57
Diponegoro yang berada di jalan Diponegoro kecamatan Bringin kabupaten Semarang. Gugus Pangeran Diponegoro terdiri dari SD Negeri Bringin 01, SD Negeri Bringin 02, SD Negeri Bringin 03, SD Negeri Popongan, SD Negeri Pakis.
Subjek dalam penelitian adalah siswa kelas 3, yaitu keas 3 SD Negeri Bringin 01 kelas 3 A sebagai kelas eksperimen, Kelas 3 B sebagai kelas kontrol yang mewakili sekolah inti, untuk sekolah imbas yaitu siswa kelas 3 SD Bringin 02 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas 3 SD Pakis sebagai kelas kontrol. Latar belakang dari keempat kelas ini adalah mayoritas sama yaitu dari keluarga PNS, dan pegawai swasta. Penelitian pada kedua kelas ini menggunakan model Realistic Mathematic Education pada kelas eksperimen dan model Contextual Teaching and Learning pada kelas kontrol.
Tabel 4.1 Subyek Penelitian
No Nama Sekolah Kelompok Laki-laki Perempuan Jumlah
Siswa
1. SD Bringin 01 Kelas
3 A eksperimen 11 11 22
2. SD Bringin 01 Kelas
3 B kontrol 13 10 23
3. SD Bringin 02 eksperimen 13 11 24
4. SD Pakis kontrol 10 14 24
Tabel 4.2
Jadwal kegiatan pembelajaran di SDN Bringin 01, SDN Bringin 02, dan SDN Pakis Kecamatan Bringin
No Hari/tanggal Uraian kegiatan
1 Senin, 11 Mei 2015 a) Perkenalan dengan siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SDN Bringin 01
b) Pemberian pretes kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SDN Bringin 01
2 Selasa , 12 Mei 2015 a) Perkenalan dengan siswa kelompok eksperimen SDN Bringin 02 dan kelompok kontrol SDN Pakis b) Pemberian pretes kepada kelompok
eksperimen dan kelompok kotrol 3 Jumat, 22 Mei 2015 a) Kegiatan pembelajaran pertama pada
kelompok eksperimen SDN Bringin 01.
b) Kegiatan pembelajaran pertama terhadap kelompok kontrol SDN Bringin 01
4 Sabtu, 23 Mei 2015 a) Kegiatan pembelajaran kedua pada kelompok eksperimen SDN Bringin 01 b) Kegiatan pembelajaran kedua pada
kelompok kontrol SDN Bringin 01 5 Senin, 25 Mei 2015 Kegiatan pembelajaran pertama pada
kelompok ekperimen SDN Bringin 02 Kegiatan pembelajaran pertama pada kelompok kontrol SDN Pakis
6. Selasa, 26 Mei 2015 Kegiatan Pembelajaran kedua pada
kelompok ekperimen SDN Bringin 02 dan pemberian posttes
7. Rabu, 27 Mei 2015 Kegiatan pembelajaran kedua pada kelompok kontrol SDN pakis dan pemberian posttest SDN Pakis 8. Senin, 1 Juni 2015 Pemberian posttes pada kelompok
ekperimen dan kontrol SDN Bringin 01
4.2 Hasil Penelitian
4.2.1. Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Realistic Mathematic Education Sebagai Kelompok Eksperimen
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelas eksperimen ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit (2x35 Menit). Pertemuan pertama untuk SD Bringin 01 kelas 3 A dilaksanakan pada hari jumat tanggal 22 Maei 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23 Mei 2015, sedangkan untuk SD Bringin 02 pertemuan pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Mei 2015, untuk pertemuan kedua dilakukan pada hari selasa tanggal 26 Mei 2015.
a. Pertemuan pertama
Persiapan yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran dialakukan adalah menyiapkan alat peraga, rencana pelakasanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa (LKS), ruang proses belajar mengajar, dan buku pelajaran. Materi yang diberikan pada pertemuan pertama adalah menghitung luas persegi dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1) Pemahaman masalah
Pada tahap ini guru menyuruh siswa untuk melakukan percobaan menutupi permukaan meja dengan buku, kemudian menghitung berapa banyak buku yang berhasil untuk menutup sebuah permukaan meja. Dari menutup permukaan meja guru menjelaskan kegiatan tersebut berkaitan dengan luas. Kemudian memberikan sebuah masalah tentang konsep pengubinan berkaitan dengan luas. Dari masalah tersebut siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah.
2) Penjelasan masalah
bercerita tentang apa? Bagaiamana cara kalaian dalam menyelesaikan masalah tersebut? Apa saja yang kalian butuhkan untuk menyelesaiakan permasalahan tersebut?”
3) Menyelesaikan masalah
Pada tahap ini siswa sudah menegerti dan memahami permasalahan yang dihadapi, siswa dengan mandiri dalam kelompok mencari sumber belajar yang tepat dan menyelesaikan masalah dengan cara yang telah metaka tetapkan berdasarkan sumber belajar yang meraka gunakan sebagai acuan yaitu mampu mengkonsepsi pengubinan untuk menghitung luas persegi. Peran guru dalam tahap ini hanya membimbing dan memfasilitasi penyelesaian masalah yang dikerjakan siswa secara diskusi kelompok.
4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pada tahap ini siswa dalam kelompok sudah menyelesaikan permasalahan dalam LKS dan siswa secara kelompok satu persatu memeprentasikan hasil jawaban didepan kelas sedangkan kelompok lain menanggapi. Guru mempimpin dan mengawasi jalannya diskusi dan presentasi.
5) Menyimpulkan hasil diskusi
Pada tahap menyimpulkan hasil presentasi siswa dan diskusi disimpulkan secara mandiri oleh siswa dengan bahasa sendiri namun sesuai arahan dari guru. Kemudian penyimpulan akhir secara bersama berdasar kesimpulan siswa.
b. Pertemuan kedua
1) Pemahaman masalah
Meminta siswa untuk menyelesaikan sebuah puzzle, dan kemudian bertanya “berapa banyak potongan puzzle yang dibutuhkan untuk membuat menjadi satu gambar utuh? Adakah kaitan menyusun puzzle dengan luas bangun datar?” dari pertanyaan tersebut siswa menjawab dan guru menjelaskan pertanyaan. Setelah itu guru memberikan masalah tentang luas persegi panjang dalam LKS dan siswa secara mandiri mengidentifikasi masalah tersebut.
