• Tidak ada hasil yang ditemukan

ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BEBERAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BEBERAP"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR

BEBERAPA KABUPATEN DI PROVINSI PAPUA

DAN PAPUA BARAT (Inisiasi Kegiatan, Proses dan

Hasil Penyusunan)

CONFERENCE PAPER · AUGUST 2008

READS

9

3 AUTHORS, INCLUDING:

Roni Bawole

University of Papua, Indonesia

13PUBLICATIONS 4CITATIONS

SEE PROFILE

(2)

320

ATLAS SUMBERDAYA WILAYAH PESISIR BEBERAPA KABUPATEN DI

PROVINSI PAPUA DAN PAPUA BARAT

(Inisiasi Kegiatan, Proses dan Hasil Penyusunan)

Roni Bawole1, Randolph W. Hutahuruk2, dan Thomas F. Pattiasina3

1, 2Jurusan Ilmu Kelautan, 3Jurusan Perikanan Universitas Negeri Papua

Jl. Gunung Salju, Amban – Manokwari 98314 Telp/Fax: +62 986 211675

Email:ronibawole@yahoo.com ; rand_willyhut@yahoo.com ; t_pattiasina@yahoo.com

Abstrak

Provinsi Papua dan Papua Barat memiliki kekayaan sumberdaya yang sangat potensial baik sumberdaya dapat pulih maupun yang tak dapat pulih sebagai aset pembangunan. Walaupun demikian, pemerintah daerah menghadapi tantangan kompleksitas permasalahan pemanfaatan dan pengelolaan aset ini. Keberlanjutan pembangunan pesisir dan laut di kedua provinsi memerlukan suatu pendekatan pengelolaan yang terpadu berbasis ekosistem dan masyarakat. Unipa telah memfasilitasi penyusunan atlas sumberdaya wilayah pesisir di beberapa kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat, yang dapat menjadi dasar penyusunan rencana pengelolaan pesisir yang terpadu, terlebih dengan semakin meningkatnya pemanfaatan sumberdaya pesisir di wilayah kedua provinsi terutama sumberdaya perikanan dan kelautan. Atlas-atlas sumberdaya pesisir ini disusun berdasarkan hasil pengumpulan data dan informasi penting baik melalui survei, wawancara atau data sekunder dari berbagai pihak (stakeholders) yang memberikan perhatian besar atau terlibat langsung dalam praktek-praktek pengelolaan pesisir, di antaranya kalangan pemerintah daerah, perguruan tinggi, LSM dan masyarakat pesisir.

Beberapa produk atlas yang telah dihasilkan adalah atlas sumberdaya pesisir Kawasan Teluk Bintuni (kerjasama dengan Mitra Pesisir/CRMP II), Kabupaten Sarmi, Kabupaten Kaimana, Kabupaten Biak-Numfor, Kabupaten Raja Ampat dan Kabupaten Fakfak (Distrik Karas dan Distrik Fakfak Timur). Disamping memuat informasi baik spasial maupun non spasial tentang sumberdaya pesisir, atlas-atlas ini mengungkap isu-isu penting terkait pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya pesisir. Pembuatan atlas-atlas ini merupakan salah satu upaya kongkrit dalam bidang perencanaan pengelolaan wilayah pesisir. Diharapkan atlas-atlas ini dapat menjadi landasan obyektif dan kontributif yang dapat diterima dan digunakan oleh berbagai pihak yang terkait dengan pengelolaan wilayah pesisir di Provinsi Papua dan Papua Barat.

Cara Sitasi: Bawole R, Hutahuruk RW, Pattiasina Th.F. 2008. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Beberapa Kabupaten Di Provinsi Papua Dan Papua Barat (Inisiasi Kegiatan, Proses dan Hasil Penyusunan). Dalam

Prosiding Konferensi Nasional VI Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan tanggal 26 – 29 Agustus 2008 di

(3)

321

PENDAHULUAN

Pada dasarnya proses penyusunan atlas hanya merupakan alat untuk mengajak semua pihak memberikan perhatian yang serius bahwa wilayah pesisir memiliki sumberdaya potensial yang apabila dikelola dengan baik akan memberikan manfaat ekonomi. Desentralisasi pengelolaan pesisir pada tingkat daerah dengan pencapaian kemajuan yang terukur merupakan tahapan awal dari proses yang ditekankan pada saat penyusunan atlas, terutama pada kegiatan sosialisasi kepada berbagai mitra tentang pentingnya penyajian profil daerah dalam bentuk atlas. Dengan demikian secara informal penyusunan atlas sumberdaya pesisir adalah mengajak semua pihak untuk bersama-sama memelihara pesisir untuk kehidupan yang lebih baik.

