• Tidak ada hasil yang ditemukan

REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN PERSPEKTIF (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN PERSPEKTIF (2)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW BUKU HUKUM LINGKUNGAN

PERSPEKTIF GOLBAL DAN NASIONAL

Anisa Aulia

anisaaulia170@students.unnes.ac.id

DATA BUKU

Judul Buku : Hukum Lingkungan, Perspektif Global dan Nasional Penulis : Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum.

Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada

Tahun Terbit : 2014 Kota Penerbit : Jakarta

Bahasa Buku : Bahasa Indonesia

Jumlah Halaman : 278 (termasuk lampiran-lampiran)

ISBN Buku : 978-979-769-684-9

PEMBAHASAN REVIEW

Dr. Muhammad Akib, S.H., M.Hum., lahir di Karta 16 September 1963, Lektor Kepala pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Sarjana Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Lampung pada tahun 1986, Magister Hukum dari Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1994 dan Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Diponegoro Semarang pada tahun 2011. Pernah mengikuti penataran hukum lingkungan (eks) Kerja Sama Indonesia Belanda di Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1994-1996, Pelatihan Pengelolaan Wilayah Pesisir Terpadu, IPB Bogor-CRMP Lampung pada tahun 1998, Kursus Amdal tipe A dan B di tahun 2000 dan 2001, Sanwich Like program di Wollongong University, New South Wales, Australia pada tahun 2009.

(2)

Hukum lingkungan merupakan seperangkat aturan hukum (Legal Rules) baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis yang mengatur tatanan lingkungan hidup. tatanan lingkungan tersebut meliputi hubungan antara manusia dengan lingkungannya, baik dengan lingkungan makhluk hidup (flora, fauna, dan organisme hidup lainnya) maupun dengan lingkngan alam atau fisik. Kesadaran lingkungan merupakan kesadaran yang lahir dari pemahaman tentang relasi antara manusia dengan lingkungannya. Kesadaran bahwa salah satu hak konstitusional warga sebagaimana diatur dalam Pasal 28H UUD 1945. Sementara disisi yang lain, melalui pemahaman hukum lingkungan diharapkan proses pembangunan yangsedang berlansung sekarang ini tidak mengabaikan kelestarian lingkungan.

Paradigma “konstitusi hijau” atau Green Constitution harus menjadi spirit dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Untuk itu harus di dukung dengan produk hukum yang juga bernuansa hijau dan anggaran yang pro lingkungan hidup. Paradigma dan spirit inilah yang harus menjadi panduan bagi penyelenggaraan negara dan semua pihak yang berkepentingan. Secara substansial materi hukum lingkungan merupakan refleksi dari dinamika pengaturan paradigma dan spirit sebagaimana dijelaskan.

Hukum lingkungan juga merupakan bidang ilmu yang relatif muda dibandingkan dengan cabag ilmu hukum lainnya. Secara global-internasional perkembangannya secara pesat baru sejak empat dasawarsa terakhir, yaitu setelah Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia yang pertama di Stockholm, Swedia, pada tanggal 5-16 Juni 1972. Di Indonesia ia baru berkembang sejak era tahun 1980-an, yaitu sejak keluarnya Undang-Undang Lingkungan yang pertama yaitu, Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup atau biasa di singkat dengan UULH-1982. Dalam perkembangannya UULH-1982 telah dicabut dan di ganti dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997 (UUPLH-1997), dan terakhir diganti lagi dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH-2009).

Melalui ketiga undang-undang tersebut telah diletakkan prinsip-prinsip dasar, asas, dan tujuan serta instrumen hukum perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. instrumen hukum tersebut sevara komperensif meliputi instrumen hukum administrasi, hukum pidana, dan hukum perdata, bahkan hukum internasional. Semuanya menjadi lingkup kajian hukum lingkungan dalam buku ini.

Buku ini merupakan edisi revisi dari buku sebelumnya yang berjudul “Hukum Lingkungan, Kebijakan dan Pengaturan Hukum Global dan Nasional” yang terbit tahun 2008 lalu. Edisi revisi ini dilakukan dalam rangka mengikuti perkembangan hukum lingkungan, terutama pada aspek hukum normatifnya pasca di keluarkannya Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 (UUPPLH-2009).

