meningkatkan laba.
Sementara kenyataan memperlihatkan pertumbuhan laba fluktuatif.
Selanjutnya, secara teoritis semaikn rendah rasio BOPO menunjukan
semakin efisien kinerja perbankan tersebut sehingga akan meningkatkan laba.
Data pada tabel 1 diatas memperlihatkan bahwa rasio BOPO selama periode
2010-2014 memperlihatkan trend yang semakin menurun yaitu dari 86,14 %
(tahun 2010) menjadi 77,27% (tahun 2014) artinya secara teoritis kinerja
perbankan semakin efisien, dan kalau demikian mestinya laba semakin
meningkat. Tetapi hal yang diperlihatkan pertumbuhan laba justru fluktuatif,
Lalu rasio IRR, yang merupakan rasio yang dialami akibat dari perubahan
suku bunga yang terjadi di pasaran dan pengaruhnya bagi pendapatan perusahan.
Secara teoritis semakin tinggi rasio ini maka kemungkinan bank mengalami
kerugian semakin rendah dengan demikian laba akan meningkat. Namun
penurunan rasio ini ternyata tidak berbanding lurus dengan penurunan laba yang
justru fluktuatif.
Fenomena yang diperlihatkan oleh data pada tabel 1.1 diatas menunjukkan
ada banyak hal yang tidak sesuai dengan teori. Oleh karena itu peneliti tertarik
melakukan pengujian lebih lanjut mengenai pengaruh rasio keuangan khususnya
CAR, BOPO, LDR, dan IRR terhadap pertumbuhan laba.
Di Indonesia sesuai data dari Direktori Bank Indonesia tercatat ada 120
bank yang terdiri dari Bank BUMN, Bank Pembangunan Daerah, Bank Swasta
Nasional, Bank Swasta Asing, dan Bank Campuran (http://www.ojk.go.id/). Dari bank-bank tersebut yang telah melakukan Go-Public sebanyak 28 bank
(http://idx.go.id). Mengingat bank yang go-public pasti telah memenuhi syarat termasuk kesehatan. Atas dasar pertimbangan tersebut maka objek penelitian ini
adalah Bank Umum di Indonesia yang telah go-public dan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI).
Menurut Taswan (2005:127), modal bank adalah dana yang
diinvenstasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang
dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk memenuhi
Indonesia, pengertian modal bank dibedakan antara bank yang didirikan dan
berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang bank asing yang beroperasi di
Indonesia. Modal bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas
modal inti (primary capital) dan modal pelengkap (secondary capital)
(Dendawijaya, 2003:46).
Sedangkan dalam penilaian terhadap faktor permodalan (capital)
meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan
permodalan. Rasio untuk menilai permodalan ini adalah Capital Adequacy Ratio
(CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan,
surta berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank
di samping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank, seperti
dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain – lain (Dendawijya, 2003:122).
Dengan kata lain, Capital adequacy ratio adalah rasio kinerja bank untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang
mengandung atau menghasilkan risiko, misalnya kredit yang diberikan.
Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh
bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum bank.
Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy Ratio) yang telah
ditetapkan Bank Indonesia. Sesuai ketentuan yang telah ditetapkan Pemerintah,
maka CAR (Capital Adequacy Ratio) perbankan minimal harus 8% (Veithzal,
2012:469), bagi bank yang memiliki CAR di bawah 8% harus memperoleh
Rasio rentabilitas atau Biaya Operasional Pendapatan Operasional
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur pengaruh likuiditas, hutang,
manajemen aset terhadap hasil opersi suatu perusahaan (Brigham dan Houston,
2013:146). Sedangkan menurut Veithzal (2012:480), Rasio rentabiltas perolehan
dari investasi (penenaman modal) yang dinyatakan dalam persentase dari besarnya
investasi. Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau
mengukur tingkat efisensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang
bersangkutan. Selain itu, rasio – rasio dalam kategori ini dapat pula digunakan
untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan bank (Dendawijaya, 2003:120).
Menurut (2008:52), aspek rentabilitas merupakan ukuran kemampuan
bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode atau untuk mengukur
tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan.
Aspek rentabilitas (earnings) meliputi penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut :
1) Pencapaian return on asset (ROA), return on equity (ROE), net
interest margin (NIM), dan tingkat efisiesni bank.
2) Perkembangan laba operasional, diverifikasi pendapatan, penerapan
prinsip akutansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan
prospek laba internasional.
Tujuan dari analisis ini untuk mengukur tingkat efisiensi dan
profibilitas bank. Bank yang sehat adalah bank yang dari segi rentabilitas terus
meningkat. Rentabilitas suatu bank dalam analisa CAMELS ini meliputi besarnya
Aspek likuiditas atau Loan to Deposit Ratio sebagai kemampuan bank
dalam memenuhi kewajiban – kewajiban dalam jangka pendeknya atau kewajiban
yang sudah jatuh tempo (Dendawijaya, 2003:116). Sedangkan menurut Indriyo
Gitosudarmo (2012:215), likuiditas ialah kemampuan dari perusahaan untuk
membayarkan kewajiban jangak pendek yang dimilikinya segera untuk
dibayarkan.
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan
dapat membayar semua utang – utangnya terutama simpanan tabungan, giro dan
deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua permohonan kredit
yang layak dibiayai ( kasmir, 2008 : 51 ). Aspek likuiditas meliputi penilaian
terhadap komponen – komponen sebagai berikut :
1) Rasio aktiva / pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi
Loan to Deposit Ratio ( LDR ), proyeksi cash flow, dan konsentrasi
pendanaan.
2) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and
liabilities management / ALMA), akses kepada sumber pendanaan,
dan stabilotas pendanaan.
Bank harus dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to
Deposit Ratio ( LDR) ( Veithzal, 2003 : 484 ).
Sensitivitas atau Interest Risk Ratio terhadap resiko pasar (Sensitivity to
faktor sensivitas terhadap resiko pasar antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen – komponen sebagai berikut (Siamat , 2005 : 215 ) :
1) Modal dan cadangan yang dibentuk untuk mengcover suku bunga
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (
adverse movement ) suku bunga .
2) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement ) nilai tukar.
3) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar, antara lain:
a) Pengawasn aktif dewan komisaris dan direksi bank terhadap
potensi eksposur resiko pasar.
b) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalina resiko pasar serta sistem informasi manajemen
resiko pasar.
c) Efektifitas pelaksanaan pengendalian intern terhadap ekspour
resiko pasar termasuk kecukupan fungsi audit intern,
Dalam penelitian ini, variabel sensivtas to market menggunakan aspek
market rsik dari modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
suku bunga dibandingkan dengan potential loss akibat fluktuasi (adverse
movement) suku bunga.
