EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
MENGGUNAKAN MEDIA PhET DAN KEMAMPUAN
BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN
PROSES SAINS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
MUTI’AH
NIM: 8146176011
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
MUTI’AH. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata, dan ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian yang dilakukan secara kuasi eksperimen ini menggunakan siswa MTsN 1 Padangsidimpuan sebagai populasi dan memilih sampel kelas VIII-8 dan VIII-9 secara cluster random sampling. Instrument yang digunakan adalah tes essay untuk keterampilan proses sains serta tes pilihan berganda untuk tes kemampuan berpikir logis. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil penelitian menunjukan bahwa: Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional, Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata dan Ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
ABSTRACT
MUTI’AH. The Effect Model Inquiry Training using PhET media and Logical Thinking Ability To Student’s Science Process Skill . Postgraduate School of the State University of Medan, 2016.
The aim of the research is to analyz: student’s science process skill using inquiry training learning model using PhET media is better than konvensional learning,, student’s science process skill who have logical thinking ability above average are better than under average, and The interaction between inquiry training learning model using PhET media and logical thinking ability to increase student’s science process skill. The experiment was conducted in MTsN 1 Padangsidimpuan as population and class VIII-8 and VIII-9 were chosen as sample through cluster random sampling. Science process skill used essay test and logical thinking used multiple choice as instrument. Result of the data was analyzed by using two ways ANAVA. Result show that: student’s science process skill using inquiry training learning model using PhET media is better than konvensional learning, student’s science process skill who have logical thinking ability above average are better than under average, and The interaction between inquiry training learning model using PhET media and logical thinking ability to increase student’s science process skill.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat
pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah
tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED;
2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus Narasumber I dan
Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED juga sekaligus narasumber II,
serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;
. Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S selaku dosen pembimbing I
tesis yang telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis
dalam sejak awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang
diharapkan;
. Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen pembimbing II tesis yang telah
mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak awal
hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;
. Ibu Dr. Betty Turnip, M.Pd sebagai narasumber III dalam penyusunan
tesis ini yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun
demi penyempurnaan tesis ini;
. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung;
. Kepala Sekolah dan Staf Guru di MTsN 1 Padangsidimpuan yang telah
memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian;
. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Drs. H. Jamil Tanjung dan
Ibunda Hj. Simariyam,S.PdI yang telah secara terus menerus memberikan
motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis
dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;
. Terima kasih buat Nikmah Junita Tanjung, SST dan Handri Mirtha
v
yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan studi di Unimed ini.
10. Kepada adinda-adinda tersayang, Syahruddin Aritonang dan Masdalifah
semoga kalian bisa lebih baik dari kakak. Spesial buat sahabat yang
membantu penulis, menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat
terbaikku Akbar Ajie Nasution, S.Pd, Nurjamilah Pane, M.Pd, Dara Fitrah
M.Pd, Rika Yulia, M.Pd, dan Eni Sumanti, M.Pd yang telah memberikan
motivasi dan saran-saran kepada penulis.
11. Teman-teman seperjuangan Prodi Magister Pendidikan Fisika yang juga
telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu kepada penulis
dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh
karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.