2) Penjelasan masalah
Pada tahap ini siswa mulai menjelaskan masalh tersebut mengenai bagaimana menghitung luas persegi panjang, dan melakukan tanya jawab seputar hal-hal yang belum dipahami dalam menyelesaikan masalah.
3) Menyelesaikan masalah
Pada tahap ini siswa sudah menegerti dan memahami permasalahan yang dihadapi, siswa dengan mandiri dalam kelompok mencari sumber belajar yang tepat dan menyelesaikan masalah dengan cara yang telah metaka tetapkan berdasarkan sumber belajar yang meraka gunakan sebagai acuan yaitu mampu mengkonsepsi pengubinan untuk menghitung luas persegi panjang. Peran guru dalam tahap ini hanya membimbing dan memfasilitasi penyelesaian masalah yang dikerjakan siswa secara diskusi kelompok.
4) Membandingkan dan mendiskusikan jawaban
Pada tahap ini siswa dalam kelompok sudah menyelesaikan permasalahan dalam LKS dan siswa secara kelompok satu persatu memeprentasikan hasil jawaban didepan kelas sedangkan kelompok lain menanggapi. Guru mempimpin dan mengawasi jalannya diskusi dan presentasi.
5) Menyimpulkan hasil diskusi
sesuai arahan dari guru. Kemudian penyimpulan akhir secara bersama berdasar kesimpulan siswa
Berikut adalah hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelompok eksperimen yang menggunakan model pembelajaran Realistic Mathematic Education
Pada kegiatan awal pembelajaran terdapat 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran , 2) melakukan tanya jawab, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) melakukan apesepsi, 5) memfasilitasi pembagian kelompok. Semua aspek tersebut terlaksana dengan runtut..
Pada kegiatan inti pembelajaran aspek yang diamati adalah sintak pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut: pada tahap pemahaman masalah aspek yang diamati 1) menyuruh siswa menutup meja dengan buku
dan menyusun puzzle, 2) menyajikan soal cerita tenang pengubinan. 3) pemebrian kesempatan untuk mengidentifikasi masalah. Terlaksana. Penjelasan masalah aspek yang diamati 3) pemberian penjelasan terhadap
masalah. 4) memancing siswa untuk bertanya. 5) memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti tentang permasalahan semuanya terlaksana. Menbyelesaikan masalah aspek yang diamati 6) membagi siswa kedalam 4 kelompok, 7) memfasilitasi siswa untuk menyusun cara penyelesaian masalah. 8) membimbing siswa merencanakan kegiatan untuk menyelesaikan masalah semua terlaksana. Membandingkan dan mendiskusikan aspek yang diamati 9) mengawasi dan
4.2.1.1 Tingkat Hasil Belajar Kelompok Eksperimen
Hasil belajar siswa mata pelajaran matematika materi penghitungan luas persegi dan persegi panjang di SDN Bringin 01 kelas 3 A dan SDN Bringin 02 sebagai kelompok eksperimen dengan model Realistic Mathematic Education pretes dan postes dideskripsikan pada tabel dibawah
ini.
Tabel 4.3
Hasil Belajar Kelompok Eksperimen SD Bringin 01 Kelas 3 A
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretes 22 45.00 85.00 73.6364 9.53463
Postes 22 60.00 100.00 85.9091 9.83632
Valid N (listwise) 22
Tabel 4.4
Hasil Belajar Kelompok eksperimen SD Bringin 02
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pre_tes 24 35.00 80.00 60.8333 13.48644
pos_tes 24 50.00 95.00 76.0417 14.59446
Valid N (listwise) 24
diperoleh adalah 50 dan nilai tertinggi yang didapat adalah 95 dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 76,04.
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
Hasil belajar siswa kelompok eksperimen dengan model Realistic Mathematic Education dapat digambarkan secara lebih rinci dengan menggunakan distribusi frekuensi. Dalam pendistribusian ini diperlukan pengelompokan kategori. Pengelompokan kategori dilakukan dengan cara 1+ 3,3 log n. Pada SD Bringin 01 kelas 3 A dengan jumlah siswa sebanyak 22 siswa kategori ini dibagi dalam lima kategori. Acuan kategori nilai hasil belajar ini terbagi dalam kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Untuk SD Bringin 02 dengan jumlah siswa sebanyak 24 siswa pengkategorian ini juga terbagi dalam lima kategori, dimana acuan kategori sama dengan acuan kategori yang dipakai untuk SD Bringin 01 kelas 3 A yaitu kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik. Pengkategorian hasil belajar agar lebih menjelaskan hasil belajar siswa maka diperlukan interval. Penghitungan interval ini menggunakan rumus yaitu skor tertinggi dikurangi skor terendah dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =
Interval = = 11 Interval = = 12
Interval yang didapatkan untuk SD Bringin 01 adalah 11, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 45 - 56, hampir cukup berada pada interval 57- 68, cukup berada pada interval 69 - 80, baik berada pada interval 81 – 92, sangat baik berada pada interval 93 – 100.
- 60, cukup berada pada interval 61 - 73, baik berada pada interval 74 – 86, sangat baik berada pada interval 87 - 95.
