• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS IPA SISWA SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS IPA SISWA SMP."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING

BERBASIS KOLABORATIF DAN PEMAHAMAN KONSEP

AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS

IPA SISWA SMP

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Pada Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh

FATMAWARNY PANJAITAN NIM : 8146175009

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

Fatmawarny Panjaitan (NIM. 8146175009). Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses Sains IPA Siswa SMP. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan siswa yang diajarkan dengan pembelajaran ekspositori ; (2) Keterampilan proses sains siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, serta (3) Interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan tingkat kemampuan pemahaman konsep awal dalam meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain two group pretest-posttest design. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga tahun ajaran 2015/2016. Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik cluster random class. Sampel dibagi dalam dua kelas, kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan kelas kontrol diajarkan dengan pembelajaran ekspositori. Instrumen yang digunakan terdiri dari tes keterampilan proses sains dalam bentuk lembar observasi dan tes kemampuan pemahaman konsep awal dalam bentuk soal uraian serta telah dinyatakan valid dan reliabel. Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan Anava dua jalur.

Hasil penelitian melalui analisis uji hipotesis bahwa ada perbedaan signifikan antara efek model pembelajaran, pemahaman konsep awal terhadap keteram[ilan proses sains IPA siswa. Kesimpulan menunjukkan bahwa model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa, keterampilan proses sains pada kelompok siswa yang memiliki kemampuan pemahaman konsep awal di atas rata-rata lebih baik dari pada kelompok siswa dengan kemampuan pemahaman konsep awal di bawah rata-rata, serta terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan pemahaman konsep awal dalam mempengaruhi keterampilan proses sains IPA siswa.

(6)

ii ABSTRACT

Fatmawarny Panjaitan (NIM. 8146175009). The Effect of Inquiry Training’s Model Based on Colaborative Learnings’ Model and The Pre-Understanding Concept toward The Science Skill Process of The Junior High School Students. Thesis. Medan : The Post Graduated School State University of Medan, 2016. The aim of the Research were to analize about the students’ science skill process was taught by using Inquiry Training’s Model based on Colaborative Learnings’ Model is better than expository learning ; (2) the students’ science skill process who had high category of pre-understanding concept was better than low category of pre-understanding concept, and (3) the interaction between inquiry training learning model based on collaborative learning and the level of pre-understanding concept ability in improving the students’scince process skill.

The researh type was quasi experiment with two group pre test – post test design. The population of the study was the students in grade VIII of SMP Negeri 5 Sibolga, academic year 2015/20016. The sample was choosen by using cluster random class technique.The sample was divided into two classes, the experiment class taught by inquiry training based on collaborative and controll class taught by expository learning. The instrument was consist of science process skill test in observation sheet and pre-understanding concept test in essay test and had clarified valid and reliable. The data of this research was analiyzed by using two ways Anova.

The result of the research with hypothesis of the test analysis that any significant different between the effect of learning model, pre-understanding concept to the students’ skill natural science process. The conclusion of this research showed that the inquiry training learning model based on colaborative was better than expository learning in improving the students’ science process skill, the science process skill of the students who had high category in pre understanding concept ability was better than low category, and there was interaction between inquiry training learning model based on collaborative and the level of pre–understanding concept ability in affecting students’science process skill.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “ Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Berbasis Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains IPA Siswa SMP” dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa selesainya tesis ini berkat adanya bantuan moril maupun materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tesis ini.

Ucapan terimakasih secara khusus penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M dan Ibu Prof. Dr. Retno Suyanti, M.Si sebagai Pembimbing I dan II yang selalu memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal penulisan hingga selesainya tesis ini. Selanjutnya ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si, Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S, dan Bapak Dr. Karya Sinulingga, M.Si selaku narasumber dan tim penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.

(8)

iv

Selain itu, penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Alpian Hutauruk selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga yang telah memberikan support dan motivasi kepada penulis, Bapak Anizar selaku Kepala SMPN 5 Sibolga beserta seluruh dewan guru dan pegawai atas bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat melakukan penelitian.

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan DIKFIS A dan B 2014 ( Anggi, Andri, Bakti, Jefri, Kak Dela, Elvi, Sinta, Nazila, Muliani, bang Sumihar, Riska, Pretty, Eni, Kiky, Dara, Mutia, Mila). Teman seperjuangan Masriani, Kak Hikmah, Elvita, Kak Radima, Inge, Helena, serta berbagai pihak atas segala dorongan dan bantuannya sehingga penulisan tesis ini dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa selaku manusia biasa tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, sehingga di dalam penulisan tesis ini sudah tentu terdapat kekurangan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah khazanah ilmu pengetahuan.