Pada umumnya perusahaan didirikan untuk memperoleh laba yang optimal
perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas usahanya agar perusahaan
dapat membiayai seluruh kegiatan yang berlangsung secara terus menerus.
Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan, income
(penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi
dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang
mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman
modal.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari transaksi
sampingan atau transaksi yang jarang terjadi di badan usaha dan dari semua
transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan usaha selama satu periode
kecuali yang termasuk dari pendapatan (revenue) atau investasi oleh pemilik.
Sedangkan menurut Soemarso, SR (2005: 230) laba adalah selisih lebih
pendapatan atas beban sehubungan dengan kegiatan usaha.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:12) “Penghasilan bersih (laba)
sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau dasar bagi ukuran yang lain seperti
imbal hasil investasi(Return On Investment) atau laba per saham (Earning Per
Share)”.Kinerja perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses dengan
mengorbankan berbagai sumber daya.Adapun salah satu parameter penilaian
kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.Pada umumnya kinerja manajer
perusahaan diukur dan dievaluasi berdasarkan laba yang diperoleh. Oleh karena
itu, banyak manajer melakukan manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik.
mengharapkan kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan
peningkatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan pengembalian
kepada pemegang saham.Dengan mengetahui pertumbuhan laba yang diperoleh
perusahaan, pemakai laporan keuangan akan mengetahui terjadi peningkatan atau
penurunan kinerja keuangan suatu perusahaan.Setiap perusahaan berusaha untuk
memperoleh laba yang maksimal.Laba yang diperoleh perusahaan akan
berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Menurut Harahap (2009:113) “Laba adalah kelebihan penghasilan diatas
biaya selama satu periode akuntansi”. Sedangkan menurut Suwardjono
(2008:464) “Laba dimaknai sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan
barang dan jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya
(biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan barang/jasa)”.
Menurut Harahap (2009:310) “Pertumbuhan laba dihitung dengan cara
mengurangkan laba bersih tahun ini dengan laba bersih tahun lalu kemudian
dibagi dengan laba bersih tahun lalu”.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk meneliti
mengenai kesehatan bank terhadap pertumbuhan laba. Judul penelitiannya
“Pengaruh (BOPO, CAR, LDR, dan IRR) Terhadap Pertumbuhan Laba Pada
Perusahaan Perbankan Go-Public di Bursa Efek Indonesia ”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah seperti diatas, maka ada beberapa
1. Rasio Capital Adequacy Ratio ( CAR ) mengalami peningkatan secara
agregat dari tahun 2010 ke tahun 2014, namun pertumbuhan laba justru
mengalami penurunan dari tahun 2010 ke tahun 2014.
2. Loan to Deposite Ratio ( LDR ) mengalami peningkatan di tahun 2010 ke
tahun 2014, namun pertumbuhan laba terjadi penurunan dari tahun 2010
ke 2014.
3. Rasio Biaya Operasional Pendapatan Operasional ( BOPO ) mengalami
peningkatan di tahun 2013 ke tahun 2014, namun pertumbuhan laba terjadi
penurunan dari tahun 2013 ke tahun 2014.
4. Interest Risk Ratio ( IRR ) mengalami penurunan di tahun 2010 ke tahun
2011, namun pertumbuhan laba di tahun 2010 ke tahun 2014 mengalami
penurunan pula.
1.3. Pembatasan Masalah
Demi hasil identifikasi naskah diatas, peneliti memutuskan untuk
membatasi penelitian pada pengamat tingkat kesehatan keuangan bank terhadap
pertumbuhan laba pada bank yang telah go-public dan tercatat di Bursa Efek
Indonesia periode tahun 2012-2016.
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dijelaskan, maka identifikasi
pembatasan masalah adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan perbankkan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode
2. Perusahaan perbankan yang menerbitkan laporan keuangan secara
berturut-turut periode tahun 2012-2016.
3. Perusahaan perbankan yang tidak mengalami perpindahan sektor
industri selama periode tahun 2012-2016.
4. Perusahaan perbankan yang tidak mengalami delisting selama periode
tahun 2012-2016.
Dalam hal ini dibatasi pada pengaruh rasio keuangan khususnya Capital
Adequacy Ratio ( CAR ), Biaya Operasional Pendapatan Operasional ( BOPO ),
Loan to Deposite Ratio ( LDR ), dan Interest Risk Ratio ( IRR ) sebagai variabel
bebas (Variabel Independen) dan Pertumbuhan Laba sebagai variabel terikat
(Variabel Dependen).
1.4. Rumusan Masalah
Sesuai perbatasan masalah diatas, maka rumusan masalahnya sebagai
berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio ( CAR ), Loan to
Deposite Ratio ( LDR ), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (
BOPO ), dan Interest Risk Ratio ( IRR ) terhadap Pertumbuhan Laba pada
Perusahaan bank yang go-public yang terdaftar di BEI periode tahun
2012-2016 secara simultan.
2. Apakah terdapat pengaruh Capital Adequacy Ratio ( CAR ) terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank go-public yang terdaftar yang
3. Apakah terdapat pengaruh Loan to Deposite Ratio ( LDR ) terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank go-public yang terdaftar di BEI
pada periode tahun 2012-2016 secara parsial.
4. Apakah terdapat pengaruh rasio Biaya Operasional Pendapatan
operasional ( BOPO ) terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank
go-public yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2012-2016 secara
parsial.
5. Apakah terdapat pengaruh Interest Risk Ratio ( IRR ) terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank go-public yang terdaftar di BEI
pada periode tahun 2012-2016 secara parsial.
1.5.Tujuan Penelitian
1. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio ( CAR ), Loan to
Deposite Ratio ( LDR ), Biaya Operasional Pendapatan Operasional (
BOPO ), dan Interest Risk Ratio ( IRR ) terhadap Pertumbuhan Laba pada
perusahaan bank go-public yang terdaftar di BEI pada periode tahun
2012-2016 secara simultan.
2. Untuk menganalisis pengaruh Capital Adequacy Ratio ( CAR ) terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank go-public yang terdaftar di BEI
pada periode tahun 2012-2016 secara parsial.
