• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengembangan Instrumen Penilaian Hasil Belajar"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

BAHAN BELAJAR MANDIRI

Agar pembelajaran di KKG/MGMP berjalan dengan baik, maka guru peserta sebaiknya telah memahami materi: (1) proses pembelajaran program BERMUTU; (2) KTSP; dan (3) RPP. Pemahaman akan materi tersebut merupakan prasyarat untuk memulai diskusi topik pengembangan instrumen penilaian hasil belajar.

BBM SUPLEMEN/ PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN HASIL BELAJAR

Topik

Pengembangan

Instrumen Penilaian

Hasil Belajar

Jumlah jam

4 jam tatap muka (4 x 50 menit)

4 jam tugas terstruktur (4 x 60 menit)

(2)

A. Pengantar

Bahan Belajar Mandiri (BBM) ini khususnya diperuntukkan bagi guru pemandu, kepala sekolah pemandu, dan pengawas sekolah pemandu, namun dapat pula digunakan oleh para guru, kepala sekolah, pengawas sekolah peserta kegiatan di KKG, MGMP, KKKS, MKKS, KKPS dan MKPS.

Guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah diharapkan mampu mengembangkan indikator dan instrumen penilaian hasil belajar pada proses pembelajaran. Kemampuan tersebut merupakan salah satu pencapaian subkompetensi pedagogik guru seperti yang tercantum dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. BBM ini ditulis dalam rangka membantu guru pemandu, kepala sekolah pemandu dan pengawas sekolah pemandu berperan sebagai fasilitator membimbing guru anggota KKG/MGMP agar memiliki kemampuan tersebut.

1. Kedudukan Topik

Salah satu indikator keberhasilan program BERMUTU di KKG/MGMP adalah terwujudnya bank soal. BBM suplemen dengan topik pengembangan instrumen penilaian hasil belajar ini merupakan rangkaian dari topik-topik yang terkait dengan pengembangan bank soal. Topik BBM yang berkaitan dengan pengembangan bank soal adalah: (1) Penilaian Pembelajaran, (2) Instrumen Penilaian Hasil Belajar, dan (3) Analisis Butir Soal dan Bank Soal. BBM ini merupakan lanjutan dari BBM Penilaian Pembelajaran, khususnya terkait kegiatan belajar 2 tentang instrumen penilaian hasil belajar.

2. Pentingnya Topik

(3)

3. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan dari BBM ini adalah pengembangan awal instrumen penilaian hasil belajar yang terdiri atas 5 subtopik sebagai berikut.

a. Instrumen Penilaian bentuk Benar-Salah. b. Instrumen Penilaian bentuk Menjodohkan. c. Instrumen Penilaian bentuk Pilihan Berganda. d. Instrumen Penilaian bentuk Uraian.

e. Instrumen Non-tes

4. Petunjuk Kegiatan

Kegiatan tatap muka di KKG/MGMP dalam topik ini dilakukan selama 4 jam (@ 50 menit).

Dalam mempelajari topik pengembangan instrumen penilaian hasil belajar ini, para guru peserta belajar dalam satu kali pertemuan (minimal) kegiatan tatap muka di KKG/MGMP yang diikuti dengan kegiatan tugas terstruktur dan tugas mandiri.

(4)

B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian

Kompetensi

Kompetensi dan indikator pencapaian kompetensi yang ingin dicapai pada kegiatan belajar dengan BBM ini sebagai berikut Instrumen Penilaian Hasil Belajar

No Kompetensi Indikator Pencapaian Kompetensi 1 Mengembangkan

instrumen penilaian proses dan hasil belajar.

Menjelaskan pengertian, ragam, kekuatan dan kelemahan

instrumen tipe benar-salah. Membuat instrumen tipe benar-salah yang beragam.

Menjelaskan pengertian, kekuatan dan kelemahan instrumen tipe menjodohkan. Membuat instrumen tipe menjodohkan yang beragam.

Menjelaskan pengertian, ragam, kekuatan dan kelemahan

instrumen tipe pilihan berganda. Membuat instrumen tipe pilihan berganda yang beragam.

Menjelaskan pengertian, kekuatan dan kelemahan instrumen tipe uraian.

(5)

C. Persiapan

Untuk mempelajari BBM ini diperlukan persiapan dari guru dan guru pemandu sebagai berikut.

1. Pelajarilah konsep kurikulum, KTSP, Silabus dan RPP.

2. Pelajari kesesuaian kompetensi dasar dengan indikator serta jenis penilaian yang akan dipergunalan

3. Siapkan alat dan bahan dalam pertemuan, misalnya sebagai berikut.

a. papan tulis/kertas plano, spidol/kapur; b. LCD dan laptop(bila memungkinkan); c. SK dan KD mata pelajaran.;

d. Standar isi (SK-KD mata pelajaran yang diampu atau semua mata pelajaran (bagi guru SD). Contoh-contoh instrumen penilaian hasil belajar tipe benar salah yang beragam, menjodohkan, pilihan berganda yang beragam, uraian dan bentuk non-tes.

D. Sumber Belajar

Sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembela-jaran di KKG/MGMP meliputi:

No. Judul Keterangan

1. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Tipe Benar-Salah

Lampiran 1

2. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Tipe Menjodohkan

Lampiran 2

3 Instrumen Penilaian Hasil Belajar Tipe Pilihan Berganda

Lampiran 3

4. Instrumen Penilaian Hasil Belajar Tipe Uraian Lampiran 4

(6)

6

Contoh-contoh instrumen penilaian hasil belajar tipe benar-salah yang bergam, tipe

menjodohkan, tipe pilihan berganda yang beragam untuk dikaji di KKG/MGMP pada saat kegiatan tatap muka.

(7)

Penjelasan

Kegiatan 1. Pendahuluan (10 menit)

Pada kegiatan pendahuluan guru/kepala sekolah/pengawas sekolah pemandu menginformasikan kompetensi, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan belajar yang akan dilakukan, dan hasil belajar yang diharapkan dalam pembahasan topik pengembangan instrumen hasil belajar. Selanjutnya ajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggali

(8)

pengetahuan awal peserta. Pertanyaan yang dapat diajukan, misalnya:

Ibu/Bapak selalu mengembangkan tes pada waktu melakukan penilaian. Berdasarkan konstruksinya tes dapat dikelompokkan ke dalam kelompok apa saja? Apa saja macam dan ragam tes itu?

Apa saja yang harus diperhatikan pada saat akan mengembangkan instrumen hasil penilaian?

Untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam mengembangkan instrumen penilaian hasil belajar, ajaklah guru mempelajari sumber belajar 1 s.d 6 yang terdapat pada lampiran 1-6.

Kegiatan 2. Latihan membuat tes bentuk

Benar-Salah (15 menit)

Dalam kegiatan 1 ini, ajaklah guru untuk memahami dan berlatih mengembangkan instrumen bentuk tes obyektif benar-salah. Walaupun sekarang ini banyak guru yang jarang menggunakan bentuk ini, tetapi sebagai instrumen penilaian hasil belajar, bentuk tes objektif benar-salah tetap harus dipahami.

Mintalah guru untuk membaca lampiran 1, setelah itu ajaklah untuk mengembangkan tes benar-salah sesuai kaidah yang ditetapkan.

Kegiatan 3. Latihan membuat tes bentuk

menjodohkan (15 menit)

Guru mempelajari sumber belajar pengembangan

instrumen penilaian bentuk menjodohkan pada lampiran 2. Setelah kegiatan membaca sekitar 10 menit, ajaklah guru mengembangkan instrumen tes

(9)

Kegiatan 4. Latihan membuat tes bentuk

pilihan ganda (30 menit)

Sebelum kegiatan membuat tes pilihan ganda, Guru Pemandu, meminta beberapa guru untuk menayangkan hasil kegiatan 2 dan 3. Mintalah komentar dan masukan dari guru-guru peserta belajar lainnya. Kegiatan pembahasan tes benar-salah dan menjodohkan dialokasikan 20 menit. Setelah pembahasan contoh tes benar-salah dan menjodohkan, ajaklah guru mempelajari dan berlatih mengembangkan instrumen bentuk pilihan ganda.

Kegiatan 5. Latihan membuat tes tipe uraian

(40 menit)

Setelah selesai berlatih membuat instrumen pilihan ganda, mintalah guru mempelajari pengembangan tes

Kegiatan 6. Latihan membuat tipe non-tes

(60 menit)

Sebelum menyusun tipe non-tes ini dilaksanakan peserta menyimpulkan manfaat dari tipe tes. Kemudian berlatih membuat instrumen non-tes, mintalah guru mempelajari pengembangan non-tes dalam lampiran ke-6.

(10)

Pemandu meminta guru menayangkan hasil kegiatan 4 ,5 dan 6 lalu meminta guru lainnya menanggapi dan memberikan masukan-masukan untuk pengembangan instrumen tes pilihan ganda dan uraian.

Setelah ada pemahaman bersama mengenai pengembangan instrumen tes. Pemandu meminta guru merefleksikan hasil belajar yang telah dicapai. Selanjutnya, pemandu menginformasikan tugas-tugas yang harus diselesaikan guru di sekolah/di rumah.

Tugas terstruktur dan mandiri

Tugas terstruktur: membuat instrumen penilaian hasil

belajar bentuk benar-salah yang beragam, menjodohkan,

pilihan berganda yang beragam dan uraian serta non-tes.