Tabel 4.5
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas 3 A SD Bringin 01
No. Interval Kategori
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Bringin 02
No. Interval Kategori
adalah 16 siswa dengan persentase 73%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 81 – 92 sebanyak 3 siswa dengan presentase sebesar 14% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval 85 – 96. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas 3 SD Bringin 01, sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas 3 A SD Bringin 01, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa tidak ada siswa yang mendapatkan nilai pada interval 45 – 56 atau pada kategori kurang, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 57 – 68 pada kategori hampir cukup sebanyak 1 siswa dengan presentase sebesar 5%. Sebanyak 5 siswa yang mendapat nilai pada interval 69 – 80 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 23% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 81 – 92 yang berada pada kategori baik adalah 10 siswa dengan persentase 45% dan siswa yang mendapat nilai pada interval 93 – 100 adalah 6 siswa dengan persentase 27%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
Berdasarkan pada tabel 4.6 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas 3 SD Bringin 02, siswa yang mendapat nilai pada interval 35 - 47 atau berada pada kategori kurang adalah 4 siswa dengan persentase 17%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 48 – 60 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 11 siswa dengan persentase 46%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 61 – 73 atau berada pada interval cukup adalah 4 siswa dengan persentase 17%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 74 – 86 sebanyak 5 siswa dengan presentase sebesar 21% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval 85 – 96. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas 3 SD Bringin 02, sebagian berada pada kategori hampir cukup.
sebanyak 5 siswa dengan presentase sebesar 21%. Sebanyak 2 siswa yang mendapat nilai pada interval 61 – 73 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 8% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 74 – 86 yang berada pada kategori baik adalah 13 siswa dengan persentase 54% dan siswa yang mendapat nilai pada interval 87 – 95 adalah 4 siswa dengan persentase 17%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
Berikut grafik nilai pretest dan postest kelompok eksperimen SD Bringin 01 sebagai SD inti dan SD Bringin 02 sebagai SD imbas.
Gambar 4.1
Grafik distribusi Frekuensi Hasil Belajar SD Bringin 01 Kelas 3 A
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
45 - 56 57 - 68 69 - 80 81 - 92 93 - 100
Fr
e
ku
e
n
si
Distribusi Frekuensi Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Inti
pretest
Gambar 4.2
Grafik distribusi Frekuensi Hasil Belajar SD Bringin 01 Kelas 3 A
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas III SD Bringin 01 Kelas III B dan SD Bringin 02
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretes maupun postes. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Realistic Mathematic Education. Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini baik untuk SD inti maupun SD imbas:
Tabel 4.7
Tabel Perubahan Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas 3 A SD Bringin 01/SD Inti
Distribusi Frekuensi Skor Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen SD Imbas
posttest
Tabel 4.8
Tabel Perubahan Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Bringin 02/SD Imbas
Rata-rata nilai hasil belajar
Perubahan Pretest Postest
60,83 73,96 13,13
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas 3 A SD Bringin 01, nilai rata-rata pretes adalah 73,64, kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 85,91. Hal ini menandakan setelah diberikan pembelajaran dengan model Realistic Mathematic Education siswa kelas 3 A SD Bringin 01 terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 12,27. SD Bringin 02 memiliki nilai rata-rata pretes 60,83, untuk nilai rata-rata postets adalah 73,96, kenaikan rata-rata hasil belajar yang diperoleh SD Bringin 02 adalah sebesar 13,13.
4.2.2 Hasil Penelitian Pada Implementasi Pembelajaran Menggunakan Model Contextual Teaching and Learning Sebagai Kelas Kontrol
Pelaksanaan kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol ini terdiri dari dua kali pertemuan dengan masing-masing pertemuan selama 70 menit ( 2x35 menit). Pertemuan pertama pada SD Bringin 01 kelas 3 B dilaksanakan pada hari jumat tanggal 22 Mei 2015 dan pertemuan kedua dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 23 Maret 2015. Pertemuan pertama untuk SD Pakis dilaksanakan pada hari senin tanggal 25 Mei 2015 dan untuk pertemuan kedua dilakukan pada hari rabu tanggal 27 Mei 2015.
a. Pertemuan Pertama
1) Menemukan pengetahuan awal
Pada tahap ini siswa diminta untuk menutupi permukaan meja dengan buku kemudian bertanya “berapa banyak buku yang diperlukan? Apa kaitan kegiatan kalian tadi dengan luas?” setelah pertanyaan dijawab, diberikan sebuah pertanyaan/permasalahan dan diminta untuk mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang masih belum dipahami siswa.
2) Eksplorasi
Menjalankan sesi tanya jawab mengenai permasalahan menghitung luas persegi kemudian diminta untuk mengidentifikasi permasalahan tersebut siswa mengumpulkan sumber belajar yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah.
3) Pembahasan dan solusi
Siswa dengan sumber belajar yang telah dipilih menyelesaikan permasalahan secara berkelompok dan guru berkeliling untuk memfasilitasi dan mengawasi.
4) Pengambilan tindakan
Pada tahap ini siswa menyelesaikan masalah dan mempresentasikan hasil diskusi kelompok didepan kelas, melakukan tanya jawab dengan kelompok presentasi dan kemudian menyimpulkan hasil diskusi kelas.
b. Pertemuan kedua
Sebelum kegiatan pembelajaran dimulai guru menyiapkan peralatan yang akan dibutuhkan dalam pembelajaran, seperti rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), lembar kerja siswa, alat peraga, buku pelajaran dan ruang untuk proses belajar mengajar. Materi pembelajaran pada pertemuan kedua ini adalah menghitung luas persegi panjang dengan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut.
1) Menemukan pengetahuan awal
Guru memberikan masalah dan meminta siswa mengajukan pertanyaan seputar permasalahan yang belum dipahami siswa.
2) Eksplorasi
Pada tahap ini siswa diminta untuk mengidentifikasi masalah, kemudian melakukan tanya jawab, setealah itu siswa mengumpulkan sumber belajar berupa buku atau catatan yang memungkinkan untuk digunkan dalam memnyelesaikan masalah, guru membimbing, memfasilitasi dan mengawasi kebutuhan sumber belajar siswa.
3) Pembahasan dan solusi
Pada tahap siswa dengan sumber belajar yang digunakan menyelesaikan masalah berdiskusi dalam kelompok untuk membahas dan menyelesaikan masalah.