3. Untuk menganalisis pengaruh Loan to Deposite Ratio ( LDR ) terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank go-public yang terdaftar di BEI
4. Untuk menganalisis pengaruh rasio Biaya Operasional Pendapatan
Operasional ( BOPO ) terhadap Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank
go-public yang terdaftar di BEI pada periode tahun 2012-2016 secara
parsial.
5. Untuk menganalisis pengaruh Interest Risk Ratio ( IRR ) terhadap
Pertumbuhan Laba pada perusahaan bank go-public yang terdaftar di BEI
pada periode tahun 2012-2016 secara parsial.
1.6. Manfaat Penelitian
1. Bagi Bank
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi dan
masukan bagi manajemen perbankan dalam rangka pengambilan
keputusan dan kebijakan yang sesuai.
2. Bagi Investor dan Calon Investor yang akan menanamkan dananya
kedalam investasi perusahaan perbankan.
3. Peneliti
Peneliti dapat belajar melakukan penelitian sekaligus penulisan secara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Teori Kelangsungan Perusahaan ( Going Concern )
Going Concern merupakan kelangsungan hidup entitas. Dengan
adanya Going Concern maka suatu entitas dianggap akan mampu
mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang dan tidak akan
dilikuidasi dalam jangka pendek. Jika auditor merasa yakin bahwa terdapat
kesangsian mengenai kelangsungan hidup perusahaan maka auditor harus
melakukan beberapa hal sebagai berikut (SPAP: 2001), (1) memperoleh
informasi mengenai rencana manajemen untuk mengurangi dampak
tersebut, dan (2) menetapkan kemungkinan bahwa rencana tersebut akan
dilaksanakan. Jika manajemen tidak memiliki rencana maka auditor akan
memberikan opini disclaimer.
Going Concern adalah suatu dalil yang menyatakan bahwa
kesatuan usaha akan menjalankan terus operasinya dalam jangka waktu
yang cukup lama untuk mewujudkan proyeknya, tanggung jawab serta
aktivitas-aktivitasnya yang tidak berhenti. Dalil ini memberikan gambaran
bahwa suatu entitas akan diharapkan untuk beroperasi dalam jangka waktu
yang tidak terbatas atau tidak diarahkan menuju ke arah likuidasi.
Diperlukannya suatu operasi yang berlanjut dan berkesinambungan untuk
suatu periode mempunyai sifat sementara sebab masih merupakan satu
rangkaian laporan keuangan yang berkelanjutan.
PSA 30 menyatakan bahwa Going Concern dipakai sebagai asumsi
dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang
menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara
signifikan dianggap berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu
usaha adalah berhubungan dengan ketidakmampuan satuan usaha dalam
memenuhi kewajibannya pada saat jatuh tempo tanpa melakukan
penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar secara bisnis biasa,
restrukturiasi utang, perbaikan operasi yang diperlukan dari luar atau
kegiatan serupa lainnya. Going Concern adalah kelangsungan hidup suatu
entitas. Dengan adanya Going Concern maka suatu entitas dianggap akan
mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau
tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap Going
Concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi
kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan
memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar,
perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestukturisasi hutang, atau
dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan menimbulkan
keraguan besar terhadap Going Concern perusahaan.
Suatu kegiatan usaha (bisnis) yang dijalankan oleh suatu perusahaan,
perusahaan. Menurut Kasmir (2012:2-3) tujuan yang ingin dicapai oleh
pemilik perusahaan adalah :
1. Pemilik perusahaan menginginkan keuntungan yang optimal atas usaha
yang dijalankannya.
2. Pemilik menginginkan usaha yang dijalankan nantinya tidak hanya untuk
satu periode kegiatan saja. Artinya pemilik menginginkan usaha yang
dijalankan memiliki umur yang panjang. Demikian juga pihak manajemen
juga menginginkan kelangsungan hidup perusahaan yang relatif panjang.
3. Perusahaan tetap mampu untuk menghasilkan atau menyediakan berbagai
jenis barang dan jasa untuk kepentingan masyarakat umum.
4. Usaha yang dijalankan akan dapat membuka lapangan kerja bagi
masyarakat, baik yang berada dalam lingkungan perusahaan maupun di
lingkungan luar perusahaan.Untuk memperoleh laba yang optimal guna
menjaga kelangsungan hidup perusahaan dalam waktu yang relatif
panjang, maka perlu bagi perusahaan untuk terus berupaya meningkatkan
pertumbuhan labanya melalui rasio-rasio keuangannya.Perusahaan yang
memperoleh laba yang optimal di setiap periodenya menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut terus mengalami pertumbuhan laba yang signifikan
setiap periodenya.Pertumbuhan laba yang baik menunjukkan bahwa
perusahaan tersebut memiliki kinerja dan juga kegiatan bisnis yang baik
dalam menjaga rasio-rasio keuangannya. Maka dengan demikian
akantercapai suatu kondisi perusahaan yang stabil dan going concern
usaha menyatakan bahwa kalau tidak ada tanda-tanda, gejala-gejala, atau
rencana pasti dimasa yang akan datang bahwa kesatuan usaha akan
dibubarkan atau dilikuidasi maka akuntansi menganggap bahwa kesatuan
usaha tersebut akan berlangsung terus sampai waktu yang tidak terbatas.
Menurut Hani et,. al. (2003) mendifinisikan going concern sebagai
kelangsungan hidup suatu badan entitas atau badan usaha. Dengan adanya
going concern maka suatu badan usaha dianggap mampu mempertahankan
usahanya dalam jangka waktu panjang dan tidak akan dilikuidasi dalam
jangka waktu pendek. Karena itu untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya, perusahaan perlu mendayagunakan dengan optimal segala
sumber daya yang dimiliki. Sehingga pada akhirnya perusahaan dapat
terus menyediakan barang dan jasa bagi konsumennya, dapat membuka
lapangan kerja dan juga secara khusus dapat meningkatkan taraf hidup
pegawainya maupun masyarakat secara umum.
2.1.2 Kinerja Perusahaan Perbankan
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, kinerja
(performance) dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang dicapai ataua
prestasi yang diperlihatkan. Penilaian kinerja perusahaan bagi manajemen
dapat diartikan sebagai prestasi yang dapat dicapai oleh perusahaan.
Kinerja perusahaan merupakan pengukuran prestasi perusahaan yang
ditimbulkan sebagai akibat dari proses pengambilan keputusan manajemen
modal, efesiensi, dan rentabilitas dari kegiatan perusahaan ( Meriewaty,
2005 ).
