Bab 1 Dasar-dasar PTUN
Landasan hukum sengketa di bidang administrasi negara Pada masa penjajahan :
– IS (Indische Staatsregeling) dan
– RO (Rechterlijke Organisatie en het beleid der Justitie in Indonesia) Setelah berlakunya PTUN :
– UU RI No 5 Tahun 1986, – UU RI No 9 Tahun 2004, – UU RI No 51 Tahun 2009
Negara Hukum (Rechtstaat) Friedrerich Jullius Stahl – Pengakuan Hak-Hak Dasar Manusia
– Adanya Pembagian Kekuasaan (Scheiding Van Macht) – Pemerintahan Berdasar Hukum & Perundang-Undangan – Adanya Peradilan Administrasi
– Adanya Peradilan Administrasi Merupakan Akibat Dari Adanya Asas Pemerintahan Harus Berdasar Hukum & Perundang-Undangan.
Pemerintahan
– Uu (Wetmatigheid Van Bestuur) – Hukum (Rechtmatigheid Van Bestuur) – Asas Doelmatigheid
Walfare State ( Negara Kesejahteraan )
Negara Merupakan Suatu Badan Hukum (Persona Moralis) Yg Mempunyai Tujuan Tertentu (Tujuan Kesejahteraan Bagi Warganya) Konsep Welfare State Beveridge Report
1. Meratakan Pendapatan Masyarakat
2. Usaha Kesejahteraan Sosial Sejak Manusia Lahir Sampai Meninggal (From The Craddle To The Grave)
3. Mengusahakan Lapangan Kerja Seluas-Luasnya 4. Pengawasan Atas Upah Oleh Pemerintah 5. Mengusahakan Pendidikan, Diklat, Dll Badan Yudikatif
1. Mahkamah agung (UU No 14/1985 jo. UU 5/2004) 2. Mahkamah konstitusi (UU No 24 Tahun 2003) 3. Badan-badan peradilan :
– Peradilan TUN : UU 5/1986 jo UU 9/2004 jo UU 51/2009 – Peradilan Militer UU 31 / 1997
– Peradilan Agama UU 7/1989 jo UU 3/2006 jo UU 50/2009 – Peradilan Umum UU 2/1986 jo UU 8/2004
Tujuan Pembentukan Peradilan Tun
• Memberikan perlindungan terhadap hak-hak rakyat yang bersumber dari hak-hak individu
• Memberikan perlindungan terhadap hak-hak masyarakat yang didasarkan kepada kepentingan bersama dari individu yang hidup dalam masyarakat tersebut (Keterangan Pemerintah di hadapan Sidang Paripurna DPR-RI Mengenai RUU PTUN 29 April 1986)
• Sebagai sarana untuk menyelesaikan konflik yang timbul antara pemerintah (Badan atau Pejabat TUN) dengan rakyat (orang atau badan hukum perdata) sebagai akibat dikeluarkannya atau tidak dikeluarkannya keputusan TUN
• Sebagai sarana pemunculan faktor kontrol yudisial (ekstern, aposteriori, legalitas) yang efektif untuk mencegah terjadinya mal administrasi maupun berbagai bentuk penyalahgunaan wewenang (agar kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa tidak dijalankan secara bertentangan dengan perundang-undangan yang berlaku dan/atau asas-asas umum pemerintahan yang baik)
4 Pendekatan Pembentukan Peradilan Tata Usaha Negara
• Pendekatan Filosofis
Pengujian materiil secara bertingkat pada peradilan administrasi merupakan upaya untuk menjaga sinkronisasi implementasi norma- norma hukum yang secara hierarkis berakar dalam norma dasar (grundnorm) (Huijbers).
• Pendekatan Teoritis
Konsep rechtstaat menjadi landasan keharusan normatif bagi pembentukan lembaga peradilan administrasi sebagai salah satu unsur pokok negara hukum (F.J. Stahl).
• Pendekatan Historis
Terdapat runtutan sejarah berkait regulasi (Pasal 138 ayat (1) IS) maupun badan peradilan (Raad van Beroep voor Belastingzaken dan Comptabelrechtspraak) pada masa Hindia Belanda yang melatarbelakangi keberadaan peradilan administrasi.
• Pendekatan Sistematikal
Norma merupakan kesatuan dengan struktur piramida, sistem hukum merupakan proses berkelanjutan dari yang abstrak, posistif dan selanjutnya sampai menjadi konkrit (Hans Kelsen).
