BAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pembelajaran Bahasa Indonesia
Belajar ialah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan. Sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan (Slameto, 2003). Sesuai dengan pengertian belajar, pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa, dapat menyediakan bahan belajar yang menarik, dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik, dapat menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan serta dapat membuat siswa siap menerima pelajaran baik fisik maupun fisiologi (Darsono, 2000).
Pelaksanaan pelajaran Bahasa Indonesia di kelas menurut konstruktivisme diwujudkan dalam bentuk peserta didik disuruh menulis / mengarang dan bercerita. Kegiatan ini dilakukan dengan langkah – langkah (1) merumuskan masalah, (2) melakukan pengamatan, (3) menganalisis hasil pengamatan, (4) mengkomunikasikan kepada orang lain.
Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Empat standar kompetensi pada bahasa Indonesia antara lain :
1) Mendengarkan, memahami wacana lisan dalam kegiatan wawancara, pelaporan, penyampaian berita, dialog interaktif, puisi, drama dan novel.
2) Berbicara, menggunakan wacana lisan untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, informasi, pengalaman, pendapat, komentar dalam kegiatan wawancara, presentasi laporan dan pidato, serta dalam berbagai karya sastra berbentuk cerita pendek, novel, puisi dan drama.
3) Membaca, menggunakan berbagai jenis membaca untuk memahami berbagai bentuk wacana tulis dan berbagai karya sastra berbentuk puisi, cerita pendek, drama, novel.
4) Menulis, melakukan berbagai kegiatan menulis untuk mengungkapkan pikiran, perasaan, dan informasi dalam bentuk buku harian, surat pribadi, laporan, rangkuman, teks berita, karangan, karya ilmiah, dan berbagai karya sastra berbentuk pantun, dongeng, puisi, drama dan cerpen.
Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan :
1) Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tertulis
2) Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa Negara
4) Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial
5) Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa
6) Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia
Peneliti memilih materi teks panjang dengan standar kompetensi membaca, memahami teks agak panjang (120 – 500 kata). Materi ini meliputi dua kompetensi dasar yaitu menemukan pikiran pokok teks agak panjang (120 – 500 kata) dengan cara membaca sekilas dan menemukan makna dan informasi dalam kamus ensiklopedia. Ada empat macam tuntutan peneliti dalam penelitian, yang pertama adalah siswa dapat mendengarkan dan memahami materi tentang isi teks bacaan. Tuntutan yang kedua adalah siswa dapat mengungkapkan pikiran, informasi dan pendapat dari dalam isi teks bacaan. Tuntutan yang ketiga adalah siswa dapat membaca dengan jelas dan sopan untuk memahami bentuk teks bacaan tertulis. Tuntutan yang terakhir adalah siswa dapat menulis dengan rapi dalam bentuk laporan dan rangkuman.
2.1.2 Aktivitas Belajar Siswa
untuk dapat mengembangkan aktivitas siswa, di atas jenis-jenis aktivitas yang dimaksud dapat digolongkan menjadi:
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca,
memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: uraian, percakapan,
diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti misalnya menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
e. Motor activities, yakni segala keterampilan jasmani siswa untuk
mengekspresikan bakat yang dimilikinya.
f. Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan. (Sardiman, 2011).
Klasifikasi di atas menunjukkan aktivitas di sekolah cukup kompleks dan bervariasi. Aktivitas tersebut dapat diciptakan di lingkungan sekolah pasti akan membuat proses pembelajaran tidak membosankan dan membuat pembelajaran berpusat pada siswa.
Pembelajaran menggunakan teknik word square dapat diamati melalui keenam macam jenis aktivitas di atas dengan menggunakan lembar angket aktivitas siswa. Aktivitas yang diamati saat pembelajaran menggunakan teknik
word square antara lain, memperhatikan penjelasan guru, menjawab pertanyaan
mengemukakan pendapat, bersaing dengan kelompok lain, mengajukan pertanyaan, membuat catatan, mengemukakan kesimpulan saat selesai pembelajaran. Siswa dikatakan aktif ketika jumlah skor yang didapatkan menunjukkan kriteria presentase sedang sampai tinggi.