Penilaiaan kinerja perusahaan dapat menggunakan parameter laba
yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Laba merupakan salah satu
indikator kinerja suatu perusahaan. Dalam hal ini laba dapat digunakan
sebagai ukuran dari prestasi yang dicapai suatu perusahaan. Laba dapat
menjadi signal positif mengenai prospek perusahaan di masa depan yang
dapat mencerminkan kinerja perusahaan. Informasi mengenai laba
perusahaan dapat diperoleh dari laporan keuangan yang dilaporkan oleh
perusahaan. Penilaian kinerja perusahaan penting dilakukan, baik oleh
manajemen, pemegang saham, pemerintah, maupun pihak lain yang
mempunyai kepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan.
Dalam penelitian ini digunakan proksi pertumbuhan laba.
Pertumbuhan laba yang terus meningkat dari tahun ke tahun akan
memberikan signal positif mengenai kinerja perusahaan. Pertumbuhan
laba yang baik mencerminkan bahwa kinerja perusahaan juga baik. Karena
laba merupakan indicator keberhasilan kinerja perusahaan, maka semakin
tinggi laba yang diperoleh perusahaan mengindikasikan bahwa semakin
baik kinerja perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, dapat
dikatakan bahwa apabila rasio keuangan perusahaan baik, maka
pertumbuhan laba perusahaan juga baik.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan ( PSAK ) No.31
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk
lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Dari definisi
tersebut di atas dapat diartikan bahwa bank merupakan lembaga yang
berperan sebagai perantara keuangan (financial intermediary) antara pihak
yang mempunyai dana dengan pihak yang memerlukan dana. Selain itu
bank juga merupakan lembaga yang berfungsi memerlancar lalu lintas
pembayaran. Kegiatan pokok bank antara lain adalah menerima simpanan
dari masyarakat dalam bentuk giro, tabungan serta deposito berjangka dan
memberikan kredit kepada pihak yang memerlukan dana.
Bank sebagai perusahaan perlu dinilai tingkat kesehatannya.
Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah bank dalam kondisi sehat,
kurang sehat atau mungkin tidak sehat. Penilaian kesehatan bank akan
berpengaruh terhadap kemampuan bank dan loyalitas nasabah terhadap
bank yang bersangkutan.
2.1.3 Penilaian Kesehatan Keuangan Bank
Tingkat kesehatan bank merupakan hasil penilaian kualitatif atas
berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui penilaian kuantitatif dan penilaian kualitatif terhadap faktor- faktor
permodalan, kualitas aset, manajemen, rentabilitas, likuiditas, dan
sensitivitas terhadap resiko pasar. Menurut Jumingan (2006:239), kinerja
merupakan gambar prestasi yang dicapai perusahaan dalam kegiatan
aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana, aspek teknologi, maupun
aspek sumber daya manusianya.
Penilaian kesehatan kinerja keuangan bank didasarkan pada sistem
penilaian tingkat kesehatan bank dengan mencakup faktor CAMELS yang
meliputi faktor, Capital, Asset, Manajemen, Earning, Liquidity,
Sensivitas To Market. Hal ini sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP Tahun 2004 tanggal 31 Mei 2004.
Kesehatan keuangan bank sebagai pemenuhan peraturan perbankan
yang berlaku dan mampu memenuhi semua kewajiban dengan baik
dengan cara – cara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang
berlaku (Sigit Triandaru dan Totok Budisantoso, 2006:51). Selain itu,
suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan
yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya mengacu pada prinsip kehati
– hatian (Veithzal, 2012:465).
Kriteria kesehatan keuangan bank dikelompokkan atas empat
tingkatan yaitu :
Tabel 2.1. Predikat Kesehatan Bank
Nilai Kredit CAMEL Predikat
81-100 Sehat
66<81 Cukup Sehat
0<51 Tidak Sehat
Sumber : Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
Penilaian tingkat kesehatan keuangan bank penting artinya bagi
pembentukan kepercayaan dalam dunia perbankan. Dengan penilaian
tingkat kesehatan keuangan bank, diharapkan bank selalu dalam
kondisi yang sehat sehingga tidak melakukan kegiatan yang merugikan
masyarakat yang berhubungan dengan dunia perbankan.
Rasio tingkat kesehatan keuangan bank dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 2.2 Rasio Tingkat Kesehatan Keuangan Bank
Uraian Yang Dinilai Rasio Bobot
Capital Kecukupan
Menurut Taswan (2005:127), modal bank adalah dana yang
diinvenstasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang
dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank di samping untuk
memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Berdasarkan
ketentuan Bank Indonesia, pengertian modal bank dibedakan antara
bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor cabang
bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan
dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti (primary
capital) dan modal pelengkap (secondary capital) (Dendawijaya,
2003:46).
Sedangkan dalam penilaian terhadap faktor permodalan (capital)
meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan
pengelolaan permodalan. Rasio untuk menilai permodalan ini adalah
Capital Adequacy Ratio (CAR). Capital Adequacy Ratio (CAR)
merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva
bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surta berharga,
tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank di
samping memperoleh dana – dana dari sumber – sumber di luar bank,
seperti dana masyarakat, pinjaman (utang), dan lain – lain (Dendawijya,
2003:122). Dengan kata lain, Capital adequacy ratio adalah rasio
kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank
untuk menunjang aktiva yang mengandung atau menghasilkan risiko,
Dalam aspek ini yang dinilai adalah permodalan yang dimiliki oleh
bank yang didasarkan kepada kewajiban penyediaan modal minimum
bank. Penilaian tersebut didasarkan pada CAR (Capital Adequacy
Ratio) yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sesuai ketentuan yang
telah ditetapkan Pemerintah, maka CAR (Capital Adequacy Ratio)
perbankan minimal harus 8% (Veithzal, 2012:469), bagi bank yang
memiliki CAR di bawah 8% harus memperoleh perhatian dan
penangganan serius untuk segera diperbaiki.
Adapun perhitungan Capital Adequacy Ratio (Dendawijaya:
2003:144):
Menurut Tawaf dalam Lilis Indriyani (2011), untuk mencapai CAR
yang tinggi komponen modal harus besar sedangkan komponen ATMR
harus efisien dan kecil. Oleh karena itu efisiensi pengelolaan jenis –
jenis aktiva yang menjadi milik bank perlu diatur agar yang
mengandung bobot resiko tinggi dan tidak produktif sebaiknya
dikurangi.
