• Tidak ada hasil yang ditemukan

Morfologi Siklus Hidup dan Epidemiologi (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Morfologi Siklus Hidup dan Epidemiologi (1)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL RINGKASAN : KEPITING (Scylla sp.)

NAMA : KARIMAH

MAHASISWA : DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

NIM : AK816034

SEMESTER : IV

KELAS : A

MATA KULIAH : PARASITOLOGI

(2)

1.1Definisi

Kepiting adalah binatang crustacea berkaki sepuluh, yang biasanya mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya sama sekali tersembunyi di bawah thorax. Hewan ini dikelompokkan ke dalam Phylum Athropoda, Sub Phylum Crustacea, Kelas Malacostraca, Ordo Decapoda, Suborder Pleocyemata dan Infraorder Brachyura. Tubuh kepiting umumnya ditutupi dengan exoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Kepiting hidup di air laut, air tawar dan darat dengan ukuran yang beraneka ragam, dari pea crab, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba

Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 m (Kasry, 1996).

(3)

1.2Morfologi

Morfologi Kepiting Tampak Atas

Morfologi Kepiting Tampak Bawah

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Crustacea Ordo : Decapoda Family : Portunidae Genus : Scylla Species : Scylla sp.

(4)

sungut (antena) biasanya lebar, sudut anteroexternal kerap kali berlobi, flagel kadang-kadang berada pada orbit mata.

Kepiting bakau merupakan salah satu kelompok Crustacea. Tubuh kepiting ditutupi dengan karapas, yang merupakan kulit keras atau exoskeleton (kulit luar) dan berfungsi untuk melindungi organ bagian dalam kepiting. Kulit yang keras tersebut berkaitan dengan fase hidupnya (pertumbuhan) yang selalu terjadi proses pergantian kuit (moulting). Kepiting bakau genus Scylla ditandai dengan bentuk karapas yang oval bagian depan pada sisi panjangnya terdapat 9 duri di sisi kiri dan kanan serta 4 yang lainnya diantara ke dua matanya. Spesies-spesies di bawah genus ini dapat dibedakan dari penampilan morfologi maupun genetiknya. Seluruh organ tubuh yang penting tersembunyi di bawah karapas. Anggota badan berpangkal pada bagian cephalus (dada) tampak mencuat keluar di kiri dan kanan karapas, yaitu 5 (lima) pasang kaki (Kasry,1996).

Pasangan kaki pertama disebut cheliped (capit) yang berperan sebagai alat memegang dan membawa makanan, menggali, membuka kulit kerang dan juga sebagai senjata dalam menghadapi musuh, pasangan kaki kelima berbentuk seperti kipas (pipih) berfungsi sebagai kaki renang yang berpola poligon dan pasangan kaki selebihnya sebagai kaki jalan. Pada dada terdapat organ pencernaan, organ reproduksi (gonad pada betina dan testis pada jantan). Bagian tubuh (abdomen) melipat rapat dibawah (ventral) dari dada. Pada ujung abdomen itu bermuara saluran pencernaan (dubur) (Avianto,2013). Menurut Avianto,2013 Perbedaan Kepiting Jantan dan Betina adalah sebagai berikut:

Bagian Tubuh Jantan Betina

Capit Lebih besar dan panjang Lebih kecil dan relatif lebih pendek

Abdomen Berbentuk segitiga, ruas abdomen sempit dan agak meruncing

(5)

dibagian ujungnya Ukuran Tubuh Memiliki ukuran tubuh

yang besar

Memiliki ukuran tubuh cenderung lebih kecil

Perbedaan Secara Morfologis Kepiting Bakau Jantan (kiri) dan Betina (kanan) Menurut Sunarto (2015) Kepting jenis Scylla sp. terbagi menjadi empat spesies. Kalo dilihat secara sepintas keempat spesies tersebut tidak tampak perbedaannya. Tetapi, jika diamati lebih teliti, perbedaan keempat spesies kepiting akan tampak dengan jelas.

1. Scylla serrata

(6)

habitat kepiting bakau spesies ini sebagian besar dihutan-hutan bakau di perairan Indonesia.

Scylla serrata

2. Scylla tranquebarica

Spesies Scylla tranquebarica memiliki warna hijau tua dengan kombinasi kuning sampai orange pada karapasnya dan putih kekuning-kuningan pada bagian abdomennya. Pada propodus bagian atas terdapat sepasang duri, tetapi tidak terlalu runcing dan satu buah duri yang tumpul pada abdomen bagian bawah.

Scylla tranquebarica

(7)

Spesies Scylla oceanica lebih didominasi dengan warna coklat tua dan ukuran badannya jauh lebih besar daripada spesies lain dengan capit yang lebih panjang, maka spesies kepiting ini lebih cepat memburu makanan. Namun, harga spesies kepiting ini lebih rendang dibandingkan kepiting lain sehingga petani tidak suka membudidayakannya. Kepiting ini biasa ditemukan diperairan afrika dan laut merah (The Red Sea).

Scylla oceanica

4. Scylla paramamosain

Kepiting bakau jenis Scylla paramamosain memiliki duri yang relatif agak tinggi/sedang, memiliki warna karapas cokelat kehijauan, sumber pigmen polygonal terdapat pigmen putih pada bagian terakhir dari kaki-kaki.

