• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata Di SMA Negeri 2 Demak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Adiwiyata Di SMA Negeri 2 Demak"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Program Sekolah

2.1.1 Pengertian Manajemen Program Sekolah

Manajemen dalam bahasa Inggris artinya to manage, yaitu mengatur atau mengelola (Hasibuan, 2011:1). Dalam arti khusus bermakna memimpin dan kepemimpinan yaitu kegiatan yang dilakukan untuk mengelola lembaga atau organisasi, yaitu memimpin dan menjalankan kepemimpinan organisasi. Orang yang memimpin organisasi disebut manajer (Kadarman & Udaya, 2001:6).

Pembahasan manajemen berkaitan dengan proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengendalian, yang di dalamnya terdapat upaya dari anggota organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama. Secara keseluruhan, proses pengelolaan merupakan fungsi-fungsi manajemen.

(2)

kepemimpinan dan kerja sama yang diterapkan oleh para anggota organisasi.

Menurut Terry (Hasibuan, 2011:3) manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, menggerakkan dan mengendalikan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Dalam konteks program manajemen berbasis sekolah, konsep manajemen ini pada hakekatnya merupakan pengambilan keputusan secara partisipatif oleh sekolah dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan untuk mencapai sasaran mutu pendidikan. Penerapan dari konsep manajemen tersebut antara lain dengan jalan: (1) melakukan evaluasi diri dengan menganalisis kelemahan dan

kekuatan seluruh komponen sekolah, (2)

mengidentifikasi kebutuhan sekolah berdasarkan hasil evaluasi diri, (3) menyusun program kerja jangka pendek dan jangka panjang sesuai dengan visi, misi,

dan tujuan yang telah dirumuskan

mengimplementasikan program kerja, (4) melakukan monitoring dan evaluasi atas program kerja yang telah diimplementasikan.

(3)

tujuan nasional maupun lokal institusional. Keberhasilan pencapaian tersebut akan tampak dari beberapa faktor sebagai indikator kinerja yang berhasil dicapai oleh sekolah. Kepala sekolah dituntut untuk mampu secara maksimal melaksanakan tugas dan fungsinya dalam mengelola berbagai aspek komponen sekolah untuk mencapai tujuan sekolah yang telah dirumuskan (Rohiat, 2010:31).

Dalam dimensi manajemen program sekolah ini, hal-hal yang akan dikaji meliputi: (1) Perencanaan terdiri dari penyusunan visi, misi dan tujuan serta program sekolah, (2) Pengorganisasian terdiri dari pengorganisasian guru, proses pembelajaran, sarana dan prasarana dan peran serta masyarakat, (3) Pelaksanaan manajemen sekolah, dan (4) Pengawasan manajemen sekolah.

2.1.2 Proses Manajemen Program Sekolah

Dalam proses manajemen program sekolah terlibat fungsi-fungsi pokok yang ditampilkan oleh seorang manajer/pimpinan, yaitu: perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pemimpinan (leading) dan pengawasan (controlling). Oleh karena itu, manajemen diartikan sebagai proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi/lembaga tercapai secara efektif dan efisien, (Fattah, 2008:1).

(4)

mengkaji kekuatan dan kelemahan organisasi, menentukan kesempatan dan ancaman, menentukan strategi, kebiiakan, taktik dan program. Semua itu dilakukan berdasarkan proses pengambilan keputusan secara ilmiah. Fungsi pengorganisasian meliputi penentuan fungsi, hubungan dan struktur. Fungsi berupa tugas-tugas yang dibagi ke dalam fungsi garis, staf, dan fungsional. Hubungan terdiri atas tanggung jawab dan wewenang. Sedangkan strukturnya dapat horisontal dan vertikal. Semuanya itu memperlancar alokasi sumber daya dengan kombinasi yang tepat untuk mengimplementasikan rencana. Fungsi pemimpin menggambarkan bagaimana manajer mengarahkan dan mempengaruhi para bawahan, bagaimana orang lain melaksanakan tugas yang esensial dengan menciptakan suasana yang

menyenangkan untuk bekerja sama. Fungsi

pengawasan meliputi: penentuan standar, supervisi, dan mengukur penampilan atau pelaksanaan terhadap standar dan memberikan keyakinan bahwa tujuan organisasi tercapai. Pengawasan sangat erat kaitannya dengan perencanaan, karena melalui Pengawasan efektivitas manajemen dapat diukur (Fattah, 2008:2).

