9
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Sekolah Adiwiyata
Adiwiyata dapat diartikan sebagai suatu tempat
yang baik dan ideal. Suatu tempat untuk
mendapatkan dasar berbagai ilmu pengetahuan dan
norma serta etika. Sehingga manusia mempunyai dasar untuk mencapai kesejahteraan hidup dalam
cita-cita pembangunan berkelanjutan. Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bersama Direktorat Jendral Pendidikan Menengah mendukung
pengembangan program Adiwiyata di sekolah
menengah atas dan diharapkan program ini dapat
menjadi bagian dari kurikulum di sekolah. Program Adiwiyata yang penting dapat diterapkan sebagai
bagian dari pengembangan pendidikan karakter siswa
(Panduan Adiwiyata 2012).
Tujuan program adiwiyata dicapai dengan
langkah menetapkan 4 (empat) komponen program
adiwiyata. Empat komponen ini sebagai satu kesatuan
yang utuh. Kebijakan berwawasan lingkungan merupakan komponen pertama, memiliki standar
kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP), standar
10 hidup, dan standar RKAS serta standar program dalam
upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Komponen kedua adalah pelaksanaan
kurikulum berbasis lingkungan, memiliki standar tenaga pendidik yang kompeten dalam
mengembangkan kegiatan pembelajaran lingkungan
hidup, dan standar peserta melakukan kegiatan pembelajaran tentang perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup. Kegiatan lingkungan berbasis
partisipatif menjadi komponen ketiga yang memiliki standar melaksanakan kegiatan perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi
warga sekolah dan standar menjalin kemitraan dalam
rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat,
pemerintah, swasta, media, sekolah lain). Komponen
terakhir adalah pengelolaan sarana pendukung ramah lingkungan. Komponen ini mempunyai kriteria yakni
ketersediaan sarana prasarana pendukung yang
ramah lingkungan. Dan didukung standar peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.
Program Sekolah Adiwiyata akan memberikan
lima keuntungan bagi pesertanya. Keuntungan yang pertama yaitu mendukung pencapaian standar
11 lulusan (SKL) pendidikan dasar dan menengah.
Keuntungan kedua adalah penggunaan dana
operasional sekolah semakin efisien. Terjadi
penghematan dan pengurangan biaya dari bebagai sumber daya dan energi. Sedangkan keuntungan
ketiga yakni menciptakan kebersamaan warga sekolah
dan kondisi belajar mengajar yang lebih nyaman dan kondusif. Keuntungan lain adalah sekolah menjadi
tempat pembelajaran nilai-nilai karakter pelestarian
dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar. Warga sekolah dan masyarakat sekitar
pengelolaan pelestarian lingkungan. Dan keuntungan
kelima adalah adanya peningkatan upaya
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui kegiatan pengendalian pencemaran,
pengendalian kerusakan dan pelestarian fungsi
lingkungan di sekolah
2.2 Pentingnya Sekolah Adiwiyata
Tujuan program Sekolah Adiwiyata mempunyai
tujuan terwujudnya warga sekolah yang bertanggung
jawab terhadap lingkungan. Warga sekolah mampu
melindungi dan pengelolaan lingkungan hidup dengan
tata kelola sekolah yang baik sehingga pembangunan
12 mendasar sekali sehingga penting sekali diadakan
program Sekolah Adiwiyata.
Program ADIWIYATA bertujuan membentuk karakter warga sekolah, untuk peduli dan berbudaya lingkungan, sekaligus mendukung dan mewujudkan sumberdaya manusia yang memiliki karakter bangsa terhadap perkembangan ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam mencapai pembangunan berkelanjutan di daerah. (Panduan Adiwiyata 2012)
Dari latar belakang di atas, dapat kita pahami
bahwa Sekolah Adiwiyata disiapkan untuk menjadi
sekolah berbudaya dan peduli lingkungan. Diharapkan
karakter ini menjadi habitus warga sekolah dan
disebarluaskan dan diimplementasikan disetiap segi
kehidupan. Ketika nantinya alumni-alumni ini terjun
kemasyarakat, pekerjaan ataupun pengambil kebijakan
publik tetap mempunyai budaya dan peduli pada
pelestarian lingkungan.
2.3 Pelaksanaan Program Adiwiyata
Program Adiwiyata merupakan salah satu
kebijakan Kementrian Lingkungan Hidup bekerjasama
Kementri Pendidikan dan Kebudayaan (Pedoman 2012)
untuk mengelola dan melestarikan lingkungan hidup
guna mendukung pembangunan yang berkelanjutan.
Melalui Program Sekolah Adiwiyata, sekolah turut
13 lingkungan. Sekolah menanamkan karakter peduli dan
budaya lingkungan melalui kebijakan berwawasan
lingkungan, pelaksanaan kurikulum berbasis
lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
dan pengelolaan sarana prasarana pendukung yang
ramah lingkungan.
2.4 Evaluasi
Sebelum membahas lebih jauh Sekolah Adiwiyata
perlu dipahami maksud dan tujuan evaluasi. Evaluasi dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian antara
tujuan dan hasil yang dicapai (Ibraham 2007). Lebih
lanjut Ibraham menjelaskan bahwa evaluasi digunakan untuk umpan balik untuk keperluan memperbaiki
bagian-bagian program yang lemah. Arikunto (2004)
berpendapat lain, evaluasi merupakan kegiatan
mengumpulkan informasi mengenai pekerjaan sesuatu. Selanjutnya informasi tersebut dimanfaatkan untuk
menentukan jalan alternatif lain yang tetap dalam
menentukan suatu keputusan.
