BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum SMA Negeri 2 Demak
SMA Negeri 2 Demak merupakan SMA Negeri kedua setelah SMA Negeri 1 di Kecamatan Kota Demak, berdiri pada tanggal 22 Desember 1986, berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 0887/0/1986. Hingga tahun 2015 SMA Negeri 2 Demak, telah mengalami pergantian Kepala Sekolah sebanyak 7 kali, yaitu: Sul I Suwasto, BA (periode 1987 s.d 1994), Drs. Soemantri (periode 1994 s.d 2003), Drs. Sri Eriyadi, MM (periode 2003 s.d 2004), Drs. Charis (periode 2004 s.d 2005), Drs. Sri Eriyadi, MM (periode 2005 s.d 2006), Drs. Ali Ashadi (periode 2006 s.d 2013), dan Drs. N.A. Sobri, M.Pd (periode 2013 s.d sekarang).
Beberapa ruangan lainnya diantaranya: ruang TU, ruang guru, aula, pos satpam, Lab. IPA, Lab. Komputer, Lab. Biologi, Lab. Fisika, Lab. Kimia, Lab. Bahasa, perpustakaan, mushola, kantin (berjumlah 5 blok), koperasi, ruang pramuka, tempat parkir (1 siswa, 1 guru/karyawan), sanggar kesenian, kamar mandi/WC, UKS, Kantor Kepsek dan Wakasek, dan juga ada gedung Green House.
Ruang kelas adalah ruang untuk siswa guru dalam melaksanakan proses pembelajaran untuk mata pelajaran umum. Dalam ruang kelas terdapat sebuah papan tulis. Peralatan menulis disiapkan oleh masing-masing guru. Untuk menunjang dan memperkaya media, setiap kelas disediakan sebuah LCD sebagai penunjang proses pembelajaran. Jika LCD dalam kelas bermasalah dan tidak memiliki LCD guru dapat menggunakan LCD portable yang sudah disiapkan oleh sekolah.
Lapangan olah raga yang terdapat di SMA Negeri 2 Demak adalah lapangan sepak bola, lapangan tennis, lapangan basket dan lapangan voli. Lapangan tennis dan lapangan basket sudah cukup baik dari segi fisiknya dan keadaan lapangan sepak bola dan lapangan voli sudah cukup baik.
Keadaan fisik fasilitas lainya sudah bagus. Tempat ibadah yang ada adalah mushola. Keadaan mushola sudah bagus namun tempat wudhu putra dan putri masih menjadi 1. Gerbang masuk-keluar sekolah sudah bagus namun hanya terdapat 1 gerbang. Pos satpam keadaanya cukup baik, terdapat di samping gerbang masuk. Ruang-ruang ekstrakurikuler sudah ada dan keadanya cukup baik.
Keseluruhan jumlah guru di SMA Negeri 2 Demak ada 61, terdiri dari: 44 orang guru dengan pangkat Pegawai Negeri Sipil (PNS), 15 orang guru GTT, 1 orang guru DPK (guru diperbantukan), dan 1 orang guru PNS yang didatangkan dari Departemen Agama yang menjabat sebagai guru agama di SMA Negeri 2 Demak.
Jumlah keseluruhan siswa di SMA Negeri 2 Demak adalah 1.030, yang terdiri dari: 199 siswa kelas X IPA (dibagi menjadi 5 kelas) dan 156 siswa kelas X IPS dibagi menjadi 4 kelas), 187 siswa kelas XI IPA (dibagi menjadi 5 kelas) dan 142 siswa kelas XI IPS (dibagi menjadi 4 kelas), 203 siswa kelas XII IPA (dibagi menjadi 5 kelas) dan 143 siswa kelas XII IPS (dibagi menjadi 4 kelas).
Sekolah SMA Negeri 2 Demak berada di tepi Jalan Raya Semarang Kudus dan berjenis bangunan beton. Sekolah ini dikelilingi oleh kompleks pertokoan, rumah warga yang berjarak sekitar 200 meter dari sekolah serta sawah yang berada di belakang sekolah menjadikan keadaan sekolah terlihat hijau dan asri.
di beberapa titik. Tempat yang ada terbagi menjadi tempat sampah organik dan anorganik. Kebersihan kelas beberapa sudah baik. Di beberapa ruang kelas sebelum pulang telah dibersihkan oleh siswa namun ada beberapa ruang kelas yang tidak dibersihkan. Informasi yang didapat dari hasil interview siswa cukup menjaga kebersihan lingkungan. Setelah makan sampah yang ada seperti kertas, plastik, botol dan sampah lainya dibuang di tempat sampah.
Tingkat kebersihan di sekolah SMA Negeri 2 Demak dinilai sangat terjaga karena sangat jarang sekali melihat sampah berserakan di lingkungan sekolah. Serta saluran sanitasi terjaga dengan baik. Tingkat kebisingan kendaraan dinilai sangat minim karena suara kendaraan bermotor yang lalu-lalang tidak terasa sampai ruang kelas. Hal ini dikarenakan posisi ruang kelas yang sengaja ditempatkan di bagian dalam sekolah.
4.1.2 Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak 4.1.2.1 Perencanaan Program Adiwiyata di SMA
Negeri 2 Demak
Perencanaan program Adiwiyata merupakan tindakan lanjut setelah penentuan visi, misi dan tujuan sekolah. Hal ini sesuai dengan pernyataan N.A Sobri Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Demak sebagai berikut:
sekitar, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam di sekitarnya.
