• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Strategis Menuju Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perencanaan Strategis Menuju Sekolah Adiwiyata di SMP Negeri 2 Boja Kabupaten Kendal"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1

Pendidikan Lingkungan Hidup

Pendidikan sebagai proses kegiatan siswa dan guru dalam pembelajaran. Undang undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah sebuah usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang dimilikinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan memberikan peluang kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi yang bermanfaat bagi peserta didik maupun lingkungan.

(2)

8 perilakunya, yang mempengaruhi alam itu sendiri, kelangsungan perikehidupan, dan kesejahteraan manusia serta mahluk mahluk hidup lainnya.

2.1.1 Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH).

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) merupakan upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kesadaran mayarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. Hal ini sesuai dengan definisi pendidikan lingkungan hidup menurut UNESCO, uraianya adalah sebagai berikuit:

Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009) merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait didalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan keterampilan untuk bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru.

(3)

9 suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya Soeriatmadja (1997). Dari pengertian tentang pendidikan lingkungan hidup di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah suatau usaha untuk memberikan pengetahuan dan wawasan kepada masyarakat supaya peduli dengan lingkungan serta menumbuhkan gagasan dan ide setiap individu dalam memberikan solusi untuk mengatasi permasalahan-permasalahan lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup mempelajari permasalahan lingkungan khususnya masalah dan pengelolaan pencemaran, kerusakan lingkungan serta sumber daya dan konservasi (Tim MKU PLH, 2014: 2). Pendidikan lingkungan hidup mempunyai fungsi untuk meminimalisir kerusakan lingkungan, hal ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah lingkungan.

(4)

10 Lingkungan Hidup. Isi dari kebijakan pendidikan lingkungan hidup itu adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu Permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan kselamatan lingkungan untuk generasi sekarang dan yang akan datang.

b. Tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) adalah mendorong dan memberikan kesempatan kepada masyarakat dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang pada akhirnya dapat menumbuhkan kepedulian, komitmen untuk melindungi, memperbaiki serta memanfaatkan lingkungan hidup secara bijaksana, tuut menciptakan pola perilaku baru yang bersahabat dengan lingkungan hidup, mengembangkan etika lingkungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup.

c. Sasaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) meliputi: 1) Terlaksananya Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)

sehingga tercipta kepedulian dan komitmen masyarakat dalam turut melindungi, melestarikan dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup.

2) Tercakupnya seluruh kelompok masyarakat, baik di pedesaan dan perkotaan, tua dan muda,laki-laki dan perempuan di seluruh wilayah Indonesia sehingga tujuan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi seluruh rakyat Indonesia dapat terwujud dengan baik. d. Ruang lingkup Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH),

meliputi:

1) Pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) melalui jalur fomal, non formal dan jalur informal oleh seluruh pemangku kepentingan.

2) Pengembangan berbagai aspek yang mencakup:

a). Kelembagaan; b) SDM selaku pelaku/ pelaksana maupun selaku obyek PLH; c) Sarana dan prasarana; d) Pendanaan; e) materi; f) Komunikasi dan informasi; g) Peran serta masyarakat; h) Metode pelaksanaan pem- belajaran.

(5)

11 masyarakat tentang pentingnya lingkungan hidup bagi manusia, sehingga setiap individu diharapkan mempunyai wawasan tentang peduli lingkungan dan dapat memberikan solusi atas permasalahan lingkungan yang di hadapi. Untuk itu perlu diberikan wawasan lingkungan hidup ini kepada masyarakat salah satunya dengan memberikan pengetahuan dan wawasan lingkungan hidup sejak dini pada anak usia sekolah. Didukung dengen peran serta masyarakat dalam menjaga dan melestarikan lingkungan, supaya tujuan dari pendidikan lingkungan hidup dapat tercapai.