Tugas mandiri: mencermati instrumen penilaian yang

digunakan pada RPP masing-masing, apakah sudah ditulis

sesuai kaidah-kaidah yang berlaku).

F. Penilaian

(11)

LAMPIRAN

Lampiran 1: Pengembangan Instrumen Penilaian

Hasil Belajar Tipe Benar Salah

Butir soal bentuk tes benar-salah adalah butir soal yang terdiri atas sebuah pernyataan yang oleh peserta tes harus dijawab dengan benar atau salah. Cara menjawab biasanya dengan melingkari huruf B atau S yang disediakan di depan pernyataan. Ragam tes benar-salah selain ragam yang memerlukan jawaban B atau S adalah ragam yang memerlukan (a) jawaban B atau S yang disertai petunjuk untuk memberikan jawaban benar bila siswa menjawab pernyataan tersebut salah, (b) beberapa pernyataan yang jawabannya mengacu pada satu informasi sama (ragam benar-salah berganda), (c) jawaban ya tidak, dan (d) jawaban ya tidak yang disertai petunjuk untuk memberikan alasan bila siswa menjawab pertanyaan dengan ‘tidak’. Berikut adalah contoh soal dari masing-masing ragam tersebut.

Ragam Tes Benar-Salah.

Jumlah semua sudut dalam sebuah segitiga adalah 1800. B* S Besar X dalam persamaan X + 3 x 2 = 16 adalah 5. B S*

Ragam Tes Benar Salah yang disertai petunjuk untuk memberikan jawaban benar bila siswa memilih jawaban Salah.

Jumlah semua sudut dalam sebuah segiempat adalah 2700. B S* Jika kamu menjawab S, tuliskan jawaban yang benar.

________________________________________________________________

Ragam Tes Benar-Salah Berganda.

Undang-undang kebebasan pers menyatakan bahwa koran ....

(12)

2. ijinnya dapat dicabut jika mengkritik pemerintah. B S* 3. mempunyai hak mengamati aktivitas pemerintah. B* S

Ragam Tes Ya Tidak.

Mungkinkah presiden terpilih tanpa memperoleh suara terbanyak

dalam pemilihan presiden? Ya Tidak*

Ragam Tes Ya Tidak yang disertai petunjuk untuk memberikan alasan jika siswa memilih jawaban Tidak.

Lurah harus memperoleh dukungan terbanyak di masyarakat Ya Tidak Jika kamu menjawab Tidak, uraikan alasannya.

________________________________________________________________ ________________________________________________________________ ________________________________________________________________

J

Ebel (1979: 111-112) adalah seorang ahli pendidikan yang lebih dari yang lain dalam mempertahankan gagasan bahwa bentuk tes benar-salah cocok sekali untuk tes hasil belajar (untuk selanjutnya akan disebut THB). Argumen yang diajukannya untuk meyakinkan validitas bentuk tes benar-salah adalah (1) esensi hasil belajar adalah menguasai pengetahuan verbal bermakna, (2) semua pengetahuan verbal dapat dinyatakan dalam bentuk pernyataan (proposisi), (3) proposisi adalah setiap kalimat yang dapat ditetapkan benar salahnya dan (4) tingkat hasil belajar siswa ditunjukkan oleh keberhasilannya menetapkan benar salahnya proposisi-proposisi yang relevan. Kekuatan lain dari bentuk tes benar salah adalah (1) sejumlah aspek materi pokok dapat dirumuskan dalam pernyataan verbal, (2) tes dapat meliput banyak materi pokok, (3) tes relatif mudah dibuat dan (4) penskoran tes relatif mudah dilakukan.

(13)

Teknik-teknik umum yang harus diperhatikan untuk membuat instrumen tes tertulis berbentuk obyektif (termasuk untuk membuat tes benar-salah) adalah sebagai berikut:

1. Petunjuk menjawab soal harus jelas.

2. Perhatikan kekuatan dan kelemahan dari bentuk tes benar-salah. 3. Jangan menggunakan kata selalu, kadang-kadang , seringkali, banyakan, biasanya, mungkin dan sejenisnya yang meragukan.

4. Kata negatif (tidak, bukan, kecuali) harus digarisbawahi atau ditulis dengan huruf tebal atau huruf miring sehingga jelas terlihat.

5. Hindari adanya penyataan negatif ganda, seperti “tidak boleh tidak makan”.

6. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta komunikatif. Jangan gunakan bahasa setempat atau bahasa daerah.

Teknik-teknik khusus sehubungan dengan pembuatan bentuk tes benar-salah dapat diuraikan menjadi bentuk/daftar cek untuk menguji kualitas bentuk tes benar-salah. Daftar cek tersebut adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Ceklis untuk Menguji Kualitas Tipe Tes Benar-Salah

Aspek yang Diuji Temuan No.Soal

1. Apakah soal menguji aspek pembelajaran penting? Ya Tidak 2. Apakah tiap pernyataan berisi satu gagasan,

kon-sep, prinsip, atau pemahaman? Ya Tidak

3. Apakah soal dapat dijawab benar atau salah tanpa

informasi lebih lanjut? Ya Tidak

4. Apakah soal tidak diambil dari kalimat yang ada di

buku pelajaran? Ya Tidak

5. Apakah rumusan pernyataan tidak menggunakan

kalimat yang panjang? Ya Tidak

6. Apakah rumusan pernyataan tidak mengandung

petunjuk pada jawaban benar? Ya Tidak

7. Apakah rumusan pernyataan benar dan pernyataan

salah sama panjang? Ya Tidak

8. Apakah jawaban benar-salah tidak berpola? Ya Tidak

(14)

pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut hanya guru itu sendiri yang dapat menjawabnya. Meskipun demikian teman sejawat atau yang lainnya dapat membantu memeriksa konstruksi tes.

Pertanyaan kedua adalah tentang isi tiap pernyataan yang harus terdiri dari satu gagasan, konsep, prinsip, atau pemahaman. Kekecualian yang diperbolehkan adalah jika soal mengandung relasi antardua gagasan, konsep, prinsip, atau pemahaman. Sebagai contoh:

Hubungan antara hukum I Newton dan hukum II Newton terlihat ketika kecepatan benda tetap. B* S

Pertanyaan kedua juga mengandung arti bahwa tiap pernyataan tidak boleh mengandung pengetahuan yang sepele atau pengetahuan yang kebenarannya relatif. Contoh butir soal yang lemah dan yang lebih baik adalah sebagai berikut.

Lemah:

Bung Hatta dilahirkan di Bukittinggi B* S

Lebih baik :

Konsep Bung Hatta tentang hak azasi manusia diabadikan

dalam pasal-pasal UUD 1945 B* S

Lemah:

Matahari terbit setiap pagi di timur B S*

Lebih baik :

Di daerah tropis, matahari terbit setiap pagi di timur B* S

Pertanyaan selanjutnya, yaitu pertanyaan ketiga, menanyakan jika soal dapat dijawab benar atau salah tanpa informasi lebih lanjut. Contoh butir soal yang lemah dan yang lebih baik adalah sebagai berikut.

Lemah:

Kecepatan mobil dapat ditentukan jarak yang dapat

di-tempuhnya. B S

Lebih baik :

Kecepatan mobil ditentukan jarak dan waktu tempuh

(15)

Pertanyaan keempat adalah tentang apakah soal tidak diambil dari kalimat yang ada di buku pelajaran. Pernyataan soal tidak boleh diambil langsung (tanpa diubah sama sekali) dari buku pelajaran yang digunakan siswa. Jika penting dan diperlukan, maka kutipan tersebut adalah dengan mengubah pernyataan positif menjadi pernyataan negatif, yaitu dengan menambahkan kata tidak, bukan, dst yang senada.

Pertanyaan berikutnya adalah tentang ada tidaknya petunjuk untuk pada jawaban benar dalam rumusan pernyataan. Petunjuk semacam itu terlihat misalnya dari ada tidaknya dalam rumusan yang menggunakan kata selalu, kadang-kadang, seringkali, kebanyakan, biasanya, dst. Dengan kata lain, soal melanggar satu hal umum yang tidak boleh dilakukan ketika menulis tes.

Akhirnya, pertanyaan ke-7 dan ke-8 anda lakukan hanya setelah suatu perangkat tes benar salah selesai ditulis. Jika ada beberapa rumusan soal benar-salah yang menonjol panjang atau pendek, maka harus anda upayakan agar rumusan setara dengan rumusan soal lainnya. Begitu juga jika jawaban pada tes benar salah tersebut berpola seperti misalnya BBBSSSBBB, BBSSBBSS, BSSBSSBSS, dst. maka pola jawaban tersebut harus diubah.

Daftar Pustaka

Dalam kegiatan belajar 1 ini bahan bacaan yang dapat dibaca adalah sebagai berikut.

Zainul, A. dan Nasution, N. (2005) Penilaian Hasil Belajar, PAU PPAI

Nitko, A. J. (1983, 2nd), Educational Assessment of Students, Prentice Hall, Ohio.

Ebel, R.L. (1979, 3rd ed) Essentials of Educational Measurement, Englewood Cliffs, Prentice Hall, N.J.

Ebel, R.L. dan Frisbie, D.A., (1991, 5th ed) Essentials of Educational Measurement, Englewood Cliffs, Prentice Hall, N.J.