Medan, Maret 201 Penulis
Muti’ah
DAFTAR ISI
2.1.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 12
2.1.2. Teori Belajar yang Mendukung Model Pembelajaran Inquiry Training ... 22
2.1.3 Pembelajaran Konvensional ... 25
2.1.4 Media PhET ... 28
2.1.5 Kemampuan Berpikir Logis ... 30
2.1.6 Keterampilan Proses Sains ... 34
2.1.7 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 39
2.2. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 43
2.2.1. Kerangka konseptual ... 43
2.2.1.1.Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan PhET lebih baik dari Pembelajaran Konvensional ... 43
2.2.1.2.Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di atas Rata-rata Lebih Baik dari Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di Bawah Rata-rata ... 45
2.2.1.3.Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PhET dan Kemampuan Berpikir Logis Terhadap Keterampilan Proses Sains ... 47
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan aktu Penelitian ... 49
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 49
3.2.1 Populasi Penelitian ... 49
3.6.1 Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 55
3.6.2 Tes Keterampilan Proses Sains ... 55
3.7 aliditas ... 56
3.8.1 Menghitung Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 62
3.8.2 ji Normalitas Data ... 63
3.8.3 ji Homogenitas ... 64
3.8.4 Pengujian Hipotesis ... 64
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 4.1 Hasil Penelitian ... 69
4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 69
4.1.1.1 Pretes Keterampilan Proses Sains ... 69
4.1.1.2 ji Homogenitas ... 71
4.1.1.3 ji Kesamaan Rata-rata Keterampilan Proses Sains .. 72
4.1.2 Kemampuan Berpikir Logis ... 73
4.1.3 Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian ... 74
4.1.4 Postes Keterampilan Proses Sains ... 78
4.1.5. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ... 80
4.1.5.1 Deskripsi Data Postes... 80
4.1.5.2 Analisis Butir Soal Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 81
4.1.5.3 Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Kemampuan Memiliki Kemampuan Berpikir Logis di Atas Dan di Bawah Rata – Rata ... 86
4.2 Pembahasan ... 98
4.2.1 Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan media PhET Lebih Baik Pembelajaran Konvensional ... 98
4.2.2 Keterampilan Proses Sains Siswa Yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis Diatas Rata-Rata Lebih Baik dari Siswa yang Memiliki Kemampuan Berpikir Logis Dibawah Rata-Rata ... 101
4.2.3 Interaksi Antara Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media PheT dengan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains ... 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 107
5.1 Kesimpulan ... 107
5.2 Saran ... 107
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 16
Tabel 2.2. Kegiatan Siswa dan Guru Model Pembelajaran Inquiry Training .. 20
Tabel 2.4. Indikator-indikator Keterampilan Proses Sains ... 38
Tabel 2.5. Jurnal Penelitian Terdahulu ... 40
Tabel 3.1. Pretest-postest Control Group Design ... 50
Tabel 3.2. Design Penelitian ANAVA ... 51
Tabel 3.3. Kisi-kisi Tes Instrumen Kemampuan Berpikir Logis ... 55
Tabel 3.4. Kisi-kisi Tes Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 56
Tabel 3.5 Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan Instrumen Penelitian .... 58
Tabel 4.1. Data Pretes Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 59
Table 4.2 Uji Normalitas Data Pretes ... 71
Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 71
Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72
Tabel 4.5. Data Kelas Kontrol dan Kelas Eksprimen ... 73
Tabel 4.6 Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Logis ... 74
Tabel 4.7 Data Postes Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 78
Tabel 4.8. Uji Normalitas Postes ... 80
Tabel 4.9. Nilai Rata – Rata Jawaban Siswa Tiap Butir Soal Pada Kelas Eksperimen Dan Kontrol Tiap Butir Soal ... 81
Tabel 4.10 Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kemampuan Berpikir Logis Diatas Dan Dibawah Rata – Rata pada Kelas Kontrol ... 83
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training... 21