2.1.2 Pembelajaran Berbasis Lingkungan Hidup

(6)

12 Model environmental learning digunakan dengan tujuan agar siswa dapat dengan mudah berinteraksi dengan bahan pelajaran yang telah disusun dan disesuaikan dengan model pembelajaran. Dalam buku Environmental Learning and Experience an Interdisciplinary Guide for Teachers, disebutkan bahwa dalam kerangka pembelajaran lingkungan terdapat prinsip-prinsip yang membantu guru dalam mendesain materi dan strategi pembelajaran berbasis lingkungan hidup atau alam sekitar. Prinsip yang pertama yaitu pengalaman langsung, yang bertujuan untuk merangsang reaksi, kepekaan dan negosiasi siswa terhadap permasalahan yang timbul di lingkungan sekitar mereka.Prinsip yang kedua yaitu bagaimana siswa melalui pengalamannya dapat menggambarkan dan menyimpulkan prinsip-prinsip tentang konsep lingkungan hidup dan pelestariannya.

(7)

13 Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam model environmental learning yaitu isi dan prosedur pembelajaran harus sesuai dengan lingkungan pembelajar, pengetahuan yang diberikan harus memberikan jalan keluar dalam menanggapi permasalahan lingkungan.

Buah dari proses pendidikan dan pembelajaran akhirnya akan bermuara pada lingkungan. Manfaat keberhasilan pembelajaran akan terasa manakala apa yang diperoleh dari pembelajaran dapat diaplikasikan dan diimplementasikan dalam realitas kehidupan. Inilah salah satu sisi positif yang melatarbelakangi pembelajaran dengan pendekatan lingkungan.

Model environmental learning merupakan model pembelajaran berbasis lingkungan yang bertujuan agar siswa dapat memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Penggunaan model pembelajaran ini dapat dilakukan dengan sistem belajar di luar kelas agar siswa memiliki pengalaman lebih dan proses pembelajaran bisa menyenangkan.

(8)

14 dan sarana belajar.Pembelajaran dengan pendekatan lingkungan sangat efektif diterapkan di sekolah. Konsep-konsep sains dan lingkungan sekitar siswa dapat dengan mudah dikuasai siswa melalui pengamatan pada situasi yang konkret.

Basile (dalam Bartosh, 2003) menyebutkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan lingkungan mendorong siswa untuk belajar “melakukan ilmu pengetahuan” bukan hanya belajar “mengetahui ilmu pengetahuan”. Menggunakan alam sebagai laboratorium luar ruangan membantu kondisi yang kondusif untuk belajar. Dampak positif dari diterapkannya pendekatan lingkungan yaitu siswa dapat terpacu sikap rasa keingintahuannya tentang sesuatu yang ada di lingkungannya.

Seandainya kita renungi empat pilar pendidikan yakni learning to know (belajar untuk mengetahui), learning to be (belajar untuk menjadi jati dirinya), learning to do (Belajar untuk mengerjakan sesuatu) dan learning to life together (belajar untuk bekerja sama) dapat dilaksanakan melalui pembelajaran dengan pendekatan lingkungan yang dikemas sedemikian rupa oleh guru.

(9)

15 penggunaan model environmental learning adalah siswa tidak bosan dengan apa yang dipelajari, siswa mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri, dan menumbuhkan kecintaan siswa terhadap lingkungan” (Ali, 2010: 34). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dengan model environmental learning siswa akan lebih memahami dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain itu, siswa juga akan memiliki kecintaan terhadap lingkungan sekitar mereka.

Selain memiliki kelebihan, model environmental learning juga memiliki kelemahan (Ali, 2010: 34) mengungkapkan bahwa, “Kelemahan environmental learning diantaranya yaitu membutuh-kan tenaga yang lebih, dan hanya dapat digunakan dalam beberapa materi pembelajaran”. Tenaga lebih yang dimaksud yaitu keahlian guru dalam menyusun tema materi pembelajaran yang harus disesuaikan dengan lingkungan belajar siswa.

2.1.3Kendala Belajar di Luar Kelas

(10)

16 dapat ditangkap oleh audiens, b) Guru harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens, c) Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif, d) Sangat tergantung cuaca, e) Konsentrasi audiens kurang.