(16)

Lampiran 2: Pengembangan Instrumen Penilaian

Hasil Belajar Bentuk Menjodohkan

Bentuk tes menjodohkan terdiri atas (1) petunjuk untuk memasangkan (asosiasi) premis dan respon, (2) premis, yaitu sederet nama, obyek, pernyataan, dst. yang di depannya diberi isian pendek ( __ )untuk menjawab soal dan (3) respon, yaitu sederet jawaban yang harus dipasangkan dengan premis. Kekuatan tipe tes menjodohkan adalah (1) banyak materi pokok yang diliput dengan ringkas padat, (2) mengukur kemampuan asosiasi siswa, (3) jika respon berupa materi yang harus disimpulkan dari prinsip, aturan, hukum, dst. yang sudah diajarkan, maka tingkat pemahaman (kognisi) yang diuji cenderung tinggi (aplikasi, analisis, sintesis atau evaluasi), (4) tes relatif mudah dibuat dan (4) penskoran tes relatif mudah dilakukan. Kelemahan tes bentuk menjodohkan ialah kecenderungan menguji aspek ingatan seperti nama, tahun, peristiwa, dst. dengan asosiasi sederhana.

Kelemahan bentuk tes menjodohkan tersebut dapat ditangani di antaranya dengan teknik-teknik umum dan khusus untuk membuat soal bentuk menjodohkan. Teknik-teknik umum yang harus diperhatikan untuk membuat instrumen tes tertulis berbentuk obyektif (termasuk untuk membuat tes menjodohkan) adalah sebagai berikut: 1. Petunjuk menjawab soal harus jelas.

2.Perhatikan kekuatan dan kelemahan dari bentuk tes menjodohkan.

3. Cantumkan hanya 3 titik (…) untuk pengisian di tengah kalimat dan 4 titik (….) pada akhir kalimat premis. 4. Jangan menggunakan kata selalu, kadang-kadang ,

(17)

5. Jika pernyataan premis merupakan kalimat belum lengkap maka kalimat alternatif jawaban harus diawali dengan huruf kecil.

6. Jika pernyataan premis merupakan kalimat tanya maka kalimat pilihan jawaban harus diawali dengan huruf kapital.

7. Kata negatif (tidak, bukan, kecuali) harus digarisbawahi atau ditulis dengan huruf tebal atau huruf miring sehingga jelas terlihat.

8. Hindari adanya penyataan negatif ganda, seperti “tidak boleh tidak makan”.

9. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta komunikatif. Jangan gunakan bahasa setempat atau bahasa daerah.

Selain teknik-teknik umum, juga terdapat sejumlah teknik khusus agar soal bentuk menjodohkan dibuat dengan baik. Sejumlah teknik khusus tersebut disajikan dalam bentuk daftar cek sebagai berikut.

Tabel 3. Daftar Cek untuk Menguji Kualitas Bentuk Tes Menjodohkan

Aspek yang Diuji Temuan No.Soal

1. Apakah soal menguji aspek pembelajaran penting? Ya Tidak 2. Apakah tiap pernyataan berisi satu gagasan, konsep,

prinsip, atau pemahaman? Ya Tidak

3. Apakah rumusan soal/masalah yang dikemukakan dalam satu kelompok pokok uji menjodohkan sejenis (tentang alat ukur, satuan pengukuran, nama para ahli dan nama penemunya, zat dan sifat-sifatnya, nama tetapan dan harga tetapan, dan sebagainya)?

Ya Tidak

4. Apakah soal tidak diambil dari kalimat yang ada di

buku pelajaran? Ya Tidak

5. Apakah rumusan soal diletakkan di sebelah kiri dan diberi nomor, sedangkan jawaban diletakkan di sebelah kanan dan diberi nomor dengan huruf abjad?

Ya Tidak

6. Satu kelompok pokok uji harus diletakkan pada

halaman yang sama agar tidak menyulitkan siswa Ya Tidak 7. Apakah pada tiap kelompok pokok uji menjodohkan

tidak lebih dari 10 soal? Ya Tidak

8. Apakah sudah ditambahkan satu atau dua pilihan

(18)

9. Adakah tidak pola jawaban dalam tiap kelompok

pokok uji? Ya Tidak

Berikut adalah penjelasan daftar cek tersebut. Penjelasan disertai dengan contoh soal jika diperlukan. Aspek pertama, dalam daftar cek adalah pertanyaan mengenai kesesuaian soal dengan tujuan dan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Untuk menjawab pertanyaan tersebut hanya guru itu sendiri yang dapat menjawabnya. Meskipun demikian teman sejawat atau yang lainnya dapat membantu memeriksa konstruksi tes.

Selanjutnya, dalam contoh soal yang lebih baik berikut ini, terlihat bahwa pertanyaan ke-2 sampai ke-8 dapat dijawab dengan ya. Soal yang konstruksi lemah dapat diperbaiki agar menjadi lebih baik. Indikator baik tidaknya soal adalah banyak tidaknya daftar cek tersebut dijawab dengan ya. Semakin banyak dijawab dengan ya, semakin makin soal bentuk menjodohkan yang dibuat.

Lemah:

Pasangkan pengertian-pengertian berikut dengan respon yang tepat!

Premis

_C__ 1. Demorasi liberal

_D__ 2. Makhluk laut yang melahirkan _B__ 3. Prioritas pembangunan _A__ 4. Proklamator kemerdekaan

Respon

A. Ir. Soekarno B. Pertanian

C. Persaingan bebas D. Ikan paus

(19)

Lebih baik:

Kepada siapa gelar berikut tepat diberikan?

Premis

__B_1. Bapak Pembangunan __A_2. Bapak Revolusi Indonesia __E_3. Bapak Pramuka Indonesia __D_4. Bapak Koperasi Indonesia

Respon

A. Soekarno B. Soeharto C. Syahrir D. Moh. Hatta

E. Sultan Hamengkubuwono

Berikut adalah saran tentang pokok uji yang premis dan responnya dapat dijodohkan satu dengan lainnya.

Tabel 4. Contoh Pokok uji yang dapat Dijodohkan.

Perangkat Premis Perangkat Respon

Pencapaian, prestasi Nama orang Peristiwa terkenal Tanggal. tahun

Definisi Istilah dan frasa

Contoh, penerapan Aturan, prinsip, hukum, klasifikasi Konsep (gagasan, operasi,

kuantitas, kualitas) Simbol, tanda Judul karya, buku, dst. Penulis, seniman

Istilah asing Arti, makna (dalam bahasa Indonesia) Kegunaan dan fungsi Bagian dan mesin

Nama benda Gambar benda

Daftar Pustaka

Dalam kegiatan belajar 2 ini bahan bacaan yang dapat dibaca adalah sebagai berikut.

Zainul, A. dan Nasution, N. (2005) Penilaian Hasil Belajar, PAU PPAI

Nitko, A. J. (1983, 2nd), Educational Assessment of Students, Prentice Hall, Ohio.

(20)

Ebel, R.L. dan Frisbie, D.A., (1991, 5th ed) Essentials of Educational Measurement, Englewood Cliffs, Prentice Hall, N.J.

Gronlund, N.E. (1976, 3rd) Measurement and Evaluation in Teaching, Prentice Hall, N.J.

Lampiran 3: Pengembangan Instrumen Penilaian

Hasil

Belajar

Bentuk

Pilihan

Berganda

Bentuk tes pilihan berganda adalah tes yang soal-soalnya terdiri atas (1) pokok soal yang berisi pokok uji atau masalah yang harus dijawab dan (2) pilihan jawaban yang terdiri atas kunci jawaban dan pengecoh (distructor). Kekuatan dari bentuk tes pilihan berganda adalah kemampuannya (1) meliput banyak materi secara padat dan ringkas, (2) dapat mengukur kemampuan berpikir tinggi jika dikonstruksi dengan baik, (3) menskor dengan obyektif dan mudah, (4) mudah mengubah tingkat pengetahuan dan tingkat kesukarannya, yaitu dengan

memodifikasi pilihan jawaban dan (5) mudah dibantu analisis soal untuk meningkatkan kualitasnya. Contoh soal

berikut menunjukkan bahwa pokok soal yang sama memerlukan jawaban yang makin sulit atau makin memerlukan pengetahuan spesifik,

Kapan perang dunia pertama terjadi? A. 1776

B. 1812 C. 1917* D. 1945

Kapan perang dunia pertama terjadi? A. 1901

(21)

Kapan perang dunia pertama terjadi? A. 1901

B. 1913 C. 1914 D. 1917*

Sama seperti bentuk tes objektif lainnya, kelemahan bentuk tes pilihan berganda antara lain adalah kecenderungannya mengukur pengetahuan sepele dan sulit untuk dikonstruksi. Untuk itu, diperlukan teknik-teknik yang umum maupun khusus sifatnya agar konstruksi pilihan berganda sesuai dengan harapan.