(5)

program sekolah sebagaimana ditampilkan pada gambar 2.1.

2.1.3 Rencana Pengembangan Sekolah (RPS)

RPS merupakan suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan sekolah yang tepat, melalui urutan pilihan dan dengan memperhitungkan sumberdaya Yang tersedia menuju sekolah yang berkualitas. RPS merupakan dokumen tentang gambaran kegiatan sekolah sekarang dan yang akan datang dalam rangka untuk mencapai tujuan sekolah yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, RPS adalah suatu rangkaian rencana yang menggambarkan adanya berbagai upaya sekolah dan pihak lain yang terkait untuk mengatasi berbagai persoalan sekolah yang ada.

RPS berisi sasaran program dan kegiatan untuk mengatasi kesenjangan yang ada antara kenyataan. Pada kenyataannya, sekolah-sekolah yang termasuk dalam sekolah sekarang masih memiliki kekurangan baik. Ditinjau dari output, proses, maupun input

PERENCANAAN PROGRAM SEKOLAH

PELAKSANAAN PROGRAM SEKOLAH PENGAWASAN

PROGRAM SEKOLAH

(6)

sekolah. Kekurangan yang terdapat dalam tiap indikator pada tiap-tiap aspek tersebut juga sangat bervarias. misalnya, indikator pendidikan dalam aspek output seperti prestasi akademik prestasi nonakademik, dan kelulusan siswa belum memenuhi persyaratan sekolah yang berkualitas.

Indikator dalam aspek proses pendidikan seperti PBM, manajemen, dan kenemimpinan juga belum memenuhi kriteria. Demikian juga pada aspek input sekolah seperti indikator siswa, kurikulum, guru, kepala sekolah, tenaga pendukung, organisasi dan administrasi, sarana dan prasarana (ruang kelas, laboratorium, ruang multimedia, perpustakaan, ruang pimpinan, ruang guru, ruang TU, WC, dan prasarana atau fasilitas pendukung lain seperti pembiayaan, lingkungan sekolah, hubungan atau kerjasama, dan budaya sekolah (Rohiat, 2010:41).

(7)

diperlukan, dan target-target keberhasilan yang direncanakan akan tercapai. Rencana Pengembangan Sekolah pada akhirnya akan menjadi salah satu tolak ukur keberhasilan dalam penyelenggaraan sekolah. RPS berperan penting untuk menentukan keberhasilan suatu sekolah sehingga kesalahan dalam pembuatan RPS akan mengindikasikan terjadinya kegagalan pelaksanaan dan hasil-hasil yang diharapkan, demikian juga sebaliknya.

Hal yang sangat penting penyusunan RPS adalah mempertimbangkan segala aspek yang dapat memengaruhi kesempurnaan RPS itu sendiri, misalnya tentang (a) kemampuan memahami potensi sumber daya sekolah dan lingkungan, (b) kemampuan memahami kelemahan dan ancaman terhadap pelaksanaan program, (c) kemampuan membaca peluang yang ada untuk dijadikan dasar penentuan program, (d) keterlibatan stakeholder dalam penyusunan RPS, dan (e) ketepatan pemilihan prioritas ataupun keruntutan program yang dikembangkan dalam RPS. Makin baik RPS disusun, akan makin memberikan kemudahan dan kepastian langkah bagi sekolah pada khususnya dan pihak lain pada umumnya dalam melakukan pengontrolan, pembinaan, dan penilaian keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan sekolah (Rohiat, 2010:43).

2.2 Pogram Adiwiyata Sekolah

2.2.1 Pengertian dan Tujuan Program Adiwiyata

(8)

dan sempurna. Wiyata memiliki makna: tempat dimana seorang mendapat ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Jika secara keseluruhan Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna: tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh secara ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita menuju keada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Adiwiyata mempunyai pengertian atau makna sebagai tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan. Tujuan program adiwiyata adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan, (Tim Adiwiyata, 2011).