Peristilahan & Definisi Hac.PTUN
• Peristilahan
Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Pemerintahan, Hukum Acara Peradilan Administrasi Negara, Hukum Acara Peradilan Administrasi, Hukum Acara Pengadilan dalam Lingkingan Peradilan Administrasi (HAPLA)
• Pengertian
Hukum yang mengatur tentang tata cara bersengketa di PTUN serta mengatur hak dan kewajiban pihak-pihak yang terkait dalam proses penyelesaian sengketa tersebut (hukum formal)
Pengaturan Hukum Formil
Secara teoritis, pengaturan hukum formal digolongkan menjadi 2 bagian:
– Ketentuan prosedur berperkara (hukum formal) diatur bersama-sama dengan susunan, kompetensi dari badan yang melakukan peradilan (hukum material) dalam bentuk UU atau peraturan lainnya – Ketentuan prosedur diatur tersendiri
Mengikuti penggolongan tersebut maka UU PTUN (UU 5/1986 jo UU 9/2004 jo UU 51/2009) mengikuti kelompok yang pertama, karena UU PTUN memuat hukum materii dan formil dalam satu UU
Hukum acara TUN dimuat dari Pasal 53-141, sisanya hukum materiil. Jadi proporsinya, 56 pasal hukum materiil dan 89 pasal hukum formil atau hukum materiil diatur 38,7% dan formil 61,3%
Perbedaan Peradilan Tata Usaha Negara dengan Peradilan Umum (Perdata) Kriteria pembeda Peradilan TUN Peradilan Perdata
Pengaturan UU PTUN HIR, Rbg, RV
Obyek sengketa Beschiking (KTUN) Individuele recht Sifat sengketa Hukum publik Hukum privat Jawaban tergugat Tidak ada
rekonvensi
Boleh rekonvensi Kewenangan hakim Ultra petita Intra petita Tujuan kebenaran materil formil Sistem pembuktian Negatif (vrije
bewijsleer) Preponderance of evidence
Beban pembuktian hakim Para pihak
Kedudukan hakim aktif pasif
Pertimbangan hakim Didasarkan
keyakinan Tidak dipersyaratkan adanya keyakinan
Diktum putusan terikat leluasa
Kekuatan mengikatnya
putusan Erga omnes interpartes
Perbedaan Sistem Pengujian Materiil Norma Hukum di Indonesia
pengujian Lembaga yg
menguji Landasan yuridis Uu thdp UUD 1945 MK Pasal 10 ayat (1) huruf a
UU 24/2003 : Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji UU terhadap UUD NRI 1945
Peraturan Perundang- undangan di bawah UU terhadap UU
MA Pasal 31 UU 5/2004 : MA mempunyai wewenang menguji peraturan perundang-undangan di bawah UU terhadap UU Keputusan Tata
Usaha Negara terhadap Peraturan Perundang- undangan
Peradilan Tata Usaha Negara
Pasal 47 jo. Pasal 53 UU 5/1986 jis UU 9/2004 dan UU 51/2009 : Pengadilan bertugas dan berwenang memeriksa, memutus dan menyelesaikan sengketa TUN.
Asas-Asas Peradilan Tata Usaha Negara
Asas merupakan jantung peraturan hukum. Asas merupakan landasan yang paling luas dari peraturan hukum, asas juga merupakan alasan (ratio legis) dari peraturan hukum yang menjadikan hukum bukan hanya kumpulan peraturan tapi lebih mengandung nilai dan tuntutan-tuntutan etis. Jadi, asas hukum adalah pikiran-pikiran dasar yang terdapat di dalam dan di belakang sistem hukum yang masing-masing dirumuskan dalam peraturan perundang-undangan atau putusan hukum
1. Asas Praduga Rechtmatig (vermoeden van rechtmatigheid praseumptio iustae causa)
Asas ini mengandung makna bahwa setiap tindakan penguasa selalu harus dianggap rechmatig (sah berdasar hukum) sampai ada pembatalannya. Dengan asas ini maka gugatan TUN tidak menunda pelaksanaan (dapat segera dilaksanakan) Keputusan Tata Usaha Negara yang digugat (Pasal 67 (1) UU PTUN).
2. Asas Pembuktian Bebas Hakim
Hakim menentukan apa yang harus dibuktikan, beban pembuktian beserta penilaian pembuktian (surat/tulisan, keterangan ahli, keterangan saksi, pengakuan para pihak, pengetahuan hakim), dan untuk sahnya pembuktian diperlukan sekurang-kurangnya dua alat bukti berdasarkan keyakinan hakim Pasal 107 dan Pasal 100 UU 5/86.
3. Asas Keaktifan Hakim (dominus litis)
Asas keaktifan hakim ini dimaksudkan untuk mengimbangi kedudukan para pihak karena tergugat adalah pejabat TUN sedangkan penggugat adalah orang atau badan hukum perdata (Pasal 58, 63 ayat (1) dan (2), 80, dan Pasal 83 UU 5/1986).
4. Asas Putusan Mengikat Erga Omnes
Sengketa TUN adalah sengketa hukum publik, sehingga dengan demikian putusan pengadilan TUN berlaku pula bagi siapa saja, tidak hanya bagi para pihak yang bersengketa. Dalam hal ini tergambar asas perlindungan terhadap kepentingan umum atau publik yang menonjol, di samping perlindungan terhadap individu
5. Asas Self Respect (Self Obidience)
Penghormatan aparatur pemerintah terhadap putusan peradilan administrasi, karena tidak dikenal upaya pemaksa yang langsung melalui juru sita.