Teknik-teknik umum yang harus diperhatikan untuk membuat instrumen tes tertulis berbentuk obyektif (termasuk untuk membuat tes pilihan berganda) adalah sebagai berikut:

1. Petunjuk menjawab soal harus jelas.

2. Perhatikan kekuatan dan kelemahan dari tipe tes pilihan ganda.

3. Perhatikan juga kekuatan dan kelemahan dari setiap ragam tes pilihan ganda.

4. Cantumkan hanya 3 titik (…) untuk pengisian di tengah kalimat dan 4 titik (….) pada akhir kalimat.

5. Jangan menggunakan kata selalu, kadang-kadang , seringkali, kebanyakan, biasanya, mungkin dan

sejenisnya yang meragukan.

6. Jika pernyataan merupakan kalimat belum lengkap maka kalimat alternatif jawaban harus diawali dengan

huruf kecil.

7. Jika pernyataan merupakan kalimat tanya maka

(22)

8. Kata negatif (tidak, bukan, kecuali) harus digarisbawahi atau ditulis dengan huruf tebal atau huruf miring sehingga jelas terlihat.

9. Hindari adanya penyataan negatif ganda, seperti “tidak boleh tidak makan”.

10. Hindari pilihan seperti semua jawaban benar, semua jawaban salah/tidak satupun jawaban di atas benar/salah.

11. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar serta komunikatif. Jangan gunakan bahasa setempat atau bahasa daerah.

Ragam Tes Pilihan Ganda Biasa dan Analisis Kasus

Pokok uji yang dikemukakan pada ragam pilihan berganda biasa dan pilihan berganda lainnya merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri sendiri. Artinya tiap pokok uji mengandung semua informasi yang dibutuhkan untuk menjawab pokok uji itu. Pada ragam tes analisis kasus, sebagian informasi berbentuk tulisan, grafik, gambar, diagram, tabel, uraian suatu jurnal, potongan artikel dalam majalah, dan sebagainya. Pokok uji berkaitan dengan informasi yang tersebut. Pokok uji dapat terdiri dari pokok uji sejenis atau beragam. Jumlah pokok uji hendaknya lebih dari dua. Soal yang mengikutinya tidak dapat dijawab tanpa menggunakan informasi dimaksud.

(23)

Tabel 5. Daftar Cek untuk Menguji Kualitas Ragam Tes Pilihan Berganda Biasa

Ragam Tes Pilihan Berganda Analisis Kasus

Aspek yang Diuji Temuan No. Soal

1. Apakah soal menguji aspek pembelajaran penting? Ya Tidak 2. Apakah pokok soal mengandung pertanyaan yang

harus dijawab? Ya Tidak

3. Apakah satu pokok uji tergantung pada jawaban

pokok uji lainnya. Ya Tidak

4. Apakah rumusan pokok soal dan pilihan jawaban

singkat, padat serta jelas? Ya Tidak

5. Apakah soal diambil dari kalimat yang ada di buku

pelajaran? Ya Tidak

6. Apakah pokok soal dan pilihan jawaban berada

pada halaman yang sama? Ya Tidak

7. Apakah option atau pilihan jawaban homogen

dalam arti dalam satu konteks? Ya Tidak

8. Apakah sudah dihindari penggunaan pilihan jawaban ’semua jawaban benar’, ’semua jawaban salah’?

Ya Tidak

9. Apakah hanya ada satu kunci (jawaban benar)? Ya Tidak 10. Apakah pengecoh (distructor) menarik dan tidak

mencolok kesalahannya? Ya Tidak

11.Apakah pengecohnya diambil dari akibat kesalahan

yang kebanyakan dilakukan oleh siswa? Ya Tidak 12.Apakah dalam pilihan jawaban tidak ada

pengu-langan kata yang sama? Ya Tidak

13.Apakah panjang masing-masing pilihan jawaban

re-latif sama? Ya Tidak

14. Apakah kunci jawaban tidak cenderung lebih

pan-jang atau lebih pendek dari pengecohnya? Ya Tidak 15. Apakah pilihan jawaban berupa angka diurut dari

yang terbesar ke terkecil atau sebaliknya dan yang berupa kata/frasa pendek diurut secara alfabetis?

Ya Tidak

16.Kunci jawaban hendaknya diletakkan secara acak

(tidak berpola). Ya Tidak

(24)

dapat menjawabnya. Meskipun demikian teman sejawat atau yang lainnya dapat membantu memeriksa konstruksi tes.

Pertanyaan kedua adalah mengenai ada tidaknya pertanyaan yang harus dijawab di dalam pokok soal. Pertanyaan sama berlaku sekali pun pokok soal dirumuskan dengan pernyataan.

Pernyataan secara implisit harus mengandung masalah atau pertanyaan yang harus dijawab. Contoh-contoh soal untuk pertanyaan kedua dan pertanyaan-pertanyaan selanjutnya

disajikan berikut ini. Di dalam contoh-contoh tersebut jika perlu disajikan soal yang konstruksinya lemah dan yang konstruksinya

lebih baik.

Soal yang mengandung kata negatif

Hal yang TIDAK benar tentang virus adalah .... A. hidup hanya di tumbuhan dan hewan. B. menimbulkan penyakit

C. mereproduksi dengan sendirinya. D. terdiri atas sel hidup berukuran besar*

Butir soal yang pokok soalnya tidak mengandung pertanyaan (dan dengan demikian pilihan jawabannya tidak homogen).

Lemah:

Pulau Jawa adalah pulau yang .... A. menghasilkan banyak minyak B. Penduduknya terpadat* C. dijadikan objek wisata

D. mendapat julukan pulau perca

Lebih baik :

Pulau yang terpadat penduduknya adalah pulau .... A. Jawa*.

(25)

Butir soal yang mengandung kata-kata atau frasa tidak perlu.

Lemah :

40 orang siswa yang baru masuk sekolah ditimbang dan beratnya rata-rata adalah 35 kg. Dari ke-30 siswa tersebut 20 orang yang masuk kelas A beratnya rata-rata 30 kg. Berapa rata-rata berat ke-20 orang lainnya yang masuk ke kelas B?

A. 25 kg. B. 30 kg. C. 35 kg. D. 40 kg.

Lebih baik :

40 siswa beratnya rata-rata 35 kg. 20 siswa diantaranya mempunyai berat rata-rata 30 kg. Berapa rata-rata berat ke-20 siswa lainnya?

A. 25 kg. B. 30 kg. C. 35 kg. D. 40 kg.

Butir soal linking (butir soal yang jawabannya tergantung pada jawaban soal lain).

Lemah :

1. Keliling sebuah persegi empat adalah 18 m. Panjangnya lebih 1 meter dari lebarnya. Berapa lebar persegipanjang tersebut?

A. 3 m. B. 4 m.* C. 5 m. D. 6 m.

2. Berapa luas persegipanjang yang disebut pada soal nomor 1? A. 12 m.

(26)

C. 30 m. D. 42 m.

(Perhatikan bahwa pilihan jawaban tergantung pada salah tidaknya menjawab soal nomor 1. Selain itu, pilihan jawaban soal nomor tersusun secara logis atas kemungkinan peserta tes tergantung pada jawaban nomor 1: 3 x (3+1) = 12, 4 x (4+1) = 20, 5 x (5 +1) = 30 dan 6 x (6 + 1) = 42).

Lebih baik :

1. Berapa luas persegipanjang yang panjangnya 5 m dan lebarnya 4 m? A. 12 m.

B. 20 m.* C. 30 m. D. 42 m.

Soal yang menguji kemampuan tingkat tinggi (interpretatif, analisis, sintesis, dst.).

Jika di bagian luar peti terdapat tanda payung, apa yang harus kita lakukan terhadap peti tersebut?

A. Membukanya bila ada hujan.

B. Menyimpannya di tempat yang teduh.* C. Tidak boleh membalik peti.

(27)

Butir soal yang mengandung istilah-istilah yang tidak perlu.

Lemah:

Hal yang tidak termasuk ke dalam kritik ahli psikologi tentang pengunaan tes ialah tes cenderung ....

A. menimbulkan anxiety

B. mengandung cultural bias

C. mengukur hal trivial

D. tergantung pada pemahaman (kognisi) siswa

Lebih baik :

Hal yang tidak termasuk ke dalam kritik ahli psikologi tentang pengunaan tes ialah tes cenderung ....

A. menimbulkan kecemasan peserta tes

B. mengandung mengandung nilai budaya tertentu

C. mengukur hal yang tidak penting D. tergantung pada pengetahuan siswa

Butir soal analisis kasus yang sebagian informasinya berbentuk tulisan, grafik, gambar, diagram, tabel, uraian suatu jurnal, potongan artikel dalam majalah, dan sebagainya.

Rata-rata Bln Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sept Okt Nov Des

Suhu: 0C 29 29 30 31 31 30 31 31 32 32 31 30

Curah hujan: cm 14 12 12 14 22 24 20 14 6 4 12 22

Daerah mana yang cenderung mempunyai suhu dan curah hujan seperti terlihat dalam tabel?

A. Gurun B. Tundra

(28)

D. Hutan Tropis*

Ragam Tes Pilihan Ganda Analisis Hubungan (Sebab Akibat) dan Ragam Tes Pilihan Ganda Kompleks

Bentuk analisis hubungan sebenarnya merupakan perpaduan antara bentuk betul-salah dan pilihan berganda. Jadi petunjuk penulisan pokok uji kedua bentuk obyektif tersebut berlaku bagi penulisan bentuk analisis hubungan. Hal yang khas bagi penulisan pokok uji analisis hubungan ini ialah pernyataan dan alasan harus ada pada konteks yang sama. Pada petunjuk jawaban benar pada bentuk tes pilihan berganda analisis hubungan, hubungannya biasanya ditulis sebagai berikut:

A. Jika pernyataan benar, alasan benar, dan keduanya menunjukkan hubungan sebab-akibat.

B. Jika pernyataan benar dan alasan benar, tetapi keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab-akibat.

C. Jika penyataan benar dan alasan salah. D. Jika penyataan salah dan alasan benar. E. Jika penyataan dan alasan keduanya salah.