(8)

1.3Siklus Hidup

Kepiting bakau dalam menjalani kehidupannya beruaya dari perairan pantai ke laut, kemudian induk berusaha kembali ke perairan pantai, muara sungai, atau hutan bakau untuk berlindung, mencari makanan, atau tumbuh berkembang. Kepiting betina matang pada ukuran lebar karapas antara 80-120 mm sedangkan kepiting jantan matang secara fisiologis ketika lebar karapas berukuran 90-110 mm, namun tidak cukup berhasil bersaing untuk pemijahan sebelum dewasa secara morfologis (yaitu dari ukuran capit) dengan lebar karapas 140-160 mm (Kanna,2002).

Kepiting bakau yang telah siap melakukan perkawinan akan memasuki hutan bakau dan tambak. Proses perkawinan kepiting tidak seperti pada udang yang hanya terjadi pada malam hari (kondisi gelap) tetapi kepiting bakau juga melakukan perkawinan pada siang hari (Ditjen Perikanan,1994). Spermatofor kepiting jantan akan disimpan di dalam spermateka kepiting betina sampai telur siap dibuahi. Jumlah telur yang dihasilkan dalam sekali perkawinan berkisar 2-8 juta butir telur bergantung dari ukuran dan umur kepiting.

(9)

megalopa ini, kepiting mulai beruaya pada dasar perairan lumpur menuju perairan pantai. Zoea membutuhkan waktu pergantian kulit kurang lebih sebanyak 20 kali untuk menjadi kepiting dewasa (Prianto, 2007).

Proses pergantian kulit pada zoea berlangsung relatif cepat sekitar 3-4 hari tergantung pada kemampuan tubuhnya. Pada fase megalopa, proses pergantian kulit berlangsung relatif lama sekitar 15 hari. Setelah fase megalopa, kemudian akan tumbuh menjadi juvenil dan bentuknya sudah sempurna sampai remaja hingga kepiting dewasa. Kemudian, pada saat dewasa kepiting beruaya ke perairan berhutan bakau untuk kembali melangsungkan perkawinan (Wahyuni,1987).

1.4Epidemioologi

Kepiting bakau banyak ditemukan di daerah hutan bakau sehingga di Indonesia lebih dikenal dengan sebutan kepiting bakau (Mangove crab). Jenis hewan ini biasanya lebih menyukai tempat yang berlumpur di daerah hutan mangrove. Kepiting terdistribusi hanya terbatas pada daerah litoral dengan kisaran kedalaman 0 – 32 meter. Pada siang hari, kepiting tingkat juvenile jarang terlihat di daerah bakau kerena lebih suka membenamkan diri di lumpur (Ditjen Perikanan,1994).

(10)

Daftar Pustaka

Avianto I, Sulistiono, I Setyobudiandi. 2013. Karakteristik Habitat Dan Potensi Kepiting Bakau (Scylla serrata, S. transquaberica, dan S. olivacea) Di Hutan Mangrove Cibako, Sancang, Kabupaten Garut Jawa Barat. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya perairan. Aquasains. 97-106 p. Direktorat Jenderal Perikanan. 1994. Pedoman Pembenihan Kepiting Bakau

(Scylla serrata). Balai Budidaya Air Payau, Direktorat Jenderal Perikanan. 40 hlm.

Hutabarat, R. B. 1983. Beberapa Segi Kehidupan Kepiting Bakau, Scylla serrata

(Forskal) di Perairan Mangrove Ujung Alang, Cilacap. Skripsi

Fakultas Biologi Universitas Jend. Sudirman, Purwokerto.

Kanna, I. 2002. Budi Daya Kepiting Bakau Pembesaran dan Pembenihan. Kanisius. Yogyakarta. 80 hlm.

Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas. Bharata, Jakarta. 93 p.

Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Species Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.

Siahainenia, L. 2000. Distribusi Kelimpahan Kepiting Bakau (S. serrata, S.

oceanica dan S. tranquebarica) dan Hubungannya dengan

Karakteristik Habitat pada Kawasan Hutan Mangrove Teluk Pelita Jaya, Seram Barat-Maluku. Tesis Program Pascasarjana IPB, Bogor. 95 p.

Sunarto, 2015. Hubungan Antara Keberadaan Kepiting Bakau (Scylla spp.) Dengan Kondisi Mangrove Dan Substrat Di Kawasan Tambak Silvofishery, Eretan Indramayu. Tesis Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Referensi

Dokumen terkait

Di Indonesia khususnya penanganan dalam bidang ibadah haji diatur oleh Undang-Undang No.13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji yang menyatakan bahwa

Jika kita memilih ketidaktaatan maka kita sedang memilih kutuk dan itu berarti bahwa kita sedang menghancurkan masa depan kita sendiri; tetapi jika kita memilih berkat

Jika lampu pada kanal Q3 menyala, maka daya yang menyuplai beban adalah dari genset.. Ketika genset menyala, genset tidak serta-merta menyuplai daya

[r]

Sementara di desa Lako Akelamo adalah sebelah selatan berbatasan dengan desa Lako Akediri, sebelah timur berbatasan dengan lahan pertanian/perkebunan masyarakat,

3) dilaporkan dalam neraca dengan klasifikasi (classification) akun yang tepat dan periode akuntansi yang sesuai dengan terjadinya transaksi (cutoff). Bagian flowchart yang

Sesudah itu, derajat pertumbuhan badan berkurang sehingga remaja putra maupun putri yang mendekati usia 19 tahun pertumbuhannya berhenti dan mereka memasuki usia dewasa..

Data terkait dengan variabel-variabel yang terdapat pada penelitian ini, yaitu kinerja jangka panjang, underwriter reputation, earnings management dan size atau ukuran