• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Program - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Supervisi Akademik di SD Negeri Gununggempol Jumo Temanggung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Evaluasi Program - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Supervisi Akademik di SD Negeri Gununggempol Jumo Temanggung"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Evaluasi Program

2.1.1 Pengertian Evaluasi

Evaluasi merupakan proses, mencari, dan pemberian informasi bermanfaat bagi pengambil

keputusan dalam menentukan alternatif keputusan”

(Stufllebeam dalam Arikunto dan Abdul Jafar, 2010 : 2). Definisi lain yang menyebutkan bahwa “Evaluasi dapat disamakan dengan penaksiran (appraisal), pemberian angka (rating), dan penilaian (assesment). Evaluasi berkenaan produksi informasi mengenai nilai

atau manfaat hasil kebijakan” (Dunn dalam Tilaar dan

Nugroho, 2008:26-27).

(2)

Dari beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil sebuah keputusan.

2.1.2 Pengertian Program

Ada dua pengertian untuk istilah program, yaitu pengertian secara khusus dan umum, program dapat diartikan sebagai rencana. Apabila program ini alngsung dikaitkan dengan evaluasi program maka program didefinisikan sebagai suatu unit atau kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang berkesinambungan, dan terjadi dalam suatu organisasi yang melibatkan sekelompok orang. Adatiga pengertian penting dan perlu ditekankan dalam menentukan program, yaitu (1) realisasi atau implementasi kebijakan, (2) terjadi dalam waktu yang relatif lama bukan kegiatan tunggal tapi jamak berkesinambungan, (3) terjadi dalam organisasi yang melibatkan ( dalam Arikunto dan Abdul Jafar, 2010, 2010:4).

(3)

yang akan dievaluasi merupakan kumpulan dari beberapa komonen atau unsur yang bekerja bersama-sama untuk mencapai tujuan program. Yang dimaksud dengan komponen program adalah bagian bagian menunjukkan nafas penting dari keterlaksanaan program (Arikunto dan Abdul Jabar, 2010: 10). Mungkin orang lebih senang menggunakan istilah

“unsure” dan ada pula yang mengistilahkan “faktor”.

Banyaknya komponen untuk masing-masing program tidak sama, sangat tergantung dari tingkat kompleksitas program yang bersangkutan.

2.1.3 Evaluasi Program

Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk melihat tingkat keberhasilan program. Ada beberapa pengertian tentang program sendiri. Dalam kamus (a) program adalah rencana, (b) program adalah kegiatan yang dilakukan dengan seksama. Melalui evaluasi program adalah kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinggi tingkat keberhasilan dari kegiatan yang direncanakan (Arikunto dan Abdul Jafar, 2010: 297).

(4)

adalah proses untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan telah terealisasikan.

Sudjana (2006:21) menjelaskan bahwa evaluasi program adalah upaya pengumpulan informasi mengenai suatu program, kegiatan atau proyek. Informasi yang dikumpulkan harus memenuhi persyaratan ilmiah, praktis, tepat guna, dan sesuai dengan nilai yang mendasari dalam setiap pengambilan keputusan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa evaluasi program merupakan proses pengumpulan data atau informasi yang ilmiah yang hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menentukan alternatif kebijakan.

2.2

Tujuan Evaluasi Program

Ada 2 macam tujuan evaluasi, yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Tujuan evaluasi program adalah ingin mengetahui seberapa efektif program yang sudah dilaksanakan, sedangkan tujuan khususnya adalah mengetahui seberapa tinggi kinerja masing-masing komponen sebagai faktor penting yang mendukung kelancaran proses dan pencapaian tujuan (Arikunto dan Abdul Jabar, 2010:19).

(5)

langkah mengetahui keterlaksanaan kegiatan program. Tujuan evaluasi berbeda-beda tergantung dari konsep atau pengertian seseorang tentang evaluasi. Konsep seseorang tentang evaluasi dipengaruhi oleh pandangan filosofis seseorang tentang posisi evaluasi sebagai suatu bidang kajian dan sebagai suatu profesi. Terkadang tujuan tersebut tercantum secara jelas, tetapi terkadang tidak tercantum dalam definisi yang dikemukakan.

