• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROTOTIPE SISTEM PENGATUR ISYARAT LALU (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROTOTIPE SISTEM PENGATUR ISYARAT LALU (1)"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN HIBAH BERSAING

PROTOTIPE SISTEM PENGATUR ISYARAT LALU-LINTAS ADAPTIF TERKOORDINASI UNTUK RUAS JALAN SENOPATI DAN

JALAN SULTAN AGUNG YOGYAKARTA

Tahun ke-2 dari rencana 3 tahun

Tim Pengusul:

Freddy Kurniawan, S.T., M.T. NIDN 0517037601 (Ketua)

Haruno Sajati, S.T., M.Eng. NIDN 0522078001 (Anggota 1)

Okto Dinaryanto, S.T., M.M., M.Eng. NIDN 0504107202 (Anggota 2)

Dibiayai oleh:

Direktorat Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Hibah Penelitian bagi Dosen Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah V Tahun Anggaran 2015

Nomor: 030/HB-LIT/III/2015 tanggal 25 Maret 2015

(2)
(3)

iii

RINGKASAN

Kemacetan lalu-lintas telah menyebabkan kerugian jutaan rupiah setiap jamnya. Kemacetan yang sering terjadi berupa antrian panjang pada setiap pengatur lalu-lintas. Salah satu penyebab kemacetan tersebut adalah tidak efektifnya pewaktuan pengatur lalu-lintas yang digunakan saat ini. Ketidakefektifan pengatur lalu-lintas yang digunakan di Indonesia disebabkan tidak dapatnya sebuah pengatur lalu-lintas mengikuti perubahan volume kendaraan.

Pada tahun pertama skim penelitian ini,telah dibuat sistem pengatur lalu-lintas dengan pengaturan waktu terjadwal dan terkoordinasi untuk persimpangan Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran di Kota Yogyakarta. Sistem ini terdiri dari sebuah prototipe pengatur lalu-lintas master untuk persimpangan Gondomanan, dan pengatur lokal untuk persimpangan Kantor Pos dan Bintaran. Setiap pengatur lalu-lintas mempunyai jadwal pewaktuan pengaturan lalu-lintas yang telah disesuaikan dengan kepadatan harian dan mingguan di setiap persimpangan. Kerja kedua pengatur lokal telah dapat dikoordinasi oleh pengatur master sehingga pewaktuan keduanya telah dapat sinkron dengan pengatur master. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan sistem ini diperkirakan dapat menurunkan waktu tempuh kendaraan hingga 40 %.

Pada tahun kedua ini, sistem dikembangkan dengan menambah sifat adaptif. Sifat ini menjadikan sistem ini dapat menyesuaikan diri dengan perubahan kepadatan lalu-lintas. Waktu isyarat hijau semua arah di pengatur lalu-lintas mengikuti data kepadatan lalu-lintas kendaraan yang datang dari arah tersebut. Data kepadatan tersebut diambil dari data video streaming yang berasal dari empat kamera pemantau yang dipasang di setiap arah.

Pada penelitian ini dikembangkan metode baru untuk pendeteksian kepadatan lalu-lintas yang dapat mendeteksi semua jenis kendaraan. Pendeteksian dilakukan dengan menghitung simpangan baku histogram intensitas atas citra yang menggambarkan kondisi lalu-lintas. Citra didapat dengan mengekstrak frame video dari kamera pemantau kepadatan lalu-lintas.

Dari hasil analisis didapat bahwa nilai histogram intensitas atas citra pada area tersebut berubah dengan adanya perubahan intensitas cahaya. Namun nilai simpangan baku histogram intensitas mempunyai kecenderungan sebanding dengan kepadatan lalu-lintas dan tidak banyak terpengaruh oleh nilai intensitas cahaya yang ada. Metode pendeteksian ini dapat digunakan untuk mendeteksi kepadatan lalu-lintas dengan baik pada siang dan malam hari.

(4)

iv

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt atas nikmat dan karunia-Nya

laporan penelitian hibah bersaing ini telah dapat kami selesaikan. Dengan telah

tersusunnya laporan ini, berarti proses penelitian dosen hibah bersaing dengan judul “Prototipe Sistem Pengatur Isyarat Lalu-Lintas Adaptif Terkoordinasi Untuk Ruas Jalan Senopati dan Jalan Sultan Agung Yogyakarta” untuk tahun kedua ini telah

selesai dilaksanakan. Diharapkan penelitian ini dapat dilanjutkan pada tahun ketiga

dengan target dapat menggunakan sistem berbasis mikrioprosesor sebagai pengganti

komputer yang berfungsi utama untuk mendeteksi kepadatan lalu-lintas.

Peneliti menyadari bahwa laporan kemajuan penelitian ini masih jauh dari

sempurna. Untuk itu segala kritik dan saran untuk kebaikan kita semua sangat kami

harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

(5)

v

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

PRAKATA ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

BAB 3 TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 6

3.1 Tujuan Penelitian ... 6

3.2 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 4 METODE PENELITIAN ... 7

4.1 Masukan Penelitian ... 8

4.2 Mengembangkan Perangkat Keras ... 9

4.3 Mengakomodasi Perubahan Kepadatan Lalu-lintas ... 10

4.4 Area Pendeteksian Kepadatan Lalu-lintas ... 11

4.5 Pendeteksian Kepadatan Lalu-lintas ... 12

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

5.1 Algoritma Adaptasi ... 14

5.2 Nilai Histogram Intensitas ... 15

5.3 Fluktuasi Nilai Deviasi Standar Histogram Intensitas ... 19

BAB 6 RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA ... 26

6.1 Mengembangkan Program Pendeteksi Kepadatan Lalu-lintas ... 26

6.2 Mengganti Komputer dengan Modul Komputer ... 26

6.3 Target Luaran Tahun Ketiga ... 27

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

7.1 Kesimpulan ... 29

7.2 Saran ... 29

(6)

vi LAMPIRAN:

Instrumen Penelitian

Personalia Tenaga Peneliti beserta Kualifikasinya

(7)

vii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1. Diagram fishbone penelitian ... 7

Gambar 4.2. Blok diagram sistem pengatur isyarat lalu-lintas adaptif terkoordinasi ... 8

Gambar 4.3. Diagram alir penelitian ... 9

Gambar 4.4 Skema alat penelitian ... 10

Gambar 4.5 Proses hitungan mundur... 11

Gambar 4.6 Waktu pendeteksian dan angka hitungan mundur ... 11

Gambar 4.7 Denah studi kasus ... 12

Gambar 4.8 Tampilan pada video pemantau ... 13

Gambar 5.1 Grafik histogam saat tidak ada kendaraan di area deteksi pada siang hari . 16 Gambar 5.2 Grafik histogam saat banyak kendaraan di area deteksi pada siang hari .... 17

Gambar 5.3Grafik histogam saat tidak ada kendaraan di area deteksi pada malam hari ... 18

Gambar 5.4Grafik histogam saat banyak kendaraan di area deteksi pada malam hari . 18 Gambar 5.5 Grafik nilai deviasi standar histogram intensitas pada siang hari ... 20

Gambar 5.6 Grafik nilai deviasi standar histogram intensitas pada malam hari ... 24

(8)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

Kemacetan lalu-lintas di kota Yogyakarta telah menimbulkan kerugian jutaan

rupiah (Basuki, 2008). Kemacetan biasanya berupa antrian panjang di persimpangan

yang diatur oleh alat pengatur isyarat lalu-lintas (APILL). Sementara itu, pada tengah

malam, beberapa kendaraan harus tetap menunggu di setiap pengatur lalu-lintas

meskipun tidak ada kendaraan lain yang melewati persimpangan tersebut. Terjadinya

fenomena kemacetan pada jam-jam sibuk dan adanya waktu terbuang pada malam hari

disebabkan tidak dapatnya pengatur lalu-lintas menyesuaikan dengan volume

kendaraan yang datang ke persimpangan tersebut.

Masalah tersebut telah mulai dapat diatasi dengan digunakannya sistem

pengatur isyarat lalu-lintas terjadwal dan terkoordinasi. Prototipe sistem yang telah

dibuat pada tahun pertama penelitian ini telah dapat mengatur isyarat lalu-lintas untuk

persimpangan Kantor Pos, Gondomanan, dan Bintaran sesuai jadwal. Jadwal

pewaktuan isyarat lalu-lintas yang berlaku untuk 7 × 24 jam tersebut didapat dari hasil

analisis atas data survei kepadatan kendaraan. Dari diagram trayektori kendaraan hasil

pengaturan lalu-lintas untuk ketiga persimpangan didapat bahwa sistem ini diharapkan

dapat menurunkan waktu tempuh kendaraan dari persimpangan Kantor Pos ke

Gondomanan, dan Bintaran dan sebaliknya hingga 40 %.

Dari hasil analisis atas kerja mikrontroler, pada saat menjalankan program

pengaturan isyarat lalu-lintas, memori yang digunakan mikrokontroler masih di bawah

10 % dan waktu sibuk CPU baru mencapai 1 %. Dengan kondisi ini sistem masih dapat

secara leluasa dikembangkan menjadi sistem pengatur isyarat lalu-lintas adaptif.