Lebih rinci Wirawan (2012) mendefinisikan
evaluasi atau evaluasi riset sebagai riset untuk
mengumpulkan, menganalisis, dan menyajikan informasi yang bermanfaat mengenai objek evaluasi,
memilahnya dengan membandingkannya dengan
indikator evaluasi dan hasilnya dipergunakan untuk
14 Dari tiga pendapat di atas dapat diartikan bahwa
evaluasi adalah suatu kegiatan mengumpulkan,
menganalisis dan menyajikan informasi untuk bahan
perbaikan pengambilan keputusan.
2.5 Program
Perlu dipahami bahwa Sekolah Adiwiyata merupakan bagian dari program pendidikan. Untuk itu
pada awal bab ini akan dibahas terlebih dahulu tentang
pengertian program itu sendiri sebelum membahas Sekolah Adiwiyata. Pengertian program menurut
Wirawan (2012) adalah suatu kegiatan yang
direncanakan untuk mengimplementasikan suatu
kebijakan dalam waktu yang lama. Sejalan dengan Wirawan (2012) dan Jaedun (2010) mendifinisikan
program sebagai sebuah rencana yang dilakukan oleh
seseorang atau organisasi untuk mencapai tujuan.
Sedangkan Arikunto (2004) menerangkan
pengertian program lebih luas, yaitu program dapat
dipahami dalam dua pengertian, secara umum dan khusus. Pengertian secara umum program dapat
diartikan sebagai rencana atau rancangan kegiatan
yang akan dilakukan oleh seseorang di kemudian hari. Secara khusus, pengertian program dihubungkan
dengan evaluasi yang bermakna kesatuan kegiatan
15 kebijakan, yang berlangsung dalam proses
berkesinambungan dan terjadi dalam satu organisasi
yang melibatkan sekelompok orang.
Program menurut Wirawan dan Jaedun menitikberatkan pada suatu perencanaan untuk
mencapai tujuan yang diinginkan, sedangkan Arikunto
memberi pengertian tentang program lebih luas yaitu suatu perencanaan yang dilakukan organisasi dalam
bentuk kegiatan untuk mencapai tujuan di masa yang
akan datang.
Pengertian program dari tiga pendapat di atas
dapat diartikan sebagai rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan secara berkesinambungan dalam waktu
pelaksanaannya yang relatif panjang, terdiri atas rangkaian kegiatan yang membentuk satu sistem yang
berkaitan satu sama lainnya dengan melibatkan
beberapa orang untuk melaksanakannya.
Pengertian program yang dikemukakan oleh
ketiga ahli di atas, terlihat bahwa pengertian program
cukup lengkap, namun dua definisi tersebut tidak menyinggung masalah anggaran dan dampak
pelaksanaan program tehadap lingkungan sekitar.
Tanpa anggaran maka program tidak bisa berjalan dengan baik. Sehingga dalam menjalankan program
16 berlaku karena instrumen input terkadang susah
dikendalikan seiring perkembangan global dan
kepesertaan warga sekolah terhadap pelaksanaan
program.
Di dalam penelitian ini, yang dimaksud program
adalah suatu perencanaan kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya
termasuk anggaran yang diwujudkan dalam berbagai
kegiatan untuk mencapai tujuan bersama.
Sehingga evaluasi program dapat diartikan
sebagai memeriksa kesesuaian antara perencanaan
yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang
dalam organisasi dengan memanaj berbagai sumber daya termasuk anggaran dengan hasil pelaksanaan
yang telah dilaksanakan. Sularjo (2016) menjelaskan
bahwa tujuan utama dari evaluasi formatif program adalah untuk melakukan evaluasi terhadap prose
perencanaan, implementasi dan monitoring terhadap
program yang sudah berjalan maupun sedang
berlangsung. Manfaat utama dan khusus dari studi evaluasi adalah memberikan masukan untuk perbaikan
program yang sedang berjalan sehingga pada akhirnya
periode implementasi program dapat dilaksanakan secara lebih baik, tercapai hasil yang optimal yaitu
17 2.6 Evaluasi Program
Sufflebeam dan Shinkield (2007) berpendapat
bahwa evaluasi merupakan pengumpulan dan analisis
informasi yang berkualitas bagi pengambil keputusan. Sejalan dengan pendapat itu, Arikunto (2004)
menyatakan bawa evaluasi program adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Lebih
lanjut, Wirawan (2012) menyatakan evaluasi program
merupakan metode-metode sistematik untuk mengumpulkan informasi, menganalisa, dan
menggunakan informasi tersebut untuk menjawab
pertanyaan dasar mengenai program.
Dari tiga pendapat di atas Arikunto menekankan bahwa evaluasi program merupakan kegiatan tanpa
mendefinisikan lebih rinci kegiatan apa saja yang dapat
melihat tingkat keberhasilan suatu program. Sedangkan Sufflebeam dan Shinkield memberikan
penjelasan yang lebih rinci bahwa kegiatan yang
dilakukan untuk mengevaluasi program terdiri atas
pengumpulan dan analisis informasi yang berkualitas. Sejalan dengan Sufflebeam dan Shinkield, Wirawan
menyatakan bahwa evaluasi program terdiri atas
metode-metode sistematik. Dalam hal tujuan program, Arikunto lebih menekankan bahwa tujuan evaluasi
18 sedangkan Sufflebeam dan Shinkield dan Wirawan
lebih menekankan kepada pengumpulkan informasi
dalam rangka kontribusi dalam pengambilan
keputusan organisasi. Sayangnya, kedua pendapat tersebut kurang memberikan definisi siapakah yang
berhak mengevaluasi program, apa saja yang perlu
dievaluasi untuk melihat sukses tidaknya program dijalankan.