6. Asas Para Pihak Harus Didengar (Audi Et Alteram Partem) : Para Pihak Mempunyai Kedudukan Yang Sama Dan Harus Diperlakukan Dan Diperhatikan Secara Adil.
7. Asas Kesatuan Beracara Dalam Perkara Sejenis
8. Asas Penyelenggaraan Kekuasaan Kehakiman Yang Merdeka & Bebas Dari Segala Campur Tangan Kekuasaan Lain (Pasal 24 Uud 1945) 9. Asas Peradilan Yang Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan 10. Asas Pengadilan Sebagai Upaya Terakhir Untuk Mendapat Keadilan
Pengadilan Sebagai Ultimum Remidium
11. Asas Obyektivitas Hakim & Panitera Tidak Boleh Mempunyai Hubungan Keluarga Dengan Para Pihak.
12. Asas Gugatan Pada Dasarnya Tidak Dapat Menunda Pelaksanaan Ktun Yang Dipersengketakan, Kecuali Ada Kepentingan Yang Medesak Dari Penggugat (Pasal 67 (1) Dan (4) Huruf A)
Pengertian Dasar Peradilan Tata Usaha Negara – Tata Usaha Negara
Adalah administrasi negara yang melaksanakan fungsi untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan baik di pusat maupun di daerah
– Badan/pejabat TUN
adalah Badan atau Pejabat yang melaksanakan urusan pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku – Keputusan TUN
adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh Badan/Pejabat TUN yang berisi tindakan Hukum TUN yang berdasarkan peraturan perundang-undanganan yang berlaku dan bersifat konkret, individual, dan final, serta menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
– Sengketa TUN
adalah sengketa yang timbul dalam bidang TUN antara orang atau Badan hukum perdata dengan Badan/Pejabat TUN, baik di pusat maupun di daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan TUN, termasuk sengketa Kepegawaian berdasarkan peraturan perundang- undangan yang berlaku.
– Gugatan
adalah permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan/pejabat TUN dan diajukan ke pengadilan untuk mendapatkan keputusan.
HUKUM ACARA (Sjachran Basah)
1. HUKUM ACARA ADALAH HUKUM FORMAL: karena ia merupakan salah satu unsur peradilan, demikian pula dengan hukum materiilnya.
Peradilan tanpa hukum material akan lumpuh, sebab tidak tahu apa yang dijelmakan, sebaliknya Peradilan tanpa hukum formal akan liar, sebab tidak ada batas-batas yang jelas dlm wewenangnya.
2. Rangkaian Peraturan-Peraturan Yang Memuat Cara Bagaimana Orang Harus Bertindak, Satu Sama Lain Untuk Melaksanakan Berjalannya Peraturan Hukum Tun (Rozali Abdullah)
3. Hukum Yang Mengatur Tentang Cara-Cara Bersengketa Di Peradilan Tun Serta Mengatur Hak & Kewajiban Pihak-Pihak Yang Terkait Dalam Proses Penyelesaian Sengketa Tersebut.
Prosedur berperkara : diatur bersama-sama dengan hukum materiilnya
Prosedur berperkara : diatur tersendiri masing-masing dalam bentuk UU atau peraturan lainnya.
Bab 2 Subjek & Objek Sengketa TUN
Unsur Sengketa TUN
Sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dalam bidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata dengan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, baik di Pusat maupun di Daerah, sebagai akibat dikeluarkannya Keputusan Tata Usaha Negara, termasuk sengketa kepegawaian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku
• Subyek yang bersengketa adalah orang atau badan hukum privat di satu pihak, dan Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara di lain pihak
• Obyek sengketa TUN adalah keputusan yang dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
Sistematik Hubungan Subjek & Objek dalam Sengketa TUN
Perbandingan Kewenangan Subjek TUN
Badan atau pejabat TUN sebagai personifikasi dari hak dan kewajiban jabatan, ketika berkedudukan sebagai subyek TUN yang digugat (tergugat), harus diperhatikan asal kewenangan yang dimilikinya
Atribusi Delegasi Mandat
Cara
perolehan Perundang-
undangan Pelimpahan Pelimpahan Kekuatan
mengikatn ya
Tetap melekat sblm ada per UU an
Dapat dicabut/ditarik kembali apabila ada pertentangan/penyi mpangan
Dapat ditarik/digunakan sewaktu-waktu oleh pemberi wewenang Subyek hukum TUN dlm
Kapasitas Penggugat 1.Natuurlijk persoon 2. Rechtpersoon
Subyek hukum TUN dlm Kapasitas Penggugat 1. Pejabat TUN 2. Badan TUN