4) Pengambilan tindakan
Pada tahap ini hasil diskusi siswa digunakan untuk menyelesaikan masalah yang diberikan dalam LKS, setelah selesai setiap kelompok mempresentasikan hasil pembahasan dan melakukan tanya jawab dengan kelompok lain. Setelah selesai siswa menyimpulkan hasil bahasan dengan bimbingan dan arahan guru
Berikut adalah hasil pengamatan yang digunakan pada saat melaksanakan pembelajaran pada kelompok kontrol yang menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning
Pada kegiatan awal pembelajaran terdapat 5 aspek yang diamati diantaranya adalah sebagai berikut : 1) mengkondisikan peserta didik untuk mengikuti pembelajaran , 2) melakukan tanya jawab, 3) menjelaskan tujuan pembelajaran, 4) melakukan apersepsi pembelajaran, 5) membagi dalm kelompok. Semua aspek tersebut terlaksana dengan runtut.
bertanya Terlaksana. Eksplorasi aspek yang diamati 5) memfasiltasi kegiatan tanya jawab. 6) memfasilitasi dan membimbing siswa untuk menentukan sumber belajar untuk memecahkan masalah. 7) memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi permasalahan yang diberikan semuanya terlaksana. Pembahasan dan Solusi aspek yang diamati 8) memfasilitasi penyusunan cara pemecahan masalah, 9) mengawasi dan membimbing siswa berdiskusi untuk memecahkan masalah dalam kelompok semua terlaksana. Pengambilan tindakan aspek yang diamati 10) mengawasi dan membimbing siswa menyelesaikan masalah, 11) memimpin dan mengawasi jalannya presentasi kelompok. 12) pemberian reward 13) memfasilitasi penyimpulan hasil belajar. semua terlakasana. Pada kegiatan penutup aspek yang diamati 1) melakukan refleksi, 2) memberikan motivasi. 3) memberikan soal evaluasi semua terlaksana.
4.2.2.1 Tingkat Hasil Belajar Kelompok Kontrol
Deskripsi hasil belajar siswa pada pelajaran matematika dengan materi luas persegi dan persegi panjang di SD Bringin 01 kelas 3 B dan SD Pakis sebagai kelas kontrol dengan menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning pretes dan postes dapat dilihat pada tabel
dibawah ini
Tabel 4.9
Hasil Belajar Kelompok Kontrol SD Bringin 01 Kelas 3 B
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
pretes_kontrol 23 45.00 85.00 72.3913 11.76180
postes_kontrol 23 55.00 95.00 79.5652 11.06931
Tabel 4.10
Hasil Belajar Kelompok Kontrol SD Pakis
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Pretes 24 25.00 80.00 61.4583 12.89415
Postes 24 35.00 90.00 70.8333 11.76460
Valid N (listwise) 24
Dari tabel diatas dapat dilihat nilai minimal pretest kelompok kontrol pada SD Bringin 01 kelas 3 B adalah 45 dan nilai tertingginya adalah 85. nilai rata-rata yang diperoleh adalah 72.40, untuk hasil posttest kelompok kontrol nilai minimalnya adalah 55, dan nilai tertingginya adalah 95. Untuk nilai rata-ratanya diperoleh adalah 79.57. Kelompok kontrol pada SD Pakis nilai minimun pretest adalah 25 dan nilai tertinggi yang didapat adalah 80. Nilai rata-rata yang diperoleh adalah 61.46, hasil posttest kelompok eksperimen ini nilai minimum yang diperoleh adalah 35 dan nilai tertinggi yang didapat adalah 90 dengan nilai rata-rata yang diperoleh adalah 70,83.
a. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar
dibagi dengan banyaknya kategori yang ditetapkan (kurang, hampir cukup, cukup, baik dan sangat baik). Secara visual rumus untuk mencari interval tersebut dirumuskan sebagai berikut :
Interval =
Interval SD Bringin 01 kelas 3 B = = 10 Interval SD Pakis = = 13
Interval yang didapatkan untuk SD Bringin 01 kelas 3 B adalah 10, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 45 - 55, hampir cukup berada pada interval 56- 66, cukup berada pada interval 67 - 77, baik berada pada interval 78 – 88, sangat baik berada pada interval 89 – 99
Interval untuk SD Pakis adalah 13, maka nilai terendah atau kurang berada pada interval 25 - 38, hampir cukup berada pada interval 39 - 52, cukup berada pada interval 53 - 66, baik berada pada interval 67 – 80, sangat baik berada pada interval 80 - 93.
Tabel 4.11
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas 3 B SD Bringin 01
Tabel 4.12
Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Pakis
No. Interval Kategori
Berdasarkan pada tabel 4.11 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas 3 B SD Bringin 01, siswa yang mendapat nilai pada interval 45 - 55 atau berada pada kategori kurang adalah 3 siswa dengan persentase 13%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 56 – 66 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 4 siswa dengan persentase 17%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 67 – 77 atau berada pada interval cukup adalah 5 siswa dengan persentase 22%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 78 – 88 sebanyak 11 siswa dengan presentase sebesar 48% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval 89 – 99. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas III B SD Bringin 01, sebagian berada pada kategori baik.
nilai pada interval 78 – 88 yang berada pada kategori baik adalah 8 siswa dengan persentase 35% dan siswa yang mendapat nilai pada interval 89 – 99 adalah 7 siswa dengan persentase 30%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok kontrol masuk dalam kategori baik.
Berdasarkan pada tabel 4.12 diatas, diketahui bahwa hasil belajar pretes pada siswa kelas 3 SD Pakis, siswa yang mendapat nilai pada interval 25 - 38 atau berada pada kategori kurang adalah 1 siswa dengan persentase 4%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 39 – 52 atau berada pada kategori hampir cukup adalah 2 siswa dengan persentase 8%. Siswa yang mendapat nilai pada interval 53 – 66 atau berada pada interval cukup adalah 13 siswa dengan persentase 54%. Siswa yang mendapatkan nilai pada interval 67 – 80 sebanyak 8 siswa dengan presentase sebesar 33% dan tidak ada siswa yang mendapat nilai pada interval 85 – 96. Dari hasil distribusi frekuensi diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar pretes kelas 3 SD Pakis, sebagian berada pada kategori cukup.
Hasil belajar postes siswa kelas 3 SD Pakis, berdasarkan pada tabel distribusi frekuensi diatas, diketahui bahwa 1 siswa yang mendapatkan nilai pada interval 35 – 48 atau pada kategori kurang dengan presentase sebesar 4%, siswa yang mendapatkan nilai pada interval 49 – 52 pada kategori hampir cukup sebanyak 1 siswa dengan presentase sebesar 4%. Sebanyak 7 siswa yang mendapat nilai pada interval 53 – 66 atau masuk pada kategori cukup dengan persentase 29% . Siswa yang mendapat nilai pada interval 67 – 80 yang berada pada kategori baik adalah 13 siswa dengan persentase 54% dan siswa yang mendapat nilai pada interval 81 – 94 adalah 2 siswa dengan persentase 8%. Berdasarkan hasil diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar postes pada kelompok eksperimen masuk dalam kategori baik.