Contoh butir soal bentuk pilihan ganda kompleks adalah

sebagai berikut.

Frekuensi detak nadi orang yang baru berlari cepat akan naik.

SEBAB

Pada waktu berlari cepat denyut jantung bertambah cepat.

(29)

untuk melengkapi pilihan berganda kompleks adalah sebagai berikut :

A. Jika (1) dan (2) benar. B. Jika (1) dan (3) benar. C. Jika (2) dan (3) benar. D. Jika semuanya benar.

Contoh butir soal bentuk pilihan ganda kompleks adalah sebagai berikut.

Salah satu vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin yang terdapat dalam ....

(30)

Lampiran 4: Pengembangan Tes Uraian

a. Pengertian

Tes bentuk uraian adalah butir soal yang mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau pengerjaan soal tersebut harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta tes dalam bentuk uraian tertulis(Asmawi Zainul dan Noehi Nasution, 1993: 30; Depdikbud, 1997: 1).

Tes uraian memiliki kelebihan untuk mengukur hasil belajar yang kompleks dan memerlukan jawaban ekspresif atau kreatif. Tes uraian cocok digunakan untuk mengukur hasil belajar yang menekankan pada kemampuan: mengaplikasikan konsep, menginterpretasikan hubungan, menyatakan inferensi, mengenal relevansi dari suatu informasi, merumuskan dan mengenal hipotesis serta merumuskan kesimpulan.

Kelebihan lain dari tes uraian adalah relatif lebih mudah dalam menyusunnya dan lebih meningkatkan motivasi peserta tes untuk belajar dibandingkan dengan bentuk tes lain, karena menuntut kemampuan mengekspresikan dengan kata-kata sendiri, maka diperlukan penguasaan materi secara penuh.

Kelemahan tes uraian di antaranya memerlukan waktu yang cukup banyak dalam pengerjaannya dan reliabilitas tes rendah, artinya skor yang dicapai oleh peserta tes tidak konsisten bila tes yang sama atau yang paralel

diuji ulang beberapa kali. Penyebab rendahnya reliabilitas ini di antaranya keterbatasan sampel bahan yang tercakup dalam soal tes dan kemungkinan

adanya subyektivitas dalam penskoran.

b. Prinsip-prinsip dalam Mengkonstruksi Soal Bentuk Uraian

Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam mengkonstruksi soal bentuk uraian adalah sebagai berikut.

1) Gunakan bentuk tes uraian untuk mengukur hasil belajar yang cocok, misalnya untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengekspresikan pikirannya dengan kata-kata sendiri.

2) Pertanyaan dipilih untuk mengukur tujuan/ hasil belajar yang penting saja. 3) Pertimbangkan kemampuan dan keterampilan menulis siswa.

(31)

5) Tulislah petunjuk awal yang jelas dan juga petunjuk untuk setiap butir soal harus rinci dan dapat dipahami oleh peserta tes.

6) Waktu yang tersedia harus diperkirakan cukup.

7) Pertanyaan hendaknya menuntut respon yang bersifat pemikiran peserta tes.

8) Perhatikan kombinasi jenis tes uraian terbatas dan bebas.

9) Rumusan butir soal menggunakan bahasa yang sederhana, tidak mengandung kata-kata yang dapat menyinggung perasaan siswa, tidak menimbulkan penafsiran ganda atau salah pengertian. Gunakan kata-kata deskriptif, misalnya tulislah garis besar, berilah contoh, atau bandingkanlah atau kata-kata perintah lainnya.

10) Dalam setiap butir soal upayakan pencantuman skor maksimal yang dapat diperoleh bila jawaban peserta tes sesuai dengan yang diminta dan jelaskan pula batasan-batasan jawaban yang diminta, misalnya panjang uraian, arah pemaparan, banyaknya aspek atau butir jawaban yang diminta.

c. Pedoman Penskoran

Dalam menilai hasil tes uraian kadang-kadang ada unsur subyektivitas. Untuk menguranginya hal ini, perlu diperhatikan aspek-aspek berikut:

a. tentukan jawaban yang paling baik untuk satu butir pertanyaan uraian; b. tentukan butir-butir yang harus ada dalam jawaban pertanyaan uraian; c. tentukan butir soal yang lebih penting di antara butir-butir jawaban yang

diharapkan.

Berdasarkan hal di atas, berarti guru harus sudah menuliskan kata-kata kunci

atau kriteria yang harus tercantun dalam setiapsoal.

Contoh konstruksi butir soal yang kurang memenuhi prinsip atau kaidah

penulisan butir soal uraian.

1. Daun tembakau mengandung …. Penjelasan:

Contoh soal di atas kurang baik karena butir soal tidak mengandung permasalahan yang spesifik.

(32)

Bahan yang berbahaya bagi kesehatan yang terdapat dalam daun tembakau adalah … .

2. Seorang anak usia 12 tahun sebaiknya setiap hari minum susu …. Penjelasan;

Contoh soal di atas kurang baik karena jawaban pertanyaan menyangkut angka atau jumlah dari satuan tertentu sedangkan dalam soal tidak dinyatakan satuan jumlahnya.

Butir soal di atas dapat diperbaiki sebagai berikut.

Seorang anak usia 12 tahun sebaiknya setiap hari minum susu …gelas

Indikator : Siswa dapat menjelaskan dua perbedaan pasar tradisional dan pasar modern.

. Contoh butir soal kurang baik:

Jelaskan dua persamaan antara pasar tradisional dengan pasar modern! Contoh butir soal yang lebih baik:

Jelaskan dua perbedaan antara pasar tradisional dengan pasar modern! (IPS, SMP)

No Kunci Jawaban Skor

1 Pasar tradisional: harga dapat ditawar

dan tidak kena pajak 2

2 Pasar modern: harga pasti dan kena pajak

2

Contoh butir soal kurang baik:

Di manakah letak kelenjar pankreas? (IPA) Contoh butir soal lebih baik:

a. Di manakah letak pankreas?

(33)

No Kunci jawaban Skor

a b

Pankreas terletak di rongga perut. Enzim yang dihasilkan Pankreas:

 Tripsin untuk mengubah protein menjadi peptida dan asam-asam amino.

 Amilase untuk mencerna tepung menjadi maltosa dan disakarida lain.

 Lipase untuk mencerna lemak menjadi asam lemak dan gliserol.

 Bikarbonat untuk menetralisir HCl yang masuk ke usus dari lambung.

1

2

2

2

2

(34)

Daftar Pustaka

Zainul, A. dan Nasution, N. (2005) Penilaian Hasil Belajar, PAU PPAI Nitko, A. J. (1983, 2nd), Educational Assessment of Students, Prentice Hall, Ohio.

Ebel, R.L. dan Frisbie, D.A., Essentials of Educational Measurement, Englewood Cliffs, Prentice Hall, N.J.

(35)

Lampiran 5: Pengembangan Bentuk Nontes

a. Pengertian

Nontes adalah suatu penilaian yang biasanya dipergunakan untuk mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan peserta tes dengan tidak menggunakan tes. Hal ini berarti bahwa jawaban yang diberikan oleh peserta tes tidak bisa dikategorikan sebagai jawaban benar atau salah. Dengan teknik nontes maka penilaian atau evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan tanpa “menguji” peserta didik melainkan dilakukan dengan cara tertentu. Penilaian yang dilakukan dengan nontes terutama bertujuan untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan evaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah afektif dan ranah psikomotor.

Anas Sudijono (2005:54) mengembangkan ranah afektif menjadi lima bagian, yaitu: (1) receiving (menerima); (2) responding

(merespon); (3) valuing (menilai atau memaknai); (4) organizition

(mengorganisasi); dan (5) characterization by a value (karakteristik dengan suatu nilai)

Kemampuan psikomotor (psikomotor dogmain) adalah kemampuan yang berhubungan dengan gerak yaitu kemampuan dalam menggunakan otot-otot seperti berjalan, lari, melompat, berenang, melukis, membongkar dan memasang peralatan dan lain sebagainya. Dalam dunia psikologi, kemampuan psikomotor dibagi menjadi lima tingkatan,yaitu: gerak refleks, gerak dasar, gerak perseptual, kemampuan fisik, gerakan terampil dan gerakan nondiskursip.

(36)

b. Jenis soal non-tes

Jenis nontes ini terdiri atas lima macam ,yaitu

1. Sikap

Sikap dapat diukur dengan menggunakan berbagai cara seperti skala, pengamatan, angket, wawancara

a) Skala

Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai oleh responden dan hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai dengan kriteria yang ditentukan.

b) Angket

Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar. Berbeda dengan wawancara dimana penilaian (evaluator) berhadapan secara langsung dengan peserta didik atau dengan pihak lainnya, maka dengan menggunakan angket, pengumpulan data sebagai bahan penilaian hasil belajar jauh lebih praktis,menghemat waktu dan tenaga.

c) Wawancara

Secara umum yang dimaksud dengan wawancara adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan tanya jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan.

d) Observasi

(37)

secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan / observasi. Observasi sebagai alat evaluasi banyak digunakan untuk menilai tingkah laku individu atau proses terjadinya suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

2. Unjuk kerja (Performasi)

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian ini digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas tertentu seperti praktik pengukuran suhu udara dan kecepatan angin, berpidato, membaca puisi, presentasi hasil, dsb.

