• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Pada SMP Negeri Wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Tata Kelola Dana Bantuan Operasional Sekolah Pada SMP Negeri Wilayah Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

฀A฀ II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 ฀antuan Operasional Sekolah.

Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang diberikan oleh pemerintah sejak Juli 2005 adalah program pemerintah yang pada dasarnya untuk penyediaan pendanaan biaya operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksanaan wajib belajar . Menurut Peraturan Pemerintah 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan, biaya non personalia adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai dan biaya tak langsung berupa daya, air, jasa, telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi dan lain-lain (Permendikbud No. 76 Tahun 20฀2).

(2)

dengan ketentuan : (฀) SD/SLB sejumlah Rp. 580.000/siswa/tahun ; (2) SMP/SMPLB/SMP Terbuka/Satap sejumlah Rp. 7฀0.000 / siswa/ tahun.

Dalam Permendikbud No. 76 Tahun 20฀2 pada tahun anggaran 20฀3 dana BOS akan diberikan selama ฀2 bulan untuk periode Januari sampai Desember 20฀3 yaitu semester 2 tahun pelajaran 20฀2/20฀3 dan semester ฀ tahun pelajaran 20฀3/20฀4. Penyaluran dana dilakukan setiap periodde 3 bulanan yaitu periode Januari – Maret, April – Juni, Juli – September, dan Oktober – Desember. Dana BOS diterima oleh sekolah secara utuh dan dikelola secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan dewan guru dan komite sekolah, dengan menerapkan : (฀) Mengelola dana BOS secara profesional, transparan dan akuntabel; (2) Sekolah menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS) dimana BOS merupakan bagian integral dari RKAS ; (3) RKAS disetujui oleh dewan guru setelah memperhatikan pertimbangan komite sekolah dan disahkan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/ Kota

Tim manajemen BOS sekolah meliputi : (฀) Kepala Sekolah sebagai penanggungjawab ; (2) Anggota terdiri dari Bendahara BOS dan satu orang dari unsur orang tua siswa di luar komite yang dipilih oleh kepala sekolah dengan mempertimbangkan kredibilitasnya.

(3)

(a). Mengisi, mengirim, dan meng-฀pdate data pokok pendidikan ;

(b) Membuat RKAS yang mencakup seluruh sumber penerimaan sekolah; (c) Melaporkan perubahan data siswa setiap triwulan kepada Tim BOS Kabupaten/Kota (jika ada); (d) Memverifikasi jumlah dana yang diterima dengan data siswa yang ada; (e) Mengelola dana BOS secara bertanggung jawab dan transparan; (f) Mengumumkan besar dana yang diterima dan dikelola oleh sekolah dan rencana penggunaan dana BOS (RKAS) di papan pengumuman sekolah yang ditandatangani oleh Kepala Sekolah, Bendahara dan Ketua Komite Sekolah; (g) Mengumumkan penggunaan dana BOS di papan pengumuman ;(h) Bertanggung jawab secara formal dan material atas penggunaan dana BOS yang diterimanya; (i) Membuat laporan realisasi penggunaan dana BOS triwulanan ; (j) Memasukkan data penggunaan dana BOS setiap triwulan kedalam sistem online melalui www.bos.kemdikb฀d.go.id; (k) Membuat laporan tahunan diserahkan ke SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota paling lambat tanggal 5 Januari tahun berikutnya; (l) Melakukan pembukuan secara tertib ; (m) Memberikan pelayanan dan penanganan pengaduan masyarakat;(n) Memasang spanduk di sekolah terkait kebijakan pendidikan bebas pungutan ;(o) Bagi sekolah negeri, wajib melaporkan hasil pembelian barang investasi dari dana BOS ke SKPD Pendidikan Kabupaten / Kota; ( p) Menandatangani surat pernyataan tanggung jawab yang menyatakan bahwa BOS yang diterima telah digunakan sesuai Naskah Perjanjian Hibah BOS.