Gambar 4.3
Grafik distribusi Frekuensi Hasil Belajar SD Bringin 01 Kelas 3 A
Gambar 4.4
Grafik distribusi Frekuensi Hasil Belajar SD Pakis
b. Rata-Rata Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Bringin 01 Kelas 3 B dan SD Bringin 02
Rata-rata hasil belajar adalah nilai perolehan rata-rata keseluruhan baik pretes maupun postes. Pemaparan rata-rata hasil belajar dimaksudkan
0
Distribusi Frekuensi Skor Pretest Postest Kelompok Kontrol SD Inti
Distribusi Frekuensi Skor Pretest Postest Kelompok Kontrol SD Imbas
pretest
untuk melihat perubahan perolehan/ peningkatan persentase sebelum dan setelah diberikan perlakuan dengan pembelajaran model Contextual Teaching and Learning. Adapun rata-rata maupun perubahan peningkatannya, disajikan dalam tabel berikut ini baik untuk SD inti maupun SD imbas:
Tabel 4.13
Tabel Perubahan Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas 3 B SD Bringin 01/SD Inti
Rata-rata nilai hasil belajar
Perubahan Pretest Postest
72,39 79,57 7,17
Tabel 4.14
Tabel Perubahan Rata-rata Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas 3 SD Pakis/SD Imbas
Rata-rata nilai hasil belajar
Perubahan Pretest Postest
61,46 70,83 9,37
Dari tabel diatas, diketahui bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas 3 B SD Bringin 01, nilai rata-rata pretes adalah 72,39, kemudian rata-rata hasil belajar postes yaitu 79,57. Hal ini menandakan setelah diberikan pembelajaran dengan model Contextual Teaching and Learning siswa kelas 3 B SD Bringin 01 terjadi kenaikan rata-rata hasil belajar yaitu 7,17. SD Pakis memiliki nilai rata-rata pretes 61,46, untuk nilai rata-rata postets adalah 70,83, kenaikan rata-rata hasil belajar yang diperoleh SD Pakis adalah sebesar 9,37.
4.3 Diskripsi Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol.
Education pada kelompok eksperimen dan Contextual Teaching and
Learning pada kelompok kontrol. Meskipun sintak kedua model tersebut hampir sama tetapi pada kenyataannya untuk hasil belajar siswa pada SD inti dan SD imbas lebih meningkat yang menggunakan model Realistic Mathematic Education dibanding dengan Contextual Teaching and
Learning. Tetapi untuk hasil belajar secara keseluruhan kedua model ini
rata-rata sudah melebihi KKM yang ditentukan dari sekolah. Untuk hasil perbedaan pada kedua kelompok ini dapat dilihat pada tabel 4.15 dan tabel 4.16 berikut ini
Tabel 4.15
Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol SD Inti
Tahap pengukuran
Rerata skor ( mean)
Keterangan selisih skor Kelompok
Eksperimen Kontrol
Kontrol
Awal 73,64 72,39 1,25
Akhir 85,91 79,57 6,34
Gain skor 12,27 7,17 5,10
Tabel 4.16
Komparasi Hasil Pengukuran Hasil Belajar Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol SD Imbas
Dari tabel diatas dapat dilihat tahap awal pada kelompok eksperimen SD imbas nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60,83 dan nilai akhir 73,96 dengan keuntungan yang diperoleh adalah 13,13. Sedangkan pada kelompok kontrol SD imbas nilai awal yang diperoleh adalah 61,46 dan nilai akhir 70,83 dengan keuntungannya adalah 9,37. Untuk selisih secara keseluruh antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol SD inti dari tahap awal mendapat -0,63 sedangkan pada tahap akhir 3,13 dengan nilai keuntungannya 3,75.
4.4 Hasil Uji Perbedaan
Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu dengan menghitung rata-rata masing-masing kelompok kelas, kemudian diuji perbedaannya menggunakan uji t yang dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS 16. Uji t dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil belajar dengan menggunakan model Realistic Mathematic Education pada kelompok eksperimen dan Contextual Teaching and Learning pada kelompok kontrol. Sebelum uji t terlebih dahulu sudah dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.
perbedaan rata-rata antara dua kelompok yang tidak berhubungan. Sebelum dilakukan uji t test (Independent Samples T Test) sebelumnya dilakukan uji kesamaan varian (homogenitas) dengan F test (Levena,s Test), artinya jika varian sama, maka uji t menggunakan Equal Variances Assumed (diasumsikan varian sama) dan jika varian berbeda menggunakan Equal Variances Not Assumed (Duwi Priyatno, 2010: 35).
Langkah-langkah uji F sebagai berikut:
(1) Menentukan Hipotesis
Ho : Kedua varian adalah sama (varian kelas eksperimen dan kelas
kontrol).
Ha : Kedua varian adalah berbeda (varian kelas eksperimen dan kelas
kontrol).
(2) Kriteria Pengujian (berdasarkan signifikansi) Ho diterima jika signifikansi > 0,05
Ho ditolak jika signifikansi < 0,05
(3) Membandingkan signifikansi
Nilai signifikansi > 0,05, maka Ho diterima dan Nilai signifikansi <
0,05, maka Ho ditolak.
Langkah-langkah Uji Independent Samples T Test sebagai berikut: (1) Menentukan Hipotesis
Ho : tidak ada perbedaan antara rata-rata skor posttest kelas
eksperimen dengan kelas kontrol.
Ha : ada perbedaan antara rata-rata skor posttest kelas eksperimen
dengan kelas kontrol.
(2) Menentukan tingkat signifikansi
Pengujian menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikansi α = 5% atau 0,05.
(3) Menentukan t hitung
(4) Menentukan t tabel
Tabel distribusi t dicari pada α = 5% : 2 = 2,5% (uji 2 sisi) dengan derajat kebebasan (df) n-2. Dengan pengujian 2 sisi (signifikansi = 0,025).