Perencanaan sangat penting agar visi, misi dan tujuan sekolah dapat dicapai secara terencana dan tersistematis. Perencanaan program Adiwiyata adalah sebuah tindakan perencanaan pelaksanaan program Adiwiyata yang dilakukan secara sistematis, dengan capaian tujuan tertentu pada satu periodesasi kepemimpinan. Pemikiran ini merupakan upaya sekolah sebagaimana yang dijelaskan oleh Siswadi, Ketua Tim Adiwiyata sebagai berikut:
Program Adiwiyata yang direncanakan pada satu periodesasi kepemimpinan senantiasa bertujuan untuk menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah agar dapat menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah (guru, siswa dan karyawan sekolah) sehingga di kemudian hari warga sekolah tersebut dapat turut bertanggung jawab dalam upaya-upaya melestarikan dan menjaga lingkungan sekolah.
plagiasi dan replikasi program akan membuat sekolah tidak berkembang dan bergerak di tempat. Situasi ini menjadi keprihatinan Kepala Sekolah sebagaimana pernyataannya:
Memang kami akui bahwa perencanaan program Adiwiyata sifatnya masih replikasi dengan mencontoh sekolah model yaitu SMA Negeri 1 Demak yang nyatanya sudah memiliki berbagai prestasi sebagai sekolah Adiwiyata, namun kondisi itu kami kembangkan sesuai dengan karakteristik dan kondisi lingkungan sekolah di SMA Negeri 2 Demak.
Perencanaan program Adiwiyata haruslah memperhatikan capaian dan kondisi sekolah, sehingga ada keberlanjutan program dalam menjawab capaian visi, misi dan tujuan sekolah. Adapun tahapan dalam pembuatan perencanaan program Adiwiyata yaitu dengan membentuk Tim Adiwiyata, sebagaimana penjelasan Bapak Siswadi, selaku penanggung jawab program sebagai berikut:
Langkah awal dalam perencanaan Program Adiwiyata yaitu dengan membentuk tim sekolah yaitu tim yang berperan dalam pelaksanaan program Adiwiyata termasuk diantaranya pengelolaan lingkungan di sekolah, termasuk di dalamnya bagaimana melibatkan semua unsur warga sekolah menjadi penting termasuk keterlibatan aktif dari seluruh siswa.
ini sebagaimana penjelasan N.A Sobri, penanggung jawab program Adiwiyata memberikan penjelasan tentang tugas pokok fungsi dari tim yang dibuatnya sebagai berikut:
Bapak Siswadi, selaku ketua tim Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak, memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu menyusun konsep sukses Adiwiyata, motivator dan fasilitator pelaksanaan Adiwiyata, mengkoordinir dan mengkondisikan pelaksanaan Adiwiyata, mengevaluasi pelaksanaan Program Adiwiyata.
Bapak Triyono, selaku sekretaris program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak, memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu sebagai koordinator penyusunan portofolio Adiwiyata, mendokumenkan pelaksanaan Adiwiyata di lapangan, mengarsip surat-surat keluar masuk, mengarsip pelaporan dari seluruh pokja, membuat surat keluar dan membuat laporan kegiatan.
Ibu Sri Suwarni, selaku bendahara program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak, memiliki tugas pokok dan fungsi yaitu bersama ketua merumuskan anggaran Adiwiyata, menyusun laporan anggaran Adiwiyata, dan menerima dan mengeluarkan anggaran.
Apapun bentuk tim yang ada di sekolah, yang
terpenting dalam hal perencanaan adalah harus tetap
melibatkan siswa. Ibu Suharwati selaku koordinator
kebersihan lingkungan berpendapat sebagaimana hasil
wawancara berikut:
Kaitannya dengan perencanaan program Adiwiyata perlulah beberapa siswa mewakili dalam pembahasan perencanaan program yang dibuat, dan kewajiban seluruh warga sekolah di SMA Negeri 2 Demak untuk ikut berpartisipasi dalam melaksanakan program yang telah dibuat.
Pentingnya keterlibatan semua warga sekolah
dalam hal perencanaan program Adiwiyata dengan
tujuan mempersiapkan dan menyamakan persepsi
tentang program Adiwiyata yang akan dilaksanakan di
sekolah, sehingga dalam pelaksanaan program yang
akan datang lebih lancar, menyamakan gerak langkah
pemerintah dan partisipasi masyarakat, serta
mengindentifikasi hambatan/kendala dan kesenjangan
pada waktu yang lalu sebagai masukan dalam
perencanaan maupun pelaksanaan yang akan datang.
Beberapa hal yang menjadi kendala dan
kesenjangan dalam perencanaan program Adiwiyata,
diantaranya disampaikan oleh Koordinator Pokja
sebagai berikut:
Ibu Kibtiyah, menambahkan adanya kesenjangan dalam perencanaan Program Adiwiyata yaitu belumlah dapat dipastikan bahwa semua komponen warga sekolah (terutama siswa) terwakili dalam proses memberi usulan atau pendapat terlebih dalam pengambilan keputusan.
Ibu Muslikah, berpendapat soal kesenjangan yang terjadi dalam perencanaan Program Adiwiyata menitik beratkan pada kurangnya komunikasi diantara siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah dalam pelaksanaan program Adiwiyata, sehingga terjadi kurangnya komitmen maupuan kerjasama dalam hal mensukseskan program.
Tentunya dalam proses perencanaan program
Adiwiyata akan mendapatkan hasil dari program yang
akan dicapai. Hasil yang diharapkan dalam rapat
pembahasan program tersebut agar para peserta
memahami secara mendasar program yang
dicanangkan dan senantiasa program yang dibuat atau
direncanakan dapat dilaksanakan secara
bersama-sama, sehingga lebih mendorong keberhasilan
pelaksanaannya. Selain itu usulan-usulan para peserta
pertemuan dalam perencanaan program Adiwiyata akan
dijadikan bahan rekomendasi terhadap pelaksanaan
program tersebut. Beberapa hal terkait dengan teknik
pemecahan masalah terkait dengan perencanaan
program Adiwiyata disampaikan oleh beberapa
Koordinator Pokja sebagai berikut.
bersih yang didukung jadwal jum’at bersih, adanya kegiatan perawatan gedung dan sekolah, adanya kegiatan lomba kebersihan kelas memperingati hari ulang tahun sekolah, kegiatan perawatan taman kelas dengan pembagian kavling. Bapak Anas Jahrudin, selaku Koordinator Pokja Komposting berpendapat bahwa dalam perencanaan program Adiwiyata sekolah benar-benar mempunyai program untuk peduli dan budidaya lingkungan, guna mendukung suasana untuk menuntut ilmu yang kondusif. Sebagai perwujudannya, di sekolah mengembangkan kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup: kegiatan penanaman dan perawatan toga, kegiatan kerja bakti dan penghijauan saat orientasi siswa baru, pembentukan kelompok kebersihan jasmani dan rohani, kegiatan pengembangan diri melalui ekstra PMR.
