BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasaran adalah suatu sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk
merencanakan, menentukan harga, promosi dan mendistribusikan barang- barang
yang dapat memuaskan keinginan dan mencapai pasar sasaran serta tujuan
perusahaan. Pemasaran adalah kegiatan pemasar untuk menjalankan bisnis guna
memenuhi kebutuhan pasar dengan barang dan atau jasa, menetapkan harga,
mendistribusikan, serta mempromosikannya melalui proses pertukaran agar
memuaskan konsumen dan mencapai tujuan perusahaan.
Pemasaran mempunyai peranan yang sangat menentukan karena pemasaran
mempunyai kedudukan sebagai perantara antara produsen dan konsumen. Pemasaran
merupakan suatu urutan-urutan kegiatan yang saling berkaitan erat dan bertujuan
untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia melalui proses pertukaran.
Dengan demikian perusahaan dalam menjalankan usahanya perlu memperhatikan dan
mengembangkan sistem pemasarannya.
Masalah pemasaran merupakan salahsatu aspek yang sangat penting bagi
perusahaan untuk menjalankan roda perusahaannya, karena tidak jarang perusahaan
gagal mencapai tujuannya disebabkan sistem pemasaran yang kurang tepat. Untuk
lebih jelasnya Kotler (2007:8) menyatakan : “ Pemasaran adalah suatu proses sosial
mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan
mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain .”
Kegiatan pemasaran tidak dapat dipisahkan dari seluruh rangkaian kegiatan
usaha perusahaan karena didalamnya terdapat banyak bagian-bagian yang harus
dimengerti dan dilaksanakan khususnya oleh seorang pemasar/lembaga pemasaran.
Sedangkan pengertian menurut Stanton (1993:7) yaitu : “ Pemasaran adalah suatu
sistem total dari kegiatan bisnis yang dirancang untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-barang yang dapat memuaskan
keinginan dan jasa baik kepada konsumen saat ini maupun konsumen potensial “.
Saat ini pemasaran juga digunakan oleh para tokoh politik, dan pemasaran
politik yang mereka lakukan disebut dengan Marketing Politik. Marketing Politik adalah seperangkat metode yang dapat memfasilitasi kontestan (individu atau partai
politik) dalam memasarkan inisiatif politik, gagasan politik, isu politik, ideologi
politik, karakteristik pemimipim partai dan program kerja partai kepada masyarakat,
Firmanzah (2007:56). Ilmu marketing mengalami perkembangan dari jaman ke jaman untuk menemukan bentuknya.
Iklim demokrasi yang berkembang di Indonesia semenjak era reformasi telah
membuka kesempatan bagi berbagai partai politik untuk berkembang. Praktek politik
di Indonesia sendiri telah berkembang sedemikian pesat dengan memanfaatkan
aplikasi berbagai disiplin ilmu manajemen seperti marketing. Hal ini didorong oleh
heterogennya masyarakat Indonesia serta meningkatnya taraf ekonomi dan
pendidikan masyarakat yang membuat partai politik harus mengaplikasikan berbagai
pilihan media komunikasi juga mendorong kebutuhan aplikasi konsep marketing
dalam berpolitik di Indonesia. Political Marketing sangat berpotensi untuk
dikembangkan sebagai suatu disiplin ilmu, karena aplikasinya di lapangan
memerlukan metodologi yang kuat untuk dapat memberikan hasil yang efektif.
Sekedar ikut-ikutan saja tidak akan memberikan hasil selain membuang biaya
percuma. Dalam hal ini institusi kampus harus mampu mengembangkan dan
menawarkan ilmu ini sebagai suatu bidang studi. Ahli-ahli political marketing akan semakin dibutuhkan di Indonesia. Contoh penerapan marketing yang paling nyata di
Indonesia adalah positioning dalam kampanye politik. Mengingat keberagaman
masyarakat Indonesia, maka positioning seorang kandidat ataupun parpol harus
dilakukan secara berbeda untuk setiap segmen masyarakat yang berbeda.