Medan, Maret 2016 Penulis,

(9)

v

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Batasan Masalah ... 8

1.4. Rumusan Masalah ... 8

1.5. Tujuan Penelitian ... 9

1.6. Manfaat Penelitian ... 10

1.7. Defenisi Operasional ... 10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Teoritis ... 12

2.1.1. Model Pembelajaran ... 12

2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 13

2.1.3. Model Pembelajaran Inquiry training ... 16

2.1.3.1. Hakikat Model Pembelajaran Inquiry training ... 16

2.1.3.2. Karakteristik Model Pembelajaran inquiry training ... 19

2.1.3.3. Teori Belajar yang melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training... 27

2.1.4. Pembelajaran Kolaboratif... 29

2.1.4.1. Pengertian Pembelajaran Kolaboratif... 29

2.1.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kolaboratif ... 32

2.1.4.3. Tujuan dari pembelajaran kolaboratif ... 33

2.1.4.4. Langkah – langkah Pembelajaran Kolaboratif ... 35

2.1.5. Model pembelajaran Ekspositori... 38

2.1.5.1. Pengertian Model pembelajaran Ekspositori... 38

2.1.5.2. Prinsip-prinsip penggunaan Model pembelajaran Ekspositori... 39

2.1.5.3. Prosedur pelaksanaan model pembelajaran ekspositori ... 40

2.1.7. Pemahaman Konsep Awal... 43

2.1.8. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 47

(10)

vi

2.1.8.2. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 50

2.1.8.3. Pegukuran Keterampilan Proses Sains ... 53

2.1.9. Penelitian yang relevan... 55

2.2. Kerangka Konseptual ... 60

2.2.1. Perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan model pembelajaran ekspositori... 60

2.2.2. Perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok dengan pemahaman konsep diatas rata-rata dan pemahaman konsep dibawah rata-rata IPA siswa... 63

(11)

vii

4.1.2. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes... 97

4.1.2.1. Deskripsi Data Pretes... 97

4.1.2.2. Uji Normalitas Data Pretes... 100

4.1.2.3. Uji Homogenitas Data Pretes... 100

4.1.2.4. Uji Asumsi (Uji t pretes)... 101

4.1.3. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes... 102

4.1.3.1. Perlakuan dalam Pelaksanaan Penelitian... 102

4.1.3.2. Deskripsi Data Postes Keterampilan Proses Sains... 107

4.1.3.3. Uji Normalitas Data Postes... 109

4.1.3.4. Uji Homogenitas Data Postes... 109

4.1.4. Hasil Instrumen Pemahaman konsep awal... 110

4.1.5. Analisis Hasil Penelitian... 113

4.1.5.1. Analisis Data Postes Keterampilan Proses Sains... 113

4.1.5.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Kemampuan Pemahaman Konsep Awal... 113

4.2. Pengujian Hipotesis... 115

4.3. Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains... 126

4.4. Pembelajaran Berbasis Kolaboratif... 127

4.5. Pembahasan Hasil Penelitian... 129

4.5.1. Keterampilan Proses Sains IPA Siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran Ekspositori... 129

4.5.2. Keterampilan Proses Sains IPA Siswa Pada Kelompok Siswa yang Memiliki Pemahaman konsep awal Diatas Rata-rata lebih baik Dibandingkan Kelompok Siswa Yang Memiliki Pemahaman konsep awal dibawah rata-rata... 132

(12)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran

IPA semester genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga... 5

Tabel 2.1. Sintaks Model Pembelajaran Inquiry Training... 19

Tabel 2.2 Kegiatan Siswa dan Guru Model Pembelajaran Inquiry Training... 25

Tabel.2.3. Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif selama proses pembelajaran berlangsung... 37

Tabel.2.4. Indikator Pemahaman Konsep... 47

Tabel 2.5. Penelitian Terdahulu... 55

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian... 68

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA dua jalur... 69

Tabel 3.3. Kisi-kisi Pemahaman Konsep awal... 71

Tabel 3.4. Rubrik Penilaian Instrumen Pemahaman Konsep Awal... 71

Tabel 3.5. Kisi-kisi tes keterampilan proses sains... 75

Tabel 3.6. Rubrik Penilaian Instrumen Keterampilan Proses Sains... 75

Tabel 3.7. Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains... 86

Tabel 3.8. Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains... 88

Tabel 3.9. Tingkat Kesukaran Soal... 89

Tabel 3.10. Daya Pembeda... 90

Tabel 3.10. Rumus Unsur Persiapan Anava Dua Jalan... 94

Tabel 4.1. Data Pretes Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa... 98