Komponen pembiayaan BOS berdasarkan Permendikbud Nomor 76 Tahun 20฀2 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS dan Laporan Keuangan Dana BOS dapat digunakan untuk :

(4)

bahan habis pakai ; (6) Langganan daya dan jasa; (7) Perawatan Sekolah ; (8) Pembayaran honorarium bulanan guru honorere dan tenaga kependidikan honorer ; (9) Pengembangan Profesi Guru ; (฀0) Membantu siswa miskin; (฀฀) Pembiayaan Pengelolaan BOS ; (฀2) Pembelian Perangkat Komputer ; (฀3) Biaya lainnya bila komponen (฀) s.d. (฀2) telah terpenuhi pembiayaannya dari BOS.

Komponen yang dilarang dalam penggunaan dana BOS berdasarkan Permendikbud Nomor 76 Tahun 20฀2 tentang Petunjuk Teknis Penggunaan Dana BOS dan Laporan Keuangan Dana BOS Tahun 20฀3 meliputi :

(฀) Disimpan dengan maksud dibungakan; (2) Dipinjamkan ke pihak lain; (3) Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS); (4) Studi banding, studi tour dan sejenisnya; (5) Membiayai iuran kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD Kecamatan/ Kabupaten/ Provinsi/ Pusat; (6) Membayar bonus dan transportasi rutin guru; (7) Untuk membeli pakaian/seragam/ sepatu guru/siswa untuk kepentingan prbadi kecuali siswa penerima BSM; (8) Untuk rehabilitasi cukup atau berat; (9) Membangun gedung / ruangan baru; (฀0) Membeli bahan / peralatan yang tidak mendukung pembelajaran; (฀฀) Menanamkan saham; (฀2) Membiayai kegiatan yang telah dibiayai pusat/ daerah secara penuh; (฀3) Membiayai kegiatan yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah misal iuran peringatan hari besar;(฀4) Membiayai pelatihan/ pendampingan/sosialisasi program BOS / perpajakan yang diselenggarakan di luar SKPD Pendidikan.

2.1.1 Tata Kelola Keuangan Sekolah. 2.1.1.1 Pengertian Tata Kelola Keuangan.

(5)

menentukan  berjalannya kegiatan pendidikan di sekolah.  Tata kelola keuangan sekolah merupakan bagian dari kegiatan pembiayaan pendidikan, yang secara keseluruhan menuntut kemampuan sekolah untuk merencanakan, melaksanakan (mengelola

keuangan), mengevaluasi, serta

mempertanggungjawabkannya secara efektif dan transparan (Mulyasa, 2007). Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, manajemen keuangan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian manajemen pendidikan.

Manajemen keuangan sekolah dapat diartikan sebagai “tindakan pengurusan atau ketatausahaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan (Depdiknas, 2002). Sehubungan pengelolaan keuangan yang meliputi pencatatan, perencanaan, pelaksanaan, pertanggungjawaban, dan pelaporan. Dengan demikian tata kelola keuangan sekolah dapat diartikan sebagai rangkaian aktivitas mengatur keuangan sekolah mulai dari perencanaan, pembukuan, pembelanjaan, pengawasan dan pertanggung-jawaban keuangan sekolah.

(6)

Berdasarkan definisi tersebut, ada empat hal yang perlu digarisbawahi terkait dengan manajemen keuangan sekolah yaitu : (฀) Manajemen keuangan merupakan keseluruhan proses upaya memperoleh serta mendayagunakan seluruh dana; (2) Mencari sebanyak mungkin sumber-sumber keuangan serta berusaha semaksimal mungkin untuk mendapatkan dana dari sumber-sumber keuangan tersebut; (3) Menggunakan seluruh dana yang tersedia ; (4) Penggunaan seluruh dana sekolah harus dilakukan secara efektif dan efisien.

