• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Sekolah Adiwiyata

Adiwiyata dapat diartikan sebagai suatu tempat

yang baik dan ideal. Suatu tempat untuk

mendapatkan dasar berbagai ilmu pengetahuan dan

norma serta etika. Sehingga manusia mempunyai dasar untuk mencapai kesejahteraan hidup dalam

cita-cita pembangunan berkelanjutan. Kementerian

Pendidikan dan Kebudayaan bersama Direktorat Jendral Pendidikan Menengah mendukung

pengembangan program Adiwiyata di sekolah

menengah atas dan diharapkan program ini dapat

menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Program Adiwiyata yang penting dapat diterapkan sebagai

bagian dari pengembangan pendidikan karakter siswa

(Panduan Adiwiyata 2012).

Tujuan program adiwiyata dicapai dengan

langkah menetapkan 4 (empat) komponen program

adiwiyata. Empat komponen ini sebagai satu kesatuan

yang utuh. Kebijakan berwawasan lingkungan merupakan komponen pertama, memiliki standar

kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar

(2)

10 hidup, dan standar RKAS serta standar program dalam

upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan

hidup. Komponen kedua adalah pelaksanaan

kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar tenaga pendidik yang kompeten dalam

mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan

hidup, dan standar peserta melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan

lingkungan hidup. Kegiatan lingkungan berbasis

partisipatif menjadi komponen ketiga yang memiliki standar melaksanakan kegiatan perlindungan dan

pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi

warga sekolah dan standar menjalin kemitraan dalam

rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat,

pemerintah, swasta, media, sekolah lain). Komponen

terakhir adalah pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Komponen ini mempunyai kriteria yakni

ketersediaan sarana prasarana pendukung yang

ramah lingkungan. Dan didukung standar peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan

prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.

Program Sekolah Adiwiyata akan memberikan

lima keuntungan bagi pesertanya. Keuntungan yang pertama yaitu mendukung pencapaian standar

(3)

11 lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.

Keuntungan kedua adalah penggunaan dana

operasional sekolah semakin efisien. Terjadi

penghematan dan pengurangan biaya dari bebagai sumber daya dan energi. Sedangkan keuntungan

ketiga yakni menciptakan kebersamaan warga sekolah

dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif. Keuntungan lain adalah sekolah menjadi

tempat pembelajaran nilai-nilai karakter pelestarian

dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar. Warga sekolah dan masyarakat sekitar

pengelolaan pelestarian lingkungan. Dan keuntungan

kelima adalah adanya peningkatan upaya

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran,

pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi

lingkungan di sekolah

2.2 Pentingnya Sekolah Adiwiyata

Tujuan program Sekolah Adiwiyata mempunyai

tujuan terwujudnya warga sekolah yang bertanggung

jawab terhadap lingkungan. Warga sekolah mampu

melindungi dan pengelolaan lingkungan hidup dengan

tata kelola sekolah yang baik sehingga pembangunan

(4)

12 mendasar sekali sehingga penting sekali diadakan

program Sekolah Adiwiyata.

Program ADIWIYATA bertujuan membentuk karakter warga sekolah, untuk peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. (Panduan Adiwiyata 2012)

Dari latar belakang di atas, dapat kita pahami

bahwa Sekolah Adiwiyata disiapkan untuk menjadi

sekolah berbudaya dan peduli lingkungan. Diharapkan

karakter ini menjadi habitus warga sekolah dan

disebarluaskan dan diimplementasikan disetiap segi

kehidupan. Ketika nantinya alumni-alumni ini terjun

kemasyarakat, pekerjaan ataupun pengambil kebijakan

publik tetap mempunyai budaya dan peduli pada

pelestarian lingkungan.

2.3 Pelaksanaan Program Adiwiyata

Program Adiwiyata merupakan salah satu

kebijakan Kementrian Lingkungan Hidup bekerjasama

Kementri Pendidikan dan Kebudayaan (Pedoman 2012)

untuk mengelola dan melestarikan lingkungan hidup

guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.

Melalui Program Sekolah Adiwiyata, sekolah turut

(5)

13 lingkungan. Sekolah menanamkan karakter peduli dan

budaya lingkungan melalui kebijakan berwawasan

lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis

lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

dan pengelolaan sarana prasarana pendukung yang

ramah lingkungan.

2.4 Evaluasi

Sebelum membahas lebih jauh Sekolah Adiwiyata

perlu dipahami maksud dan tujuan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian antara

tujuan dan hasil yang dicapai (Ibraham 2007). Lebih

lanjut Ibraham menjelaskan bahwa evaluasi digunakan untuk umpan balik untuk keperluan memperbaiki

bagian-bagian program yang lemah. Arikunto (2004)

berpendapat lain, evaluasi merupakan kegiatan

mengumpulkan informasi mengenai pekerjaan sesuatu. Selanjutnya informasi tersebut dimanfaatkan untuk

menentukan jalan alternatif lain yang tetap dalam

menentukan suatu keputusan.

Lebih rinci Wirawan (2012) mendefinisikan

evaluasi atau evaluasi riset sebagai riset untuk

mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,

memilahnya dengan membandingkannya dengan

indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk

(6)

14 Dari tiga pendapat di atas dapat diartikan bahwa

evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan,

menganalisis dan menyajikan informasi untuk bahan

perbaikan pengambilan keputusan.