Untuk mencapai tujuan program Adiwiyata, maka ditetapkan 4 (empat) komponen program yang menjadi satu kesatuan utuh dalam mencapai sekolah adiwiyata. keempat komponen tersebut adalah;

1. Kebijakan berwawasan lingkungan.

2. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Lingkungan. 3. Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif.

(9)

2.2.2 Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapakan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif. Adapun keuntungan dari program adiwiyata yaitu sebagai berikut:

1. Mendukung pencapaian standar kompetensi/ kompertensi dasar dan standar kompetensi lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

2. Meningkatkan efesiensi penggunaan dana operasional sekolah melalui penghematan dan pengurangan konsumsi dari berbagai sumber daya dan energi.

3. Menciptakan kebersamaan warga sekolah dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif.

4. Menjadi tempat pembelajaran tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar bagi warga sekolah dan masyarakat sekitar.

(10)

2.2.3 Pendidikan Lingkungan Hidup

Bakshi dan Naveh (1978) memberi pernyataan bahwa “environmental education is a new philosophy of teaching”. Artinya Pendidikan Lingkungan Hidup bisa dirangkum menjadi sebuah gambaran tentang keadaan pengetahuan dan sikap dari siswa untuk menghargai dan mengerti konsep kata ecosystem. Pendidikan Lingkungan Hidup selanjutnya jika dilihat dari sudut kognitif berarti pengembangan pengertian tentang biosphere, tentang bumi dan isinya yang didiami oleh makluk hidup. Kekurangan pengetahuan akan konsep ekologi dalam Pendidikan Lingkungan Hidup akan berdampak pada kesalahan perilaku manusia terhadap lingkungan. Dengan kata lain environmental educational in the sense of teaching the total ecosystem demands that we open up the students to ever new aspects of biosphere. And this”opening up” is, to an essential part, a matter of attitudes.

(11)

Materi yang diperlukan oleh siswa agar mencapai pengetahuan, ketrampilan, dan sikap tentang nilai-nilai, isu, dan masalah-masalah lingkungan harus dikuasai karena materi tersebut memegang posisi penting dalam kurikulum dan seharusnya disiapkan dengan baik sehingga proses Pendidikan Lingkungan Hidup bisa dicapai. (Dikmenum, 2010: Hamzah, 2009 dalam Murtilaksono et al, 2011). Materi-materi harus disesuaikan dengan kemampuan, ketertarikan, dan kebutuhan para siswa. Pengembangan materi harus disesuaikan dengan tujuan pemberian materi dan strategi pendidikan lingkungan. Disamping itu pengembangan materi harus mengacu pada kondisi lingkungan, sumber alam, kondisi sosial ekonomi, dan budaya setempat. Materi yang direncanakan harus menekankan pada kompetensi pengetahuan, ketrampilan, isu isu yang berkaitan dengan lingkungan dan kebijakan lingkungan, nilai-nilai, dan kemampuan mengevaluasi.

2.2.4 Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia

(12)

Pasal ini sekaligus mengisyaratkat kewajiban masyarakat untuk memelihara lingkungan hidup dan mencegah serta menanggulangi kerusakan dan pencemarannya seperti yang tertuang pada Pasal 5 ayat 3, “hak dan kewajiban untuk berperan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup”. Sementara itu pada pasal 10 berbunyi “Pemerintah berkewajiban

menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran

masyarakat akan tanggung jawabnya dalam

pengelolaan lingkungan hidup melalui penyuluhan, bimbingan, pendidikan, dan penelitihan tentang lingkungan hidup.” Dalam penjelasanya tentang pasal ini dikatakan “Pendidikan untuk menumbuhkan dan mengembangkan kesadaran masyarakat dilaksanakan baik melalui jalur pendidikan formal mulai dari taman kanak-kanak/Sekolah Dasar sampai dengan perguruan tinggi, maupun melalui jalur pendidikan nonformal”. Erwin (2009) menyimpulkan bahwa pendidikan lingkungan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian tentang lingkungan dengan segala permasalahannya, dan dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap, motivasi, dan komitmen untuk bekerja secara individu dan kolektif terhadap pemecahan permasalahan dan mempertahankan kelestarian lingkungan.

