• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MACROMEDIA FLASH DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

HELENA EVADONNA SIAGIAN NIM. 8136175008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Helena Evadonna Siagian (NIM. 8136175008). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, menganalisis keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah, serta menganalisis interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash dan tingkat kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sibolga tahun ajaran 2014/2015. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random class. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dan tes kemampuan berpikir kreatif. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dari pada kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kreatif rendah, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash dengan kemampuan berpikir kreatif dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

(6)

ii ABSTRACT

Helena Evadonna Siagian (NIM. 8136175008). The Effect of Inquiry Training Learning Model Use Macromedia Flash and Creative Thinking Ability on Science Process Skills of Student. A Thesis. Medan : Postgraduate School State University of Medan. 2015.

The purpose of this research were to analyze science process skills of students using Inquiry Training Learning Model use Macromedia Flash is better than science process skills of students using conventional learning, analyze science process skills of students who have high category in creative thinking ability better than low category in creative thinking ability, and analyze the interaction between Inquiry Training learning model use Macromedia Flash and the level of creative thinking ability in improving the science process skills.

The research type was quasi experiment and two group pretest-posttest designs were used in this study. The population of the study was grade X of SMAN 1 Sibolga Academic Year 2014/2015. The sample was choosen by using cluster random class technique. The sample was divided into two classes, the experiment class taught by inquiry training use macromedia flash and control class taught by conventional learning. The instrument was consist of science process skills test and creative thinking ability test. Data in this research was analyzed by using two way Anova.

The results of this research showed that the inquiry training learning model use macromedia flash was better than conventional learning in improving the students science process skills, the science process skills of the students who had high category in creative thinking ability was better than low category, and there was interaction between inquiry training learning model use macromedia flash and the level of creative thinking ability in improving students science process skills.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Efek Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Dr. Derlina, M.Si sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Sahyar, M.S., M.M., Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, dan Dr. Ridwan A. Sani, M.Si selaku narasumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Gunung Lubis selaku Kepala SMA Negeri 1 Sibolga, Ibu Mila Anzani Barus dan Ibu Pintauli Lubis selaku guru Fisika SMA Negeri 1 Sibolga, beserta seluruh dewan guru, Kepala Tata Usaha beserta staf, atas bantuan dan kerjasamanya sehingga terlaksananya penelitian ini.

(8)

iv

baik moril maupun materil kepada penulis selama perkuliahan sampai penyelesaian tesis ini serta ucapan terimakasih kepada saudaraku Bang Depi, Leo, Jenni, Yesi, Vera, Valdo, Noris, dan Andre.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan DIKFIS A 2013 (Agus, Berkat, Dahrim, Dini, Fajrul, Febriani, Harnas, Lia Afrianti, Lia Windari, Hifni, Rameyanti, Rouli), Ibu Aminah, Bang Safruddin serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Medan, Juli 2015 Penulis,

Helena Evadonna Siagian

(9)

v

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 9

1.3 Batasan Masalah ... 10

1.4 Rumusan Masalah ... 10

1.5 Tujuan Penelitian ... 11

1.6 Manfaat Penelitian ... 11

1.7 Definisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teoritis ... 14

2.1.1 Hakikat Model Pembelajaran ... 14

2.1.2 Hakikat Model Pembelajaran Inquiry Training ... 15

2.1.3 Karakteristik Model Pembelajaran Inquiry Training ... 19

2.1.4 Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 23

2.1.4.1 Teori Belajar Perkembangan Kognitif Piaget ... 24

2.1.4.2 Teori Belajar Sosial Vygotsky ... 26

2.1.5 Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Macromedia Flash ... 27