Penilain unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

(1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi

(2) Kelengkapan dan kelengkapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut

(3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas

(4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua dapat diamati

(5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan

Teknik penilaian unjuk kerja dapat dilakukan dengan menggunakan daftar cek (check list), dan skala penilaian (rating scale).

(38)

diamati, maka peserta didik tidak memperoleh nilai. Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak. Dengan demikian tidak terdapat nilai tengah. Namun, daftar cek sangat memudahkan bagi penilai yang melakukan penilaian terhadap peserta didik dalam jumlah besar.

Penilaian dengan menggunakan skala rating scale memungkinkan penilai memberi nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara kontinum dimana pilihan katagori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya 1=tidak kompeten, 2=kurang kompeten, 3=kompeten, dan 4=sangat kompeten.

3. Proyek

Penilain proyek merupakan kegiatan penilain terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam period/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan, dan penyajian data.

Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan, kemampuan menginformasikan peserta didik pada mata pelajaran tertentu secara jelas.

(39)

4. Portofolio

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik.

Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya baik berupa tulisan, gambar, atau berupa benda.

5. Produk

Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik membuat produk-produk, misalnya produk berupa gambar peta, gambar piramida penduduk, model bentang alam, grafik fluktuasi suhu udara, diagram alur pelapukan-erosi- sedimentasi. Produk juga dapat berupa tulisan, termasuk tulisan hasil laporan pengamatan, hasil diskusi kelompok, sebuah rangkuman, atau simpulan.

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.

a) Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap appraisal.

(40)

LAMPIRAN 6 : Contoh Instrumen Penilaian Non Tes dalam

Pembelajaran IPS

1. Penilaian Sikap

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran berbagai mata pelajaran adalah sebagai berikut.

a) Sikap terhadap materi pelajaran. b) Sikap terhadap guru/pengajar. c) Sikap terhadap proses pembelajaran.

d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran.

Sikap yang berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungn dengan mata pelajaran, dalam hal ini mata pelajaran geografi . Misalnya terkait dengan materi lingkungan hidup. Peserta didik juga perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian atau kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan satwa liar. Dalam kasus yang lain, peserta didik memiliki sikap negatif terhadap kegiatan ekspor kayu glondongan ke luar negeri. Sikap yang positif atau negatif terhadap suatu permasalahan di lapangan penting untuk dibelajarkan melalui berbagai metode yang lebih banyak melibatkan ide-ide/gagasan, pendapat sehingga apa yang dikaji memungkinkan peserta didik memperoleh jawaban atas pertanyaan dunia sekelilingnya yang menekankan pada aspek spasial, dan ekologis dari eksistensi manusia. Hal yang senantiasa kita ingat, bahwa bidang kajian geografi meliputi bumi, aspek dan proses yang membentuknya, hubungan kausal dan spasial manusia dengan lingkungan, serta interaksi manusia dengan tempat. Sebagai suatu disiplin integratif, geografi memadukan dimensi alam fisik dengan dimensi manusia dalam menelaah keberadaan dan kehidupan manusia di tempat dan lingkungannya.

(41)

Contoh: Ketika peserta didik sedang melakukan debat atau diskusi tentang Pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan. Instrumen yang digunakan dapat berupa daftar cek (checklist) atau skala penilaian (rating scale) yang dituangkan sebagai berikut.

Observasi Perilaku Peserta Didik

”Debat Pemanfaatan lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan”

Contoh permasalahan terkait penetapan lokasi industri di wilayah lahan kritis. tentunya akan mengundang sikap positif dengan alasan sebagai upaya peningkatan nilai suatu wilayah yang harapannya cukup kecil untuk dimanfaatkan karena tingkat kesuburan tanah yang rendah. Di sisi lain, sikap negatif terhadap adanya lokasi industri di lahan kritis akan menambah beban alam untuk meningkatkan daya dukung lingkungan padahal upaya konservasi tanah dan air dapat diupayakan.

Secara sederhana guru dapat menetapkan teknik penilaian melalui pembobotan dan penilaian sebagai berikut:

(42)

(3). Laporan pribadi

Melalui penggunaan teknik ini di sekolah, peserta didik diminta membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis pandangannya tentang " Kecenderungan perubahan suhu lingkungan yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia serta dampaknya terhadap kehidupan di muka bumi.” Dari ulasan yang dibuat oleh peserta didik tersebut dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

2. Penilaian Unjuk Kerja

Contoh Penilaian Unjuk Kerja

”Presentasi Hasil Pengamatan Kenampakan Alam dan Buatan di Lingkungan Sekitar”

No Nama Siswa

A s p e k Jumla

h

Skor

Nilai Kriteri a Nilai Komunikasi Sistematika

penyampaian Wawasan Keberanian antusias

Keterangan Skor :

Komunikasi Sistematika Penyampaian:

1 = Tidak dapat berkomunikasi 1 = Tidak sistematis 2 = Komunikasi agak lancar, tetapi sulit dimengerti 2 = Sistematis,uraian

kurang,tdk jelas

3 = Komunikasi lancar tetapi kurang jelas dimengerti 3 = Sistematis, uraian cukup 4 = Komunikasi sangat lancar, benar dan jelas 4 = Sistematis, uraian luas,

jelas

Wawasan: Keberanian:

1 = Tidak menunjukkan wawasan 1 = Tidak ada keberanian 2 = Sedikit memiliki wawasan 2 = Kurang berani 3 = Berwawasan tetapi kurang luas 3 = Berani

(43)

Antusias:

1 = Tidak antusias 2 = Kurang antusias

3 = Antusias tetapi kurang kontrol 4 = Antusias dan terkontrol

3. Penilaian Proyek

Contoh Penilain Proyek :

Pemanfaatan Tanah Sebagai Lahan Pertanian di Wilayah……… Nama Siswa/Kelompok :

 pengukuran ph tanah, tekstur, dan warna

 pengukuran suhu udara, intensitas penyinaran, ketinggin tempat

 pengukuran kemiringan lereng b. mempersiapkan peralatan:

 altimeter/clinometer, thermometer, kompas  ph meter/ aquades dan kertas lakmus  tabel tingkat keasaman

2. aktivitas pengamatan dan percobaan:

a. Penggalian data

 mengukur ph tanah, tekstur, dan warna  mengukur suhu udara, intensitas penyinaran  mengukur ketinggian tempat

 mengukur kemiringan lereng b. Pengolahan data

 menentukan tingkat keasaman dengan bantuan tabel tingkat keasaman

 menghitung temperatur udara rata-rata  menetapkan ketinggian tempat

 penentuan tekstur, warna, dan jenis tanah melalui analisis medan

 menghitung kemiringan lereng 3. menggambar hasil pengamatan

 menuangkan data dalam bentuk tabel, grafik, atau gambar.

(44)

4. pembuatan catatan hasil pengamatan

 menggunakan data akhir untuk menentukan jenis tanaman yang sesuai dengan kondisi tempat melalui berbagai informasi tentang karakteristik tanaman.  menampilkan jenis tanaman yang dipilih berdasarkan

data/fakta pendukung dan rasional

5. pelaporan

 Menuliskan semua langkah yang telah dilakukan, data yang diperoleh sampai penyajian hasil.

 Memberikan saran atau rekomendasi

 Dideskripsikan melalui sistematika laporan yang telah ditetapkan.

Sikap

1. mampu bekerjasama

2. sistematis dalam mengerjakan tugas

3. serius dalam mengerjakan tugas

4. Disiplin

Komentar:

……… ……… ………...

Keterangan: Skor 4= Baik sekali, 3= Baik, 2= Cukup, 1=Kurang.

4. Penilaian Produk

Contoh Penilaian Produk Berupa Tulisan

Laporan Hasil Praktik Uji Kualitas Air Secara Sederhana

(45)

Keterangan Skor :

Sistematika: Isi:

1 = Tidak sistematis 1 = Tidak ada isi

2 = Sedikit sistematis 2 = Isi ada, kurang sesuai & krg akurat

3 = Sistematis tetapi kurang lengkap 3 = Isi ada, kurang sesuai/krg akurat

4 = Sistematis, lengkap dan jelas 4 = Isi ada, sesuai dan akurat

Bahasa: Kerapihan:

1 = Tidak menggunakan kaidah bahasa 1 = Tidak rapih 2 = Kaidah bahasa ada, belum sempurna 2 = Kurang rapih 3 = Kaidah bahasa digunakan dengan baik 3 = Rapih 4 = Kaidah bahsa baik dan tepat 4 = Sangat rapih

Contoh Penilaian Produk Gambar

Peta Persebaran Sumber Daya Alam di Indonesia

No. Nama

1 = Syarat Peta tidak terpenuhi 2 = Hanya sedikit syarat peta terpenuhi 3 = Sebagian besar syarat peta terpenuhi 4 = Seluruh syarat peta terpenuhi

Data/Informasi SDA:

1 = Tidak ada data/informasi

2 = Ada data/informasi tetapi tidak tepat

3 = Ada data/informasi yang tepat, tetapi kurang lengkap 4 = Ada data/informasi yang tepat dan lengkap.