Pengembangan sifat adaptif didasarkan atas data jumlah kendaraan yang

didapat dari sensor kamera. Hal ini merupakan metode yang paling banyak ditempuh

oleh beberapa peneliti sebelumnya. Askerzade (2010) telah membuat implementasi

pemrosesan citra dan logika kabur untuk menghitung jumlah kendaraan yang datang,

dan mengirim data tersebut ke mikrokontroler. Selanjutnya mikrokontroler inilah yang

mengatur isyarat lalu-lintas. Rachmadi dkk. (2012) juga telah dapat mendeteksi

(9)

dengan data citra latar belakang. Dari data titik-titik yang mempunyai perbedaan cukup

signifikan dengan data titik untuk jalan, dapat ditentukan kepadatan kendaraan yang

berada pada jalan tersebut. Hongjin Zhu (2013) telah membuat sistem pendeteksian

kendaraan yang sedang bergerak menggunakan pendeteksian sisi horisontal dan auto

korelasi. Dengan metode ini dimungkinkan terdeteksinya dua kendaraan yang terekam

kamera dalam poisisi saling tumpang tindih.

Meskipun algoritma pendeteksian kendaraan telah banyak dikembangkan

(Sulaeman, 2008; Primantari, 2010; Afif, 2011, Zaman, 2011; Khairdoost at. el., 2012,

Rachmadi, 2012), namun tidak ada jaminan hasil pendeteksian kendaraan selalu akurat.

Kesalahan tersebut dapat mengakibatkan kesalahan pengaturan lalu-lintas yang

berujung pada kemacetan.

Di negara maju, sistem pengatur lalu-lintas adaptif telah banyak

dikembangkan. Sistem tersebut dapat mengatur aliran kendaraan menurut kepadatan

lalu-lintas saat itu. Sistem tersebut menggunakan beberapa sensor, di antaranya adalah

kalang induktif (ILD, Inductive Loop Detector), inframerah, atau kamera. Keberadaan

sensor tersebut untuk mendeteksi kepadatan lalu-lintas. Salah satu metode pendeteksian

yang banyak dikembangkan adalah menggunakan pengolah citra (image processing).

Metode ini menggunakan beberapa kamera sebagai sensor keberadaan kendaraan.

Sistem yang sekarang banyak digunakan di negara maju ini efektif digunakan pada

jalan yang diperuntukkan hanya bagi mobil atau kendaraan beroda empat atau lebih.

Sayangnya sistem tersebut tidak efektif digunakan di negara berkembang

seperti di Indonesia. Di negeri ini, banyak ruas jalan yang diperuntukkan bagi semua

jenis kendaraan dari bus, truk, mobil, sepeda motor, sepeda, becak, andong, dan

kendaraan tidak bermotor lain. Untuk itu diperlukan suatu metode untuk mendeteksi

semua kendaraan sehingga hasil pendeteksian kepadatan lalu-lintas dapat lebih akurat.

Salah satu keunikan penelitian ini dengan penelitian yang lain adalah

digunakannya jadwal pewaktuan sebagai acuan utama pengaturan isyarat lalu-lintas.

Data kepadatan lintas dari sensor dapat mengubah pewaktuan setiap isyarat

lalu-lintas untuk waktu tertentu dan dalam batas tertentu pula. Jika terjadi kegagalan dalam

menentukan jumlah kendaraan (misalnya karena cuaca buruk atau gangguan pada

kamera) maka sistem menggunakan acuan jadwal pewaktuan sebagai dasar untuk

(10)

1.2 Perumusan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan prototipe sistem pengatur

isyarat lalu-lintas terjadwal dan terkoordinasi untuk persimpangan Kantor Pos,

Gondomanan, dan Bintaran yang telah dibuat di tahun pertama menjadi prototipe

sistem pengatur isyarat lalu-lintas adaptif terkoordinasi. Sifat adaptif ini didasarkan dari

data jumlah kendaraan yang ditangkap oleh sensor kamera.

Beberapa masalah yang dipecahkan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Bagaimana menentukan kepadatan lalu-lintas pada gambar yang ditangkap oleh

kamera?

2. Begaimana menjalankan program pendeteksian kepadatan lalu-lintas pada sistem

ini?

3. Bagaimana menambahkan sifat adaptif pada prototipe sistem pengaturan lalu-lintas

(11)

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pendeteksian obyek mudah dilakukan oleh manusia tetapi merupakan

tantangan tersendiri oleh sistem berbasis computer vision. Pada dasarnya

pengembangan keilmuan computer vision adalah meniru bagaimana manusia melihat

(human vision). Akan tetapi proses peniruan ini melibatkan studi yang sangat

kompleks. Manusia melihat melalui mata yang kemudian dibawa ke otak untuk

diterjemahkan atau dikenali (Pambudi & Simorangkir, 2012). Telah cukup banyak

penelitian yang membahas mengenai sistem berbasis computer vision diantaranya

pengolahan citra, neural network, statistik, pengenalan pola, anthropometry dan

computer vision (Padilla, Filho, & Costa, 2002). Hasil pendeteksi ini dapat

dikembangkan pada aplikasi-aplikasi yang lain. Sebagai contoh pengenalan wajah atau

pola, menghitung jumlah pengunjung atau penghitung jumlah kendaraan di jalan raya

yang kemudian dapat dilanjutkan sebagai pendukung keputusan terkait prosedur

standar yang akan diterapkan.

Sejumlah penenelitian terkait telah dilakasanakan untuk pemroses citra untuk

keperluan pengatur lalu-lintas adaptif. Pada awalnya deteksi obyek dilakukan

menggunakan metode-metode deteksi tepi seperti Sobel, Prewitts atau Canni. Deteksi

tepi dengan metode-metode tersebut sangat menguras sumber daya karena tingginya

komputasi yang dilakukan picture element (pixel) demi pixel (Sajati & Astuti, 2013).

Penggunaan deteksi tepi untuk pendeteksian obyek tidak efektif pada obyek bergerak

seperti dalam format video dimana pergerakan frame dalam sebuah video dapat

mencapai 20 frame per detik (fps). Metode deteksi tepi juga tidak efektif untuk

diterapkan sebagai sistem pendeteksian obyek pada object tracking atau fast object

tracking.

Hongjin Zhu telah memperesentasikan metode pendeteksian sisi horisontal

atas kendaraan yang sedang bergerak. Dengan menggunakan auto korelasi, dapat

dideteksi keberadaan setiap kendaraan meskipun dalam citra beberapa kendaraan

terlihat saling tumpang tindih (Zhu H, at. al., 2013). Fazli (2012) telah dapat mebuat

(12)

lalu-lintas adaptif. Kemudian pada tahun 2014, Khan dan Askerzade mengimplementasikan

sebuah metode pemroses citra dan kendali berdasar logika kabur, dan mengirim

hasilnya ke sebuah mikrokontroler pengatur lalu-lintas. Dan pada tahun 2015, Sutjiadi

dkk., telah dapat mengekstrak citra latar belakang dengan Algoritma Model Gaussian

Mixture untuk keperluan pendeteksian keberadaan kendaraan.

Perkembangan terbaru untuk pendeteksian kendaraan adalah menggunakan

Casacde Haar. Chirag dan Ripal telah mengimplementasikan hal ini menggunakan

dengan 15 tingkat klasifikasi, 17 macam fitur Haar pada citra berukuran 35 × 20 titik.

Hasil pendeteksian kendaraan dapat dijadikan lebih akurat dengan menambah jumlah

sampel (Chrag dan Ripal, 2013). Kepadatan lalu-lintas dapat dihitung dengan

membandingkan setiap frame citra video dengan citra acuan yang berupa latar belakang

jalan (Abbas dkk., 2013). Lebih lanjut, pendeteksian kendaraan dan penelusuran arah

kendaraan dapat dilakukan dengan mengekstraks citra pada setiap frame dari video

tersebut (Chaple dan Paygude, 2013).

Beberapa penelitian yang difokuskan pada karakteristik lalu-lintas di

Indonesia juga telah dilakukan. Jatmiko dkk. (2010) telah mempresentasikan arsitektur

desentralisasi untuk pengatur lalu-lintas pada situasi nyata untuk persimpangan yang

tidak terstruktur seperti di Jakarta. Sementara itu, di tahun pertama penelitian ini telah

dapat terbentuk pengatur lalu-lintas yang dapat mengatur lalu-lintas sesuai jadwal

(Kurniawan, 2014).

Di antara banyak penelitian yang telah dilakukan, tidak ada yang dapat

digunakan untuk pendeteksian kendaraan di jalan yang diisi oleh bermacam-macam

kendaraan. Hampir semua kendaraan yang ada dapat diklasifikasikan, tetapi hal ini

membutuhkan sampel sangat banyak dan akan meningkatkan beban komputasi cukup

signifikan. Sistem pengatur lalu-lintas adaptif berbasis pendeteksian kendaraan berbasis

video real time yang telah diterapkan di negara maju sulit diterapkan di Indonesia. Di

negeri ini, dibutuhkan sistem pengatur lalu-lintas yang dapat mendeteksi semua jenis

(13)

BAB 3

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut.

1. Membuat algoritma dan program untuk menentukan kepadatan lalu-lintas pada

gambar yang ditangkap oleh kamera.

2. Menentukan perangkat keras yang dapat menjalankan program untuk menentukan

kepadatan lalu-lintas.

3. Membuat algoritma dan subprogram adaptasi, dan menambahkannya pada program

pengaturan lalu-lintas untuk persimpangan Gondomanan.