Berdasarkan konteksnya faktor-faktor penentu
keberhasilan evaluasi program dipengaruhi oleh kualitas input (program, aktor, sarpras, dll.), kualitas
proses (mengumpulkan dan menganalisis informasi
secara berkualitas) serta kualitas output berupa
realisasi program dan pengambilan keputusan. Namun demikian, banyak faktor yang bisa menghambat
pelaksanaan evaluasi program seperti faktor
subyektifitas dan minimnya pengetahuan evaluator tentang evaluasi. Untuk menjadi evaluator diperlukan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga
tujuan evaluasi program dapat tercapai.
Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa
evaluasi dilakukan oleh para ahli professional/ pakar
dengan kegiatan mengumpulkan, menganalisis dan memproses suatu informasi secara berkualitas untuk
melihat keberhasilan terhadap suatu program dan
19 dapat mengambil sebuah keputusan tentang tindak
lanjut dari program tersebut.
Secara teoritis evaluasi program mempunyai
enam ciri, yaitu:
(1) Pertalian menyeluruh, konsep-konsep inti,
(2) Hipotesis-hipotesis teruji mengenai bagaimana prosedur evaluasi yang menghasilkan hasil yang diharapkan,
(3) Prosedur yang dapat diterapkan, (4) Persyaratan etika,
(5) Kerangka umum untuk mengarahkan praktik evaluasi program,
(6) Melaksanakan penelitian mengenai evaluasi program (Stufflebeam & Shinkield, 2007).
Melalui enam ciri di atas, penyelenggaraan
evaluasi program dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Evaluasi yang bertujuan untuk
memperbaiki suatu program sering dikenal dengan
model evaluasi formatif. Menurut Arikunto (2012), terdapat poin penting dalam evaluasi program yakni
pembahasan rangkaian kegiatan untuk melihat
ketercapaian program melalui evaluasi dan tindak lanjut keputusan terhadap program tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa
hasil akhir evaluasi program adalah pemberian
keputusan tindak lanjut terhadap suatu program.
Terdapat empat macam kebijakan tindak lanjut
yang dapat diambil setelah dilakukannya sebuah
20
1. Kegiatan tersebut dilanjutkan, karena program tersebut sangat bermanfaat.
2. Kegiatan tersebut masih dilanjutkan tetapi dengan revisi, karena pelaksanaanya kurang lancar. 3. Kegiatan tersebut dimodifikasi ulang, karena
diketahui kemanfaatannya masih kurang tinggi. 4. Kegiatan tersebut tidak dapat dilanjutkan, karena
dari data yang terkumpul hasilnya kurang bermanfaat (Arikunto, 2012).
Sejalan dengan pendapat diatas, menurut
Sukardi (2008) evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi dimana suatu tujuan telah dapat
tercapai. Proses penentuan kondisi ini, dipahami
sebagai pengumpulan informasi guna membuat alternatif-alternatif keputusan.
Menurut Panduan Adiwiyata (2012,) pelaksanaan
program adiwiyata didasarkan pada dua prinsip, yaitu:
partisipatif dan berkelanjutan. Partisipatif merupakan keterlibatan warga sekolah yakni guru, sisiwa dan
karyawan dalam manajemen sekolah. Manajemen
sekolah menyangkut keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan
peran. Serta berkelanjutan yang berarti seluruh
kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif. Dasar ini mengandung
pengertian adanya partisipasi dalam melaksanakan
21 Dari beberapa pengertian di atas, evaluasi
program merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan untuk mengumpulkan informasi mengenai
program guna mengambil suatu keputusan berikutnya. Berkaitan dengan evaluasi program Sekolah Adiwiyata
di SMA Negeri 2 Salatiga, penelitian ini berupaya untuk
mengumpulkan informasi mengenai pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata sehingga dengan adanya
evaluasi tersebut dapat memperbaiki program serta
mengetahui faktor-faktor penghambat pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata yang pada akhirnya
bermanfaat terhadap keputusan tindak lanjut terhadap
Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.
2.7 Model Evaluasi Program CIPP
Menurut Wirawan (2012) terdapat berbagai model
evaluasi program yaitu: (1) model evaluasi berbasis tujuan, (2) model evaluasi bebas tujuan, (3) model
evaluasi formatif, (4) model evaluasi sumatif, (5) model
evaluasi responsif, (6) model evaluasi CIPP, (7) model
evaluasi adversary dan (8) model evaluasi ketimpangan. Evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata,
pada dasarnya membutuhkan jenis model yang cocok.
Dilihat dari beberapa substansinya bahwa evaluasi ini berupaya untuk melihat hal yang melatarbelakangi
22 program, pelaksanaan program dan produk yang
dihasilkan dari program tersebut. Selain dilihat dari
keempat substansi tersebut, pada akhirnya evaluasi ini
akan memberikan rekomendasi terhadap keberadaan program. Apabila dilihat dari beberapa substansi yang
ada, tidak semua model evaluasi cocok digunakan
sebagai model evaluasi program. Berdasarkan pertimbangan tersebut, evaluasi terhadap program
Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga dilakukan
dengan menggunakan model evaluasi CIPP (Context,
Input, Process, Product). Model CIPP mulai
dikembangkan oleh Daniel Stufflebeam pada tahun
1966. Stufflebeam menyatakan model evaluasi CIPP
merupakan kerangka yang komprehensif untuk mengarahkan pelaksanaan evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif terhadap objek program, proyek,
personalia, produk, institusi, dan sistem.
Menurut Arikunto & Jabar (2009), apabila kegiatan
evaluasi menggunakan model CIPP, analisis program
harus berdasarkan pada komponen-komponen tersebut (CIPP), komponen dalam model evaluasi CIPP dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Evaluasi konteks berupaya mengidentifikasi mengenai kebutuhan lingkungan yang belum terpenuhi, populasi sampel yang dilayani dan tujuan program/proyek. 2. Evaluasi masukan berupaya mengidentifikasi tentang
23
sekolah) dalam menunjang pelaksanaan program tersebut.
