• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Jenis Bangun Datar dengan Algoritma Line Hough Transform dan Circular Hough Transform

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Identifikasi Jenis Bangun Datar dengan Algoritma Line Hough Transform dan Circular Hough Transform"

Copied!
143
0
0

Teks penuh

(1)

JATISI

Volume 2 Nomor 2

Halaman 75

199

Penyusunan Sistem Evaluasi Kinerja Layanan dalam Membangun Tata Kelola TI Berbasis Komputasi Awan N. Tri Suswanto Saptadi, Hans Christian Marwi

Implementasi Metode Interpolasi Bicubic Modifikasi pada Proses Downsampling Citra Ferdyansyah Wijaya, Reynard Saputra, Derry Alamsyah

Analisis Kelayakan Investasi Manajemen Aset pada Distribusi Jaringan Listrik dengan Information Economic

Nunuk Wahyuningtyas, Erma Suryani

Analisis Peningkatan Performa Akses Website dengan Web Server Stress Tool

Hendra Kurniawan, Eka Puji Widiyanto

Identifikasi Jenis Bangun Datar dengan Algoritma Line Hough Transform dan Circular Hough Transform Eflin Winata, Helvi Risna, Renni Angreni

Solusi Mudah Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar Menggunakan Perangkat Lunak Model MADLC Usman Ependi

Perancangan Knowledge Management Penyedia Jasa Layanan Internet (Studi Kasus PT. XYZ) Anggoro Aryo P.

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Administrasi Balai Pelatihan Kesehatan Pahrulloh, M. Haviz Irfani

Analasisi dan Perancangan SIG Berbasis Aplikasi Bergerak Sebagai Alternatif Media Promosi UMKM Se-kota Palembang

Sukriyadi, Iis Pradesan

Rancang Bangun Aplikasi Edugame Peta Buta untuk Anak-Anak Berbasis Android Muhammad Rinaldo Fernandes, Iskhaq Fitriansyah, Rachmansyah

Penerapan Algoritma Negamax dan Alpha Beta Pruning pada Permainan Othello William, Regiza Giovanno, Daniel Udjulawa

Rancang Bangun Sistem Informasi Kepegawaian pada PT. XYZ Muhammad Maisep, Yogie Prakoso, Ery Hartati

(2)

Terbit dua kali setahun pada bulan Maret dan September, Jurnal Teknik Informatika dan

Sistem Informasi (JATISI) merupakan media penyampaian hasil penelitian untuk semua

bidang yang ada pada rumpun teknik informatika dan sistem informasi, diharapkan hasil

penelitian yang ada pada jurnal ini dapat menjadi penghubung antara peneliti dan pihak yang

berkepentingan. E-ISSN 2503-2933 dengan versi cetak ISSN 2407-4322, diterbitkan pertama

kali pada tahun 2014

KETUA PENYUNTING

Gasim

DEWAN PENYUNTING

Kudang Boro Seminar

Gasim

Shofwatul Uyun

STAF AHLI (MITRA BESTARI)

Enny Itje Sela

Edy Winarno

Shofwatul Uyun

TATA USAHA

Yulistia

Mulyati

Usniawati Keristin

Nur Rachmat

PENANGGUNG JAWAB

Ketua STMIK Global Informatika MDP, Johannes Petrus, S.Kom., M.T.I

PENERBIT

Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat (LPPM) STMIK Global Informatika

MDP bekerjasama dengan IndoCEISS (Indonesian Computer, Electronics and

Instrumentation Support Society)

ALAMAT PENYUNTING & TATA USAHA

Gedung STMIK GI MDP, Jalan Rajawali No. 14 Palembang 30113

Telp. 0711-376400, Fax. 0711-376360,

Website : http://jatisi.mdp.ac.id, Email : [email protected]

BERLANGGANAN (Versi Cetak)

(3)

DAFTAR ISI

Penyusunan Sistem Evaluasi Kinerja Layanan dalam Membangun Tata Kelola

TI Berbasis Komputasi Awan

N. Tri Suswanto Saptadi, Hans Christian Marwi

75-86

Implementasi Metode Interpolasi

Bicubic

Modifikasi pada Proses

Downsampling

Citra

Ferdyansyah Wijaya, Reynard Saputra, Derry Alamsyah

87-94

Analisis Kelayakan Investasi Manajemen Aset pada Distribusi Jaringan Listrik

dengan

Information Economic

Nunuk Wahyuningtyas, Erma Suryani

95-107

Analisis Peningkatan Performa Akses

Website

dengan

Web Server Stress Tool

Hendra Kurniawan, Eka Puji Widiyanto

108-119

Identifikasi Jenis Bangun Datar dengan Algoritma

Line Hough

Transform

dan

Circular Hough Transform

Eflin Winata, Helvi Risna, Renni Angreni

120-129

Solusi Mudah Belajar Matematika Tingkat Sekolah Dasar Menggunakan

Perangkat Lunak Model MADLC

Usman Ependi

130-140

Perancangan

Knowledge Management

Penyedia Jasa Layanan Internet (Studi

Kasus PT. XYZ)

Anggoro Aryo P.

141-150

Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Administrasi Balai Pelatihan

Kesehatan

Pahrulloh, M. Haviz Irfani

151-160

Analasisi dan Perancangan SIG Berbasis Aplikasi Bergerak Sebagai Alternatif

Media Promosi UMKM Se-kota Palembang

Sukriyadi, Iis Pradesan

161-169

Rancang Bangun Aplikasi

Edugame

Peta Buta untuk Anak-Anak Berbasis

Android

Muhammad Rinaldo Fernandes, Iskhaq Fitriansyah, Rachmansyah

170-180

Penerapan Algoritma Negamax dan Alpha Beta Pruning pada Permainan

Othello

William, Regiza Giovanno, Daniel Udjulawa

181-190

Rancang Bangun Sistem Informasi Kepegawaian pada PT. XYZ

(4)

Biodata Penulis

200

Indeks Penyunting/Mitra Bestari

203

Abstrak Volumen 2 Nomor 1

205

Indeks Jurnal Volume 2 Nomor 1

208

Pedoman Penulisan Makalah JATISI

209

(5)

Penyusunan Sistem Evaluasi Kinerja Layanan

Dalam Membangun Tata Kelola TI

Berbasis Komputasi Awan

N. Tri Suswanto Saptadi*1, Hans Christian Marwi2

1,2Universitas Atma Jaya Makassar; Jalan Tanjung Alang No. 23, (0411) 871039/ (0411) 870294

1,2Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Informasi, Makassar

e-mail: *1[email protected], 2[email protected]

Abstrak

Perancangan model rekayasa pada aplikasi kinerja layanan diharapkan dapat berkontribusi dalam pengembangan sistem tata kelola TI di rumah sakit. Model rekayasa yang dikembangkan menggunakan standar framework. Sebagai fasilitas publik di bidang kesehatan, manajemen rumah sakit membutuhkan aplikasi kinerja layanan untuk mengetahui kebutuhan stakeholders. Perancangan aplikasi kinerja layanan memerlukan langkah yang baik dalam penyusunannya sehingga dibutuhkan kajian teori yang relevan. Metode dalam kajian teori yang menjadi pendekatan adalah TOGAF ADM. Hadirnya teknologi komputasi awan dapat mendukung kegiatan operasional di rumah sakit. Tantangan yang dihadapi adalah bagaimana rumah sakit dapat mengadopsi teknologi tersebut. Strategi yang efektif bersumber dari hasil evaluasi kinerja layanan sehingga penggunaan teknologi dapat menciptakan tata kelola TI secara efektif dan efisien dari segi finansial. Metode penelitian yang digunakan dalam menyusun strategi tata kelola TI menggunakan arsitektur sistem yang meliputi perancangan antarmuka, infrastruktur manajemen, pengklasifikasian, pendefinisian, dan rancangan koneksitas. Komponen utama meliputi arsitektur bisnis, informasi (data), aplikasi, dan teknologi. Hasil perancangan model rekayasa telah menunjukkan bahwa rumah sakit dapat menggunakan sebagai suatu model arsitektur standar berdasarkan sistem yang terstruktur dengan dukungan teknologi komputasi awan.

Kata kunci—layanan kinerja, tata kelola TI, TOGAF ADM, komputasi awan

Abstract

Engineering models design on performance application is expected to contribute to the development of IT governance system in the hospital. Engineering models are developed using a framework standard. As public facility in the area of health, hospital management requires performance services application to identify the needs of stakeholders. Services performance application design require a good step in the preparation thus it takes study of relevant theory. The methods in the study of the theory is the TOGAF ADM approach. The presence of cloud computing technology can support operational activities at the hospital. The challenge is how hospitals can adopt the technology. An effective strategy derived from the results of the services performance evaluation therefore the use of technology can create effective and efficient IT governance from financial positions. The method used in compiling the IT governance strategy is the system architecture which includes interface design, infrastructure management, classification, definition, and connectivity design. The main components include business architecture, information (data), applications, and technologies. The result of engineering models design have shown that hospitals can use it as a standard architecture model based on a structured system with support from cloud computing technology.