(5) Kriteria Pengujian
Ho diterima jika t hitung < t tabel
Ho ditolak jika t hitung > t tabel
Berdasarkan signifikansi:
Ho diterima jika signifikansi > 0,05
Ho ditolak jika signifikansi < 0,05
(6) Kesimpulan
Tahap Uji Beda Rata-Rata dengan Uji Independent T Test ini menggunakan program SPSS Statistics 16 for windows.
Rumusan hipotesis statistik (Sugiyono, 2013:163) sebagai berikut: Ho: μ1 = μ2
Ha: μ1 ≠ μ2 4.4.1 Uji Prasyarat
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil tes evaluasi setelah pembelajaran (posttest), dianalisislah perbedaan hasil belajar dua kelompok penelitian. Namun, sebelum melakukan uji beda terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yang dimaksud uji prasyarat yakni uji normalitas dan uji homogenitas.
Tabel 4.17
Hasil Uji Normalitas Data Postes Kelas III A dan III B SD Bringin 01
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Postest
eksperimen
Postes
kontrol
N 22 23
Normal Parametersa Mean 85.9091 79.5652
Std. Deviation 9.83632 11.06931
Most Extreme Differences Absolute .190 .168
Positive .173 .129
Negative -.190 -.168
Kolmogorov-Smirnov Z .893 .805
Asymp. Sig. (2-tailed) .402 .536
a. Test distribution is Normal.
Tabel 4.18
Hasil Uji Normalitas Data Postes Kelas SD Bringin 02 dan SD Pakis
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Posttes
ekperime
n
Postes
kontrol
N 24 24
Normal Parametersa Mean 73.9583 70.8333
Std. Deviation 13.51160 11.76460
Most Extreme
Differences
Absolute .239 .185
Positive .129 .135
Negative -.239 -.185
Kolmogorov-Smirnov Z 1.171 .906
Asymp. Sig. (2-tailed) .129 .384
a. Test distribution is Normal.
Berdasarkan tabel terlihat bahwa kelompok ekperimen SD Bringin 02 pada uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai 0,129 dan pada kelompok kontrol SD Pakis menunjukkan nilai 0,384. Probabilitas signifikansi Kolmogorov-Smirnov kedua kelompok menunjukkan lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data berdsitribusi dengan normal.
Gambar 4.5
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Eksperimen SD Bringin 01
Gambar 4.6
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Eksperimen SD Bringin 02
Gambar 4.7
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Kontrol SD Bringin 01
Gambar 4.8
Grafik Normalitas Distribusi Data Kelompok Kontrol SD Pakis
terhadap dua kelompok penelitian dengan menggunakan Test Of Homogeneity Of Variance.
Tabel 4.18
Uji Homogenitas Postes SD Bringin 01 Kelas 3 A dan Kelas 3 B
Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.248 3 15 .328
Tabel 4.19
Uji Homogenitas Postes SD Bringin 02 dan SD Pakis
Test of Homogeneity of Variances
nilai
Levene Statistic df1 df2 Sig.
1.485 5 14 .256
Dari uji homogenitas SD Bringin 01 kelas 3 A dan kelas 3 b tersebut nilai signifikansi 0,328. Uji homogenitas SD Bringin 02 dan SD Pakis memiliki nilai signifikasi 0,256. Maka dapat dikatakan bahwa dua kelompok SD Bringin 01 dan kedua kelompok SD Bringin 02 dan SD Pakis dalam penelitian ini sama atau homogen. Hal ini ditunjukkan pada nilai probabilitas keduanya yang menunjukkan nilai lebih besar dari nilai alpha (α ) 0.05.
Sebagai uji prasyarat untuk melakukan uji beda, data hasil posttest pada dua kelompok penelitian ini normal dan homogen.
Jadi kesimpulannya karena uji prasyarat terpenuhi maka dapat dilakukan penelitian.
4.5 Hasil Uji Hipotesis
Education dengan siswa kelas 3 B SD Bringin 01 dan siswa kelas 3 SD
Pakis yang menggunakan model Contextual Teaching and Learning untuk melihat perbedaan hasil belajar pada kedua kelompok ini, sekaligus melihat apakah model Realistic Education memberikan pengaruh pada hasil belajar. Untuk melakukan uji hipotesis, digunakan Independent Sampel Test, untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh penggunaan model pembelajaran Realistic Mathematic Education dalam meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 4.20
Analisis Uji Postes Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol SD Bringin 01
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Tabel 4.21
Analisis Uji Postes Kelompok Eksperimen SD Bringin 02 dan Kelompok Kontrol SD Pakis
Independent Samples Test
Levene's
Test for
Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Dari tabel diatas diketahui bahwa probabilitas sig (2tailed) 0,039. Probabilitas ini kurang dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa kedua kelompok penelitian ini berbeda atau memiliki perbedaan.
Sebelumnya pada hasil uji beda diketahui bahwa nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,048 dan 0,039. Berdasarkan kriteria pengujian hipotesis berdasarkan probabilitas dapat dikatakan bahwa HO ditolak. Karena nilai
signifikansi probabilitas pada uji beda kurang dari dari 0,05. Dengan ditolaknya Ho maka Ha diterima. Secara empirik, hasil dari pengujian
hipotesis menyatakan bahwa ada perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD gugus Pangeran Diponegoro yang menggunakan model Realistic Mathematic Education dengan siswa yang menggunakan model Contextual Teaching and Learning.
4.6 Pembahasan Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD gugus Pangeran Diponegoro dengan SD Negeri Bringin 01 kelas 3 A dan SD Bringin 02 sebagai kelompok eksperimen dengan melaksanakan pembelajaran menggunakan model Realistic Mathematic Education berjalan lancar sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran. Begitu pula dengan penelitian yang dilakukan di SD Negeri Bringin 01 kelas 3 B dan SD Negeri Pakis sebagai kelompok kontrol yang melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model Contextual Teaching and Learning. Disini guru pada kedua kelompok penelitian sudah melaksanakan sintaks pembelajaran dengan runtut. Seperti yang tercantum pada bab 1 yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah ada perbedaan hasil belajar menggunakan model Realistic Mathematic Education dibandingkan dengan model Contextual Teaching and Learning.