2.1.5 Net Profit Margin (NPM)
NPM adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah
memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Rasio ini berfungsi untuk
mengukur tingkat kembalian keuntungan bersih terhadap penjualan bersihnya. Hal
operasional karena menghubungkan laba bersih dengan penjualan bersih. NPM
sering digunakan untuk mengevaluasi efisiensi perusahaan dalam mengendalikan
beban-beban yang berkaitan dengan penjualan. Jika suatu perusahaan menurunkan
beban relatifnya terhadap penjualan maka perusahaan tentu akan mempuyai lebih
banyak dana untuk kegiatan-kegiatan usaha lainnya (Gitman, 2008:67).Semakin
tinggi NPM, maka semakin baik operasi perusahaan. NPM dihitung dengan
menggunakan rumus:
Laba Bersih Setelah Pajak
NPM = X 100%
Penjualan
2.1.6 Biaya Operasional Pendapatan Operasional ( BOPO )
Rasio rentabilitas atau Biaya Operasional Pendapatan Operasional
merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur pengaruh likuiditas,
hutang, manajemen aset terhadap hasil opersi suatu perusahaan
(Brigham dan Houston, 2013:146). Sedangkan menurut Veithzal
(2012:480), Rasio rentabiltas perolehan dari investasi (penenaman
modal) yang dinyatakan dalam persentase dari besarnya investasi.
mengukur tingkat efisensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan. Selain itu, rasio – rasio dalam kategori ini
dapat pula digunakan untuk mengukur tingkat kesehatan keuangan bank
(Dendawijaya, 2003:120).
Menurut (2008:52), aspek rentabilitas merupakan ukuran
kemampuan bank dalam meningkatkan labanya apakah setiap periode
atau untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang
dicapai bank yang bersangkutan. Aspek rentabilitas (earnings) meliputi
penilaian terhadap komponen – komponen sebagai berikut :
3) Pencapaian return on asset (ROA), return on equity (ROE), net
interest margin (NIM), dan tingkat efisiesni bank.
4) Perkembangan laba operasional, diverifikasi pendapatan, penerapan
prinsip akutansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya, dan
prospek laba internasional.
Tujuan dari analisis ini untuk mengukur tingkat efisiensi dan
profibilitas bank. Bank yang sehat adalah bank yang dari segi
rentabilitas terus meningkat. Rentabilitas suatu bank dalam analisa
CAMELS ini meliputi besarnya rasio beban operasional terhadap
ROA berguna untuk mengukur sejauh mana efektivitas perusahaan dalam
memanfaatkan seluruh sumber daya yang dimilikinya (Siahan, 2004). Denda
wijaya (2003: 120) menyatakan bahwa ROA menggambarkan kemampuan
manajemen untuk memperoleh keuntungan (laba). Semakin tinggi ROA, semakin
tinggi keuntungan perusahaan sehingga semakin baik pengelolaan aktiva
perusahaan. Menurut Lestari dan Sugiharto (2007: 196), ROA merupakan
pengukur keuntungan bersih yang diperoleh dari penggunaan aktiva. Semakin
tinggi rasio ini maka semakin baik produktivitas asset dalam memperoleh
keuntungan bersih.
Return On Asset (ROA) digunakan investor dalam memprediksi laba dan
memprediksi risiko dalam investasi, sehingga memberikan dampak pada
kepercayaan investor terhadap perusahaan. Sehubungan dengan itu, manajemen
termotivasi untuk melakukan praktik perataan laba agar laba yang dilaporkan
tidak berfluktuatif sehingga dapat meningkatkan kepercayaan investor. Hal ini
sesuai dengan teori political cost hypotesisi dalam positive accounting theory
yang menyatakan bahwa manajemen perusahaan akan memilih prosedur-prosedur
akuntansi yang dapat menunda pelaporan laba periode saat ini ke periode yang
akan datang. Hal ini bertujuan untuk menghindari kewajiban pajak dan berbagai
aturan yang tidak menguntungkan perusahaan.
Kelebihan Return On Assets (ROA) menurut Syamsuddin (2004: 58)
a) Selain ROA berguna sebagai alat kontrol, ROA juga berguna untuk
keperluan perencanaan. Misalnya ROA dapat dipergunakan sebagai
dasar pengambilan keputusan apabila perusahaan akan melakukan
ekspansi. Perusahaan dapat mengestimasikan ROA harus melalui
investasi pada aktiva tetap.
b) ROA dipergunakan sebagai alat mengukur profitabilitas dari
masing-masing poduk yang dihasilkan oleh perusahaan. Dengan
menerapkan sistem biaya produksi yang baik, maka modal dan
biaya dapat dialokasikan kedalam berbagai produk yang dihasilkan
oleh perusahaan, sehingga dapat dihitung profitabilitas
masing-masing produk.
c) Kegunaan ROA yang paling prinsip berkaitan dengan efisiensi
penggunaan modal, efisiensi produksi dan efisiensi penjualan. Hal
ini dapat dicapai apabila perusahaan telah melaksanakan praktik
akuntansi secara benar.
ROA dapat di ukur dengan rumus sebagai berikut :
2.1.8 Loan to Deposit Ratio/Liquidity (LDR/Likuiditas)
Aspek likuiditas atau Loan to Deposit Ratio sebagai kemampuan
bank dalam memenuhi kewajiban – kewajiban dalam jangka pendeknya
Sedangkan menurut Indriyo Gitosudarmo (2012:215), likuiditas ialah
kemampuan dari perusahaan untuk membayarkan kewajiban jangak
pendek yang dimilikinya segera untuk dibayarkan.
Suatu bank dapat dikatakan likuid, apabila bank yang bersangkutan
dapat membayar semua utang – utangnya terutama simpanan tabungan,
giro dan deposito pada saat ditagih dan dapat pula memenuhi semua
permohonan kredit yang layak dibiayai ( kasmir, 2008 : 51 ). Aspek
likuiditas meliputi penilaian terhadap komponen – komponen sebagai
berikut :
3) Rasio aktiva / pasiva likuid, potensi maturity mismatch, kondisi
Loan to Deposit Ratio ( LDR ), proyeksi cash flow, dan konsentrasi
pendanaan.
4) Kecukupan kebijakan dan pengelolaan likuiditas (assets and
liabilities management / ALMA), akses kepada sumber pendanaan,
dan stabilotas pendanaan.
Bank harus dapat memenuhi semua permohonan kredit yang layak
dibiayai. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah
Loan to Deposit Ratio ( LDR) ( Veithzal, 2003 : 484 )
Sensitivitas atau Interest Risk Ratio terhadap resiko pasar
(Sensitivity to Market Risk) merupakan penilaian dengan pendekatan
kuantitatif dan kualitatif faktor sensivitas terhadap resiko pasar antara
lain dilakukan melalui penilaian terhadap komponen – komponen
sebagai berikut (Siamat , 2005 : 215 ) :
4) Modal dan cadangan yang dibentuk untuk mengcover suku bunga
dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat fluktuasi (
adverse movement ) suku bunga .
