PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING
BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP
AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS
IPA SISWA SMP
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Pada Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh
FATMAWARNY PANJAITAN NIM : 8146175009
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
Fatmawarny Panjaitan (NIM. 8146175009). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains IPA Siswa SMP. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori ; (2) Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, serta (3) Interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan tingkat kemampuan pemahaman konsep awal dalam meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random class. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dalam bentuk lembar observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep awal dalam bentuk soal uraian serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anava dua jalur.
Hasil penelitian melalui analisis uji hipotesis bahwa ada perbedaan signifikan antara efek model pembelajaran, pemahaman konsep awal terhadap keteram[ilan proses sains IPA siswa. Kesimpulan menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dari pada kelompok siswa dengan kemampuan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi keterampilan proses sains IPA siswa.
ii ABSTRACT
Fatmawarny Panjaitan (NIM. 8146175009). The Effect of Inquiry Training’s Model Based on Colaborative Learnings’ Model and The Pre-Understanding Concept toward The Science Skill Process of The Junior High School Students. Thesis. Medan : The Post Graduated School State University of Medan, 2016. The aim of the Research were to analize about the students’ science skill process was taught by using Inquiry Training’s Model based on Colaborative Learnings’ Model is better than expository learning ; (2) the students’ science skill process who had high category of pre-understanding concept was better than low category of pre-understanding concept, and (3) the interaction between inquiry training learning model based on collaborative learning and the level of pre-understanding concept ability in improving the students’scince process skill.
The researh type was quasi experiment with two group pre test – post test design. The population of the study was the students in grade VIII of SMP Negeri 5 Sibolga, academic year 2015/20016. The sample was choosen by using cluster random class technique.The sample was divided into two classes, the experiment class taught by inquiry training based on collaborative and controll class taught by expository learning. The instrument was consist of science process skill test in observation sheet and pre-understanding concept test in essay test and had clarified valid and reliable. The data of this research was analiyzed by using two ways Anova.
The result of the research with hypothesis of the test analysis that any significant different between the effect of learning model, pre-understanding concept to the students’ skill natural science process. The conclusion of this research showed that the inquiry training learning model based on colaborative was better than expository learning in improving the students’ science process skill, the science process skill of the students who had high category in pre understanding concept ability was better than low category, and there was interaction between inquiry training learning model based on collaborative and the level of pre–understanding concept ability in affecting students’science process skill.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains IPA Siswa SMP” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.
Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M dan Ibu Prof. Dr. Retno Suyanti, M.Si sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si selaku narasumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
iv
Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Alpian Hutauruk selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga yang telah memberikan support dan motivasi kepada penulis, Bapak Anizar selaku Kepala SMPN 5 Sibolga beserta seluruh dewan guru dan pegawai atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melakukan penelitian.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan DIKFIS A dan B 2014 ( Anggi, Andri, Bakti, Jefri, Kak Dela, Elvi, Sinta, Nazila, Muliani, bang Sumihar, Riska, Pretty, Eni, Kiky, Dara, Mutia, Mila). Teman seperjuangan Masriani, Kak Hikmah, Elvita, Kak Radima, Inge, Helena, serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan.