(6)

1. PENDAHULUAN

istem evaluasi kinerja layanan berguna bagi rumah sakit untuk mengetahui keadaan dan potensi terhadap layanan yang telah diberikan. Penggunaan konsep dan teori dasar komputasi awan dalam mendukung layanan Teknologi Informasi (TI) pada institusi kesehatan sehingga menjadi dasar dalam membangun dan mengembangkan tata kelola TI menuju ke arah yang lebih baik. Hal ini diupayakan untuk menjamin agar sistem dapat berjalan secara efektif dan terintegrasi dengan sistem yang telah ada sebelumnya. Disamping itu dalam rangka untuk penjaminan mutu tata kelola TI yang telah ditentukan pada isian borang akreditasi institusi. Konsep dan teori komputasi awan diharapkan dapat berkontribusi nyata dalam

mendukung penguatan karakter suatu sistem yang mengandung nilai ‘service quality’ informasi,

yaitu: reliability, effectiveness, efficiency, confidentiality, integrity, availability, dan compliance

[1] dan nilai kualitas layanan produk, yaitu: reliability, responsiveness, assurance, empaty dan

tangibility [2].

Penerapan tata kelola TIdiharapkan dapat memberikan manfaat yang baik bagi layanan

informasi pada bidang kesehatan di rumah sakit. Penggunaan berbagai peralatan TI dapat membantu proses layanan kesehatan seperti pengelolaan data pasien, perawat dan dokter, obat-obatan, rawat inap dan rawat jalan, asuransi kesehatan, peralatan medis hingga pemanfaatan laboratorium secara bersama. Relevansi dan efektivitas penggunaan peralatan, anggaran dan belanja TI mensyaratkan manajemen agar selalu dapat mengelola sistem secara fleksibel, transparan dan akuntabel. Untuk dapat meningkatkan layanan TI diperlukan upaya pemanfaatan teknologi berbasis komputasi awan sehingga dapat mengelola data dan proses secara efisien. Transformasi pengelolaan TI menuju komputasi awan merupakan jalan keluar di mana

infrastruktur TI saat ini membutuhkan layanan yang dapat diterima yang terdiri dari application,

platform dan infrastructure. Dalam paper yang berjudul Data Management in the Cloud: Limitations and Opportunities [3] dikatakan bahwa “It will convert the IT infrastructure from a

“factory” into a “supply chain” model. It is a type of computing that provides simple,

on-demand access to pools of highly elastic computing resources.” Pengembangan tata kelola TI

menggunakan suatu model tertentu dan memiliki standar sangat diperlukan bagi terciptanya

kerangka kerja yang baik dan memberi peluang berbagi resources dalam jaringan sistem atau

infrastruktur TI di rumah sakit. Standar diperlukan untuk memastikan bahwa kinerja layanan sesuai dengan harapan dan mutu dari tata kelola TI.

Penyelarasan proses bisnis yang tengah berjalan dengan pencapaian suatu tujuan layanan TI diperlukan agar institusi dapat mencapai visi dan misi yang mengarah pada layanan

tata kelola TI [4]. Penelitian dilakukan untuk mengkaji konsep dan teori komputasi awandalam

penyusunan sistem evaluasi kinerja layanan secara baik sehingga diharapkan akan

meningkatkan kinerja layanan kesehatan bagi masyarakat. Penerapan model mengadopsi teori komputasi awan dalam perspektif rekayasa sistem [5]. Metode dalam kajian teori yang menjadi pendekatan berstandar internasional menggunakan model TOGAF ADM yang berguna untuk mengetahui relevansi dan efektivitas penerapan konsep komputasi awan. Metode yang digunakan dalam penyusunan sistem berdasarkan model layanan komputasi awan yang terdiri

dari Software as a Service (SaaS), yaitu menggunakan penyedia layanan aplikasi berbasis

jaringan, Platform as a Service (PaaS), yaitu menciptakan aplikasi bagi pelanggan dan

Infrastructure as a Service (IaaS), yaitu layanan proses penyewaan, penyimpanan dan kapasitas jaringan.

Rumah Sakit sebagai salah satu fasilitas publik diharapkan dapat memberikan layanan kesehatan dan informasi secara optimal kepada masyarakat. Perkembangan pesat TI telah merubah tata cara manusia berpikir, bersikap, bertindak dan berperilaku [6]. Meningkatnya kebergantungan rumah sakit terhadap sistem informasi, membuat semakin meningkat pula kebutuhan terhadap kontrol pada sistem informasi. Pihak manajemen harus mampu menyeimbangkan antara kontrol dan resiko sistem informasi. Kontrol teknologi informasi

membantu dalam mengatur resiko, tapi tidak untuk menghilangkan resiko [7]. Suatu sistem

(7)

informasi haruslah mampu untuk menjamin penyajian informasi yang ditujukan kepada pengguna dengan memenuhi kriteria informasi yang disyaratkan dan terukur melalui indikator-indikator tujuan kunci [8]. Dalam program kerja yang telah tertuang dapat direncanakan bahwa

pengelolaan resources dan data mengarah pada pemanfaatan teknologi komputasi awan untuk

meningkatkan relevansi, efektivitas dan efisiensi sehingga diperlukan upaya penerapan suatu metode dengan penyusunan tata kelola TI layanan kesehatan berbasis komputasi awan [9]. Pengelola rumah sakit berharap bahwa diperlukan penerapan teknologi modern dalam

pengelolaan TI berdasarkan kinerja layanan informasi. The Open Group Architecture

Framework (TOGAF) adalah suatu kerangka kerja arsitektur perusahaan yang memberian pendekatan komprehensif untuk desain, perencanaan, implementasi, dan tata kelola arsitektur informasi perusahaan. Arsitektur ini biasanya dimodelkan dengan empat tingkat atau domain, yaitu: bisnis, aplikasi, data, dan teknologi [10].

Arsitektur dalam bidang informatika bermakna sebagai blueprint yang dikembangkan,

dilaksanakan, dipelihara, dan digunakan untuk menjelaskan dan membimbing bagaimana organisasi tata kelola TI serta unsur-unsur manajemen sistem dan informasi bekerja sama secara

efektif dan efisien untuk mencapai misi organisasi [6]. Arsitektur Enterprise (Enterprise

Architecture/EA) merupakan salah satu disiplin ilmu dalam dunia TI. Enterprise Architecture

adalah basis aset informasi strategis, yang menentukan misi, informasi dan teknologi yang dibutuhkan untuk melaksanakan misi, dan proses transisi untuk mengimplementasikan teknologi baru sebagai tanggapan terhadap perubahan kebutuhan misi [11]. Berdasarkan uraian tersebut, maka masalah yang dapat dirumuskan, yaitu: bagaimana penyusunan sistem evaluasi kinerja layanan menggunakan pendekatan TOGAF ADM dan bagaimana menerapkan teori

komputasi awan dalam penyusunan tata kelola TI untuk meningkatkan kualitas layanan

kesehatan bagi masyarakat.

2. METODE PENELITIAN

Penyusunan sistem evaluasi kinerja layanan berdasarkan konsep dan teori komputasi awan dengan pendekatan rekayasa sistem dalam mengembangkan tata kelola TI memerlukan prosedur dan pendekatan secara sistematis, terarah dan terukur. Penerapan metode terdiri dari penentuan tahapan, lokasi, teknik pengumpulan, dan analisis data, pendekatan model, rancangan dan sistem. Gambar 1 menunjukkan tahapan penelitian yang dilaksanakan.

(8)

Lokasi penelitian dilakukan di Rumah Sakit Stella Maris, dengan melibatkan responden yang berasal dari manajemen dan karyawan. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan dan wawancara. Tahapan dalam penelitian adalah (1) Memahami metode komputasi awan, (2) Mempelajari tata kelola TI rumah sakit, (3) Menentukan konsep rekayasa sistem, (4) Rancangan

layanan SaaS, PaaS dan IaaS, (5) Model rekayasa sistem komputasi awan, (6) Uji coba

rekayasa sistem, (7) Konfigurasi anarmuka komputasi awan, (8) Pengujian komputasi awan, (9)

Melakukan evaluasi model komputasi awan, (10) Penyusunan tata kelola TIberbasis komputasi

awan. Model yang digunakan sebagai pendekatan sistem menggunakan TOGAF ADM berbasis komputasi awan.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan dan wawancara di rumah sakit selama tahun 2012 hingga 2014 telah menunjukkan bahwa rumah sakit sangat membutuhkan sistem yang handal dan mampu melayani secara maksimal dengan memanfaatkan dan berbagi sumberdaya. Wawancara dilakukan terhadap responden yang telah ditentukan bersama rumah sakit dan telah melibatkan 14 orang yang terdiri dari manajer 8 orang (57,14%), tenaga medis 4 orang (28,57%), dan operator 2 orang (14,29%). Berdasarkan pendidikan responden telah diperoleh data untuk SMA berjumlah 2 orang (14,29%), S1 berjumlah 5 orang (35,71%), S1 spesialis berjumlah 3 orang (21,43%), dan S2 spesialis berjumlah 4 orang (28,57%). Lama kerja 2-10 tahun berjumlah 3 orang (21,43%), 10-20 tahun berjumlah 9 orang (64,29%) dan di atas 20 tahun berjumlah 2 orang (14,29%). Jenis kelamin laki-laki berjumlah 7 orang (50%) dan perempuan berjumlah 7 orang (50%).