2.1.3 Motivasi Belajar Siswa
Motivasi belajar merupakan kecenderungan seseorang untuk bereaksi terhadap situasi dengan tujuan mencapai prestasi yang ditampilkan dalam bentuk perilaku. Motivasi belajar merupakan motif yang mendorong seseorang untuk berpacu dengan keunggulan diri sendiri. Dengan demikian, motivasi merupakan suatu usaha yang didasari untuk menggerakkan dan menjadi tingkah laku seseorang agar ia terdorong untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap prestasi belajar siswa. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil kerja yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang positif.
Slavin (dalam Anni 2007) mengatakan motivasi merupakan proses internal yang mengaktifkan, memandu, dan memelihara perilaku seseorang secara terus-menerus. Menurut Yamin (2009) motivasi dalam belajar dibedakan dalam dua jenis masing-masing adalah motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik.
dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu. Untuk mendapatkan hasil yang memuaskan peneliti melakukan hal – hal seperti pemberian
reward/penghargaan terhadap siswa yang paling aktif di kelas.
b. Motivasi instrinsik merupakan kegiatan belajar dimulai dan diteruskan berdasarkan penghayatan sesuatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan dengan aktivitas belajar. Motivasi instrinsik timbul dari diri sendiri tanpa ada paksaan/dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi ini membuat seseorang melakukan sesuatu karena senang melakukannya. Motivasi ini mengarah pada timbulnya motivasi berprestasi.
Menurut Sardiman (2003) ada beberapa cara untuk menumbuhkan motivasi dalam kegiatan belajar di sekolah, antara lain: 1) memberi angka; 2) hadiah; 3) saingan/kompetisi; 4) ego-involvement; 5) memberi ulangan; 6) mengetahui hasil; 7) pujian; 8) hukuman; 9) hasrat untuk belajar; 10) minat; dan 11) tujuan yang diakui. Tugas guru dalam pembelajaran dengan menggunakan model pendekatan CTL adalah sebagai motivator, pemberi dukungan dan semangat kepada siswa. Adapun cara guru untuk menumbuhkan motivasi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut:
a. Memberi angka
kualitas belajarnya. Pada penelitian ini, siswa memperoleh angka dari nilai akhir selama pembelajaran.
b. Hadiah
Hadiah dapat juga dikatakan sebagai motivasi, pemberian hadiah dapat memberikan rangsangan bagi siswa untuk berusaha atau menjadikan siswa termotivasi untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Hadiah tidak selalu dalam bentuk barang, tetapi juga dapat dalam bentuk tepuk tangan sebagai bentuk penghargaan terhadap kerja siswa. Pemberian hadiah dalam bentuk tepuk tangan ini dapat diberikan kepada siswa yang aktif dalam pembelajaran seperti berani untuk bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, melakukan presentasi dan sebagainya.
c. Kompetisi/Persaingan
Kompetisi/persaingan dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk mendorong siswa agar rajin belajar dan berusaha sebaik mungkin agar memperoleh hasil belajar yang maksimal. Persaingan antar perorangan/ kelompok ini dapat memicu siswa untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dibandingkan dengan siswa lain dalam hal kualitas belajar, diskusi, maupun presentasi
d. Ego involvement
betapa pentingnya materi pembelajaran dan proses pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari.
e. Memberi ulangan
Ulangan diberikan kepada siswa sebagai evaluasi selama mengikuti kegiatan pembelajaran. Adanya evaluasi akan mendorong siswa untuk lebih terpacu mencapai hasil belajar yang baik, karena jika siswa mengetahui bahwa di akhir pembelajaran akan ada ulangan maka siswa akan mengetahui bahwa di akhir pembelajaran akan ada ulangan maka siswa akan berusaha mengikuti pembelajaran dengan maksimal. Ulangan dalam penelitian ini dalam bentuk tes akhir yang dilakukan pada akhir pembelajaran.
f. Mengetahui hasil
Guru dapat menjanjikan akan memberikan hasil belajar kepada siswa di akhir pembelajaran. Hal ini dapat menambah semangat dan meningkatkan motivasi belajar siswa untuk memperoleh nilai yang maksimal.