3. Evaluasi proses mengidentifikasi mengenai pelaksanaan dari suatu program yang dapat meliputi program apa yang akan dilaksanakan, siapa penyelenggara program tersebut, waktu pelaksanaan program tersebut.
4. Evaluasi produk berupaya untuk mengidentifikasi hal-hal atau perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program tersebut, serta ketercapaian dari pelaksanaan program. (Arikunto & Jabar, 2009).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami
bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus menganalisis program berdasarkan
komponen-komponennya. Model evaluasi CIPP sengaja dipilih
karena komponen-komponen dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata dapat dianalisis dengan
menggunakan model ini. Pengaturan keempat
komponen dalam CIPP menjadi kunci terhadap
keberadaan tindak lanjut program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga.
Lebih lanjut, Stufflebeam dalam Wirawan (2012)
mengungkapkan hal-hal yang perlu diungkap dalam evaluasi model CIPP sebagai berikut :
1. Evaluasi Konteks
Mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasar disusunnya suatu program.
2. Evaluasi Masukan
Mengidentifikasi tujuan, prioritas-prioritas dan membantu pemakai untuk menilai tujuan, prioritas dan manfaat-manfaat dari program, menilai pendekatan alternatif, rencana tindakan, rencana staf dan anggaran
24
Evaluasi ini berupaya mengakses pelaksanaan dari rencana untuk membantu staf program melaksanakan aktivitas dan menilai program.
4. Evaluasi Produk
Evaluasi ini berupaya mengidentifikasi dan mengakses keluaran dan manfaat, baik yang direncanakan atau tidak direncanakan, baik jangka pendek maupun jangka panjang. (Wirawan, 2011: 93-94).
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa kegiatan evaluasi dengan model CIPP harus
menganalisis program berdasarkan
komponen-komponennya. Model evaluasi CIPP memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan model lain, yaitu: (1)
memiliki sistem kerja dinamis; (2) pendekatan bersifat
holistik dalam proses evaluasinya sehingga dapat memberikan gambaran yang detail dan luas terhadap
program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga
tahun 2017/2018, mulai dari konteks hingga saat proses implementasinya; (3) dapat melakukan
perbaikan selama program berjalan maupun dapat
memberikan informasi final; (4) memiliki potensi untuk bergerak pada evaluasi formatif dan sumatif, dan (5)
lebih komprehensif dari model lainnya.
Bila dirinci, substansi dari komponen CIPP dalam
pelaksanaan program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga sebagai berikut:
25
2. Evaluasi Input, sasaran dalam evaluasi input meliputi: a). Kemampuan sekolah dalam menyelenggarakan program; b). Perencanaan dan pengorganisasian; c). Sumber dana; d). Staf/sumber daya manusia.
3. Evaluasi Proses, sasaran dalam evaluasi proses meliputi: a) Monitoring dan penilaian aktivitas program; b). Pelaksanaan kegiatan pembelajaran; c). Efektivitas sarpras; d). Kompetensi guru; e). Masalah yang dihadapi siswa dan guru; f). Kendala-kendala yang dialami oleh pihak sekolah
4. Evaluasi Produk, sasaran dalam evaluasi produk meliputi: a). Hasil belajar siswa, Kelulusan; b). Ketercapaian tujuan; c). Dampak bagi siswa; d). Dampak bagi sekolah setelah program dilaksanakan. (Stufflebeam 2007; Arikunto & Jabar 2009).
Untuk memudahkan pelaksanaan model evaluasi CIPP, Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94-103)
mengembangkan 10 checklist sebagai panduan bagi
evaluator yang meliputi: kesepakatan kontrak, evaluasi konteks, evaluasi masukan, evaluasi proses, evaluasi
pengaruh, evaluasi efektivitas, evaluasi keberlanjutan,
evaluasi transfortabilitas, evaluasi meta, sintesis laporan final.
Dari kesepuluh checklist yang dipaparkan,
peneliti hanya akan fokus pada 6 checklist sesuai
dengan kebutuhan penelitian program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri Negeri 2 Salatiga. Evaluasi
konteks menggunakan checklist evaluasi konteks,
evaluasi input menggunakan checklist evaluasi masukan, evaluasi proses menggunakan checklist
26 evaluasi efektivitas, dan evaluasi hasil menggunakan
checklist evaluasi pengaruh dan keberlanjutan.
1. Checklist evaluasi konteks
Evaluasi konteks menilai kebutuhan-kebutuhan, aset dan masalah yang digambarkan pada program
Sekolah Adiwiyata. Aktivitas evaluator dan klien
pemangku dilukiskan pada tabel 1.
Tabel 1 Aktivitas Evaluator dan Klien
dalam Evaluasi Konteks
Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien Tujuan Program
Mengumpulkan dan mengakses kebutuhan informasi, latar belakang benefisiari yang dituju dari sumber-sumber seperti rekaman, kelas dan skor-skor tes, proposal permintaan pendanaan, dan arsip-arsip surat kabar.
Memakai temuan-temuan
evaluasi konteks untuk
menyeleksi dan atau
mengklarifikasi benefisiari yang dituju
Mewawancarai para pemimpin program untuk menelaah dan mendiskusikan prespektif mereka
mengenai kebutuhan para
benefisiari untuk mengidentifikasi setiap masalah yang perlu diselesaikan program
Memakai temuan-temuan
evaluasi konteks untuk menelaah dan merevisi, jika cocok, tujuan-tujuan program untuk memastikan secara tepat
Mewawancarai para pemangku kepentingan untuk memperoleh pandangan lebih lanjut mengenai kebutuhan-kebutuhan dan nilai benefisiari yang dituju dan potensial problem-problem untuk program
Memakai temuan-temuan
27
Menilai tujuan program dalam kaitannya dengan kebutuhan benefisiari dan aset-aset potensial yang bermanfaat
Memakai temuan-temuan
evaluasi konteks (sepanjang atau pada akhir program) untuk membantu menilai efektivitas dan signifikansi program dalam memenuhi kebutuhan benefisiari yang dinilai.