Adapun maksud penyusunan program kerja
Adiwiyata ini adalah untuk memberi gambaran tentang
petunjuk, pelaksanaan dan kegiatan yang akan
berlangsung di sekolah dalam upaya pembenahan tata
ruang yang ada di SMA Negeri 2 Demak.
Dari diskripsi di atas dapat disimpulkan bahwa
perencanaan merupakan sebuah tindakan rencana
pelaksanaan program Adiwiyata yang dilakukan secara
sistematis, dengan capaian tujuan tertentu yang
dirumuskan oleh tim Adiwiyata untuk disahkan Kepala
Sekolah sebagai penanggung jawab program. Adapun
perencanaan meliputi penetapan tujuan yang akan
dicapai, penetapan program kegiatan yang akan dicapai
dan penetapan sumber daya manusia sebagai
pelaksana program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak.
Program Adiwiyata merupakan program sekolah
peduli dan berbudaya lingkungan yang secara
konsisten menjaga dan memperbaiki kondisi
lingkungannya agar dapat dijadikan tempat yang ideal
untuk pembelajaran dan penyadaran bagi warga
sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Hal
ini sejalan dengan tujuan program Adiwiyata yakni
menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk
tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah
sehingga dikemudian hari ikut bertanggung jawab
dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup
dan pembangunan berkelanjutan.
Secara geografis SMA Negeri 2 Demak yang
terletak di daerah pusat kota sangat menguntungkan.
Khususnya jika ditengok dari luas wilayah sekolah
yang dimiliki. Sehingga sangat memungkinkan untuk
mewujudkan suasana sekolah yang asri dan nyaman
untuk pembelajaran yang kondusif. Sumber daya siswa
yang ada, berasal dari keluarga golongan ekonomi
menengah ke bawah. Sehingga mereka untuk terjun
langsung ke lapangan dalam mengelola lingkungan
mudah dilakukan dan diarahkan oleh guru. Ibu
Suharwati, selaku Koordinator Pokja Kebersihan
Lingkungan memberikan pendapatnya:
dalam pelestarian lingkungan. Sarana dan prasarana tersebut, berupa green house, taman sekolah, dan tumbuh-tumbuhan yang sangat mendukung untuk proses pembelajaran, agar menciptakan suasana sekolah yang kondusif untuk proses pembelajaran.
Namun seiring dengan potensi yang dimiliki, tidak
sedikit kesenjangan yang dihadapi oleh sekolah dalam
mewujudkan program Pendidikan Lingkungan Hidup.
Adapun kesenjangan tersebut sebagaimana yang
diungkapkan oleh Bapak N.A. Sobri, selaku penangung
jawab program Adiwiyata sebagaimana berikut:
Ada beberapa hal yang menjadi kesenjangan dalam pelaksanaan program Adiwiyata itu sendiri, diantaranya pertama: keterbatasan biaya pengadaan sarana pendidikan lingkungan hidup beserta perawatannya, kedua: pemahaman yang belum seragam mengenai tujuan pencapaian program Adiwiyata, seperti pemahaman para siswa, petugas kantin dan masyarakat sekitar dan yang ketiga yaitu dukungan masyarakat dan instansi lain yang masih rendah.
SMA Negeri 2 Demak merupakan salah satu
sekolah yang melaksanakan program Adiwiyata yang
peduli dan berbudaya lingkungan. Program Adiwiyata
dapat terlaksana dengan baik dan lancar, apabila
seluruh warga sekolah ikut mendukung untuk
mewujudkan lingkungan yang sehat dan menghindari
dampak lingkungan yang negatif. Siswadi, memberikan
pendapatnya terkait dengan pelaksanaan program
Adiwiyata sebagaimana berikut:
karyawan, dan seluruh siswa ikut andil dalam pelaksanaan program Adiwiyata. Bahkan pihak kantinpun ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan program tersebut, dengan menjual dagangan yang tidak merusak lingkungan.
Untuk mewujudkan hal tersebut, tim Adiwiyata di
SMA Negeri 2 Demak membagi beberapa kelompok
kerja (pokja) yang sesuai dengan situasi dan kondisi
sekolah. Melalui pokja-pokja tersebut membuat adanya
kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dan
terencana. Hal ini sesuai dengan prinsip pelaksanaan
program Adiwiyata, yaitu: (1) partisipatif: Komunitas
sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang
meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran, dan (2)
berkelanjutan: Seluruh kegiatan harus dilakukan
secara terencana dan terus menerus secara
komprehensif.
Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak
mendapatkan dukungan penuh dari pihak sekolah.
Semenjak SMA Negeri 2 Demak mengarah pada sekolah
Adiwiyata. Pihak sekolah membuat kebijakan dengan
merubah visi dan misi yang mengarah kepada peduli
dan berbudaya lingkungan. Visi tersebut berbunyi:
unggul dalam prestasi, mandiri dalam karya, santun
dalam budi pekerti bernuansa religi dan berwawasan
Sobri, selaku penangungjawab sekaligus Kepala
Sekolah memberikan penjelasan sebagaimana berikut:
Adanya kebijakan sekolah untuk merubah visi dan misi SMA Negeri 2 Demak. Visi dan misi tersebut mengarah pada pelestarian lingkungan. Selain itu, pihak sekolah membuat kebijakan memberikan mata pelajaran lingkungan hidup sebagai mata pelajaran muatan lokal pada siswa, agar dapat memahami tindakan positif terhadap lingkungan.