g. Pujian
h. Hasrat untuk belajar
Hasrat untuk belajar berarti ada unsur kesengajaan, ada maksud untuk belajar. Hal ini akan lebih baik apabila dibandingkan dengan segala sesuatu kegiatan yang tanpa maksud. Hasrat untuk belajar, berarti pada diri anak didik itu memang ada motivasi untuk belajar, sehingga sudah barang tentu hasilnya akan lebih baik. Pembelajaran menggunakan teknik pembelajaran word square yang berpusat pada siswa diharapkan dapat menjadi daya tarik sendiri bagi siswa sehingga dapat menumbuhkan hasrat untuk belajar dalam diri siswa.
i. Minat
Proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat yang ada di dalam diri siswa. Banyak siswa yang tidak bergairah dalam belajar karena memang tidak ada minat pada dirinya untuk belajar ataupun sekolah.Jadi adanya minat sangatlah penting untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa.
j. Tujuan yang diakui
Dalam penelitian ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran di setiap awal pertemuan. Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa merupakan alat motivasi yang sangat penting, sebab dengan memahami tujuan yang harus dicapai karena dirasa angat berguna dan menguntungkan, maka akan timbul gairah untuk terus belajar.
2.1.4 Contextual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran Kontekstual atau dikenal dengan istilah Contextual Teaching
and Learning (CTL) merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada
belajar dalam kehidupan sehari-hari. (Mulyasa : 2006) Pembelajaran CTL
merupakan konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sementara siswa memperoleh pengetahuan dan ketrampilan sedikit demi sedikit dan dari proses mengkonstruksi sendiri sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat
Karakteristik dalam pembelajaran CTL antara lain kerja sama, saling menunjang, menyenangkan, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, siswa kritis guru kreatif. Hal ini membuat CTL dapat digunakan dalam semua mata pelajaran, tergantung kreativitas guru masing – masing.Dalam pembelajaran CTL tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber pembelajaran yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran berupa hafalan dan strategi pembelajaran, guru harus menciptakan lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan menunjang pembelajaran CTL.
Proses CTL melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yaitu
a. Konstruktivisme (membangun)
1) Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal
2) Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi”
b. Inquiry (menemukan)
1) Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman 2) Siswa belajar menggunakan kemampuan berpikir kritis
c. Questioning (bertanya)
1) Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berfikir siswa.
2) Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
d. Learning Community (Komunitas Belajar)
1) Sekelompok orang yang terkait dalam kegiatan belajar.
2) Bekerjasama dengan orang lain lebih baik dari pada belajar sendiri. 3) Tukar pengalaman
4) Berbagi ide
e. Modeling (Pemodelan)
1) Proses penampilan suatu contoh agar orang lain bisa berfikir, bekerja dan belajar.
2) Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
f. Reflection (Refleksi)
1) Cara berfikir tentang apa yang kita pelajari 2) Mencatat apa yang telah dipelajari
3) Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
g. Authentic Assessment (Penilaian yang Sebenarnya)
3) Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual (Aqib : 2013)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan sistem pembelajaran
yang cocok dengan kinerja otak, untuk menyusun pola-pola yang mewujudkan makna, dengan cara menghubungkan muatan akademis dengan konteks kehidupan sehari-hari peserta didik. Hal ini penting diterapkan agar informasi yang diterima tidak hanya disimpan dalam memori jangka pendek, yang mudah dilupakan, tetapi dapat disimpan dalam memori jangka panjang sehingga akan dihayati dan diterapkan dalam tugas pekerjaan. Agar informasi dapat disimpan dalam jangka lama, harus menempuh langkah – langkah pembelajaran CTL antara lain :
1. Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri ,dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan ketrampilan barunya.
2. Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiri untuk semua topik 3. Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya
4. Menciptakan masyarakat belajar
5. Menghadirkan model sebagia contoh belajar 6. Melakukan refleksi diakhir pertemuan.
7. Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara. Hasil pemetaan pernyataan angket untuk mengukur aktivitas belajar siswa
Tabel 1.