Untuk dapat menjawab pertanyaan penelitian bagaimana penyusunan sistem evaluasi kinerja layanan menggunakan pendekatan TOGAF ADM dan bagaimana menerapkan teori

komputasi awan dalam penyusunan tatakelola TI untuk meningkatkan kualitas kinerja layanan

kesehatan bagi masyarakat maka perlu dilakukan tahapan dalam penelitian yang telah direncanakan dan didiskusikan kepada pihak rumah sakit, sebagai berikut:

1. Memahami Metode Komputasi Awan

Untuk dapat menggunakan teknologi komputasi awan, diperlukan pemahaman bagi

stakeholders terhadap metode yang relevan untuk diterapkan. Manajemen bersama seluruh karyawan perlu memiliki komitmen dalam penggunaan teknologi yang telah dituangkan dalam

blueprint. Hal ini merupakan suatu syarat dan menjadi pedoman dalam mengevaluasi kinerja layanan. Sebagai tahap awal telah diadakan sosialisasi dan rapat bersama manajemen.

2. Mempelajari Tata Kelola TI Rumah Sakit

Secara institusi yang melembaga, manajemen bertanggung jawab dalam penerapan teknologi komputasi awan. Kemampuan mengadopsi suatu teknologi berpengaruh pada tata kelola TI. Bagian Pengembangan Pelayanan Medis bersama Pengelola Data Elektonik (PDE) melakukan sosialisasi dan mengedukasi karyawan mengenai bagaimana membuat dan menerapkan tata kelola TI yang baik sehingga akan terjadi suatu hubungan serta terciptanya budaya kerja.

3. Menentukan Konsep Rekayasa Sistem

Konsep diperlukan untuk memberikan gambaran secara abstrak mengenai langkah yang harus dilakukan. Aplikasi kinerja layanan yang telah ada dibuat menggunakan pendekatan

CoBIT Framework versi 5 yang masih berlaku secara internal namun memiliki keterbatasan

karena bersifat lokal, teknologi intranet (server) dan terpusat di PDE, sehingga perlu

(9)

agar dapat diakses oleh masyarakat pengguna layanan kesehatan secara lebih luas. Gambar 2 dan 3 merupakan antarmuka aplikasi kinerja layanan yang telah dirancang sebelumnya dan dapat pula melakukan pengukuran kinerja layanan dalam bentuk pertanyaan, yaitu:

Gambar 2 Laman User Login Gambar 3 Laman Pertanyaan

Konsep yang dikembangkan adalah dari yang semula berlaku secara internal, sekarang

sistem evaluasi kinerja dapat di-hosting pada suatu tempat tertentu (provider) dengan

memanfaatkan layanan teknologi komputasi awan.

4. Rancangan Layanan SaaS, PaaS dan IaaS

Perancangan sistem evaluasi kinerja berdasarkan model layanan komputasi awan terdiri

dari Software as a Service (SaaS), yaitu menggunakan penyedia layanan aplikasi berbasis

jaringan komputer [12]. Hal ini untuk mempermudah dan menjangkau masyarakat dari berbagai

daerah di Sulawesi khususnya. Platform as a Service (PaaS), yaitu menciptakan sistem bagi

pelanggan berbasis komputasi awan seperti sistem evaluasi kinerja layanan, sistem registrasi

pasien, sistem keuangan, dan Infrastructure as a Service (IaaS), yaitu layanan proses

penyewaan, penyimpanan dan kapasitas jaringan dapat dilaksanakan untuk memastikan nilai efektifitas dan efisiensi dalam tata kelola TI yang baik dan benar.

5. Pendekatan Rekayasa Sistem Komputasi Awan

Pendekatan yang digunakan dalam membuat rekayasa sistem mengadopsi TOGAF ADM karena aplikasi yang pernah dibuat sebelumnya di rumah sakit menggunakan aplikasi

kinerja layanan CoBIT Framework. Pendekatan rekayasa sistem yang dikembangkan dalam

penelitian tersebut terdapat pada Gambar 4 berdasarkan hasil pemodelan bersama manajemen.

(10)

Untuk rekayasa sistem yang dikembangkan dari aplikasi kinerja layanan menjadi sistem evaluasi kinerja layanan mengadopsi pada pendekatan metode TOGAF ADM berbasis komputasi awan yang meliputi tahapan sebagai berikut [13] :

a. Fase Preliminary: Framework and Principles: Fase persiapan dibuat oleh manajemen rumah

sakit bersama stakeholders lain yang bertujuan untuk mengkonfirmasi komitmen dan

ketersediaan dari kebutuhan stakeholder. Cara yang dilaksanakan berupa penentuan

kerangka kerja (framework) dan penggunaan metodologi detil yang akan digunakan pada

pengembangan Enterprise Architecture (EA) di rumah sakit.

b. Fase A: Architecture Vision: Melalui fase ini stakeholder akan memperoleh suatu komitmen

manajemen terhadap fase ADM, dengan cara memvalidasi prinsip, tujuan dan pendorong

bisnis, dan mengidentifikasi stakeholder. Langkah untuk mencapaian tujuan dengan

memperoleh masukan (input) berupa permintaan untuk pembuatan suatu arsitektur, prinsip

arsitektur dan enterprise. Manajemen rumah sakit dapat memperoleh luaran (output) melalui

model antarmuka layanan informasi yang berupa (1) pernyataan persetujuan pengerjaan

arsitektur yang meliputi: scope dan konstrain serta rencana pengerjaan arsitektur, (2) prinsip

arsitektur termasuk prinsip bisnis rumah sakit, (3) Architecture Vision.

c. Fase B: Business Architecture: Manajemen menentukan langkah bisnis dengan cara (1) memilih sudut pandang terhadap arsitektur yang bersesuaian dengan bisnis serta memilih

teknik dan technology tools yang tepat dan relevan, (2) mendeskripsikan arsitektur bisnis

eksisting dan target pengembangannya serta analisis gap antara keduanya. Masukan untuk

fase B berasal dari luaran fase A, sedangkan luarannya adalah revisi terbaru dari hasil luaran

fase A ditambah dengan arsitektur bisnis eksisting dan target pengembangannya secara detil

serta hasil analisis gap, business architecture report dan kebutuhan bisnis yang telah

diperbaharui seperti pembaruan dari suatu aplikasi ke sistem evaluasi layanan kinerja. d. Fase C: Information Systems Architectures: Manajemen dapat mengembangkan arsitektur

target untuk data dan/atau domain aplikasi. Pada arsitektur data Bagian Electronic Data

Processing (EDP) rumah sakit menentukan tipe dan sumber data yang diperlukan untuk

mendukung bisnis dengan cara yang dimengerti oleh stakeholder. Pada arsitektur aplikasi

Bagian Humas dan Promosi menentukan jenis komunikasi pada aplikasi dan sistem yang dibutuhkan untuk pengolahan data dan mendukung proses bisnis yang terkait dengan layanan dan tanggapan terhadap informasi.

e. Fase D: Technology Architecture: pengembangan arsitektur teknologi target ditentukan berdasarkan kebutuhan layanan dan informasi terhadap pengukuran kinerja layanan dengan basis implementasi selanjutnya. Teknologi yang digunakan berbasis arsitektur komputasi awan.

f. Fase E: Opportunities and Solutions: fase yang menentukan manajemen dalam mengukur,

mengevaluasi dan memilih suatu cara pengimplementasian, mengidentifikasi parameter

strategis untuk perubahan, perhitungan cost dan benefit dari aktifitas pengadaan dan

pengerjaan serta menghasilkan suatu rencana implementasi secara keseluruhan berikut dengan strategi migrasinya. Terutama terhadap produk layanan informasi rumah sakit yang ditangani oleh Bagian Humas dan Promosi.

g. Fase F: Migration Planning: manajemen perlu menetapkan skala prioritas dengan

melakukan sorting implementasi pemetaan aktivitas berdasarkan prioritas dan daftar sebagai

basis bagi rencana detil implementasi dan migrasi. Hal ini untuk mempermudah pengukuran kinerja layanan.

(11)

i. Fase H: Architecture Change Management: skema perubahan terhadap layanan dilakukan untuk membentuk skema proses manajemen perubahan arsitektur secara periodik dan proposional bagi kebutuhan layanan. Perubahan dilakukan mengikuti perkembangan dalam tata kelola TI.

j. Requirements Management: manajemen perlu menyediakan proses pengelolaan kebutuhan

arsitektur disepanjang fase pada siklus ADM dengan cara mengidentifikasi berbagai

kebutuhan enterprise, menyimpan dan memberikannya kepada fase yang relevan untuk

direspon dan di follow-up.