(11)

17

2.2

Pendidikan Lingkungan Hidup di

Sekolah

Pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup dapat dilakukan melalui jalur pendidikan formal yaitu sekolah (Trivedi, 2004:8-9). Pendidikan lingkungan hidup pada jalur pendidikan formal dapat ditempuh melalui dua pendekatan yaitu, pendekatan monolitik dan pendekatan integratif menurut,( Khairi 2012)

2.2.1 Pendekatan monolitik.

Pendekatan monolitik adalah pendekatan yang didasarkanpada suatu pemikiran bahwa setiap mata pelajaran merupakan komponen yang berdiri sendiri dalam kurikulum dan mempunyai tujuan tertentu dalam kesatuan yang utuh. Dengan pendekatan monolitik Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH)dijadikan satu disiplin ilmu baru yang nantinya dijadikan mata pelajaran yang terpisah dari ilmu ilmu lain.

(12)

18 silabus PLH sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri sejajar dengan mata pelajaran lain,perlu tenaga pengajar yang mempunyai spesialisasi dalam pendidikan lingkungan, dan menambah beban belajar siswa.

2.2.2 Pendekatan terpadu (integratif)

Pendekatan terpadu (integratif) adalah pendekatan yang didasarkan pemaduan Pendidikan Lingkungan Hidup dengan mata pelajaran lain.Pendekatan integratif dapat ditempuh dengan cara membangun unit pokok bahasan yang disiapkan untuk dipadukan ke dalam mata pelajaran tertentu.

(13)

19

2.3

Program Sekolah Adiwiyata

2.3.1 Pengertian Adiwiyata

Salah satu penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah yaitu melalui program Adiwiyata.

Menurut Kementerian Negara Lingkungan Hidup (2010:2) ”Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup”.

Dalam hal ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.

Kata Adiwiyata berasal dari bahasa Sansekerta, terdiri dari dua kata, yakni “Adi” dan “Wiyata”. “Adi” mempunyai makna: besar, agung, baik, ideal atau sempurna sedangkan Wiyata mempunyai makna: tempat dimana seseorang mendapat ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Jadi, Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

(14)

20 dan Nomor 05/VI/KB/2005 tentang Pembinaan dan Pengembangan Lingkungan Hidup.

2.3.2 Tujuan Adiwiyata

Dalam Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 02 tahun 2009 dinyatakanbahwa Tujuan umum Adiwiyata adalah membentuk sekolah peduli dan berbudaya lingkungan yang mampu berpartisipasi dan melaksanakan upaya pelestarian lingkungan dan pembangunan berkelanjutan bagi kepentingan generasi sekarang maupun yang akan datang. Adapun tujuan khusus mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan melalui tata kelola sekolah yang baik untuk untuk mendukung pembangunan ber- kelanjutan.

Menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

(15)

21 kesetaraan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam. Serta penerapan prinsip dasar yaitu: partisipatif, dimana komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran; serta berkelanjutan, dimana seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komperensif.

Untuk mencapai tujuan Adiwiyata ada empat komponen program yang merupakan satu kesatuan yang utuh: a) kebijakan berwawasan, b) pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan, c) kegiatan lingkungan berbasis partisipasif, d) pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan.

2.3.3 Indikator dan Kriteria Adiwiyata

a. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan.

(16)

22 1) Visi dan misi sekolah yang peduli dan

ber-budaya lingkungan.

2) Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup. 3) Kebijakan peningkatan kapasitas sumber daya

manusia (tenaga kependidikan dannon-kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.

4) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumber daya alam.

5) Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.

6) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait denganmasalah lingkungan hidup.

(17)

23 1) Pengembangan model pembelajaran lintas mata

pelajaran.

2) Penggalian dan pengembangan materi dan persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.

3) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.

4) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup (Chaeruddin Hasyim, 2004).

c. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkungannya. Kegiatan-kegiatan tersebut antara lain:

1) Menciptakan kegiatan ekstra kurikuler/ kurikuler di bidang lingkungan hidup berbasis patisipatif di sekolah.

(18)

24 3) Membangun kegiatan kemitraan atau

memprakarsai pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah.

d. Pengelolaan dan Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah

Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana dan prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup, antara lain meliputi:

1) Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.