2.1.6 Pembelajaran Konvensional ... 31

2.1.7 Macromedia Flash ... 34

2.1.8 Kemampuan Berpikir Kreatif ... 35

2.1.8.1 Definisi Kemampuan Berpikir Kreatif ... 35

2.1.8.2 Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif ... 38

2.1.9 Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 47

2.1.9.1 Definisi Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 47

2.1.9.2 Indikator Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 48

2.1.10 Penelitian yang Relevan ... 53

2.2 Kerangka Konseptual ... 58

2.2.1 Keterampilan Proses Sains Siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Macromedia Flash Lebih Baik dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional ... 58 2.2.2 Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki

(10)

vi

dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki

Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ... 60

2.2.3 Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Siswa ... 61

2.3 Hipotesis Penelitian ... 63

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 64

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 64

3.3 Variabel Penelitian ... 64

3.4 Jenis dan Desain Penelitian ... 65

3.4.1 Jenis Penelitian ... 65

3.4.2 Desain Penelitian ... 65

3.5 Prosedur Penelitian ... 67

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 70

3.6.1 Tes Keterampilan Proses Sains ... 70

3.6.2 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 71

3.7 Analisis Data Uji Coba Instrumen ... 71

3.7.1 Validitas Tes ... 71

3.7.1.1 Validitas Isi ... 72

3.7.1.2 Validitas Prediktif ... 72

3.7.2 Reliabilitas Tes ... 74

3.8 Teknik Analisis Data ... 75

3.8.1. Analisis Secara Deskriptif ... 75

3.8.2. Analisis Secara Inferensial ... 76

3.8.2.1 Uji Normalitas ... 76

3.8.2.2 Uji Homogenitas ... 77

3.8.2.3 Uji Hipotesis ... 78

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 80

4.1.1 Deskripsi Data Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains ... 80

4.1.2 Pengujian Persyaratan Analisis Data ... 81

4.1.2.1 Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 81

4.1.2.2 Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes ... 85

4.1.2.3 Uji t Pretes ... 85

4.1.3 Deskripsi Data Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 86

4.1.4 Analisis Hasil Penelitian ... 89

4.1.4.1 Analisis Data Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains ... 89

4.1.4.2 Analisis Hasil Keterampilan Proses Sains (KPS) Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ... 90

(11)

vii

4.1.6 Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 104 4.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 105 4.2.1 Keterampilan Proses Sains Siswa yang diajarkan

dengan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Macromedia Flash Lebih Baik

dibandingkan dengan Pembelajaran Konvensional ... 105 4.2.2 Keterampilan Proses Sains Siswa yang Memiliki

Kemampuan Berpikir Kreatif Tinggi Lebih Baik dibandingkan dengan Siswa yang Memiliki

Kemampuan Berpikir Kreatif Rendah ... 107 4.2.3 Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training

menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif dalam Meningkatkan Keterampilan

Proses Sains Siswa ... 109 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training ... 19

Tabel 2.2. Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif Menurut Piaget ... 26

Tabel 2.3. Kegiatan Model Pembelajaran Inquiry Training menggunakan Macromedia Flash ... 29

Tabel 2.4. Langkah-Langkah Pembelajaran Konvensional ... 32

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ... 65

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA ... 66

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains ... 70

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 71

Tabel 3.5. Deskripsi Kategori Validitas Tes ... 73

Tabel 3.6. Hasil Analisis Validitas Tes ... 74

Tabel 3.7. Deskripsi Kategori Reliabilitas Tes ... 75

Tabel 4.1. Data Pretes dan Postes Keterampilan Proses Sains ... 80

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes dan Postes ... 82

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes dan Postes ... 85

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal KPS Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

Tabel 4.5. Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 87

Tabel 4.6. Pengelompokan Siswa Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif ... 88

Tabel 4.7. Pengelompokan Nilai Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa ... 90

Tabel 4.8. Desain Faktorial 2x2 ANAVA ... 93

Tabel 4.9. Data Faktor antar Subjek ... 93

Tabel 4.10. Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 94

(13)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Dampak Model Pembelajaran Inquiry Training ... 23 Gambar 3.1. Diagram Alur Prosedur Penelitian ... 69 Gambar 4.1. Rata-Rata Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 81 Gambar 4.2. Rata-Rata Postes Keterampilan Proses Sains Kelas

Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 81 Gambar 4.3. Histogram Normalitas Pretes Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 83 Gambar 4.4. Histogram Normalitas Postes Kelas Kontrol dan

Eksperimen ... 84 Gambar 4.5. Hubungan Rata-Rata Keterampilan Proses Sains

dengan Model Pembelajaran ... 89 Gambar 4.6. Hubungan Rata-Rata Keterampilan Proses Sains

terhadap Model Pembelajaran berdasarkan Tingkat

Kemampuan Berpikir Kreatif ... 92 Gambar 4.7. Interaksi antara Model Pembelajaran Inquiry Training

menggunakan Macromedia Flash dan Pembelajaran Konvensional dengan Kemampuan Berpikir Kreatif

(14)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Silabus ……… 118

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 1 ……….. 120

Lampiran 3 Bahan Ajar 1 ………. 131

Lampiran 4 Lembar Kegiatan Siswa 1 ………. 140

Lampiran 5 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 2 ……….. 143

Lampiran 6 Bahan Ajar 2 ………. 154

Lampiran 7 Lembar Kegiatan Siswa 2 ………. 161

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran 3 ……….. 164

Lampiran 9 Bahan Ajar 3 ………. 175

Lampiran 10 Lembar Kegiatan Siswa 3……….. 182

Lampiran 11 Kisi-Kisi Keterampilan Proses Sains (KPS) ………. 185

Lampiran 12 Lembar Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ………… 189

Lampiran 13 Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ……… 192

Lampiran 14 Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains ……… 193

Lampiran 15 Kisi-Kisi Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ………. 194

Lampiran 16 Lembar Validitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ……… 198

Lampiran 17 Tabulasi Data Pretes ………. 200

Lampiran 18 Tabulasi Data Postes ………. 202

Lampiran 19 Tabulasi Data Kemampuan Berpikir Kreatif ……… 204

Lampiran 20 Distribusi Data Penelitian ………. 206

Lampiran 21 Tabulasi Pengelompokan Data Kemampuan Berpikir Kreatif 208 Lampiran 22 Analisis Statistik Data Pretes ... 210

Lampiran 23 Analisis Statistik Data Postes ... 213

Lampiran 24 Uji Hipotesis dengan Anava Dua Jalur (2 x 2) ... 216

Lampiran 25 Uji Scheffe ... 218

Lampiran 26 Lembar Jawaban Siswa ... 219

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya adalah upaya pemerintah dan masyarakat untuk menjamin kelangsungan hidup warganya dan generasi penerusnya, secara bermakna dan mampu mengantisipasi masa depan mereka yang senantiasa terkait dengan konteks budaya, bangsa, negara, dan hubungan internasional.

Upaya pemerintah dalam meningkatkan pendidikan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa. Untuk mengemban fungsi tersebut, pemerintah menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Trianto, 2009 : 1).

(16)

2

pola pikir seperti yang tertuang dalam Permendikbud No. 69 tahun 2013 antara lain :

1. Perubahan pembelajaran teacher centered menjadi pembelajaran student centered dengan penekanan pola belajar sendiri menjadi belajar

kelompok berbasis team, sehingga akan terjadi pembelajaran interaktif. 2. Pola pembelajaran terisolasi menjadi pembelajaran jejaring (peserta didik

dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

3. Pola pembelajaran pasif menjadi pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran siswa aktif mencari semakin diperkuat dengan model pembelajaran pendekatan sains).

4. Pola pembelajaran alat tunggal menjadi pembelajaran berbasis multimedia.

Penyempurnaan pola pikir di atas juga berlaku pada mata pelajaran fisika. Fisika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang materi, energi dan interaksi-interaksinya serta peristiwa dan fenomena alam yang terjadi di dunia yang sangat menarik untuk dipelajari. Pelajaran fisika dipandang penting untuk diajarkan selain memberikan bekal ilmu kepada siswa, mata pelajaran fisika dimaksudkan juga sebagai wahana untuk menumbuhkan kemampuan berpikir sehingga berguna untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari.