Hal ini sesuai dengan komponen dan standar
Adiwiyata dalam program Adiwiyata yang tercantum
pada lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang
pedoman pelaksanaan program Adiwiyata pada point
pertama, kebijakan berwawasan lingkungan. Kebijakan
berwawasan lingkungan ini ditandai dengan perubahan
visi dan misi yang relevan dengan lingkungan hidup.
Selain itu, pihak sekolah membuat kebijakan
memberikan mata pelajaran lingkungan hidup sebagai
mata pelajaran muatan lokal pada semua siswa kelas di
SMA Negeri 2 Demak. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan kesadaran lingkungan pada siswa baru
terhadap lingkungan. Sehingga kebijakan sekolah
tersebut dijadikan sebagai motivasi agar visi dan misi
agar cepat tercapai. Namun hal tersebut tidaklah
mudah dilaksanakan, sebagaimana contoh kasus yang
disampaikan oleh Suharto, selaku Koordinator Pokja
Portofolio, Guru Mapel, Guru PLH & Wali Kelas sebagai
Dalam contoh kasus adanya pergantian tahun ajaran baru, yang berakibat terjadi perubahan warga sekolah. Perubahan tersebut ditandai dengan keluarnya siswa kelas XII dan masuknya siswa baru pada kelas X. Mayoritas siswa baru mempunyai tingkat kesadaran terhadap lingkungan yang beda, akibat dari asal sekolah sebelumnya berbeda-beda. Hal tersebutlah yang menjadikan kesadaran terhadap peduli lingkungan rendah dan menjadi penghambat dalam melaksanakan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak.
Untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi, Bapak
Siswadi, selaku ketua tim program Adiwiyata
memberikan pendapatnya sebagaimana berikut:
Perubahan warga sekolah setiap tahun ajaran baru, memang menjadi hambatan dalam pelaksanaan program Adiwiyata. Perubahan warga sekolah tersebut biasanya ditandai dengan masuknya siswa baru yang menduduki kelas X yang minim akan kesadaran lingkungan. Maka upaya untuk meningkatkan kesadaran lingkungan, pada pelaksanaan Masa Orientasi Siswa (MOS), siswa baru diberikan materi mengenai lingkungan. Serta mencantumkan mata pelajaran lingkungan hidup sebagai salah satu mata pelajaran muatan lokal (mulok) di SMA Negeri 2 Demak yang diberikan kepada siswa-siswi.
Kebijakan memberikan mata pelajaran lingkungan
hidup sebagai mata pelajaran muatan lokal sesuai
dengan komponen dan standar Adiwiyata dalam
program Adiwiyata tercantum pada lampiran II
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang pedoman
pelaksanaan program Adiwiyata pada point kedua,
pelaksanaan kurikulum berbasis lingkungan.
Pelaksanaan kurikulum ini ditandai dengan adanya
pendidik memiliki kompetensi dalam mengembangkan
melakukan kegiatan proses pembelajaran tentang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Pelaksanaan program Adiwiyata mendapatkan
dukungan dari berbagai pihak. Pihak guru mendukung
dengan cara bersedia menjadi Pembina untuk
masing-masing kelompok kerja program Adiwiyata. Agar kinerja
dari masing-masing pokja terarah pada program
Adiwiyata. Untuk itu N.A. Sobri, selaku Kepala Sekolah
sekaligus penanggung jawab program Adiwiyata
memberikan penjelasan tentang pembagian kelompok
kerja sebagaimana berikut:
Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak terdapat 24 kelompok kerja, yaitu: (1) Pokja portofolio, guru mata pelajaran, guru PLH & wali kelas, (2) Pokja penghijauan & penataan, perawatan taman kelas X, XI dan XII, (3) Pokja penghijauan keanekaragaman hayati, penangkaran flora fauna dan tanaman obat keluarga (TOGA), (4) Pokja green house, (5) Pokja kraniasasi, biopori dan drainase, (6) Pokja sarana prasarana, (7) Pokja komposting, (8) Pokja daur ulang plastik, (9) Pokja daur ulang kertas, (10) Pokja kebersihan lingkungan, (11) Pokja kebersihan kamar mandi, (12) Pokja kesehatan lingkungan, (13) Pokja kader kesehatan remaja, (14) Pokja uji kelayakan, pengawasan makanan & kantin sehat, (15) Pokja kreatifitas boga, (16) Pokja posterisasi, (17) Pokja mading dan karya tulis siswa, (18) Pokja kerohanian, (19) Pokja polisi lingkungan, kesehatan lingkungan, satpam, pembinaan mental & dokumentasi, (20) Pokja dokumentasi dan web, (21) Pokja bank sampah, (22) Pokja kultur lingkungan, (23) Pokja kebersihan kelas, (24) Pokja satpam/penjaga malam.
Pembagian kelompok kerja tersebut sesuai dengan
komponen dan standar Adiwiyata dalam program
Adiwiyata tercantum pada lampiran II Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2013
point ketiga, kegiatan lingkungan berbasis partisipatif.
Adanya pokja-pokja tersebut sebagai wujud kegiatan
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang
terencana bagi warga sekolah.
Program Adiwiyata diusahakan untuk bekerjasama
dengan pihak luar sekolah. Di SMA Negeri 2 Demak
melakukan kerjasama dengan Badan Lingkungan
Hidup (BLH) dan Dinas Pekerja Umum (DPU). Bentuk
kerjasama tersebut BLH bersedia untuk memberikan
penyuluhan dan pelatihan mengenai lingkungan hidup.