(Sumber: Wirawan, 2012:95-96)
Pada checklist panduan evaluasi konteks, peneliti
hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan dalam
program Sekolah Adiwiyata. Stufflebeam yang dikutip Wirawan (2012:94) mengatakan bahwa komponen
dalam evaluasi CIPP merupakan suatu rangkaian,
namun dalam pelaksanaannya evaluator dapat
melakukan satu jenis evaluasi saja atau kombinasi dari dua atau lebih. Hal ini yang dijadikan dasar bagi
peneliti untuk menggunakan sebagian aktivitas yang
terdapat dalam panduan checklist yang dikemukakan oleh Stufflebeam.
2. Checklist evaluasi masukan
Checklist evaluasi masukan (Input) berfungsi
untuk menjaring, menganalisis dan menilai strategi, rencana kerja serta anggaran berbagai pendekatan. Apa
yang dilakukan evaluator dan klien dikemukakan dalam
28 Tabel 2 Aktivitas Evaluator dan Klien
dalam Evaluasi Input
Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien
Mengidentifikasi dan meneliti program lain yang ada yang dapat dipergunakan sebagai model untuk program yang direncanakan
Memakai temuan evaluasi
masukan untuk merencanakan suatu strategi program yang secara saintifik, ekonomis, sosial, politik dan teknologi dapat dipertahankan
Menilai strategi program yang
diusulkan mengenai
kemampuan bereaksi terhadap kebutuhan dan feasibilitasnya
Memakai temuan evaluasi
masukan untuk memastikan
bahwa strategi program
memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan yang
diperlukan
Menilai anggaran program
untuk menentukan
kecukupannya dalam
membiayai pekerjaan yang dibutuhkan
Memakai temuan evaluasi
masukan untuk mendukung
permintaan pendanaaan untuk kegiatan yang direncakanan
Menilai strategi program dengan penelitian dan literatur yang berhubungan
Memakai temuan evaluasi
masukan untuk melatih staf untuk melaksanakan program
Menilai manfaat strategi
program dengan
membandingkannya dengan alternatif strategi yang dipergunakan dalam program yang serupa
Memakai hasil evaluasi
masukan untuk tujuan
pertanggungjawaban dalam
melaporkan rasional untuk strategi program yang dipilih dan mempertahankan rencana program
(Wirawan, 2012: 96-97)
Berdasarkan tabel 3, peneliti juga hanya
menggunakan beberapa checklist saja yang sesuai
dengan penelitian evaluasi program Sekolah Adiwiyata
29 3. Checklist evaluasi proses
Checklist evaluasi proses dilakukan untuk
memonitoring, mendokumentasikan, dan menilai
aktivitas program. Aktivitas evaluator dan klien ditunjukkan dalam tabel 3 berikut:
Tabel 3 Aktivitas Evaluator dan Klien
dalam Evaluasi Proses
Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien
Menugaskan staf program dan konsultan dan/ atau anggota tim evaluasi untuk menyusun suatu direktori orang-orang dan
kelompok-kelompok yang
dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan mereka dan mencatat layanan program yang mereka terima
Memakai temuan evaluasi proses untuk mengontrol dan memperkuat aktivitas staf
Mengumpulkan dan menilai sampai seberapa tinggi individu dan kelompok yang dilayani konsisten dengan kemanfaatan program yang direncanakan
Memakai temuan evaluasi proses untuk memperkuat desain program
Secara periodik mewawancarai para pemangku kepentingan di
wilayah program seperti
pemimpin masyarakat, para pegawai, personil sekolah dan
program sosial untuk
mempelajari perspektif mereka. mengenai bagaimana program mempengaruhi masyarakat
Memakai temuan evaluasi proses untuk menyusun suatu rekaman kemajuan program
Memasukkan informasi yang
diperoleh dan penilaian
evaluator ke dalam profil program secara periodic
Memakai temuan evaluasi
proses untuk membantu
menyusun suatu rekaman
biaya program
Menentukan sampai seberapa
banyak program mencapai
30
suatu kelompok penerima
layanan yang tepat
program kepada sponsor
finansial program, dewan
kebijakan dan para
pengembang program lainnya.
(Wirawan, 2012: 97)
4. Checklist evaluasi pengaruh
Checklist evaluasi pengaruh dipergunakan untuk
mengevaluasi proses dan produk pelaksanaan program
pengembangan Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Checklist ini menjaring dan menilai data
mengenai program yang mencapai audiens yang
ditargetkan. Aktivitas evaluator dan klien dikemukakan dalam tabel 4.