2.3

Model Evaluasi Program

Dalam ilmu evaluasi program pendidikan, ada banyak model yang bisa digunakan untuk mengevaluasi suatu program. Meskipun antara satu dengan yang lainnya berbeda, tetapi maksudnya sama yaitu untuk melakukan kegiatan pengumpulan data atau informasi berkenaan dengan objek yang dievaluasi, yang tujuannya menyediakan bahan bagi pengambil keputusan dalam menentukan tindak lanjut suatu program.

2.4

Model Evaluasi CIPP

Pada penelitian ini menggunakan model CIPP. Model Evaluasi Context, Inoout, Process, Product (CIPP) dikembangkan oleh Stufflebeam, dldc(1967) di Ohio State University. CIPP merupakan sebuah singkatan dari huruf awal empat buah kata, yaitu :

(6)

Product evaluation : evaluasi terhadap hasil

Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan. Dengan kata lain, model CIPP adalah model evaluasi yang memandang program evaluasi sebagai sebuah sistem. Model CIPP hanya berhenti pada output product/ lulusan.

Keempat kata yang disebutkan diatas merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program. Penjelasan masing-masing komponen diatas adalah sebagai berikut:

A. Evaluasi konteks

Evaluasi konteks adalah upaya untuk mengambarkan dan merinci lingkungan kebutuhan yang tidak terpenuhi, populasi dan sampelyang dilayani, dengan tujuan proyek. Sudjana (2006: 54-55) menjelaskan bahwa evaluasi ini menjelaskan mengenai kondisi lingkungan yang relevan, menggambarkan kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi dan peluang yang belum dimanfaatkan.

(7)

Ada empat pertanyaan yang dapat diajukan sehubungan dengan evaluasi konteks, yaitu :

1. Kebutuhan apa saja yang belum terpenuhi oleh program ?

2. Tujuan pengembangan apakah yang belum dapat tercapai oleh program ?

3. Tujuan pengembangan apakah yang dapat membantu mengembangkan masyarakat ?

4. Tujuan-tujuan mana sajakah yang paling mudah dicapai ?

B. Evaluasi Masukan

Evaluasi masukan membantu menentukan sumber-sumber yang ada, rencana dan strategi untuk mencapai tujuan, bagaimana prosedur kerja untuk mencapai tujuannya.

Evaluasi masukan (input) program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber-sumber yang dapat digunakan untuk dapat mencapai tujuan program (Sudjana, 2006:55).

C. Evaluasi Proses (Process)

Evaluasi proses untuk mengetahui sejauh mana rencana yang telah dilaksanakan dan komponen apa yang belum diperbaiki.

(8)

secara maksimal sarana dan prasarana yang disediakan, dan hambatan-hambatan yang dijumpai selama program dan kemungkinan berkelanjutan program.

D. Evaluasi Produk (Hasil Produk)

Evaluasi prosuk merupakan tahapan evaluasi yang dilaksankan untuk mengukur keberhasilan dalam penyelesaian tugas yang telah dilaksanakan. Evaluasi produk merupakan tahap akhir dalam serangkaian kegiatan evaluasi.

2.5

Supervisi Akademik

A. Pengertian Supervisi

Supervisi memiliki pemahaman luas. Menurut Purwanto (Purwanto, 2004:76) menjelaskan bahwa supervisi adalah segala bantuan dari kepala sekolah, yang tertuju pada pengembangan kepemimpinan guru-guru dan personal sekolah lainnya didalam mencapai tujuan-tujuan pendidikan. Bantuan dari kepala sekolah untuk guru berupa dorongan, bimbingan akademik dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, serta bimbingan dalam dalam usaha pelaksanaan pembaharuan-pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran dan metode pembelajaran yang lebih baik, cara-cara penilaian yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran dan sebagainya.