Obyek TUN Keputusan TUN; Penetapan Tertulis, Dikeluarkan Badan / Pejabat TUN, Berisi Tindakan Hukum TUN, Konkrit, individual, final, Menimbulkan Akibat Hukum
Dewasa Tidak Di bawah pengampuan Tidak Pailit
Pelapisan anggota Tujuan tertentu dari organisasi kesatuan dalam lalu-lintas hukum
KEWENANGAN Atribusi Mandat Delegasi
Tanggung jawab dan tanggung gugat
Penerima wewenang bertanggung jawab mutlak atas akibat yang timbul dari wewenang tsb
Pemberi wewenang melimpahkan tanggung jawab dan tanggung gugat kepada penerima wewenang
Tetap berada pada pemberi mandat
Hubungan
wewenang Hubungan hukum pembentun uu dengan organ pemerintah
Berdasarkan atas wewenang atribusi yang dilimpahkan kepada delegataris
Hubungan yang bersifat internal antara bawahan dengan atasan
Penjabaran Obyek TUN 1. Penetapan tertulis
Content
– Badan/pejabat TUN pembuatnya – Maksud/tujuan dibuatnya keputusan – Kepada siapapun keputusan ditujukan 2. Dikeluarkannya Badan/Pejabat TUN
Badan atau pejabat TUN, baik dipusat maupun daerah yang melaksanakan kegiatan yang bersifat eksekutif
3. Berisi Tindakan Hukum TUN
Perbuatan hukum badan/pejabat TUN yang menimbulkan hak dan kewajiban yang bersumber dari peraturan perundangan
4. Konkrit, Individual, Final
– Konkrti : obyek yang diputuskan dalam Keputusan TUN tersebut tidak abstrak, tetapi berwujud, tertentu dan dapat ditentukan – Individual : tidak ditujukan untuk umum
– Final : sudah definitif/tidak memerlukan persetujuan instansi lain, sehingga berakibat hukum
5. Menimbulkan Akibat Hukum Menimbulkan hak dan kewajiban Macam-macam Ketetapan (Beschikking) A. Ketetapan Positif dan Negatif
Ketetapan positif adalah ketetapan yang menimbulkan hak dan kewajiban bagi yang dikenai ketetapan tersebut.
Ketetapan negatif adalah ketetapan yang tidak menimbulkan perubahan dalam keadaan hukum yang telah ada (perwujudannya : pernyataan tidak berkuasa, pernyataan tidak diterima, penolakan)
B. Ketetapan Deklaratur dan Ketetapan Konstitutif
Ketetapan deklaratur adalah ketetapan yang menentukan hukumnya demikian (rechtsvastellende beschikking)
Ketetapan Konstitutif adalah ketetapan yang membuat hukum (rechtscheppend)
C. Ketetapan Kilat dan Ketetapan yang Tetap
– Ketetapan yang bermaksud mengubah redaksi ketetapan lama – Ketetapan negatif
– Penarikan atau pembatalan ketetapan – Pernyataan pelaksanaan
D. Dispensasi, Izin, Lisensi, dan Konsesi
– Dispensasi adalah keputusan yang memperkenankan dilakukannya suatu perbuatan yang pada umumnya dilarang oleh pembuat peraturan
– Izin adalah keputusan yang memperkenankan dilakukaknnya perbuatan yang pada prinsipnya tidak dilarang oleh pembuat peraturan
– Lisensi adalah salah satu macam izin yang istimewa yang memperkenankan dijalankannya suatu perusahaan
– Konsesi adalah keputusan yang memperkenankan dilakukannya perbuatan yang penting bagi umum
Pengecualian Cakupan Beschikking dalam PTUN
• Keputusan TUN yang merupakan perbuatan hukum perdata
• Keputusan TUN yang meruapakn pengaturan yang bersifat umum
• Keputusan TUN yang masih memerlukan persetujuan
• Keputusan TUN yang dikeluarkan beerdasarkan ketentuan pidana
• Keputusan TUN yang didasarkan pada keputusan Badan Peradilan
• Keputusan TUN mengenai tata usaha tentara Nasional Indonesia
• Keputusan panitia pemilihan umum, baik pusat maupun daerah, mengenai hasil pemilihan umum
Pengecualian Beschikking dalam PTUN Berdasarkan Kondisinya Peradilan TUN tidak berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa TUN dalam hal keputusan yang disengketakan tersebut dikeluarkan pada :
– Dalam waktu perang, keadaan bahaya, keadaan bencana alam, keadaan luar biasa membahayakan berdasarkan perundangan yang berlaku
– Dalam keadaan mendesak untuk kepentingan umum berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
Perluasan objek sengketa
– Pasal 21 ayat (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
– Pasal 87 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan.
Pelajari lebih lanjut baca isi pasal dan penjelasannya,
Bab 3 Kewenangan/Kompetensi TUN
Kompetensi merupakan kewenangan/kekuasaan untuk memeriksa, mengadili
& memutus suatu perkara berkenaan dgn jenis & tingkatan pengadilan yg ada berdasarkan peraturan per-uu-an yg berlaku.