6. Uji Coba Rekayasa Sistem

Untuk memastikan efektifitas penggunaan aplikasi kinerja layanan, diperlukan

keterlibatan stakeholders dalam berinteraksi. Melalui layanan komputasi awan setiap user dapat

melakukan login untuk memberikan respon. Secara manajemen bagian Humas dan Promosi

melakukan monitoring dengan didampingi oleh auditor profesional yang telah memiliki

sertifikat seperti CISA (Certified Information Systems Auditor).

7. Konfigurasi Antarmuka Sistem

Manajemen mengetahui informasi terhadap respon layanan yang diberikan kepada konsumen. Secara strategis manajemen akan mendapat masukan yang bersumber dari respon

stakeholder berupa saran dan kritikan yang dilakukan pada sistem pengukuran kinerja layanan dengan menggunakan konsep arsitektur komputasi awan. Model arsitektur sistem yang merupakan strategi tata kelola TI dibangun berdasarkan pendekatan EA [13], yang meliputi:

a. Desain antarmuka, perlu disediakan antarmuka yang meliputi model desain layanan

informasi untuk masyarakat umum, pasien, manajemen, dokter, tenaga perawat, laboratorium, administrasi, keuangan, keamanan dan bagian lain di rumah sakit. Sistem dan

aplikasi yang dapat digunakan berbasis web dan bersifat multi-platform sehingga dapat

diakses oleh berbagai technology tools seperti via komputer PC, laptop, smart phone, tab,

dan sebagainya.

b. Infrastruktur management, untuk mendukung layanan TI diperlukan penjabaran tugas (job

description) yang menjadi tanggung jawab manajemen bersama karyawan. Pembangunan infrastruktur dilakukan oleh bagian EDP yang bertugas untuk merencanakan,

mempersiapkan, memproses dan mengimplementasikan tata kelola TIsecara proporsional.

c. Pengklasifikasian, klasifikasi yang dibentuk berdasarkan hubungan antar stakeholder, seperti

pasien dengan bagian registrasi, pasien dengan dokter, pasien dengan kamar inap, pasien dengan laboratorium, dokter dengan laboratorium, dokter dengan apotik, pasien dengan apotik, pasien dengan bagian humas dan promosi, manajemen dengan bagian humas dan promosi, dokter dengan laboratorium, penyelenggara dengan manajemen, bagian humas dan promosi dengan manajemen dan masih banyak lagi peluang terhadap klasifikasi hubungan yang dapat terjadi.

d. Pendefinisian, setiap hubungan yang terjadi dalam klasifikasi, diperlukan pendefinisian

mengenai tugas dan peran masing-masing. Manajemen perlu membuat standar operasional prosedur (SOP). Standar ini menjadi pedoman dalam pengembangan model antarmuka melalui penerapan tata kelola TI yang mengadopsi konsep komputasi awan berbasis TOGAF ADM.

e. Rancangan koneksitas, pengembangan model antarmuka yang merupakan strategi dalam

membangun tata kelola TI yang baik bersumber dari evaluasi kinerja. Untuk membentuk rancangan koneksitas yang efektif dan terorganisir secara EA diperlukan metode adopsi.

8. Pengujian Komputasi Awan

Desain antarmuka yang dibangun berdasarkan kebutuhan interaksi online yang terjadi pada

(12)

rawat inap, registrasi laboratorium dan registrasi apotik. Antamuka yang dibangun berdasarkan

konsep komputasi awan. Model layanan terdiri dari SaaS: menggunakan penyedia layanan

aplikasi berbasis jaringan, PaaS: menciptakan aplikasi bagi pelanggan, dan IaaS: layanan proses

penyewaan, penyimpanan dan kapasitas jaringan. Beberapa jenis layanan yang dapat

dimanfaatkan dalam membangun interface, yaitu: Google Docs (file server), Gmail, Yahoo!,

MSN (MS Outlook, Apple Mail), SalesForce.com (SAP CRM/Oracle CRM/Siebel), Intacct/NetSuite (Quicken/Oracle Financials), Google Apps (Microsoft Office/Lotus Notes), Valtira (Office/Lotus Notes Google Apps Stellent), Amazon S3 (Off-site backup), Amazon EC2, GoGrid, Mosso (Server, racks, and firewall).

Model antarmuka sistem evaluasi kinerja layanan dapat diciptakan pada beberapa

bagian strategis rumah sakit, seperti layanan informasi pasien, dokter, perawat, manajemen,

penyelenggara dan masyarakat umum. TOGAF ADM memandang suatu EA ke dalam 4

kategori. Dalam manajemen rumah sakit dimungkinkan pola hubungan bisnis pada

penyempurnaan tata kelola TI yang tertuang dalam blueprint seperti gambar 5 yang terdiri dari:

arsitektur bisnis, aplikasi, data, dan teknologi. Berikut adalah penjelasan EA, yaitu: (1) Model proses bisnis yang terjadi dapat dirancang seperti transaksi yang berhubungan dengan pasien, dokter, pemeliharaan ruang (rawat inap), laboratorium, apotik dan berbagai produk layanan lain.

(2) Aplikasi yang dikembangkan dalam bentuk evaluasi layanan bagi stakeholders. (3) Data

berasal dari berbagai sumberdaya yang ada di rumah sakit. (4) Teknologi yang dapat diterapkan

menggunakan interface tools seperti gambar 6. Model antarmuka sistem yang dapat disediakan

bagi keperluan interaksi stakeholder terhadap evaluasi layanan disajikan dengan berbagai

technologytools seperti via komputer PC, laptop, smart phone, tab, dan sebagainya.

Gambar 5 Kategori EntrepriseArchitecture

Gambar 6 Model Interface Tools

Diagram konteks yang menggambarkan sistem evaluasi kinerja layanan. Hubungan

(13)

Gambar 7 Diagram Konteks

Navigasi web pada model antarmuka sistem evaluasi kinerja layanan berbasis teknologi

komputasi awan terdapat pada Gambar 8 dengan menggambarkan alur kerja sistem.

Gambar 8. Navigasi Web Evaluasi Kinerja

9. Melakukan Evaluasi Kinerja Layanan

(14)

Gambar 8 Menu Website Evaluasi Kinerja TOGAF ADM

Gambar 9 merupakan submenu evaluasi kinerja yang menggambarkan bagian yang terdapat pada menu utama yang terdiri dari konsumen, manajemen, bagian promosi dan humas, serta EDP.

Gambar 9 Desain Menu Web Evaluasi Kinerja

10. Penyusunan Tata Kelola TI

Penyusunan dilakukan dengan melibatkan stakeholders agar diperoleh hasil yang baik

(15)

telah sesuai dengan roadmap pengembangan tata kelola TI serta praktek baik (good practices) dalam penjaminan mutu tata kelola institusi. Gambar 10 berikut adalah antarmuka sistem evaluasi kinerja yang dikelola secara teknologi komputasi awan dengan memanfaatkan aplikasi visual atau berbentuk website.

Gambar 10 Tampilan Menu Sistem Evaluasi Kinerja

4. KESIMPULAN

Penyusunan sistem evaluasi kinerja layanan diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman dan mampu meningkatkan kinerja layanan kesehatan dan informasi bagi rumah sakit. Model yang digunakan harus berdasarkan pada standar yang didukung oleh teknologi komputasi awan, sehingga akan tercipta tata kelola TI yang baik, bersinergi dan berkarakter sesuai dengan praktek baik dalam penjaminan mutu internal tata kelola institusi rumah sakit.

5. SARAN

Diharapkan penelitian selajutnya dapat berfokus pada penilaian kinerja layanan

berdasarkan teori service quality.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemenristek Dikti dan Manajemen Rumah Sakit Stella Maris Makassar yang telah memberi dukungan financial terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

[2] Prabha R. M, Soolakshna D., Perunjodi Naidoo. 2010. Service Quality In The Public

Service. International Journal Of Management And Marketing Researc. Volume 3, Number 1.

[3] Daniel J. Abadi. 2009. Data Management in the Cloud: Limitations and Oppor-tunities.

IEEE Data Engineering Bulletin. Volume 32, March, 3-12.

[4] ITGI. 2000. IT Governance Institute: Board briefing on IT governance. www.itgi.org.

[5] Rittinghouse, J.W., and Ransome, J.F. 2010. Cloud Computing Implementation,

Management, and Security, New York: Taylor and Francis Group.

[6] Saptadi N.T.S, Chyan P. 2014. Model Penyusunan Blueprint Information Technology

Governance Di Rumah Sakit, Prosiding Konferensi Nasional Sisem Informasi (KNSI), ISSN: 2355-1941, STEI ITB dan STMIK Dipanegara, Makassar.

[7] Wiryomartani. 2004. Model Audit Sistem Informasi pada Perencanaan dan Implementasi

Sistem studi kasus Sistem Informasi Rumah Sakit Borromeus. http://if.lib.itb.ac.id/go.php. Diakses tanggal 12 Juni 2006.