2.5 Program

Perlu dipahami bahwa Sekolah Adiwiyata merupakan bagian dari program pendidikan. Untuk itu

pada awal bab ini akan dibahas terlebih dahulu tentang

pengertian program itu sendiri sebelum membahas Sekolah Adiwiyata. Pengertian program menurut

Wirawan (2012) adalah suatu kegiatan yang

direncanakan untuk mengimplementasikan suatu

kebijakan dalam waktu yang lama. Sejalan dengan Wirawan (2012) dan Jaedun (2010) mendifinisikan

program sebagai sebuah rencana yang dilakukan oleh

seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan.

Sedangkan Arikunto (2004) menerangkan

pengertian program lebih luas, yaitu program dapat

dipahami dalam dua pengertian, secara umum dan khusus. Pengertian secara umum program dapat

diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan

yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Secara khusus, pengertian program dihubungkan

dengan evaluasi yang bermakna kesatuan kegiatan

(7)

15 kebijakan, yang berlangsung dalam proses

berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi

yang melibatkan sekelompok orang.

Program menurut Wirawan dan Jaedun menitikberatkan pada suatu perencanaan untuk

mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan Arikunto

memberi pengertian tentang program lebih luas yaitu suatu perencanaan yang dilakukan organisasi dalam

bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan di masa yang

akan datang.

Pengertian program dari tiga pendapat di atas

dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang

dilaksanakan secara berkesinambungan dalam waktu

pelaksanaannya yang relatif panjang, terdiri atas rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang

berkaitan satu sama lainnya dengan melibatkan

beberapa orang untuk melaksanakannya.

Pengertian program yang dikemukakan oleh

ketiga ahli di atas, terlihat bahwa pengertian program

cukup lengkap, namun dua definisi tersebut tidak menyinggung masalah anggaran dan dampak

pelaksanaan program tehadap lingkungan sekitar.

Tanpa anggaran maka program tidak bisa berjalan dengan baik. Sehingga dalam menjalankan program

(8)

16 berlaku karena instrumen input terkadang susah

dikendalikan seiring perkembangan global dan

kepesertaan warga sekolah terhadap pelaksanaan

program.

Di dalam penelitian ini, yang dimaksud program

adalah suatu perencanaan kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya

termasuk anggaran yang diwujudkan dalam berbagai

kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.

Sehingga evaluasi program dapat diartikan

sebagai memeriksa kesesuaian antara perencanaan

yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang

dalam organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya termasuk anggaran dengan hasil pelaksanaan

yang telah dilaksanakan. Sularjo (2016) menjelaskan

bahwa tujuan utama dari evaluasi formatif program adalah untuk melakukan evaluasi terhadap prose

perencanaan, implementasi dan monitoring terhadap

program yang sudah berjalan maupun sedang

berlangsung. Manfaat utama dan khusus dari studi evaluasi adalah memberikan masukan untuk perbaikan

program yang sedang berjalan sehingga pada akhirnya

periode implementasi program dapat dilaksanakan secara lebih baik, tercapai hasil yang optimal yaitu

(9)

17 2.6 Evaluasi Program

Sufflebeam dan Shinkield (2007) berpendapat

bahwa evaluasi merupakan pengumpulan dan analisis

informasi yang berkualitas bagi pengambil keputusan. Sejalan dengan pendapat itu, Arikunto (2004)

menyatakan bawa evaluasi program adalah suatu

rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Lebih

lanjut, Wirawan (2012) menyatakan evaluasi program

merupakan metode-metode sistematik untuk mengumpulkan informasi, menganalisa, dan

menggunakan informasi tersebut untuk menjawab

pertanyaan dasar mengenai program.

Dari tiga pendapat di atas Arikunto menekankan bahwa evaluasi program merupakan kegiatan tanpa

mendefinisikan lebih rinci kegiatan apa saja yang dapat

melihat tingkat keberhasilan suatu program. Sedangkan Sufflebeam dan Shinkield memberikan

penjelasan yang lebih rinci bahwa kegiatan yang

dilakukan untuk mengevaluasi program terdiri atas

pengumpulan dan analisis informasi yang berkualitas. Sejalan dengan Sufflebeam dan Shinkield, Wirawan

menyatakan bahwa evaluasi program terdiri atas

metode-metode sistematik. Dalam hal tujuan program, Arikunto lebih menekankan bahwa tujuan evaluasi

(10)

18 sedangkan Sufflebeam dan Shinkield dan Wirawan

lebih menekankan kepada pengumpulkan informasi

dalam rangka kontribusi dalam pengambilan

keputusan organisasi. Sayangnya, kedua pendapat tersebut kurang memberikan definisi siapakah yang

berhak mengevaluasi program, apa saja yang perlu

dievaluasi untuk melihat sukses tidaknya program dijalankan.

Berdasarkan konteksnya faktor-faktor penentu

keberhasilan evaluasi program dipengaruhi oleh kualitas input (program, aktor, sarpras, dll.), kualitas

proses (mengumpulkan dan menganalisis informasi

secara berkualitas) serta kualitas output berupa

realisasi program dan pengambilan keputusan. Namun demikian, banyak faktor yang bisa menghambat

pelaksanaan evaluasi program seperti faktor

subyektifitas dan minimnya pengetahuan evaluator tentang evaluasi. Untuk menjadi evaluator diperlukan

pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga

tujuan evaluasi program dapat tercapai.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa

evaluasi dilakukan oleh para ahli professional/ pakar

dengan kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan memproses suatu informasi secara berkualitas untuk

melihat keberhasilan terhadap suatu program dan

(11)

19 dapat mengambil sebuah keputusan tentang tindak

lanjut dari program tersebut.