(3)

nasional), perkembangan hukum lingkungan global dan nasional, peraturan perundang-undangan lingkungan sebagai mata rantai pertama pengaturan lingkungan, substansi hukum lingkungan yang meliputi ketiga bidang hukum tersebut. melalui penyajian yang cukup sistematis dan komprehensif, maka buku ini sangat bagus untuk dijadikan sebagai pengantar dan bahan bacaan oleh para mahasiswa hukum khususnya, aparatur penegak hukum (pejabat administrasi, polisi, jaksa, hakim), organisasi lingkungan, dan siapa saja yang menaruh perhatian terhadap hukum dan lingkungan.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, buku ini secara sistematis mengulas akan konsep, teori, asas, dan norma hukum lingkungan yang meliputi aspek hukum administrasi, pidana, perdata, serta penegakan hukumnya. Buku yang berisi lebih dari dua ratus halaman ini terbagi atas delapan bab besar yang membahas topik-topik yang berbeda terkait judul buku. Bab-bab tersebut adalah Konsep Lingkungan dan Permasalahannya; Kebijakan Lingkungan: Global, Regional, dan Nasional; Hukum Lingkungan dan Perkembangannya (Global dan Nasional); Peraturan Perundang-Undangan Lingkungan; Hukum Lingkungan Administrasi; Hukum Lingkungan Kepidanaan; Hukum Lingkungan Keperdataan; Penegakan Hukum Lingkungan.

Pada bab pertama buku ini membahas tentang konsep lingkungan dan permasalahannya. Konsep daya dukung lingkungan yang pada awalnya merupakan batas kemampuan lingkungan untuk mendukung kehidupan hewan, dalam perkembangannya juga di terapkan terhadap kehidupan manusia. Secara yuridis konsep daya dukung lingkungan hidup dirumuskan dalam Pasal 1 angka 7 UUPPLH 2009 bahwa daya dukung lingkungan hidup adalah kemampuan lingkungan hidup untuk mendukung perikehidupan manusia, makhluk hidup lain, dan keseimbangan antarkeduanya. Permasalahan lingkungan juga bukan hal baru. Berbagai masalah lingkungan yang terjadi, anatara lain seperti gunung meletus, gempa bumi, meluapnya lumpur panas, tanah longsor, dan lain-lain. Permasalahan lingkungan nasional yang berupa pencemaran dan perusakan lingkungan tersebut dalam perkembangannya terus terjadi, bahkan cenderung semakin parah, terutama setelah era reformasi dan otonomi daerah.

Inti permasalahan lingkungan hidup ialah hubungan timbal balik antar makhluk hidup dengan lingkungannya. Apabila hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya berjalan secara teratur dan merupakan satu kesatuan yang saling memengaruhi, maka terbentuklah suatu sistem ekologi yang lazim disebut ekosistem. Karena lingkungan terdiri atas komponen hidup dan tak hidup yang berinteraksi secraa teratur sebagai suatu kesatuan dan saling memengaruhi dalam bentuk keseimbangan, stabilitas, dan produktivitas lingkungan hidup.

(4)

Pada bab selanjutnya, buku ini beralih membahas tentang hukum lingkungan dan perkembangannya. Hukum lingkungan dapat diartikan sebagai seperangkat aturan yang ditujukan kepada kegiatan-kegiatan yang memengaruhi kualitas lingkungan, baik secara alami maupun secara buatan manusia. Tumbuhnya pengertian dan kesadaran umat manusia terhadap lingkungan sebernarnya telah dimulai sejak tahun 1950-an. Hal ini sebagai akibat terjadinya berbagai kasus lingkungan beserta akibatnya. Kesadaran lingkungan ini mencapai puncaknya dengan dilaksanakannya Konferensi PBB tentang Lingkungan Hidup Manusia di Stockholm, Swedia, dari tanggal 5-16 Juni 1972.