Serta memberikan alat-alat, seperti alat komposting
dan penggiling untuk membuat pupuk kompos. Dan
bentuk kerjasama dengan DPU yaitu bersedia untuk
mengangkut sampah-sampah yang berada di sekolah
apabila sampah tersebut tidak dapat dikelola sendiri
oleh pihak sekolah. Bapak N.A. Sobri, selaku
penanggungjawab program Adiwiyata, memberikan
pendapatnya:
Siswadi, selaku ketua tim program Adiwiyata juga
memberikan penjelasannya terkait dengan kerjasama
pada Instansi Pemerintah sebagaimana berikut:
Kerjasama dengan instansi lain sangat mendukung pelaksanakan program Adiwiyata. Instansi yang membantu dalam pelaksanaan program Adiwiyata utamanya berasal dari Badan Lingkungan Hidup (BLH). Bentuk kerjasama antara sekolah dengan BLH, ialah bersedia memberikan pembinaan guna meningkatkan kesadaran terhadap lingkungan, melalui penyuluhan ataupun pelatihan. Namun hal tersebut belumlah berjalan dengan kontinyu setiap bulannya, sehingga adanya pemberian penyuluhan sifatnya beberapa kali saja belum rutin.
Upaya bekerjasama dengan pihak luar sekolah
sesuai dengan komponen dan standar Adiwiyata dalam
program Adiwiyata tercantum pada lampiran II
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik
Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang pedoman
pelaksanaan program Adiwiyata pada point ketiga,
kegiatan lingkungan berbasis partisipatif yaitu menjalin
kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat,
pemerintah, swasta, media, sekolah lain).
SMA Negeri 2 Demak benar-benar sekolah yang
mempunyai program untuk peduli dan budidaya
lingkungan, guna mendukung suasana untuk
menuntut ilmu yang kondusif. Sebagai salah satu
wujudnya, Kepala Sekolah menetapkan kelompok kerja
atau disebut pokja yang mempunyai kegiatan yang
lingkungan dan menjaga kelestarian lingkungan. Hal
itu guna menumbuhkan kesadaran warga sekolah
untuk peduli dengan lingkungan.
Hal ini sesuai dengan komponen dan standar
Adiwiyata dalam program Adiwiyata tercantum pada
lampiran II Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang
pedoman pelaksanaan program Adiwiyata pada point
keempat, pengelolaan sarana pendukung ramah
lingkungan. Dengan berbagai pokja, sebagai
ketersediaan sarana prasarana pendukung yang ramah
lingkungan bagi siswa untuk berkreasi dalam peduli
dan berbudaya lingkungan. Secara tidak langsung akan
terjadi peningkatan kualitas pengelolaan sarana dan
prasarana yang ramah lingkungan di sekolah.
4.1.2.3 Evaluasi Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak
Pelaksana program Adiwiyata, pihak sekolah
bermusyawarah untuk menentukan kegiatan atau
agenda yang akan dilakukan pada setiap awal tahun
ajaran baru. Setiap individu bebas untuk
menyampaikan aspirasi untuk kegiatan Adiwiyata.
Aspirasi-aspirasi tersebut akan dimusyawarahkan,
untuk diputuskan berdasarkan kesepakatan bersama.
Kesepakatan tersebut akan ditindak lanjuti di lapangan
untuk mengetahui perkembangan dan hasil
pelaksanaan program Adiwiyata yang sudah
diagendakan berdasarkan kesepakatan bersama.
Evalusi diharapkan dapat mengetahui perkembangan
dan hasil tindak lanjut di lapangan, sudah berjalan
dengan baik dan lancar atau belum. Sehingga perlu
adanya monitoring secara berkelanjutan dan
berkesinambungan. Bapak N.A. Sobri, selaku
penanggungjawab program Adiwiyata, memberikan
pendapatnya terkait dengan kegiatan evaluasi:
Menurut saya setiap kegiatan selalu ada evaluasi, agar mengetahui perkembangan dan hasil dari pelaksanaan program. Tidak terkecuali evaluasi pada program Adiwiyata yang dapat mengukur perkembangan dan hasil dari pelaksanaan Program Adiwiyata. Apabila terdapat permasalahan yang berpengaruh pada perkembangan dan hasil, sehingga kurang sesuai dengan yang diharapkan, dapat mencari solusi sebagai upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
Adapun evaluasi utamanya dilakukan terhadap
pelaksana program Adiwiyata yaitu pada siswa dan
warga sekolah di SMA Negeri 2 Demak. Pelaksana dari
evaluasi program Adiwiyata terhadap siswa dan warga
sekolah dilakukan oleh pembina program Adiwiyata.
Kriteria evaluasi ini difokuskan pada keaktifan siswa
dan warga sekolah dalam program Adiwiyata dan
pemahaman terhadap pengolahan lingkungan. Evaluasi
ini dilakukan oleh pembina program Adiwiyata.
memberikan penjelasannya terkait dengan kegiatan
evaluasi sebagaimana berikut:
Menurut saya evaluasi terhadap siswa dan warga sekolah perlu dilakukan untuk mengetahui keaktifan dan pemahaman siswa dan warga sekolah tersebut dalam pelaksanaan program Adiwiyata. Selain itu, sebagai tolak ukur keaktifan siswa dan warga sekolah dalam program Adiwiyata. Serta dapat sebagai motivasi siswa dan warga sekolah agar lebih aktif dalam pelaksanaan program Adiwiyata.
Untuk mengetahui apakah tim sekolah berhasil
mencapai target yang tercantum dalam program
Adiwiyata atau tidak, maka harus dilakukan
pemantauan dan mengukur kemajuan yang
diharapkan. Proses pendampingan terus menerus akan
membantu memastikan bahwa kegiatan ini tetap
berkelanjutan. Adapun pendampingan senantiasa
dilakukan untuk mensukseskan program Adiwiyata
sebagaimana disampaikan oleh Bapak Suharto, selaku
pokja portofolio, guru mapel, guru PLH dan wali kelas
sebagai berikut:
Adapun pengawasan yang dilakukan akan tergantung pada sasaran dan kriteria pengukuran yang telah ditetapkan diantaranya yang dilakukan mengadakan sosialisasi terhadap kelas, melakukan piket bergilir antar kelas, dan memberikan penyuluhan terhadap kepedulian lingkungan.
SMA Negeri 2 Demak telah melakukan sosialisasi
kepada warga sekolah baik, melalui rapat, upacara, di
kelas atau dalam kesempatan lain di lingkungan
sekolah. Pihak yang mensosialisasikan terdiri dari
kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik dan
tenaga kependidikan sesuai dengan kewenangannya.