5) Modal atau cadangan yang dibentuk untuk mengcover fluktuasi
nilai tukar dibandingkan dengan potential loss sebagai akibat
fluktuasi (adverse movement ) nilai tukar.
6) Kecukupan penerapan sistem manajemen risiko pasar, antara lain:
d) Pengawasn aktif dewan komisaris dan direksi bank terhadap
potensi eksposur resiko pasar.
e) Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan dan
pengendalina resiko pasar serta sistem informasi manajemen
resiko pasar.
f) Efektifitas pelaksanaan pengendalian intern terhadap ekspour
resiko pasar termasuk kecukupan fungsi audit intern,
Dalam penelitian ini, variabel sensivtas to market
menggunakan aspek market rsik dari modal atau cadangan yang
dibentuk untuk mengcover fluktuasi suku bunga dibandingkan dengan
%
ROE adalah rasio yang menunjukkan berapa persen diperoleh laba bersih
bila diukur dari modal pemilik. Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari
sudut pandang pemegang saham dan merupakan alat yang paling sering
digunakan investor dalam pengambilan keputusan investasi. Menurut Brigham
dan Houston (2006:116), para pemegang saham melakukan investasi untuk
mendapatkan pengembalian atas uang mereka, dan rasio ini menunjukkan
seberapa baik mereka telah melakukan hal tersebut dari kacamata akuntansi.
Menurut Lukman Syamsuddin (2009:65), Kasmir (2014:204), Gitman (2008:69),
dan Brigham dan Houston (2006:109), ROE dapat dihitung dengan rumus sebagai
berikut:
Net Income
ROE = X 100 %
Eqiuty
2.1.11 Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan transaksi-transaksi keuangan yang sudah terjadi selama tahun
buku yang bersangkutan. (Zaki Baridwan, 2004 : 17). Laporan keuangan
memberikan informasi mengenai keadaan perusahaan dan hasil operasi
komunikasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
keuangan perusahaan.
Pemilik Perusahaan berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaan karena pemilik dapat mengetahui dan menilai berhasil
tidaknya kinerja manajemen dalam menjalankan operasional
perusahaann. Hasil yang dicapai dari cara kerja manajemennya
tergantung dari cara kerja atau efisiensi manajemen. Para kreditur atau
investor juga berkepentingan dengan laporan keuangan karena, sebelum
kreditur atau investor meminjamkan dananya untuk perusahaan, para
kreditur perlu mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan dari
perusahaan.
Menurut penggunaannya, laporan keuangan bank dibedakan
menjadi tiga yaitu laporan keuangan untuk masyarakat, laporan keuangan
untuk keperluan manajemen bank, dan laporan keuangan untuk keperluan
pengawasan Bank Indonesia. Laporan keuangan untuk masyarakat terdiri
atas neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan
ekuitas dan catatan atas laporan keuangan. Untuk kepentingan
pengawasan Bank Indonesia, jenis dan cara penyajian lapora keuangan
bank harus disajikan sesuai ketentuan tentang pelaporan bank umum
yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sedangkan untuk keperluan
manajemen, laporan keuangan bank disusun sesuai dengan kepentingan
Laporan keuangan bank terdiri dari neraca, laporan laba rugi,
laporan perubahan modal pemilik/ laporan baya yang ditahan, laporan
arus kas, catatan atas arus kas.
2.1.12 Neraca
Neraca adalah suatu laporan mengenai posisi keuangan perusahaan
pada suatu periode tertentu (Indra Bastian dan Suhardjono, 2006 : 238).
Menurut Suad Husnan (2000:36) Neraca merupakan laporan keuangan
yang menggambarkan sejumlah kekayaan, kewajiban keuangan dan
modal sendiri perusahaan pada waktu tertentu. Komponen dalam neraca
memuat tiga bagian pokok yaitu kekayaan (aktiva), utang (kewajiban)
dan modal. Kekayaan (aktiva) dicatat pada sisi aktiva atau pada sisi
sebelah kiri dan neraca sedangkan utang dan modal dicatat pada sisi
pasiva atau pada sisi sebelah kanan dari neraca.
1) Aktiva
Aktiva merupakan aset, bentuk penanaman modal perusahaan
dan harta kekayaan perusahaan. Harta kekayaan tersebut dinyatakan
dalam mata uang tertentu dan diurutkan berdasarkan lamanya waktu
atau kecepatannya berubah kembali menjadi uang kas.
Di dalam neraca, aktiva dibagi menjadi dua yaitu aktiva lancar
dan aktiva tidak lancar. Perbedaan ini dinyatakan berdasarkan jangka
waktu mencairnya aktiva kemblai menjadi kas. Aktiva lancar adalah
ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau dikonsumsi dalam proses
operasi perusahaan. Komponen dalam aktiva lancar antara lain surat
berharga, piutang dagang, piutang wesel, piutang penghasilan,
persediaan barang dan persekot biaya (Manullang, 2002 : 308).
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai masa
penggunaan relatif jangka panajng, yang tidak habis dalam siklus
operasi perusahaan serta tidak dapat segera dicairkan (Manullang,
2002 : 310). Termasuk ke dalam aktiva tidak lancar adalah investasi
jangka panjang. Aktiva tidak lancar juga terdiri dari aktiva tetap yang
berwujud dan aktiva tetap yang tidak berwujud. Aktiva tetap yang
berwujud adalah kekayaan yang bersifat fisik (permanen) dan
mempunyai umur kegunaan jangka panjang. Aktiva tetap yang
berwujud ini tidak akan habis dalam sekali pakai dalam satu periode
kegiatan usaha, misalnya tanah, bangunan (gedung), kendaraan,
perlengkapan, mesin, atau alat-alat lainnya.
Aktiva tetap yang tidak berwujud adalah secara fisik tidak
tampak tetapi merupakan suatu hak yang mempunyai nilai, misalnya
hak patent, merek dagang, goodwill dan lain-lain.
2) Utang
Utang merupakan tagihan kreditur kepada perusahaan,
pembelian barang perusahaan yang dibayar secara kredit. Dalam
pengembalian atau pelunasannya, mulai dari utang jangka pendek
hingga utang jangka panjang.