Gambar 3.1. Bagan Alur Pelaksanaan Penelitian ... 54
Gambar 4.1. Grafik data Pretes pada Kelas Kontrol ... 70
Gambar 4.2. Grafik data Pretes pada Kelas Eksperimen ... 70
Gambar 4.3. Hasil data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa ... 76
Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Uji Lembar Kerja Siswa ... 77
Gambar 4.5. Grafik data Postes pada kelas Kontrol... 79
Gambar 4.6. Grafik data Postes pada kelas Eksperimen ... 79
Gambar 4.7. Hubungan data keterampilan proses sains berdasarkan tingkat kemampuan berpikir logis ... 88
Gambar 4.8. Diagram pretes postes kelas eksperimen dan kontrol... 86
Gambar 4.9. Diagram kelompok siswa dengan kemampuan berpikir logis di atas rata – rata dan kelompok siswa dengan kemampuan berpikir logis di bawah rata – rata... 87
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 113
Lampiran 2 Bahan Ajar Pertemuan I ... 125
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Pertemuan I ... 135
Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 137
Lampiran 5 Bahan Ajar Pertemuan II ... 149
Lampiran 6 Lembar Kerja Siswa Pertemuan II ... 155
Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 158
Lampiran 8 Bahan Ajar Pertemuan III ... 171
Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa Pertemuan III ... 179
Lampiran 10 Tes Kemampuan Berpikir Logis ... 179
Lampiran 11 Kisi-Kisi Instrumen Keterampilan Proses Sains ... 182
Lampiran 12 Deskriptor Keterampilan Proses Sains ... 189
Lampiran 13 Lembar Observasi Keterampilan Proses Sains ... 198
Lampiran 14 Validitas ... 200
Lampiran 15 Reabilitas ... 201
Lampiran 16 Tingkat kesukaran ... 207
Lampiran 17 Daya beda ... 208
Lampiran 18 Daftar Nama Siswa Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 210
Lampiran 19 Data Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol 213 Lampiran 20 Data Hasil Postest Keterampilan Proses Sains Siswa Pada Kelas Kontrol ... 215
Lampiran 21 Data Hasil Pretest Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas Eksperimen ... 219
Lampiran 22 Data hasil Postest Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen 221
Lampiran 23 Data Hasil Kemampuan Berpikir Logis Kelas Kontrol 223
Lampiran 24 Data Hasil Test Kemampuan Berpikir Logis Kelas Eksperimen 225
Lampiran 25 Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes Dan Postes 227
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan yang banyak
mendasari perkembangan ilmu pengetahuan yang lain, memiliki peran penting
dalam kehidupan manusia. Mundilarto (2013:250) Fisika termasuk ilmu dasar
yang memiliki karakteristik mencakup bangun ilmu yang terdiri atas fakta,
konsep, prinsip, hukum, postulat, dan teori serta metodologi keilmuan. Objek
telaah fisika adalah berupa benda-benda dan peristiwa-peristiwa alam dengan
menggunakan prosedur baku yang biasa disebut metode atau proses ilmiah.
Karena itu pelajaran fisika mengajarkan berbagai pengetahuan yang dapat
mengembangkan daya nalar, analisa sehingga hampir semua persoalan yang
berkaitan dengan alam dapat dimengerti.
Salah satu standar kompetensi yang dikembangkan pada mata pelajaran
fisika di SMP dan SMA adalah kemampuan melakukan kerja ilmiah. Kemampuan
itu dapat dikembangkan melalui pengalaman langsung dengan melakukan
penyelidikan atau percobaan sains. Penyelidikan atau percobaan dapat melatih
siswa untuk memperoleh keterampilan proses sains. Mata pelajaran Fisika di SMP
dikembangkan dengan tujuan untuk mengembangkan observasi dan
eksperimentasi. Hal ini didasari oleh tujuan pembelajaran sains, yakni mengamati,
memahami dan memanfaatkan gejala-gejala alam yang melibatkan materi (zat)
dan energi. Kemampuan observasi dan eksperimentasi ini lebih ditekankan pada
melatih kemampuan berpikir eksperimental yang mencakup tata laksana
2
percobaan dengan mengenal peralatan yang digunakan dalam pengukuran baik di
laboratorium maupun di luar laboratorium. Mata pelajaran fisika yang
disampaikan melalui proses penyelidikan ilmiah, dapat melatih dan
mengembangkan keterampilan proses sains siswa. Keterampilan proses
merupakan pendekatan proses dalam pengajaran ilmu pengetahuan alam
didasarkan atas pengamatan terhadap apa yang dilakukan oleh seorang ilmuwan.
Hal inilah yang menjadi karakteristik dari pelajaran fisika. Proses penemuan
konsep yang melibatkan keterampilan proses sains.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di MTsN 1
Padangsidimpuan dari hasil wawancara dengan guru yang mengajar siswa,
khususnya MTsN 1 Padangsidimpuan rendahnya hasil belajar siswa dari
perolehan nilai ulangan tahun terakhir. Nilai rata-rata 0 pada tahun pembelajaran
2014/2015. Jika dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh maka nilai ulangan yang
dicapai masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 5. Hal ini
menjadikan banyak siswa yang harus melakukan program remedial untuk
meningkatkan nilainya. Sedangkan remedi tidak lain adalah termasuk kegiatan
pengajaran yang hanya dilakukan ketika kesulitan dasar para siswa telah
diketahui. Kegiatan remedi merupakan tindakan korektif yang diberikan kepada
siswa setelah evaluasi dilakukan. Hasil tes ini setidaknya mencerminkan seberapa
jauh daya serap siswa terhadap materi yang diterimanya.
Pembelajaran Fisika di MTsN 1 Padangsidimpuan belum memperhatikan
aspek keterampilan proses sains siswa. Praktikum Fisika yang jarang dilakukan
oleh guru yang mengakibatkan belum memperhatikan aspek-aspek keterampilan
3
terlihat bingung dalam mengikuti langkah-langkah dalam LKS yang diberikan
guru. Siswa yang kurang mampu mengamati fenomena yang terjadi saat
praktikum, kurang mampu berkomunikasi dengan teman satu kelompok, kurang
serius, tidak mampu membuat kesimpulan yang benar dan cenderung bertanya
kepada guru setiap akan melakukan percobaan. Menunjukkan bahwa siswa masih
belum memilki keterampilan proses sains yang baik.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, pembelajaran yang digunakan oleh
guru fisika selama ini cenderung menggunakan pembelajaran konvensional yakni
ceramah. Hal ini disebabkan guru mengalami kesulitan dalam menyusun
perangkat pembelajaran seperti alat peraga sederhana dan media lainnya serta
kurangnya kemampuan menguasai tekhnologi. Pengajaran akan sulit untuk
mengembangkan keterampilan proses sains. Siswa terbiasa belajar Fisika hanya
dengan menghapal teori, hukum, postulat, dan rumus-rumus yang lebih
menonjolkan bentuk persamaan matematika daripada konsep yang harus
diterapkan. Akibatnya siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
masalah-masalah yang berkaitan dengan Fisika.
Dengan metode ini siswa hanya memperoleh sejumlah informasi yang
bersumber kepada guru saja. Informasi dan komunikasi yang terjadi satu arah ini
menyebabkan siswa lebih banyak menunggu tanpa berbuat sesuatu untuk
menemukan sendiri konsep-konsep Fisika. Guru lebih banyak berbuat, sementara
siswa hanya menunggu informasi yang telah mereka peroleh dari sumber lain di
lingkungannya yang erat hubungannya dengan materi yang sedang mereka
pelajari. Kondisi seperti ini dapat mengakibatkan suasana belajar menjadi kurang
4
mengakibatkan terhambatnya keterampilan proses sains siswa terhadap informasi
yang datang padanya. Hal ini menjadi faktor yang menyebabkan rendahnya
keterampilan proses sains siswa pada bidang studi Fisika.
Bertolak pada permasalahan diatas bahwa masalah utama yang dihadapi
adalah penggunaan model pembelajaran yang kurang efektif dalam meningkatkan
keterampilan proses sains siswa. Pemilihan strategi dan metode yang tepat dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa yang aktivitas pembelajaran dan
kegiatan pembelajaran yang disajikan dengan cara mendorong keaktifan, mampu
meningkatkan solidaritas, serta mengoptimalkan keterlibatan siswa adalah
penggunaan model pembelajaran inquiry training. Pembelajaran dengan
penemuan (Inquiry) menekankan kepada aktivitas peserta didik secara maksimal
untuk mencari dan menemukan. Artinya, pembelajaran inquiry menempatkan
peserta didik sebagai subjek belajar (Hosnan, 2014:341).
Berdasarkan penelitian Indahwati, dkk (2012:25 ) menyimpulkan bahwa
terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training melaui teknik peta
konsep dan teknik puzzle dengan keberagaman aktivitas belajar dan keberagaman
kemampuan memori. Selanjutnya Azizah (2012:1) keterampilan meneliti
mahasiswa dapat ditingkatkan dengan menerapkan inquiry training. Abdi
(2014:3 ) hasil menunjukkan bahwa siswa yang diberi perlakukan pembelajaran
berbasis inquiry memperoleh nilai lebih tinggi daripada pembelajaran tradisonal.
Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa model inquiry training tepat
digunakan untuk mengaktifkan siswa.
Rizal (2014:15 ) pembelajaran akan lebih bermakna jika siswa diberi
5
fenomena yang ada dari lingkungan. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) menuntut siswa untuk memiliki kompetensi khusus dalam
semua mata pelajaran setelah proses pembelajaran. Selama proses pembelajaran
seharusnya siswa ikut terlibat secara langsung agar siswa memperoleh
pengalaman dari proses pembelajaran (Rahayu, dkk., 2011:10 ). Sehingga
pengetahuan baru dapat diperoleh oleh siswa itu dengan rasa ingin tahu dalam
pembelajaran.
Model pembelajaran inquiry training berarti suatu kegiatan belajar yang
melibatkan seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki suatu
permasalahan secara sistematis, logis, analitis. Inquiry training dirancang untuk
membantu siswa mengembangkan disiplin dan keterampilan intelektual yang
diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya
berdasarkan rasa ingin tahunya. Ogan, dkk (2014:11 ) model yang berdasarkan
inquiry adalah sistem dari aktivitas dan teks yang menghubungkan pembelajar
lebih dalam dengan isi dan mencakup lima karakter utama dari pengetahuan
ilmiah: tabel uji, dapat diperbaharui, penjelasan, dan umum. Model ini fokus
terhadap kemampuan siswa untuk mengamati, menyusun data, memahami
informasi, membentuk konsep, menggunakan simbol-simbol verbal dan nonverbal
dan menyelesaikan masalah-masalah. Model ini terdiri dari lima fase. Fase
Inquiry training adalah: (1) observasi (Observation), (2) betanya (Questioning),
(3) mengajukan dugaan (Hiphotesisi), (4) pengumpulan data (Data Gathering),
(5) penyimpulan (Conclussion). Melalui pelaksanaan fase dalam inquiry training
tersebut peneliti yakin, jika model ini diterapkan dalam pembelajaran di kelas,
Dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah
metode mengajar dan media pembelajaran. Kedua aspek ini saling berkaitan.
Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi jenis media
pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain yang harus
diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan pembelajaran, jenis tugas
dan respon yang diharapkan siswa kuasai setelah pembelajaran berlangsung, dan
konteks pembelajaran termasuk karakteristik siswa. Pembelajaran inquiry training
juga dapat diterapkan dengan menggunakan multimedia yang dibuktikan oleh
penelitian Hayati (2013:24) yang menyatakan bahwa pembelajaran yang
menerapkan inquiry training berbasis multimedia mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil belajar siswa. Salah satunya media yang dapat digunakan
adalah media PhET. Media PhET adalah media simulasi yang dikeluarkan oleh
University of Colorado dan sudah teruji kebenarannya. Simulasi PhET ini tersedia
resmi PhET (http://phet.colorado.edu) yang menampilkan suatu animasi fisika
yang abstrak, seperti: atom, elektron, foton dan medan magnet. Dalam penelitian
Prihatiningtyas (2014:1 ) implementasi simulasi PhET dan KIT sederhana untuk
mengajarkan keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik dapat
menuntaskan hasil belajar psimotor siswa. Sejalan dengan itu, penelitian
Nurhayati (2014:1) efektifitas penerapan metode demonstrasi berbantu media animasi
Software PhET dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi listrik dinamis.
Dengan demikian menggunakan media simulasi ini siswa layaknya dapat
melakukan kegiatan-kegiatan untuk mendapatkan data dan fakta seperti pada
laboratorium real, sehingga dengan data dan fakta tersebut peserta didik dapat
Kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran adalah
kemampuan berpikir logis. Dalam penelitian Subaer, dkk (2013:1 5) kesimpulan
yang diperoleh berupa profil penalaran logis peserta didik yang memiliki gaya
berpikir berdampak pada kemampuan memecahkan masalah Fisika. Kemampuan
berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu objek dengan cara
menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai kepada sebuah kesimpulan
menurut aturan-aturan logika (Rohman, 2014:123). Berfikir logis sama dengan
berfikir konsisten sesuai dengan rambu-rambu atau tata cara berfikir yang benar.