Tabel 4 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Pengaruh
Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien
Menugaskan staf program
dan konsultan untuk
menyusun direktori orang/ kelompok yang dilayani, membuat catatan mengenai kebutuhan-kebutuhan
mereka, dan merekam
layanan program yang
mereka terima
Memakai temuan evaluasi pengaruh untuk memastikan bahwa program mencapai para
penerima manfaat yang
direncanakan
Mengakses dan membuat
penilaian mengenai sampai seberapa tinggi individu dan kelompok yang memperoleh layanan konsisten dengan
Memakai temuan evaluasi
pengaruh untuk menilai
31
kemanfaatan program yang direncakan
manfaat yang tidak tepat
Secara periodik
mewawancarai pemangku
kepentingan untuk
mempelajari perspektif
mereka mengenai bagaimana
program mempengaruhi
masyarakat
Memakai temuan evaluasi
pengaruh untuk menilai
sampai seberapa banyak
program sedang melayani atau telah melayani penerima manfaat yang berhak
Memasukkan informasi yang diperoleh dan penilaian evaluator dalam profil program yang diperbaharui secara periodik
Memakai temuan evaluasi
pengaruh untuk menilai
sampai seberapa tinggi
program memenuhi atau
sedang memenuhi kebutuhan
Menentukan sampai seberapa tinggi program mencapai kelompok penerima manfaat yang tepat
Memakai temuan evaluasi
pengaruh untuk tujuan
pertanggungjawaban
mengenai kesuksesan program dalam mencapai penerima manfaat layanan program yang dimaksud.
(Wirawan, 2012: 98)
5. Checklist evaluasi efektifitas
Checklist evaluasi efektifitas meneliti dan menilai
signifikansi manfaat (outcomes). Aktivitas dari evaluator
dan klien dapat dibaca pada tabel 5.
Tabel 5 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Efektifitas
Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien
Mewawancarai para pemangku kepentingan kunci untuk menentukan penilaian mereka
Memakai temuan-temuan
32
mengenai manfaat positif atau negatif program
dan negatif program terhadap penerima manfaat
Melakukan studi kasus
mendalam mengenai penerima manfaat tertentu
Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk mengukur pengaruh positif dan negatif
dari program terhadap
masyarakat/ lingkungan.
Menugaskan anggota evaluasi dan staf program untuk menyediakan dokumentasi
yang diperlukan untuk
mengidentifikasi dan
mengonfirmasi luasnya,
mendalamnya, kualitas, dan signifikannya dari pengaruh program terhadap penerima manfaat
Memakai temuan-temuan
evaluasi efektifitas untuk
menyortir dan menilai
pengaruh sampingan
program yang penting
Mengumpulkan dan menilai informasi mengenai pengaruh program terhadap masyarakat
Memakai temuan evaluasi efektifitas untuk meneliti apakah rencana dan aktivitas program perlu diubah
Menugaskan evaluator
goal-free untuk memastikan apa
yang sesungguhnya dilakukan oleh program dan untuk mengidentifikasi pengaruh sepenuhnya- positif atau negatif, yang direncanakan atau tidak direncanakan
Memakai temuan-temuan
evaluasi efektifitas untuk
mempersiapkan dan
menyusun laporan
pertanggungjawaban program
Masukkan temuan-temuan
evaluasi efektivitas dalam draf laporan dan menyajikannya
kepada klien dan para
pemangku kepentingan yang menginginkannya.
Memakai data assesmen
kebutuhan (dari temuan-temuan evaluasi konteks),
temuan-temuan evaluasi
efektivitas, dan bandingkan dengan program evaluasi yang sama di tempat lain untuk membuat assesmen
dasar signifikan dari
program.
33 6. Checklist evaluasi keberlanjutan
Checklist evaluasi keberlanjutan digunakan untuk
menjaring, menganalisis dan menilai sampai seberapa
tinggi kontribusi program sukses diinstitusionalisasikan dan terus berlanjut bersamaan dengan perkembangan
waktu. Aktivitas evaluasi keberlanjutan dapat dilihat
dalam tabel 6.
Tabel 6 Aktivitas Evaluator dan Klien dalam Evaluasi Keberlanjutan
Aktivitas Evaluator Aktivitas Klien
Mengidentifikasi penilaian pemimpin dan staf program mengenai kesuksesan program
dan apa yang harus
dilanjutkan
Memakai temuan evaluasi
keberlanjutan untuk
menetapkan apakah staf dan para penerima manfaat lebih menyukai keberlanjutan program
Mengidentifikasi penilaian penerima manfaat mengenai kesuksesan program dan apa yang harus dilanjutkan
Memakai temuan evaluasi keberlanjutan untuk menilai apakah ada keberlanjutan kebutuhan/permintaan dan kasus yang meyakinkan
untuk keberlanjutan
layanan program
Menelaah data evaluasi
mengenai efektifitas program, biaya-biaya program dan kebutuhan penerima manfaat untuk menilai program sukses apa yang harus dan dapat diteruskan
Memakai temuan evaluasi
keberlanjutan sebagai
jaminan untuk menentukan tujuan-tujuan dan rencana
untuk melanjutkan
aktivitas-aktivitas
Mewawancarai para penerima
manfaat untuk
Memakai temuan evaluasi
34
mengidentifikasi pemahaman
dan assesmen mengenai
persyaratan untuk
keberlanjutan
membantu menetapkan
bagaimana terbaik untuk menugaskan otoritas dan
tanggung jawab untuk
keberlanjutan program
Memperoleh dan meneliti rencana-rencana, anggaran, penugasan staf dan informasi lain yang relevan untuk
mengukur kemungkinan
bahwa program akan
diteruskan
Memakai temuan evaluasi
keberlanjutan sebagai
jaminan untuk membantu
rencana dan anggaran
aktivitas keberlanjutan
(Wirawan, 2012: 100)
Seperti yang telah peneliti paparkan sebelumnya
dalam tabel checklist panduan evaluator dan klien, peneliti hanya menggunakan aktivitas yang diperlukan
dalam penelitian. Ada beberapa aktivitas yang peneliti
tidak gunakan dalam penelitian ini, karena beberapa
aktivitas tersebut tidak diperlukan dalam penelitian ini.
2.8 Penelitian Relevan
Hasil penelitian mengenai evaluasi program
Sekolah Adiwiyata secara utuh sejauh ini belum pernah
dilakukan. Namun ada beberapa penelitian yang ada
kaitannya dengan evaluasi program, program
pengelolaan lingkungan hidup dan program Sekolah
Adiwiyata.