2) Peningkatan kualitas penge-lolaan lingkungan di dalam dan di luar kawasan sekolah.

3) Penghematan sumberdaya alam (listrik, air, dan ATK).

4) Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.

5) Pengembangan sistem pengelolaan sampah.

2.3.4 Pelaksanaan Program Adiwiyata di Sekolah

(19)

25 a. Mengkaji kondisi lingkungan hidup sekolah,

kebijakan sekolah, kurikulum sekolah, kegiatan sekolah, dan sarana prasarana;

b. Membuat rencana kerja dan mengalokasikan anggaran sekolah berdasarkan hasil kajian tersebut di atas, dan disesuaikan dengan komponen, standar, dan implementasi adiwiyata; c. Melaksanakan rencana kerja sekolah;

d. Melakukan pemantauan dan evaluasi;

e. Menyampaikan laporan kepada kepala sekolah tembusan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten/Kota dan Instansi terkait.

2.4

Rencana Strategis

2.4.1. Pengertian Rencana Strategis

(20)

26 dalam jangka waktu tertentu atas dasar nilai-nilai yang dimiliki oleh masyarakat yang bersangkutan dan yang kedua ialah pilihan diantara cara-cara alternatif serta rasional guna mencapai tujuan tujuan tersebut.

G.R Terry (dalam Mulyadi, 2012), Perencanaan adalah memilih dan menghubungkan fakta, membuat serta menggunakan asumsi-asumsi mengenai masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Sedangkan Martoyo (dalam Mulyadi 2012) menyebutkan suatu perencanaan harus senantiasa berpijak pada kenyataan yang ada, disertai penggunaan asumsi-asumsi untuk masa depan, sehingga sasaran yang ingin dicapai benar-benar dapat diwujudkan.

Dari uraian pendapat di atas sehingga dapat disimpulkan bahwa perencanaan adalah suatu keputusan berdasarkan fakta-fakta mengenai tujuan tertentu yang hendak dicapai serta memilih cara-cara alternatif guna mencapai tujuan tersebut sesuai waktu yang ditentukan.

(21)

27 tantangan lingkungan yang dirancang untuk memastikan tujuan utama sekolah dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat (Purwanto, 2007).

Menurut Rangkuti (2014:3) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut Daft (2010:249) mendefinisikan strategi (strategy) secara eksplisit, yaitu rencana tindakan yang menerangkan tentang alokasi sumber daya serta berbagai aktivitas untuk menghadapi lingkungan, memperoleh keunggulan bersaing, dan mencapai tujuan perusahaan. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktifitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Strategi dibedakan dengan taktik yang memiliki ruang lingkup yang lebih sempit dan waktu yang lebih singkat.

(22)

28 segala sumbar daya yang dimiliki untuk memenangkan persaingan.

Menurut Edward (dalam Umar, 2002), rencana strategis adalah rencana yang dilakukan oleh para manager paling atas dan menengah untuk mencapai tujuan organisasi yang lebih luas. Menurut Tjokroamidjojo (2000) rencana strategis adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebaik-baiknya dengan menggunakan sumber-sumber yang ada supaya lebih efisien dan efektif, dengan menentukan tujuan apa yang akan dicapai atau yang akan dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa.

Rencana strategis suatu lembaga pendidikan menerapkan prinsip-prinsip sebagai berikut: mampu memperbaiki hasil pendidikan, membawa perubahan yang lebih baik, prioritas kebutuhan, partisipasi, keterwakilan, realitas sesuai dengan hasil analisis SWOT, mendasarkan pada hasil review dan evaluasi, keterpaduan menyeluruh, transparan, dan keterkaitan serta kesepadanan secara vertikal dan horizontal dengan rencana-rencana lain (Tilaar, 2000).