(13)

Garis-garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg Pendidikan Lingkungan Hidup) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta, dimana pendidikan Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL mulai dikembangkan). Sampai tahun 2010, jumlah Pusat Studi Lingkungan yang menjadi Anggota Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 101 Pusat Studi Lingkungan.

(14)

makna tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan berkelanjutan.

2.3 Evaluasi Program GAP

2.3.1 Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi merupakan suatu proses menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang dicapai, desain, implementasi, dan dampak untuk membantu membuat keputusan, membantu pertanggungjawaban dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Menurut rumusan tersebut, inti dari evaluasi adalah penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan, (Widoyoko, 2012:4).

Sedangkan program adalah kegiatan atau aktivitas yang dirancang untuk melaksanakan kebijakan dan melaksanakn untuk waktu yang tidak terbatas. Kebijakan tertentu bersifat umum dan untuk merealisasikan kebijakan disusun berbagai jenis program, (Wirawan, 2012:16).

(15)

Stufflebeam dalam Arikunto (2009:5), evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa evaluasi merupakan suatu proses untuk mengumpulkan informasi terkait dengan suatu program yang sudah ditetapkan dan informasi tersebut akan digunakan oleh pihak pengguna terkait dengan kelangsungan program berikutnya.

Wujud dari hasil evaluasi adalah adanya rekomendasi dari evaluator untuk pengambil keputusan. Menurut Arikunto (2009:22) ada empat kemungkinan kebijakan yang dapat dilakukan berdasarkan hasil evaluasi pelaksanaan program, yaitu: a. Menghentikan program, karena dipandang bahwa

program tersebut tidak ada manfaatnya, atau tidak dapat terlaksana sebagaimana diharapkan.

b. Merevisi program, karena ada bagian-bagian yang kurang sesuai dengan harapan (terdapat kesalahan tetapi hanya sedikit).

c. Melanjutkan program, karena pelaksanaan program menunjukkan bahwa segala sesuatu sudah berjalan sesuai dengan harapan dan memberikan hasil yang bermanfaat.

d. Menyebarluaskan program (melaksanakan program di tempat-tempat lain atau mengulangi lagi program di lain waktu), karena program tersebut berhasil dengan baik maka sangat baik jika dilaksanakan lagi di tempat dan waktu yang lain.

(16)

program adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya suatu program yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan pilihan yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan. Dengan melakukan evaluasi maka akan ditemukan fakta pelaksanaan kebijakan di lapangan yang hasilnya bisa positif ataupun negatif. Adapun tujuan sebuah evaluasi dilakukan adalah untuk mengumpulkan informasi untuk menentukan nilai dan manfaat objek evaluasi, mengontrol, memperbaiki, dan mengambil keputusan mengenai objek tersebut.

2.3.2 Dimensi dan Tahapan Program

Setelah menentukan obyek evaluasi selanjutnya harus menentukan aspek-aspek dari obyek yang akan dievaluasi. Menurut Bridgman dan Davis dalam Karding (2008:35) yaitu evaluasi program yang secara umum mengacu pada 4 (empat) dimensi yaitu : (a) Indikator input, (b) Indikator process, (c) Indikator outputsdan (d) Indikator outcomes.

(17)

dimensi yaitu: indikator masukan (input),proses (process), keluaran (output),dan indikator dampak atau (outcame).

Evaluasi merupakan cara untuk membuktikan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan dari suatu program, oleh karena itu pengertian evaluasi sering digunakan untuk menunjukan tahapan siklus pengelolahan program yang mencakup :

a. Evaluasi pada tahap perencanaan (EX-ANTE). Pada tahap ini, evaluasi sering digunakan untuk memilih dan menentukan prioritas dari berbagai alternative dan kemungkinan cara mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya.

b. Evaluasi pada tahap pelaksanaan (ON-GOING). Pada tahap ini, evaluasi digunakan untuk menentukan

tingkat kemajuan pelaksanaan program

dibandingkan dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.