Luaran yang diharapkan dari proses penyusunan atlas sumberdaya pesisir adalah (1) menyajikan profil yang lengkap melalui pengumpulan informasi komponen lingkugan yang akurat, valid dan dapat dipertangjawaban secara ilmiah; (2) memperkuat sumberdaya manusia lokal dalam mengelola sumberdaya pesisir pada daerahnya masing-masing; (3) meningkatkan kepedulian pentingnya memelihara sumberdaya pesisir demi keberlanjutan kegiatan pemanfaatan perikanan dan kelautan.

Khusus untuk daerah Papua, proses penyajian sumberdaya pesisir dalam bentuk data spasial (atlas) merupakan hal baru, sehingga beberapa daerah kabupaten dan kota hasil pemekaran yang memiliki daerah pesisir sangat memberikan perhatian yang serius dalam penyediaan data dan informasi. Sosialisasi kegiatan dalam bentuk stakeholder meeting tentang penyusunan atlas sumberdaya pesisir merupakan kunci keberhasilan dalam proses penyusunan atlas. Dukungan dari berbagai pihak dengan Bappeda sebagai pusat penyelenggaran kegiatan telah mendorong pengelolaan sumberdaya pesisir ditempatkan sebagai pilar utama dalam menunjang kegiatan perekonomian di daerah/kota. Informasi yang disajikan dalam bentuk atlas telah menjadi sumber acuan dalam penyusunan rencana strategis daerah dan sekaligus sebagai bahan acuan dalam menyusun rencana penataan dan pemanfaatan ruang daerah.

PROSES INISIASI KEGIATAN

(4)

322

PROSES PENYUSUNAN

Perencanaan yang sentralistik dari pusat dan kebutuhan sumberdaya alam primer telah menyebabkan degradasi sumberdaya alam dan penurunan keanekaragaman hayati serta mutu lingkungan mengalami penurunan pada beberapa daerah di Papua dan Papua Barat. Biasanya para investor baik yang berkaitan langsung dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan dan investor yang memanfaatkan lahan atas (perkebunan, Hak Pengusahaan Hutan) telah memberikan sumbangan terjadinya degradasi dan penurunan mutu lingkungan di wilayah pesisir dan laut. Untuk menghimpun berbagai data dan informasi maka pendekatan partisipatif kepada berbagai mitra dilakukan. Kegiatan partisipasi lebih difokuskan pada dua pencapaian tujuan, yaitu setiap kampung yang terletak pada daerah pesisir harus dikunjungi untuk mendapatkan data primer dan verifikasi data sekunder; dan partisipasi dari setiap mitra yang dapat memberikan multi efect bagi pengelolaan sumberdaya pesisir berkelanjutan (Dinas-dinas terkait, LSM lokal, Perguruan Tinggi, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama).

Untuk melengkapi data dan informasi yang diperlukan dalam pembuatan peta, gambar, status sumberdaya dan potensi, maka UNIPA memfasilitasinya dalam menyediakan tenaga ahli sebagai konsultan dalam merampungkan penyusunan atlas sumberdaya pesisir dari beberapa daerah kabupaten di Provinsi Papua Barat (Bintuni, Kaimana, Fakfak, Raja Ampat) dan Provinsi Papua (Sarmi dan Biak Numfor). Gambar 1 menunjukan alur proses penyusunan atlas.

(5)

323 Pengalaman dan pengetahuan terutama dalam penyediaan data sekunder oleh instansi pemerintah kurang seimbang karena merupakan kabupaten hasil pemekaran daerah. Informasi biasaya masih mengandalkan data yang tersedia pada kabupaten induk dan kadangkala sangat sulit diakses. Informasi yang diproses kadang kurang akurat dan biasanya sudah kedaluwarsa. Pengumpulan data dari instansi pemerintah biasanya membutuhkan banyak waktu dan senantiasa dibutuhkan pengecekan ulang karena umumnya data tidak singkron antar instansi pemerintah.