Jenis & tingkatan Pengadilan TUN MA > PT TUN > PTUN
Cara untuk mengetahui kompetensi dari PTUN 1. Dari pokok sengketanya
2. Melakukan pembedaan atas atribusi
3. Melakukan pembedaan atas kompetensi absolut & relatif Cara mengetahui kompetensi
POKOK SENGKETA
– privat : hakim PN, – publik : hakim PTUN KOMPETENSI ATAS ATRIBUSI
– atribusi yaitu pemberian wewenang scr bulat; baik horizontal maupun vertikal
– distribusi yaitu pembagian wewenang secara terperinci PEMBAGIAN KOMPETENSI
– Absolut comp : pengadilan mana PN, PA, PTUN
– Relatif comp : pengadilan sejenis, PTUN semarang, atau PTUN yogya
KEKUASAAN/KOMPETENSI PENGADILAN TUN A. RELATIF
Kekuasaan PTUN yang satu jenis & satu tingkatan = setiap pengdilan TUN punya wilayah hukum tertentu, Yurisdiksi relatif
B. ABSOLUT
I. Kekuasaan PTUN tentang jenis perkara = keputusan TUN yang menjadi sengketa TUN (psl 1 ayat 4 & psl 3)
II. Tingkatan Pengadilan = selama waktu pemeriksaan PTUN, PTTUN, MA
KOMPETENSI RELATIF
Kompetensi relatif berhubungan dengan kewenangan pengadilan untuk mengadili suatu perkara sesuai dengan wilayah hukumnya.
KOMPETENSI ABSOLUT
Kompetensi absolut atau kewenangan mutlak pengadilan adalah wewenang badan pengadilan dalam memeriksa jenis perkara tertentu yang secara mutlak tidak dapat diperiksa oleh badan pengadilan dalam
lingkungan pengadilan lain. Sengketa Tata Usaha Negara hanya bisa diajukan ke Pengadilan TUN
1. Pengadilan Negri : memeriksa, mengadili, memutus perkara pidana oleh orang-orang sipil & perkara perdata (psl 50 UU 2/1986) 2. Pengadilan Agama : memeriksa, mengadili & memutuskan perkara
perdata tertentu untuk orang-orang islam (psl 49 UU 9/1989) 3. Mahkamah Militer : memeriksa, mengadili, memutus perkara pidana
oleh orang-orang militer
4. PTUN : memeriksa, mengadili, memutus sengketa yang timbul dalam bidang TUN (psl 47 UU 9/2004)
Menurut ketentuan Pasal 47 UU No. 9 Tahun 2004 Peradilan Tata Usaha Negara, kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara adalah bertugas dan berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan sengketa tata usaha negara. Dan yang dimaksud sengketa Tata Usaha Negara adalah sengketa yang timbul dibidang Tata Usaha Negara antara orang atau badan hukum perdata akibat diterbitkannya Keputusan Tata Usaha Negara
Kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara menurut Undang- undang No. 5 Tahun 1986 sebagaimana terakhir diubah dengan UU No.
51 Tahun 2009 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, adalah mengadili sengketa Tata Usaha Negara antara orang atau Badan Hukum Perdata melawan Badan/Pejabat Tata Usaha Negara, akibat diterbitkannya keputusan Tata Usaha Negara. Menurut Undang-undang Peradilan Tata Usaha Negara, kewenangan atau kompetensi absolut terbatas pada mengadili dan memutus sengketa Tata Usaha Negara akibat diterbitkannya keputusan Tata Usaha Negara, yaitu penetapan tertulis yang bersifat konkrit individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum perdata
Pemberlakukan UU No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, telah membawa perubahan besar terhadap kompetensi absolut Peradilan Tata Usaha Negara. Perubahan yang terjadi dengan diundangkannya UU Administarsi Pemerintahan, adalah menyangkut hal-hal sebagai berikut : 1. Perluasan Pemaknaan Keputusan TUN (Pasal 1 angka 7 UU AP).
2. Kompetensi Peradilan TUN terhadap Tindakan administrasi pemerintahan /tindakan factual pejabat TUN (Pasal 1 angka 8 UUAP).
3. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara terhadap Pengujian tentang ada atau tidaknya penyalah gunaan wewenang dalam penerbitan Keputusan Tata Usaha Negara. ( Pasal 21 UU AP.)
4. Kompetensi Peratun untuk mengadili/mengabulkan tuntutan ganti rugi, tanpa pembatasan jumlah tertentu.
5. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negata Tingkat satu untuk mengadili gugatan pasca Upaya Administratif .
6. Kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara untuk memutuskan terhadap obyek sengketa fiktif positif (Pasal 53 UU AP.)