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes... 100

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes... 100

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 102

Tabel 4.5. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen... 107

Tabel 4.6. Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 109

Tabel 4.7. Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Postes) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 110

Tabel 4.8. Data Pemahaman konsep awal Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 111

(13)

ix

konsep awal Diatas dan Dibawah Rata-rata pada

Kelas Kontrol... 114 Tabel 4.11. Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Pemahaman

konsep awal Diatas dan Dibawah Rata-rata pada Kelas

Eksperimen... 115 Tabel 4.12. Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur... 116 Tabel 4.13. Data Tingkat Pemahaman konsep awal dan Keterampilan

Proses Sains... 117 Tabel 4.14. Uji Homogenitas Antar Kelompok... 117 Tabel 4.15. Deskripsi Statistik Model Pembelajaran Dan

(14)

x

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Efek Model Pembelajaran Inquiry Training... 24

Gambar 3.1. Skema pelaksanaan Penelitian... 83

Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 99

Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen... 99

Gambar 4.3. Hasil data Observasi Keterampilan Proses Sains Siswa.... 104

Gambar 4.4. Nilai Rata-rata Uji Lembar Kerja Siswa... 106

Gambar 4.5. Histogram Data Postes Kelas Kontrol... 108

Gambar 4.6. Histogram Data Postes Kelas Eksperimen... 108

Gambar 4.7. Diagram Postes dan Pretes kelas eksperimen dan kontrol.. 113

Gambar 4.8. Pola Garis Interaksi antara Model Pembelajaran dan Pemahaman konsep awal Siswa Terhadap Keterampilan Proses Sains... 123

Gambar 4.9. Persentase Pembelajaran Berbasis Kolaboratif... 128

Gambar 4.10. Hubungan model pembelajaran dengan nilai rata-rata KPS 130 Gambar 4.11. Hubungan nilai rata-rata Keterampilan Proses Sains yang memiliki pemahaman konsep awal diatas rata-rata dan di bawah rata-rata... 133

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 144

Lampiran 2. RPP pertemuan 1... 146

Lampiran 3. LKS 1 Gaya sentuh dan tak sentuh ... 154

Lampiran 4. Bahan ajar pertemuan 1 ... 157

Lampiran 5. RPP pertemuan 2 ... 162

Lampiran 6. LKS 3 Gaya gesek antara dua permukaan benda ... 170

Lampiran 7. Bahan ajar pertemuan 2 ... 173

Lampiran 8. RPP pertemuan 3 ... 176

Lampiran 9. LKS hubungan antara massa dan berat ... 184

Lampiran 10. Bahan ajar pertemuan 3 ... 187

Lampiran 11. Instrumen KPS IPA SMP ... 189

Lampiran 12. Lembar Validitas Tes Keterampilan Proses Sains... 196

Lampiran 13. Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains... 199

Lampiran 14. Uji Reliabilitas Tes Keterampilan Proses Sains... 201

Lampiran 15. Daya Beda Soal Keterampilan Proses Sains... 203

Lampiran 16. Tingkat Kesukaran Keterampilan Proses Sains... 204

Lampiran 17. Butir Soal Pemahaman Konsep... 205

Lampiran 18. Lembar Validitas Tes Pemahaman Konsep Awal... 212

Lampiran 19. Tabulasi Data Pretes... 215

Lampiran 20. Tabulasi Data Postes... 217

Lampiran 21. Tabulasi Data Pemahaman Konsep Awal... 219

Lampiran 22. Distribusi Data Penelitian... 221

Lampiran 23. Tabulasi Pengelompokan Data Pemahaman Konsep Awal. 223 Lampiran 24. Analisis Statistik Data Pretes... 225

Lampiran 25. Analisis Statistik Data Postes... 228

Lampiran 26. Uji Hipotesis Dengan Anava Dua Jalur (2x2)... 230

Lampiran 27. Uji Scheffe... 232

Lampiran 28. Tabulasi Data Observasi Kolaboratif... 234

Lampiran 29. Tabulasi Data Observasi... 238

Lampiran 30. Rubrik Pengamatan Keterampilan Proses Sains IPA... 244

Lampiran 31. Tabulasi Nilai Lembar Kerja Siswa... 252

Lampiran 32. Dokumentasi Penelitian... 253

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dunia pendidikan merupakan objek luas yang mencakup seluruh

pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Pendidikan adalah salah

satu cara untuk membenahi dan meningkatkan potensi diri seseorang. Pendidikan

merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat dan negara.

Pendidikan sangat penting sebagai penentu kemajuan suatu negara dan

kesejahteraan rakyat.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dewasa ini menghasilkan

banyaknya konsep yang harus dipelajari anak didik melalui pembelajaran,

sedangkan guru tidak mungkin lagi mengajarkan banyak konsep kepada siswa.