Sosialisasi bukan hanya kepada warga sekolah tetapi
juga kepada pihak lain yang terkait dengan sekolah
seperti komite, orang tua, dan pihak lain.
Adapun tanggapan oleh beberapa siswa mengenai
bentuk pendampingan untuk mensukseskan program
Adiwiyata sekolah diantaranya sebagai berikut:
Fitri Fatmawati berpendapat bahwa dalam pengawasan pelaksanaan program Adiwiyata contoh seperti kebersihan kelas, maka perlu adanya pendampingan oleh guru piket yang telah dijadwalkan, sehingga para siswa dan warga sekolah aktif dalam hal menjaga kebersihan lingkungan.
Ali Mahmudi memberi tanggapan bahwa untuk melaksanakan program Adiwiyata yang telah ditetapkan, maka perlu dilakukan bersama-sama secara bergotong royong dengan para warga sekolah termasuk guru, staf, tata usaha dan yang lainnya.
Putri Laras berpendapat bahwa pendampingan perlu dilakukan oleh guru maupun kepala sekolah, dan berhak secara tegas menerapkan sanksi bagi para pelanggar semisal ada yang membuang sampah sembarangan dan mengotori kelas dengan mencorat-coret meja ataupun kursi.
Dalam beberapa kasus akan ada cara mudah dan
akurat untuk mengukur kemajuan, antara lain yang
dikemukakan oleh Ibu Mustikasari, selaku koordinator
pokja bank sampah sebagai berikut:
sejauhmana pengaruh kegiatan pengelolaan sampah. Mendokumentasikan setiap tahap kegiatan sebelum, selama dan setelah foto-foto untuk membandingkan perubahan yang terjadi di sekolah. Menggunakan kuesioner dan survei untuk mengumpulkan data kemajuan kegiatan dengan melibatkan siswa.
Kemudian Bapak Siswadi, selaku ketua tim
program Adiwiyata juga memberikan penjelasannya
terkait dengan hasil pengawasan program Adiwiyata
dan tingkat ketercapaiannya sebagaimana berikut
Adapun hasil pemantauan dan pengawasan diumumkan ke warga sekolah, misalnya dalam bentuk grafik. Dan juga kemajuan kegiatan program kerja Adiwiyata akan diumumkan di papan pengumuman sekolah, sehingga warga sekolah mengetahui tingkat perkembangan keberhasilannya, namun hal tersebut belumlah sepenuhnya dilakukan oleh pihak sekolah.
Beliau menegaskan bahwa evaluasi kegiatan
memungkinkan sekolah untuk membuat perubahan
pada rencana program Adiwiyata jika diperlukan. Data
pemantauan akan membantu mengidentifikasi apakah
mencapai sasaran atau tidak dan apakah sudah efektif
atau belum. Dengan evaluasi itu tim dapat
memutuskan apakah perubahan sasaran awal,
kegiatan yang diperlukan, dan apa yang harus
dilibatkan. Salah satu cara yang sangat efektif untuk
mengevaluasi sasaran adalah melakukan tindak lanjut
kajian lingkungan.
Sasaran awal dari program sekolah Adiwiyata
(sekolah peduli dan berbudaya lingkungan) adalah
lingkungan di sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Untuk memastikan sasaran awal ini tercapai adalah
memastikan sebanyak mungkin orang ambil bagian
dalam kegiatan ini dan warga sekolah terlibat
didalamnya.
Kepala Sekolah memberikan pernyataannya bahwa
salah satu cara terbaik dalam kegiatan evaluasi yaitu
melibatkan warga sekolah untuk mengatur kegiatan
rutin dan hari-hari tertentu yang dianggap penting
(action day). Pada waktu tertentu hari aksi adalah kesempatan bagi semua orang di sekolah, siswa, guru
dan staf serta pihak yang berkepentingan dari
masyarakat setempat, untuk bersama-sama mencapai
beberapa target yang ditetapkan dalam perencanaan
program Adiwiyata yang ditetapkan.
Hari aksi perlu terencana, baik dalam hal
mengalokasikan tanggung jawab dan memastikan
bahwa semua orang tahu tentang kegiatan tersebut.
Action day penting, tetapi kegiatan rutin juga sangat penting. Kegiatan seperti daur ulang, penghematan
energi dan air hanya berhasil jika semua orang yang
terlibat. Melibatkan masyarakat luas dalam sekolah
Adiwiyata sangat bermanfaat. Orang tua siswa,
masyarakat sekitar, dan pemerintah lokal dan dunia
informasi, pelatihan atau membantu membiayai
kegiatan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Perencanaan Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak
Sebelum melaksanakan program Adiwiyata, terlebih dahulu perlu menyusun perencanaan. Perencanaan merupakan suatu proses penyusunan gambaran kegiatan di masa depan dalam rangka untuk mencapai perubahan atau tujuan yang telah ditetapkan. Pada definisi tersebut dinyatakan bahwa perencanaan ditujukan untuk merubah masa depan. Masa depan yang diinginkan adalah program berkualitas yang disiasati secara terstruktur dan terprogram melalui perencanaan sejak awal sehingga masa depan bukanlah hasil dari kebetulan semata.
Ide mewujudkan Sekolah Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak berawal dari ide membangkitkan kesadaran dan kearifan lingkungan kepada masyarakat, dengan dua pertimbangan dasar. Pertama, kegiatan sekolah langsung diketahui oleh masyarakat luas dan selalu meningkatkan peran serta orangtua siswa dan siswa.
melalui penghayatan lingkungan oleh seluruh warga sekolah, termasuk orangtua siswa dan lingkungan dekat sekolah, bahkan lintas daerah secara nasional.
Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementrian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam pelaksanaannya Kementrian Negara Lingkungan Hidup bekerjasama dengan para
steakholder, menggulirkan program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.