Secara teoritis evaluasi program mempunyai

enam ciri, yaitu:

(1) Pertalian menyeluruh, konsep-konsep inti,

(2) Hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana prosedur evaluasi yang menghasilkan hasil yang diharapkan,

(3) Prosedur yang dapat diterapkan, (4) Persyaratan etika,

(5) Kerangka umum untuk mengarahkan praktik evaluasi program,

(6) Melaksanakan penelitian mengenai evaluasi program (Stufflebeam & Shinkield, 2007).

Melalui enam ciri di atas, penyelenggaraan

evaluasi program dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Evaluasi yang bertujuan untuk

memperbaiki suatu program sering dikenal dengan

model evaluasi formatif. Menurut Arikunto (2012), terdapat poin penting dalam evaluasi program yakni

pembahasan rangkaian kegiatan untuk melihat

ketercapaian program melalui evaluasi dan tindak lanjut keputusan terhadap program tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa

hasil akhir evaluasi program adalah pemberian

keputusan tindak lanjut terhadap suatu program.

Terdapat empat macam kebijakan tindak lanjut

yang dapat diambil setelah dilakukannya sebuah

(12)

20

1. Kegiatan tersebut dilanjutkan, karena program tersebut sangat bermanfaat.

2. Kegiatan tersebut masih dilanjutkan tetapi dengan revisi, karena pelaksanaanya kurang lancar. 3. Kegiatan tersebut dimodifikasi ulang, karena

diketahui kemanfaatannya masih kurang tinggi. 4. Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan, karena

dari data yang terkumpul hasilnya kurang bermanfaat (Arikunto, 2012).

Sejalan dengan pendapat diatas, menurut

Sukardi (2008) evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat

tercapai. Proses penentuan kondisi ini, dipahami

sebagai pengumpulan informasi guna membuat alternatif-alternatif keputusan.

Menurut Panduan Adiwiyata (2012,) pelaksanaan

program adiwiyata didasarkan pada dua prinsip, yaitu:

partisipatif dan berkelanjutan. Partisipatif merupakan keterlibatan warga sekolah yakni guru, sisiwa dan

karyawan dalam manajemen sekolah. Manajemen

sekolah menyangkut keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan

peran. Serta berkelanjutan yang berarti seluruh

kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif. Dasar ini mengandung

pengertian adanya partisipasi dalam melaksanakan

(13)

21 Dari beberapa pengertian di atas, evaluasi

program merupakan serangkaian kegiatan yang

dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai

program guna mengambil suatu keputusan berikutnya. Berkaitan dengan evaluasi program Sekolah Adiwiyata

di SMA Negeri 2 Salatiga, penelitian ini berupaya untuk

mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata sehingga dengan adanya

evaluasi tersebut dapat memperbaiki program serta

mengetahui faktor-faktor penghambat pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata yang pada akhirnya

bermanfaat terhadap keputusan tindak lanjut terhadap

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.

2.7 Model Evaluasi Program CIPP

Menurut Wirawan (2012) terdapat berbagai model

evaluasi program yaitu: (1) model evaluasi berbasis tujuan, (2) model evaluasi bebas tujuan, (3) model

evaluasi formatif, (4) model evaluasi sumatif, (5) model

evaluasi responsif, (6) model evaluasi CIPP, (7) model

evaluasi adversary dan (8) model evaluasi ketimpangan. Evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata,

pada dasarnya membutuhkan jenis model yang cocok.

Dilihat dari beberapa substansinya bahwa evaluasi ini berupaya untuk melihat hal yang melatarbelakangi

(14)

22 program, pelaksanaan program dan produk yang

dihasilkan dari program tersebut. Selain dilihat dari

keempat substansi tersebut, pada akhirnya evaluasi ini

akan memberikan rekomendasi terhadap keberadaan program. Apabila dilihat dari beberapa substansi yang

ada, tidak semua model evaluasi cocok digunakan

sebagai model evaluasi program. Berdasarkan pertimbangan tersebut, evaluasi terhadap program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga dilakukan

dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context,

Input, Process, Product). Model CIPP mulai

dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun

1966. Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP

merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek,

personalia, produk, institusi, dan sistem.

Menurut Arikunto & Jabar (2009), apabila kegiatan

evaluasi menggunakan model CIPP, analisis program

harus berdasarkan pada komponen-komponen tersebut (CIPP), komponen dalam model evaluasi CIPP dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Evaluasi konteks berupaya mengidentifikasi mengenai kebutuhan lingkungan yang belum terpenuhi, populasi sampel yang dilayani dan tujuan program/proyek. 2. Evaluasi masukan berupaya mengidentifikasi tentang

(15)

23

sekolah) dalam menunjang pelaksanaan program tersebut.

3. Evaluasi proses mengidentifikasi mengenai pelaksanaan dari suatu program yang dapat meliputi program apa yang akan dilaksanakan, siapa penyelenggara program tersebut, waktu pelaksanaan program tersebut.

4. Evaluasi produk berupaya untuk mengidentifikasi hal-hal atau perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program tersebut, serta ketercapaian dari pelaksanaan program. (Arikunto & Jabar, 2009).

Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami

bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus menganalisis program berdasarkan

komponen-komponennya. Model evaluasi CIPP sengaja dipilih

karena komponen-komponen dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata dapat dianalisis dengan

menggunakan model ini. Pengaturan keempat

komponen dalam CIPP menjadi kunci terhadap

keberadaan tindak lanjut program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.

Lebih lanjut, Stufflebeam dalam Wirawan (2012)

mengungkapkan hal-hal yang perlu diungkap dalam evaluasi model CIPP sebagai berikut :

1. Evaluasi Konteks

Mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasar disusunnya suatu program.

2. Evaluasi Masukan

Mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas dan membantu pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf dan anggaran

(16)

24

Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan menilai program.

4. Evaluasi Produk

Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. (Wirawan, 2011: 93-94).

Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus

menganalisis program berdasarkan

komponen-komponennya. Model evaluasi CIPP memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model lain, yaitu: (1)

memiliki sistem kerja dinamis; (2) pendekatan bersifat

holistik dalam proses evaluasinya sehingga dapat memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap

program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

tahun 2017/2018, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya; (3) dapat melakukan

perbaikan selama program berjalan maupun dapat

memberikan informasi final; (4) memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif, dan (5)

lebih komprehensif dari model lainnya.

Bila dirinci, substansi dari komponen CIPP dalam

pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga sebagai berikut:

(17)

25

2. Evaluasi Input, sasaran dalam evaluasi input meliputi: a). Kemampuan sekolah dalam menyelenggarakan program; b). Perencanaan dan pengorganisasian; c). Sumber dana; d). Staf/sumber daya manusia.

3. Evaluasi Proses, sasaran dalam evaluasi proses meliputi: a) Monitoring dan penilaian aktivitas program; b). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran; c). Efektivitas sarpras; d). Kompetensi guru; e). Masalah yang dihadapi siswa dan guru; f). Kendala-kendala yang dialami oleh pihak sekolah

4. Evaluasi Produk, sasaran dalam evaluasi produk meliputi: a). Hasil belajar siswa, Kelulusan; b). Ketercapaian tujuan; c). Dampak bagi siswa; d). Dampak bagi sekolah setelah program dilaksanakan. (Stufflebeam 2007; Arikunto & Jabar 2009).

Untuk memudahkan pelaksanaan model evaluasi CIPP, Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94-103)

mengembangkan 10 checklist sebagai panduan bagi

evaluator yang meliputi: kesepakatan kontrak, evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses, evaluasi

pengaruh, evaluasi efektivitas, evaluasi keberlanjutan,

evaluasi transfortabilitas, evaluasi meta, sintesis laporan final.

Dari kesepuluh checklist yang dipaparkan,

peneliti hanya akan fokus pada 6 checklist sesuai

dengan kebutuhan penelitian program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri Negeri 2 Salatiga. Evaluasi

konteks menggunakan checklist evaluasi konteks,

evaluasi input menggunakan checklist evaluasi masukan, evaluasi proses menggunakan checklist

(18)

26 evaluasi efektivitas, dan evaluasi hasil menggunakan

checklist evaluasi pengaruh dan keberlanjutan.

1. Checklist evaluasi konteks

Evaluasi konteks menilai kebutuhan-kebutuhan, aset dan masalah yang digambarkan pada program

Sekolah Adiwiyata. Aktivitas evaluator dan klien

pemangku dilukiskan pada tabel 1.

Tabel 1 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Konteks

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Tujuan Program

Mengumpulkan dan mengakses kebutuhan informasi, latar belakang benefisiari yang dituju dari sumber-sumber seperti rekaman, kelas dan skor-skor tes, proposal permintaan pendanaan, dan arsip-arsip surat kabar.

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks untuk

menyeleksi dan atau

mengklarifikasi benefisiari yang dituju

Mewawancarai para pemimpin program untuk menelaah dan mendiskusikan prespektif mereka

mengenai kebutuhan para

benefisiari untuk mengidentifikasi setiap masalah yang perlu diselesaikan program

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks untuk menelaah dan merevisi, jika cocok, tujuan-tujuan program untuk memastikan secara tepat

Mewawancarai para pemangku kepentingan untuk memperoleh pandangan lebih lanjut mengenai kebutuhan-kebutuhan dan nilai benefisiari yang dituju dan potensial problem-problem untuk program

Memakai temuan-temuan

(19)

27

Menilai tujuan program dalam kaitannya dengan kebutuhan benefisiari dan aset-aset potensial yang bermanfaat

Memakai temuan-temuan

evaluasi konteks (sepanjang atau pada akhir program) untuk membantu menilai efektivitas dan signifikansi program dalam memenuhi kebutuhan benefisiari yang dinilai.

(Sumber: Wirawan, 2012:95-96)

Pada checklist panduan evaluasi konteks, peneliti

hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan dalam

program Sekolah Adiwiyata. Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94) mengatakan bahwa komponen

dalam evaluasi CIPP merupakan suatu rangkaian,

namun dalam pelaksanaannya evaluator dapat

melakukan satu jenis evaluasi saja atau kombinasi dari dua atau lebih. Hal ini yang dijadikan dasar bagi

peneliti untuk menggunakan sebagian aktivitas yang

terdapat dalam panduan checklist yang dikemukakan oleh Stufflebeam.