(17)

3

Guru harus memikirkan dan membuat perencanaan secara seksama dalam meningkatkan kesempatan belajar bagi siswanya dan memperbaiki kualitas mengajarnya. Hal ini menuntut perubahan-perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan model pembelajaran yang sesuai dengan memadukan strategi dan media pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran yang dipilih hendaknya melibatkan siswa secara aktif sehingga dapat meningkatkan keterampilan proses siswa dalam pembelajaran fisika dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa tersebut.

Guru juga berfungsi sebagai fasilitator dalam pembelajaran, yaitu guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan (Djamarah, 2000 : 46). Pembelajaran yang menyenangkan dapat dicapai apabila guru mampu mengelola proses belajar mengajar yang dapat memberikan rangsangan kepada siswa sehingga mau belajar, karena siswa adalah subjek utama dalam belajar.

(18)

4

berdasarkan contoh soal yang ada, sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang nyata dan aktif.

Penggunaan media pembelajaran juga masih kurang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran sehingga siswa cenderung mempelajari hal-hal yang bersifat abstrak dan menghapal konsep-konsep yang ada tanpa menguasai konsep tersebut sehingga siswa tidak mampu menyelesaikan permasalahan dalam fisika yang berdampak pada hasil belajar fisika siswa yang rendah yaitu pada nilai ulangan harian dan ulangan semester yang belum memenuhi nilai kriteria ketuntasan minimum (KKM) yaitu 75.

(19)

5

berbagai kegiatan inquiry, menjadi sangat sulit bagi siswa. Hingga pada akhirnya menjadi alasan siswa untuk tidak menyukai mata pelajaran fisika.

Berpikir kreatif atau berpikir divergen merupakan suatu kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas dalam berpikir dan kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya, memperinci) suatu gagasan. Berpikir kreatif berkaitan erat dengan proses penyelidikan, yaitu dalam mengajukan pertanyaan dan hipotesis, dalam mengembangkan strategi penyelesaian. Siswa harus luwes mempertimbangkan alternatif strategi penyelesaian, serta harus memperinci dan merumuskan kebutuhan dalam mencari informasi. Jadi, semua proses berpikir yaitu kelancaran, keluwesan (fleksibilitas), orisinalitas, dan pemerincian (elaborasi) termasuk dalam proses penyelesaian masalah melalui inquiry (Munandar, 1992 : 84).

Sejalan dengan pendapat di atas, Semiawan (2010 : 136) mengemukakan bahwa berpikir kreatif diperlukan untuk menetapkan dan memperoleh sumber pengatasan masalah. Berpikir kreatif akan menjadikan siswa menjelajahi, mengimajinasikan dan menemukan. Berpikir kreatif melibatkan implementasi, menggunakan, menerapkan, dan menemukan konsep permasalahan. Penelitian terdahulu yang relevan dengan berpikir kreatif oleh Ngatiqoh (2012 : 24-27) yang menunjukkan adanya pengaruh motivasi berprestasi dan kreativitas berpikir terhadap prestasi belajar IPA (Fisika).

(20)

6

pembelajaran sehingga siswa tidak merasa bosan dan jenuh saat belajar dan siswa memiliki kreativitas yang tinggi dalam pembelajaran.

Salah satu model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif adalah model pembelajaran inquiry training. Menurut Joyce (2009 : 201) model pembelajaran inquiry training dirancang untuk membawa siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang dapat memadatkan proses ilmiah tersebut ke dalam periode waktu yang singkat. Tujuannya adalah membantu siswa mengembangkan disiplin dan mengembangkan keterampilan intelektual yang diperlukan untuk mengajukan pertanyaan dan menemukan jawabannya berdasarkan rasa ingin tahu siswa. Melalui model pembelajaran inquiry training siswa diharapkan aktif mengajukan pertanyaan mengapa sesuatu

terjadi kemudian mencari dan mengumpulkan serta memperoses data secara logis untuk selanjutnya mengembangkan strategi intelektual yang dapat digunakan untuk dapat menemukan jawaban atas pertanyaan tersebut. Model pembelajaran inquiry training dimulai dengan menyajikan kejadian yang sangat membingungkan (puzzling event) pada siswa. Siswa yang menghadapi situasi tersebut secara alamiah akan termotivasi untuk menyelesaikannya.

Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran inquiry training secara signifikan lebih efektif dapat meningkatkan hasil belajar

(21)

7

2011 : 48-67). Azizah (2012 : 1-11) juga mengungkapkan bahwa model inquiry training dapat diterapkan untuk mengembangkan keterampilan meneliti

mahasiswa.

(22)

8

Penerapan model pembelajaran inquiry training dapat dibantu dengan menggunakan media pembelajaran seperti video tutorial, animasi flash maupun yang lainnya sehingga mampu mempermudah guru dalam menyampaikan informasi kepada siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Arsyad (2008 : 8) yaitu agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya. Guru berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diperoleh dengan berbagai indera. Semakin banyak alat indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan, dengan demikian siswa diharapkan akan dapat menerima dan menyerap dengan mudah dan baik pesan-pesan dalam materi yang disajikan. Pemanfaatan teknologi ini mendorong siswa untuk menggunakan indera pandang dan dengar dalam belajar sehingga proses belajar mengajar menjadi inovatif dan tidak membosankan bagi siswa. Peneliti pun tertarik untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash untuk membantu siswa dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Hasil penelitian yang memanfaatan media pembelajaran antara lain dilakukan oleh Wahyudin dkk (2010 : 58-62) yang menyimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan macromedia flash dapat meningkatkan minat dan pemahaman siswa dalam

(23)

9

suatu pokok bahasan materi. Macromedia flash dapat meningkatkan daya tarik dan kreativitas siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Macromedia Flash dan Kemampuan Berpikir Kreatif Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut :

1. Guru masih cenderung mengajar menggunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah, tanya jawab, penugasan, dan jarang melakukan demonstrasi.

2. Guru mendominasi kegiatan belajar mengajar di kelas sehingga siswa cenderung pasif, individual, dan kurang aktif dalam pembelajaran.

3. Penggunaan media pembelajaran kurang dilakukan oleh guru sehingga siswa cenderung mempelajari hal-hal bersifat abstrak dan menghapal konsep-konsep.

4. Rendahnya hasil belajar fisika siswa (tidak memenuhi KKM).

5. Kegiatan praktikum jarang dilakukan sehingga mengakibatkan keterampilan proses siswa menjadi pasif.

(24)

10

1.3 Batasan Masalah

Mengingat keterbatasan peneliti, maka perlu dibuat batasan penelitian agar penelitian ini dapat lebih fokus dan terarah. Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Model pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol.

2. Hasil belajar siswa adalah keterampilan proses sains

3. Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini mengelompokkan siswa menjadi kelompok siswa dengan kemampuan berpikir kreatif tinggi dan kemampuan berpikir kreatif rendah.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional?

(25)

11

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk :

1. Menganalisis keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash lebih baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional.

2. Menganalisis keterampilan proses sains pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif rendah.

3. Menganalisis interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash dan kemampuan berpikir kreatif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :

(26)

12

2. Siswa, dapat meningkatkan keterampilan proses sains yang berdampak pada peningkatan hasil belajar fisika melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash.