3.2 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dibuat dengan beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Produk ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu: prototipe sistem pengatur isyarat

lalu-lintas adaptif untuk persimpangan.

2. Publikasi ilmiah dalam jurnal internasional Telkomnika (terindeks Scopus) dengan

judul: “Adaptive Traffic Controller Based On Pre-Timed System”.

3. Prosiding seminar nasional RETII dengan tema: “Pendeteksian Kepadatan

(14)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan dengan mengembangkan hasil penelitian tahun

pertama. Peta jalan (road map) penelitian ketiga tahun dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1. Diagram fishbone penelitian

Pada tahun pertama telah berhasil dibuat prototipe sistem pengatur isyarat

lalu-lintas (SPILL) terjadwal dan terkoordinasi untuk persimpangan Kantor Pos,

Gondomanan, dan Bintaran. Sistem ini telah dapat mengatur lalu-lintas untuk ketiga

persimpangan sesuai jadwal pewaktuan isyarat lalu-lintas yang disimpan setiap

pengatur lalu-lintas. Jadwal yang diperoleh dari hasil analisis waktu hijau efektif untuk

ketiga persimpangan tersebut berlaku selama 7 × 24 jam.

Sebuah program Traffic Management Centre dapat digunakan operator untuk

mengubah jadwal pewaktuan ketiga pengatur lalu-lintas secara nirkabel. Program

tersebut mengirim telemommand ke setiap pengatur lalu-lintas agar mengirim jadwal ke

terminal, selanjutnya operator dapat mengedit jadwal, dan kemudian program

mengunduh kembali jadwal pewaktuan ke setiap pengatur lalu-lintas.

Pada tahun kedua ini, sistem dikembangkan menjadi prototipe sistem pengatur

lalu-lintas terjadwal dan adaptif. Di sini ditambahkan sensor kamera untuk mendeteksi

jumlah kendaraan yang melintas di persimpangan Gondomanan. Diagram blok sistem

ini dapat dilihat pada Gambar 4.2.

Prototipe Sistem

Penelitian yang telah dilakukan sebelumnya

Penelitian tahun I hibah bersaing

(15)

Gambar 4.2. Blok diagram sistem pengatur isyarat lalu-lintas adaptif terkoordinasi

Sistem dikembangkan dengan menambahkan empat kamera yang memantau

kedatangan kendaraan di keempat arah. Kamera tersebut dihubungkan ke sebuah wi-fi

router agar data video streaming dapat dimasukkan ke sebuah laptop. Data video

tersebut diproses di sebuah laptop untuk dihitung jumlah kendaraan. Selanjutnya data

junlah kendaraan dikirim ke pangatur lalu-lintas melalui sebuah port USB.

4.1 Masukan Penelitian

Penelitian tahun pertama telah menghasilkan beberapa luaran. Beberapa luaran

tersebut yang menjadi masukan pada penelitian di tahun kedua ini adalah sebagai

berikut.

1. Algoritma dan program pengatur isyarat lalu-lintas terjadwal dan adaptif.

2. Prototipe pengatur isyarat lalu-lintas terjadwal dan adaptif untuk persimpangan

Gondomanan. (telah dibuat pada tahun I)

(16)

3. Perhitungan dan data penurunan waktu tempuh kendaraan yang diatur oleh sistem

ini.

Untuk mewujudkan tujuan penelitian, urutan tahapan penelitian dibuat

mengikuti diagram alir sebagaimana Gambar 4.3.

Gambar 4.3. Diagram alir penelitian

4.2 Mengembangkan Perangkat Keras

Sistem ini merupakan pengembangan sistem yang telah dibuat pada tahun

pertama. Sistem ini menggunakan mikrokontroler ATmega128A sebagai jantung dari

pengaturan isyarat lalu-lintas sebagaimana Gambar 4.4. Sistem dimofifikasi untuk

dapat beroperasi secara non-adaptif dan adaptif. Dalam kondisi non-adaptif, sistem

menggunakan data pewaktuan isyarat lalu-lintas yang tersimpan di basis data.

Sedangkan dalam kondoso adaptif, sistem tetap menggunakan data pewaktuan di basis

data, namun sistem juga dapat mengubah lama isyarat hijau sesaat mengikuti kepadatan

lalu-lintas pada setiap arah.

Menambahkan algoritma dan subprogram adaptasi pengatur lalu-lintas master

Mengembangkan algoritma dan

program pengatur isyarat lalu-lintas

agar dapat menerima data kepadatan lalu-lintas.

Masukan:

Algoritma dan program pengaturan isyarat lalu-lintas sinkron dan terjadwal

Masukan:

Algoritma pendeteksian kendaraan

Luaran Tahun II:

1. Algoritma, program dan prototipe sistem pengatur isyarat lalu-lintas terjadwal dan adaptif. 2. Algoritma dan program penghitung kepadatan lalu-lintas.

Mengembangkan algoritma penghitung kepadatan lalu-lintas

Menambah fasilitas pengiriman data jumlah kendaraan ke pengatur isyarat lalu-lintas.

Analisis kerja sistem Uji coba sistem

Membuat program penghitung kepadatan lalu-lintas

(17)

Gambar 4.4 Skema alat penelitian

Untuk dapat mendeteksi kepadatan lalu-lintas dari keempat arah kedatangan,

dipasanglah empat buah IP camera. Keempat kamera tersebut mengirim data video

kondisi (video surveillance) lalu-lintas setiap arah ke komputer melalui sebuah wi-fi

router. Untuk memperingan kerja CPU, lalu pengiriman frame ditetapkan 7 frame per detik. Di komputer, subprogram “penghitung kepadatan lalu-lintas” pada program “Traffic Management System” menghitung kepadatan lalu-lintas berdasar frame yang diterimanya.

4.3 Mengakomodasi Perubahan Kepadatan Lalu-lintas

Untuk dapat mengakomodasi perubahan kepadatan lalu-lintas, sistem dapat

mengubah waktu hijau setiap arah (lane). Pada saat sebuah arah mendapat isyarat hijau,

jika kepadatan lalu-lintas pada arah tersebut masih di atas ambang atas, maka waktu

hijau dapat diperpanjang. Sebaliknya, jika kepadatan sudah di bawah ambang bawah, maka waktu tampilan hitungan mundur akan diisi dengan angka „lima‟ dan selanjutnya lima detik kemudian isyarat hijau diakhiri.

Dengan demikian, sistem mengakomodasi perubahan kepadatan lalu-lintas

pada suatu arah pada saat hitungan mundur isyarat hijau pada arah tersebut bernilai di

atas lima. Angka hitungan mundur sebuah arah akan ditampilkan pada saat hitungan

mundur bernilai kurang dari lima.

Beberapa kasus umum dapat terjadi di sini. Kasus pertama (case 1) pada

Gambar 4.5 merupakan kasus pada saat kepadatan lalu-lintas di suatu arah masih wajar,

yaitu di atas ambang bawah dan di bawah ambang atas. Kasus kedua (case 2) pada

Gambar 4.5 merupakan kondisi arah yang mendapat isyarat hijau mempunyai

kepadatan lalu-lintas lebih tinggi dari ambang atas. Pada kondisi tersebut sistem

berusaha memperpanjang waktu hijau untuk arah tersebut hingga kepadatan lalu-lintas

bernilai di bawah ambang atas atau penambahan waktu hijau telah melampaui nilai

maksimal.

camera 4 Computer

camera 1

camera 2

camera 3

Traffic controller

Interface

Traffic light Wi-Fi

Router

(18)

Gambar 4.5 Proses hitungan mundur

Kasus ke-3 (case 3) pada Gambar 4.5 merupakan kasus suatu arah mendapat

isyarat hijau, dan kepadatan lalu-lintas bernilai di bawah ambang bawah. Ini dapat

terjadi pada malam hari. Dalam kondisi ini, sistem akan langsung mengubah hitungan

mundur isyarat hijau menjadi bernilai lima dan lima detik kemudian isyarat hijau

segera berakhir.

Angka hitungan mundur isyarat hijau arah i didefinisikan sebagai gi,

sedangkan angka hitungan mundur isyarat merah arah i didefinisikan sebagai ri. Ketika

sistem mengubah nilai gi, sistem juga menyesuaikan nilai hitungan mundur isyarat

merah untuk arah lain ri dengan ij. Hal ini dilakukan agar hitungan mundur semua

isyarat dapat tepat. Sebagaimana terlihat pada Gambar 4.6, pada saat gi > 5, nilai gi dan

ri dengan dengan ij tidak ditampilkan (countdown number not shown).

Gambar 4.6 Waktu pendeteksian dan angka hitungan mundur

4.4 Area Pendeteksian Kepadatan Lalu-lintas

Sistem mendeteksi keberadaan kendaraan pada jarak sekitar 40 meter dari

marka depan lampu lalu-lintas. Dengan kecepatan rata-rata 30 km/jam, sebuah

kendaraan di daerah tersebut akan tiba di marka dengan setelah waktu 5 detik. Inilah

alasan penghitung mundur ditampilkan pada saat nilai hitungan bernilai di bawah lima. 0

Case 1: Normal traffic density

Case 2: Traffic density higher than high treshold

(19)

Studi kasus dilakukan di sebuah persimpangan tersibuk di kota Yogyakarta,

yaitu Gondomanan. Gambar 4.7 memperlihatkan area yang dideteksi (vehicle detection

area) beserta posisi kamera di setiap arah. Pada arah 2, 3, dan 4 terdapat prioritas “ke kiri jalan terus”, sehingga area pendeteksian kendaraan sedikit digeser ke tengah. Setiap kamera dapat menangkap gambar di area menunggu kendaraan namun program hanya

aka mendeteksi keberadaan kendaraan pada titik-titik koordinat yang ada di dalam

beberapa kotak pendeteksian.