(18)

2.3.3 Tujuan Program

Seperti disebutkan oleh Sudjana (2006:48), tujuan khusus Evaluasi Program terdapat 6 (enam) hal, yaitu untuk :

a. Memberikan masukan bagi perencanaan program; b. Menyajikan masukan bagi pengambil keputusan

yang berkaitan dengan tindak lanjut, perluasan atau penghentian program;

c. Memberikan masukan bagi pengambilan keputusan tentang modifikasi atau perbaikan program.

d. Memberikan masukan yang berkenaan dengan faktor pendukung dan penghambat program;

e. Memberi masukan untuk kegiatan motivasi dan pembinaan (pengawasan, supervisi dan monitoring) bagi penyelenggara, pengelola dan pelaksana program dan;

f. Menyajikan data tentang landasan keilmuan bagi evaluasi program pendidikan luar sekolah.

Sedangkan menurut Setiawan (1999:20) menyatakan bahwa tujuan evalusi program adalah agar dapat diketahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan program dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan program dimasa yang akan datang.

2.3.4 Evaluasi Program Model GAP

(19)

input yang berguna bagi perencanaan dan penentuan prioritas anggaran di masa yang akan datang. Selain itu, gap analysis atau analisis kesenjangan juga merupakan salah satu langkah yang sangat penting dalam tahapan perencanaan maupun tahapan evaluasi kinerja. Metode ini merupakan salah satu metode yang umum digunakan dalam pengelolaan manajemen internal suatu lembaga. Secara harafiah kata “gap” mengindikasikan adanya suatu perbedaan (disparity) antara satu hal dengan hal lainnya.

Menurut pendapat Ray, R. (2011, p163), Gap Analysis merupakan analisis kesenjangan antara daftar kebutuhan bisnis, yang diakibatkan oleh berbagai alasan. Sehingga dibutuhkan suatu upaya untuk mengidentifikasi bagian mana yang ternyata mungkin memiliki gap, sebab mustahil untuk menemukan suatu bagian yang 100%fit atau sempurna.

Mengacu pada pendapat dari Bens, I. (2011, p160), Gap Analysis memiliki arti yaitu mengidentifikasi langkah-langkah yang hilang, yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Gap Analysis adalah alat perencanaan yang menciptakan pandangan bersama tentang apa yang perlu dilakukan untuk menghilangkan kesenjanagan antara keadaan sekarang dan masa depan yang diinginkan.

(20)

ditingkatkan. Gap analysis bermanfaat untuk mengetahui kondisi terkini dan tindakan apa yang akan dilakukan dimasa yang akan datang.

Bens, I. (2011, p160) berpendapat bahwa tujuan dari Gap Analysis adalah untuk mendorong review realistis dari sekarang dan membantu mengidentifikasi hal-hal yang perlu dilakukan untuk sampai pada keinginan masa depan. Gap Analysis bertujuan untuk mengevaluasi kebutuhan pengguna terhadap sistem dan mengidentifikasi apakah ada fit atau gap antara kebutuhan dan pengguna dengan sistem. Fit berarti kebutuhan (requirement) terpenuhi oleh sistem. Sedangkan Gap berarti kebutuhan (requirement) tidak terpenuhi oleh sistem.

Dari berbagai definisi mengenai gap analysis, dapat diambil kesimpulan bahwa secara umum, gap analysis dapat didefinisikan sebagai suatu metode atau alat yang digunakan untuk mengetahui tingkat kinerja suatu lembaga atau institusi. Dengan kata lain, gap analysis merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengetahui kinerja dari suatu sistem yang sedang berjalan dengan sistem standar. Dalam kondisi umum, kinerja suatu institusi dapat tercermin dalam sistem operational maupun strategi yang digunakan oleh suatu institusi.

Menurut Bens, I. (2011, p160), ada enam langkah dalam melakukan Gap Analysis, yaitu:

(21)

gambaran masa depan harus rinci. Melakukan posting informasi di sisi kanan dinding kosong yang besar.

b. Langkah 2: Mengidentifikasi situasi sekarang. Menjelaskan komponen yang sama yang ditampilkan dalam situasi mendatang, hanya melakukannya dalam sekarang ini. Sekali lagi, sangat rinci. Melakukan posting ide-ide yang dihasilkan di sisi kiri dinding ruang kerja.

c. Langkah 3: Meminta anggota untuk bekerja dengan mitra untuk mengidentifikasi kesenjangan (gap) antara masa sekarang (present) dan masa depan (future).

d. Langkah 4: Ketika mitra telah menyelesaikan diskusi mereka, berbagi ide sebagai kelompok total dan melakukan posting kesenjangan antara “sekarang” dan “masa depan”.