Medan, Maret 2016 Penulis,
v
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Batasan Masalah ... 8
1.4. Rumusan Masalah ... 8
1.5. Tujuan Penelitian ... 9
1.6. Manfaat Penelitian ... 10
1.7. Defenisi Operasional ... 10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 12
2.1.1. Model Pembelajaran ... 12
2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 13
2.1.3. Model Pembelajaran Inquiry training ... 16
2.1.3.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry training ... 16
2.1.3.2. Karakteristik Model Pembelajaran inquiry training ... 19
2.1.3.3. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training... 27
2.1.4. Pembelajaran Kolaboratif... 29
2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif... 29
2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif ... 32
2.1.4.3. Tujuan dari pembelajaran kolaboratif ... 33
2.1.4.4. Langkah – langkah Pembelajaran Kolaboratif ... 35
2.1.5. Model pembelajaran Ekspositori... 38
2.1.5.1. Pengertian Model pembelajaran Ekspositori... 38
2.1.5.2. Prinsip-prinsip penggunaan Model pembelajaran Ekspositori... 39
2.1.5.3. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran ekspositori ... 40
2.1.7. Pemahaman Konsep Awal... 43
2.1.8. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 47
vi
2.1.8.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 50
2.1.8.3. Pegukuran Keterampilan Proses Sains ... 53
2.1.9. Penelitian yang relevan... 55
2.2. Kerangka Konseptual ... 60
2.2.1. Perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan model pembelajaran ekspositori... 60
2.2.2. Perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok dengan pemahaman konsep diatas rata-rata dan pemahaman konsep dibawah rata-rata IPA siswa... 63
vii
4.1.2. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes... 97
4.1.2.1. Deskripsi Data Pretes... 97
4.1.2.2. Uji Normalitas Data Pretes... 100
4.1.2.3. Uji Homogenitas Data Pretes... 100
4.1.2.4. Uji Asumsi (Uji t pretes)... 101
4.1.3. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes... 102
4.1.3.1. Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian... 102
4.1.3.2. Deskripsi Data Postes Keterampilan Proses Sains... 107
4.1.3.3. Uji Normalitas Data Postes... 109
4.1.3.4. Uji Homogenitas Data Postes... 109
4.1.4. Hasil Instrumen Pemahaman konsep awal... 110
4.1.5. Analisis Hasil Penelitian... 113
4.1.5.1. Analisis Data Postes Keterampilan Proses Sains... 113
4.1.5.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep Awal... 113
4.2. Pengujian Hipotesis... 115
4.3. Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains... 126
4.4. Pembelajaran Berbasis Kolaboratif... 127
4.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 129
4.5.1. Keterampilan Proses Sains IPA Siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Ekspositori... 129
4.5.2. Keterampilan Proses Sains IPA Siswa Pada Kelompok Siswa yang Memiliki Pemahaman konsep awal Diatas Rata-rata lebih baik Dibandingkan Kelompok Siswa Yang Memiliki Pemahaman konsep awal dibawah rata-rata... 132
viii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran
IPA semester genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga... 5
Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training... 19
Tabel 2.2 Kegiatan Siswa dan Guru Model Pembelajaran Inquiry Training... 25
Tabel.2.3. Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif selama proses pembelajaran berlangsung... 37
Tabel.2.4. Indikator Pemahaman Konsep... 47
Tabel 2.5. Penelitian Terdahulu... 55
Tabel 3.1. Rancangan Penelitian... 68
Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA dua jalur... 69
Tabel 3.3. Kisi-kisi Pemahaman Konsep awal... 71
Tabel 3.4. Rubrik Penilaian Instrumen Pemahaman Konsep Awal... 71
Tabel 3.5. Kisi-kisi tes keterampilan proses sains... 75
Tabel 3.6. Rubrik Penilaian Instrumen Keterampilan Proses Sains... 75
Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains... 86
Tabel 3.8. Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains... 88
Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran Soal... 89
Tabel 3.10. Daya Pembeda... 90
Tabel 3.10. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan... 94
Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa... 98
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes... 100
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes... 100
Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 102
Tabel 4.5. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen... 107
Tabel 4.6. Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 109
Tabel 4.7. Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 110
Tabel 4.8. Data Pemahaman konsep awal Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 111
ix
konsep awal Diatas dan Dibawah Rata-rata pada
Kelas Kontrol... 114 Tabel 4.11. Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Pemahaman
konsep awal Diatas dan Dibawah Rata-rata pada Kelas
Eksperimen... 115 Tabel 4.12. Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur... 116 Tabel 4.13. Data Tingkat Pemahaman konsep awal dan Keterampilan