Hubungan dengan berbagai industri dan atau perusahaan yang bergerak di bidang perikanan dan HPH sangatlah diperlukan dalam upaya penyediaan data dan informasi, disamping kesadaran penuh terhadap penggunaan lahan di pesisir maupun terhadap pengembangan ekonomi masyarakat pesisir. Kebanyakan perusahaan perikanan tidak mempunyai partisipasi dalam desain dan manajemen usaha yang terkait dengan penggunaan lahan pesisir. Kecurigaan terhadap para surveyor dalam kegiatan pengumpulan data lapangan untuk kegiatan pengelolaan pesisir tetap tidak dapat dihindari, namun demikian melalui pendekatan informal/personal dukungan dari sektor swasta dapat diperoleh.

Peranan media lokal dan nasional sedikit memberikan kontribusi dalam upaya membangun kepedulian pemerintah daerah terhadap pengeloaan sumberdaya pesisir. Ekspos daerah pesisir dengan melibatkan para Bupati dan Kepala Bappeda serta tokoh masyarakat dalam memberikan komentar tentang sumberdaya pesisir, dan komentar mereka telah dijadikan sebagai materi dalam tayangan televisi swasta Indonesia. Tayangan secara nasional telah dilakukan di Metro TV untuk beberapa kali tanyangan, demikian juga lewat Metro Papua TV. Kegiatan ini telah membangkitkan kepedulian Pemerintah daerah terhadap sumberdaya pesisirnya dan dampaknya berupa dukungan penuh dari pemda kebupaten dalam bentuk penyediaan dana. Pada beberapa daerah kabupaten (Sarmi, Kaimana dan Biak) telah disediakan dana untuk updating data atlas dan pada saat yang sama pihak UNIPA telah memberikan teknik pengumpulan data yang berbasis pada SIG (Sistem Informasi Geografis) pesisir. Kegiatan ini melibatkan staf yang ada di Bappeda dan beberapa dinas yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Sebagai kelanjutan dari kegiatan penyusunan atlas Pesisir Kabupeten Kaimana, maka pihak Pemda Kabupaten bekerjasama dengan UNIPA telah menyelesaikan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kaimana.

PROSES KEGIATAN PENGUMPULAN DATA

(6)

324 alasan meminimalkan resiko hubungan yang sudah terjalin. Sayangnya informasi berharga seperti ini lebih sulit diakses.

Informasi yang berasal dari instansi pemerintah membutuhkan konfirmasi ulang atau silang terutama terkait dengan data yang berhubungan dengan berbagai instansi. Sehingga perlu ada pembobotan informasi lapangan yang menyebabkan ongkos informasi menjadi sangat mahal. Data yang terkumpul baik yang berasal dari laporan teknis tim survei lapangan maupun data-data sekunder, selanjutnya, dirangkum oleh tim kecil yang berfunsi menyusun dan menyunting kembali informasi. Hasil tim kecil ini berupa narasi yang sederhana dan mudah dimengerti oleh berbagai tingkat pendidikan pembaca/pengguna, dan informasi yang ada disajikan dalam bentuk peta dan informasi teks singkat tentang potensi dan berbagai isu

permasalahan, dan terangkung dalam bentuk ”Atlas Sumberdaya Pesisir”. Sampai pada saat

ini telah dihasilkan atlas sumberdaya pesisir Kabupaten Bintuni, Sarmi, Kaimana, Fakfak dan Biak Numfor, yang kesemuanya difasilitasi oleh Unversitas Negeri Papua Manokwari Provinsi Papua Barat.

Semua hasil rangkuman tim kecil berupa draft atlas sumberdaya pesisir selanjutnya dipresentasikan dalam pertemuan konsultasi publik, didiskusikan dengan berbagai mitra (stakeholders) di kabupaten. Pada saat konsultasi publik ini dilakukan validasi data dan koreksi dan verifikasi data, sehingga data yang termuat di atlas menjadi valid dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Proses kegiatan pengambilan data lapangan sekaligus kegiatan verifikasi data sekunder yang dilakukan oleh para surveyor disampaikan dalam Gambar 2.

PENYAJIAN DATA DAN INFORMASI

Atlas ini disusun berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan secara intensif di semua distrik (kecamatan) di wilayah kabupaten. Fokus utama survei adalah menghimpun data potensi, permasalahan dan berbagai isu yang terkait dengan pemanfaatan sumberdaya pesisir. Data dan informasi dalam atlas ini mencakup gambaran yang komprehensif tentang potensi sumberdaya pesisir yang ditampilkan secara spasial berdasarkan aspek fisik, ekologis, sosial ekonomi, budaya dan lingkungan serta berisi isu-isu strategis dalam pengelolaan wilayah pesisir di kabupaten.