(2tailed) sebesar 0,562 > 0.05, maka dapat diambil kesimpulan nilai pretes
kelompok eksperimen SD inti dan SD imbas berdistribusi normal. Untuk pretes kelompok kontrol SD inti nilai dari Asymp.sig (2tailed) adalah 0,218 > 0,05, sedangkan nilai dari Asymp.sig (2tailed) kelompok kontrol SD imbas memiliki nilai sebesar 0,398 > 0,05, maka dapat diambil kesimpulan nilai pretes kedua kelompok kontrol berdistribusi normal, sehingga data dari kedua kelompok dari SD inti dan SD imbas tersebut berdistribusi normal.
Analisis deskriptif dari skor hasil belajar siswa setelah pembelajaran diketahui bahwa nilai tertinggi yang diperoleh dari kelompok eksperimen SD inti yaitu 100 dan nilai terendahnya 60, dengan rata-rata skor hasil belajar 85,91. Nilai tertinggi yang diperoleh pada kelompok eksperimen SD imbas yaitu 95 dan nilai terendahnya 50 dengan rata-rata hasil belajar sebesar 73,96. Nilai hasil belajar tertinggi yang didapat oleh kelompok kontrol SD inti yaitu 95 dan nilai tertingginya adalah 55 dengan rata-rata skor hasil belajar 79,57. Nilai tertinggi kelompok kontrol SD imbas adalah 90 dan nilai terendah adalah 35 dengan rata-rata skor hasil belajar sebesar 70,83. Adapun dari 22 siswa kelompok eksperimen SD inti terdapat 21 siswa yang tuntas KKM mata pelajaran matematika kelas 3 SD Bringin 01 dengan persentase 95% dan 1 siswa tidak tuntas KKM dengan persentase 5%. Sedangkan pada 23 siswa kelompok kontrol SD inti terdapat 20 siswa tuntas KKM mata pelajaran matematika kelas 3 SD Bringin 01 dengan presentase 87% dan 3 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 13%. Siswa kelompok eksperimen SD imbas sebanyak 24 siswa terdapat 19 siswa tuntas KKM mata pelajaran matematika kelas 3 SD Bringin 02 dengan presentase 79% dan 5 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 21%. Sedangkan dari 24 siswa kelompok kontrol SD imbas terdapat 21 siswa tuntas KKM mata pelajaran matematika kelas 3 SD Pakis dengan presentase 87% dan 3 siswa tidak tuntas KKM dengan presentase 13%.
probabilitas sig.(2tailed). Hasil uji beda pada SD inti menunjukkan koefesien 0,048. Probabilitas ini kurang dari 0,05, maka dapat dinyatakan bahwa ada perbedaan antara dua kelompok penelitian. Hasil uji beda pada SD imbas menunjukkan nialai probabilitas sebesar 0,039. Probabilitas kelompok SD imbas juga menunjukkan angka yang kurang dari 0,05, sehingga dapat dinyatakan juga bahwa ada perbedaan antara dua kelompok penelitian SD imbas, setelah melakukan uji beda, dilakukan uji hipotesis . Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan kriteria signifikan. probabilitas sig (2tailed) dari uji beda. Hasil probabilitas kedua kelompok
dari SD inti maupun imbas menunjukkan kurang dari 0,05. Maka penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang positif dan signifikan hasil belajar matematika siswa kelas 3 SD gugus Diponegoro yang menggunakan model Realistic Mathematic Education dengan siswa yang menggunakan model Contextual Teaching and Learning.
Hasil uji beda dan hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan antara kedua kelompok penelitian terhadap hasil postes, sejalan dengan adanya perbedaan rata-rata antara kedua kelompok penelitian dan jumlah siswa yang tidak tuntas KKM. dari rat-rata skor hasil belajar, siswa pada kelompok eksperimen berhasil memperoleh rata-rata skor hasil belajar lebih tinggi dibandingkan rata-rata pada kelompok kontrol baik dari SD inti maupun SD imbas. Sedangkan berdasarkan jumlah siswa yang tuntas KKM siswa pada kelompok eksperimen lebih banyak yang menuntaskan KKM dibandingkan siswa dari kelompok kontrol. Maka uji beda yang dilakukan semakin memperkuat hasil penelitian ini yang menyatakan memang ada perbedaan antara dua kelompok penelitian terhadap hasil belajar.
model Realistic Mathematic Education memiliki beberapa kelebihan antara lain yaitu: a) Pengetahuan yang didapat siswa lebih kuat karena dibangun sendiri oleh siswa. b) penggunaan realitas memungkinkan untuk pembangunan suasana belajar yang menyenangkan. c) Penghargaan terhadap hasil karya siswa karena setiap jawaban siswa memiliki nilai. d) model ini memotivasi siswa untuk lebih berani dalam berpendapat. e) Ras kerjasama dan menghormati antar teman semakin meningkat sehingga memperkuat konsep diri siswa. f) siswa jauh lebih paham karena pembelajaran yang dilakukan dengan menyeluruh. g) Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. h) Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.
Selain memiliki kelebihan model Realistic Mathematic Education juga memiliki beberapa kelemahan seperti yang di paparkan oleh Mstaqimah (2001) adalah sebagai berikut: a) Membutuhkan waktu yang lama,terutama bagi siswa yang kemampuannya rendah. b) Siswa yang pandai kadang-kadang tidak sabar untuk menanti temannya yang belum selesai itu. c) Membutuhkan alat peraga yang sesuai dengan situasi pembelajaran pada saat itu. d) Karena masih diberi informasi terlebih dahulu maka siswa kesulitan untuk menemukan sendiri jawabannya,
Dalam model pembelajaran Realistic Mathematic Education ada beberapa sintak yang sangat mempengaruhi keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran diantaranya adalah pemahaman masalah karena disini siswa diberikan suatu masalah yang mana siswa diberikan kesempatan untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang mereka hadapi, tehnik ini sangat berguna dalam membangun peserta didik agar mereka terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
dalam mengidentifikasi dan menjelaskan kepada teman yang belum paham dan untuk membangun kepercayaan diri siswa untuk berpendapat baik terhadap teman maupun terhadap guru.