2. Checklist evaluasi masukan

Checklist evaluasi masukan (Input) berfungsi

untuk menjaring, menganalisis dan menilai strategi, rencana kerja serta anggaran berbagai pendekatan. Apa

yang dilakukan evaluator dan klien dikemukakan dalam

(20)

28 Tabel 2 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Input

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mengidentifikasi dan meneliti program lain yang ada yang dapat dipergunakan sebagai model untuk program yang direncanakan

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk merencanakan suatu strategi program yang secara saintifik, ekonomis, sosial, politik dan teknologi dapat dipertahankan

Menilai strategi program yang

diusulkan mengenai

kemampuan bereaksi terhadap kebutuhan dan feasibilitasnya

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk memastikan

bahwa strategi program

memungkinkan untuk

memenuhi kebutuhan yang

diperlukan

Menilai anggaran program

untuk menentukan

kecukupannya dalam

membiayai pekerjaan yang dibutuhkan

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk mendukung

permintaan pendanaaan untuk kegiatan yang direncakanan

Menilai strategi program dengan penelitian dan literatur yang berhubungan

Memakai temuan evaluasi

masukan untuk melatih staf untuk melaksanakan program

Menilai manfaat strategi

program dengan

membandingkannya dengan alternatif strategi yang dipergunakan dalam program yang serupa

Memakai hasil evaluasi

masukan untuk tujuan

pertanggungjawaban dalam

melaporkan rasional untuk strategi program yang dipilih dan mempertahankan rencana program

(Wirawan, 2012: 96-97)

Berdasarkan tabel 3, peneliti juga hanya

menggunakan beberapa checklist saja yang sesuai

dengan penelitian evaluasi program Sekolah Adiwiyata

(21)

29 3. Checklist evaluasi proses

Checklist evaluasi proses dilakukan untuk

memonitoring, mendokumentasikan, dan menilai

aktivitas program. Aktivitas evaluator dan klien ditunjukkan dalam tabel 3 berikut:

Tabel 3 Aktivitas Evaluator dan Klien

dalam Evaluasi Proses

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Menugaskan staf program dan konsultan dan/ atau anggota tim evaluasi untuk menyusun suatu direktori orang-orang dan

kelompok-kelompok yang

dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan mereka dan mencatat layanan program yang mereka terima

Memakai temuan evaluasi proses untuk mengontrol dan memperkuat aktivitas staf

Mengumpulkan dan menilai sampai seberapa tinggi individu dan kelompok yang dilayani konsisten dengan kemanfaatan program yang direncanakan

Memakai temuan evaluasi proses untuk memperkuat desain program

Secara periodik mewawancarai para pemangku kepentingan di

wilayah program seperti

pemimpin masyarakat, para pegawai, personil sekolah dan

program sosial untuk

mempelajari perspektif mereka. mengenai bagaimana program mempengaruhi masyarakat

Memakai temuan evaluasi proses untuk menyusun suatu rekaman kemajuan program

Memasukkan informasi yang

diperoleh dan penilaian

evaluator ke dalam profil program secara periodic

Memakai temuan evaluasi

proses untuk membantu

menyusun suatu rekaman

biaya program

Menentukan sampai seberapa

banyak program mencapai

(22)

30

suatu kelompok penerima

layanan yang tepat

program kepada sponsor

finansial program, dewan

kebijakan dan para

pengembang program lainnya.

(Wirawan, 2012: 97)

4. Checklist evaluasi pengaruh

Checklist evaluasi pengaruh dipergunakan untuk

mengevaluasi proses dan produk pelaksanaan program

pengembangan Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Checklist ini menjaring dan menilai data

mengenai program yang mencapai audiens yang

ditargetkan. Aktivitas evaluator dan klien dikemukakan dalam tabel 4.

Tabel 4 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Pengaruh

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Menugaskan staf program

dan konsultan untuk

menyusun direktori orang/ kelompok yang dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan-kebutuhan

mereka, dan merekam

layanan program yang

mereka terima

Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk memastikan bahwa program mencapai para

penerima manfaat yang

direncanakan

Mengakses dan membuat

penilaian mengenai sampai seberapa tinggi individu dan kelompok yang memperoleh layanan konsisten dengan

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk menilai

(23)

31

kemanfaatan program yang direncakan

manfaat yang tidak tepat

Secara periodik

mewawancarai pemangku

kepentingan untuk

mempelajari perspektif

mereka mengenai bagaimana

program mempengaruhi

masyarakat

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk menilai

sampai seberapa banyak

program sedang melayani atau telah melayani penerima manfaat yang berhak

Memasukkan informasi yang diperoleh dan penilaian evaluator dalam profil program yang diperbaharui secara periodik

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk menilai

sampai seberapa tinggi

program memenuhi atau

sedang memenuhi kebutuhan

Menentukan sampai seberapa tinggi program mencapai kelompok penerima manfaat yang tepat

Memakai temuan evaluasi

pengaruh untuk tujuan

pertanggungjawaban

mengenai kesuksesan program dalam mencapai penerima manfaat layanan program yang dimaksud.

(Wirawan, 2012: 98)

5. Checklist evaluasi efektifitas

Checklist evaluasi efektifitas meneliti dan menilai

signifikansi manfaat (outcomes). Aktivitas dari evaluator

dan klien dapat dibaca pada tabel 5.