[8] Yunas, Fikrie.2006. Penerapan COBIT Framework dalam konteks Perencanaan Strategis

Teknologi Informasi : Studi Kasus di PT. Pupuk Kalimantan Timur, Tbk. Skripsi Tidak Terpublikasi. Yogyakarta: Jurusan Teknik Elektro, Universitas Gadjah Mada.

[9] Hariguna T., Berlilana. 2011. Isu Cloud Computing E-Government di Indonesia 2014,

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Aplikasinya (SNATIKA), Malang.

[10] The Open Group. Http://pubs.opengroup.org. Diakses tanggal 17 Juni 2014.

[11] IBM. 2011. Cloud Computing Reference Architecture v2.0

[12] Saptadi N.T.S, Marwi H.C. 2015. Services Performance Evaluation Interface Model Of

Cloud Computing Based Architecture To Build Strategic IT Governance, Prosiding Seminar Nasional Teknologi dan Rekayasa (Sentra), ISBN: 978-979-796-238-6, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur.

[13] Saptadi N.T.S, Marwi H.C. 2015. Engineering Models Design On Performance

(17)

Implementasi Metode Interpolasi

Bicubic

Modifikasi pada

Proses

Downsampling

Citra

Ferdyansyah Wijaya*1, Reynard Saputra2, Derry Alamsyah3

1,2,3STMIK GI MDP, Jalan Rajawali No.14 Palembang, 0711-376400

Jurusan Teknik Informatika, STMIK GI MDP, Palembang

e-mail: *1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]

Abstrak

Proses downsampling digunakan untuk memperkecil resolusi dari sebuah citra dengan menghilangkan sebagian piksel, hal itu berpengaruh pada kualitas citra yang dihasilkan. Untuk menjaga kualitas citra, maka metode interpolasi Bicubic modifikasi digunakan dalam proses downsampling. Interpolasi bicubic modifikasi merupakan modifikasi dari interpolasi bicubic dengan kualitas yang sama dan waktu pemrosesan yang lebih cepat. Maka pada penelitian ini akan dibahas mengenai implementasi metode interpolasi bicubic modifikasi pada proses downsampling citra yang dilakukan dengan menghitung 16 nilai piksel terdekat yang terdapat pada citra input dan dihasilkan nilai piksel baru. Pengujian dilakukan pada 2 (dua) jenis citra yaitu RGB dan grayscale. Masing-masing jenis dibagi menjadi 2 (dua) format citra yaitu JPG dan BMP. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ukuran file citra output paling stabil pada citra JPG RGB dengan range 300 – 400 KB dan citra JPG grayscale dengan range 0 – 50 KB. Waktu pemrosesan tercepat pada citra JPG RGB dengan range 200 – 300 KB, sedangkan untuk citra grayscale skala 25% pada citra JPG dengan range 150 – 200 KB, skala 50% pada citra JPG dengan range 0 – 500 KB dan skala 75% pada citra BMP. PSNR tertinggi dihasilkan oleh citra JPG RGB dengan range 100 – 200 KB dan citra JPG grayscale dengan range 0 – 50 KB.

Kata kunci— Downsampling, interpolasi, bicubic

Abstract

Downsampling process is used to reduce the image resolution by eliminating some pixels, so it will affect the quality of output image. To keep the quality, modified bicubic interpolation method is used in the downsampling process. Modified bicubic interpolation is a modification of bicubic interpolation with same quality and faster processing time. This paper will discuss about the implementation of modified bicubic interpolation method on the image downsampling process by computing 16 nearest pixel values on the input image to produce pixel values for output image. Modified bicubic interpolation is tested at 2 (two) image types, RGB and grayscale. Each type is consist of 2 (two) format, JPG and BMP. Experimental results show that the most stable output size is from JPG RGB with 300 – 400 KB range and from JPG grayscale with 0 – 50 KB range. The fastest processing time is from JPG RGB with 200 – 300 KB range and for the grayscale on 25% scale from JPG with 150 – 200 KB range, 50% scale from JPG with 0 – 50 KB range and 75% scale from BMP. The highest PSNR value is from JPG RGB with 100 – 200 KB range and from JPG grayscale with 0 – 50 KB range.

(18)

1. PENDAHULUAN

eknologi komunikasi seperti smartphone memberikan kemudahan dalam pengiriman data,

salah satu data yang sering dibagikan adalah citra digital dengan berbagai ukuran dan kualitas yang semakin baik. Kemudahan tersebut juga didukung dengan adanya jaringan

internet. Internet merupakan metode yang digunakan untuk berkomunikasi di antara sembarang

jaringan, penggandaan dan jaringan packet-switched [1]. Banyak Internet Service Provider

(ISP) yang menyediakan layanan jaringan internet dengan besaran bandwidth tertentu

tergantung pada biaya sewa pelanggan. Bandwidth merupakan semua sistem komunikasi

elektronik yang mengirimkan informasi dengan memancarkan energi elektromagnetik [2].

Untuk pengiriman citra digital dengan ukuran yang besar dibutuhkan bandwidth internet yang

besar, sementara masing-masing ISP membatasi penggunaan bandwidth. Semakin kecil

bandwidth yang diberikan oleh ISP, akan semakin lama pengiriman citra yang berukuran besar. Dengan ukuran citra yang telah diperkecil, pengiriman citra akan relatif singkat meskipun

dengan bandwidth yang tidak terlalu besar. Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan

pengecilan untuk citra yang berukuran besar atau sering juga disebut image downsampling.

Masalah yang terjadi setelah ukuran citra diperkecil yaitu berkurangnya kualitas dari

citra tersebut. Karena dalam proses downsampling terjadi pengurangan piksel-piksel yang ada

pada citra [3]. Beberapa teknik downsampling diciptakan untuk menjaga kualitas citra seperti

downsampling dengan DWT, downsampling dengan Genetic Algorithm dan DWT,

downsampling dengan Interpolasi, dan sebagainya. Downsampling dengan Interpolasi memiliki

kualitas hasil yang baik dengan rata-rata Peak Signal to Noise Ratio (PSNR) = 31 dB dan waktu

komputasi yang relatif singkat [4][5][6]. Interpolasi merupakan proses penambahan titik-titik data baru yang dihasilkan dari perhitungan titik-titik yang sudah ada sebelumnya [7].

Terdapat beberapa jenis Interpolasi diantaranya NearestNeighbour, Bilinier, Bicubic,

Bicubic modifikasi dan sebagainya. Interpolasi Bicubic adalah salah satu interpolasi yang sering

digunakan karena memiliki kualitas hasil yang baik [8]. Pada Interpolasi Bicubic modifikasi

terdapat beberapa perubahan pada proses komputasi, sehingga dapat mengurangi waktu

perhitungan floatingpoint yang terjadi pada interpolasi Bicubic [5]. Pada penelitian ini akan

dibahas mengenai Implementasi Metode Bicubic Modifikasi Pada Proses Downsampling Citra.

2. METODE PENELITIAN

Berikut adalah tahapan-tahapan yang akan dilakukan untuk mengimplementasikan

interpolasi Bicubic modifikasi dalam proses downsampling citra:

2.1 Studi Literatur

Interpolasi Bicubic modifikasi merupakan hasil pengembangan dari metode interpolasi

Bicubic standar. Modifikasi yang terjadi pada beberapa komputasi dapat mengurangi jumlah

perhitungan floatingpoint sehingga waktu komputasi menjadi relatif singkat [5]. Interpolasi

Bicubic modifikasi menggunakan perhitungan yang sedikit berbeda dengan interpolasi Bicubic

standar. Pada saat perhitungan interpolasi Bicubic modifikasi digunakan polinom Lagrange

derajat 3 [9] seperti berikut:

(19)

𝐿𝑖(𝑥) = ∏3𝑗=0,𝑗 ≠𝑖(𝑥(𝑥−𝑥𝑖−𝑥1𝑗)) (3)

Data yang dibutuhkan adalah data berupa citra RGB dan grayscale dengan ukuran 960 x

720 piksel. Jika ukuran citra lebih besar daripada ukuran yang ditentukan, maka citra tersebut

akan di-cropping secara otomatis menjadi 960 x 720 piksel.

2.3 Perancangan Sistem

Rancangan sistem untuk implementasi metode interpolasi Bicubic modifikasi pada

proses downsampling citra ditunjukkan pada Gambar 1.

Gambar 1 Rancangan Sistem Interpolasi Bicubic Modifikasi pada Proses Downsampling

Pada proses interpolasi terdapat fungsi 𝑓(𝑥, 𝑦) = ∑3𝑖=0∑3𝑗=0𝑎𝑖𝑗𝐼𝑖𝑗 yang meruapakan

hasil perkalian matriks citra I dan variabel 𝑎𝑖𝑗 yang didapat dari polinomial Lagrange. Untuk

algoritma interpolasi Bicubic modifikasi dirancang dalam sebuah flowchart yang ditunjukkan

(20)

(x-x1)*(x-x2)*(x-x3)/((x4-x1)*(x4-x2)*(x4-x3))]

y = 1

Gambar 2 Algoritma Interpolasi Bicubic Modifikasi

2.4 Implementasi

Rancangan sistem yang telah dibuat akan diimplementasikan menjadi sebuah program.