Informasi yang disajikan umumnya meliputi lokasi dan batas administratif, aspek fisik yang meliputi: kondisi geologi, sumberdaya air dan DAS, kondisi oseanografi. Aspek biologi yang meliputi ekosistem pesisir dan biota laut. Aspek demografi termasuk di dalamnya kondisi sosial ekonomi masyarakat, pendidikan dan pelayanan umum. Informasi tentang kegiatan-kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam yang meliputi kegiatan perikanan, pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Disamping itu disajikan pula informasi pemanfaatan lahan dan potensi pariwisata.

HASIL EVALUASI KEGIATAN

(7)

325 berbagai mitra secara partisipatif. Keterlibatan mitra ini dimulai dalam berbagai tahap kegiatan dari proses sosialiasi, perencanaan, verifikasi hingga produksi atlas. Waktu yang diperlukan dalam proses ini termasuk revisi selama kurang lebih 1 – 1,5 tahun karena dinamika yang terjadi di daerah berupa pemekaran distrik/kecamatan, telah menambah waktu penyelesaian proses penyusunan atlas.

Gambar 1. Alur kegiatan pengumpulan data lapangan

Umpan balik dari berbagai mitra pada berbagai pertemuan sangat positif karena atlas yang dihasilkan merupakan sumber data yang sangat dibutuhkan oleh berbagai instansi penguna baik sektor pemerintah maupun swasta, ditambah lagi dengan keinginan secara perorangan dari berbagai kalangan. Produksi atlas ini telah mendorong kepedulian berbagai pihak tentang pentingnya pengelolaan sumberdaya pesisir. Atlas ini selanjutnya dibagikan sampai ke daerah distrik/kecamatan dengan harapan dapat dijadikan sebagai acuan dalam perencanaan kegiatan pada tingkat kampung, distrik/kecamatan dan tingkat kabupaten.

(8)

326 Ada beberapa faktor yang mendorong keberhasilan penyusunan atlas ini, yaitu:

1. Dukungan dari berbagai mitra tentang pentingnya penyediaan informasi sumberdaya pesisir secara komprehensif (kegiatan-kegiatan yang terintegrasi dengan wilayah pesisir, seperti pertanian, kehutanan dan peternakan serta aktivitas ekonomi di wilayah pesisir);

2. Dukungan yang kuat dari Pemerintah daerah baik dukungan moril maupun finansial dalam proses penyusunan atlas di daerahnya;

3. Dukungan teknis dari tenaga ahli UNIPA Manokwari dan IPB sebagai konsultan teknis yang keahliannya belum dimiliki UNIPA;

4. Kamampuan UNIPA dalam menfasilitasi kegiatan penyusunan atlas dengan menjalin kerjasama dengan berbagai mitra secara profesional

Kesulitan terbesar dalam proses penyusunan atlas, antara lain adalah menjaga konsistensi dari setiap mitra mendapatkan informasi tentang kemajuan kegiatan. Setiap kunjungan ke instansi pemerintah dan swasta biasanya diawali dengan penyampaian tentang pentingnya pengelolaan bersama potensi sumberdaya pesisir. Dengan demikian informasi yang dimiliki dapat dengan mudah diakses baik yang dimiliki secara individu maupun lembaga. Komunikasi baik horisontal maupun hirarki dalam suatu instasi pemerintah masih sangat terbatas dalam upaya penyamaan persepsi di antara staf dalam pengelolaan sumbedaya pesisir.

Walaupun kegiatan ini telah dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan berbagai mitra, dengan tenaga surveyor yang bekerja hingga pada tingkat kampung dan disrik/kecamatan, kritik terhadap UNIPA sebagai fasilitator dalam penyusunan atlas tetap ada

dan umunya berhubungan dengan kurangnya melibatkan ”masyarakat” dan organisai lain

(kepemudaan) dalam perencanaan dan implementasi kegiatan penyusunan atlas.

Dengan selesainya kegiatan penyusunan atlas, maka kerjasama telah terbentuk dengan berbagai instasi dalam menangani masalah pesisir. Beberapa orang baik secara lembaga maupun individu telah menjadi mitra kunci pada tingkat kabupaten dalam memberikan perhatian yang lebih intensif dalam kegiatan pengelolaan sumberdaya pesisir. Beberapa kegiatan ikutan telah dilaksanakan terutama yang berhubungan dengan peningkatan perekonomian masyarakat pesisir. Kegiatan tersebut berupa bidaya rumput laut dan bantuan teknis serta paket jaring dan motor tempel kepada nelayan.