Pemahaman profil pemilih atau calon pemilih di suatu wilayah menjadi
sebuah keharusan bagi parpol untuk bisa sukses. Pesan-pesan politik yang diangkat di
satu wilayah harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi wilayah tersebut yang bisa
jadi berbeda dengan pesan yang diangkat di wilayah yang lain. Banyak hal yang
dapat mendukung kesuksesan kampanye politik di Indonesia, diantaranya adalah
popularitas dari seorang kandidat seperti artis yang terbukti cukup efektif sebagai
pendongkrak suara.
Umumnya parpol besar di Indonesia sudah memanfaatkan pula jasa konsultan
political marketing untuk membantu dalam meramu pesan yang akan diangkat untuk setiap segmen pemilih yang dibidik serta memilih media komunikasi yang sesuai.
Bahkan pilihan warna yang digunakan dalam kampanye juga menentukan
Advertising melalui media televisi dapat menjadi alat yang sangat efektif
untuk meningkatkan popularitas kandidat maupun parpol walaupun diragukan apakah
dapat efektif pula mendongkrak tingkat elektabilitas seorang kandidat atau parpol
tersebut. Tingkat pendidikan masyarakat harus diperhatikan, karena masyarakat
berpendidikan tinggi mungkin cenderung merasa muak jika dibombardir dengan
pesan-pesan yang sifatnya menonjolkan kandidat atau parpol.
Black campaign juga dinilai kurang efektif untuk Indonesia. Salah satu cara yang sering dipakai adalah soft campaign melalui aksi-aksi sosial seperti perbaikan sekolah, layanan kesehatan, pembangunan tempat ibadah maupun infrastruktur
masyarakat. Menurut pengalaman selama ini, cara soft campaign tersebut terbukti paling ampuh dan efektif. Memang diakui banyak parpol yang sifatnya berlebihan
untuk meraih suara dalam waktu singkat, namun untuk keberlangsungan sebuah
parpol dalam jangka panjang, kontinuitas dalam pemasaran menjadi sebuah
keharusan.
Memang semua aktivitas ini memerlukan biaya yang tidak sedikit, untuk
itu bagi parpol yang keuangannya tidak terlalu kuat akan memilih jalan pemasaran
secara gradual dengan cara mempertahankan basis pemilih yang sudah diperoleh melalui aksi-aksi nyata mewujudkan program-program yang diangkat saat kampanye
sebelumnya dengan harapan pemilih atau simpatisan baru akan dapat
Saat ini pemasaran politik bisa dilakukan oleh siapa pun, termasuk parpol.
Parpol menjanjikan pengharapan kepada para konstituennya, dengan pamrih untuk
meraup apresiasi dan dukungan dari mereka. Tiga hal utama yang mereka
tawarkan adalah organisasi parpol itu sendiri, sosok tokoh partainya dan acara-acara
(events) yang mereka selenggarakan. Tujuan aktivitas pemasaran mereka ada dua, yaitu untuk meraih pendukung baru dan mempertahankan pendukung, baik yang
lama maupun baru, setidak-tidaknya sampai pemilu berikutnya.
Untuk mendukung strateginya, parpol harus melakukan serangkaian langkah
yang lazim dalam pemasaran bisnis dan tidak terpisahkan, yaitu segmentation,
targeting, dan positioning. Sebagai fokus, positioning merupakan
upaya untuk membangun citra produk sehingga tampak sangat jelas (distinct) di
benak konsumen. Positioning yang sukses dibangun dengan menawarkan manfaat
(benefit) produk, alih-alih fiturnya, dan mengomunikasikan unique selling proposition (USP) dari produk. Tugas bagi parpol kemudian adalah mengidentifikasi manfaat dan USP-nya. Permasalahannya, kehadiran begitu banyak jumlah parpol,
caleg, membuat banyak calon pemilih kebingungan dalam
memutuskan sosok-sosok yang akan dipilih dalam pemilu kelak. Bagaimanapun juga,
calon pemilih memiliki persepsinya sendiri-sendiri terhadap barang dagangan yang
dijajakan oleh para parpol, caleg, dan capres.