Gambar 4.7 Denah studi kasus

4.5 Pendeteksian Kepadatan Lalu-lintas

Sebuah program untuk penghitung kepadatan lalu-lintas telah dibuat

menggunakan sebuah lingkungan pengembangan terpadu (IDE, Integrated

Development Environment) Borland Delphi 7. Program tersebut dapat menampilkan

video pemantau keadaan (video surveillance) secara real time dari keempat arah

kedatangan kendaraan dengan resolusi 320 × 240 dan laju frame 7 frame/detik.

Program menghitung deviasi standar dari histogram intensitas semua titik yang

ada pada suatu area deteksi pada citra. Area tersebut dibatasi oleh sebuah kotak yang

telah ditentukan oleh operator. Adanya kotak area deteksi ini digunakan untuk

mengantisipasi adanya area yang terlihat pada video pemantau namun tidak boleh ikut

dipertimbangkan karena bukan merupakan area kedatangan kendaraan. Area tersebut

berada sekitar 20 meter dari marka depan dan akan dipergunakan untuk data bagi

pengatur lalu-lintas adaptif pada penelitian selanjutnya. Tampilan video pemantau yang

bicycle waiting area vehicle waiting area vehicle detection area Lane 1

Lane 4

Lane 3

Lane 2

(20)

menggambarkan kondisi situasi pada siang dan malam hari beserta kotak area deteksi

setiap arah dapat dilihat pada Gambar 4.8.

(a) pada siang hari (b) pada malam hari

Gambar 4.8 Tampilan pada video pemantau

Untuk menghemat beban komputasi, meskipun data video dari kamera

berformat warna (RGB), tetapi citra hasil ekstraksi diubah dari berformat warna

menjadi berformat keabuan (grey scale). Urutan kerja pemroses citra dapat dilihat pada

Algoritma 1. Algoritma tersebut dieksekusi satu kali per detik.

Algoritma 1: Penghitungan deviasi standar histogram intensitas

1. H(k)nk

2.

N n k Η( ). k

3.  

 

N

k

H H k

N 1

2

) (

1

Langkah pertama algoritma tersebut adalah menghitung histogram intensitas

semua titik yang tercakup di dalam area deteksi, H(k). Notasi k mewakili tingkat keabuan (0..255) dan nk mewakili jumlah titik dengan nilai keabuan k. Langkah kedua

adalah menentukan rerata nilai intensitas semua titik dalam area tersebut (μ).

Selanjutnya langkah terakhir, program menentukan deviasi standar histogram intensitas

(21)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Algoritma Adaptasi

Isyarat lalu-lintas dari keempat arah dapat dibuat adaptif. Sifat adaptif ini

dilakukan dengan pendeteksian keberadaan kendaraan dari keempat arah kedatangan.

Pendeteksian keberadaaan kendaraan pada suatu arah dilakukan pada saat arah tersebut

mendapat isyarat hijau. Pada saat tersebut penampil penghitung mundur tidak

menampilkan hitungan mundur karena nilai hitungan mundur kemungkinan dapat

melompat ke nilai yang lebih kecil atau proses hitungan seakan berhenti. Dalam kondisi

ini, penampil dapat dibuat menampilkan teks berupa pesan tertentu kepada pengguna

jalan.

Subprogram adaptasi berjalan setiap detik pada saat hitungan mundur hijau

dimulai hingga hitungan mundur hijau bernilai lima. Jika subprogram pendeteksian

kendaraan memberikan hasil “tidak ada lagi kendaraan dalam antrian”, hitungan

mundur hijau fase tersebut langsung diubah menjadi bernilai lima. Dengan demikian,

lima detik kemudian isyarat pada arah tersebut berganti merah. Sebagai konsekuensi,

hitungan mundur merah fase lain juga dikurangi dengan nilai pengurangan hitungan

mundur hijau. Dalam kondisi ini waktu hijau dalam kenyataan lebih singkat daripada

waktu hijau yang terdapat dalam basis data.

Jika subprogram pendeteksian kendaraan memberikan hasil “kendaraan dalam

antrian masih padat”, maka hitungan mundur hijau fase tersebut akan ditambah satu.

Demikian pula dengan hitungan mundur merah isyarat lain, juga ditambah dengan satu.

Dikarenakan dalam setiap detik, nilai hitungan mundur selalu dikurangi satu, maka

pada kondisi ini, nilai hitungan akan terlihat tidak berubah. Dalam kondisi ini waktu

hijau dalam kenyataan lebih panjang daripada waktu hijau yang terdapat dalam basis

data.

Terdapat nilai maksimal penambahan waktu hijau setiap fase. Nilai maksimal

penambahan waktu hijau untuk fase i adalah 𝑔 i. Nilai tersebut ditetapkan 𝑔 i = ½ 𝑔i.

Mekanisme adaptasi pada saat isyarat hijau fase i mengikuti algoritma sebagai berikut:

1. Deteksi keberadaan kendaaraan

(22)

a. Hitung selisih hitungan mundur hijau fase i saat ini dengan lima,

𝑔 = 𝑔i– 5.

b. Jadikan hitungan mundur hijau fase i menjadi lima, 𝑔i = 5.

c. Tambahkan hitungan mundur merah fase selain i dengan 𝑔, rn = rn – 𝑔,

dengan ni.

d. Selesai.

3. Jika kendaraan terlalu padat dan 𝑔 < 𝑔 i, maka:

a. Tambahkan hitungan mundur hijau fase i dengan satu, 𝑔i = 𝑔i + 1.

b. Naikkan nilai akkumulasi penambahan waktu hijau fase i, 𝑔 = 𝑔 + 1.

c. Tambahkan hitungan mundur merah fase selain i dengan satu, rn = rn + 1,

dengan ni.

d. Selesai.

Secara umum prototipe ini telah dapat berfungsi dengan baik. Pengatur

lalu-lintas sudah dapat bekerja mengetur lalu-lalu-lintas dan juga menerima masukan dari

komputer mengenai jumlah kendaraan yang akan melintas di setiap ruas. Program juga

telah dapat menghitung jumlah kendaraan yang melintas. Hasil hitungan ini kemudian

dikirim ke pengatur lalu-lintas untuk ikut menentukan waktu hijau di suatu arah.

5.2 Nilai Histogram Intensitas

Dari hasil percobaan didapat bahwa grafik histogram dapat selalu berubah. Hal

ini tergantung dari intensitas setiap titik yang ada pada area deteksi yang telah

ditentukan. Grafik histogram citra yang ditangkap setiap kamera dapat dilihat pada

setiap jendela Monitoring untuk setiap arah.

A. Histogram pada Siang Hari

a. Saat Tidak Ada Kendaraan

Gambar 5.1 memperlihatkan jendela Monitoring untuk arah kedatangan dari

timur di persimpangan Gondomanan pada siang hari. Jendela tersebut menggambarkan

keadaan di area deteksi dan grafik histogram intensitas semua titik yang tercakup di

(23)

Gambar 5.1 Grafik histogam saat tidak ada kendaraan di area deteksi pada siang hari

Gambar 5.1 tersebut memperlihatkan kondisi lalu-lintas setelah arah tersebut

mendapat isyarat hijau. Pada saat itu, hampir semua kendaraan dalam antrian telah

berjalan sehingga tidak ada kendaraan di area deteksi. Pada jendela tersebut dapat

dilihat tampilan video pemantau, grafik histogram dan beberapa nilai statistik penting

histogram, yaitu: nilai minimum dan maksimum intensitas histogram, dan deviasi

standar intensitas histogram.

Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada saat tidak ada kendaraan di area

deteksi, maka semua titik pada kotak tersebut cenderung mempunyai nilai intensitas

hampir sama. Dari grafik histogram terlihat bahwa nilai intensitas sebagian besar titik

di area deteksi berkisar dari 60 hingga 255, dan nilai deviasi standar adalah 23,0.

Grafik nilai histogram merupakan komposisi warna keabuan pada jalan aspal

sebagai latar belakang. Warna aspal pada latar belakang yang cenderung hampir merata

membuat nilai histogram menjadi hampir seragam dengan nilai sekitar 130 sampai 155.

Sementara itu adanya marka jalan yang berwarna lebih cerah hingga putih membuat

adanya sebaran nilai histogram hingga 255.

b. Saat Banyak Kendaraan

Pada saat terdapat banyak kendaraan dalam antrian di area deteksi, nilai

histogram menjadi lebih menyebar. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.2. Gambar

tersebut memperlihatkan kondisi lalu-lintas pada saat arah tersebut mendapat isyarat

(24)

Gambar 5.2 Grafik histogam saat banyak kendaraan di area deteksi pada siang hari

Dari gambar tersebut terlihat bahwa pada saat banyak kendaraan di area

deteksi, maka histogram intensitas cenderung mempunyai nilai menyebar. Nilai

intensitas berkisar dari 11 hingga 255, dengan nilai deviasi standar adalah 52,6. Pada

saat kondisi padat kendaraan, grafik nilai histogram intensitas merupakan komposisi

nilai keabuan warna kendaraan yang tercakup di kotak area deteksi. Nilai tersebut

cenderung lebih bervariasi daripada nilai keabuan jalan aspal tanpa kendaraan. Nilai

variasi histogram intensitas juga dipengaruhi oleh adanya bayangan setiap kendaraan.