Walaupun demikian, tidak berarti bahwa hukum lingkungan baru benar-benar ada sejak Konferensi di Stockholm 1972. Hukum lingkungan internasional misalnya, telah berkembang sejak munculnya berbagai kasus lingkungan yang melibatkan negara-negara sebagai pihak perkara, spert kasus Trail Smalter (1938) dan kasus Lake Lonux (1957). Hanya saja orientasi hukum lingkungan yang pada saat itu masih berkisar pada upaya-upaya perlindungan hak-hak negara pada umumnya, dan belum kepada pelindungan lingkungan.

Sebagai tindak lanjut dari Konferensi Stockholm 1972, perkembangan hukum lingkungan global ditandai dengan adanya Ad Hoc Meeting Of Senior Goverment Officials Expert in Environmental Law di Montevideo, Uruguay, pada tanggal 28 Oktober-6 November 1981. Pertemuan ini telah menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi yang sangat berarti bagi perkembangan hukum lingkungan. Selanjutnya pada tahun 1985 oleh WCED dibentuk Expert Group on Enviromental Law yang bertugas mempersiapkan sebuah laporan tentang prinsip-prinsip hukum guna perlindungan lingkungan dan pembangunan berkelanjuta, dan saran-saran guna mempercepat pengembangan hukum yang relevan bagi pertimbangan WCED.

Pada bab keempat buku ini kemudian membahas tentang peraturan perundang-undangan lingkungan. Untuk memudahkan pemahaman, peraturan perundang-undangan lingkungan dalam buku ini dikelompokkan menjadi dua bagian. Pertama, yang dibuat dan diberlakukan sejak zaman kolonial hingga Indonesia merdeka. Kedua, yang dibuat dan diberlakukan secara nasional sejak berlakunya UULH-1982 sampai UUPPLH-2009.

Kemudian beralih pada bab yang membahas mengenai hukum lingkungan administrasi. Hukum lingkungan yang pada awalnya bersifat sederhana dan mengandung aspek keperdataan, tetapi dalam perkembangannya bergeser kearah hukum administrasi negara, sesuai dengan penigkatan peranan pemerintah dalam bentuk campur tangan terhadap berbagao segi kehidupan dalam masyarakat yang semakin kompleks.

Pergeseran peran negara ini muncul seiring dengan lahirnya negara modern yang mengubah fungsi negara dari sebagai penjaga malam menjadi fungsi kesejahteraan. Perubahan fungsi ini mengharuskan besarnya campur tangan negara dalam mengurusi berbagai kepentingan masyarakat, termasuk dalam bidang lingkungan hidup. Dengan demikian, semakin besarnya peran negara dalam melakukan pengelolaan lingkungan menyebabkan semakin luas pula substansi hukum lingkungan administrasi.

(5)

dimaksud tidak lain adalah mengenai hukum lingkungan yang memuat aspek-aspek pidana, bukan berbicara dalam konteks ilmu hukum pidana pada umumnya. Hal ini mengingat hukum lingkungan sudah merupakan cabag ilmu hukum baru yang berdiri sendiri dan memiliki banyak segi, salah satunya adalah dalam segi kepidanaan. Oleh karena itu, sepanjang hukum dan kelembagaan dari hukum lingkungan belum diatur tersendiri, maka yang digunakan adalah pranata hukum dan kelembagaan dari hukum pidana. Misalnya, lembaga peradilan dan hukum acara yang digunakan.

Pada bab ketujuh buku ini membahas mengenai hukum lingkungan keperdataan. Hukum lingkungan keperdataan merupakan salah satu aspek dari berbagai aspek hukum lingkungan lainnya. Sebagaimana dikatakan Drupsteen, bahwa hukum lingkungan meliputi pula aspek hukum administrasi, pidana, pajak, bahkan hukum internasional yang dalam perkembangannya telah menjadi bidang hukum yang berdiri sendiri.