Di dalam tata kelola keuangan sekolah, terdapat rangkaian aktivitas terdiri dari perencanaan program sekolah, perkiraan anggaran, dan pendapatan yang diperlukan dalam pelaksanaan program, pengesahan dan penggunaan anggaran sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan perlu meningkatkan serta menyesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan disegala bidang baik dari segi sarana dan prasarana pendidikan, fasilitas kerja, maupun kesejahteraan yang layak bagi seluruh tenaga pendidik. Untuk memenuhi sasaran tersebut sangat diperlukan biaya yang cukup dan administrasi yang tertib.

2.1.1.2 Tujuan Tata Kelola Keuangan.

(7)

pelaksanaan program sekolah secara efektif dan efisien (Sutedjo, 2009). Tujuan tata kelola keuangan itu sendiri meliputi : (฀) meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan keuangan sekolah. (2) meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan sekolah, (3) meminimalkan penyalahgunaan anggaran sekolah. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka dibutuhkan kreativitas kepala sekolah dalam menggali sumber-sumber dana, menempatkan bendaharawan yang menguasai dalam pembukuan dan pertanggung-jawaban keuangan serta memanfaatkannya secara benar sesuai peraturan perundangan yang berlaku.

(8)

pelaksanaan evaluasi serta perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan; (g) Pemeriksaan keuangan yaitu pelaksanaan audit internal atas keuangan organisasi agar tidak terjadi penyimpangan.

2.1.2 Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKAS).

฀ekolah dalam mengelola dana BO฀ berkewajiban menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran ฀ekolah (RKA฀). Pengelolaan BO฀ tidak terlepas dari peranan kepala sekolah dalam pengertian cara kepala sekolah mengatur alokasi pembiayaan untuk operasional sekolah. Kepala sekolah dituntut bersikap profesional yaitu memiliki kemampuan memanajemen keuangan sekolah, baik melakukan perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi dan pertanggungjawabannya (Mulyasa, 2007).

Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan kepala sekolah beserta pemangku kepentingan dalam merencanakan keuangan untuk rencana kegiatan beserta sumber daya pendukung lainnya yang ada di sekolah merupakan sesuatu yang sangat penting. Dalam manajemen pembiayaan, satu diantara instrumen yang penting adalah penyusunan RKA฀. Penyusunan RKA฀ mendasari pelaksanaan (akuntansi) dan evaluasi (auditing) program secara transparan, akuntabel dan demokratis. Penyusunan anggaran dan pengembangan RKA฀ mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya: 1) laju pertumbuhan peserta didik, 2) inflasi, 3) pengembangan program dan perbaikan, dan 4) proses pengajaran dan pembelajaran.

(9)

berikut : (a) Perencanaan harus realistis. Perencanaan harus mampu menilai bahwa alternatif yang dipilih sesuai dengan kemampuan sarana,fasilitas, tenaga, dana, maupu waktu; (b) Perlunya koordinasi dalam perencanaan agar mampu memperhatikan cakupan dan sarana volume kegiatan sekolah yang kompleks; (c) Perencanaan harus berdasarkan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi sebab dengan pengalaman, pengetahuan, dan intuisi mampu menganalisis berbagai kemungkinan yang terbaik dalam menyusun perencanaan; (d) Perencanaan harus fleksible (Harmono, 2009)

Perencanaan keuangan meliputi semua kebutuhan beserta jumlah masing-masing yang diperlukan. Perencanaan keuangan termasuk di dalamnya adalah perencanaan pembelanjaan atau budgeting, pada dasarnya merupakan suatu cara sistematis dan formal bagi manajemen untuk melaksanakan tanggung jawab yang meliputi aspek-aspek perencanaan, koordinasi dan pengawasan (Abd’rachim, 2008).