Bayangan tersebut mempunyai warna lebih gelap dari warna sekitarnya. Variasi warna

kendaraan dan adanya bayangan kendaraan pada jalan aspal menjadi penyebab adanya

variasi nilai keabuan.

B. Histogram pada Malam Hari

a. Saat Tidak Ada Kendaraan

Bentuk grafik histogram pada malam hari tidak jauh berbeda dengan grafik

pada siang hari. Jendela monitoring pada Gambar 5.3 menggambarkan kondisi

kedatangan kedatangan kendaraan dari arah timur di persimpangan Gondomanan pada

malam hari. Pada saat itu, hampir semua kendaraan dalam antrian telah berjalan

(25)

Gambar 5.3Grafik histogam saat tidak ada kendaraan di area deteksi pada malam hari

Dari gambar histogram tersebut terlihat semua titik pada kotak tersebut

cenderung mempunyai nilai intensitas hampir sama. Nilai intensitas berkisar dari 1

hingga 54, dengan nilai deviasi standar adalah 7,3. Sebagian besar titik yang

menggambarkan warna aspal mempunyai nilai keabuan 3 hingga 15; sedangkan titik

yang menggambarkan marka jalan mempunyai nilai keabuah lebih tinggi hingga 54.

Bentuk grafik histogram pada saat tidak ada kendaraan pada malam hari (Gambar 5.3)

menyerupai grafik histogram pada saat tidak ada kendaraan pada siang hari (Gambar

5.1). Salah satu perbedaannya adalah nilai intensitas semua titik pada malam hari lebih

rendah daripada pada siang hari.

b. Saat Banyak Kendaraan

Pada malam hari, citra yang ditangkap kamera didominasi oleh warna putih

cahaya lampu kendaraan dan warna gelap selain lampu. Pada malam hari, warna

kendaraan tidak akan terlihat dengan jelas sebagaimana Gambar 5.4. Pada keadaan ini

histogram didominasi oleh warna putih dengan nilai 255. Nilai deviasi standar menjadi

lebih besar daripada pada saat tidak ada kendaraan pada area deteksi.

(26)

Nilai deviasi histogram mempunyai kecenderungan mengikuti kepadatan

lalu-lintas. Dengan semakin tingginya kepadatan lalu-lintas, maka nilai deviasi standar

histogram intensitas akan semakin besar. Program ini memang tidak dapat menghitung

jumlah kendaraan pada area deteksi yang dideteksi, namun program ini dapat

mendeteksi tingkat kepadatan lalu-lintas pada area deteksi tersebut dengan menghitung

deviasi standar histogram intensitas.

5.3 Fluktuasi Nilai Deviasi Standar Histogram Intensitas

A. Pada Siang Hari

Persimpangan Gondomanan diatur oleh sebuah pengatur lalu-lintas dengan

waktu hijau untuk arah utara, timur, selatan, dan barat adalah 30, 36, 43, dan 30 detik.

Waktu kuning dan pengosongan untuk semua arah adalah 3 dan 5 detik. Pada saat suatu

arah mendapat isyarat merah, kepadatan kendaraan terus meningkat hingga

diberikannya isyarat hijau. Antrian kendaraan yang berhenti akan memenuhi area

deteksi yang ada. Semakin lama isyarat merah yang diberikan, akan semakin banyak

kendaraan yang ada pada kotak tersebut. Pada kondisi ini, nilai deviasi standar

cenderung meningkat.

Gambar 5.5 memperlihatkan grafik fluktuasi nilai deviasi standar histogram

intensitas atas citra kedatangan kendaraan dari setiap arah pada siang hari selama 8

menit (480 detik). Pada waktu tersebut, terdapat tiga siklus pengaturan lalu-lintas. Arah

utara ditetapkan arah yang pertama mendapat isyarat hijau, diikuti dengan arah timur,

selatan dan arah barat.

(27)

(b) dari arah timur

(c) dari arah selatan

(d) dari arah barat

Gambar 5.5 Grafik nilai deviasi standar histogram intensitas pada siang hari

20

120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480

S

120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480

(28)

Dari grafik pada Gambar 5.5 tersebut terlihat bahwa, pada saat suatu arah yang

mendapat isyarat merah, nilai deviasi standar cenderung konstan karena sebagian besar

mobil atau kendaraan beroda empat lain dalam kondisi tidak bergerak. Hal ini

disebabkan padatnya lalu-lintas pada siang hari sehingga begitu isyarat merah

diberikan, kotak area deteksi langsung terisi oleh banyak kendaraan. Adanya sedikit

fluktuasi nilai deviasi standar disebabkan adanya pergerakan beberapa motor di antara

antrian mobil yang telah ada.

Peningkatan nilai deviasi standar pada saat isyarat merah pada siang hari

disebabkan bertambahnya kendaraan yang berada pada area deteksi tersebut. Warna

kendaraan pada saat terkena sinar matahari kebanyakan mempunyai nilai keabuan lebih

tinggi daripada nilai keabuan latar belakang. Sementara itu, setiap kendaraan

mempunyai bayangan. Warna bayangan kebanyakan mempunyai nilai keabuan lebih

rendah daripada latar belakang. Dua fenomena tersebut merupakan faktor utama yang

menyebabkan nilai deviasi standar menjadi lebih tinggi. Semakin banyak kendaraan

pada antrian, nilai deviasi standar mempunyai kecenderungan semakin tinggi.

Pada saat isyarat merah diberikan, nilai deviasi standar dapat berbeda. Jika

terdapat banyak motor dan sedikit mobil pada kotak area deteksi, maka nilai tersebut

biasanya menjadi besar. Ini terjadi pada saat isyarat merah arah utara detik ke-30

hingga ke-150 pada Gambar 5.5(a). Namun jika pada kotak area deteksi terdapat

beberapa mobil dengan ukuran besar dan hanya sedikit terlihat bayangan, maka nilai

deviasi standar dapat menjadi kecil. Ini terjadi pada saat isyarat merah detik ke-190

hingga ke-300 pada Gambar 5.5(a).

Pada saat isyarat merah, nilai deviasi standar untuk beberapa saat dapat

menurun, meskipun dalam kenyataannya kepadatan lalu-lintas tetap naik. Hal ini

disebabkan adanya beberapa kendaraan yang terlihat tumpang tindih di kamera

pemantau. Kondisi tumpang tindih kendaraan ini menyebabkan luas bayangan

berkurang.

Sementara itu pada saat arah tersebut mendapat isyarat hijau, kepadatan

kendaraan cenderung turun. Nilai deviasi standar cenderung turun. Penurunan tersebut

cenderung lebih berfluktuasi. Hal ini disebabkan adanya pergerakan kendaraan yang

sedang berusaha meninggalkan antrian. Pada saat-saat tertentu, nilai deviasi standar

(29)

Pada siang hari, kepadatan lalu-lintas cukup tinggi. Di arah kedatangan utara,

selatan dan timur, waktu isyarat hijau tidak cukup untuk dapat membuat semua

kendaraan dalam antrian untuk berjalan. Di akhir waktu hijau, masih ada kendaraan

dalam antrian yang belum berhasil meninggalkan antrian. Hal ini juga terlihat pada

Gambar 5.5. Pada gambar tersebut nilai deviasi standar histogram tidak dapat turun

cukup signifikan. Sementara itu, di arah kedatangan dari timur, waktu hijau dapat

membuat semua kendaraan dalam antrian dapat berjalan. Dalam kondisi ini, pada akhir

isyarat hijau nilai deviasi standar dapat turun cukup signifikan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, nilai deviasi standar histogram

pada siang hari di setiap arah kedatangan pengatur lalu-lintas berfluktuasi mengikuti

kepadatan lalu-lintas. Pada saat diberikan isyarat merah, nilai tersebut cenderung

konstan. Sementara itu pada waktu diberikan isyarat hijau, nilai deviasi standar

cenderung lebih kecil. Hal ini disebabkan kepadatan pada waktu hijau lebih rendah

daripada pada waktu merah. Pada saat isyarat hijau, nilai tersebut juga cenderung lebih

bervariasi karena adanya perubahan jumlah kendaraan karena setiap kendaraan akan

bergerak dan berusaha meninggalkan antrian.

B. Pada Malam Hari

Nilai deviasi standar histogam intensitas citra di keempat arah kedatangan di

persimpangan Gondomanan dapat dilihat pada Gambar 5.6. Pola fluktuasi nilai deviasi

standar histogam intensitas pada malam hari hampir sama dengan pada siang hari.

Namun nilai tersebut cenderung lebih rendah karena variasi nilai keabuan pada malam

hari lebih sedikit daripada siang hari. Secara visual hal ini tampak jelas pada gambar

tampilan pada video pemantau untuk siang dan malam hari di Gambar 4.8(a) dan (b).