Namun seringkali perencanaan program dibuat hanya dengan cara melakukan plagiasi atau replikasi program-program yang sudah dilakukan pada periode sebelumnya dan hanya dilakukan penambahan seperlunya. Hal ini tidak sepenuhnya salah, akan tetapi jika mengesampingkan kegiatan analisa terhadap sumber-sumber daya sekolah, maka plagiasi dan replikasi program akan membuat sekolah tidak berkembang dan bergerak di tempat.
kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam”. Agar suasana lingkungan yang kondusif dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan, maka kesemua norma tersebut perlu dimiliki semua komponen yang ada di sekolah tersebut.
Perencanaan program Adiwiyata didasarkan pada dua prinsip dasar yaitu “prinsip partisipatif dan berkelanjutan”. Prinsip partisipatif artinya komunitas sekolah terlibat dalam manajemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggungjawab dan peran. Prinsip berkelanjutan artinya bahwa seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan terus menerus secara komprehensif.
Langkah awal dalam perencanaan program Adiwiyata yaitu dengan membentuk tim sekolah sebagai Tim Adiwiyata yaitu tim yang berperan dalam pelaksanaan program Adiwiyata diantaranya bertugas mengelola lingkungan di sekolah, termasuk di dalamnya bagaimana melibatkan semua unsur warga sekolah menjadi penting termasuk keterlibatan aktif dari seluruh siswa.
Beberapa hal yang menjadi kendala dan kesenjangan dalam perencanaan program Adiwiyata, diantaranya sebagai berikut:
Pertama: seluruh warga sekolah belumlah mengetahui dan mengenal program Sekolah Adiwiyata yang dicanangkan atau direncanakan oleh sekolah sehingga kesadaran akan menjalankan program masih minim dan juga belum terbangunnya komunikasi yang kuat untuk memastikan semua warga sekolah mengetahui perkembangan program yang telah terlaksana.
Kedua: belumlah dapat dipastikan bahwa semua komponen warga sekolah (terutama siswa) terwakili dalam proses memberi usulan atau pendapat terlebih dalam pengambilan keputusan.
Ketiga: kurangnya komunikasi diantara siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah dalam pelaksanaan program Adiwiyata, sehingga terjadi kurangnya komitmen maupuan kerjasama dalam hal mensukseskan program.
masalah terkait dengan perencanaan program Adiwiyata yaitu sebagai berikut.
Pertama: dalam hal perencanaan hendaknya lebih menekankan pada setiap warga sekolah melaksanakan kegiatan perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup yang terencana: memelihara dan merawat gedung dan lingkungan hidup yang terencana dimana fokus kegiatannya adalah adanya kegiatan kebersihan kelas melalui jadwal piket, adanya kegiatan jum’at bersih yang didukung jadwal jum’at bersih, adanya Kegiatan perawatan gedung dan sekolah, adanya kegiatan lomba kebersihan kelas memperingati hari ulang tahun sekolah, kegiatan perawatan taman kelas dengan pembagian kavling.
Kedua: dalam perencanaan program Adiwiyata sekolah benar-benar mempunyai program untuk peduli dan budidaya lingkungan, guna mendukung suasana untuk menuntut ilmu yang kondusif. Sebagai perwujudannya, di sekolah mengembangkan kegiatan pembelajaran ekstrakurikuler yang sesuai dengan upaya perlindungan dan pengelolahan lingkungan hidup: kegiatan penanaman dan perawatan toga, kegiatan kerja bakti dan penghijauan saat orientasi siswa baru, pembentukan kelompok kebersihan jasmani dan rohani, kegiatan pengembangan diri melalui ekstra PMR.
4.2.2 Pelaksanaan Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak
perlindungan lingkungan melalui pendidikan. Adapun kebijakan yang dibuat oleh pemerintah yaitu melalui Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 tahun 2013 diterjemahkan menjadi program sekolah Adiwiyata. Pelaksanaan program tersebut terdapat alur sebagaimana yang dilakukan oleh SMA Negeri 2 Demak dalam melaksanakan program sekolah Adiwiyata. Alur tersebut terdiri dari sosialisasi oleh Badan Lingkungan Hidup (BLH) dan Dinas Pendidikan Kota Demak, pembentukan tim Adiwiyata di sekolah, menyusun kajian lingkungan dan rencana aksi, penilaian oleh tim BLH dan penghargaan sekolah Adiwiyata.
sarana prasarana berupa paving block, ruang terbuka hijau atau green house, dan tempat daur ulang.
Namun terdapat kendala dalam meningkatkan kualitas pengelolaan dan perlindungan hidup yaitu
pertama: keterbatasan biaya pengadaan sarana pendidikan lingkungan hidup beserta perawatannya,
kedua: pemahaman yang belum seragam mengenai tujuan pencapaian program Adiwiyata, seperti pemahaman para siswa, petugas kantin dan masyarakat sekitar dan yang ketiga: yaitu dukungan masyarakat dan instansi lain yang masih rendah.
Pelaksanaan program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak dapat berjalan dengan baik dan lancar, apabila seluruh warga sekolah ikut berpartisipasi. Dalam melaksanakan program Adiwiyata tidak akan bisa berjalan, apabila hanya dilakukan oleh salah satu pihak. Mulai dari kepala sekolah, para guru, karyawan, dan seluruh siswa ikut andil dalam pelaksanaan program Adiwiyata. Harapan sekolah dalam mensukseskan pelaksanaan program Adiwiyata sebagaimana point berikut:
Kedua: Adanya pokja-pokja tersebut sebagai wujud kegiatan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang terencana bagi warga sekolah. Kebijakan sekolah yang membagi tugas melalui kelompok kerja, menunjukkan bahwa kepala sekolah memiliki perhatian yang besar untuk pelaksanaan program Adiwiyata yang peduli dan berbudaya lingkungan, karena dengan membagi kelompok kerja akan memudahkan dalam pelaksanaannya.
