• Tidak ada hasil yang ditemukan

V HUKUM ACARA YANG BERLAKU PADA PERADILA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "V HUKUM ACARA YANG BERLAKU PADA PERADILA (1)"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

     HUKUM ACARA YANG BERLAKU

PADA PERADILAN AGAMA

  

Pasal 54 Undang-Undang Nomor

3 Tahun 2006 menyebutkan :

(2)

     

HAL-HAL YANG

KHUSUS YANG

BERLAKU PADA

(3)

1. BIDANG PERKAWINAN

a. Beberapa perkara yang diperiksa dan diputus secara

Volunter:

1). Dispensasi Kawin; atau dispensasi umur untuk kawin 2). Izin Kawin

3). Penetapan Wali hakim Karena adhol 4). Penetapan Perwalian

5). Penetapan asal usul anak

b. Izin beristri lebih dari seorang c. Isbat nikah

d. Pasal 56 ayat (3) KHI : ‘ Perkawinan yang dilakukan

(4)

2. PERCERAIAN

a. Kewenangan relatif ;

b.Tatacara Pemanggilan kepada

Termoho/Tergugat yang tidak diketahui /tidak

jelas tempat tinggalnya ( Ghoib )

Berpedoman pada Ps 27 ayat (1), (2) dan ayat (3) PP. Nomor 9 Tahun 1975

c. Biaya perkara dalam bidang perkawinan

dibebankan kepada Penggugat atau

Pemohon.

(5)

a   

KHULUK

’ ( talak Bil “Iwald

/talak tebus).

   

  

KHULUK adalah gugatan cerai yang

diajukan oleh Istri (Penggugat) ke

Pengadilan Agama, Kemudian suami

(Tergugat) bersedia menjatuhkan talaknya

dengan menerima Iwald dari istri.

  

 

Di dalam Pasal 1 huruf I KHI disebutkan :

(6)

f.

     

SYIQOQ

o

  

Arti harfiayah dari Syiqoq adalah

pecah atau perpecahan yang sudah

parah.

(7)

g.

     

SUMPAH LI’AN

o

  

Diatur dalam pasal 87 ayat (1) dan (2); 88

ayat (1) dan (2) UU No. 7 Tahun 1989, 125,

126, 127, 128 dan 162 KHI.

o

  

Arti harfiah dari Li’an adalah laknat atau

melaknat.

(8)
(9)

1) Nafkah Istri dalam hal terjadi Perceraian Bahwa Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan, yeng kemudian dikuatkan dengan Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama beserta Undang-undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Revisi Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 diantaranya adalah untuk melindungi kaum wanita/istri. Pasal 41 huruf c UU No. 1 Tahun 1974 menyatakan bahwa Pengadilan dapat mewajibkan kepada bekas suami untuk memberikan biaya penghidupan dan atau menentukan sesuatu kewajiban kepada bekas istri

(10)

i. PP Nomor 10 tahun 1983 Jo. PP

Nomor 45 Tahun 1990.

(11)

j. Lain-lain

(12)

3. BIDANG KEWARISAN

Sungguhpun Undang-undang Nomor 3 tahun 

(13)

4.

WASIAT

(14)

5. H I B A H

Hibah  yang  diatur  pada  BAB VI  Buku  II 

(15)

6. BIDANG PERWAKAFAN DAN

SHADAQAH

Shadaqah yang dimaksud di dalam

pasal 49 huruc c ayat (1) adalah

Shadaqah dalam arti pemberian yang

berhubungan dengan amal jariyah,

rumah sakit atau untuk mendirikan

musholla, madrasah, untuk badan

sosial keagamaan.



 

Wakaf keluarga untuk keluarga dianggap

(16)

CATATAN

Dalam hal Kepala KUA Kecamatan

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian dari skripsi ini adalah bahwa perceraian akibat suami mengalami penyimpangan seksual terdapat pada alasan perceraian dalam Pasal 19 Peraturan

Sesuai dengan ketentuan Pasal 144 Kompilasi Hukum Islam (KHI), perceraian dapat terjadi karena adanya talak dari suami atau gugatan perceraian yang dilakukan oleh istri,

Menurut mazhab Syafi’i kewajiban seorang suami adalah memberi nafkah kepada istri baik dalam keadaan mampu atau tidak, Syafi’i membolehkan perceraian lewat putusan hakim apabila

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) pasal 1 huruf i khuluk diartikan sebagai perceraian yang terjadi atas permintaan istri dengan memberikan tebusan atau iwadh kepada dan

Pengertian penghasilan yang merupakan obyek dari Pajak Penghasilan, menurut Pasal 4 UU PPh dirumuskan ”setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

“Penelitian ini menyimpulkan bahwa”:”Pertama,”Hukum Islam mengatur tentang kewajiban nafkah yang diberikan seorang suami terhadap bekas istri pasca perceraian adanya

putusan telah berkekuatan hukum tetap sebagai bukti untuk perceraian dengan. alasan pasal 19 huruf (c)

Asas Gugatan Pada Dasarnya Tidak Dapat Menunda Pelaksanaan Ktun Yang Dipersengketakan, Kecuali Ada Kepentingan Yang Medesak Dari Penggugat Pasal 67 1 Dan 4 Huruf A Pengertian Dasar