Variasi warna citra pada siang hari lebih banyak daripada malam hari.

Pada malam hari, kepadatan lalu-lintas lebih rendah daripada siang hari. Pada

saat diberikan isyarat merah, dapat dipastikan selalu ada pergerakan kendaraan, baik

yang baru datang maupun kendaraan yang sedang antri. Hal ini terlihat dengan

berfluktuasinya nilai deviasi standar pada saat isyarat merah. Hal ini jelas terlihat pada

detik ke-275 hingga detik ke-310 arah utara di Gambar 5.6(a) dan detik ke 330 hingga

390 arah selatan di Gambar 5.6(c). Pada saat itu kendaraan baru datang beberapa detik

(30)

barat pada Gambar 5.6(d). Pada arah tersebut, dapat dipastikan bahwa terdapat

kedatangan kendaraan beberapa saat setelah diberikan isyarat merah.

Perlu diperhatikan di sini bahwa, program tidak menghitung nilai deviasi

standar atas citra yanng mewakili semua kendaraan dalam antrian. Namun hanya citra

yang ada dalam kotak area deteksilah yang dihitung. Pada beberapa kasus dapat terjadi

sebuah kedatangan kendaraan yang telah terdeteksi akan menjadi tidak terdeteksi

karena telah ada di posisi antrian paling depan dan tidak masuk ke kotak area deteksi.

(a) dari arah utara

120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480

S

120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480

(31)

(c) dari arah selatan

(d) dari arah barat

Gambar 5.6 Grafik nilai deviasi standar histogram intensitas pada malam hari

Pada malam hari, waktu isyarat hijau hampir selalu dapat menjadikan semua

kendaraan dalam antrian untuk berjalan. Bahkan sesuai dengan grafik nilai deviasi

standar untuk arah utara dan selatan pada Gambar 5.6(a) dan Gambar 5.6(b), waktu

hijau untuk arah selatan dan barat cenderung terlalu lama. Pada kedua arah ini, antrian

kendaraan telah habis 10 hingga 20 detik sebelum isyarat hijau berakhir. Fenomena ini

akan lebih mudah dianalisis dengan melihat rekaman nilai deviasi standar daripada

melihat rekaman video lalu-lintas secara langsung.

Dengan demikian, rekaman nilai deviasi standar histogram intensitas dapat

dijadikan data kuantitatif yang dapat mencerminkan nilai kepadatan kendaraan. Data ini

juga dapat dijadikan acuan untuk menentukan waktu hijau setiap arah pada pengatur

lalu-lintas di persimpangan Gondomanan dan persimpangan-persimpangan lain. Lebih 0

120 150 180 210 240 270 300 330 360 390 420 450 480

(32)

jauh lagi, data ini diharapkan nantinya dapat dijadikan data untuk menentukan waktu

(33)

BAB 6

RENCANA TAHAPAN BERIKUTNYA

6.1 Mengembangkan Program Pendeteksi Kepadatan Lalu-lintas

Pada penelitian di tahun kedua ini telah berhasil dibuat sebuah program yang

adapat mendeteksi kepadatan lalu-lintas di jalan. Program ini dapat diterapkan untuk

jalan raya yang berisi semua jenis kendaraan. Metode pendeteksian dilakukan dengan

cara menghitung simpangan baku histogram intensitas keabuan semua titik di area

deteksi. Metode ini telah dapat digunakan dengan baik pada siang dan malam hari.

Metode pendeteksian ini dilakukan dengan menganalisis citra jalan. Semua

oyek yang ada di jalan akan dianalisis. Jika pada suatu saat jalan raya terisi obyek

bukan berupa kendaraan tetapi orang atau benda lain, maka obyek tersebut akan juga

dianalisis oleh program. Program juga belum diuji dengan adanya tambahan derau pada

citra. Derau dapat berupa hujan atau kabut yang menghalangi pandangan kamera. Agar

sistem ini dapat diterapkan dengan baik, maka sistem harus diuji dengan adanya oyek

lain selain kendaraan dan derau.

Pada tahun ketiga penelitian ini, akan dilakukan penyempurnaan metode

pendeteksian kepadatan sehingga obyek selain kendaraan tidak akan dianalisis oleh

sistem. Dengan demikian sistem harus dapat membedakan obyek kendaraan baik

bermotor maupun tidak bermotor dan obyek bukan kendaraan baik itu obyek di jalan

atau derau dari hujan dan kabut. Pengembangan metode ini menggunakan perangkat

lunak MATLAB.

6.2 Mengganti Komputer dengan Modul Komputer

Pada penelitian ini, program penghitung simpangan baku histogram intensitas

dijalankan di sebuah komputer. Dalam aplikasi di lapangan, penggunaan komputer

sebagai pemroses citra menjadikan adanya permasalahan baru dari segi keamanan.

Untuk itu, pada penelitian selanjutnya, program tersebut akan dijalankan di sebuah

(34)

Gambar 6.1 Skema alat penelitian

Modul komputer tersebut merupakan sebuah miniatur komputer. Modul ini

terdiri dari prosesor, RAM, I/O dan media penyimpanan non-volatile berupa SD Card

atau MMC. Modul ini diharapkan dapat menjalankan program pendeteksian kepadatan

sebagaimana komputer. Lebih jauh lagi modul ini diharapkan dapat sekaligus

menjalankan fungsi sebagai pengatur lalu-lintas secara sinkron dan terjadwal

menggantikan mikrokontroler ATmega128A.

6.3 Target Luaran Tahun Ketiga

Target luaran tahun terakhir ini diharapkan merupakan suatu prototipe suatu

sistem pengatur isyarat lalu-lintas yang dapat diterapkan di persimpangan Gondomanan

dan atau persimpangan lain. Sistem tersebut mempunyai keunggulan sebagai berikut.

1. dapat dibuat sinkron dengan pengatur lalu-lintas di persimpangan sebelahnya,

2. dapat mendeteksi kepadatan lalu-lintas baik di siang maupun malam hari,

(35)

3. pengaturan lalu-lintas dapat dijadikan adaptif berdasar kepadatan lalu-lintas saat itu,

4. dapat menyimpan data kepadatan lalu-lintas agar data tersebut dapat dianalisis lebih

(36)

29

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari pembahasan yang telah dipaparkan di muka dapat diambil beberapa

kesimpulan berikut:

1. Pengatur lalu-lintas adaptif dapat dibentuk dari mikrokontroler ATmega128A.

2. Nilai deviasi standar histogram intensitas akan cenderung semakin tinggi dengan

naiknya kepadatan lalu-lintas.

3. Pola perubahan nilai deviasi standar saat diberikan isyarat merah dan hijau pada

siang hari menyerupai pola perubahan nilai tersebut saat diberikan isyarat merah

dan hijau pada malam hari.

4. Dari rekaman nilai deviasi standar dapat ditentukan pola perubahan kepadatan

lintas pada suatu arah kedatangan di persimpangan yang diatur oleh pengatur

lalu-lintas.

7.2 Saran

Pada penelitian selanjutnya, hasil rekaman nilai deviasi standar dapat

dijadikan acuan untuk menentukan pewaktuan sebuah pengatur lalu-lintas adaptif.

(37)

30

DAFTAR PUSTAKA

Abbas N., Tayyab M., Qadri MT. Real Time Traffic Density Count using Image

Processing. Internatrional Journal of Computer Application. 2013; 83(9):

16-19.

Sutjiadi R, Setyadi E, Lim R, 2015, Adaptive Background Extraction for Video Based

Traffic Counter Application Using Gaussian Mixture Models Algorithm.

TELKOMNIKA Indonesian Journal of Electrical Engineering, Vol. 13, No. 3,

hal. 1006-1013

Afif, Al., Faris, Rachmadi, M. Febrian, Ma‟sum, M. Anwar, Wibowo, Adi, Jatmiko, Wisnu, 2011, Implementasi Sistem Pengaturan Lampu Lalu Lintas

Terdistribusi dengan Optimasi Pengenalan dan Penjejakan Kendaraan Berbasis

Pemrosesan Video, Prosiding Konferensi Nasional Sistem dan Informatika, 12

November, Bali.

Askerzade IN, Mahmood M. Control the Extension Time of Traffic Light in Single

Junction by Using Fuzzy Logic. International Journal of Electrical &

Computer Sciences IJECS – IJENS. 2010; 10(2): 48-55

Basuki, Imam, Siswandi, 2008, Biaya Kemacetan Ruas Jalan Kota Yogyakarta, Jurnal

Teknik Sipil, Vol. 9 No. 1, Oktober, hal. 71 – 80, ISSN 1411-660X.

Chaple M., Paygude SS. Vehicle Detection and Tracking from Video Frame Sequence.

International Journal of Science & Engineering Research. 2013; 4(3): 1-7.

Chirag I.P., Ripal P. Counting Cars in Traffic Using Cascade Haar with KLP.

International Journal of Computer and Electrical Engineering. 2013; 5(4):

435-437.

Dobre, Ciprian, 2012, Using Intelligent Traffic Lights to Reduce Vehicle Emissions,

International Journal of Innovative Computing, Information and Control, Vol.

8, No. 9.