EKSEPSI KEWENANGAN PTUN (Psl. 77 UU PTUN)
a. Eksepsi kewenangan absolut dpt diajukan setiap wkt slm pemerik- saan, atau hakim mengetahuinya (ayat 1)
b. Eksepsi kewenangan relatif disampai-kan sebelum jawaban pokok perkara & diputus sebelum pokok sengketa diperiksa
c. Eksepsi lain dpt diputus bersama pokok sengketa SUSUNAN PENGADILAN & TEMPAT KEDUDUKAN
1. Ptun bertugas memeriksa, memutus, & menyelesaikan sengketa tun tingkat pertama. Ptun dibentuk melalui :
a. Kepres ri no. 52/1990 : ptun jakarta, medan, palembang, surabaya & ujung pandang
b. Kepres ri no. 16/1992 : ptun smg, bdg, padang
2. Pt tun dibentuk berdasar uu no. 10 th 1990 ttg pembentukan pttun jakarta, medan, ujung pandang
3. Ma sebagai pengadilan negara tertinggi (psl. 5 ayat 2 & psl. 7 uuptun)
SUSUNAN PENGADILAN PTUN
1. Pimpinan terdiri ketua & wkl ketua yg diangkat oleh presiden atas usul ketua ma
2. Hakim yg diangkat presiden atas usul ketua ma (psl. 16 ayat 1) 3. Panitera diangkat oleh menkeh
4. Sekretaris & wkl sekretaris pengadilan diangkat oleh ma 5. Juru sita (psl. 39 a uu 9/2004)
Bab 4 Penyelesaian sengketa TUN
Pasal 48 ayat 1 : “dalam hal suatu badan/pejabat TUN diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan per-uuan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa TUN tertentu, maka sengketa TUN tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia”
Ayat 2 : “pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, menyelesaikan sengketa TUN sebagaiman dimaksud dalam ayat 1 jika seluruh upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan”
Sengketa TUN – Upaya peradilan
Upaya peradilan adalah upaya badan peradilan, gugatan ke pengadilan TUN, Banding & kasasi
– Upaya administratif (upaya melalui instansi/badan TUN) : a. banding administratif : penyelesaian harus dilakukan oleh
instansi lain dari yang mengeluarkan keputusan yang bersangkutan
b. keberatan : penyelesaian sengketa diselesaikan oleh badan/pejabat TUN yang mengeluarkan keputusan itu.
Banding administrasi maupun keberatan dilakukan secara lengkap, dari penerapan hukum maupun kebijakan isntansi yang memutus
Apabila putusan upaya administrasi masih belum puas, barulah diajukan gugatan ke PT TUN (psl 51 ayat 3 UU 9/2004) ketentuan ini diperbarui berdasar pasal 76 ayat 3 UU 30/2014 gugatan diajukan ke PTUN.
Peradilan Administrasi Semu :
1. pemeutus adalah pejabat dari instansi yang lebih tinggi 2. meneliti doelmatigheid dan rechmatigheid KTUN 3. memerhatikan perubahan pengaruh 4. dapat dibawah pengaruh badan lain kewenangan
1. membatalkan KTUN 2. mencabut KTUN 3. menerbitkan KTUN
Dasar Hukum penyelesaian sengketa TUN
1. pasal 48 ayat 1 dalam hal suatu badan atau pejabat TUN diberi wewenang oleh atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara administratif sengketa TUN tertentu, maka sengketa TUN tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif
2. pasal 53 ayat 1 seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu KTUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang berisi tuntuan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi
Penyelesaian Sengketa
1. pemutus adalah hakim administrasi 2. meneliti rechtmatighead KTUN
3. hanya dapat meniadakan KTUN tetapi tidak dapat membuat KTUN baru
4. hanya memperhatikan fakta-fakta dan keadaan pada saat diambilnya ketetapan administrasi negara
5. bebas dari pengaruh badan lain 1. memperkuat KTUN
2. tidak membenarkan KTUN seluruhnya/sebagian 3. menolak perkara
4. menyatakan gugatan gugur
5. menyatakan gugatan tidak dapat diterima 6. menetapkan ganti rugi bagi yang dirugikan Alasan Mengajukan Gugatan
Pasal 53 ayat 2
a. Keputusan TUN yang digugat itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangn yang berlaku
b. Badan atau pejabat TUN pada waktu mengeluarkan KTUN telah menggunakan KTUN telah menggunakan wewenangnya untuk tujuan lain dari maksud yang diberikannya wewenang tersebut
c. Badan atau pejabat TUN pada waktu mengeluarkan atau tidak mengeluarkan KTUN setelah mempertimbangkan semua kepentingan yang tersangkut dengan keputusan, seharusnya tidak sampai pada pengambilan atau tidak pengambilan keputusan tersebut.