Implementasi interpolasi Bicubic modifikasi dalam proses downsampling citra menjadi sebuah

program menggunakan bahasa pemrograman Matlab.

2.5 Uji Coba dan Analisis Hasil

Proses pengujian dinilai dari ukuran file citra output, waktu pemrosesan dan kualitas

citra. Untuk mengukur kualitas citra digunakan PSNR. PSNR merupakan rasio antara nilai

maksimum sebuah sinyal dan nilai noise yang berpengaruh pada sinyal tersebut [3]. Semakin

besar nilai PSNR maka akan semakin tinggi kualitas dari citra output [10].

PSNR = 10. Log 𝑀𝐴𝑋𝑖2

√𝑀𝑆𝐸 = 20. Log

𝑀𝐴𝑋𝑖

(21)

Keterangan :

PSNR = nilai PSNR citra (dalam dB)

MAXi = nilai maksimum piksel

MSE = nilai MSE

Dimana,

MSE = 1

𝑚𝑛∑ ∑ ‖𝐼 𝑖, 𝑗 − 𝐾 𝑖, 𝑗‖𝑚𝑖 𝑛𝑗 2 (8)

Keterangan :

MSE = nilai Mean Square Error

m = panjang citra (dalam piksel)

n = lebar citra (dalam piksel)

(i , j) = koordinat masing-masing piksel

I = nilai bit citra pada koordinat i , j

K = nilai keabuan pada koordinat i , j

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tampilan sistem hasil implementasi metode interpolasi Bicubic modifikasi pada proses

downsampling dapat dilihat pada Gambar 3. Untuk melakukan proses downsampling, terlebih dahulu menekan tombol Buka Citra untuk memilih citra input yang akan diperkecil. Kemudian

pilih skala downsampling yang akan digunakan. Tekan tombol Interpolasi untuk melakukan

proses downsampling. Citra output akan ditampilkan bersama dengan rincian dari citra tersebut

seperti ukuran file, resolusi, waktu pemrosesan, MSE dan PSNR.

Gambar 3 Tampilan Hasil Implementasi Sistem

Pengujian program untuk mengimplementasikan interpolasi bicubic modifikasi pada

proses downsampling citra menggunakan 160 buah sampel citra, terdiri dari 80 (delapan puluh)

citra RGB yang dibagi menjadi 2 format citra yaitu 40 (empat puluh) format JPG serta 40

(empat puluh) format BMP dan 80 (delapan puluh) citra grayscale yang dibagi menjadi 2 format

citra yaitu 40 (empat puluh) format JPG serta 40 (empat puluh) format BMP. Pengujian dinilai

(22)

untuk menilai kualitas citra hasil downsampling. Hasil pengujian dengan skala 25% yang

ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Pengujian dengan Skala 25%

Jenis

Ukuran File Output Waktu

Pemrosesan PSNR

yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Hasil Pengujian dengan Skala 50%

Jenis

Ukuran File Output Waktu

(23)

Untuk skala 50%, ukuran file output paling stabil dilihat dari nilai varian terendah

yang ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Hasil Pengujian dengan Skala 75%

Jenis

Ukuran File Output Waktu

Pemrosesan PSNR

format JPG dengan range 0-50 KB pada jenis grayscale.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengujian dan analisis, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Untuk menjaga kualitas citra hasil downsampling dapat digunakan interpolasi Bicubic

modifikasi dengan menghitung 16 nilai piksel terdekat yang terdapat pada citra input dan

dihasilkan nilai piksel baru sehingga nilai piksel pada citra output akan serupa dengan nilai

piksel pada citra input.

2. Interpolasi Bicubic modifikasi dapat menghasilkan ukuran file citra output yang paling stabil

pada citra dengan jenis RGB dan format JPG dengan range 300 – 400 KB. Untuk jenis

grayscale, ukuran file citra output yang paling stabil pada citra dengan format JPG dengan

(24)

3. Waktu pemrosesan untuk citra jenis RGB memiliki waktu pemrosesan tercepat pada citra

format JPG dengan range 200 – 300 KB. Sedangkan untuk citra jenis grayscale, pada skala

25% waktu tercepat terdapat pada citra format JPG dengan range 150 – 200 KB, pada skala

50% waktu tercepat terdapat pada citra format JPG dengan range 0 – 50 KB dan pada skala

75% waktu tercepat terdapat pada citra format BMP.

4. Nilai PSNR tertinggi pada citra jenis RGB dihasilkan oleh citra dengan format JPG dengan

range 100 – 200 KB. Pada citra jenis grayscale nilai PSNR tertinggi dihasilkan oleh citra

dengan format JPG dengan range 0 – 50 KB. Semakin tinggi nilai PSNR maka akan semakin

tinggi kualitas dari citra output.

5. SARAN

Berikut adalah beberapa saran yang diberikan responden selama implementasi dan pengujian.

1. Penelitian bisa dikembangkan dengan metode interpolasi lain yang menghasilkan

kualitas citra yang lebih baik atau metode interpolasi lain dengan waktu lebih cepat.

2. Penelitian mengenai interpolasi Bicubic modifikasi dapat diimplementasikan pada

sistem operasi lain seperti Android, iOS, Linux, dan lain-lain.

3. Menggunakan format citra selain BMP dan JPG seperti TIF, PNG, IMG, dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Stallings, W., 2011, Komunikasi Data dan Komputer, Salemba Infotek, Jakarta.

[2] Ariyus, D., 2008, Komunikasi Data, Andi Offset, Yogyakarta.

[3] Jagadeesan, N. dan Parvathi, R.M.S 2014, An Efficient Image Downsampling Technique

Using Genetic Algorithm and DWT, Journal of Theoretical and Applied Information Technology.

[4] Remimol, 2014, A Method of DWT With Bicubic Interpolation for Image Scaling,

International Journal of Computer Science Engineering (IJCSE), Vol. 3, No. 02.

[5] Suresh C.,Sanjay S., Ravi S., dan Anil K.S., 2013, A Comparative Analysis of Image

Scaling Algorithms, I.J.Image, Graphic and Signal Processing, Vol. 5, h. 55-62.

[6] Han, D., 2013, Comparison of Commonly Used Image Interpolation Methods, Proceedings

of the 2nd International Conference on Computer Science and Electronics Engineering (ICCSEE), Atlantis Press, Paris, France.

[7] Dodi, 2013, Segmentasi Citra Akibat Pembesaran dengan Metode Interpolasi Linier, Pelita

Informatika Budi Darma, Vol. 3, No. 2, Medan.

[8] Ivando A., dan Erwin J., 2014, Implementasi Metode Interpolasi Bicubic Modifikasi untuk

Perbaikan Citra Hasil Penskalaan, Skripsi, STMIK GI MDP, Palembang.

[9] Munir, R., 2010, Metode Numerik, Informatika, Bandung.

[10] Ginanjar, 2006, Perbandingan Implementasi Interpolasi Nearest Neighbour dan Bilinier

(25)

Analisis Kelayakan Investasi Manajemen Aset pada

Distribusi Jaringan Listrik dengan

Information Economic

Nunuk Wahyuningtyas*1, Erma Suryani2

1,2 Jurusan Sistem Informasi, Fakultas Teknologi Informasi, Institut Teknologi Sepuluh

Nopember Surabaya

Kampus Keputih, Sukolilo Surabaya 60111 Telp : (031)5999944, Fax : (031) 5964965

e-mail: *1[email protected], 2[email protected]

Abstrak

PLN sebagai instansi pemberi jasa pelayanan terhadap masyarakat, harus memberikan pelayanan yang maksimal terhadap para pelanggannya. Sistem distribusi tenaga listrik merupakan bagian dari aset utama terus mengalami perkembangan, untuk itu diperlukan peningkatan kualitas pengelolaan aset yang baik. Dalam penelitian ini akan dilakukan analisis keputusan investasi terkait manajemen aset dengan menggunakan metode sistem dinamik yang memungkinkan untuk mempelajari dan memahami perilaku dinamika sistem, sebagai sarana untuk membuat keputusan investasi manajemen. Didukung dengan penilaian investasi menggunakan metode Information Economic hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada manajemen PLN dalam menentukan penilaian layak tidaknya investasi tersebut. Berdasarkan hasil skenario, perlu penggantian aset kabel saluran rumah dan gardu transformer. Kemudian dilakukan analisa dengan metode information economic, skor akhir investasi kabel saluran rumah dan gardu transformer pada PLN Pamekasan sebesar 38 ini termasuk dalam kategori “Cukup” berdasarkan table Predikat Proyek IE. Artinya bahwa investasi tersebut memang layak dilakukan oleh manajement PLN.