Fazli S., Mohammadia S., Rahmani M. Neural Network based Vehicle Classification

for Adaptive Traffic Control. International Journal of Software Engineering &

(38)

Hanggara, Yoga, 2012, Urai Macet, Tambah ATCS, Situs Resmi Dishubkominfo DIY,

25 Juli, online:

http://dishub-diy.net/perhubungan/urai-macet-tambah-atcs.html, diakses 22 Februari 2013.

Khairdoost, Nima, S., Monadjemi, Amirhassan, Davarzani, Zohreh, Jamshidi, Kamal,

2013, GA Based PHOG-PCA Feature Weighting for On-Road Vehicle

Detection, International Journal of Information and Electronics Engineering,

Vol. 3, No. 1, January,p. 104-108.

Khan BA, Lai NS. An Advanced Fuzzy Logic based Traffic Controller. International

Journal of Innovation in the Digital Economy. 2014; 5(1): 31-40.

Kurniawan, F., Dermawan, D., Dinaryanto, O., Irawati, M., 2014, Pre-Timed and

Coordinated Traffic Controller Systems Based on AVR Microcontroller,

TELKOMNIKA Indonesian Journal of Electrical Engineering, 12(4), p. 787 –

794.

Kurniawan, Freddy, Adiprasetya, Rahmad Al Hasibi, 2007, Konsep pengatur lalu-litas

Adaptif terkoordinasi Kepadatan untuk Solusi Minimalisasi Durasi Waktu

Tunggu Kendaraan, Jurnal Ilniah Semesta Teknik, Vol. 10, No. 2, November,

ISSN 1411-061X, hal. 126 – 135.

Nadernejad E., Sharifzadeh S., Hassanpour H., 2008, Edge Detection Techniques:

Evaluations and Comparisons, Applied Mathematical Sciences, Vol. 2, no. 31,

pp. 1507 – 1520.

Primantari, Luky FA, 2010, Koordinasi Pengaturan Lampu Lalu Lintas (Studi kasus:

Ruas Jalan Prof. Dr. Sorharso - Adi Sucipto - A.Yani - Adi Soemarmo), Jurnal

Teknik Sipil dan Arsitektur, Vol. 8 No. 12.A, ISSN 0852-2561, hal. 13 – 30. Rachmadi, M. Febrian, F. Al Afif, M. Anwar Ma‟sum, M. Fajar, and A. Wibowo,

2012, Beagleboard Embedded System For Adaptive Traffic Light Control

System with Camera Sensor, Journal of Computer Science and Information,

Vol. 5, Issue 2, ISSN 2088-7051, hal. 63 – 71.

Sajati, H., Astuti, Y., 2013, Analisis dan Perancangan Software untuk Menentukan

Warna Kendaraan Gelap dan Terang, Jurnal Ilmiah Angkasa, Vol. 5, No. 2,

(39)

Sulaeman, Yaya, Hercuadi, Asep Yudi, Syamsu, Iqbal, 2008, Model Pengatur Lampu

Lalu-lintas dengan Metal Detektor berbasis Mikrokontroler Atmega8535,

Jurnal Elektronika, Vol. 8, No. 2, Juli – Desember, hal. 76 – 80.

Zaman, Big, Jatmiko, Wisnu, Wibowo, Adi, Ima, Elly Matul, 2011, Implementation

Vehicle Classification On Distributed Traffic Light Control System Neural

Network Based, Proceedings International Conference on Advanced Computer

Science and Information System (ICACSIS), p. 107-112, ISBN:

978-979-1421-11-9, Desember.

Zhu H, Fan H, Guo S., 2013. Moving Vehicle Detection and Tracking in Traffic Images

based on Horizontal Edges. TELKOMNIKA Indonesian Journal of Electrical

Engineering, 11(11): p. 6477-6483.

Jatmiko W, Azurat A, Wibowo AH, Marihot H, Wicaksana M, Takagawa I, Sekiyama

K, Fukuda T., 2010, Self-Organizing Urban Traffic Control Architecture with

Swarm-Self Organizing Map in Jakarta: Signal Control System and Simulator,

International Journal on Smart Sensing and Adaptive Systems, Vol. 3, No. 3,

(40)

Lampiran 1

(41)

1. Prototipe pengatur lalu-lintas yang terbuat dari komponen: a. Mikrokontroler ATmega128A

b. Traffic Controller Board c. RTC DS1307

3 buah

2. Modul komunikasi KYL-1020U dan antena 4 buah

3. Downloader PL2303 1 buah

4. Laptop:

a. Acer Aspire 29302:

i. Intel Pentium dual core processor 2.0 GHz 800 MHz FSB 2 MB L2 cache

ii. 250 GB HDD iii. 2 GB RAM b. Perangkat Lunak

i. 32-bit operating system Windows 7 Home Edition

ii. Code Vision AVR Version 2.05.3 Standar Edition

iii. Protues Version 7

1 buah

5. Kamera SJ6000 dengan spesifikasi: - Screen: 2.0LTPS

- Lens: 170degree A+ Wide angle lens - Video record: 1080P(1920*1080)

30FPS/720P(1280*720) 30FPS/720P(1280*720) 60FPS/VGA(640*480) 30FPS

- Video format: AVI

- Compression format: H.264

- Image resolution: 14M/12M/8M/5M - Storage card: Micro SD

- Image shotting mode: Single-line/timer self portrait/(2S/5S/10S)/Continuous shotting

- WiFi system support: iOS6.1 or above, android 4.0 or above

- WiFi function: image transmission, remote control, setting, album synchro and share

- Light source frequency: 50HZ/60HZ - USB 2.0

- Power: 5V 1A

- Battery capacity: 900mAh

- Power consumption: 450mA@4.2V - Video record time: 1080P/90mins

(42)

- Min illumination 0.5 Lux - Video/Image: Motion JPEG

- Up to 30(NTSC) / 25(PAL) fps at 640x480, 320x240, 160x120

- Built-in microphone

- Audio Compression: G.711 PCM, 8 kHz, 64 kbit/s - Standard Protocol: TCP/IP, DHCP, PPPoE, ARP, ICMP,

FTP, SMTP, DNS, NTP, UPnP, RTSP, RTP, RTCP, HTTP, TCP, UDP, 3GPP/ISMA RTSP

- Wireless data rate: IEEE 802.11 b/g/n , Up to 150Mbps - Frequency: 2.4-2.4835GHz

- Wireless Encryption: 64/128/152-bit WEP / WPA / WPA2,WPA-PSK / WPA2-PSK

7. D-Link Wireless N300 Cloud Router

- IEEE 802.11n, IEEE 802.11g, IEEE 802.3, IEEE 802.3u - Device Interface: 4 10/100 LAN Ports, 1 10/100 WAN

Port

- Security: Wi-Fi Protected Access (WPA, WPA2)® - Advanced Firewall Features: Network Address

Translation (NAT), Stateful Packet Inspection (SPI), VPN Pass-through / Multi-sessions PPTP / L2TP / IPSec - Device Management: Internet Explorer® v7 or Later;

Mozilla Firefox® v3.0 or Later; or other Java-enabled Browsers

- Certifications: FCC Class B, IC, Wi-Fi®, IPv6 Gold

(43)
(44)
(45)

Lampiran 2

(46)

1 Nama Lengkap (dengan gelar) Freddy Kurniawan, S.T., M.T. L

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Lektor

4 NIK 030131

5 NIDN 0517037601

6 Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 17 Maret1976

7 E-mail freddykurniawan@yahoo.com

8 Nomor Telepon/ HP (0274) 411244 / 08122702432

9 Alamat Kantor Jl. Janti, Blok R, Kompleks Lanud Adisutjipto,

Yogyakarta

10 Nomor Telepon/Faks (0274) 451262 / (0274) 451265

11 Lulusan yang telah Dihasilkan S1=21 orang S2 = - orang S3= - orang

12 Mata Kuliah yg diampu

1. Teknik Digital

Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro -

Tahun Masuk 1994 2005 -

Konsep Pengatur Lalu Lintas Sinkron Adaptif Kepadatan

1. Ir. Budi Setyanto 2. Dr. Ir. Th Sri Widodo

1. Ir. Samiadji Herdjunanto, M.Sc.

2. Ir. Sujoko Sumaryono, M.T. -

C. Pengalaman Penelitian Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2014 Prototipe Sistem Pengatur Isyarat

Lalu-Lintas Adaptif Terkoordinasi untuk Ruas Jalan Senopati dan Jalan Sultan Agung Yogyakarta

Dikti (Hiber tahun I)

(47)

Gondomanan Dan Bintaran

3 2012 Sistem Pemonitor Daya dan Faktor Daya

Listrik Berbasis Mikrokontroler

Internal STTA 1,5

4 2011 Impementasi Pengukur Nilai Tegangan dan

Arus RMS Jala-Jala Listrik Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Internal STTA 1.0

5 2010 Analisis Ketepatan Pengukur Nilai Arus

RMS Jala-Jala Listrik Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Kopertis V 1,675

6 2010 Implementasi Penghitung Nilai Tegangan

RMS Jala-Jala Listrik Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Internal STTA 1.0

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber* Jml (Juta Rp)

1 2013 Pelatihan Pembuatan Quadcopter Mode X

dengan Wireless Camera STTA 0,5

2 2011 Perancangan Robot Line Follower STTA 0,34

3 2010 Membuat Robot Line Follower STTA 1.0

4 2008 Pengenalan Teknologi Informasi dan

Komputer STTA 1.0

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Artikel Ilmiah Nama Jurnal Volume/