Utang jangka pendek (utang lancar) adalah utang yang jangka
waktunya kurang dari satu tahun, termasuk kedalam utang jangka
pendek adalah utang dagang, wesel bayar, penghasilan yang
ditangguhkan, utang deviden, utang pajak, kewajiban yang masih
harus dipenuhi dan utang jangka panjang merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi perusahaan dalam jangka panjang adalah utang
hipotik, utang obligasi dan wesel bayar jangka panjang (Manullang,
2002:31)
3) Modal
Merupakan gambaran bagian pemilik perusahaan atas kekayaan
(aktiva) perusahaan yang diukur dengan perhitungan selisih antara
aktiva dikurangi hutang.
2.1.13 Laporan Laba Rugi ( Income Statement )
Laporan Laba Rugi (Income Statement) adalah salah satu elemen
laporan keuangan mengenai posisi keuangan perusahaan pada suatu
periode tertentu (Indra Bastian dan Suhardjono, 2006: 242). Laporan ini
menghitung total laba yang diperoleh dan menguranginya dengan total
biaya yang dikeluarkan. Laporan laba rugi memberikan informasi tentang
pegeluaran timbul. Dalam laporan laba rugi terdiri dari komponen beban
dan pendapatan yang disusun dalam bentuk berjenjang (multi step) yang
berasal dari kegiatan operasional bank.
2.1.14 Laporan Pembuatan Modal
Laporan pembuatan modal (ekuitas) merupakan salah satu dari
laporan keuangan yang harus dibuat oleh perusahaan yang
menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan
selama periode yang bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran
tertentu yang dianut. Adapun unsur-unsur dari laporan perubahan modal :
1) Modal awal
2) Rugi atau Laba
3) Setoran modal atau tambahan investasi
4) Pengambilan pribadi pemilik/prive (Agus Subandri, 2001:3)
2.1.15 Laporan Arus Kas (Statement of Chash Flows)
Laporan arus kas merupakan laporan yang memberikan informasi
mengenai arus kas masuk dan arus kas keluar pada suatu perusahaan
sepanjang periode akuntansi. Arus kas masuk adalah segala sesuatu yang
menyebabkan jumlah uang bertambah dan sifatnya sangat likual,
berjangka pendek dan dapat segera dijadikan kas. Arus kas keluar adalah
sesuatu yang menyebabkan uang berkurang. Perhitungan arus kas yaitu
2.1.16 Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menurut PASK No. 31 (revisi 2000)
harus disajikan secara sistematis, setiap ps dalam neraca, laporan laba rugi,
dan laporan arus kas yang perlu penjelasan harus didukung dengan
informasi yang dicantumkan dalam catatan atas laporan keuangan.
2.1.17 Pertumbuhan Laba
a. Laba
Pada umumnya perusahaan didirikan untuk memperoleh laba yang
optimal dengan pengorbanan yang minimal. Untuk mencapai hal itu
perlu adanya perencanaan dan pengendalian dalam setiap aktivitas
usahanya agar perusahaan dapat membiayai seluruh kegiatan yang
berlangsung secara terus menerus.
Dalam konsep dasar penyusunan dan penyajian laporan
keuangan, income (penghasilan) adalah kenaikan manfaat ekonomi
selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau
penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan
kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.
Laba adalah kenaikan modal (aktiva bersih) yang berasal dari
dan dari semua transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan
usaha selama satu periode kecuali yang termasuk dari pendapatan
(revenue) atau investasi oleh pemilik. Sedangkan menurut Soemarso,
SR (2005: 230) laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban
sehubungan dengan kegiatan usaha.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (2012:12) “Penghasilan
bersih (laba) sering digunakan sebagai ukuran kinerja atau dasar bagi
ukuran yang lain seperti imbal hasil investasi(Return On Investment)
atau laba per saham (Earning Per Share)”.Kinerja perusahaan
merupakan hasil dari serangkaian proses dengan mengorbankan
berbagai sumber daya.Adapun salah satu parameter penilaian kinerja
perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.Pada umumnya
kinerja manajer perusahaan diukur dan dievaluasi berdasarkan laba
yang diperoleh. Oleh karena itu, banyak manajer melakukan
manajemen laba agar kinerja mereka terlihat baik. Tindakan tersebut
dapat merugikan pemegang saham.Pemegang saham mengharapkan
kinerja perusahaan mengalami peningkatan yang ditandai dengan
peningkatan laba karena peningkatan laba akan meningkatkan
pengembalian kepada pemegang saham.Dengan mengetahui
pertumbuhan laba yang diperoleh perusahaan, pemakai laporan
keuangan akan mengetahui terjadi peningkatan atau penurunan kinerja
memperoleh laba yang maksimal.Laba yang diperoleh perusahaan
akan berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan tersebut.
Menurut Harahap (2009:113) “Laba adalah kelebihan
penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi”.
Sedangkan menurut Suwardjono (2008:464) “Laba dimaknai
sebagai imbalan atas upaya perusahaan menghasilkan barang dan
jasa. Ini berarti laba merupakan kelebihan pendapatan di atas biaya
(biaya total yang melekat dalam kegiatan produksi dan penyerahan
barang/jasa)”.
Menurut Harahap (2009:310) “Pertumbuhan laba dihitung
dengan cara mengurangkan laba bersih tahun ini dengan laba
bersih tahun lalu kemudian dibagi dengan laba bersih tahun lalu”.
Laba bersih tahun ini – Laba bersih tahun lalu
Pertumbuhan Laba =
Laba bersih tahun lalu
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan laba berasal
dari semua transaksi atau kejadian yang terjadi pada badan usaha
dan akan mempengaruhi kegiatan perusahaan pada periode tertentu
dan laba didapat dari selisih antara pendapatn dengan baban.
Apabila pendapatan lebih besar dari pada beban maka perusahaan
akan mendapatkan laba, apabila terjadi sebaliknya maka
2.1.18 Jenis-Jenis Laba
Menurut Soemarso SR (2002 : 74) jenis-jenis laba dalam
hubungannya dengan perhitungan laba terdiri dari
1) Laba bersih
Merupakan selisih lebih pendapatan atas beban-beban dan merupakan
kenaikan bersih atas modal yang berasal dari kegiatan usaha.
2) Laba bruto
Selisih antara penjualan bersih dengan harga pokok penjualan.
Disebut bruto karena jumlah ini masih harus dikurangi dengan
beban-beban usaha.
3) Laba usaha
Selisih antara laba bruto dan beban usaha disebut laba usaha atau laba
operasi. Laba usaha adalah laba yang diperoleh semata-mata dari
kegiatan utama perusahaan.