Dalam hal citra partai dan pemimpin partainya, yang sangat disayangkan
adalah parpol dengan pemimpin partai yang citranya sama-sama rendah. Sepertinya
tiada harapan bagi mereka nanti. Oleh karena itu, parpol harus terus bekerja keras
pemilih butuh diyakinkan bahwa janji-janji parpol yang serba manis itu bisa
benar-benar terwujud seandainya mereka terpilih nanti terlebih karena para calon pemilih
masa kini cenderung kian rasional
Diperkirakan, sampai beberapa kali pemilu, di Indonesia Pemilu akan
senantiasa akan diikuti banyak partai. Dalam kondis seperti itu, para pemilih tak akan
mampu mengingat begitu banyak nama partai, proses awal yang penting sebelum
pemilih menetapkan pilihannya. Konon lagi untuk mengetahui program-program
utama dan nama-nama para kandidat yang ditawarkan partai. Dengan demikian
mayoritas partai-partai yang ikut pemilu itu akan sulit dikenal pemilih,
apalagi membedakannya dengan partai lain.
Cukup beralasan untuk mengatakan bahwa partai-partai politik itu tidak
gampang mencapai sasaran obyektif (target suara atau kursi) dengan cara-cara
mengidentifikasi manfaat dan USP-nya. Permasalahannya, kehadiran begitu banyak
jumlah parpol, caleg, membuat banyak calon pemilih kebingungan dalam
memutuskan sosok-sosok yang akan dipilih dalam pemilu kelak. Bagaimanapun
juga, calon pemilih memiliki persepsinya sendiri-sendiri terhadap barangan
dagangan yang dijajakan oleh para parpol, caleg, dan capres. Dalam hal citra partai
dan pemimpin partainya,
Para calon pemilih butuh diyakinkan bahwa janji-janji parpol yang serba
manis itu bisa benar-benar terwujud seandainya mereka terpilih nanti terlebih karena
para calon pemilih masa kini cenderung kian rasional Diperkirakan, sampai beberapa
kali pemilu, di Indonesia Pemilu akan senantiasa akan diikuti banyak partai. Dalam
partai, proses awal yang penting sebelum pemilih menetapkan pilihannya. Konon lagi
untuk mengetahui program-program utama dan nama-nama para kandidat yang
ditawarkan partai.
Dengan demikian mayoritas partai-partai yang ikut pemilu itu akan sulit
dikenal pemilih, apalagi membedakannya dengan partai lain. Cukup beralasan untuk
mengatakan bahwa partai-partai politik itu tidak gampang mencapai sasaran obyektif
(target suara atau kursi) dengan cara-cara kampanye dan kegiatan kehumasan
konvensional. Tantangan besar khususnya akan dihadapi partai-partai baru. Tanpa
langkah-langkah terobosan, partai-partai baru akan sulit meraih suara, bahkan hanya
sekedar dikenal baik oleh para pemilih. Langkah-langkah terobosan itu hanya bisa
dilakukan dengan strategi yang jitu, termasuk menerapkan political marketing.
Partai-partai besar sangat diuntungkan oleh publikasi yang luas dan gratis
sehingga dikenal para calon pemilih. Bahkan sebagian pemilih sudah
“mengidentifikasikan” dan “menyimpatikan” diri mereka kepada partai tertentu. Ini
antara lain disebabkan oleh kebijakan suatu partai “mencatelkan” diri dengan
organisasi massa di tingkat akar rumput. Citra besar tokoh-tokoh partai yang
terbentuk oleh perilaku masa silam, semisal perjuangan mencetuskan reformasi atau
tindakan-tindakan lainnya yang diakui oleh masyarakat.
Sungguhpun partai-partai besar itu memperoleh posisi strategis yang
menguntungkan, mereka juga menghadapi tantangan besar. Selain bersaing dengan
pendatang baru, mereka juga akan bersaing dengan partai-partai besar lainnya untuk
strategi yang jitu, termasuk menerapkan political marketing. Salah satu yang menggunakan political marketing adalah Aburizal Bakrie.