Berfikir yang demikian diyakini dapat diperoleh kesimpulan yang dapat
dipertanggung jawabkan. Hasil dari berpikir logis adalah diperolehnya pemikiran
logis. Untuk mewujudkan pemikiran logis, seseorang wajib memenuhi aturan
sebagai prasyarat dalam berpikir lurus dan benar, salah satunya adalah harus
memenuhi komponen dasar berfikir. Kemampuan berpikir logis memilki
hubungan yang erat dengan pembelajaran sains.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “ Efek M del Pembela aran Inquiry Training
Menggunakan Med a PhET dan Kemam uan Ber k r L g s erhada
Keteram lan Pr ses a ns swa”.
1.2 Ident f kas Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan bahwa
banyak faktor yang diduga mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.
Faktor yang mempengaruhi keterampilan proses sains siswa dapat dibedakan
menjadi dua jenis yang bersumber dari diri siswa dan faktor yang bersumber dari
1. Keterampilan proses sains siswa yang masih rendah terutama
dalam pembelajaran fisika dilihat dari kurang mengamati pada
saat praktikum, kurang berkomunikasi, kurang serius, dan tidak
mampu membuat kesimpulan yang benar.
2. Pembelajaran di kelas cenderung teacher-centered, sedangkan
siswa sebagai seorang yang pasif menerima pengetahuan dari
guru.
3. Guru mengalami kesulitan dalam menyusun alat peraga
sederhana dan media lainnya.
4. Tidak adanya variasi dalam proses pembelajaran hanya
menggunakan pembelajaran konvensional dan bahan ajar yang
lebih didominasi oleh penyelesaian soal-soal.
5. Pembelajaran fisika secara umum hanya menghafalkan
fakta-fakta dan konsep-konsep tanpa mengetahui bagaimana fakta-fakta dan
konsep itu terbentuk.
1. Batasan Masalah
Karena banyaknya faktor yang mempengaruhi penelitian ini maka dibuat
batasan masalah sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas VIII MTsN 1 Padangsidimpuan
tahun pembelajaran 2015/201
2. Keterampilan proses sains siswa yang diteliti adalah sebagai variabel
terikat.
3. Proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran inquiry
4. Variabel moderator dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir
logis siswa MTsN 1 Padangsidimpuan.
5. Penelitian akan dilakukan terhadap materi fluida statis.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka perumusan masalah
dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan media
PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan
pembelajaran konvensional?
2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan
berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training
menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa
dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?
1. u uan Penel t an
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan adapun tujuan dari penelitian
ini adalah:
1. Untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran inquiry training dengan menggunakan
media PhET lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
10
2. Untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang memiliki
kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih baik dari siswa yang
memiliki kemampuan berpikir logis dibawah rata-rata.
3. Untuk menganalisis ada interaksi antara model pembelajaran inquiry
training menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir
logis siswa dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
1. Manfaat Penel t an
1. Pengembangan ilmu teknologi pendidikan khususnya dalam kawasan
desain pembelajaran dan media pembelajaran
2. Para praktisi dan akademisi LPMP, untuk pengembangan praktik
pembelajaran dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
3. Kepala dinas pendidikan, sebagai masukan dalam rangka
meningkatkan mutu dan ketuntasan dalam pembelajaran
4. Guru, membantu untuk mengembangkan dan menerapka penggunaan
praktik pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa
5. Peneliti selanjutnya, memberi masukan untuk meneliti lebih lanjut
dalam rangka mengembangkan strategi pembelajaran.
1. Defen s O eras nal
Untuk memperjelas variabel-variabel, agar tidak menimbulkan perbedaan
penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian ini, berikut diberikan
defenisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini:
1. Model pembelajaran inquiry training adalah dirancang untuk membawa
11
untuk menemukan pengetahuan yang baru dalam penelitian ilmiah dengan
tahapan: (1) berhadapan dengan masalah, (2) mengumpulkan
data-verifikasi, (3) mengumpulkan data – eksperimen, (4) mengolah dan
merumuskan penjelasan, (5) menganalisis proses penelitian. Penggunaan
media PhET dapat menjadi bantuan dalam fase inquiry training.
2. Kemampuan berpikir logis adalah suatu proses menalar tentang suatu
objek dengan cara menghubungkan serangkaian pendapat untuk sampai
kepada sebuah kesimpulan menurut aturan-aturan logika. kemampuan
berpikir logis dilihat dari tiga aspek yaitu pembentukan pengertian,
pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.
3. Keterampilan proses sains adalah seluruh keterampilan fisik dan mental
terkait dengan kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai
dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah sehingga siswa berhasil
menemukan sesuatu yang baru. Indikator keterampilan proses sains
meliputi: (1) menganalisis (analyzing), (2) mengelompokkan (classifying),
(3) berkomunikasi (communicating), (4) bereksperimen (experimenting),
(5) menginterpretasi (interpreting), ( ) terampil bermatematik
(mathematical reasoning), ( ) mengukur (measuring), ( ) mengobservasi
69
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dan pembahasan maka dapat diperoleh beberapa
kesimpulan sebagai berikut:
1. Keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran
inquiry training menggunakan media Phet lebih baik dibandingkan
pembelajaran Konvensional.
2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai
kemampuan berpikir logis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan
kelompok siswa yang mempunyai kemampuan berpikir logis dibawah
rata-rata.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Inquiry Training
menggunakan media PhET dengan kemampuan berpikir logis siswa dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Pada penelitian ini, siswa
yang memiliki kemampuan berpikir logis di atas rata-rata lebih dominan
meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada model pembelajaran
inquiry training menggunakan media PhET daripada pembelajaran
konvensional.
5.2 Saran
a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat
70
c. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet, maka
sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan
sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat
ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.
d. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengalokasikan waktu lebih
banyak sehingga pelaksanaan penelitian dengan model inquiry training
lebih optimal. Selain itu diharapkan dapat memilih masalah sesuai dengan
materi pokok yang akan dilaksanakan agar pembelajaran lebih kontekstual
dan berhubungan dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hasilnya dapat
bermanfaat bagi peningkatan kualitas hidup manusia.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, Ali. 2014. The Effect of Inquiry-based Learning Method on Students’ Academic Achievement in Science Course. Universal Journal of Educational Research 2(1): 37-41
Akinbobola, and Folashade Afolabi. 2010. Analysis of Science Process Skills in
West African Senior Secondary School Certificate Physics Practical
Examinations in Nigeria. American-Eurasian Journal of Scientific
Research 5 (4): 234-240
Aminah, Siti. 2015. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training dan Kemampuan Berpikir Logis terhadap Keterampilan Proses Sains. Tesis tidak dipublikasikan.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta
Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Azizah, Aulia dan Parmin. 2012. Inquiry training untuk mengembangkan
ketrampilan Meneliti mahasiswa.Unnes Science Education Journal1 (1):
1-11
Conole, Eileen Scanlon, Cindy Kerawalla, Paul Mullholland, Stamatina Anastopulou2 and Canan Blake. 2007. From design to narrative: the development of inquiry-based learning models. ESRC's Teaching and Learning Research Programme.
Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif. Jakarta: AV Publisher.