(23)

29 2.4.2 Langkah-langkah Menyusun rencana Strategis Tim SP4 UGM (dalam Somantri, 2014), proses penyusunan rencana strategis pendidikan dapat dilakukan dalam tiga tahap, yaitu (1) diagnosis, (2) perencanaan, dan (3) penyusunan dokumen rencana. Lebih lanjut dijelaskan bahwa tahap diagnosa dimulai dengan mengumpulkan berbagai informasi perencanaan sebagai bahan kajian. Kajian lingkungan internal bertujuan untuk memahami kekuata-kekuatan (strengths) dan kelemahan (weakness) dalam pengelolaan pendidikan. Sementara kajian lingkungan eksternal bertujuan untuk mengungkap peluang-peluang (opportunities) dan tantangan-tantangan (threats) dalam penyelenggaraan pendidikan.

Somantri (2014), menjelaskan bahwa tahap perencanaan dimulai dengan menetapkan visi dan misi. Visi (vision) merupakan gambaran (wawasan) tentang keadaan yang diinginkan di masa depan. Sementara misi (mission) ditetapkan dengan jalan mempertimbangkan rumusan penugasan, yang merupakan tuntutan tugas dari luar organisasi dan keinginan dari lembaga berkaitan dengan visi masa depan dan situasi yang dihadapi saat ini.

(24)

30 utama (isu strategis). Urutan strategis pengembangan disusun sesuai dengan isu-isu utama. Dalam rumusan strategi pengembangan dapat dibedakan menurut kelompok strategi, dengan rincian terdiri atas tiga tingkat (strategi utama,substrategi, dan rincian strategi).

Jadi dapat dirangkum bahwa dalam tahap perencanaan terlebih dahulu dilakukan penetapan visi dan misi, selanjutnya visi dan misi tersebut dikembangkan kedalam bentuk isu-isu strategis, dari masing-masing isu strategis maka dibuat strategi untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

(25)

31 dapat menghasilkan isu-isu utama dalam pembangunan pendidikan dalam konteks masing-masing. Di antar isu-isu yang dikaji, pemilihan terhadap strategi pengembangan kegiatan dan pembangunan pendidikan. Alternatif rencana yang terbaik adalah alternatif perencanaan yang paling memungkinkan adanya perubahan manakala dalam proses implementasinya memerlukan adanya penyesuaian keadaan.

Proses rencana strategis merupakan langkah awal untuk menentukan peluang diterapkannya srategi yang akan dilaksanakan. Sehingga dapat dikatakan bahwa perencanaan strategi dapat menentukan keberhasilan organisasi/sekolah, hal ini disebabkan karena: a. perencanaan strategis merupakan tipe perencanaan yang terpenting; b. melakukan perencanaan strategi berarti menetapkan misi organisasi/sekolah; c. perencanaan strategi memungkinkan manajer mempersiapkan diri terhadap kemungkinan terjadi perubahan pada lingkungan organisasi/sekolah.

(26)

32 2.4.3 Manfaat dan Keterbatasan Perencanaan Strategis Anthony & Govindarajan (2007), di dalam perencanaan terdapat manfaat dan keterbatasan dari perencanaan strategis, uraiannya sebagai berikut. a. Manfaat Perencanaan Strategis

1) Kerangka kerja untuk mengembangkan anggaran

2) Alat pengembangan manajemen

3) Mekanisme yang memaksa manajemen beroikir jangka panjang

4) Alat untuk menyatukan para manajer dengan strategi korporasi

b. Keterbatasan Perencanaan Strategis

1) Perencanaan hanya akan menjadi “isi formulir”, pelaksanaan birokrasi, tidak ada pemikiran strategis

2) Sebuah organisasi bisa saja membuat departemen perencanaan strategis yang besar, namun mendelegasikan persiapan rencana strategis pada staf departemenya

3) Perencanaan strategis itu boros waktu dan biaya.

2.5

Analisis SWOT

(27)

33 terhadap faktor kekuatan (Strengths), dan kelemahan (Weakness), sedangkan analisi eksternal mencakup faktor peluang (Opportunity), dan tantangan (Threaths) (Mulyasa, 2009:47).

Sallis (2012), SWOT merupakan akronim dari Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan), Opportunity (kesempatan), dan Threats (ancaman, rintangan, dan halangan). Berikut adalah penjelasan dari masing-masing variabel SWOT.

Rangkuti (2009), Strengths adalah beberapa hal yang merupakan kelebihan dari sekolah yang bersangkutan.

Weaknesses adalah komponen-komponen yang kurang menunjang keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang ingin dicapai sekolah. Opportunity adalah kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai apabila potensi-potensi yang ada di sekolah mampu dikembangkan secara optimal. Threats adalah kemungkinan yang mungkin terjadi atau pengaruh terhadap kesinambungan dan keberlanjutan kegiatan penyelenggaraan sekolah.

Untuk lebih jelas maka akan diuraikan langkah-langkah dalam melaksanakan analisis SWOT. Hisyam (1998), langkah-langkah melakukan analisis SWOT adalah sebagai berikut.

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan acaman yang dihadapi.

2. Menentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

3. Menetukan bobot relatif masing-masing faktor berdasarkan tingkat kepentingannya sebagai penentu keberhasilan dalam pengembangan

4. Menentukan rating atau skor (1 sampai dengan 5) dari masing-masing faktor yang menggambarkan kondisi internal

dan eksternal

5. Menghitung total skor dengan mengalikan bobot dan rating untuk masing-masing faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.

(28)

34 kelemahan) dan faktor eksternal (peluang - ancaman).

7. Menentukan posisi strategis dari faktor internal dan faktor

eksternal.

8. Menentukan rencana strategis berdasarkan posisi dari hasil analisis SWOT.

Kekuatan dan kelemahan akan dimasukkan ke dalam tabel IFAS. Sementara itu untuk faktor peluang dan ancaman akan dimasukkan ke dalam tabel EFAS, kemudian dihitung bobot dan skornya.

Tabel 2.1

Internal Factors Analysis Summary (IFAS)

NO STRENGTHS SKOR BOBOT TOTAL

External Factors Analysis Summary (EFAS)

NO OPPORTUNITY SKOR BOBOT TOTAL

1

2 Dst

Dst Total Peluang

NO THREAT SKOR BOBOT TOTAL

1 2

Dst Total Ancaman Total

Ancaman Total Ancaman Total Ancaman SELISIH PELUANG - TOTAL KELEMAHAN =

O - T = Y

Sumber: Hisyam, 1998 (http:/daps.bps.go.id)

(29)

35 diagram SWOT untuk mengetahui posisi strategi berada pada kuadran I, II, III, atau IV. Berikut dijelaskan strategi dari masing-masing kuadran yang ada di diagram analisis SWOT.

Berikut ini adalah diagram analisis SWOT.

Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT Sumber: Rangkuti, 2009

(30)

36 Strategi defensif (WT) dilakukan dengan meminimalkan kelemahan yang ada di sekolah untuk menghindari ancaman.

Kuadran I (positif, positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat dan berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Progresif, artinya organisasi dalam kondisi prima dan mantap sehingga sangat dimungkinkan untuk terus melakukan ekspansi, memperbesar pertumbuhan dan meraih kemajuan secara maksimal.

Kuadran II (positif, negatif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang kuat namun menghadapi tantangan yang besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Diversifikasi,

artinya organisasi dalam kondisi mantap namun menghadapi sejumlah tantangan berat sehingga diperkirakan roda organisasi akan mengalami kesulitan untuk terus berputar bila hanya bertumpu pada strategi sebelumnya. Oleh karenanya, organisasi disarankan untuk segera memperbanyak ragam strategi taktisnya.

Kuadran III (negatif, positif). Posisi ini menandakan sebuah organisasi yang lemah namun sangat berpeluang. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah turn-around (Ubah Strategi), artinya organisasi disarankan untuk mengubah strategi sebelumnya. Sebab, strategi yang lama dikhawatirkan sulit untuk dapat menangkap peluang yang ada sekaligus memperbaiki kinerja organisasi.

(31)

37 menghadapi tantangan besar. Rekomendasi strategi yang diberikan adalah Strategi Bertahan, artinya kondisi internal organisasi berada pada pilihan dilematis. Oleh karenanya organisasi disarankan untuk menggunakan strategi bertahan, mengendalikan kinerja internal agar tidak semakin terperosok. Strategi ini dipertahankan sambil terus berupaya membenahi diri.