Nomor/Tahun

1 Pre-Timed and Coordinated Traffic Controller

Systems Based on AVR Microcontroller

Jurnal Internasional

“Telkomnika”

Vol. 12, No. 4, Desember 2014

2 Prototipe Sistem Pengatur Isyarat Lalu-Lintas

Terkoordinasi untuk Simpang Empat Gondomanan dan Bintaran

Jurnal

“Teknologi” Vol. 7, No. 1, Juni 2014

3 Sistem Akuisisi Data Berbasis Mikrokontroler Jurnal Ilmiah

“Angkasa”

Vol. 4, No. 2, November 2012

4 Implementasi Pengukur Nilai Tegangan RMS

Jala-jala Listrik berbasis Mikrokontroler

Jurnal Ilmiah

“Angkasa”

Vol. 3, No. 1, Mei 2011

5 Pembangkit Frekuensi Rendah Presisi berbasis

Mikrokontroler

Jurnal Ilmiah

“Angkasa”

(48)

7 Implementasi Pengukur Frekuensi dan Beda Fase Tegangan dan Arus Jala-jala Listrik berbasis Mikrokontroler AVR

8 Pemodelan Sistem Pembangkit Listrik Hibrida

berbasis Energi Angin dan Matahari

Jurnal Ilmiah

“Semesta Teknik”

Vol. 12, No. 2, November 2009

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan Ilmiah /

Seminar Judul Artikel Ilmiah

Waktu dan

Sistem Pengatur Lalu-lintas Terjadwal dan Terkoordinasi

3 Seminar Penelitian

Internal

Impementasi Pengukur Nilai Tegangan Dan Arus RMS Jala-Jala Listrik Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

2011, STTA Yogyakarta

4 Seminar Penelitian

Internal

Implementasi Penghitung Nilai Tegangan RMS Jala-Jala Listrik Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

2010, STTA Yogyakarta

G. Karya Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan Tahun

Tempat Penerapan

Respons Masyarakat

(49)

institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

1 Dosen Favorit STTA STTA

Yogyakarta 2011

2 Dosen Pembimbing Lomba Kontes Muatan

Roket Indonesia (lolos seleksi peluncuran) Dikti 2011

3 Dosen Pembimbing Lomba Kontes Muatan

Roket Indonesia (lolos seleksi peluncuran) Dikti 2010

4 Dosen Pembimbing Lomba Kontes Muatan

Roket Indonesia (lolos seleksi peluncuran) Dikti 2009

Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata dijumpai ketidak-sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.

Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam laporan Penelitian Hibah Bersaing.

Yogyakarta, 6 November 2014 Ketua Peneliti,

(50)

1 Nama Lengkap Haruno Sajati, S.T., M.Eng.

2 Jenis Kelamin L

3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli

4 NIP 040941

5 NIDN 0522078001

6 Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 22 Juli 1980

7 E-mail jati_r@yahoo.com

8 Nomor Telepon / HP (0274) 414422 / 08386857876

9 Alamat Kantor Jl. Janti, Blok R, Kompleks Lanud Adisutjipto,

Yogyakarta

10 Nomor Telpon/Fax (0274) 451262, Faks. (0274) 451265

11 Lulusan yang Telah Dihasilkan S1 = 130 orang

12 Mata Kuliah yg Diampu 1. Keamanan Jaringan Komputer

2. Pemrograman Web

3. Sistem Basis Data 4. Arsitektur Komputer

5. Teknik Pemrograman

B. Riwayat Pendidikan

S1 S2

Nama PT Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada

Bidang Ilmu Teknik Elektro Teknik Elektro

Tahun Masuk - Lulus 2002 – 2005 2010 – 2012

Judul Penelitian Membangun Koneksi

berbasis IPv6 pada Redhat dan FreeBSD

Pemodelan Lingkungan Virtual untuk Interaksi Avatar Berbasis Context Pada Proyek Digital Life at Campus (DiL@C)

Nama Pembimbing Sri Suning Kusumawardhani,

S.T., M.T.

Ir. Sujoko Sumaryono, M.T.

Ir. Lukito Edi Nugroho, M.Sc. Ph.D

Dr. Ridi Ferdiana, S.T., M.T.

C. Pengalaman Penelitian dalam 5 Tahun Terakhir

No. Tahun Judul Penelitian Pendanaan

Sumber Jml

1. 2011 Monitoring Jaringan Berbasis Snmp (Simple

Network Management Protocol) Pada Server Linux

STTA Rp. 1.000.000

2. 2012 Pemodelan Testbed Generic-Contect

Menggunakan Framework Avatar Pada Virtual Environment

(51)

4 2013 Analisis Dan Perancangan Software Pengenalan Pola Menggunakan Metode Deteksi Tepi Sobel Untuk Menentukan Warna Kendaraan Gelap Dan Terang

5 2014 Analisa Pemrosesan Paralel Untuk Kompresi

Video Pada Jaringan Komputer Berbasis IPv6

Penelitian Dosen Pemula

Dikti

Rp. 12.000.000

D. Pengalaman Pengabdian Kepada Masyarakat dalam 5 Tahun Terakhir No. Tahun Judul Pengabdian Kepada Masyarakat Pendanaan

Sumber Jml

1. 2011 Pelatihan Komputer Microsoft Office, Internet Browsing Dan Desain Grafis Menggunakan Corel Draw Bagi Karang Taruna Jogja Taruna Tama

STTA Rp. 2.000.000

2. 2012 Pelatihan Pengenalan Desain Grafis Bagi Siswa-Siswi SMP Negeri 3 Berbah Sleman

STTA Rp. 1.500.000

3 2013 Pelatihan Desain Pesawat Terbang 3 Dimensi bagi Siswa Siswi SMA Negeri I Banguntapan Yogyakarta

STTA Rp. 3.000.000

4 2014 Pelatihan Ms Access 2007 Bagi Anak-Anak Panti Asuhan Nurul Haq Gedong Kuning Banguntapan Yogyakarta

STTA Rp. 3.000.000

E. Publikasi Artikel Ilmiah Dalam Jurnal Dalam 5 Tahun Terakhir

No Nama Pertemuan Ilmiah/

Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

1 Seminar Nasional

Teknologi Informasi dan Kedirgantaraan

Perancangan Dan Analisa Perbandingan Antara Delay

Dan Throughput Pada

Video Streaming

Menggunakan IPv4 Dan IPv6 Tunneling

STTA 3 Desember 2013

2 Seminar Hasil Penelitian Dosen Pemula

Analisis Dan Perancangan Software Pengenalan Pola

Menggunakan Metode

Deteksi Tepi Sobel Untuk

Menentukan Warna

(52)

Dosen Pemula Untuk Kompresi Video Pada Jaringan Komputer Ipv6

2014

F. Pemakalah Seminar Ilmiah (Oral Presentation) Dalam 5 Tahun Terakhir

No. Nama Pertemuan

Ilmiah/Seminar

Judul Artikel Ilmiah Waktu dan Tempat

G. Pengalaman Penulisan Buku dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul Buku Tahun Jumlah

Halaman Penerbit

- - - - -

H. Perolehan HKI dalam 5 – 10 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema HKI Tahun Jenis Nomor P/JD

- - - - -

I. Pengalaman Merumuskan Kebijakan Publik/Rekayasa Sosial Lainnya dalam 5 Tahun Terakhir

No. Judul/Tema/Jenis Rekayasa Sosial

Lainnya yang Telah Diterapkan Tahun

Tempat Penerapan

Respons Masyarakat

- - - - -

J. Penghargaan dalam 10 tahun Terakhir (dari pemerintah, asosiasi, atau institusi lainnya)

No Jenis Penghargaan

Institusi Pemberi Penghargaan

Tahun

Gambar

Gambar 4.1. Diagram fishbone penelitian
Gambar 4.2. Blok diagram sistem pengatur isyarat lalu-lintas adaptif terkoordinasi
Gambar 4.3. Diagram alir penelitian
Gambar 4.4 Skema alat penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

If you pass a function to any of these methods, it will be invoked once in the context of each element (with the element index as its only argument) and should return the

Selanjutnya dilakukan uji homogenitas terhadap nilai pretest keterampilan siswa dalam berpikir orisinil antara kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui apakah data dari

Alhamdulillah hirobbil’aalamin, segala puja dan puji penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmatnya kepada penulis, sehingga dapat

PERANCANGAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL UNTUK MENSOSIALISASIKAN PROGRAM POLISI SAHABAT ANAK (POLSANA).. Nama: Natalia

10) Keterampilan mempertahankan motivasi diri secara terus menerus. 3) Memiliki pendekatan ilmiah dalam belajar, pendekatan ilmiah berarti konsep dasar yang menginspirasi

adalah fungsi yang melibatkan pemantauan dan evaluasi feedback untuk menentukan apakah sistem berjalan mencapai tujuannya. Fungsi ini akan membuat penyesuaian yang

Dari hasil wawancara ketiga informan tersebut, dapat di tarik kesimpulan bahwa pelayanan imunisasi yang di laksanakan di Posyandu Lavenda desa Butu telah

Hasil analisis eksperimen pengaruh Kadar aspal dan Kadar bahan aditif kapur sebagai variabel bebas terhadap nilai Stabilitas campuran Beton Aspal jenis AC-WC sebagai variabel tidak