Kata kunci : sistem dinamik, information economic, keputusan investasi

Abstract

PLN as institutions of public service providers, must provide the maximum service to its customers. Electrical power distribution system is part of the main asset continues to develop, it is necessary for improving the quality of good asset management. In this study will be carried out analysis of investment decisions related to asset management by using a dynamic system that makes it possible to study and understand the dynamic behavior of a system, as a means to make investment decisions management. Backed by an investment appraisal method Economic Information this research can provide input to the PLN management in determining the appropriateness of the investment appraisal. Based on the results of the scenario, it should be the replacement of the cable assets of tract homes and substation transformers. Then analyzed by the method of economic information, the final score line cord investment houses and substation transformers at PLN Pamekasan by 38 is included in the category of "Enough" is based on IE Projects Predicate table. It means that the investment is indeed feasible by Management of PLN.

(26)

1. PENDAHULUAN

T. Perusahaan Listrik Negara Persero (PT. PLN) sebagai Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk Perusahaan Perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan tujuan perusahaan yaitu menjalankan usaha penyediaan tenaga listrik yang meliputi kegiatan pembangkitan, penyaluran, distribusi tenaga listrik, perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik.

Sistem distribusi tenaga listrik yang merupakan bagian dari aset utama terus mengalami perkembangan sesuai kebutuhan masyarakat, untuk itu diperlukan peningkatan kualitas pengelolaan yang baik dengan mengikuti perkembangan teknologi secara aktif dan sistematis serta didukung oleh peralatan-peralatan yang berkualitas dan memadai. Dalam penelitiannya [1] menyebutkan bahwa keandalan aset merupakan hal penting untuk mengukur kinerja system transmisi. Namun, keandalan bergantung dari banyak factor yang digunakan untuk perhitungan tingkat keandalan transmisi seperti, kegagalan per satuan waktu dengan konsekuensi pada pelanggan, ketidaktersediaan tenaga listrik, ataupun factor lainnya.

Kondisi cuaca di daerah Madura cukup ekstrim dengan tingkat kelembaban yang tinggi, sehingga mengakibatkan asset PLN menjadi lebih mudah mengalami kerusakan daripada di pulau Jawa. Faktor minimalnya dana dan personil perawatan asset sangat memperburuk kondisi asset jaringan energi listrik di Madura [2]

Dalam penelitian ini, akan lebih ditekankan pada metode system dynamic yang

merupakan pendekatan dalam pengembangan model untuk menganalisis kondisi aset saat ini, Dari hasil skenario aset yang diperoleh, akan dianalisis terkait kelayakan investasi lebih lanjut

dengan menggunakan metode information economic. Analisis investasi ini digunakan untuk

membandingkan antara biaya yang dikeluarkan (cost) dengan manfaat yang diperoleh (benefit) dari investasi yang akan dilakukan

2. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode system dynamik untuk

menganalisis kondisi aset saat ini dan information economic digunakan untuk menganalisa

kelayakan investasi.

2.1 Sistem Dinamik

Sistem dinamik merupakan pendekatan dengan bantuan komputer untuk menganalisa dan mendesain suatu kebijakan. Secara harfiah setiap sistem dinamik ditandai dengan ketergantungan, interaksi mutualisme, umpan balik informasi, dan perputaran sebab akibat [3]. Sistem dinamik menggunakan model simulai untuk memahami dinamika perilaku sistem yang kompleks dan mendesain kebijakan yang lebih efektif [4]. Dalam metode ini kita dapat mempelajari dan memahami perilaku dinamika sistem dan juga dapat digunakan untuk menganalisa dan mendesain kebijakan sebagai sarana untuk membuat keputusan dan meningkatkan kinerja sistem.

Pendekatan sistem dinamik merupakan metode pemecahan masalah yang dimulai dengan pendefinisian masalah secara dinamis dari waktu ke waktu, kemudian dilakukan tahap pemetakan dan pemodelan variabel signifikan yang mempengaruhi. Setelah variable-variabelnya sudah mencukupi, tahapan selanjutnya yaitu pengembangan stock and flow diagram. Pada tahap ini proses yang dilakukan yaitu identifikasi arus masuk atau akumulasi (level) dalam sistem dan arus keluar (rate). Tahapan terakhir adalah pengembangan model dan disimulasikan dengan bantuan komputer lalu mengumpulkan pemahaman dan kebijakan yang berlaku dari model yang dihasilkan [3].

(27)

Setelah itu model divalidasi dengan dua cara yaitu perbadingan rata-rata (Mean Comparison) dan perbandingan variasi amplitudo (Variance Comparison) [5]. Setelah model divalidasi, dilanjutkan dengan pembuatan skenario untuk memperbaiki kinerja sistem sesuai dengan tujuan. Proses terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari hasil output model simulasi dan penerapan model pada sistem.

2. 2 Information Economic

Information economic (IE) adalah suatu ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengkuantifikasi investasi perusahaan dalam bidang teknologi informasi (TI), yang biasanya sulit untuk dihitung karena benefit yang diberikan dari investasi dalam bidang IT sebagian besar

bersifat intangible [6]. Pada metode IE, ditentukan melalui kombinasi dari analisis enchanced

ROI, penilaian bidang bisnis (Business Domain), dan penilaian bidang teknologi (Teknology Domain) sebagaimana tercantum dalam kerangka kerja IE yang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Frame Work Information Economic

Berdasarkan kerangka kerja Information Economic (IE) (Gambar 1), ada dua

pendekatan yang dilakukan dalam menilai investasi TI, yaitu pendekatan Keuangan(Finansial

Approach) dan pendekatan non-Keuangan (Non-Fianasial-Approach). Hasil dari kedua pendekatan tersebut selanjutnya dihitung berdasarkan pembobotan yang terkait dengan nilai

organisasi (corporate value) untuk dapat diketahui skor proyek IE (IE Score).

Pendekatan pertama yang dilakukan dalam kerangka kerja IE adalah pendekatan

keuangan (Finansial Approach). Ada dua hal yang dianalisis dalam pendekatan ini, yaitu

(28)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini akan dilakukan beberapa tahapan baik dalam membangun sistem

dinamik maupun menganalisa dengan information economic.

3.1 Pengembangan Model Sistem Dinamik

Aset-aset PLN dikaitkan dengan beberapa variabel, termasuk dalam hal ini adalah faktor masa/usia aset. Semakin mendekati batas usia, frekuensi kerusakan aset semakin tinggi. Jenis Aset PLN yang digunakan di Pamekasan dibagi menjadi 4 yaitu Jaringan Tegangan Menengah(JTM), Jaringan Tegangan Rendah(JTR), Gardu Distribusi dan Sambungan Tenaga Listrik(Rumah/Pelayanan). Causal Loop Diagram dari keterkaitan jenis aset PLN terhadap kondisi aset dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2 CLD keterkaitan jenis aset PLN terhadap kondisi aset

Gambar 2 menggambarkan tentang variable-variabel yang terkait pada jenis aset PLN, diantaranya adalah kondisi aset, pelanggan, pendapatan PLN dan variable pendukung lainnya.

3.2 Simulasi

Simulasi kondisi aset dikelompokkan sesuai tahun instalasi. Hasil dari simulasi menunjukkan penurunan rata-rata kondisi aset sebesar 1,79%. Hasil running model untuk keterkaitan kondisi aset dengan Information economic dapat dilihat pada Gambar 3.

(29)

Gambar 3 menunjukkan grafik rata-rata kondisi aset dari tahun 1974 sampai dengan tahun 2013. Dimana pada tahun 2010 kondisi aset menunjukkan 50% sehingga ada beberapa aset yang perlu dilakukan penggantian.

3.3 Validasi

Hasil running model yang sudah dibuat (Gambar 3), selanjutnya divalidasi dengan melihat perbandingan rata-rata dan perbandingan variasi amplitude, dimana suatu model akan

dianggap valid jika E1 < 5% dan E2 < = 30%. Hasil simulasi variable susut teknis telah valid

E1= 0,81% dan E2= 0,39% maka dianggap valid.

3.4 Skenario

Model yang sudah valid dapat digunakan sebagai rujukan untuk membuat skenario rencana perawatan dan penggantian aset PLN Pamekasan. Dari hasil skenario diperoleh beberapa rekomendasi penggantian aset, yang dipengaruhi oleh penurunan kondisi aset serta usia aset yaitu Kabel SR sepanjanjang 703.346 meter, serta gardu transformer sebanyak 276 unit.

3.4.1 Klasifikasi dan Analisis Data Information Economic

Ada dua aspek utama yang menjadi pertimbangan dalam perhitungan layak atau tidaknya investasi itu dilakukan, yaitu seberapa besar biaya yang dikeluarkan (cost) dan manfaat yang didapatkan(benefit). Cost dalam hal ini terdiri dari biaya awal pembelian, operasional dan perawatan. Sedangkan benefit adalah seluruh manfaat dari penggantian asset tersebut baik manfaat secara finansial maupun non-finansial. Pengklasifikasian atas biaya dan manfaat dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Tabel Potensi Cost dan Benefit Aset

Biaya(Cost)

No Potensi Biaya Klasifikasi Metode Pengukuran

Value Aspek

1. Biaya pembelian asset baru Finansial Tangible Cost Analysis

2. Biaya operasional dan perawatan Finansial Tangible Cost Analysis

Manfaat(Benefit)

3. Information Quality Non Finansial Intangible Kuesioner

4. System Quality Non Finansial Intangible Kuesioner

5. Service Quality Non Finansial Intangible Kuesioner

Tabel 1 menjelaskan tentang klasifikasi mana yang termasuk finansial dan mana yang masuk nonfinansial. Dari sana diketahui cara pengukurannya, bahwa untuk finansial perhitungan biaya, sedangkan untuk nonfinansial, kita bisa menggunakan kuesioner.