2.6

Penelitian Relevan

Untuk melengkapi Penelitian ini, Peneliti menggunakan acuan dari beberapa Penelitian terdahulu yang sejenis. Penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk membandingkan (meng-compare) dengan Penelitian ini. Adapun penelitian relevan yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

(32)

38 suasana belajar yang menarik dan menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar. d) Siswa lebih aktif untuk menyampikan pendapatnya kaitanya dengan materi yang kurang dipahami. e) Nilai siswa mengalami peningkatan, karena lebih paham tentang materi yang disampaikan dengan menggunakan lingkungan alam.

Menurut Ghufron, (2007), dalam tesisnya yang berjudul Pengelolaan pembelajaran berbasis lingkungan hidup (Studi Kasus di SMPN 1 Banten) menunjukkan bahwa keberhasilan pembelajaran berbasis lingkungan hidup di SMPN 1 Banten didukung oleh perencanaan, pelaksanaan, dan control yang optimal oleh stake holder di sekolah baik yang bersifat materiil maupun spirituil.

Menurut Wesnawa, (2004), dalam tesisnya yang berjudul Menumbuhkan Kesadaran Lingkungan melalui Pembelajaran Geografi, menegaskan bahwa pembelajaran geografi di setiap jenjang pendidikan yang ada memberikan kesadaran untuk peduli terhadap lingkungan, maka manusia di republik ini akan bertanggungjawab terhadap lingkungan, yang pada akhirnya kerusakan lingkungan akan dapat diminimalkan.

(33)

39 Dengan Model Problem Based Instruction (PBI) dan Science, Environment, Technology (SETS) Pada Siswa Kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan Tahun Pelajaran 2010/2011, menunjukkan bahwa Ada perbedaan peningkatan kesadaran lingkungan siswa kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan dengan Pembelajaran Berdasar Masalah (PBI) dan SETS. tingkat kesadaran lingkungan hidup melalui pembelajaran konsep Lingkungan Hidup dengan menggunakan model SETS lebih baik (tinggi) dari model PBI pada siswa kelas VIII SMPN 1 Kedungwuni Kabupaten Pekalongan. Hasil rata-rata post test dengan pendekatan SETS sebesar 80,125 sedangkan dengan pendekatan PBI diperoleh hasil post test rata-rata sebesar 75.

(34)

40 Menurut Mohamad Termizi Borhan dan Zuraida Ismail (2011), dalam Malaysian Journal of Learning and Instruction, volume 8, berjudul Pre-Service Teacher’s Perseption Toward Environmental knowledge, Altitudes and Behaviours, menunjukkan bahwa total rata-rata rendah pada komponen pengetahuan lingkungan yang mengindikasikan kurangnya pengetahuan tentang isu lingkungan terutama perubahan iklim, sedangkan sikap lingkungan menunjukkan hasil yang signifikan dan perilaku lingkungan menunjukkan skor tertinggi yang mengindikasikan ketaatan persiapan pembelajaran.

Menurut Deeksha Dave (2012), Indian Journal of Environmental Education, Volume 12, berjudul Impact of Environmental Studies On The Environmentally Appropriate Behaviour and Awareness of Students of Udaipur and Gautam Buddh Nagar City, menunjukkan bahwa jenis kelamin dan tingkatan pendidikan dapat memperbaiki tingkat kesadaran dan sikap yang berwawasan lingkungan, meskipun siswa diberi banyak pelatihan tentang isu lingkungan, tetapi jika kesadaran dan perilaku tanggung jawab terhadap lingkungan lebih rendah maka siswa yang diharapkan tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

(35)

41 efek positif kepada siswa, sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan dengan cara mengunakan lingkungan alam sebagai salaj satu media pembelajaran yang digunakan. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Ghufron (2007), menyebutkan bahwa keberhasilan pembelajaran berbasis lingkungan hidup di SMPN 1 Banten didukung oleh perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan yang optimal oleh stake holder yang bersifat material maupun spiritual.