Hukum lingkungan keperdataan secara substansial memuat ketentuan yang berkaitan dengan pemenuhan hak-hak keperdataan seseorang, kelompok orang dan badan hukum perdata dalam kaitannya dengan lingkungan hidup yang baik dan sehat. Jika hak-hak keperdataan ini dirugikan oleh salah satu phak, misalnya karena terjadi pencemaran atau perusakan lingkungan, maka dalam upaya perlindungan hukumnya digunakan sarana hukum lingkungan keperdataan. Perlindungan lingkungan bagi korban pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan diberikan dengan cara memberikan hak kepada penggugat untuk mengajukan gugatan ganti kerugian atau tindakan pemulihan lingkungan terhadap pencemar.

Pada bab terkahir buku ini akan membahas tentang penegakan hukum lingkungan. Penegakan hukum lingkungan merupakan mata rantai terakhir dari siklus pengaturan perencanaan kebijakan lingkungan. Sebagai mata rantai terakhir, banyak kalangan menganggap bahwa penegakan hukum lingkungan hanyalah melalui proses pengadilan. Anggapan seperti ini mengisyaratkan bahwa penegakan hukum lingkungan hanya bersifat represif, yaitu setelah terjadinya kasus pencemaran dan/ atau kerusakan lingkungan.

Padahal, penegakan hukum lingkungan sebenarnya tidak hanya terbatas pada tindakan yustisial atau dengan istilah “meja hijaukan” semata, melainkan bagaimana melaksanakan dan menegakkan peraturan perundang-undangan lingkungan. Kegiatan melaksanakan dan menegakkan peraturan tidak hanya menjadi tanggung jawab aparatur pemerintah dibidang lingkungan hidup.

Penegakan hukum lingkungan dapat dilakukan secara preventif dalam upaya pemenuhan peraturan dan secara represif melalui pemberian sanksi atau proses pengadilan dalam hal terjadi perbuatan melanggar hukum. Dua sistem atau strategi sebagaimana dikemukaakan diatas, pada dasarnya merupakan esensi dari penegakan hukum lingkungan, yaitu untuk mencegah dan menaggulangi perusakan dan/ atau pencemaran lingkungan. Dengan kata lain, penegakan hukum lingkungan merupaan upaya untk mencapai ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan lingkungan, yang ruang lingkupnya meliputi bidang hukum administrasi, hukum pidana, dan hukum perdata.

(6)

isi buku. Buku ini juga sangat bagus untuk dijadikan bahan pengantar kuliah maupun rujuakan bagi para mahasiwa, dosen, maupun dikalangan umum.

Referensi

Dokumen terkait

Lalu Husni, 2003, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia , Edisi Revisi, Raja Grafindo Persada, Jakarta. Lalu Husni, 2004, Penyelesaian Perselisihan Hubungan

Buku ini terdiri dari 5 bab yang didalamnya membahas tentang isu permasalahan lingkungan, faktor penyebab terjadinya, pengaturan asas; hak dan kewajiban;

Dalam buku yang mempunyai delapan BAB dan berjumlah 258 halaman ini yang saya anggap sebagai buku yang lengkap yang mempelajari hukum lingkungan baik dari segi hukum administrasi,

Sugiyarso, Administrasi Gaji dan Upah (Edisi Revisi) , Yogyakarta: Penerbit Pustaka Widyatama, 2008, h.. Untuk itu kebijakan dan sistem imbalan harus dirancang

Hermansyah, 2009, Edisi Revisi Hukum Perbankan Nasional Indonesia , Jakarta : Kencana Prenada Media

Dalam hukum nasional Indonesia, pengaturan hukuman mati terkait kejahatan narkotika secara umum dicantumkan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dan secara

Buku panduan ini merupakan hasil pengembangan dari buku panduan sebelumnya dimana pada edisi Juni 2018 ini terdapat beberapa revisi antara lain jenis modul praktikum, daftar pertanyaan

Konsep pengaturan Hukum Pidana Adat dalam KUHP Nasional Kitab Undang-Undang Hukum Pidana KUHP yang sebelumnya pernah berlaku di Indonesia berasal dari Belanda yang memiliki nama asli