Hasil Pemetaan Aktivitas Siswa
Tabel 1. Hasil Pemetaan Aktivitas Siswa
No Aspek Aktivitas Kemampuan
yang diukur Pernyataan Angket
1. Ketepatan waktu Mengikuti pembelajaran secara tepat waktu
Saya datang sebelum pelajaran dimulai
dimulai
Pada saat pembelajaran saya bersikap tenang dan mencatat hal – hal yang penting
Pada saat pembelajaran saya bersikap tidak tenang (berbicara dengan teman) dan mencatat hal – hal yang penting
Pada saat pembelajaran saya bersikap tidak tenang(berbicara dengan teman) dan tidak mencatat hal – hal yang penting 3. Berpendapat Siswa dapat
menyampaikan pendapat saat diskusi
Saya menyampaikan pendapat dari inisiatif saya sendiri dan pendapat saya relevan
Saya menyampaikan pendapat dari inisiatif saya sendiri dan pendapat saya tidak relevan Saya tidak menyampaikan pendapat
4. Bertanya Siswa dapat
memberi pertanyaan kepada guru maupun kepada siswa lain
Saya bertanya dari inisiatif saya sendiri dan pertanyaan yang saya ajukan jelas
Saya bertanya dari inisiatif saya sendiri dan pertanyaan yang saya ajukan kurang jelas
Saya tidak menyampaikan pertanyaan
5. Pengerjaan Siswa mampu mengerjakan diskusi siswa tepat waktu dan memberikan jawaban yang sesuai
sesuai
Saya mengerjakan lembar diskusi siswa tidak tepat waktu 6. Keseriusan Pada saat proses
pembelajaran
mengajar berlangsung saya tidak pernah berbuat kegaduhan setelah lebih dari 3 kali diperingatkan
7. Permainan Melihat aktivitas siswa selama proses permainan teknik word square
berlangsung
Saya dapat menjawab soal dari permainan word square dengan jawaban benar
Saya dapat menjawab soal dari permainan word square tetapi jawaban saya salah
Saya tidak dapat menjawab soal dari permainan word square
buku, berdiskusi dengan teman kelompok maupun
menyampaikan pendapat dalam kelompok
9. Presentasi Siswa melakukan presentasi di
Selama presentasi di depan kelas saya berbicara dengan jelas dan benar
Selama presentasi di depan kelas saya berbicara dengan terburu – buru
Selama presentasi di depan kelas saya tidak berbicara
10. Penyimpulan Di akhir pembelajaran materi yang telah diberikan teman, jika kesimpulan teman masih kurang lengkap
Saya tidak membuat maupun memperbaiki kesimpulan
Hasil pemetaan pernyataan angket untuk mengukur motivasi belajar siswa
Tabel 2.
Hasil Pemetaan Motivasi Siswa
Tabel 2. Hasil Pemetaan Motivasi Siswa
No Aspek
Motivasi
Kemampuan yang
diukur Pernyataan Angket
1. Perhatian
Saya senang pada pembelajaran ini sehingga saya ingin
mengetahui lebih lanjut pokok bahasan ini
Saya telah mempelajari sesuatu yang sangat menarik dan tak terduga sebelumnya
word square sangat pendahuluan, saya yakin bahwa saya mengetahui apa yang harus saya pelajari dari pembelajaran ini
Jelas bagi saya bagaimana hubungan materi pembelajaran ini dengan apa yang telah saya ketahui
Isi pembelajaran ini akan bermanfaat bagi saya
Kata – kata pada word square
terdapat informasi yang dapat saya terapkan dalam kehidupan sehari – hari
Pertama kali saya melihat pembelajaran ini, saya merasa bahwa pembelajaran ini mudah bagi saya
Soal – soal evaluasi pada pembelajaran ini terlalu sulit bagi saya
Sintak Pembelajaran
Pembelajaran menggunakan model CTL dengan teknik Word Square
terdapat langkah – langkah yang harus diperhatikan seperti yang tercantum pada tabel berikut.
Tabel 3.