Penelitian dari Wesnawa (2004), menjelaskan bahwa kerusakan lingkungan dapat diminimalkan dengan cara meningkatkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan melalui salah satunya pembelajaran di sekolah yaitu penekanan melalui pembelajaran geografi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Pujio (2011) dalam tesisnya mejelaska studi komparasi kesadaran lingkungan hidup dengan model problem base instruction (PBI) dan science, enviorenment, technology (SETS), menunjukkan bahwa pendekatan SETS lebih tinggi memberikan pengaruh terhadap kesadaran siswa akan lingkungan hidup dibandingkan dengan pendekatan pembelajaran PBI.

(36)

42 pendekatan monolitik yang sudah terintegrasi dengan kurikulum dan penilaian pembelajaran. Penelitian yang dilakukan Borhan dan Ismail (2011), dalam Malaysian jurnal, menjelaskan bahwa total rata-rata rendah pada komponen pengetahuan lingkungan yang mengindikasikan kurangnya pengetahuan tentang isu lingkungan terutama perubahan iklim. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Deeksha Dave (2012) dalam Indian jurnal, menjelaskan bahwa jenis kelamin dan tingkatan pendidikan dapat memperbaiki tingkat kesadaran dan sikap yang berwawasan lingkungan, meskipun siswa diberi banyak pelatihan tentang isu lingkungan, tetapi jika kesadaran dan perilaku tanggungjawab terhadap lingkungan lebih rendah maka siswa yang diharapkan tidak menunjukkan hasil yang signifikan.

2.7

Kerangka Berpikir

(37)

43 menjadikan sekolah yang bernuansa kelestarian lingkungan.

Untuk mewujudkan program Adiwiyata ini, pihak sekolah hendaknya memiliki panduan pelaksanaan yang baku sehingga bisa menjadi acuan semua pihak. Dengan memperhatikan segala konsekuansinya yang menjadi penghambat maupun pendukung keterlaksanaan program adiwiyata, peneliti menjadikan buku panduan sebagai langkah awal bagi SMP Negeri 2 Boja menuju sekolah Adiwiyata.

Kerangka berpikir Penelitian ini secara sederhana dapat dilihat sebagaimana bagan berikut:

Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Needs assessment, Identifikasi visi &

misi Sekolah Adiwiyata

Analisis Internal (Kekuatan &

Kelemahan)

Analisis Eksternal (Peluang &

Ancaman)

Merumuskan isu-isu strategis

Menyusun draf Renstra Seklah

Adiwiyata Evaluasi &

(38)

Gambar

tabel EFAS,
Gambar 2.1 Diagram Analisis SWOT
Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Constructive procedure ialah suatu prosedur pemecahan permasalahan penjadwalan dimana solusi penjadwalan dibuat dalam satu kali proses pencarian sampai didapat satu solusi

Tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengindentikfikasi serta mendeskripsi fenomenologi gegar budaya yang dialami pemelajar BIPA (Bahasa Indonesia untuk Penutur

Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian obesitas pada anak SD di kota Manado kesimpulanProporsi keluarga

Perwalian yang diangkat oleh Hakim, sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 359 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa semua anak yang belum dewasa yang tidak berada

dioksidasi dalam siklus asam sitrat (Siklus Kreb’s). Selain itu glikolisis juga menjadi lintasan utama metabolisme fruktosa dan.. galaktosa.Secara rinci, tahap-tahap

• Peningkatan harga minyak pada perdagangan hari ini salah satunya dipengaruhi oleh sanksi yang diterapkan AS terhadap perusahaan minyak Venezuela, PDVSA Sanksi tersebut

Menurut Mulyadi (2007), suatu proses pembuatan produk menghasilkan cycle effectiveness sebesar 100%, maka aktivitas bukan penambah nilai telah dapat dihilangkan

PASUKAN (permen penambah nafsu makan anak-anak) merupakan sebuah produk permen yang di kembangkan melalui bahan baku temulawak yang di ekstrak dan di jadikan sebuah