Asas-Asas Umum Pemerintahan Yang Baik a. Asas kepastian hukum
Asas dalam negara hukum yang mengutamakan landasan peraturan perundang-undangan, kepatutan, dan keadilan dalam setiap kebijakan penyelenggaraan pemerintahan
b. Asas Keseimbangan
Asas yang mewajibkan badan atau pejabat pemerintahan untuk menjaga, menjamin, paling tidak menguapayakan keseimbangan antara :
1) Kepentingan antar individu
2) Kepentingan individu dengan masyarakat 3) Kepentingan WNI dengan masyarakat asing 4) Kepentingan antara kelompok masyarakat 5) Kepentingan pemerinath dengan warga negara
6) Kepentingan generasi sekarang dengan generasi yang akan datang
7) Kepentingan manusia dengan ekosistemnya 8) Kepentingan pria dan wanita
c. Asas Ketidakberpihakan
Asas yang mewajibkan Badan atau Pejabat pemerintahan dalam mengambil keputusan haus mempertimbangkan kepentingan para pihak secara keseluruhan dan tidak deskriminatif.
d. Asas Kecermatan
Bahwa suatu keputusan harus didasarkan pada informasi dan dokumen yang lengkap untuk mendukung legalitas pengambilan keputusan, sehingga keputusan yang bersangkutan telah dipersiapkan dengan cermat sebelum keputusan itu diambil dan diucapkan e. Asas Tidak Melampaui, tidak menyalahgunakan dan/atau
Mencampuradukkan Kewenangan
Asas yang mewajibkan setiap Pejabat Administrasi Pemerintahan atau Badan tidak menggunakan kewenangannya untuk kepentingan pribadi atau kepentingan yang lain, dan tidak sesuai dengan tujuan pemberian kewenangan tersebut
f. Asas Keterbukaan
Asas yang melayani masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak deskriminatif dalam penyelenggaraan administrasi pemerintahan dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan, dan rahasia negara.
Bab 5 Penyelesaian Sengketa melalui Peradilan TUN
Sistematika gugatan perkara TUN sesua dengan UUPTUN 5/1986
Gugatan
Permohonan yang berisi tuntutan terhadap Badan/Pejabat TUN dan diajukan ke Pengadilan TUN untuk mendapatkan keputusan (ps1ayat 5).
Seseorang atau badan hukum perdata yang merasa kepentingannya dirugikan oleh suatu keputusan TUN dapat mengajukan gugatan tertulis kepada pengadilan yang berwenang yang berisi tuntutan agar KTUN yang disengketakan itu dinyatakan batal atau tidak sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan atau rehabilitasi (psl 53 ayat 1) Dasar Pengajuan Gugatan
1. KTUN yang digugat bertentangan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku (Asas Legalitas)
2. Badan/pejabat TUN menggunakan wewenang untuk tujuan lain dari maksud diberikannya wewenang tersebut
3. Badan/pejabat TUN setelah memperhatikan kepentingan berkait KTUN seharusnya tidak sampai pada pengambilan/tidak pengambilan KTUN dan/atau Tindakan TUN
4. KTUN dan/atau Tindakan TUN yang digugat bertentangan dengan Asas Perlindungan HAM
5. KTUN dan/atau Tindakan TUN yang digugat bertentangan dengan AAUPB
Prosedur pengajuan Gugatan
Gugatan harus memuat syarat formil dan materiil (psl 56) ;
a. Nama, kewarganegaraan, tempat tinggal, dan pekerjaan penggugat atas kuasanya
b. Nama jabatan, tempat kedudukan tergugat
c. Dasar gugatan dan hal yang diminta untuk diputuskan oleh pengadilan (posita & petitium)
Jika dibuat oleh Kuasa Hukum Penggugat harus ada Surat Kuasa yang sah.
Dilampiri Keputusan TUN yang disengketakan.
d. Gugatan hanya daoat dimintakan satu macam tuntutan pokok yang berupa tuntutan agar KTUN yang digugat dinyatakan batal atau tidak
sah, dengan atau tanpa disertai tuntutan ganti rugi dan/atau rehabilitasi (psl 53 ayat 1). Maksudnya tuntutan tambahan hanya diperbolehkan berupa tuntutan ganti rugi, dan hanya dalam sengketa kepegawaian saja dapat dimintakan tuntutan tambahan berupa rehabilitasi.