PENUTUP

(9)

327

DAFTAR PUSTAKA

Namserna, H.J., Marwa, J., Ayhuan, H., dan Tebay, S. 2005. Potensi Sumberdaya Pesisir Distrik Buruway. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

Namserna, J., Rahardjo, S., Marwa, J., Imbiri, S., dan Sawe, D. 2004. Survey Potensi Sumberdaya Distrik Bonggo dan Pantai Timur Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

Pattiselanno, F. dan Metalmety, R. 2004. Survei Potensi Sumberdaya Distrik Mamberamo Hulu, Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

Pemerintah Kabupaten Biak Numfor. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir dan Laut Kabupaten Biak Numfor. Pemda Kab. Biak Numfor. Biak.

Pemerintah Kabupaten Raja Ampat dan Konsorsium Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Raja Ampat. 2006. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Kabupaten Raja Ampat Provinsi Papua Barat. CII. Raja Ampat.

Pemerintah Provinsi Papua, UNIPA, dan CRMP. 2003. Atlas Sumberdaya Pesisir Teluk Bintuni. UNIPA. Manokwari.

Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, Kabupaten Minahasa, Kota Manado, dan Kota Bitung. 2002. Atlas Sumberdaya Wilayah Pesisir Minahasa, Manado, Bitung. Diterbitkan oleh Proyek Pesisir (USAID Indonesia, Coastal Resources Management Project). Manado. Prabawardani, S., Rahayu, M., Hadi, P., Manan, J., Bogra, H. 2005. Potensi Sumberdaya

Pesisir Distrik Kaimana Kota. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

Renyaan, A.W.A., Bodang, Y., Widayati, T.W., dan Susanti, C.M.E. 2005 Potensi Sumberdaya Pesisir Distrik Teluk Etna. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

Tjolli, I., Toha, A.H.A., Fatem, S., dan Pakage, S. 2004. Survey Potensi Sumberdaya Distrik Mamberamo Tengah dan Mamberamo Hilir Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Fakfak. 2007. Atlas Sumberdaya Pesisir Kabupaten Fakfak Distrik Fakfak Timur dan Distrik Karas. UNIPA. Manokwari. Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Kaimana. 2005. Atlas Sumberdaya

Pesisir Kawasan Kabupaten Kaimana. UNIPA. Manokwari.

Universitas Negeri Papua dan Pemerintah Kabupaten Sarmi. 2005. Atlas Sumberdaya Pesisir Kawasan Kabupaten Sarmi. UNIPA. Manokwari.

Widodo, A.P.E., Lense, O., Wambrauw, E.T., Wibowo, K., dan La Musadi. 2004. Survey Potensi Sumberdaya Distrik Sarmi dan Tor Kabupaten Sarmi. Laporan Teknik. UNIPA. Manokwari.

(10)
(11)

Gambar

Gambar 1. Proses pembuatan atlas sumberdaya pesisir
Gambar 1. Alur kegiatan pengumpulan data lapangan

Referensi

Dokumen terkait

memiliki potensi sumberdaya lahan pesisir dalam usaha. perikanan budidaya di

Sebagai penyedia sumberdaya alarn yang produktif, pernanfaatan surnberdaya wilayah pesisir dan laut yang dapat pulih harus dilakukan dengan tepat agar tidak melebihi

Potensi Sumberdaya Berdasarkan peta kelayakan sumberdaya yang dihasilkan maka Perairan Pulau Lirang memiliki potensi sumber daya kelautan yang layak untuk dikembangkan

Potensi yang dimiliki peternak (potensi dasar, penyediaan input produksi, penyediaan tenaga kerja dan penguasaan teknologi) merupakan modal sumberdaya manusia yang

Kondisi Sumberdaya VS Peta Digital Sumber kesalahan berikutnya dalam pengelolaan sumberdaya (termasuk non renewable) yang terjadi di negara kita selama ini adalah

Kabupaten Merauke sebagai salah satu lokasi kegiatan proyek pembangunan masyarakat pesisir (coastal community development), potensi sumberdaya kelautan yang besar namun

Secara garis besar isu-isu pengelolaan sumberdaya wilayah pesisir Desa Talise yang perlu ditangani adalah status tanah sebagian besar masih milik Pemerintah Daerah, konflik

Informasi perikanan tangkap yang diperlukan meliputi: (1) distribusi spasial dan temporal jenis-jenis sumberdaya perikanan, (2) potensi lestari setiap jenis