Tabel 1.1. Data Pemilu 2009
2009 2012 KPU 2009 Rasionalisasi1 Rasionalisasi2
Demokrat 44.2 12.8 20.81 6.0 3.2
Sumber : Hasil Litbang Kompas
Ir. H. Aburizal Bakrie adalah pengusaha ternama Indonesia pemilik usaha
Bakrie Group yang bergerak diberbagai sektor mulai bidang pertambangan,
kontraktor, telekomunikasi, informasi, industri baja dan media massa. Ia salah satu
konglomerat Indonesia yang namanya pernah tercatat sebagai manusia terkaya di
Asia Tenggara versi majalah Forbes. Nama Aburizal Bakrie tidak hanya dikenal
dalam dunia usaha, namun juga dalam dunia politik Indonesia sejak aktif dalam
Aburizal Bakrie lahir di Jakarta 15 November 1946, mengenyam pendidikan
tinggi di Fakultas Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung (1973). Setelah tamat ia
kemudian aktif mengembangkan usaha keluarga (Bakrie and Brathers) yang telah di
rintis sejak tahun 1942. Ia pernah menjabat direktur utama PT Bakrie Nusantara
Corporation (1989-1992), Dirut PT Bakrie and Brothers (1988-1992), dan komisaris
utama Kelompok Usaha Bakrie (1999-2004). Di bawah kepemimpinannya, usaha
Bakrie Group makin menggurita di berbagai sektor kehidupan mulai bidang
telekomunikasi, media massa, pertambangan, kontraktor, hingga industri manufaktur.
Aburizal Bakrie adalah sosok enterpreuner terkemuka Indonesia yang
pengaruhnya begitu luas tidak hanya di bidang ekonomi namun juga bidang politik
dan birokrasi Indonesia. Berbagai jabatan penting baik dalam kaitan dengan dunia
usaha, politik hingga pemerintahan pernah disandangnya. Aburizal Bakrie pernah
memimpin KADIN (Kamar Dagang dan Industri) selama sepuluh tahun (periode
1994-1999 dan 1999-2004).
Di bawah Aburizal Bakrie, Kadin menjadi sangat berpengaruh dalam
mempengaruhi kebijakan pemerintah di bidang ekonomi. Di bidang birokrasi,
Aburizal Bakrie pernah menjabat sebagai Menko Kesra di bawah kepemimpinan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono periode 2004-2009. Sebelumnya ia pernah
menjabat sebagai Menko Perekonomian pada kabinet yang sama. Posisinya berubah
menjadi Menko Kesra setelah melalui perombakan kabinet tanggal 5 Desember 2005.
Sebelum masuk dalam kabinet SBY, Aburizal Bakrie di calonkan sebagai calon
underbow golkar yaitu SOKSI, Kosgoro, dan MKGR, namun kalah bersaing dengan
Jusuf Kalla.
Namun kelompok usaha Bakrie pernah mengalami masalah serius yang
hingga kini belum tuntas yaitu semburan lumpur panas di Sidoharjo yang
menenggelamkan ribuan rumah warga akibat pengeboran yang di lakukan PT
Lapindo Brantas kurang dilengkapi standar keamanan. Perusahaan miliki Bakrie
tersebut menjadi penyebab bencana semburan lumpur panas sehingga banyak orang
kehilangan tempat tinggal dan mengancam jalannya perekonomian daerah Jawa
Timur.
Banyak politisi di Indonesia yang sibuk membangun citra menuju PILPRES
2014. Aburizal Bakrie juga menunjukan “citra malaikatnya”, dengan
mempublikasikan 9 triliun sebagai bentuk ganti rugi terhadap korban Lapindo
(korban yang diakibatkan oleh perusahaannya sendiri). Sudah seharusnya hal tersebut
tidak perlu digembar gemborkan ke publik melalui media, karena hal tersebut
merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan (Lapindo), yang selama ini dituntut
oleh korban Lapindo.