Ketiga: Dukungan penuh dari pihak sekolah, dimana pihak sekolah membuat kebijakan dengan merubah visi dan misi yang mengarah kepada peduli dan berbudaya lingkungan. Kebijakan sekolah yang mencantumkan visi dan misi tentang lingkungan hidup, menunjukkan bahwa sekolah memiliki kebijakan dan perhatian terhadap program Adiwiyata yang peduli dan berbudaya lingkungan secara eksplisit. Dengan demikian kebijakannya sejalan dengan program pemerintah yang dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup.
mendapatkan materi lingkungan hidup setiap guru memberikan pelajaran di kelasnya.
Kelima: Pihak guru mendukung dengan cara bersedia menjadi pembina untuk masing-masing kelompok kerja program Adiwiyata. Kebijakan sekolah yang mencantumkan guru sebagai koordinator pokja, menunjukkan bahwa sekolah memperhatikan betul terwujudnya program Adiwiyata yang peduli dan berbudaya lingkungan, karena dengan pembinaan tersebut akan memudahkan bagi warga sekolah untuk melakukan kerja terbaiknya, dan itu menjadi peringatan bagi warga sekolah betapa pentingnya menjaga lingkungan sekolah.
Keenam: menjalin kerjasama atau kemitraan dalam rangka perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dengan berbagai pihak (masyarakat, pemerintah, swasta, media, sekolah lain). Kebijakan sekolah yang mengadakan kerjasama atau kemitraan dengan sekolah atau lembaga lain yang terkait dengan lingkungan hidup menunjukkan bahwa sekolah ingin benar-benar bahwa apa yang diprogramkannya itu sejajar dengan sekolah atau lembaga lain yang memiliki cita-cita yang sama. Kemitraan yang telah dilakukan antara lain dengan Dinas Lingkungan Hidup dan SMA Negeri 1 Demak.
4.2.3 Pengawasan Program Adiwiyata di SMA Negeri 2 Demak
hasil dari adnya suatu program Adiwiyata apakah ada perbedaan antara sebelum adanya program dengan sesudah adanya program. Evaluasi program adalah menilai keberhasilan/kegagalan kebijakan berdasarkan indikator-indikator yang telah ditentukan. Indikator-indikator untuk mengevaluasi kebijakan biasanya menunjuk pada dua aspek yaitu aspek hasil dan aspek proses. Evaluasi program terkait dengan kegiatan penaksiran, pemberian angka dan penilaian pada perumusan kebijakan atau pembuatan perencanaan, pelaksanaan program dan evaluasi tindak lanjut, mengingat ketiga komponen tersebut menentukan apakah akan dapat berhasil atau tidak.
Adapun evaluasi utamanya dilakukan terhadap pelaksana Program Adiwiyata yaitu pada siswa dan warga sekolah di SMA Negeri 2 Demak. Evaluasi terhadap siswa dan warga sekolah perlu dilakukan untuk mengetahui keaktifan dan pemahaman siswa dan warga sekolah tersebut dalam pelaksanaan program Adiwiyata. Selain itu, sebagai tolak ukur keaktifan siswa dan warga sekolah dalam program Adiwiyata. Serta dapat sebagai motivasi siswa dan warga sekolah agar lebih aktif dalam pelaksanaan program Adiwiyata.
mengumpulkan data kemajuan kegiatan dengan melibatkan siswa.
SMA Negeri 2 Demak telah melakukan sosialisasi kepada warga sekolah baik, melalui rapat, upacara, di kelas atau dalam kesempatan lain di lingkungan sekolah. Pihak yang mensosialisasikan terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, pendidik dan tenaga kependidikan sesuai dengan kewenangannya. Sosialisasi bukan hanya kepada warga sekolah tetapi juga kepada pihak lain yang terkait dengan sekolah seperti komite, orang tua, dan pihak lain. Sejalan dengan itu dapat dipahami bahwa sosialisasi merupakan hal penting dilakukan, dimana sosialisasi dapat diartikan sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Jadi sosialisasi berkaitan dengan program Adiwiyata yang peduli dan berbudaya lingkungan menjadi keharusan disosialisasikan kepada warga sekolah supaya semuanya paham dengan program sekolah. Setelah dipahami tentunya mudah pula untuk dilaksanakan warga sekolah, karena hal tersebut merupakan program yang baik dan sesuai dengan kebutuhan.
seringkali dilakukan oleh instansi lain yang dimungkinkan tidak bisa rutin dan pelaksanaannya hanya jika dijadwalkan saja.
Evaluasi kegiatan memungkinkan sekolah untuk membuat perubahan pada rencana program Adiwiyata jika diperlukan. Data pemantauan akan membantu mengidentifikasi apakah mencapai sasaran atau tidak dan apakah sudah efektif atau belum. Dengan evaluasi itu tim dapat memutuskan apakah perubahan sasaran awal, kegiatan yang diperlukan, dan apa yang harus dilibatkan. Salah satu cara yang sangat efektif untuk mengevaluasi sasaran adalah melakukan tindak lanjut Kajian Lingkungan.
SMA Negeri 2 Demak pada dasarnya telah memiliki prestasi dalam program Adiwiyata yang peduli dan berbudaya lingkungan. Hal itu terlihat dari lingkungan sekolah yang makin tertata rapi, makin bersih dan indah. Perlombaan intern dilakukan dilakukan sepanjang tahun, dimana penilaiannya dilakukan setiap akhir semester. Kelas yang terbaik mendapat penghargaan atau hadiah dari sekolah. Hal itu didukung dengan hasil observasi yang menunjukkan tim penilai secara rutin melakukan penilaian.
berkelanjutan tersebut sekolah menjadi makin bersih dan indah.
Setelah melakukan evaluasi program adiwiyata menunjukkan SMA Negeri 2 Demak secara bertahap perilaku warga sekolah terkait dengan peduli dan berbudaya lingkungan mengalami peningkatan dibanding dengan sebelumnya. Hal itu dapat dilihat dari makin bersihnya lingkungan, makin rindang, makin kondusif untuk proses pembelajaran, dan kepedulian warga terhadap lingkungan sekolah yang makin baik. Demikian pula dokumen yang ada di sekolah menunjukkan adanya perbaikan dari waktu ke waktu.