3.6 Tangible Value

Tangible Value merupakan nilai yang dapat dihitung, sebagaimana disebutkan diatas bahwa dari sisi Tangible dapat berupa biaya pembelian aset, biaya operasional aset maupun biaya pendapatan dari aset, dimana ketiganya merupakan analisa biaya. Data keuangan ini diperoleh dari wawancara dengan pihak PLN Pamekasan. Data tersebut kemudian di analisis

menggunakan simple ROI(Return on Investment) sebagaimana ditampikan pada Tabel 2.

(30)

Tabel 2 Tabel Biaya Aset

Aset yang akan

diganti Jumlah Harga Satuan Total Biaya Dalam Rupiah Kabel SR 703.346

meter $ 459,00 per 1 km $ 322.835,82 Rp 4.082.258.913,24 Gardu/

Transformer

267

unit $ 3.000,00 per unit $ 801.000,00 Rp 10.128.645.000,00

Total Rp 14.210.903.913,24

Dengan mengacu pada data dari PLN Pamekasan tahun 2013, bahwa realisasi pendapatan sebesar Rp. 3.159.558.098,- dan penggunaan biaya operasional rata-rata sebesar Rp. 19.429.965.681,-

ROI =Cost of InvestmentProfit 𝑥 100% (1)

Dimana Profit adalah pendapatan PLN dikurangi dengan biaya operasional sedangkan Cost of

Investment adalah biaya investasi aset. Sehingga dari rumus tersebut diperoleh hasil ROI =

−1,33562809%, jika dibulatkan diperoleh nilai ROI -1,34%. Jika dilihat pada Tabel 3, angka tersebut memiliki score 0

Tabel 3 Tabel Simple ROI

Score 0 1 2 3 4 5

Simple ROI < 0% 1% -299% 300% - 499% 500% - 699% 700% - 899% > 900% 3.7 Intangible Value

Data Intangible di dapatkan dari hasil kuesioner. Pertanyaan dalam kuesioner berpedoman pada pernyataan-pernyataan yang terdapat pada tabel survey aspek bisnis dan tekhnologi dari Parker 1988. Pertanyaan tersebut disesuaikan tema investasi manajemen aset PLN. Kuesioner dilakukan terhadap pihak manajemen PLN, yang terdiri dari General Manajer, Manajer Pelayanan Pelanggan, Manager Transaksi Energi, Manager Jaringan. Daftar pertanyaan dapat dilihat pada lampiran, sedangkan hasil kuesioner dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Tabel Hasil Kuesioner

Resp 1 Resp 2 Resp 3 Resp 4 MEAN

BUSINESS DOMAIN

SM 4 3 4 4 3.75

CA 2 2 3 2 2.25

MIS 5 3 4 3 3.75

CR 2 3 3 5 3.25

OR 2 2 3 2 2.25

TECHNOLOGY DOMAIN

DU 1 0 1 1 0.75

TU 1 0 1 0 0.5

SA 1 1 1 4 1,75

IR 1 1 2 0 1

(31)

3.8 Perhitungan Skor IE

Skor akhir dihitung berdasarkan skor ROI, skor business domain, dan skor Technology

Domain yang telah didapatkan pada perhitungan sebelumnya. Setiap skor tersebut dikalikan

dengan bobot sesuai dengan corporate values. Hasil dan perhitungan untuk skor akhir dapat

dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tabel Perhitungan skor IE akhir

ROI Business Domain Technology Domain TOTAL SM CA MIS CR OR DU TU SA IR

Skor 0 3.75 2.25 3.75 3.25 2.25 0.75 0.5 1,75 1

38

Bobot 2 0 0 2 8 -2 -4 -4 8 0

Proj Score 0 0 0 7.5 26 -4.5 -3 -2 14 0

Dari perhitungan IE Scorecard (Tabel 5), dapat diambil analisa sebagai berikut:

- Skor akhir proyek 38 menunjukkan bahwa investasi Kabel SR dan Gardu Transformer pada

PLN Pamekasan menghasilkan benefit (manfaat) yang lebih banyak daripada resiko yang didapatkan dari implementasi sistem tersebut.

- Sebagaimana dicantumkan dalam Tabel 6, tabel predikat proyek dalam metode Information

Economic, proyek investasi Kabel SR dan Gardu Transformer pada PLN Pamekasan ini

masuk dalam kategori Cukup. Sehingga investasi tersebut cukup layak untuk diadakan.

Tabel 6 Tabel Predikat Proyek dalam IE

Skor Proyek Predikat

Setelah dilakukan skoring IE, maka dapat dimodelkan keterkaitan kondisi aset terhadap kelayakan investasi, sebagaimana diperlihatkan pada Gambar 5.

Gambar 5 Keterkaitan Jenis Aset PLN terhadap Information Economic

(32)

Gambar 5 menunjukkan model dari kondisi aset JTR yang akan dianalisa kelayakannya dengan

perhitungan Information Economic yang melibatkan komponen Technology Domain dan

Bussines Domain.

4. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian terdapat beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Skenario yang diperoleh dari hasil pemodelan selain penggantian aset, juga dilakukan

perawatan aset sebagai kegiatan rutin setiap tahunnya.

2. Dengan skor minimal suatu proyek -50 dan skor maksimum suatu proyek 100, skor akhir

investasi Kabel SR dan Gardu Transformer pada PLN Pamekasan sebesar 38ini termasuk

dalam kategori “Cukup” berdasarkan table Predikat Proyek IE. (Tingkatan Predikat Proyek

: Sangat Kurang, Kurang, Cukup, Baik, Sangat Baik)

3. Penerapan metode Information Economic untuk menganalisa kelayakan aset PLN masih

kurang pas, karena materi kuesioner yang terkandung di dalamnya lebih kepada aset Teknologi Informasi.

4. Yang disarankan dari penelitian yang dibuat adalah lebih jeli dalam menentukan

variable-variabel, karena dalam penelitian ini untuk quesy tangible nya tidak terlalu nampak.

5. SARAN

Yang yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian corporate values harus dilakukan secara mendalam. Karena hasilnya akan sangat

mempengaruhi nilai pembobotan dalam IE Scorecard. Dan hasil pembobotan tersebut sangat berpengaruh terhadap skor akhir proyek.

2. Penggalian benefit (baik langsung maupun tak langsung) dari system hendaknya dilakukan

lebih mendalam, terutama untuk manfaat dari aspek quasi tangible. Kejelian peneliti dalam proses kuantifikasi tersebut sangat diperlukan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada PLN Pamekasan yang bersedia menjadi obyek penelitian dan bersedi memberikan data untuk kebutuhan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Crisp, J. J. (2004). Asset Management in Electricity Transmission Enterprises: Factors that

affect Asset Management Policies and Practices of Electricity Transmission Enterprises and their Impact on Performance. Brisbane: Queensland University of Technology.

[2] Tatan, Ardiansyah, A., & Jelsy. (2014, Februari 3). Wawancara Tentang Manajemen Aset PLN Pamekasan (E. Suryani, & P.F. Adipraja, Interview)

[3] Richardson., 2013. System Dynamics Encyclopedia of Operations Research and

Gambar

Gambar 5 Kategori Entreprise Architecture
Gambar 7 Diagram Konteks
Gambar 9 Desain Menu Web Evaluasi Kinerja
Gambar 10 Tampilan Menu Sistem Evaluasi Kinerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan pendidikan diploma III pada Jurusan. Teknik Sipil Poiteknik Negeri

92 Tabel XXIV Pembebanan Kos Kepala Penjualan ke Bagian Produksi yang Bersangkutan Periode Oktober 2012 ... 96 Tabel XXIX Perbandingan COGM yang Dihasilkan

Pada periode Klasik, istilah sonata cenderung mengacu kepada komposisi untuk satu atau dua instrumen saja, contohnya Piano Sonata, yang merupakan komposisi untuk piano

Untuk mencegah hal-hal tersebut, maka diperlukan hukum perlindungan anak secara konkrit, baik substansial, struktural maupun kultural yang diharapkan dalam peraturan

ditunjukkan dan tidak dihadapan orang lain (penonton) sama halnya dengan lesbian sebagai subjek, menyadari dirinya adalah pelaku lesbian maka mereka bertindak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel Perputaran Persediaan, Perputaran Asset Tetap dan Perputaran Modal Kerja terhadap Profitabilitas

Mengawasi kelancaran dan ketertiban penumpang di ruang tunggu dan mengatur penumpang lansia, ibu hamil dan yang membawa anak naik kekapal terlebih dahulu.. 7

l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan... Sedangkan kekurangan dari cara ini adalah infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada