• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program T2 942011087 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Faktor Penyebab Guru Bimbingan & Konseling SLTA di Salatiga Tidak Melakukan Evaluasi Perencanaan Program T2 942011087 BAB I"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan program Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah sebagai program BK komprehensif. Terdapat empat komponen dalam program BK Komprehensif, yaitu Layanan Dasar, Perencanaan Individual, Layanan Responsif, dan Dukungan Sistem. Keempat komponen tersebut bertujuan untuk membantu perkembangan siswa dalam bidang belajar, pribadi, sosial, dan karier.

(2)

tujuan program yang berusaha dicapai menggunakan strategi dan sumber yang tidak tepat. Perencanaan yang baik memberikan manfaat agar program BK dapat dilaksanakan dengan efektif dan efisien kedepannya (Nurihsan & Sudianto, 2005).

Program BK Komprehensif disusun untuk membantu siswa memperoleh kompetensi dalam menghadapi isu-isu yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan mereka dan setiap siswa memiliki potensi dan kebutuhan yang unik (Gysbers & Henderson, 2006). Lebih luas dari apa yang disampaikan oleh Badrujaman mengenai tiga komponen dalam perencanaan program BK, Gysbers & Henderson (2006) menjelaskan perencanaan program BK Komprehensif sebagai sebuah kegiatan menilai dan menganalisis program BK yang ada saat ini secara menyeluruh dari berbagai sisi. Yang penting untuk dinilai dan dianalisis adalah informasi status siswa dan komunitas mereka; keberadaan sumber-sumber dan pemanfaatannya; penyampaian program BK terkini; dan persepsi warga sekolah tentang program BK terkini. Kegiatan menilai dan menganalisis program BK terkini ini dimaksudkan agar perencana program BK dapat menemukan apa yang sebenarnya menjadi kebutuhan siswa untuk nantinya dapat membantu mengembangkan potensi sosial dan psikologi siswa.

(3)

& Trusty, 2005). Dengan melaksanakan evaluasi, guru BK dapat mengetahui apakah tujuan program sudah terpenuhi atau belum, menentukan apa yang perlu diubah, dan dapat memberikan informasi kepada stakeholder mengenai program dan capaiannya (Consortium on School Networking, 2003). Jika pada saat mengevaluasi perencanaan ditemukan kebutuhan-kebutuhan siswa yang belum terakomodasi dalam program, guru BK dapat segera melakukan perbaikan sehingga siswa mendapatkan layanan sesuai dengan kebutuhan dan masalahnya. Jika pembagian waktu atau alokasi dana yang sudah direncanakan kurang sesuai dengan kondisi di lapangan, guru BK dapat segera melakukan penyesuaian. Sebelum program dilaksanakan harus dipastikan bahwa perencanaan telah dievaluasi.

(4)

Shertzer & Stone (1981) mengemukakan tujuh alasan yang menyebabkan guru BK tidak melakukan evaluasi terhadap programnya. Pertama, guru BK tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan evaluasi. Kedua, guru BK tidak memiliki pengetahuan mengenai evaluasi program. Ketiga, perilaku manusia tidak mudah untuk diukur. Keempat, data sekolah yang tersedia cenderung tidak lengkap. Kelima, evaluasi membutuhkan anggaran tersendiri. Keenam, guru BK mengalami kesulitan dalam penggunaan kelompok kontrol. Ketujuh, guru BK kesulitan memformulasikan kriteria yang sesuai dan dapat diukur. Ketujuh hal tersebut disinyalir menjadi alasan-alasan yang menyebabkan kegiatan evaluasi program BK terkesampingkan bahkan tidak tersentuh.

Program BK merupakan sebuah program yang unik dan kompleks sedangkan waktu yang tersedia dari sekolah bagi guru BK terbatas. Hal ini menyebabkan program BK hanya terfokus pada pelaksanaannya, maka menjadi terlihat masuk akal jika kegiatan evaluasi yang membutuhkan waktu khusus untuk melakukan pengukuran dengan metode-metode tertentu menjadi terabaikan.

(5)

kepribadian sehingga layanan BK yang diberikan pun harus lebih intensif (Winkel & Hastuti, 2006). Pada masa SLTA, remaja mengalami gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari norma-norma sosial yang berlaku (Zulkifli, 2009). Tugas perkembangan yang harus dicapai siswa SLTA dengan bantuan kegiatan dan layanan BK adalah tugas perkembangan untuk pemenuhan kebutuhan psikologi dan sosial mereka (Wellman & Moore dalam Gysbers & Henderson, 2006)

15 SLTA di Salatiga menyatakan membuat perencanaan program BK dengan diawali mengidentifikasi kebutuhan dan masalah siswa tiap awal tahun pelajaran. Hal ini memberikan interpretasi bahwa program BK memiliki kemungkinan berubah tiap tahunnya karena siswanya juga berubah. Tabel di bawah ini memberikan gambaran hasil evaluasi perencanaan program BK kelas XI tahun 2013-2014 di 15 SLTA di Salatiga:

Tabel 1.1

(6)

menyusun dan konsep yang penting untuk kompetensi sebagai warga negara juga belum terakomodasi dalam program BK. Semua program BK SMA dan MA terfokus pada bidang bimbingan belajar sedangkan pada SMK terfokus pada bidang bimbingan karier.