Hasil penelitian sebelumnya telah dilakukan oleh
35 Program Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan
(Adiwiyata) di SMP Negeri I Cimaung dan SMP Negeri I
Katapang Kabupaten Bandung. Hasil penelitian ini
berwujud disertasi Doktor Ilmu Pendidikan Program
Studi Administrasi Pendidikan UPI Bandung.
Implementasi program Sekolah Peduli dan
Berbudaya Lingkungan (Adiwiyata) disebutkan dalam
desertasi tersebut sangat strategis untuk mengubah
perilaku masyarakat dalam mengatasi permasalahan
lingkungan hidup melalui proses pendidikan di SD,
SMP dan SMA. Namun sampai saat ini hasil pencapaian
sekolah Adiwiyata cenderung linear dengan daya
dukung sarana prasarana, daya dukung pemerintah
dan tingkat partisipasi warga seolah, dikarenakan
terkendala dengan permasalahan seperti dukungan dari
Pemerintah Daerah belum optimal, partisipasi dari
warga sekolah masih rendah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, arah
kebijakan yang diambil dalam mengimplementasikan
kebijakan adiwiyata telah tersedia dan dijadikan acuan
untuk melaksanakan Program Adiwiyata, namun belum
tersedia Surat Kesepakatan Bersama (SKB) Antara
Dinas Pendidikan Kebudayaan dengan Badan
36 Proses implementasi program Adiwiyata sudah
dilaksanakan dan namun perlu perbaikan dengan
kegiatan yang dikembangkan Pendidikan Lingkungan
Hidup (PLH). Implementasi terkendala dengan proses
sosialisasi dengan pelaksanaan. Sumber daya manusia
masih terbatas yang berkompetensi PLH, demikian juga
sarana prasarana pendukung belum memadai dan
anggaran masih menggunakan dana bantuan
operasional sekolah (BOS).
Dampak penerapan kebijakan Program Sekolah
Adiwiyata adalah sangat positif pada prestasi siswa
yang cenderung meningkat, siswa mempunyai
keterampilan lingkungan hidup, terjadi perubahan
perilaku yang baik sehingga terwujud sekolah
berwawasan lingkungan hidup sebagai hasil proses
pendidikan.
Hasil penelitian lain dilakukan oleh Hidayati
(2013) yang berjudul Perilaku Warga Sekolah Dalam
Mengimplementasikan Program Adiwiyata di SMK
Negeri 2 Semarang. Hasil penelitian ini berupa Tesis
program Magister Ilmu Lingkungan Pasca Sarjana
UNDIP Semarang.
Penelitian Hidayati mengeksplorasi perilaku
warga SMKN 2 Semarang, yang merupakan Sekolah
37 program Adiwiyata. Penelitian menggunakan
pendekatan deskriptif kualitatif. Ditemukan data dalam
penelitian bahwa perilaku warga sekolah SMKN 2
Semarang telah sesuai dengan program Sekolah
Adiwiyata yang terbentuk dari kebiasaan, pengertian,
dan contoh perilaku peduli lingkungan yang
menerapkan aturan sekolah secara eksplisit serta
sanksi tegas pelanggar aturan. Perilaku warga sekolah
tercermin dalam keseriusannya menjaga kebersihan,
memelihara taman, melakukan penghijauan,
penghematan air, listrik, kertas, dan bahan bakar serta
menerapkan reduce, reuse, dan recycle sampah untuk
pengelolaan dan pemeliharaan lingkungan demi
keberlanjutan pembangunan. Pembiasaan perilaku
berkarakter lingkungan diajarkan dengan contoh,
ditularkan dan disebarkan kepada warga sekolah atau
masyarakat dengan membiasakan, memberikan
pengertian dan contoh perilaku peduli lingkungan.
Hasil penelitian relevan lain juga telah
dilakukan oleh Sighal dan Verma (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Environmental Awareness
among Higher Secondary Students of Jabalpur.
Penelitian dari Indian Journal ini menekankan bahwa
38 Komunitas pendidikan tinggi disebutkan
sebagai salah satu aktor utama dalam pendidikan
lingkungan dan pembangunan berkelanjutan. Namun,
Pendidikan Lingkungan masih belum menjadi prioritas dalam kurikulum di universitas dan di institusi tinggi
lainnya. Mahasiswa belajar tentang lingkungan dari
kursus dasar tentang Studi Lingkungan.
Hasil penelitian Sighal menunjukkan bahwa
meskipun siswa mengambil banyak kursus tentang isu
lingkungan, namun kesadaran lingkungan mereka dan tanggung jawab terhadap lingkungan lebih rendah dari
nalar dan tingkat kemampuan mahasiswa. Nilai tidak
menunjukkan hubungan signifikansi pada hasil.
Disimpulkan bahwa tingkat pengetahuan tidak selalu mempengaruhi kesadaran dan perilaku terhadap
lingkungan. Diperlukan kebijakan nasional untuk
pendidikan lingkungan hidup di perguruan tinggi.
Selain itu juga terdapat hasil penelitian yang
dilakukan oleh Burhan dan Ismail (2011) yang berjudul
Pre-Service Teachers' Perception Toward Environmental
Knowledge, Attitudes and Behaviours. Penelitian dari
Malaysia ini menyelidiki pengetahuan, sikap, dan
perilaku lingkungan yang dilakukan oleh guru dan
menentukan apakah ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan.
39 yang signifikan antara pengetahuan, sikap dan
perilaku.
Penelitian merekomendasi diperlukannya
tinjauan kurikulum pendidikan lingkungan dalam
kursus pelatihan guru sehingga dapat memberi
pengetahuan kepada para guru tentang masalah
lingkungan, serta untuk mengembangkan sikap dan
perilaku yang baik dari siswa mengenai masalah
lingkungan.