Tabel 5 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Efektifitas

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mewawancarai para pemangku kepentingan kunci untuk menentukan penilaian mereka

Memakai temuan-temuan

(24)

32

mengenai manfaat positif atau negatif program

dan negatif program terhadap penerima manfaat

Melakukan studi kasus

mendalam mengenai penerima manfaat tertentu

Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk mengukur pengaruh positif dan negatif

dari program terhadap

masyarakat/ lingkungan.

Menugaskan anggota evaluasi dan staf program untuk menyediakan dokumentasi

yang diperlukan untuk

mengidentifikasi dan

mengonfirmasi luasnya,

mendalamnya, kualitas, dan signifikannya dari pengaruh program terhadap penerima manfaat

Memakai temuan-temuan

evaluasi efektifitas untuk

menyortir dan menilai

pengaruh sampingan

program yang penting

Mengumpulkan dan menilai informasi mengenai pengaruh program terhadap masyarakat

Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk meneliti apakah rencana dan aktivitas program perlu diubah

Menugaskan evaluator

goal-free untuk memastikan apa

yang sesungguhnya dilakukan oleh program dan untuk mengidentifikasi pengaruh sepenuhnya- positif atau negatif, yang direncanakan atau tidak direncanakan

Memakai temuan-temuan

evaluasi efektifitas untuk

mempersiapkan dan

menyusun laporan

pertanggungjawaban program

Masukkan temuan-temuan

evaluasi efektivitas dalam draf laporan dan menyajikannya

kepada klien dan para

pemangku kepentingan yang menginginkannya.

Memakai data assesmen

kebutuhan (dari temuan-temuan evaluasi konteks),

temuan-temuan evaluasi

efektivitas, dan bandingkan dengan program evaluasi yang sama di tempat lain untuk membuat assesmen

dasar signifikan dari

program.

(25)

33 6. Checklist evaluasi keberlanjutan

Checklist evaluasi keberlanjutan digunakan untuk

menjaring, menganalisis dan menilai sampai seberapa

tinggi kontribusi program sukses diinstitusionalisasikan dan terus berlanjut bersamaan dengan perkembangan

waktu. Aktivitas evaluasi keberlanjutan dapat dilihat

dalam tabel 6.

Tabel 6 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Keberlanjutan

Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien

Mengidentifikasi penilaian pemimpin dan staf program mengenai kesuksesan program

dan apa yang harus

dilanjutkan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan untuk

menetapkan apakah staf dan para penerima manfaat lebih menyukai keberlanjutan program

Mengidentifikasi penilaian penerima manfaat mengenai kesuksesan program dan apa yang harus dilanjutkan

Memakai temuan evaluasi keberlanjutan untuk menilai apakah ada keberlanjutan kebutuhan/permintaan dan kasus yang meyakinkan

untuk keberlanjutan

layanan program

Menelaah data evaluasi

mengenai efektifitas program, biaya-biaya program dan kebutuhan penerima manfaat untuk menilai program sukses apa yang harus dan dapat diteruskan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan sebagai

jaminan untuk menentukan tujuan-tujuan dan rencana

untuk melanjutkan

aktivitas-aktivitas

Mewawancarai para penerima

manfaat untuk

Memakai temuan evaluasi

(26)

34

mengidentifikasi pemahaman

dan assesmen mengenai

persyaratan untuk

keberlanjutan

membantu menetapkan

bagaimana terbaik untuk menugaskan otoritas dan

tanggung jawab untuk

keberlanjutan program

Memperoleh dan meneliti rencana-rencana, anggaran, penugasan staf dan informasi lain yang relevan untuk

mengukur kemungkinan

bahwa program akan

diteruskan

Memakai temuan evaluasi

keberlanjutan sebagai

jaminan untuk membantu

rencana dan anggaran

aktivitas keberlanjutan

(Wirawan, 2012: 100)

Seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya

dalam tabel checklist panduan evaluator dan klien, peneliti hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan

dalam penelitian. Ada beberapa aktivitas yang peneliti

tidak gunakan dalam penelitian ini, karena beberapa

aktivitas tersebut tidak diperlukan dalam penelitian ini.

2.8 Penelitian Relevan

Hasil penelitian mengenai evaluasi program

Sekolah Adiwiyata secara utuh sejauh ini belum pernah

dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang ada

kaitannya dengan evaluasi program, program

pengelolaan lingkungan hidup dan program Sekolah

Adiwiyata.

Hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh

(27)

35 Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan

(Adiwiyata) di SMP Negeri I Cimaung dan SMP Negeri I

Katapang Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini

berwujud disertasi Doktor Ilmu Pendidikan Program

Studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung.

Implementasi program Sekolah Peduli dan

Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) disebutkan dalam

desertasi tersebut sangat strategis untuk mengubah

perilaku masyarakat dalam mengatasi permasalahan

lingkungan hidup melalui proses pendidikan di SD,

SMP dan SMA. Namun sampai saat ini hasil pencapaian

sekolah Adiwiyata cenderung linear dengan daya

dukung sarana prasarana, daya dukung pemerintah

dan tingkat partisipasi warga seolah, dikarenakan

terkendala dengan permasalahan seperti dukungan dari

Pemerintah Daerah belum optimal, partisipasi dari

warga sekolah masih rendah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa, arah

kebijakan yang diambil dalam mengimplementasikan

kebijakan adiwiyata telah tersedia dan dijadikan acuan

untuk melaksanakan Program Adiwiyata, namun belum

tersedia Surat Kesepakatan Bersama (SKB) Antara

Dinas Pendidikan Kebudayaan dengan Badan

(28)

36 Proses implementasi program Adiwiyata sudah

dilaksanakan dan namun perlu perbaikan dengan

kegiatan yang dikembangkan Pendidikan Lingkungan

Hidup (PLH). Implementasi terkendala dengan proses

sosialisasi dengan pelaksanaan. Sumber daya manusia

masih terbatas yang berkompetensi PLH, demikian juga

sarana prasarana pendukung belum memadai dan

anggaran masih menggunakan dana bantuan

operasional sekolah (BOS).