3. Sekolah, dapat memberikan sumbangan dalam hal peningkatan mutu pendidikan, khususnya pada mata pelajaran fisika.

1.7 Defenisi Operasional

Untuk memperjelas variabel-variabel dalam penelitian ini sehingga tidak menimbulkan perbedaan penafsiran terhadap rumusan masalah dalam penelitian, maka dibuat suatu defenisi operasional berikut ini :

1. Model pembelajaran inquiry training adalah model pembelajaran yang melatih siswa dalam meneliti, menjelaskan fenomena dan memecahkan masalah dengan mengikuti prosedur ilmiah. Sintaks model pembelajaran inquiry training adalah : (1) menghadapkan pada masalah, (2)

pengumpulan data verifikasi, (3) pengumpulan data percobaan, (4) mengolah, merumuskan, dan penjelasan, (5) menganalisis proses penelitian. Model pembelajaran ini dibantu dengan menggunakan macromedia flash.

(27)

13

imajinatif, tertantang oleh kemajemukan, berani mengambil resiko, dan menghargai.

(28)

112 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash lebih baik dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa daripada pembelajaran konvensional. Rata-rata keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen sebesar 72,67 sedangkan pada kelas kontrol sebesar 65,78. Persentase peningkatan keterampilan proses sains siswa pada kelas eksperimen sebesar 37% sedangkan pada kelas kontrol sebesar 20%.

2. Keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi lebih baik dari kelompok siswa yang memiliki tingkat kemampuan berpikir kreatif rendah. Rata-rata keterampilan proses sains kelompok siswa pada tingkat kemampuan berpikir kreatif tinggi sebesar 71,86 sedangkan rata-rata keterampilan proses sains kelompok siswa pada tingkat kemampuan berpikir kreatif rendah sebesar 69,22.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan berpikir kreatif dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa. Model pembelajaran Inquiry Training menggunakan macromedia flash lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir kreatif tinggi.

(29)

113

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, maka peneliti memberikan saran :

1. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan terlebih dahulu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa agar keterampilan proses sains siswa juga meningkat dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash. Hal ini akan memudahkan siswa dalam melaksanakan

pembelajaran melalui serangkaian percobaan sehingga siswa lebih memahami materi yang diajarkan.

2. Dalam penerapan model pembelajaran inquiry training menggunakan macromedia flash siswa masih kesulitan untuk mengemukakan pertanyaan

yang bisa dijawab “ya” dan “tidak”, sebaiknya peneliti lanjutan terlebih

dahulu memotivasi siswa atau memberikan contoh-contoh pertanyaan yang bisa dijawab “ya” dan “tidak”.

3. Untuk peneliti selanjutnya apabila ingin menggunakan model pembelajaran inquiry training sebaiknya pada siswa yang memiliki kemampuan berpikir

(30)

114

DAFTAR PUSTAKA

Arends. R.I. 2012. Learning to Teach, Ninth Edition. Americas, New York : McGraw-Hill Companies, Inc

Arikunto, S. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Revisi. Jakarta : Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.

Arsyad, A. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta : Raja Grafindo Persada

Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training untuk Mengembangkan Keterampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Science Educational Journal ESEJ, 1(1) : 1-11

Damanik, D.P. & Bukit, N. 2013. Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training (IT) dan Direct Instruction (DI). Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2(1) : 16-25

Deta, U.A., Suparmi & Widha, S. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing dan Proyek, Kreativitas, Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika 9 : 28-34

Dimyati & Mudjiono. 2013. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Djamarah, S.B. & Zain, A. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Djiwandono, S.E.W. 2002. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Gramedia Widiasarana Indonesia

(31)

115

Fatmi, N. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Proses Sains Pada Siswa SMAN 1 Julok Aceh Timur. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED Medan.

Hamalik, O. 2009. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Hayati. 2013. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbasis Multimedia dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Gerak Parabola di SMA Negeri 1 Sunggal. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED Medan.

Hergenhahn, B.R. & Olson, M. 2008. Theories of Learning. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Hussain, A., Azeem, M. & Shakoor, A. 2011. Physics Teaching Methods : Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science, 1(19) : 269-276

Joyce, B. & Weil, M. 2003. Models Of Teaching (5th Ed). New Delhi: Privite Limited.

Joyce, B., Weil, M. & Calhoun, E. 2009. Models Of Teaching (Model-Model Pengajaran Edisi Kedelapan). Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kalman, C.S. 2008. Successful Science and Engineering Teaching : Theoretical and Learning Perspective. Canada : Springer

Kumari, U.N. & Rao, D.B. 2008. Sciences Process Skills of School Students. New Delhi : Discovery Publishing House PVT. LTD.

Kusuma, S.P. 2014. Pengaruh Motode Pembelajaran dan Berpikir Kreatif Terhadap Hasil Belajar Sejarah Siswa SMA. Jurnal Pendidikan Sejarah. Vol 3 No. 2.

Mainisa. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri dan Kreativitas Terhadap Keterampilan Generik Sains Siswa Di SMA Negeri 1 Peukan Pidie. Tesis tidak diterbitkan. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

(32)

116

Munandar, U. 2012. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Ngatiqoh, S, Sriyono, & Ngazizah, N. Pengaruh Motivasi Berprestasi dan Kreativitas Berpikir terhadap Prestasi Belajar IPA (Fisika) Kelas VIII SMP Negeri se-Kabupaten Purworejo Tahun Pelajaran 2011/2012, 1(1) : 24-27

Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan V. 2011. Effectiveness of Inquiry Training Model over Conventional Teaching Method on Academic Achievement of Science Students in India. Journal of Innovative Research in Education, 1(1) : 7-20

Purwanto, M.N. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Rahayu, E., Susanto, H. & Yulianti, D. 2011. Pembelajaran Sains dengan

Pendekatan Keterampilan Proses untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 : 106-110

Ramadhani, I. 2015. Efek Model Pembelajaran Berbasis Proyek dengan Strategi Think Talk Write dan Kreativitas Ilmiah terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Fisika Siswa SMA. Medan : Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Sakdiah, H. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan Handout dan Sikap Ilmiah Terhadap Pengetahuan Siswa berbasis Keterampilan Proses Sains. Tesis Program Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED Medan.

Sani, R.A. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan : Unimed Press Sani, R.A. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta : PT Bumi Aksara

Sanjaya, W. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Semiawan, C.R. 1987. Memupuk Bakat Dan Kreativitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.

Semiawan, C.R. 2010. Kreativitas Keberbakatan. Jakarta : PT Indeks

(33)

117

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta : Rineka Cipta.

Subagyo, Y., Wiyanto & Marwoto, P. 2009. Pembelajaran dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 : 42-46 Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung : Tarsito

Tanjung, Y. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Just In Time Teaching dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika Mahasiswa. Tesis tidak diterbitkan. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana.

Trisno, Kendek, Y. & Pasaribu, M. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), 2(1) : 14-20 Wahyudin, Sutikno & Isa, A. 2010. Keefektifan Pembelajaran Berbantuan

Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing untuk Meningkatkan Minat dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 : 58-62

Widyasari, L.A., Sarwanto, Prayitno, B.A. 2013. Pembelajaran Biologi Menggunakan Model Accelerated Learning Melalui Concept Mapping dan Mind Mapping Ditinjau Dari Krreativitas dan Kemampuan Verbal Siswa. 2(3) : 247-254

Gambar

Gambar 3.1.  Diagram Alur Prosedur Penelitian .......................................

Referensi

Dokumen terkait

Siswa masih menjadi objek dalam proses belajar karena guru kurang.. mengikutsertakan siswa dalam

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah penggunaan media

Teknologi pengeringan yang relatif baru yaitu dengan menggunakan radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar dari infa r e d dan lebih kecil dari gelombang

Berdasarkan hasil pembehasan senamtiasa terlihat adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2 maupun siklus 1 ke siklus 2 ditinjau dari rata-rata

Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan

[r]

 Melakukan permainan peran tentang pelaksanaan bentuk kepatuhan terhadap kebiasaan, tata tertib, tradisi,dan adat dalam kehidupan di sekolah,keluarga, dan masyarakat sekitar

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major