Selanjutnya adalah menyelesaikan masalah, pada tahap ini siswa dalam kelompok menyelesaikan masalah yang telah diidentifikasi dengan berdiskusi. Sintak ini berdampak pada semakin kuatnya rasa kerjasma siswa didalam tim untuk menyelesaikan permasalahan.
Selanjutnya adalah membandingkan dan mendiskusikan jawaban, pada tahap ini siswa dalam kelompok yang telah menyelesaikan masalah mempresentasikan jawaban di depan kelas sedangkan siswa dalam kelompokmlain menanggapi. Dalam tahap ini siswa nantinya akan lebih menghargai pendapat teman dan berani didalam berpendapat serta penghargaan terhadap hasil karya sendiri.
Sintak terakhir adalah menyimpulkan hasil dimana pada tahap ini siswa secara individu maupun kelompok menyimpulkan hasil diskusi kelas untuk membangun pengetahuan mereka. Pada tahap ini memungkinkan untuk siswa dapat membuat dan memahami pembelajaran dengan penyimpulan menggunakan bahasa sendiri sehingga pengetahuan siswa lebih terserap dengan baik sesuai dengan bahasa sendiri dan pengetahuan akan lebih kuat bertahan pada ingatan siswa.
signifikan antara kelas yang menggunakan model Realistic Mathematic Education dengan kelas konvensional.
Penelitian ini juga sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh I Md Sunari Adi, I Gd Meter, M.G Rini Kristiantari yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran RME Berbantuan Media Semi Konkret Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Kelas V gugus 8 Kecamatan Gianyar, Kabupaten
Gianyar Tahun Ajaran 2013/2014”. Penelitian ini menggunakan uji t dari chi
square dimana dari hasil uji t menunjukkan nilai 2,29 > 2,00, maka terdapat
perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran RME berbantuan media semi konkret dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran secara konvensional yang diajarkan dengan model ekspositori.
Selain penelitian I Md Sunari Adi, I Gd Meter dan M.G Rini Kristiantari, penelitian juga dilakukan oleh Kornelius (2012) dengan judul penelitian Pengaruh Model Pembelajaran Realistic Methmetic Education Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Sekolah Dasar. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran Realistic Methmetic Education berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dimana rata-rata kelas ekperimen sebesar 80,60 sedangkan rata-rata hasil belajar kelas kontrol 59,07. Probabilitas uji t adalah 0,000 sehingga terdapat perbedaan signifikan antara kelompok ekperimen dengan kelompok kontrol.
Keberhasilan hasil belajar siswa yang menggunakan model Realistic Mathematic Education juga tergambarkan pada kerangka pikir. Setiap
langkah yang diberikan guru itu berdampak postif bagi siswa diantaranya pemahaman masalah dampaknya bagi siswa adalah mampu mengidentifikasi dan menganalisa permasalahan yang dihadapi, penjelasan masalah dampaknya bagi siswa guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menjelaskan dan mengumpulkan sumber belajar yang diperlukan serta interaksi dengan teman maupun guru dengan bertanya jawab, menyelesaikan masalah pada tahap ini siswa belajar secara aktif untuk
permasalahan yang dihadapi secara kelompok maupun individu. Membandingkan dan mendiskusikan hasil dampaknya bagi siswa terbentuknya interaksi kelas dengan salaing melengkapai jawaban masing-masing dan timbulnya rasa berani berpendapat serta bertambahnya pengetahuan dengan beragam jawaban yang dikemukakan. Langkah yang terakhir adalah menyimpulkan hasil dampaknya bagi siswa adalah siswa bisa membuat ringkasan pembelajaran dengan bahasa mereka sendiri dan siswa dapat membangun pengetahuan meraka. Langkah-langkah inilah yang membuat siswa terlibat langsung dan aktif dalam pembelajaran.
Dalam pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model Realistic Mathematic Education terlihat beberapa aktivitas siswa yang menunjukkan bahwa model Realistic Mathematic Education memberikan pengaruh yang positif terhadap perilaku siswa.
Aktifitas yang dimaksud antara lain:
a. Seluruh siswa kelas 3 A SD Bringin 01 dan SD Bringin 02 mengikuti pembelajaran dengan aktif dan berantusias dalam bertanyajawab, mencoba dan berinteraksi dalam kelompok maupun kelas, sehingga sebagian besar siswa dapat memahami materi yang sedang dipelajari dan mengalami peningkatan hasil belajar serta nilainya mencapai KKM.
b. Konsep yang ada dalam materi lebih konkret karena dengan pengaitan kegiatan sehari-hari dan mampu di bayangkan, siswa dapat secara mandiri menemukan keterkaitan antara materi dengan kegiatan dan contoh sehari-hari mereka sehingga siswa lebih mudah memahami konsep yang telah disampaikan.
c. Semua siswa kelas 3 A SD Bringin 01 dan SD Bringin 02 antuisas dalam memecahkan masalah dengan berbagai cara yang meraka pilih sehingga dalam mengerjakan LKS siswa terlihat tidak kesulitan.
d. Seluruh siswa mampu mengerjakan soal postes dengan percaya diri dan tenang, terlihat bahwa siswa tidak melihat jawaban teman sebangkunya.
Realistic Mathematic Education digunakan dalam menyampaiikan materi
pelajaran matematika dengan pokok bahasan luas persegi dan persegi panjang memiliki pengaruh positif terhadap pembelajaran karena dalam proses pembelajaran mereka mampu memecahkan masalah dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa serta bekerjasama dan berdiskusi. Dan hal itu ternyata berpengaruh pada hasil belajar siswa sehingga hasil belajar siswa dapat tercapai secara maksimal
4.7 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan pada SD Bringin 01, SD Bringin 02 dan SD Pakis kecamatan Bringin berjalan dengan lancar. Meskipun demikian selama melakukan penelitian, peneliti mengalami beberapa kendala selama proses penelitian berlangsung. Adapun yang menjadi kendala dalam penelitian ini diantaranya kurangnya pemahaman siswa terdapat konsep pengubinan dan kurangnya jumlah puzzle yang digunakan dalam pengaitan konsepsi berdampak pada masih lemahnya pemahaman siswa dan waktu yang terpakai saat menyelesaikan puzzle.