Anggaran merupakan perencanaan yang rinci untuk masa depan yang dinyatakan secara kuantitatif dan lebih spesifik memperlihatkan bagaimana sumber daya didapat dan digunakan pada periode tertentu dengan mengidentifikasi tujuan dan tindakan yang perlukan untuk mencapainya. Beberapa syarat penyusunan suatu anggaran , yaitu:

(10)

yangberubah; (c) Berkesinambungan, membutuhkan perhatian yang terus menerus; (d) Partisipatif, membutuhkan partisipasidari keseluruhan perusahaan untukmencapai tujuan perusahaan yang telah tercermin dalam anggaran; (e) Edukatif, dapat mendidik karyawan dan manajemen untuk berkerja sesuaidengan komitmennya (f) Komunikatif, anggaran digunakan sebagai alat komunikasi antar departemen.g. Integratif, anggaran harus dapat menyatukan pelaksanaan kegiatan semuabagian dalam suatu laporan anggaran; (h) Koordinatif, dapat mengkoordinasikan seluruh kegiatan departemen untukmencapai tujuan perusahaan (Lestari, 2009).

Sejalan dengan regulasi yang telah dikeluarkan terkait penggunaan dana BOS , maka pihak sekolah harus menyusun RKAS sesuai komponen pembiayaan yang diperbolehkan penggunaannya dari sumber dana BOS. Kepala sekolah selaku penanggung jawab pengelolaan dana BOS bersama dewan guru dan komite sekolah harus mampu menguraikan penggunaan dana BOS di dalam RKAS sesuai dengan kebutuhan riil sekolah.

(11)

2.1.3 Mekanisme Penggunaan Dana ฀OS di Sekolah.

Dana BOS yang sudah diterima oleh pihak sekolah dikelola sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Penggunaan dana BOS di sekolah harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS di sekolah dengan dengan dewan guru dan komite sekolah. Tim manajemen BOS di sekolah dalam merealisasikan anggaran BOS harus mengacu pada Rencana Kerja dan Anggaran Sekolah (RKAS) pada tahun berjalan. Apabila terdapat perubahan dalam hal pelaksanaan yang sangat relevan dengan aturan serta bersifat mendesak ,maka harus di konsultasikan kepada Komite Sekolah dan Dinas Pendidikan Kabupaten / Kota. Hal yang bersifat relevan dan mendesak misalnya harus mengangkat tenaga pendidik honorer karena guru tetap pensiun atau meninggal dunia, adanya bencana ringan yang menyebabkan kerusakan bangunan ringan dan belum dianggarkan dalam RKAS , serta program lainnya yang muncul ditengah perjalanan pelaksanaan anggaran dan kegiatan sekolah.

(12)

membandingkan harga penawaran dari penyedia barang / jasa dengan harga pasar serta melakukan negosiasi; (2) Memperhatikan kualitas barang / jasa , ketersediaan dan kewajaran harga ; (3) Membuat laporan ringkas tertulis tentang penetapan penyedia barang / jasa ; (4) Diketahui oleh komite sekolah. Terkait dengan rehabilitasi ringan atau pemeliharaan bangunan sekolah harus : (a) Membuat rencana kerja ; (b) Memilih pekerja untuk melaksanakan pekerjaan dengan standar upah yang berlaku di masyarakat (Permendikbud Nomor 76 Tahun 20฀2).

2.2. Prinsip Tata Kelola Dana ฀OS.

Dana BOS bersumber dari keuangan negara. Dalam hal penggunaan keuangan negara ada ketetapan yang mengatur yaitu Undang-Undang No. ฀7 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara Pasal 3 ayat ฀ yang dinyatakan:

“keuangan negara itu dikelola secara tertib, taat pada pengaturan peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan juga bertanggung jawab dengan memperhatikan akan rasa keadilan juga kepatutan. Asas-asas pengelolaan keuangan negara tersebut sedasar didalam asas-asas umum penyelenggaraan pemerintahan yang baik (konsep good governance)”.