Dampak penerapan kebijakan Program Sekolah

Adiwiyata adalah sangat positif pada prestasi siswa

yang cenderung meningkat, siswa mempunyai

keterampilan lingkungan hidup, terjadi perubahan

perilaku yang baik sehingga terwujud sekolah

berwawasan lingkungan hidup sebagai hasil proses

pendidikan.

Hasil penelitian lain dilakukan oleh Hidayati

(2013) yang berjudul Perilaku Warga Sekolah Dalam

Mengimplementasikan Program Adiwiyata di SMK

Negeri 2 Semarang. Hasil penelitian ini berupa Tesis

program Magister Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana

UNDIP Semarang.

Penelitian Hidayati mengeksplorasi perilaku

warga SMKN 2 Semarang, yang merupakan Sekolah

(29)

37 program Adiwiyata. Penelitian menggunakan

pendekatan deskriptif kualitatif. Ditemukan data dalam

penelitian bahwa perilaku warga sekolah SMKN 2

Semarang telah sesuai dengan program Sekolah

Adiwiyata yang terbentuk dari kebiasaan, pengertian,

dan contoh perilaku peduli lingkungan yang

menerapkan aturan sekolah secara eksplisit serta

sanksi tegas pelanggar aturan. Perilaku warga sekolah

tercermin dalam keseriusannya menjaga kebersihan,

memelihara taman, melakukan penghijauan,

penghematan air, listrik, kertas, dan bahan bakar serta

menerapkan reduce, reuse, dan recycle sampah untuk

pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan demi

keberlanjutan pembangunan. Pembiasaan perilaku

berkarakter lingkungan diajarkan dengan contoh,

ditularkan dan disebarkan kepada warga sekolah atau

masyarakat dengan membiasakan, memberikan

pengertian dan contoh perilaku peduli lingkungan.

Hasil penelitian relevan lain juga telah

dilakukan oleh Sighal dan Verma (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Environmental Awareness

among Higher Secondary Students of Jabalpur.

Penelitian dari Indian Journal ini menekankan bahwa

(30)

38 Komunitas pendidikan tinggi disebutkan

sebagai salah satu aktor utama dalam pendidikan

lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Namun,

Pendidikan Lingkungan masih belum menjadi prioritas dalam kurikulum di universitas dan di institusi tinggi

lainnya. Mahasiswa belajar tentang lingkungan dari

kursus dasar tentang Studi Lingkungan.

Hasil penelitian Sighal menunjukkan bahwa

meskipun siswa mengambil banyak kursus tentang isu

lingkungan, namun kesadaran lingkungan mereka dan tanggung jawab terhadap lingkungan lebih rendah dari

nalar dan tingkat kemampuan mahasiswa. Nilai tidak

menunjukkan hubungan signifikansi pada hasil.

Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak selalu mempengaruhi kesadaran dan perilaku terhadap

lingkungan. Diperlukan kebijakan nasional untuk

pendidikan lingkungan hidup di perguruan tinggi.

Selain itu juga terdapat hasil penelitian yang

dilakukan oleh Burhan dan Ismail (2011) yang berjudul

Pre-Service Teachers' Perception Toward Environmental

Knowledge, Attitudes and Behaviours. Penelitian dari

Malaysia ini menyelidiki pengetahuan, sikap, dan

perilaku lingkungan yang dilakukan oleh guru dan

menentukan apakah ada hubungan yang signifikan

antara pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan.

(31)

39 yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan

perilaku.

Penelitian merekomendasi diperlukannya

tinjauan kurikulum pendidikan lingkungan dalam

kursus pelatihan guru sehingga dapat memberi

pengetahuan kepada para guru tentang masalah

lingkungan, serta untuk mengembangkan sikap dan

perilaku yang baik dari siswa mengenai masalah

lingkungan.

Sonadi dan Hidayati sama-sama melakukan

penelitian implementasi Sekolah Adiwiyata. Penelitian

ini menemukan hasil yaitu dukungan dari pemerintah

daerah dan partisipasi warga sekolah masih rendah

sehingga mengusulkan alternative solusi yaitu

merekomendasikan model hipotetik. Namun Hidayati

yang meneliti implementasi di sekolah kategori mandiri

dengan pendekatan deskriptif kualitatif tidak

menemukan kekurangan, perilaku warga sekolah

sudah sesuai dengan program Adiwiyata. Ada

perbedaan implementasi antara sekolah adiwiyata

nasional dengan sekolah adiwiyata mandiri.

Lain dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh

Sighal dan Burhan, walaupun menggunakan metode

(32)

40 perbandingan sedangkan Burhan menggunakan metode

deskriptif kuantitatif, keduanya memperoleh hasil

bahwa tingkat pendidikan dan kemampuan tidak linier

terhadap sikap, perilaku dan kepedulian pada

lingkungan. Pendidikan lingkungan perlu berkelanjutan

dan diterapkan dalam kurikulum serta diperlukan

contoh dari guru.

Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan

Maryani (2014) dengan judul Evaluasi Pelaksanaan

Program Sekolah Adiwiyata Ditinjau Dari Aspek

Partisipasif Di SDN Ungaran 1 Yogyakarta lebih

mendekati sama yang dilakukan peneliti. Penelitian ini

menggunakan metode CIPP, dengan analisis datanya

menggunakan kuantitatif dan unsur yang di analisis

hanya aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

(partisipasi peserta didik dan guru).

Partisipasi karyawan, komite dan pihak terkait

tidak dianalisis dan aspek kebijakan, aspek kurikulum

berbasis lingkungan, aspek sarana prasarana juga

tidak dianalisis, padahal aspek-aspek ini juga sangat

mempengaruhi keberhasilan program Sekolah

Adiwiyata yang dicanangkan. Hasil penelitian

menunjukan tingkat partisipasi warga sekolah

berpengaruh besar terhadap keberhasilan program

(33)

41 Penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Model

evaluasi yang akan digunakan peneliti adalah model

CIPP, Context, Input, Process dan Product. Sedangkan

obyek penelitian meliputi 4 (empat) komponen pokok

dalam pelaksanaan program adiwiyata, yaitu kebijakan

sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis

lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif

dan sarana prasarana ramah lingkungan

pendukungnya. Kelebihan dari penelitian ini adalah

peneliti akan mengungkap lebih dalam mengenai faktor

penghambat dan faktor pendukung serta berupaya

mengidentifikasi dan mengakses dampak/outcome

program Sekolah Adiwiyata bagi pihak-pihak yang

berkepentingan sehingga dapat memberikan masukan

bagi sekolah dan dinas terkait tentang pelaksanaan

Program Sekolah Adiwiyata.

2.9 Kerangka Berpikir

Evaluasi terhadap penyelenggaraan program

Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga bertujuan

untuk mengukur sejauh mana efektivitas program

tersebut terlaksana. Model evaluasi yang digunakan

(34)

42

(context, input, process dan product). Selanjutnya

Evaluasi tersebut akan diterapkan pada empat

komponen adiwiyata yaitu: Kebijakan Berwawasan

Lingkungan, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis

Lingkungan, Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif

dan Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah

Lingkungan

Kegiatan evaluasi terhadap komponen konteks

dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata

meliputi penilaian terhadap kebutuhan, kondisi

lingkungan, karakteristik, masalah, aset, peluang dari

penyelenggaraan tiap program manajemen Sekolah

Adiwiyata. Penilaian terhadap komponen input meliputi

perencanaan, strategi program, SDM, sarana dan

prasarana dan pembiayaan program.

Penilaian terhadap komponen evaluasi proses

meliputi pelaksanaan kegiatan, efektivitas penggunaan

sarana dan prasarana, kendala-kendala yang dihadapi

sekolah dalam pelaksanaan program ini. Sedangkan

penilaian terhadap evaluasi komponen produk meliputi

hasil pengembangan program, ketercapaian tujuan

yang telah dirancang (sejauh mana/seberapa besar

(35)

43 dialami sekolah setelah program Sekolah Adiwiyata

tersebut dilaksanakan.

Berdasarkan tujuan penelitian ini, kegiatan

evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata berupaya

untuk menganalisis program adiwiyata tersebut melalui

keempat komponen dalam model CIPP. Hasil dari

analisis keempat komponen tersebut, nantinya akan

menghasilkan sebuah simpulan hasil evaluasi

penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata. Simpulan

tersebut diharapkan memberikan masukan dan

rekomendasi bagi sekolah dan dinas terkait tentang

pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam

implementasi penyelenggaraan Program Sekolah

Adiwiyata.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut:

(36)

44 Kerangka Berpikir Penalitian

Gambar 1. Kerangka Berpikir Context

Hasil Evaluasi

Rekomendasi pada pihak sekolah

Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga

Input Process Product

(Partisipasi warga

Gambar

Tabel 1 Aktivitas Evaluator dan Klien
tabel 2.
tabel 3,
Tabel 3 Aktivitas Evaluator dan Klien
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menemukan faktor signifikan yang menyebabkan guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan terhadap program BK sekolah. 1.4

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Tesis berjudul Evaluasi Program Promosi Sekolah untuk meningkatkan Animo Siswa Baru SMK Negeri 2 Salatiga (Dengan Model Evaluasi

Kurikulum pendidikan Indonesia mengisyaratkan pengintegrasian TIK dalam pembelajaran di sekolah. Evaluasi penggunaan TIK dalam pendidikan sangat diperlukan karena dapat

Evaluasi konteks berupaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan yang tidak terpenuhi dan tujuan proyek.(Hayati and Suryono 2015). Evaluasi konteks

Pada aspek perencanaan program Adiwiyata kesenjangan yang dihadapi diantaranya: seluruh warga sekolah belumlah mengetahui program Adiwiyata yang direncanakan oleh

Terkait teknis perencanaan Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak, Kepala Sekolah mengundang Bapak/Ibu guru yang diberi tugas tambahan untuk Panitia Tim Adiwiyata sekaligus

Tujuan program Adiwiyata adalah untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah sehingga dikemudian

Model sekolah Adiwiyata adalah suatu program pendidikan lingkungan hidup yang ditujukan bagi pemberdayaan sekolah di tingkat SD, SMP, dan SMA. Untuk mewujudkan sekolah