Sintak Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square
Tabel 3. Sintak Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square
Komponen Kegiatan Guru
Komponen 1
Konstruktivisme (membangun)
Guru membangun pemahaman siswa dari pengalaman baru berdasarkan pengetahuan awal
Komponen 2
Inquiry (menemukan)
Guru membentuk proses perpindahan siswa yang awalnya pengamatan menjadi pemahaman
Komponen 3
Questioning (bertanya)
Guru mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa
Komponen 4
Learning Community
(komunitas belajar)
Guru memberikan kesempatan dan melakukan pengamatan pada siswa yang telah melakukan kerja sama, tukar
pengalaman dan berbagi ide dengan siswa lain
Komponen 5
Modeling (pemodelan)
Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menyampaikan hasil pekerjaan di depan siswa lain, guru memimpin siswa untuk melakukan permainan word square
dengan membacakan pertanyaan Komponen 6
Reflection (refleksi)
Guru memberikan umpan balik tentang pembelajaran dengan teknik word square
di akhir pembelajaran, guru memberi bimbingan pada siswa untuk
menyimpulkan kesimpulan Komponen 7
Authentic Assesment (penilaian
yang sebenarnya)
Implementasi pembelajaran model CTL dengan teknik word square
pada Bahasa Indonesia berdasarkan standar proses tergambar pada tabel berikut:
Tabel 4.
Implementasi Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square
Tabel 4. Implementasi Pembelajaran CTL Dengan Teknik Word Square
Komponen Langkah – langkah
dalam Standar Proses Kegiatan Guru
Konstruktivisme
Eksplorasi Guru membentuk proses
perpindahan siswa yang yang telah melakukan kerja sama, tukar pengalaman dan berbagi ide dengan siswa lain pekerjaan di depan siswa lain, guru memimpin siswa untuk melakukan permainan
word square dengan
membacakan pertanyaan
Reflection (refleksi) Konfirmasi
Penutup
Guru memberikan umpan balik tentang pembelajaran dengan teknik word square
memberi bimbingan pada siswa untuk menyimpulkan kesimpulan
Authentic Assesment
(penilaian yang sebenarnya)
Guru melakukan
pengukuran aktivitas dan motivasi belajar siswa
Setiap pembelajaran pastinya ada kelebihan dan kekurangan, di bawah ini merupakan kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran Contextual Teaching and
Learning (CTL). Kelebihan CTL antara lain :
- Memberikan kesempatan pada sisiwa untuk dapat maju terus sesuai dengan potensi yang dimiliki sisiwa sehingga siswa terlibat aktif dalam proses belajar mengajar.
- Siswa dapat berfikir kritis dan kreatif dalam mengumpulkan data, memahami suatu isu dan memecahkan masalah dan guru dapat lebih kreatif
- Menyadarkan siswa tentang apa yang mereka pelajari.
- Pemilihan informasi berdasarkan kebutuhan siswa tidak ditentukan oleh guru.
- Pembelajaran lebih menyenangkan.
- Membantu siwa bekerja dengan efektif dalam kelompok.
- Terbentuk sikap kerja sama yang baik antar individu maupun kelompok Kekurangan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) antara lain :
siswanya berbeda-beda sehinnga guru akan kesulitan dalam menetukan materi pelajaran karena tingkat pencapaianya siswa tadi tidak sama - Tidak efisien karena membutuhkan waktu yang agak lama dalam
proses belajar mengajar
- Proses pembelajaran dengan model CTL akan nampak jelas antara siswa yang memiliki kemampuan tinggi dan siswa yang memiliki kemampuan kurang, yang kemudian menimbulkan rasa tidak percaya diri bagi siswa yang kurang kemampuannya
- Bagi siswa yang tertinggal dalam proses pembelajaran dengan CTL ini akan terus tertinggal dan sulit untuk mengejar ketertinggalan, karena dalam model pembelajaran ini kesuksesan siswa tergantung dari keaktifan dan usaha sendiri jadi siswa yang dengan baik mengikuti setiap pembelajaran dengan model ini tidak akan menunggu teman yang tertinggal dan mengalami kesulitan.
- Tidak setiap siswa dapat dengan mudah menyesuaikan diri dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dengan penggunaan model
CTL ini.