Proses Sains... 117 Tabel 4.14. Uji Homogenitas Antar Kelompok... 117 Tabel 4.15. Deskripsi Statistik Model Pembelajaran Dan
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Efek Model Pembelajaran Inquiry Training... 24
Gambar 3.1. Skema pelaksanaan Penelitian... 83
Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 99
Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen... 99
Gambar 4.3. Hasil data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa.... 104
Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Uji Lembar Kerja Siswa... 106
Gambar 4.5. Histogram Data Postes Kelas Kontrol... 108
Gambar 4.6. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen... 108
Gambar 4.7. Diagram Postes dan Pretes kelas eksperimen dan kontrol.. 113
Gambar 4.8. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan Pemahaman konsep awal Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains... 123
Gambar 4.9. Persentase Pembelajaran Berbasis Kolaboratif... 128
Gambar 4.10. Hubungan model pembelajaran dengan nilai rata-rata KPS 130 Gambar 4.11. Hubungan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains yang memiliki pemahaman konsep awal diatas rata-rata dan di bawah rata-rata... 133
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 144
Lampiran 2. RPP pertemuan 1... 146
Lampiran 3. LKS 1 Gaya sentuh dan tak sentuh ... 154
Lampiran 4. Bahan ajar pertemuan 1 ... 157
Lampiran 5. RPP pertemuan 2 ... 162
Lampiran 6. LKS 3 Gaya gesek antara dua permukaan benda ... 170
Lampiran 7. Bahan ajar pertemuan 2 ... 173
Lampiran 8. RPP pertemuan 3 ... 176
Lampiran 9. LKS hubungan antara massa dan berat ... 184
Lampiran 10. Bahan ajar pertemuan 3 ... 187
Lampiran 11. Instrumen KPS IPA SMP ... 189
Lampiran 12. Lembar Validitas Tes Keterampilan Proses Sains... 196
Lampiran 13. Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains... 199
Lampiran 14. Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains... 201
Lampiran 15. Daya Beda Soal Keterampilan Proses Sains... 203
Lampiran 16. Tingkat Kesukaran Keterampilan Proses Sains... 204
Lampiran 17. Butir Soal Pemahaman Konsep... 205
Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Pemahaman Konsep Awal... 212
Lampiran 19. Tabulasi Data Pretes... 215
Lampiran 20. Tabulasi Data Postes... 217
Lampiran 21. Tabulasi Data Pemahaman Konsep Awal... 219
Lampiran 22. Distribusi Data Penelitian... 221
Lampiran 23. Tabulasi Pengelompokan Data Pemahaman Konsep Awal. 223 Lampiran 24. Analisis Statistik Data Pretes... 225
Lampiran 25. Analisis Statistik Data Postes... 228
Lampiran 26. Uji Hipotesis Dengan Anava Dua Jalur (2x2)... 230
Lampiran 27. Uji Scheffe... 232
Lampiran 28. Tabulasi Data Observasi Kolaboratif... 234
Lampiran 29. Tabulasi Data Observasi... 238
Lampiran 30. Rubrik Pengamatan Keterampilan Proses Sains IPA... 244
Lampiran 31. Tabulasi Nilai Lembar Kerja Siswa... 252
Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian... 253
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan merupakan objek luas yang mencakup seluruh
pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan adalah salah
satu cara untuk membenahi dan meningkatkan potensi diri seseorang. Pendidikan
merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.
Pendidikan sangat penting sebagai penentu kemajuan suatu negara dan
kesejahteraan rakyat.
Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan
banyaknya konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran,
sedangkan guru tidak mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa.
Perkembangan IPTEK yang semakin cepat menyebabkan guru tidak mungkin
mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Siswa perlu diberi bekal agar
dapat menggali fakta dan konsep secara mandiri, oleh karena itu pembelajaran
IPA di sekolah tidak cukup hanya mengetengahkan fakta–fakta atau konsep saja
tetapi harus mampu memberikan pengalaman kepada siswa untuk memahami
2
Dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan suasana belajar dan proses
pembelajaran diperlukan suatu perubahan paradigma pendidikan yang semula
proses belajar mengajar terpusat pada aktivitas guru ke arah aktivitas yang
terpusat pada siswa. Telah banyak upaya dilakukan pemerintah untuk mengubah
paradigma lama pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Proses pembelajaran ekspositori, kegiatan pembelajarannya melibatkan
guru, siswa, dan materi pokok pembelajaran yang terkandung di dalam buku ajar.
Meskipun dewasa ini eksperimen di kelas sudah sering dilakukan, namun
pembelajaran masih berpusat pada guru. Dampak dari pembelajaran seperti ini
adalah siswa yang pasif. Hal ini mencerminkan kurangnya minat dan motivasi
siswa untuk belajar IPA. Guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru
aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah
diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah
menjadi paradigma membelajarkan siswa. Pembelajaran yang masih didominasi
oleh guru menyebabkan siswa pasif, hanya menerima dan melakukan apa yang
diminta oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam menemukan konsep materi
secara mandiri.