Gambar 2.2 : Langkah-langkah melakukan Gap Analysis

Sumber: Bens, I. (2011), Facilitating with Ease!: core skills for facilitators, team leader, and members, managers, consultants

(22)

e. Langkah 5: Ketika ada kesepakatan mengenai kesenjangan, maka akan membagi kelompok besar menjadi beberapa sub kelompok. Memberikan setiap kelompok satu atau lebih item kesenjangan untuk memecahkan masalah atau melakukan rencana tindakan.

f. Langkah 6: Memasang kembali seluruh kelompok untuk mendengar rekomendasi dan rencana tindakan. Mintalah anggota untuk mengesahkan rencana, kemudian membuat mekanisme tindak lanjut ke depan.

Beberapa alasan penting dipergunakannya metode gap analysis antara lain karena sebagai berikut: (1) Dapat digunakan untuk mengukur kinerja lembaga sekolah terhadap masa lalu. Hal ini berguna dalam menentukan keberhasilan relatif sepanjang waktu dengan melihat periode yang berbeda. (2) Dapat menentukan efektivitas metode pengukuran. (3) Dapat digunakan sebagai alat perencanaan strategis dengan melihat kinerja saat ini, target kinerja dan perbedaannya. Berikut bagan GAP analisis penelitian ini.

Gambar 2.3 : GAP Analisis Program Adiwiyata

PERENCANAAN/ PROGRAM

IMPLEMENTASI/ PELAKSANAAN STANDAR/JUKNIS

ADIWIYATA

PERENCANAAN/ PROGRAM

GAP

(23)

2.4 Kajian Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang evaluasi program Adiwiyata secara umum sudah pernah dilakukan beberapa peneliti. Maka dari itu, penelitian terdahulu dapat dijadikan acuan dan model bagi penelitian selanjutnya. Adapun penelitian terdahulu yang akan penulis kemukakan dalam bab ini antara lain sebagai berikut:

Ahmad Fajarisma Budi Adam (2014) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup Pada Program Adiwiyata Mandiri di SDN Dinoyo 2 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan: 1) implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkungan hidup pada program Adiwiyata Mandiri di SD Negeri Dinoyo 2 Malang dituangkan dalam Surat Keputusan Kepala Sekolah tentang pengembangan materi pembelajaran lingkungan hidup dan dalam kegiatan belajar mengajar telah dilakukan pembelajaran lingkungan hidup secara monolitik dari kelas 1 sampai dengan kelas 6; 2) faktor-faktor yang mendukung dan menghambat implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkungan hidup pada program Adiwiyata mandiri meliputi: dari guru, anak didik, serta sarana dan prasarana; 3) solusi dalam menghadapi hambatan terhadap implementasi kebijakan kurikulum berbasis lingkugan hidup pada program Adiwiyata Mandiri di SD Negeri Dinoyo 2 Malang dengan melakukan beberapa program.

(24)

menunjukkan bahwa kebijakan lingkungan hidup di sekolah sudah dituangkan dalam surat keputusan dan terintegrasi dalam masing-masing mata pelajaran. Kemudian mensosialisasikan beberapa kegiatan utama dengan pendekatan pada siswa guna mendapatkan dukungan yang sempurna sehingga menciptakan kesepakatan yang mutlak bahwa sekolah tersebut benar-benar sekolah berwawasan lingkungan. Selanjutnya masih dijumpai berbagai kondisi/situasi permasalahan yang menghambat pelaksanaan Adiwiyata, seperti satuan tugas yang tidak tepat waktu serta ada sekelompok siswa yang masih belum sadar dalam memahami konsep sekolah berwawasan lingkungan hidup, masalah pendanaan, dan dukungan masyarakat serta instansi lain yang masih rendah. Sekolah sudah melakukan langkah-langkah strategi guna mengatasi hambatan.