Sonadi dan Hidayati sama-sama melakukan
penelitian implementasi Sekolah Adiwiyata. Penelitian
ini menemukan hasil yaitu dukungan dari pemerintah
daerah dan partisipasi warga sekolah masih rendah
sehingga mengusulkan alternative solusi yaitu
merekomendasikan model hipotetik. Namun Hidayati
yang meneliti implementasi di sekolah kategori mandiri
dengan pendekatan deskriptif kualitatif tidak
menemukan kekurangan, perilaku warga sekolah
sudah sesuai dengan program Adiwiyata. Ada
perbedaan implementasi antara sekolah adiwiyata
nasional dengan sekolah adiwiyata mandiri.
Lain dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Sighal dan Burhan, walaupun menggunakan metode
40 perbandingan sedangkan Burhan menggunakan metode
deskriptif kuantitatif, keduanya memperoleh hasil
bahwa tingkat pendidikan dan kemampuan tidak linier
terhadap sikap, perilaku dan kepedulian pada
lingkungan. Pendidikan lingkungan perlu berkelanjutan
dan diterapkan dalam kurikulum serta diperlukan
contoh dari guru.
Penelitian lain adalah penelitian yang dilakukan
Maryani (2014) dengan judul Evaluasi Pelaksanaan
Program Sekolah Adiwiyata Ditinjau Dari Aspek
Partisipasif Di SDN Ungaran 1 Yogyakarta lebih
mendekati sama yang dilakukan peneliti. Penelitian ini
menggunakan metode CIPP, dengan analisis datanya
menggunakan kuantitatif dan unsur yang di analisis
hanya aspek kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
(partisipasi peserta didik dan guru).
Partisipasi karyawan, komite dan pihak terkait
tidak dianalisis dan aspek kebijakan, aspek kurikulum
berbasis lingkungan, aspek sarana prasarana juga
tidak dianalisis, padahal aspek-aspek ini juga sangat
mempengaruhi keberhasilan program Sekolah
Adiwiyata yang dicanangkan. Hasil penelitian
menunjukan tingkat partisipasi warga sekolah
berpengaruh besar terhadap keberhasilan program
41 Penelitian ini mengevaluasi pelaksanaan program
Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga. Model
evaluasi yang akan digunakan peneliti adalah model
CIPP, Context, Input, Process dan Product. Sedangkan
obyek penelitian meliputi 4 (empat) komponen pokok
dalam pelaksanaan program adiwiyata, yaitu kebijakan
sekolah berwawasan lingkungan, kurikulum berbasis
lingkungan, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif
dan sarana prasarana ramah lingkungan
pendukungnya. Kelebihan dari penelitian ini adalah
peneliti akan mengungkap lebih dalam mengenai faktor
penghambat dan faktor pendukung serta berupaya
mengidentifikasi dan mengakses dampak/outcome
program Sekolah Adiwiyata bagi pihak-pihak yang
berkepentingan sehingga dapat memberikan masukan
bagi sekolah dan dinas terkait tentang pelaksanaan
Program Sekolah Adiwiyata.
2.9 Kerangka Berpikir
Evaluasi terhadap penyelenggaraan program
Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga bertujuan
untuk mengukur sejauh mana efektivitas program
tersebut terlaksana. Model evaluasi yang digunakan
42
(context, input, process dan product). Selanjutnya
Evaluasi tersebut akan diterapkan pada empat
komponen adiwiyata yaitu: Kebijakan Berwawasan
Lingkungan, Pelaksanaan Kurikulum Berbasis
Lingkungan, Kegiatan Lingkungan Berbasis Partisipatif
dan Pengelolaan Sarana Pendukung Ramah
Lingkungan
Kegiatan evaluasi terhadap komponen konteks
dalam penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata
meliputi penilaian terhadap kebutuhan, kondisi
lingkungan, karakteristik, masalah, aset, peluang dari
penyelenggaraan tiap program manajemen Sekolah
Adiwiyata. Penilaian terhadap komponen input meliputi
perencanaan, strategi program, SDM, sarana dan
prasarana dan pembiayaan program.
Penilaian terhadap komponen evaluasi proses
meliputi pelaksanaan kegiatan, efektivitas penggunaan
sarana dan prasarana, kendala-kendala yang dihadapi
sekolah dalam pelaksanaan program ini. Sedangkan
penilaian terhadap evaluasi komponen produk meliputi
hasil pengembangan program, ketercapaian tujuan
yang telah dirancang (sejauh mana/seberapa besar
43 dialami sekolah setelah program Sekolah Adiwiyata
tersebut dilaksanakan.
Berdasarkan tujuan penelitian ini, kegiatan
evaluasi terhadap program Sekolah Adiwiyata berupaya
untuk menganalisis program adiwiyata tersebut melalui
keempat komponen dalam model CIPP. Hasil dari
analisis keempat komponen tersebut, nantinya akan
menghasilkan sebuah simpulan hasil evaluasi
penyelenggaraan program Sekolah Adiwiyata. Simpulan
tersebut diharapkan memberikan masukan dan
rekomendasi bagi sekolah dan dinas terkait tentang
pelaksanaan dan kendala yang dihadapi dalam
implementasi penyelenggaraan Program Sekolah
Adiwiyata.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat digambarkan kerangka berpikir penelitian ini adalah sebagai berikut:
44 Kerangka Berpikir Penalitian
Gambar 1. Kerangka Berpikir Context
Hasil Evaluasi
Rekomendasi pada pihak sekolah
Evaluasi Program Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Salatiga
Input Process Product
(Partisipasi warga