2.1.5 Word Square
Word Square terdiri dari 2 kata word dan square. Word berarti kata
Teknik pembelajaran word square merupakan teknik pembelajaran yang memadukan kemampuan menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak – kotak jawaban. Mirip seperti mengisi teka – teki silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun di samarkan dengan menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf atau angka penyamar atau pengecoh. Model pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran. Tinggal bagaimana guru untuk memprogram sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf atau angka pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Beberapa kelebihan dari teknik pembelajaran word square yaitu :
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3. Dapat melatih siswa berpikir teliti dan kritis. 4. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Sedangkan beberapa kekurangan dari teknik pembelajaran word square yaitu : 1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya.
yang ada dengan teknik pembelajaran word square ini. Dapat disimpulkan bahwa teknik pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun sebagaimana teknik pembelajaran yang lainnya, teknik pembelajaran word square
mempunyai kekurangan dan kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing - masing. Sedangkan kelebihannya yaitu meningkatkan ketelitian, kritis dan berpikir efektif siswa, karena siswa hanya dituntut untuk mencari jawaban yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yang ada dalam lembar kerja.
Langkah – langkah pembelajaran mencakup tujuh komponen CTL yang dimulai dengan Konstruktivisme (membangun) berupa guru memberikan apersepsi dengan menanyakan kepada siswa tentang asal usuk terjadinya candi prambanan.Komponen yang kedua Inquiry (menemukan) dengan langkah pembelajaran siswa menjawab pertanyaan dari guru tentang asal usul terjadinya candi prambanan. Komponen ketiga adalah Questioning (bertanya) dengan langkah guru mendorong, membimbing siswa dalam berdiskusi. Komponen selanjutnya adalah Learning Community (Komunitas Belajar) dengan langkah siswa melakukan diskusi secara berkelompok. Komponen kelima adalah
2.2 Kerangka Pikir
Gambar 1. Kerangka Pikir Penerapan Model Word Square terhadap Aktivitas dan Motivasi Siswa
Gambar 1.
Kerangka Pikir Penerapan Teknik Word Square
terhadap Aktivitas dan Motivasi Siswa
2.3Kajian Penelitian
Di bawah ini terdapat beberapa penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya mengenai teknik pembelajaran word square, antara lain :
1. Stef Riko Saputra (2012) pada jurnalnya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Contextual Teaching And Learning (CTL) dan Kemampuan Membaca Pemahaman Terhadap Hasil Belajar Matematika Soal Cerita Siswa Kelas V SD Kecamatan Wonogiri”.
Hasil penelitian tersebut adalah pertama ada pengaruh antara model pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran, hasil belajar
Siswa kurang tertarik dalam pembelajaran
Aktivitas siswa rendah
Siswa kurang termotivasi dalam pembelajaran Teknik Word Square
Proses belajar mengajar
Membangkitkan motivasi siswa
matematika model pembelajaran CTL lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, kedua ada pengaruh signifikan antara tingkat kemampuan membaca pemahaman siswa terhadap hasil belajar matematika. Ketiga tidak terdapat interaksi pengaruh antara model pembelajaran dan tingkat kemampuan membaca pemahaman terhadap hasil belajar matematika siswa. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental semu.
2. Gusmitawati, dkk (2012) pada jurnalnya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Word Square untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Pendidikan.” Hasil penelitian tersebut adalah penerapan model
pembelajaran kooperatif word square dapat meningkatkan hasil belajar siswa mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial siswa kelas IV B di Sekolah Dasar Negeri Cibalagung 5 Bogor, selain itu penerapan model pembelajaran ini dapat meningkatkan kualitas, pelaksanaan pembelajaran di kelas serta meningkatkan keaktifan, kerja sama siswa dalam proses pembelajaran. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK), dilaksanakan secara kolaboratif dan menggunakan dua siklus.
3. Devia Jonelisa (2013) pada jurnalnya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Word Square untuk Meningkatkan Hasil Belajar Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jurnal Pendidikan.” Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada
persentase rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I 53,29 kategori sedang, siklus II 63,02 kategori tinggi, dan siklus III 75,17 kategori tinggi. Sedangkan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I sebesar 38,89% kategori rendah dengan nilai rata-rata 61,39, siklus II sebesar 61,11% kategori tinggi dengan nilai rata-rata 67,22 dan siklus III sebesar 88,89% kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 79,22. Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan tiga siklus dan empat tahapan setiap siklusnya yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.
2.4Hipotesis