Estetika:

1 = Tidak indah/tidak ada pewarnaan

(46)

3 =Ada pewarnaan tetapi sedikitmemenuhi standar simbol warna 4 = Pewarnaan sesuai dengan standar simbol warna dan lengkap.

Kerapihan:

1 = Tidak rapih 2 = Kurang rapih 3 = Rapih 4 = Sangat rapih

Contoh Penilaian Produk Berupa Kliping Pemanasan Global dan Perubahan Iklim

No. Nama

Siswa

A s p e k Jumlah

Skor

Nilai Ket.

Tema Sumber Isi Analisis

Keterangan Skor:

Tema: Isi:

1 = Tidak ada 1 = Tidak sesuai tema

2 = Ada tetapi kurang tepat dan krg menarik 2 = Sesuai tema, kurang berbobot & aktual

3 = Ada tetapi kurang tepat/kurang menarik 3 = Sesuai tema, kurang berbobot/kurang aktual

4 = Ada, tepat, dan menarik 4 = Sesuai tema, berbobot dan aktual

Sumber: Analisis:

1 = Tidak ada 1 = Tidak ada analisis

2 = Ada tetapi tidak lengkap, tidak akurat 2 = Ada analisis, kurang tepat & kurang berbobot 3 = Ada dan akurat , tidak lengkap/tdk akurat 3 = Ada analisis, tetapi

kurang tepat/krg.berbobot 4 = Ada, akurat dan lengkap 4 = Ada analisis, tepat dan

(47)

6. Penilaian Portofolio

Contoh Sistematika dan Rambu-rambu Penilaian Portofolio

No. Komponen Prosentase

Penilaian

1 Ringkasan folder (portfolio) 30%

2 Daftar isi 5%

3 Langkah/jadwal kegiatan 5%

4 Kumpulan informasi/data (artikel, bacaan, 20% 5 Foto/grafik, hasil wawancara/diskusi, rekaman) 5% 6 Ringkasan masing-masing informasi/data no. 4 20%

7 Referensi (sumber informasi/data) 5%

8 Presentasi 5%

(48)

LAMPIRAN 7 : Contoh Instrumen Penilaian Non Tes dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Alat Evaluasi Aspek Membaca

Alat evaluasi pada aspek membaca merupakan alat untuk mendapatkan data atau informasi tentang kompetensi siswa dalam memahami, menginterpretasi, dan menganalisis bacaan dengan topik tertentu yang disajikan. Kompetensi membaca di SD dapat diukur melalui berbagai macam kegiatan yang dilaksanakan di kelas, yaitu: (1) membaca nyaring: huruf, suku kata, kata, kalimat sederhana, teks pendek, pengumuman, teks percakapan, teks pidato sambutan; (2) membaca intensif: cerita yang sebelumnya disusun acak, teks (4-5 paragraf), teks narasi (200-250 kata), iklan mini; (3) membaca memindai (scanning): denah, teks petunjuk, kamus, ensiklopedi; (4) membaca sekilas (skimming): teks (200-250 kata), teks pada kolom khusus majalah.

b. Menyusun Indikator Soal

Penyusunan indikator soal diawali dengan menentukan kondisi, misalnya disajikan sebuah teks bacaan, puisi, novel, atau naskah drama. Selanjutnya menentukan jenis perilaku yang dapat diukur, misalnya mengenal huruf, membaca bersuara, membacakan, menjawab dan mengajukan pertanyaan, menceritakan, menjelaskan, menyimpulkan, memperbaiki, meringkas, melengkapi, mengidentifikasi, menyusun, dan menyebutkan.

Contoh penyusunan indikator soal

1. Disajikan sebuah teks, siswa dapat membaca bersuara dengan lafal dan intonasi yang tepat.

2. Disajikan sebuah teks, siswa dapat membaca cepat minimal 300 kata/menit.

(49)

c. Menyusun Kisi-kisi, Soal, dan Penskoran

Bacalah teks berikut dengan lafal dan intonasi yang! Bacalah cerita berikut dengan bersuara!

Musang dan Ayam

Ada seekor musang yang ingin bersahabat dengan ayam. Akan tetapi, sebenarnya musang itu Cuma hendak menipu ayam, yaitu agar mudah menangkap serta memakannya. Meskipun demikian, ayam sebenarnya mengetahui maksud musang. Oleh karena itu, ayam sudah bersiap akan menangkis segala tipu daya musang. Pada suatu hari, musang datang bertandang ke rumah ayam. Terjadilah perbincangan yang panjang. Setelah berbincang-bincang sekian lamanya, musang pun menyampaikan keinginannya untuk bermalam di rumah ayam.

“ Kalau engkau mengizinkan, aku ingin bermalam di sini,”kata musang.

“O,...sama sekali tidak keberatan,” jawab ayam. ”Tetapi, kamu harus maklum bahwa anakku banyak minta minum, menangis, dan sebagainya. Yah, ‘’’ seperti itulah setiap malamnya. Lagi pula, anak-anak tidak peduli, ada tamu atau tidak, mereka senantiasa ribut.”

(50)

Malam harinya, musang dan ayam terus berbincang-bincang.

Akhirnya, mereka merasa letih dan tidur. Sementara ayam mengatur tempat

tidur anaknya, anaknya yang besar-besar disuruh mencari batu-batu. Setelah

terkumpul, lalu disusun di bawah tempat tidurnya. Ayam segera diam-diam

mengungsikan anak-anaknya. Sesudah agak lama, suasana pun menjadi sunyi

sepi. Pikir Musang, tentu ayam dan anak-anaknya sudah tidur nyenyak.

Perlahan-lahan, musang mengintai dan mendekati tempat tidur ayam. Musang

dengan sekuat tenaga menyeruduk dan menerkam.

Akan tetapi, yang kena terkam hanyalah batu-batu yang disusun ayam. Musang

kesakitan, gigi tengahnya patah. Dengan putus asa dan menahan sakit,

pulanglah musang ke rumahnya.

Format pedoman pensekoran

No. Kunci/Kriteria jawaban/Aspek yang dinilai Skor

1 Kejelasan isi (ketepatan pemenggalan kata dalam kalimat)  Tidak terdapat kesalahan pemenggalan

 Terdapat 1 atau 2 kesalahan  Terdapat 3 atau 4 kesalahan  Terdapat banyak kesalahan 2 Intonasi (variasi irama dan tekanan)

 Terdapat variasi irama dan tekanan yang tepat

 Terdapat variasi irama dan tekanan, tetapi kurang tepat  Irama dan tekanan monoton

1 – 3

3

2 1 3 Pelafalan (ketepatan melafalkan kata)

 Tidak terdapat kesalahan pelafalan  Terdapat 1 atau 2 kesalahan pelafalan  Terdapat banyak kesalahan pelafalan

1 – 3

3 2 1

4 Suara

 Dapat didengar semua pendengar  Dapat didengar sebagian pendengar

(51)

 Sangat lemah tidak dapat didengar 1 5 Kelancaran (tidak tersendat dan pengaturan napas tepat)

 Tidak tersendat dan napas tidak tersenggal-sengal  Ada pengulangan pembacaan, napas teratur  Banyak pengulangan, tersenfat, napas tersengal

1 – 3

3 2 1

Format Penilaian Membaca Bersuara Kompetensi : Membacakan bersuara

Kelas/semester : III/1 Tanggal ujian :

No. Nama Siswa

Nilai / Skor

Jumlah

1 2 3 4 5

1. 2.

3.

4.

5. …

Keterangan :

1 = kejelasan isi 3 = pelafalan 5 = kelancaran

(52)

LAMPIRAN 8 : Contoh Instrumen Penilaian Non Tes dalam

Pembelajaran Matematika

CONTOH INSTRUMEN PENILAIAN NON TES DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA

A. Instrumen Penilaian Afektif

Contoh 1: Instrumen Penilaian Afektif dalam Proses Pembelajaran Satu Kompetensi

Dasar

Mata Pelajaran/Kelas : Matematika/Kelas IV

Kompetensi Dasar : 2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan factor

persekutuan terbesar (FPB)

Periode pengamatan : 3 pertemuan

Tanggal pengamatan : 8, 9, 11 September 2009

Berilah tanda

V

pada kolom sesuai dengan hasil pengamatan.

1 = pertemuan ke-1 2 = pertemuan ke-2 3 = pertemuan ke-3

No Nama Siswa

Aspek Penilaian

Ketekunan

Tinggi

Ketekunan

Sedang

Ketekunan

Rendah Kesimpulan

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1. Ade Irawan V V V Tinggi

2. Ani Fathonah V V V Sedang

3. Barkah V V V Sedang

… …...

32. Zakaria V V V Rendah

Sleman, September 2009

Pengamat/Guru Kelas

Nur Handriyani

Keterangan:

Ketekunan tinggijika seluruh peristiwa dalam pengamatan menunjukkan bahwa siswa

tampak fokus dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti penjelasan guru atau siswa lain.