Pola Pikir Aburizal Bakrie adalah memperbaiki kerusakan yang telah
dibuatnya di Lapindo. Kerusakan lingkungan dan sosial yang tidak terhitung dengan
nominal rupiah, karena kerusakan lingkungan yang bersifat permanen dan membuat
banyak masyarakat (12.000) kehilangan tempat tinggalnya. Saatnya Aburizal Bakrie
bersama seluruh perusahaannya melakukan intropeksi diri dan lebih mengedepankan
perusahaannya akan dipandang baik oleh masyarakat, dan bukan dipolitisir untuk
kepentingan tertentu.
Etika bisnis merupakan tanggung jawab etis perusahaan terhadap masyarakat.
Hal ini yang harus dikedepankan, bukannya kepentingan PILPRES 2014. Jika etika
dalam berbisnis saja tidak mampu dikedepankan dalam perilaku perusahaannya,
apalagi ketika menjadi Presiden, menjadi pemimpin bangsa Indonesia. Etika bukan
politik, namun politik harus mengutamakan etika, agar masyarakat sejahtera dan
Indonesia yang dicita-citakan terwujud. Indonesia yang besar dan bermatrabat.
Kesan banyak orang jika ditanya mengenai sosok Aburizal Bakrie maka tidak
akan lepas dari kasus Lumpur Lapindo. Bisa jadi niat Aburial Bakrie membenahi
negeri ini tidaklah sepenuhnya omong kosong belaka. Bisa jadi Aburizal Bakrie tidak
sepenuhnya salah dalam kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo. Bisa jadi pula Aburizal
Bakrie tidak seburuk yang disangka orang. Tetapi, persepsi adalah persepsi. Di benak
masyarakat yang saya temui di berbagai kesempatan dan di berbagai tempat,
termasuk di desa-desa yang katanya telah banyak investasi politik dilakukannya. Hal
paling kuat tertancap dibenak mereka adalah Lapindo. Mereka yakin bahwa Aburizal
Bakrie adalah penyebab musibah lumpur Sidoarjo.
Mungkin saja Aburizal Bakrie telah membayar banyak ganti rugi kasus
lumpur Sidoarjo, bahkan katanya telah mengeluarkan duit pribadi hingga beberapa
triliun untuk ganti rugi tersebut. Masalahnya, benak dan persepsi masyarakat telah
kadung menerima dan tertancap informasi yang kuat bahwa Aburizal Bakrie tidak
beberapa kali kalimat atau ucapan dari Aburizal Bakrie bahkan lebih menyakitkan
daripada apa yang sedang terjadi kepada masyarakat Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.
Seingat dan sepengetahuan saya, tiga kali Aburizal Bakrie telah menjadi pusat
berita negatif. Pertama, tentu saja masalah kasus Lumpur Lapindo. Kedua, masalah
tuduhan pengemplangan pajak. Dan ketiga, masalah pertikaiannya dengan Menteri
Keuangan Sri Mulyani terkait suspensi saham Bumi Resource di bursa saham. Dalam
ketiga kasus tersebut, betapa Aburizal Bakrie telah begitu buruk diberitakan. Belum
lagi, komentar atau tanggapan dari Aburizal Bakrie sendiri terhadap kasus yang
menderanya yang selalu dengan bahasa yang negatif dan seperti tidak punya
perbendaharaan kata dan bahasa yang cukup untuk diucapkan.
Berbicara soal peluang kemenangannya, ARB memang cukup kuat untuk
memenangkan pilpres tahun depan. Selain dukungan dari partai yang dipimpinnya, ia
juga mempunyai jaringan yang kuat di kalangan pelaku usaha. Apalagi dalam
beberapa survey ia telah masuk dalam kandidat terkuat pemenang pilpres selain
Prabowo Subianto. Dalam beberapa survey terbaru, ical bahkan akan memenangkan
pilpres jika ia menggandeng Jokowi sebagai wakilnya. Jokowi saat ini merupakan
figur yang paling populer di Indonesia berkat gaya kepemimpinannya yang nyentrik
dan suka blusukan. meskipun Jokowi sendiri juga masuk dalam
beberapa survey, bahkan popularitasnya mengalahkan ARB sendiri. Jika ARB benar
menggandeng Jokowi, maka diperkirakan ia mendapat banyak suara dan besar
kemungkinan untuk menang.