IPA merupakan ilmu universal dan merupakan salah satu ilmu yang
mendasari perkembangan kemajuan sains dan teknologi. Pembelajaran IPA
diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk
memahami IPA secara ilmiah. IPA merupakan hasil pengalaman langsung dari
suatu gejala alam , membahas fenomena yang terjadi pada masalah–masalah nyata
3
dalam melakukan proses IPA dalam kehidupan sehari–hari dan trampil dalam
berpikir. Pembelajaran IPA merupakan suatu proses penemuan sistematis yang
harus ditempuh siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui belajar IPA,
siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses
sains, berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan
atau penyelesaian dari suatu permasalahan IPA yang dihadapi.
Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran
sebagian besar guru masih kurang memperhatikan keterlibatan siswa. Dalam
proses belajar mengajar hanya menggunakan informasi verbal dengan hanya
melakukan ceramah di depan kelas, sehingga hasil belajar yang diperoleh hanya
pengetahuan konsep dan tidak mendukung pengembangan keterampilan berpikir
siswa. Ketidakmampuan guru dalam menumbuh kembangkan pemahaman konsep
awal dan keterampilan proses sains siswa dikarenakan guru tidak mampu
merencanakan proses pembelajaran dengan baik. Tanpa adanya perencanaan
pembelajaran yang matang akan dapat menyebabkan kekeliruan guru dalam
mengajar antara lain: (1) guru tidak mampu dan tidak berusaha untuk mengetahui
kemampuan awal siswa, (2) guru tidak pernah mengajak siswa untuk proses sains,
(3) guru tidak berusaha memperoleh umpan balik, dan (4) guru menganggap
dirinya adalah orang yang paling mampu dan menguasai pembelajaran (Sanjaya,
2011:93).
Pada dasarnya model pembelajaran inquiry training lebih menekankan
pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. IPA mempunyai
4
keterampilan proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA harus menjelaskan
konsep-konsep IPA dengan benar dan ditempuh dengan pendekatan proses yaitu
keterampilan proses sains IPA. Keterampilan proses sains IPA diterapkan
berdasarkan pada anggapan bahwa IPA itu terbentuk dan berkembang akibat
diterapkannya suatu proses metode ilmiah. Keterampilan proses sains IPA ialah
keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir. Dengan demikian siswa
diharapkan dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan
proses sains IPA.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru–guru IPA dimana
peneliti merupakan salah satu guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 5 Sibolga
banyak ditemukan permasalahan yang menjadi kendala dalam tercapainya KKM.
Beberapa permasalahan analisis hasil pembelajaran dalam melaksanakan
pembelajaran IPA diantaranya: (1) Proses pembelajaran di kelas berorientasi pada
guru sebagai penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar pasif,
(2) IPA dalam hal ini khusus fisika menjadi pelajaran yang sulit untuk dipelajari
karena lebih banyak bertumpu pada teori daripada praktikum, (3) keaktifan dan
hasil belajar siswa rendah, (4) interaksi siswa dalam pembelajaran masih rendah,
(5) siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran karena masih bertumpu
pada teori, (6) jarangnya menggunakan laboratorium meskipun alat di
laboratorium memadai untuk praktikum, (7) kurangnya perencanaan guru bidang
studi IPA untuk mengadakan praktikum khususnya IPA fisika. Mayoritas siswa
sulit melampaui nilai lulus minimal KKM di SMP yaitu 75,00. Sehingga untuk
5
kepada siswa tersebut. Berikut rata–rata nilai ujian mata pelajaran IPA semester
genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga pada tabel 1.1
Tabel 1.1 Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran IPA semester genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga
Tahun pelajaran Nilai rata-rata KKM
2013 / 2014 67,00 75,00
2014 / 2015 70,00 75,00
Sumber : Arsip guru SMP Negeri 5 Sibolga
Salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan tersebut, yaitu dengan
melakukan perubahan paradigma dalam pembelajaran yang disertai dengan
perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir tersebut tidak hanya dilakukan oleh
guru di sekolah, tetapi juga oleh semua unsur praktisi dan teoretisi pendidikan.
Perubahan pola pikir tersebut diperlukan agar mereka mampu berkreasi secara
optimal dalam mengubah fasilitas belajar. Proses belajar mengajar akan lebih
menarik apabila guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang
relevan dengan konsep yang sedang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Salah satu model pembelajaran yang memberikan porsi ruang dan waktu
terbesar kepada siswa SMP adalah model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif. Dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu
mengkonstruksi konsep siswa dan mampu mengatasi keheterogenan siswa di
kelas, misalnya menggunakan model inquiry training berbasis kolaboratif. Model
inquiry training berbasis kolaboratif adalah model pembelajaran yang
menggabungkan model pembelajaran inquiry training dan model kolaboratif.
Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran
6
konvensional ( Trisno,dkk. 2013 : 14-20 ; Pandey et al., 2011 : 7-20 ; Abdi, 2014 :
37-41 ; Sirait, 2012 : 21-26. Model pembelajaran inquiry training secara
signifikan lebih efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Hayati, dkk. 2013
: 24-33 ; Vaishnav , 2013 : 1216-1220).
Model pembelajaran inquiry training apabila diterapkan dalam
pembelajaran akan memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring (Joyce
& Weil, 2011 : 205). Adapun dampak instruksional dari model pembelajaran
inquiry training antara lain adalah keterampilan proses sains. Hal ini sesuai
dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat
ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains (Azizah
(2012 : 1-11; Nirwana, dkk. 2014 : 31-42 ; Puspandini, 2014 : 1-6 ; Erggul et al.,
2011 : 48-67).
Model pembelajaran inkuiri juga dapat meningkatkan keterampilan proses
sains dan pemahaman konsep awal siswa, sesuai dengan penelitian (Sari 2014 :
1-7 ; Tangkas, 2012 : 1-11-7 ; Setyawati, dkk. 2014 : 1-9 ; Marheni,dkk. 2014 : 1-11 ;
Panjaitan, dkk. 2015 : 8-22 ; Rizal, 2014 : 159-165). Untuk mengetahui hasil
keterampilan proses sains siswa juga dapat digunakan dengan pembelajaran
kolaboratif. Sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa model
collaborative teamwork learning mempengaruhi keterampilan proses sains dan
pemahaman konsep awal (Darmayanti, dkk. 2013 : 1-12 ; Santoso, 2013 : 15-19).
Agar dapat memperoleh manfaat dari pembelajaran IPA, maka pada
penelitian ini dicoba suatu model pembelajaran inquiry training berbasis
7
sebagai alternatif dalam proses pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan SMP.
Pada penelitian ini dipilih model inquiry training berbasis kolaboratif, mengingat
siswa kelas VIII belum berpengalaman belajar dengan menggunakan model
pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, sehingga diperlukan
bimbingan dalam pembuatan keputusan tentang pembuatan data yang akan
dikumpulkan dan bagaimana cara pengumpulan datanya.
Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian
untuk mengembangkan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
untuk meningkatkan keterampilan proses sains IPA dan pemahaman konsep awal
IPA siswa kelas VIII pada pokok bahasan Gaya. Maka peneliti melakukan
penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Inquiry Training Berbasis
Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses
Sains IPA Siswa SMP”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah
untuk dikaji dan diteliti dalam pembelajaran IPA sebagai berikut:
1. Kemampuan hasil belajar IPA yang relatif rendah.
2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep awal awal siswa.
3. Keterampilan proses sains IPA siswa kurang.
4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar
8
5. Proses belajar masih mengunakan model ekspositori tidak melibatkan
siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
6. Penggunaan laboratorium untuk praktikum IPA masih kurang.
7. Tidak adanya perencanaan guru untuk melakukan praktikum di
laboratorium.
8. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif yang belum
diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.
1.3. Batasan Masalah
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan
mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka
peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian dari banyaknya permasalahan
yang teridentifikasi sebagai berikut:
1. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan model
pembelajaran ekspositori.
2. Pemahaman konsep awal IPA siswa.
3. Kemampuan siswa dalam keterampilan proses sains IPA.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa dengan
penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
9
2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa pada
kelompok dengan pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan
pemahaman konsep awal di bawah rata-rata?
3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif dan model pembelajaran ekspositori dengan tingkat
pemahaman konsep awal IPA siswa dalam mempengaruhi keterampilan
proses sains IPA siswa?
1.5 . Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni untuk:
1. Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa
dengan penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis
kolaboratif dengan model pembelajaran ekspositori.
2. Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa
pada kelompok dengan pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan
pemahaman konsep awal di bawah rata-rata.
3. Mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry
training berbasis kolaboratif dan model pembelajaran ekspositori dengan
tingkat pemahaman konsep awal IPA siswa dalam mempengaruhi
10
1.6. Manfaat Penelitian
Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat
penelitian sebagai berikut:
1. Apabila pembelajaran model inquiry training berbasis kolaboratif dalam
penelitian ini berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains IPA
siswa, maka model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif
dapat dijadikan sebagai alternatif salah satu model pembelajaran untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru
dalam proses belajar mengajar dalam menggunakan model inquiry
training berbasis kolaboratif untuk melihat interaksi dengan tingkat
pemahaman konsep awal IPA siswa.
3. Sebagai sumber informasi bagi guru IPA dalam merancang model
pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna
meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.
1.7. Definisi Operasional
1. Model pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran
yang dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses sainstifik
yang tujuan akhirnya adalah untuk menemukan pengetahuan yang baru.
2. Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang
11
seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat
menguasai materi pelajaran secara optimal
3. Pembelajaran kolaboratif adalah suatu strategi pembelajaran di mana para
siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil
kearah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu
antara satu dengan yang lain.
4. Pemahaman konsep awal adalah kompetensi yang ditunjukkan siswa
dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes,
akurat, efisien dan tepat. Konsep awal diberikan di awal pembelajaran
yaitu materi sebelum gaya. Pemahaman konsep awal yang mendukung
konsep gaya adalah materi gerak.
5. Keterampilan proses sains IPA didefenisikan sebagai wawasan atau anutan
pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial, dan fisik
yang bersumber dari kemampuan–kemampuan mendasar yang pada
prinsipnya ialah ada dalam diri siswa sehingga mampu memproses
informasi untuk memperoleh fakta, konsep, maupun pengembangan
138
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa menggunakan
pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan rata-rata 76,33 lebih baik dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan rata-rata 66,33.
2. Kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok pemahaman konsep awal di atas rata-rata 73,42 lebih baik dibandingkan
kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok pemahaman konsep awal di bawah rata-rata 67,60.
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep
awal dalam meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa. Maka interaksi pada kelas eksperimen keterampilan proses sains pemahaman
konsep awal di atas rata-rata lebih dominan daripada keterampilan proses sains pemahaman konsep awal dibawah rata-rata. Dan untuk kelas kontrol keterampilan proses sains pemahaman konsep awal di atas rata-rata sama
139
5.2. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak
karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training
berbasis kolaboratif dan dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori masih sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan
pembelajaran. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif baik diterapkan karena dapat meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.
2. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, maka sebaiknya
siswa mulai dilatih dan dibimbing untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana ketika pembelajaran IPA agar memiliki respon yang cepat akan melakukan model pembelajaran inquiry training.
3. Teknik dalam pelaksanaan model inquiry training sebaiknya disesuaikan dengan persediaan alat praktikum yang ada di sekolah. Dimana yang
seharusnya jika menggunakan model inquiry training alat praktikum disediakan satu set per siswa.
4. Teknik dalam penilaian observasi atau pengamatan dalam pelaksanaan model
inquiry training sebaiknya dinilai oleh beberapa orang observer di dalam
kelas, agar dapat mengamati siswa dengan jelas dan benar selama
140
DAFTAR PUSTAKA
Abdi, A. (2014). The Effect Of Inquiry-Based Learning Method On Students’
Academic Achievement In Science Course. Universal Journal of
Educational Research. 2(1) : 37-41
Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode Dan Aplikasi.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk
Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asessmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arends, R.I. (2013). Belajar Untuk Mengajar. Buku 2. Jakarta: Salemba
Humanika.
Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
--- (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
--- (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azizah, A. (2012). Inquiry training untuk mengembangkan ketrampilan meneliti
mahasiswa. Unnes Science Education Journal. USEJ , 1(1) : 1-11
Dahar, R. W. (2013). Teori – Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.
Darmayanti, N. Sadia, W. Sudiatmika,A. (2013). Pengaruh Model Collaborative
Teamwork Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman
Konsep Ditinjau Dari Gaya Kognitif. E-Journal Program Pascasarjana
Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1)-12
Dimyati, & Mudjiono, (2013). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Ergul, R. Simsekli, Y. Calis, S., Z.,Gocmencelebi, S., Sanli, M. (2011). The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School
Students’ Science Process Skills And Science Attitudes. Bulgarian Journal
of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1) : 48-67
Hayati & Suyanti, R.D, (2013). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
Berbasis Multimedia Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2(1) : 24-33
141
Johnson, D. Johnson, R. Holubec, E.J. (2012). Colaborative Learning: Strategi
Pembelajaran Untuk Sukses Bersama. Bandung: Nusa Media.
Joyce, B. & Weil, M. (2011). Models Of Teaching. Model – Model Pengajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Kanginan, M. (2013). IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Berdasarkan Standar Isi
2006. Jakarta: Erlangga.
Marheni, N. P, Muderawan, I. W & Tika, I. M, (2014). Studi Komparasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada
Pembelajaran Sains SMP. E – Journal Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Ganesha. 4 (1)-11
Nirwana, F.B, Nyeneng, D.P & Maharta, N. (2014). Pengaruh Keterampilan
Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Pada Model Latihan Inkuiri. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 2(3) : 31-42
Olson, Steve. (2013). Inkuiri Dan Standar –Standar Pendidikan Sains, Sebuah
Panduan Untuk Pengajaran Dan Pembelajaran. Bandung.
Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan, V. (2011). Effectiveness Of Inquiry Training Model Over Conventional Teaching Method On Academic Achievement Of
Science Students In India. Journal of Innovative Research in Education, 1
(1) : 7-20
Panjaitan, M.B. Nur, M. Jatmiko, B. (2015). Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif-Inkuiri Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Dan
Pemahaman Konsep Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 11(1)
: 8-22
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun (2006). Tentang Standar
Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Puspandini, R. (2014). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training
Dan 5e Learning Cycle Terhadap Prestasi Belajar Dan Kerja Ilmiah Fisika
Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal
Online Universitas Negeri Malang. : 1-6
Rizal, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep
IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains. 2(3) : 159-165
Rusman, (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
142
Rustaman, N. Y. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri
Dalam Pendidikan Sains. Makalah Dipresentasikan Dalam Seminar
Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana Dan Pemerhati Pendidikan Ipa Indonesia Bekerjasama Dengan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung
Sagala, S. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, Wina, (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
--- (2011). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Santoso, S. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Dan Motivasi Belajar
Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 1
Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. 5(1):
15-19
Sari, R.P. (2014). Penerapan Inquiry Training Model Untuk Meningkatkan
Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII F SMPN
1 Karangploso. Jurnal Online Universitas Negeri Malang. : 1-7
Sato, M. (2007). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah, makalah dalam
Bacaan Rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan Pengalaman Jepang dan IMSTEP. Jakarta: Sistems.
Semiawan, C. Tangyong, A. Belen, S, Matahelemual, Y, Suseloardjo, W. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Jakarta. Gramedia.
Setyawati, N. W, Candiasa, I. M. & Yudana, I.M, (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta
Kabupaten Badung. Jurnal Administrasi Pendidikan. 5(1) : 1-9
Silberman, M. ( 2013). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:
Nusa Media.
Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil
Belajar Pada Materi Pokok Usaha Dan Energi Kelas VIII MTsN 3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. 1(1) : 21-26
Slameto, (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka
143
Slavin, R.E. (2008). Co-Operative Learning: What Makes Groupwork Work?.
Research And Practice.
Sudijono, A, (2014). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers.
Sudjana, (2009). Metoda Statistika. Bandung, Tarsito.
Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah: Wawasan Baru,
Beberapa Metode Pendukung Dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakarta. Rineka Cipta
Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia, Yogjakarta: Graha Ilmu.
Suyanto, & Jihad, A (2014). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga.
Tangkas, I M, (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan
Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3 Amlapura. Jurnal Pendidikan IPA.
2(1) : 1-17
Tawil, M & Liliasari (2014). Keterampilan–Keterampilan Sains Dan
Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makasar.Badan Penerbit UNM.
Trianto, (2013). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.
Trisno, Kendek, Y.& Pasaribu, M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa
SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). 2(1): 14-20
Vaishnav, R. (2013). Effectiveness Of Inquiry Training Model For Teaching
Science. Scholarly Research Journal For Interdisciplinary Studies. 1(5) :
1216-1220
Wenning, C.J. (2012). The Levels Of Inquiry Models Of Science Teaching. Journal
Of Physics Teacher Education Online. Summer 2010.
Widodo, T, Cahyono, T, Suprayogi, B, Suharsono, Mintayani, S, (2009). IPA
Terpadu Untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Jakarta. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional.
Wijaya, A, Suryatin, B, Salirawati, D, (2009). Cerdas Belajar IPA Untuk SMP/
MTs Kelas VIII. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan
Nasional.
Wisudawati, A.W. & Sulistyowati, E, (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.