4) Laba ditahan
Jumlah akumulasi laba bersih dari sebuah perseroan terbatas
dikurangi laba yang dilakukan.
2.1.19 Pengklasifikan Laba
Laba yang didapat oleh perusahaan berbeda-beda sesuai dengan urutan dan
jenisnya. Untuk memudahkan manajemen dalam menentukan laba apakah yang
akan dihasilkan oleh perusahaan. Laba yang akan dicapai tersebut digolongkan
Belkaoui (2000 : 124), dalam menyajikan laporan laba rugi akan terlihat
pengklasifikasian laba sebagai berikut :
1) Laba kotor atau penjualan
Laba kotor atas penjualan merupakan selisih dari penjualan bersih
dan harga pokok penjualan, laba ini dinamakan laba kotor. Dalam hal
ini hasil penjualan bersih belum dikurangi dengan beban operasi
lainnya untuk periode tersebut.
2) Laba bersih operasi perusahaan
Laba bersih operasi perusahaan yaitu laba kotor dikurangi dengan
jumlah penjualan, biaya administrasi dan umum.
3) Laba bersih sebelum potongan pajak
Laba bersih sebelum potongan pajak meruakan pendapatan
perusahaan secara keseluruhan sebelum potongan pajak perseeroan
yaitu perolehan apabila laba dikurangi atau ditambah dengan selisih
pendapatan dan biaya lain-lain.
4) Laba kotor sesudah potongan pajak
Laba bersih setelah ditambah atau dikurangi dengan pendapatan dan
biaya non operasi dan dikurangi dengan pajak perseroan.
Perubahan laba merupakan kenaikan laba atau penurunan laba per
tahun. Penilaian tingkat keuntungan investasi oleh investor didasarkan
oleh kinerja keuangan perusahaan, dapat dilihat dari tingkat perubahan
laba dari tahun ke tahun.
Penelitian-penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini
antara lain :
1. Penelitian Hestina Wahyu Dewanti (2009) berjudul “Analisa Pengaruh
Perubahan NPM. LDR, NPL, dan BOPO terhadap Perubahan Laba”.
Teknik analisis yang digunakan dengan uji regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa perubahan NPM dan LDR berpengaruh
positif dan signifikan terhadap perubahan laba bank ( P < 0.05). Pada
variabel NPL nilai signifikansi sebesar 0,502 ( P > 0,05). Dengan nilai
determinasi sebesar 0,019 atau 1,9 % variasi perubahan laba bisa
dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel bebas yaitu perubahan NPM,
LDR, NPL dan BOPO, sedangkan sisanya sebesar 98,1 % dijelaskan oleh
sebab-sebab lain diluar model.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama
meneliti faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba dan ada beberapa
variabel penelitian yang saama (NPM, LDR, BOPO),. Perbedaan
penelitian yang akan dilakukan yaitu perusahaan yang akan digunakan
termasuk kedalam bank go publik yang terdaftar periode 2010 – 2016
penelitian terdahulu dengan bank devisa dan non devisa. Serta
penambahan variabel, rentan waktu serta bank yang digunakan sebagai
obyek penelitian.
2. Penelitian Jaja Suteja, Ichsan Maulana Sidiq (2010) berjudul “Analisis
Kinerja Bank Menggunakan Metode CAMELS untuk Mengukur Tingkat
metode verifikatif dengan pendekatan metode kuantitatif. Nilai R Square
sebesar 0,520526 atau 52,05% menunjukkan adanya kontribusi dari CAR
(XI), KAPI (X2), KAP 2 (X3), PM (X4), ROA (X5), BOPO (X6), CR (
X7), dan LDR (X8) secara simultan terhadap GROWTH (Y) sebesar
52,05%, sedangkan 47,95% disebabkan oleh variabel lain yang tidak
dijelaskan di dalam model. Hasil uji F menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara CAR, KAPI, KAP2, PM, ROA, BOPO, LDR, dan
CR, terhadap laba.
Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu sama-sama
meneliti faktor yang mempengaruhi pertumbuhan laba dan ada beberapa
variabel penelitian yang sama (CAR, BOPO, LDR dan Pertumbuhan
Laba). Perbedaan penelitian yang akan dilakukan yaitu perusahaan yang
akan digunakan termasuk kedalam bank go publik yang terdaftar periode
2012 – 2016. Serta penambahan variabel, rentan waktu serta bank yang
digunakan sebagai obyek penelitian.
3. Rina Ani Sapariyah (2010) Penelitian yang dilakukan oleh Rina Ani
Sapariyah mengetahui pengaruh rasio capital, asset, earning dan
liquidityterhadap pertumbuhan laba pada perbankan di Indonesia. Hasil
penelitian tersebut menemukan bahwa Capital Adequacy Ratio (CAR) dan
Non Performing Loan (NPL) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan laba.Beban Operasional terhadap PendapatanOperasional
Sedangkan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh tidak signifikan
terhadap pertumbuhan laba.
4. Abiwodo, Ubud Salim, dan Bambang Swasto (2004)
Penelitian yang dilakukan oleh Abiwodo, Ubud Salim, dan Bambang
Swasto mengetahui pengaruh modal, kualitas aktiva produktif, rentabilitas,
dan likuiditas terhadap rasio laba bersih industri perbankan yang go public
di Indonesia. Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa Equity to Total
assets (ETA), Capital Adequacy Ratio (CAR), Return On Risked Assets
(RORA), Return On Assets (ROA), efisiensi operasional (BOPO), Cash
and Back to Total Deposit (CBTD) berpengaruh signifikan terhadap rasio
laba bersih, sedangkan Loans to Earning Assets (LEA) dan Loan to
Deposit Ratio (LDR) tidak berpengaruh signifikan terhadap rasio laba
bersih.
5. Rina Ani Sapariyah dan Ayu Ananta Putri (2012) Penelitian yang
dilakukan oleh Rina Ani Sapariyah dan Ayu Ananta Putri menganalisis
kinerja keuangan perusahaan dengan pendekatan terhadap rasio keuangan
studi kasus pada perusahaan perbankan di BEI. Hasil penelitian tersebut
menemukan bahwa Net Profit Margin (NPM), Debt Equity Ratio (DER),
dan Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh negatif dan signifikan
terhadap Return On Equity (ROE), sedangkan Beban Operasional terhadap
Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh positif dan signifikan
Tabel 2.3 Hasil Penelitian Sebelumnya
Nama Peneliti Judul Variabel Hasil