Ketekunan sedang jika sebagian besar peristiwa dalam pengamatan menunjukkan

bahwa siswa tampak fokus dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti penjelasan guru atau

(53)

Ketekunan rendah jika sebagian kecil atau tidak ada peristiwa dalam pengamatan yang

menunjukkan siswa tampak fokus dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti penjelasan

guru atau siswa lain.

Contoh 2:Instrumen Penilaian Afektif dalam Proses Pembelajaran Beberapa Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran/Kelas : Matematika/Kelas IV Kompetensi Dasar:

2.1. Mendeskripsikan konsep faktor dan kelipatan (1 pertemuan) 2.2. Menentukan kelipatan dan faktor bilangan (2 pertemuan)

2.3 Menentukan kelipatan persekutuan terkecil (KPK) dan faktor persekutuan terbesar (FPB) (3 pertemuan)

2.4 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB (2 pertemuan) Periode pengamatan: 8 kali/ 8 pertemuan

Tanggal pengamatan: 1, 2, 4, 8, 9, 11, 15, 16 September 2009

Aspek penilaian: ketekunan dalam mengikuti mata pelajaran matematika Isilah kolom dengan T , S, R sesuai dengan hasil pengamatan.

No Nama

Ketekunan tinggi (T): Bila seluruh peristiwa dalam pengamatan menunjukkan bahwa siswa

tampak fokus dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti penjelasan guru atau siswa lain.

Ketekunan sedang (S): Bila sebagian besar peristiwa dalam pengamatan menunjukkan

bahwa siswa tampak fokus dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti penjelasan guru atau

siswa lain.

Ketekunan rendah (R): Bila sebagian kecil atau tidak ada peristiwa dalam pengamatan yang

menunjukkan siswa tampak fokus dalam menyelesaikan tugas atau mengikuti penjelasan

guru atau siswa lain.

(54)

Dalam rangka membuat kesimpulan hasil pengamatan, Bu Nur Handayani menempuh cara yang praktis namun tidak menyimpang dari segi keilmuan. Cara tersebut adalah mengubah sementara data hasil pengamatan yang berbentuk kualitatif itu (T, S, R) ke dalam data kuantitatif, misalnya T = 3, S = 2, R = 1, kemudian dihitung rata-ratanya. Setelah dilakukan pembulatan (bila perlu) terhadap rata-rata itu, selanjutnya dilakukan transfer ke data kualitatif lagi, sehingga diperoleh kesimpulan hasil pengamatan

1. Pada contoh 1 ada 3 kali pengamatan. Rata-rata hasil pengamatan ketekunan Ade Irawan adalah (3+2+3) : 3 = 8 : 3 = 2,67, dibulatkan menjadi 3, sehingga kesimpulan hasil pengamatannya adalah ketekunan Ade Irawan adalah TINGGI. 2. Pada contoh 2 ada 8 kali pengamatan. Rata-rata hasil pengamatan ketekunan

Barkah adalah (1+1+1+2+2+1+2+2) : 8 = 12 : 8 = 1,5. Karena ketekunan rendah dimisalkan dengan 1 dan ketekunan sedang dimisalkan dengan 2 maka rata-rata hasil pengamatan 1,5 berada antara rendah dan sedang. Karena data hasil pengamatan Barkah menunjukkan awalnya cenderung rendah namun kemudian cenderung sedang maka Bu Nur Handriyani memutuskan bahwa ketekunan Barkah adalah RENDAH MENUJU SEDANG.

Contoh

3

: Penilaian Afektif

setelah

Proses Pembelajaran

Matematika

Tujuan penilaian afektif : Memperoleh masukan untuk meningkatkan mutu proses pembelajaran dan pembinaan siswa secara kolektif terkait proses pembelajaran satu SK, yaitu: 2. Memahami dan menggunakan faktor dan kelipatan dalam pemecahan masalah (Kelas IV).

1. Skala sikap Thurstone

Skala Thurstone mempunyai rentang dari 1 sampai dengan 7. Semakin besar angka berarti pernyataan yang dipilih semakin sesuai dengan pendapat pengisi.

Petunjuk

1. Berilah tanda Vpada angka yang Anda pilih dalam setiap pernyataan berikut ini. 2. Semakin besar angka yang Anda pilih berarti keadaan atau pendapat Anda semakin

(55)

3. Contoh: Misalkan Anda memilih angka 6 pada pernyataan:’Saya menyukai belajar KPK

dan FPB’, berarti Anda cenderung suka belajar KPK dan FPB. Bila Anda memilih angka

2 pada pernyataan ’ Saya merasa mudah memahami KPK dan FPB’, berarti Anda

cenderung sulit (tidak mudah) memahami KPK dan FPB.

Pernyataan 1 2 3 4 5 6 7

1 Saya menyukai belajar KPK dan FPB

2 Proses belajar KPK dan FPB menyenangkan

3 Saya setuju bahwa belajar KPK dan FPB akan banyak gunanya

4 Saya merasa mudah memahami KPK dan FPB

5 Saya selalu tekun mengerjakan soal-soal yang berkaitan dengan KPK dan FPB

6 Saya merasa tertantang untuk mengetahui KPK dan FPB lebih dalam lagi

7 Saya merasa mampu menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan KPK dan FPB

2. Dinyatakan dengan skala sikap Likert

Petunjuk

Berilah tanda V di bawah kata SS, S, TS atau STS pada tiap pernyataan berikut ini sesuai dengan keadaan atau pendapat Anda.

SS = sangat setuju S = setuju TS=Tidak setuju STS= sangat tidak setuju

Pernyataan SS S TS STS

1 Saya menyukai belajar KPK dan FPB

2 Proses belajar KPK dan FPB menyenangkan

3 Saya setuju bahwa belajar KPK dan FPB akan banyak gunanya

4 Saya merasa mudah memahami KPK dan FPB

(56)

3. S

Angka 1 s.d. 5 menunjukkantingkat keadaan berurutan yang dicerminkan oleh kata

(kata-kata) di sebelah kiri menuju kata (kata-(kata-kata) di sebelah kanan. Lingkarilah angka pada

pernyataan berikut ini sesuai dengan pendapat atau keadaan Anda.

No Belajar tentang KPK dan FPB

1 Menyukai Benci

2 Menyenangkan 1 2 3 4 5 Membosankan

3 Banyak gunanya 1 2 3 4 5 Sia-sia

4 Mudah 1 2 3 4 5 Sulit

5 Sungguh-sungguh 1 2 3 4 5 Malas

6 Tertantang 1 2 3 4 5 Tidak ingin tahu

7 Merasa mampu 1 2 3 4 5 Gagal

Contoh 4: Angket untuk Penilaian Afektif

Untuk mendapatkan data tentang afektif siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang dirancang guru dapat pula dibuat angket dan siswa diminta mengisinya. Pada angket dapat disertakan pertanyaan tentang macam kegiatan belajar yang disukai dan tidak disukai oleh siswa. Pengisian angket sebaiknya tanpa menyebutkan nama (anonim) agar diperoleh data yang sesungguhnya. Berikut ini contoh pertanyaan dalam angket.

Manakah di antara kegiatan belajar berikut ini yang Anda sukai? Berikan pilihan Anda dengan melingkari angka di depan pernyataan yang dipilih. Anda boleh memilih lebih dari satu pernyataan.

1. Proses pengantar atau pendahuluan belajar oleh guru. 2. Proses menyelesaikan tugas individu.

3. Proses menyelesaikan tugas di kelompok. 4. Diskusi kelas saat presentasi.

6 Saya merasa tertantang untuk mengetahui KPK dan FPB lebih dalam lagi

Gambar

Tabel 2. Ceklis untuk Menguji Kualitas Tipe Tes Benar-Salah
Tabel 3. Daftar Cek untuk Menguji Kualitas Bentuk Tes Menjodohkan
Tabel 4. Contoh Pokok uji yang dapat Dijodohkan.
Tabel 5. Daftar Cek untuk Menguji Kualitas Ragam Tes Pilihan Berganda Biasa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kata hubung yang tepat untuk melengkapi kalimat “(10) Ketika sendi ditarik atau dibengkokkan … ruangan yang berisi cairan sinovial akan meregang.” adalah maka.. Kata maka

Lengkapilah program di bawah ini yang akan menerima masukan dua bilangan bulat dan menampilkan rata-rata keduanya (3 angka di belakang titik desimal) dengan mengganti A sampai dengan

Silanglah Jawaban yang Benar Tuliskan Jawaban dengan Singkat dan Tepat pada Kotak yang telah

Istilah ini juga mengacu kepada pengkodean dan pemeliharaan source code sebuah program, namun dengan cakupan yang lebih luas, yaitu mengikutsertakan semua hal

dinyatakan bahwa hubungan antara lama usaha terhadap pendapatan penjual sayur di Di Pasar Imbi Kelurahan Elelim dan Kampung Ohoam di Distrik Elelim di Kabupaten Yalimo

Walaupun tingkat keterlibatan dan pengaruh bawahan dalam proses penyusunan anggaran merupakan faktor utama yang mnembedakan antara anggaran partisipatif dan anggaran

Persediaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi perlu diproses lebih lanjut

 KPPM merupakan salah satu bentuk pengabdian kepada masyarakat yg dilakukan oleh PT via mahasiswa untuk menerapkan berbagai hasil penelitian dan pengembangan teknologi tepat guna