(13)

peran serta masyarakat ( p฀blic participation). Pada dasarnya prinsip pengelolaan atas keuangan negara dalam bingkai good financial governance sedasar dengan prinsip prinsip good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan. Karenanya pengkajian prinsip-prinsip good financial governance tersebut ditelaah dari prinsip good governance. Atas hal tersebut dari pengertian governance dan good governance dapat ditarik kesimpulan bahwa masalah good governance adalah masalah yang tidak hanya berada dalam lingkup negara, namun juga berkaitan dengan sektor-sektor yang lain yaitu swasta dan masyarakat, selain itu good governance mengatur juga masalah penyelenggaraan atau aktivitas dari penyelenggara pemerintahan (Krina, 2003). Good governance pada umumnya dibatasi pada isu administrasi yang mencakup aturan dan institusi yang mendorong administrasi publik yang terbuka, transparan, efisien dan akuntabel ( Pratikno,2005).

(14)

sinergi untuk menciptakan tata kelola dana BOS di sekolah sesuai dengan prinsip good governance.

Bertolak dari prinsip-prinsip good governance akan didapatkan tolok ukur kinerja suatu lembaga pemerintahan, untuk itu baik buruknya pemerintahan bisa dinilai bila ia telah bersinggungan dengan semua unsur prinsip-prinsip good governance. Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan pasal 58 dan pasal 59 disebutkan :

“prinsip dalam pengelolaan dana pendidikan oleh pemerintah, pemerintah daerah, penyelenggara dan satuan pendidikan harus mengacu pada : (a) Prinsip keadilan dilakukan dengan memberikan akses pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta didik atau calon peserta didik tanpa membedakan latar belakanng suku, ras , agama, jenis kelamin, dan kemampuan atau status sosial-ekonomi.; (b) Prinsip efisiensi dilakukan dengan mengoptimalkan akses, mutu, relevansi, dan daya saing pelayanan pendidikan ; (c) Prinsip transparansi dilakukan dengan memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang baik sehingga dapat diaudit dan dapat dipertanggungjawabkan ; (d) Prinsip akuntabiltas publik dilakukan dengan memberikan pertanggungjawaban atas kegiatan yang dijalankan oleh penyelenggara atau satuan pendidikan kepada pemangku kepentingan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan”.

(15)

beberapa karakteristik penting yang harus tercermin dalam laporan keuangan meliputi :

(a) Dapat dipahami oleh pemakai yang diasumsikan memiliki pengetahuan memadai tentang akuntansi; (b) Relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan; (c) Materialitas yang tercantum dalam laporan ; (d) Keandalan (reliable) artinya bahwa laporan keuangan harus bebas dari hal yang menyesatkan ; (e) Penyajian jujur sesuai dengan transaksi dan waktu yang seharusnya disajikan ; (f) Subsantif yang mana selain jujur sesuai transaksi dan waktu maka laporan juga sesuai dengan realita ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya ; (g) Netralitas : laporan harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan tidak bergantung kepada kebutuhan dan keinginan pihak tertentu ; (h) Pertimbangan sehat (prudence) dimaknai dengan unsur kehati-hatian dalam penyusunan laporan; (i) Kelengkapan laporan mengandung batasan materialitas dan biaya ;(j) Dapat dibandingkan dengan laporan keuangan antar periode sebelumnya; (k) Tepat waktu; (l) Keseimbangan antara biaya dan manfaat ; (m) Keseimbangan di antara karakteristik kualitatif ; (n) Penyajian Wajar.

Partisipasi ,transparansi dan akuntabilitas merupakan bagian dari pilar good governance dan berkaitan erat dengan tata kelola pendidikan ( good

ed฀cation governance). Bentuk dari setiap pilar tersebut

dalam bidang pendidikan antara lain :

2.2.1 Partisipasi.

Partisipasi berasal dari bahasa Inggris yaitu

“participation” adalah pengambilan bagian atau

(16)

di dalamnya”. Pengertian tentang partisipasi dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan kelompok atau masyarakat ikut terlibat dalam bentuk penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka, membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya (Jalal, 200฀). Partisipasi dapat diartikan setiap warga masyarakat mempunyai suara dalam pembuatan keputusan, baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentinganya. Partisipasi ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara serta berpartisipasi secara konstruktif (Rahmanurrasjid, 2008 ).