(7)

Sumber: Program BK kelas XI SLTA di Salatiga

Dalam tiga tahun pelajaran terakhir (2011-2012, 2012-2013, dan 2013-2014), program BK Kelas XI tidak mengalami perubahan. Program BK tahun 2013-2014 masih sama dengan program BK tahun 2011-2012. Guru BK yang tidak memiliki jam masuk kelas hanya masuk kelas jika ada jam kosong tetapi program BK tertulis mereka penuh dengan kegiatan dan layanan yang tidak sesuai dengan waktu yang mereka miliki. Interpretasinya, ketika menyusun perencanaan program BK, guru BK tidak memperhatikan waktu yang mereka miliki. Guru BK menyusun perencanaan program dan kemudian langsung melaksanakannya tanpa ada pihak-pihak yang melakukan evaluasi terhadap perencanaan tersebut. Sejak Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan diterapkan, sejak saat itu juga program BK sekolah semestinya mengacu kepada BK Komprehensif, tidak lagi menggunakan pola 16 atau pola 16+ yang diterapkan sebelumnya tetapi sampai sekarang guru BK masih belum familiar dengan rambu-rambu penyelenggaraan program BK Komprehensif. Program mereka masih mengikuti program-program yang pernah disusun tahun-tahun sebelumnya. Guru BK juga tidak memiliki data persepsi warga sekolah mengenai program BK.

Badrujaman (2011) berpendapat bahwa tidak adanya perbaikan dalam program menyebabkan kegiatan dalam

(8)

program BK akan berulang setiap tahunnya dan menurunkan minat siswa untuk berpartisipasi dalam program BK. Angket yang disebar kepada 90 siswa kelas XI dari sekolah yang berbeda untuk menanyakan ketertarikan mereka terhadap kegiatan BK sekolah menunjukkan hasil 31,1% siswa tertarik, 63,3% tidak terlalu tertarik, dan 5,6% tidak tertarik dengan kegiatan BK di sekolahnya. 88,8% tidak paham dengan arti penting layanan BK, 18,8% tidak terlalu paham, dan hanya 4,44% yang menyatakan paham.

Evaluasi perencanaan menjadi penting karena evaluasi ini merupakan tanda kegagalan atau kesuksesan sebuah program (Badrujaman, 2011). Jika perencanaan tidak dievaluasi maka yang terjadi adalah guru BK tidak dapat mendeteksi sejak awal apa yang sebenarnya perlu diperbaiki dalam programnya. Sayangnya sebagian besar guru BK di SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan ini sehingga penting dicari penyebabnya mengapa guru tidak melaksanakan kegiatan evaluasi perencanaan.

(9)

penyebab para guru BK tidak melakukan evaluasi perencanaan program.

1.2 Rumusan Masalah

Faktor signifikan apa yang menjadi penyebab guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan terhadap program BK sekolah?

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk menemukan faktor signifikan yang menyebabkan guru BK SLTA di Salatiga tidak melakukan evaluasi perencanaan terhadap program BK sekolah.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoritis maupun praktis.

1.4.1 Manfaat Teoritis

(10)

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini akan memberikan masukan bagi pihak sekolah untuk menentukan kebijakan dalam evaluasi perencanaan program BK.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan tesis dalam penelitian ini dipaparkan sebagai berikut:

BAB I berisikan Pendahuluan yang terdiri atas Latar belakang, Rumusan Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II berisikan landasan teori yang terdiri dari Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan & Konseling dan Alasan Tidak Dilaksanakannya Evaluasi Perencanaan Program Bimbingan dan Konseling

BAB III berisikan Metode Penelitian yang melilputi Jenis Penelitian, Waktu, dan Lokasi Pengambilan Data; Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data; dan Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(11)

Validitas dan Reliabilitas Angket, dan Pembahasan Hasil Penelitian

BAB V berisikan Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan angka 1 s.d 7 diatas, Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara mengumumkan pemenang seleksi umum paket pekerjaan

Pada hari ini Selasa Tanggal Sembilan Bulan Oktober Tahun Dua ribu dua belas, kami yang bertanda bawah ini Panitia Pengadaan Barang/Jasa Pada Sekretariat DPRD Kabupaten Kampar

Misalnya, representasi fundamental SU(3) dideskripsikan dengan diagram gambar 4.1, dimana tiap titik dapat diasosiasikan dengan suatu kuark. Maka, diagram bobot dari

Telah dilakukan kajian mengenai medan Klein-Gordon dan medan Dirac pada ruang Minkowski tak komutatif dengan menggunakan teori Lagrangan untuk medan yang telah diperumum..

Simulated data with various noise levels was initially used to illustrate the robustness of the developed approach when compared to the DP method for

Tinjau persamaan (7.. Konsekuensinya, terdapat suatu koneksi 1-form.. Dengan demikian, masalah kita sekarang teralihkan menjadi masalah mencari matriks χ. Secara umum, masalah

Air rembesan ( l eachat e ) hasil dari proses pembusukan sampah akan mengalami perporasi yang mengandung bahan terlarut yang dapat berbahaya untuk kesehatan, dapat mencemari air