(9)

mengembangkan kemampuannya mengelola proses belajar mengajar demi pencapaian tujuan pengajaran. Supervisi akademik merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya mencapai tujuan pengajaran (Daresh, 2001). Dengan demikian berarti esensial supervisi akademik itu sama sekali bukan untuk menilai kinerja guru dalam mengelola proses belajar mengajar, melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalismenya. Willes (1987) menjelaskan bahwa supervition is development of a better teaching learning situation. Supervisi adalah bantuan sedemikian rupa sehingga guru dapat belajar bagaimana meningkatkan kemampuan pribadinya untuk mecapai tujuan-tujuan belajar yang telah ditetapkan (Neagly & evans, 1980). Dari beberapa pendapat pelaksanaan supervisi dapat disimpulkan, bahwa supervisi akademik bertujuan :

- Meningkatkan profesioanlisme guru

- Mengembangkan kualitas pembelajaran

- Menumbuhkan motivasi

apabila tujuan supervisi akademik tercapai makanakan bermuara pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar, namun dalam tataran implementasinya kepala sekolah perlu memperhatikan prinsip-prinsip supervisi akademik yaitu praktis, sistematis, obyektif, realistis, antisipatif, kooperatif, kekeluargaan, demokratis, aktif, humanis,konstruktif, berkelanjutan, terpadu dan komprehensif.

(10)

1) Lingkungan Masyarakat tempat sekolah itu berada (petani, pedagang, intelek).

2) Besar keilnya sekolah menjadi tanggungjawab kepala sekolah (jumlah guru, jumlah murid).

3) Tingkatan dan jenis sekolah (SD, SMP, SMA). 4) Keadaan guru-guru

Bagaimana kehidupan sosial, ekonomi, dan kemampuannya.

5) Kecakapan dan keahlian kepala sekolah itu sendiri bagaimanapun baiknya situasi dan kondisi yang tersedia, jika kepala sekolah itu sendiri tidak mempunyai kecakapan dan keahlian yang diperlukan, semuanya tidak akan ada hasilnya. Adanya kecakapan dan keahlian yang dimiliki oleh kepala sekolah segala kekurangan yang ada akan menjadi perangsang yang mendorongnya untuk selalu berusaha memperbaiki dan menyempurnakannya.

(11)

mempengaruhi pertumbuhan dna perkembangan anak termauk ddalamnya perkembangan anak dalam kemampuan kognitif atau ilmu pengetahuan.

2.6

Tinjauan Penelitian Relevan

Penelitian tentang supervisi pendidikan telah banyak dilakukan diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Frans Sudirjo (2013) yang berjudul Pengaruh Supervisi dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Motivasi Untuk Peningkatan Kinerja Guru (Studi Empiris di SMPN 33 Kota Semarang) menyimpulkan bahwa supervisi berpengaruh positif terhadap variabel kinerja guru, temuan ini dapat diartikan kinerja guru akan meningkat seiring dengan meningkatnya kegiatan supervisi.

(12)

satu satuan supervisi kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru sebesar 0,150 satuan.

Kesimpulan yang hampir sama disampaikan oleh Sri Hartini (2013) dalam tesisnya berjudul Pelaksanaan Supervisi Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kinerja Guru SD di Kecamatan Bojongsari. Menurut Sri Hartini, dampak supervisi dirasakan oleh kepala sekolah dan guru meningkat, administrasi semakin lengkap dan bagus, pelaksanaan pembelajaran semakin efektif dan bermutu serta adannya perubahan perilaku guru yang positif antara lain guru lebih semangat, disiplin, tanggungjawab, dan termotivasi untuk berprestasi setelah disupervisi. Perolehan nilai/prestasi siswa semakin bagus.

Dari tiga penelitian di atas yaitu penelitian Frans Sudirjo (2013), Nur Khasanah dan penelitian Sri hartini nampak bahwa kegiatan supervisi kepala sekolah berdampak positif pada peningkatan kinerja guru. Dalam penelitian Frans Sudirjo, kinerja guru meningkat seiring meningkatnya supervisi kepala sekolah, sedang menurut Nur Khasanah dalam analisis kuantitatifnya menyimpulkan bahwa setiap kenaikan satu satuan supervisi kepala sekolah dapat meningkatkan kinerja guru sebesar 0,150 satuan, selanjutnya sri hartini menarik kesimpulan dari penelitiannya bahwa kinerja guru meningkat dengan wujud administrasi pembelajaran guru semakin bagus dan lengkap.