(25)

sekolah untuk menjaga lingkungan hidup dan merawatnya dengan kesadaran yang baik.

María del Carmen Conde & J. Samuel Sánchez (2010), dalam jurnal penelitian internasional yang berjudul “The school curriculum and environmental education: A school environmental audit experience”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penelitian ini untuk memahami kontribusi pengalaman-pengalaman yang dapat mencapai tujuan pendidikan lingkungan. Pendidikan lingkungan adalah penting untuk mengetahui apa yang sebenarnya dimasukkan ke dalam kurikulum dan bagaimana tindak lanjut dalam pembelajaran di kelas. Kemajuan yang dibuat dalam integrasi pendidikan lingkungan di tingkat kelas tercapai dengan baik. Ini memperkuat pengembangan proses partisipasi dan motivasi siswa serta pengajaran pada masyarakat akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup.

(26)

kelas lingkungan, frekuensi kelas praktis mengenai studi lingkungan, frekuensi kelas observasi lapangan atau studi alam, jenis metodologi pengajaran yang digunakan, jenis sistem evaluasi dll Data yang terkumpul ditabulasi dan dihitung menerapkan alat-alat statistik sederhana. Status EE dalam sistem pendidikan sekolah yang lebih tinggi benar-benar tidak memuaskan dan ada kebutuhan untuk standar dan meningkatkan sistem pendidikan secara keseluruhan.

2.5 Kerangka Pikir

Adiwiyata merupakan salah satu program dari kementerian Negara Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan Departemen Pendidikan Nasional. Program ini berupaya mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat dan menghindarkan dampak lingkungan yang negatif. Tujuan dari program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa dan pekerja lainnya), sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan dan pembangunan berkelanjutan.

(27)

dan membuat rencana kerja sekolah yang disediakan oleh KLH. Dalam program Adiwiyata, evaluasi atau penilaian dilakukan terhadap 3 (tiga) bagian yang satu sama lain saling terkait. Ketiga bagian tersebut adalah: kuisioner program Adiwiyata, rencana kerja dan kunjungan lapangan.

Adapun alur pola pikir dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.3

Alur Berfikir Penelitian

Gambar 2.4 : Alur Berfikir Penelitian

Penyusunan Rencana Kerja dan Alokasi Anggaran Adiwiyata

Melaksanaan Rencana Kerja Program Adiwiyata

Evaluasi Keberhasilan Adiwiyata

Pemantauan Pelaksanaan

Gambar

gambar 2.1.PERENCANAAN PROGRAM SEKOLAH
Gambar 2.2 : Langkah-langkah melakukan Gap Analysis
Gambar 2.3 : GAP Analisis Program Adiwiyata
Gambar 2.3Alur Berfikir Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa implementasi kebijakan sekolah untuk membangun budaya lingkungan masih memerlukan upaya sosialisasi, muatan kurikulum

Tegowanu Wetan. Magister Manajemen Pendidikan. Pascasarjana Universitas Kristen Satya Wacana. Latar belakang penelitian ini adalah program adiwiyata yang perlu di

1. Evaluasi konteks, sasaran evaluasi konteks mencakup: a). Kebutuhan yang belum terpenuhi dalam lingkungan ; c). Peluang dan manfaat dari sekolah dengan

“ Program Adiwiyata ada yang ngurusi secara khusus yaitu Tim pelaksana program, walaupun tetap dibawah koordinasi Kapala Sekolah. Para Waka sudah pasti sebagai pendukung

Hasil penelitian menunjukkan: (1) pada evaluasi Context, adanya kebutuhan warga sekolah akan lingkungan yang asri, bersih, aman dan nyaman sehingga memunculkan

Model sekolah Adiwiyata adalah suatu program pendidikan lingkungan hidup yang ditujukan bagi pemberdayaan sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk mewujudkan sekolah

Dari hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa implementasi kebijakan sekolah untuk membangun budaya lingkungan masih memerlukan upaya sosialisasi, muatan kurikulum

Penelitian tentang supervisi pendidikan telah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Frans Sudirjo (2013) yang berjudul Pengaruh