Dimyati, Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Nuffield Foundation. 2013. Nuffield Practical Work for Learning: Model-based inquiry. downloaded from www.nuffieldfoundation.org General introduction page 1 of 16
Hidayatulloh, Mukhlis dan Madlazim. 2015. Pengembangan Perangkat
Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Berorientasi Kurikulum 2013 dengan Melatihkan Keterampilan Proses Sains pada Materi Pengukuran. Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. (4): 92-97
110
Hayati dan Retno Dwi Suyanti. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Multimedia dan Motivasi Terhadap asil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika Vol. 2 (1): 24-33
Ihsan, Fuad. 2010. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rineka Cipta
Indahwati, Toenas Setyo Joeli , idha Sunarno dan Sajidan. 2012. Penerapan Model inquiry training melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle ditinjau dari Tingkat Keberagaman Aktivitas belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal inkuiri Vol 1 (3): 258-265
Irving, M.Copi. 1995. Informal Logic Third Edition. New Jersey: Prentice-Hall
Joyce, B. eil, M dan Calhoun, E. 2009. Model of Teaching. India: Prentice Hall
Karaliota, Alexandra dan Maria Vlassi. 2012. The comparison between guided inquiry and traditional teaching method. A case study for the teaching of the structure of mattepr to 8th grade reek students. Procedia - Social and Behavioral Sciences 93: 494 – 497
Mundilarto. 2013. Keefektifan pendekatan inquiry based learning untuk
peningkatan karakter siswa SMA pada pembelajaran Fisika. Jurnal
cakrawala pendidikan. II (2): 250-257
Nurhayati, Syarifah Fadilah, Mutmainnah. 2014. Penerapan metode demonstrasi
berbantu media animasi Software phet terhadap hasil belajar siswa Dalam materi listrik dinamis kelas x Madrasah aliyah negeri 1 pontianak. Jurnal Pendidikan Fisika dan Aplikasinya (JPFA) 4 (2): 1-7
Ogan, Bekiroğlu dan Arzu Arslan. 2013. Examination of the Effects of Model-Based Inquiry on Students’ Outcomes: Scientific Process Skills and
Conceptual Knowledge. Procedia - Social and Behavioral Sciences 141
(14 ): 1187 – 1191
Oloruntegbe, K.O. 2010. Approaches To The Assessment Of Science Process
Skills: A Reconceptualist View And Option. Journal of College Teaching & Learning 7 (6): 988-996
Purnami, ahyuni, Sarwanto, dan Masykuri. 2013. Pembelajaran Fisika Melalui Inkuiri Terbimbing dengan Menggunakan Media KIT Listrik Paket dan Swakarya Ditinjau dari Kreativitas dan Kecerdasan Kinestetik Siswa. Jurnal Inkuiri 2 (1): 43-56
111
Prihatiningtyas, S, T. Prastowo, B. Jatmiko. 2013. Imlementasi simulasi phet dan kit sederhana untuk Mengajarkan keterampilan psikomotor siswa pada pokok bahasan alat optik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (1): 18-22
Rahayu. E., H. Susanto, dan D. ulianti. 2011. Pembelajaran Sains dengan Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan asil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (11): 106-110
Rakhmat, Jalaluddin. 2002. Psikologi Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya
Rao, B. Dan Digumarti. 2008. Science Process Skill of School Student. New Delhi: Aurora Offset
Rizal, Muhammad. 2011. Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan
Multi Representasi terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains 2 (3) : 159-165
Rohman, A. 2014. Epistemologi dan Logika. ogyakarta: Aswaja Pressindo
Rosimi. 2015. uru Fisika SMK Swasta Teruna. Padangsidimpuan
Sagala, Syaiful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar. Bandung: Alfabeta
Sani, Ridwan. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: Unimed Press
Subaer, Bancong. H., 2013. Profil Penalaran Logis berdasarkan aya Berpikir dalam Memecahkan Masalah Fisika Peserta Didik. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia JPII 2 (2) : 195-202
Subagyo. , iyanto, dan P. Marwoto. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (3): 42-46
Sudjana, Nana. 2001. Penilaian asil dan Proses asil Belajar. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. 2013. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers
Sumaryoto. 2004. Tes Kemampuan dan Potensi Anda. ogyakarta: Absolut
112
Trianto. 2013. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan
Implementasinya dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP. Jakarta: Bumi Aksara
Vebrianto, Rian, dan Kamisah Osman. 2011. The effect of multiple media
instruction in improving students’ science process skill and achievement. Procedia Social and Behavioral Sciences 15 (11): 346–350
ena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi
Aksara