(17)

kemampuan dan diberi kesempatan untuk berpartisipasi. Bila pengertian ini dikorelasikan dalam tata kelola organisasi atau lembaga, maka pihak pengelola harus mampu mencari orang-orang yang bisa melaksanakan partisipasi dan diberi kesempatan oleh organisasi atau lembaga.

Adanya peraturan, kebijakan, dan pedoman proses partisipasi, akan memberikan ruang atau kesempatan adanya forum konsultasi atau temu publik baik dalam tahapan perencanaan maupun pelaksanaan serta pelibatan stakeholder dalam penyusunan rencana maupun pengawasan. Partisipasi dibedakan menjadi empat jenis, yaitu : (฀) partisipasi dalam pengambilan keputusan, (2) partisipasi dalam pelaksanaan, (3) partisipasi dalam pengambilan pemanfaatan dan (4) partisipasi dalam evaluasi (Ferdinand, 20฀2).

Dari penjelasan di atas maka bentuk partisipasi yang bisa dilakukan dalam tata kelola keuangan di sekolah adalah dengan cara melibatkan semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan keuangan di sekolah. Partisipasi dapat berupa rapat sosialisasi tentang besaran penerimaan dana dari pemerintah yang diterima sekolah, memahami bersama regulasi tentang penggunaan dana dari pemerintah, penyusunan bersama anggaran penggunaan dana, pendelegasian pekerjaan dalam pelaksanaan anggaran.

(18)

Transparansi dalam kontek pembangunan adalah keadaan dimana setiap orang dapat mengetahui proses pembuatan dan pengambilan keputusan di pemerintah umum. Menurut UU No 28 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Pemerintahan yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme, asas keterbukaan (transparansi) dalam penyelenggaraaan pemerintahan daerah adalah asas untuk membuka diri terhadap hak masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah dengan tetap memperhatikan perlindungan atas hak asasi pribadi, golongan dan rahasia negara. Transparansi berarti keterbukaan pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait dengan aktivitas pengelolaan sumberdaya publik kepada pihak – pihak yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan informasi keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan untuk pengambilan keputusan oleh pihak – pihak yang berkepentingan (Mardiasmo , 2005). Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa :

(19)

Untuk mewujudkan pertanggung jawaban kelembagaan terhadap pemangku kepentingan salah satu cara yang dilakukan dengan menggunakan prinsip transparansi. Melalui transparansi penyelenggaraan lembaga, pemangku kepentingan atau masyarakat pada umumnya diberikan kesempatan untuk mengetahui kebijakan yang akan dan telah diambil. Juga melalui transparansi penyelenggaraan kelembagaan tersebut, masyarakat dapat memberikan umpan balik. Transparansi dibangun atas dasar kebebasan untuk mendapatkan informasi.

(20)

mempersempit peluang korupsi di kalangan para pejabat publik dengan “terlihatnya” segala proses pengambilan keputusan oleh masyarakat luas (Rahmanurrasjid : 2008).

(21)

Upaya-upaya yang diperlukan dalam meningkatkan transparansi sekolah kepada publik meliputi (Muhammad, 2007) :

(฀) Pendayagunaan berbagai jalur komunikasi baik langsung maupun tidak langsung melalui temu wicara maupun media cetak atau elektronik; (2) Menyiapkan kebijakan yang jelas tentang cara mendapatkan informasi, bentuk informasi yang bisa diakses publik; (3) Membuat prosedur pengaduan apabila informasi tidak sampai ke publik; (4) Membuat peraturan yang menjamin hak publik untuk mendapat informasi sekolah.

Pelaksanaan transparansi harus adanya peraturan yang menjamin akses terhadap informasi (tepat waktu, mudah dijangkau dan bebas diperoleh) serta adanya mekanisme keterbukaan dan standarisasi pelayanan publik. Transparansi dianggap berhasil oleh publik apabila dalam pelaksanaan tata kelola sekolah ditunjukkan oleh indikator sebagai berikut (Muhammad, 2007) : (฀) Meningkatnya keyakinan dan kepercayaan publik kepada sekolah bahwa sekolah bersih dan berwibawa; (2) Meningkatnya partisipasi publik; (3) Bertambahnya wawasan dan pengetahuan publik terhadap penyelenggaraan sekolah; (4) Berkurangnya pelangaran terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(22)

Akuntabilitas dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan bahwa :

Akuntabilitas adalah mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepada entitas pelaporan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara periodik.

Menurut The Oxford Advance Leraner’s Dictionary dijelaskan bahwa :

Akuntabilitas berarti dapat dipertanggungjawabkan, dapat ditelusuri, dapat dijelaskan, dapat menjawab pertanyaan yang diajukan mengenai acoount atau deskripsi dari sesuatu yang telah terjadi.

(23)

akuntabilitas menurut Sutedjo (2009) yaitu : (฀) Adanya transparansi penyelenggaran sekolah ; (2) Adanya standar kinerja yang dapat diukur tugas, fungsi dan wewenangnya; (3) Adanya partisipasi untuk menciptakan suasana kondusif.

(24)

Akuntabilitas kebijakan (Mardiasmo, 2005). Agar sekolah dapat merealisasikan serta meningkatkan akuntabilitasnya maka sekolah sebaiknya mengerjakan pengelolaan sekolah dengan cara (Muhammad, 2007) :

(a) Menyusun aturan main tentang sistem akuntabilitas dan mekanisme pertanggungjawaban; (b) Menyusun pedoman tingkah laku dan sistem pemantauan kinerja penyelenggara sekolah; (c) Menyusun rencana pengembangan sekolah di setiap awal tahun anggaran ; (d) Menyusun indikator yang jelas tentang pengukuran kinerja sekolah; (e) Melakukan pengukuran pencapaian kinerja sekolah ; (f) Memberikan tanggapan atas pertanyaan dan pengaduan publik ; (g) Menyediakan informasi kegiatan sekolah ; (h) Memperbaharui rencana kinerja yang baru.

(25)

Referensi

Dokumen terkait

Dan, pada hari Senin hingga Jum’at, 20 sampai dengan 24 Maret 2017, khusus di blok untuk rangkaian kegiatan Dies Natalis, seperti lomba Jegeg Bagus Kampus, lomba Karaoke, lomba

Abstrak : Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis deskripsi dengan strategi DWA (Directed Writing Activity) pada siswa kelas IV SDN I

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa penerapan model Project-Based Learning (PjBL) dapat meningkatkan pemahaman konsep energi panas

[r]

Erosi adalah tidak sama dengan pelapukan karena pengaruh dari cuaca dan ikim di sekitarnya, yang merupakan proses penghancuran mineral batuan dengan proses kimia dan fisik,

JABATAN FUNGSIONAL PENELITI DARI KEMENTERIAN/LEMBAGA PEMERINTAH NON KEMENTERIAN DAFTAR NAMA UNTUK DINILAI OLEH PENILAI I DAN II.. Putu Sukma

Berdasarkan metode pengumpulan datanya maka penelitian ini menggunakan data survey (Husein Umar, 2003:44), dimana peneliti menyebarkan kuesioner yang berbentuk pertanyaan

4. Mengetahui isi teks hasil observasi 5. Mengetahui struktur teks hasil observasi 6. Mengetahui ciri bahasa teks hasil observasi D. Selama dan setelah proses pembelajaran, siswa