ARB dalam beberapa kali kesempatan menekankan bahwa bangsa Indonesia
yaitu 3 keberanian. Pria berjanggut panjang ini juga sangat gencar dan total dalam
kampanye, dan bisa jadi ini menjadi faktor yang penting untuk memenangkan pilpres
2014 mendatang. Nah, untuk mengetahui lebih lanjut tentang
1. ARB dan Partai Golkar
Partai Golkar sebagai pengusung utama ARB dalam pilpres mendatang
merupakan partai yang kuat dan memiliki loyalitas tinggi terhadap keputusan partai.
Itu artinya, sangat wajar jika para simpatisan partai golkar akan memilih ARB di
pilpres mendatang. Hanya saja, sempat beredar isu ketika ARB mencalonkan diri
sebagai capres dari Golkar, terjadi keretakan di internal partai berwarna kuning
tersebut. Di beberapa pemberitaan mengatakan bahwa Akbar Tanjung tidak
menyetujui ARB menjadi capres.
Akbar Tanjung adalah salah satu tokoh senior partai golkar dan memiliki
pengaruh yang cukup besar. Meskipun belum jelas bagaimana kebenarannya, yang
harus dilakukan ical adalah ia harus segera melakukan rekonsiliasi partai golkar dan
menyatukan visi dan misi agar golkar tetap solid dan kuat. Karena apabila terjadi
konflik internal di partai pengusungnya, maka berpotensi menjadi ganjalan dalam
pemenangan pilpres mendatang.
2. ARB dan Lapindo
Anda mungkin sudah tidak asing mendengar kata lapindo. Ya, lapindo adalah
perusahaan yang bergerak di bidang pengeboran gas alam yang terletak di Sidoarjo,
paling bertanggung jawab atas tenggelamnya ribuan hektar sawah dan hilangnya
ribuan rumah di tanggul angin dan sekitarnya. Saat ini masih banyak warga yang
teraniaya karena tak kunjung cairnya ganti rugi yang telah dijanjikan. Meskipun
secara resmi ARB bukan lagi pemilik perusahaan tersebut, tetapi sangat sulit
mengilangkan anggapan bahwa ARB ikut bertanggung jawab atas musibah ini. Untuk
itu ARB harus segera bergerak untuk ikut berpartisipasi dalam penyelesaian kasus
lapindo ini, atau paling tidak memberikan pengertian kepada masyarakat bahwa ia
tidak berhubungan dengan lapindo. Setidaknya ini bisa membersihkan kesan negatif
atas dirinya. Jika kedua komponen tersebut dapat dilalui ARB dengan baik dan bijak,
maka ia mempunyai peluang yang cukup besar untuk menduduki kursi RI 1. Dan jika
ARB menggandeng wakil yang tepat dan disukai masyarakat, maka akan
memperbesar peluangnya untuk menang.
Berdasarkan penjelasan tersebut, maka penelitian tertarik untuk melakukan
penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul “Pengaruh Citra Aburizal Bakrie
Terhadap Minat Memilih Pada Pemilu Presiden 2014 di Medan.”
1.2. Perumusan Masalah
Latar belakang masalah sebagaimana diuraikan diatas dapat dikatakan bahwa
untuk mencapai tingkat minat memilih pada pemilu, diperlukan citra tokoh politik,
maka penulis merumuskan masalah yang diajukan adalah : “Apakah citra Aburizal
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas maka tujuan
penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui citra Aburizal Bakrie terhadap minat memilih pada Pemilu
Presiden 2014 di Medan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi Tokoh Politik
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada tokoh politik
untuk mengambil langkah-langkah yang tepat untuk meningkatkan upaya
minat memilih pada Pemilu presiden 2014 di kota Medan.
b. Bagi Peneliti
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah kontribusi bagi pemikiran guna memperluas cakrawala wawasan penelitian dalam bidang manajemen
pemasaran, khususnya masalah citra tokoh politik dan minat memilih dalam
Pemilu presiden 2014 di Medan.
c. Bagi Pihak lain
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan refrensi yang nantinya akan dapat
memberikan perbandingn dalam melakukan penelitian pada bidang yang