e. Dalam gugatan juga dapat diajukan permohonan : – Berperkara dengan prodeo (psl 60) – Pemeriksaan acara cepat (psl 98-99)
– Permohonan Schorsing atau Penundaan Pelaksanaan KTUN sampai KPTUN inkcraht (psl 67)
f. Gugatan ditandatangani oleh pengugat dan Kuasanya g. Gugatan diajukan di tempat kedudukan Tergugat
h. Penggugat membayar panjar biaya perkara yang besarnya ditentukan oleh Panitera
Pemeriksaan Administrasi di Kepaniteraan
Penelitian Segi Administrasi
Setelah panjar biaya dilunasi dan gugatan didaftarkan dengan diberi nomor register perkara, kepaniteraan TUN melakukan penelitian tentang kelengkapan berkas dengan mencatatnya dalam formulir penelitian administrasi
Tahap ini dengan meneliti kesesuaian bentuk dan isi gugatan menurut ketentuan pasal 56 dan tidak menyangkut segi materiil gugatan Skematik Prosedur Penerimaan Gugatan di PTUN
Tenggang Wajtu Pengajuan Gugatan
– Terhadap Putusan Positif gugatan hanya dapat diajukan dalam tenggang waktu 90 hari sejak diterima atau diumumkannya (diketahui) surat KTUN yang menjadi obyek sengketa
– Terhadap Putusan Fiktif negatif perhitungan tenggang waktu 90 hari dihitung sejak habisnya kesempatan mengambil keputusan dalam peraturan dasarnya. Adapun dalam hal tidak ada ketentuan waktu, tenggang waktu 90 hari dihitung setelah lewat batas waktu 4 bulan.
Prosedur Dismisal (Penelitian Segi Administratif dengan Rapat Permusyawaratan)
Ketua pengadilan TUN dalam proses dismisal berwenang memutus dengan suatu penetapan dengan memuat pertimbangan-pertimbangan bahwa gugatan yang diajukan penggugat dinyatakan tidak diterima atau tidak mendasar
Alasan yang dapat Dijadikan Dismisal Proses
– Pokok gugatan tidak termasuk dalam wewenang pengadilan – Syarat gugatan tidak dipenuhi walaupun telah
diberitahu/diperingatkan
– Gugatan tidak berdasarkan alasan yang layak – Apa yang dituntut sudah terpenuhi – Gugatan prematur ataupun lewat waktu Upaya Hukum Perlawanan
– Penggugatn dapat mengajukan perlawanan atas penetapan dismisal dari ketua PTUN
– Pemeriksaan perlawanan dilakukan oleh Hakim Tunggal dengan acara singkat
– Apabila perlawanan Penggugat dikabulkan, penetapan dismisal dinyatakn gugur demi hukum & gugatan diperiksa dengan acara biasa dengan majelis hakim
– Atas putusan perlawanan tidak ada upaya hukum Pemeriksaan Sengketa TUN
a. Singkat
Pemeriksaan yang bukan mengenai pokok sengketa, tapi baru mengenai perlawanan
b. Cepat
Pemeriksaan mengenai pokok sengketa hanya waktunya cepat karena kepentingan penggugat cukup mendesak
c. Acara Biasa
Pemeriksaan tentang pokok sengketa yang terdiri dari pemeriksaan, persiapan, & pemeriksaan biasa dalam sidang terbuka untuk umum Pemeriksaan Acara Singkat
Yang diperiksa bukan mengenai pokok sengketa tetapi baru perlawanan (psl 62 jo 118 UUPTUN)
Acara singkat ada 2 macam :
a. Gugatan perlawanan atas penetapan dismisal oleh Hakim Ketua PTUN (psl 62 ayat 3,4,5,6 UUPTUN)
b. Gugatan perlawanan oleh pihak ketiga terhadap putusan yang telah inkcraht van gewijsde (psl 118 UUPTUN)
Acara persidangannya : sidang permusyawaratan yang tertutup untuk umum, putusannya terbuka untuk umum
Masuknya Pihak Ketiga (Intervensi)
Dalam pemeriksaan perkara yang sedang berjalan, dimungkinkan masuknya pihak ketiga yang berkepentingan
Kedudukan pihak ketiga dapat sebagai PENGGUGAT INTERVENSI, PENGGUGAT II INTERVENSI ATAU TERGUGAR II INTERVENSI
Pemeriksaan Dengan Acara Cepat
– Diruang sidang yang terbuka untuk umum – Dengan Hakim Tunggal
– Tanpa dilakukan pemeriksaan persiapan
– Proses jawab-jinawab, menyampaikan surat-surat bukti dan saksi-saksi sampai putusan maksimal 30 hari
Pemeriksaan dengan Acara Biasa Pemeriksaan Persiapan :
a. Pemeriksaan tertutup untuk umum dalam ruang khusus b. Penggugat berhak memperoleh nasihat guna melengkapi gugatannya c. Hakim dapat meminta penjelasan dan data yang diperlukan kepada
tergugat
d. Dalam jangka waktu 30 hari Penggugat tidak melengkapi gugatannya, hakim dalam putusannya menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima
e. Terhadap putusan tersebut tidak ada upaya hukum Pemeriksaan di Persidangan
a. Pemeriksaan diruang sidang yang terbuka untuk umum, kecuali menyangkut ketertiban umum atau keselamatan negara, persidangan dapat dinyatakan tertutup untuk umum
b. Dengan Majelis Hakim
c. Pemeriksaan diawali dengan pembacaan gugatan, kemudian dijawab jinawab (replik-duplik)
d. Penyampaian surat-surat bukti e. Pemeriksaan saksi-saksi f. Kesimpulan dan putusan