(13)

Supervision: a model for participation and learningin higher education.

Helle Merete Nordenfoft. Rie Thomsen. Gittewichmann Hansen. Springer Science+Business media (2012) dalam abstraknya menuliskan mengenai kepala sekolah sebagai pemimpin disekolah, jadi seorang kepala yang berhasil harus bisa memimpin bawahannya yang dilengkapi dengan teknik komunikasi yang tepat dan kepribadian yang positif. Di dalam merencanakan program sekolah guru harus selalu dilibatkan menyangkut supervisi akademik, program ini fokusnya pada guru karenamerekalah yang lebih mengetahui apa yang seharusnya dilakukan, karen pengalaman mereka dalam menghadapi murid setiap hari. Model kepemimpinan mandiri merupakan suatu inovasi dan ini jelas akan banyak melibatkan kepala sekolah, guru dan lingkungan sekitar sekolah tersebut akan ikut menentukan. Supervisi akademik merupakan bantuan yang diberikan kepada guru didalam memperbaiki kinerjanya.

(14)

memperkaya, memodifikasi) supaya di dalam pelaksanaan supervisi dapat mencapai hasil yang diharapkan sehingga berdampak pada keberhasilan peserta didik.

Jurnal Internasional berjudul Research Supervision : Supervisory Style, research-related tasks, importance and quality-part 1. ELISABETH SEVERINSSON SEVERINSSON E (2012) Jurnal of Nursing Management 20-215-223, bahwa supervisi merupakan tindakan evaluasi guru dengan tujuan meningkatkan kinerja guru sebagai tenaga pengajar pelaksanaannya secara bertahap dengan mengedepankan profesionalitas guru. Profesional menunjukkan kinerja yang baik, dimana kebijakan profesi itu dapat meningkatkan prestasi.

(15)

EVALUASI PROGRAM SUPERVISI AKADEMIK SD NEGERI GUNUNGGEMPOL

2.7

Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir Evaluasi Program Supervisi Akademik di SDN Gununggempol digambarkan pada Gambar 2.1 di bawah ini.

(16)

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka berpikir Program Supervisi

Referensi

Dokumen terkait

Telah banyak penelitian yang dilakukan tentang kepemimpinan kepala sekolah dengan kinerja guru, diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Kusmedi (2003) tentang pengaruh

Jadi dari jawaban tersebut nampak bahwa Kepala Sekolah tidak faham konsep Supervisi Akademik yang benar karena mengacu pada teori atau konsep Supervisi akademik dinyatakan

Ahmad Fajarisma Budi Adam (2014) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Analisis Implementasi Kebijakan Kurikulum Berbasis Lingkungan Hidup Pada Program Adiwiyata

Hal yang perlu dilakukan kepala sekolah pada tahap ini adalah: (1) kepala sekolah menyediakan waktu untuk bersama dengan guru mengevaluasi hasil supervisi

Kesimpulan dari penelitian ini adalah: (1)kesiapan sekolah dasar di Kabupaten Kulon Progo untuk mengimplementasikan pendidikan karakter baik, dinilai dari kurikulum

Namun, masih ada beberapa aspek yang dinilai belum cukup berhasil, yaitu: (1) Penerapan dana BOS dalam pembelajaran belum dapat berjalan dengan baik, masih banyak

Faktor perencanaan supervisi akademik oleh kepala sekolah akan sangan berpengaruh terhadap keberhasilak supervisi akademik secara berkesinambungan, jika tanpa perencanaan supervisi

Teknik supervisi individual adalah pelaksanaan supervisi perorangan. Pengawas Sekolah hanya berhadapan dengan seorang guru sehingga dari hasil supervisi ini akan