Perkembangan IPTEK yang semakin cepat menyebabkan guru tidak mungkin

mengajarkan semua fakta dan konsep kepada siswa. Siswa perlu diberi bekal agar

dapat menggali fakta dan konsep secara mandiri, oleh karena itu pembelajaran

IPA di sekolah tidak cukup hanya mengetengahkan fakta–fakta atau konsep saja

tetapi harus mampu memberikan pengalaman kepada siswa untuk memahami

(17)

2

Dalam upaya mewujudkan dan meningkatkan suasana belajar dan proses

pembelajaran diperlukan suatu perubahan paradigma pendidikan yang semula

proses belajar mengajar terpusat pada aktivitas guru ke arah aktivitas yang

terpusat pada siswa. Telah banyak upaya dilakukan pemerintah untuk mengubah

paradigma lama pendidikan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pendidikan.

Proses pembelajaran ekspositori, kegiatan pembelajarannya melibatkan

guru, siswa, dan materi pokok pembelajaran yang terkandung di dalam buku ajar.

Meskipun dewasa ini eksperimen di kelas sudah sering dilakukan, namun

pembelajaran masih berpusat pada guru. Dampak dari pembelajaran seperti ini

adalah siswa yang pasif. Hal ini mencerminkan kurangnya minat dan motivasi

siswa untuk belajar IPA. Guru masih menjadi pemain dan siswa penonton, guru

aktif dan siswa pasif. Paradigma lama masih melekat karena kebiasaan yang susah

diubah, paradigma mengajar masih tetap dipertahankan dan belum berubah

menjadi paradigma membelajarkan siswa. Pembelajaran yang masih didominasi

oleh guru menyebabkan siswa pasif, hanya menerima dan melakukan apa yang

diminta oleh guru sehingga siswa kurang aktif dalam menemukan konsep materi

secara mandiri.

IPA merupakan ilmu universal dan merupakan salah satu ilmu yang

mendasari perkembangan kemajuan sains dan teknologi. Pembelajaran IPA

diharapkan dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa untuk

memahami IPA secara ilmiah. IPA merupakan hasil pengalaman langsung dari

suatu gejala alam , membahas fenomena yang terjadi pada masalah–masalah nyata

(18)

3

dalam melakukan proses IPA dalam kehidupan sehari–hari dan trampil dalam

berpikir. Pembelajaran IPA merupakan suatu proses penemuan sistematis yang

harus ditempuh siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. Melalui belajar IPA,

siswa mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan keterampilan proses

sains, berpikir sistematis, logis, dan kritis dalam mengkomunikasikan gagasan

atau penyelesaian dari suatu permasalahan IPA yang dihadapi.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa dalam setiap pembelajaran

sebagian besar guru masih kurang memperhatikan keterlibatan siswa. Dalam

proses belajar mengajar hanya menggunakan informasi verbal dengan hanya

melakukan ceramah di depan kelas, sehingga hasil belajar yang diperoleh hanya

pengetahuan konsep dan tidak mendukung pengembangan keterampilan berpikir

siswa. Ketidakmampuan guru dalam menumbuh kembangkan pemahaman konsep

awal dan keterampilan proses sains siswa dikarenakan guru tidak mampu

merencanakan proses pembelajaran dengan baik. Tanpa adanya perencanaan

pembelajaran yang matang akan dapat menyebabkan kekeliruan guru dalam

mengajar antara lain: (1) guru tidak mampu dan tidak berusaha untuk mengetahui

kemampuan awal siswa, (2) guru tidak pernah mengajak siswa untuk proses sains,

(3) guru tidak berusaha memperoleh umpan balik, dan (4) guru menganggap

dirinya adalah orang yang paling mampu dan menguasai pembelajaran (Sanjaya,

2011:93).

Pada dasarnya model pembelajaran inquiry training lebih menekankan

pada pencarian pengetahuan daripada perolehan pengetahuan. IPA mempunyai

(19)

4

keterampilan proses. Oleh karena itu, dalam pembelajaran IPA harus menjelaskan

konsep-konsep IPA dengan benar dan ditempuh dengan pendekatan proses yaitu

keterampilan proses sains IPA. Keterampilan proses sains IPA diterapkan

berdasarkan pada anggapan bahwa IPA itu terbentuk dan berkembang akibat

diterapkannya suatu proses metode ilmiah. Keterampilan proses sains IPA ialah

keterampilan intelektual atau keterampilan berpikir. Dengan demikian siswa

diharapkan dapat mengembangkan keterampilan intelektual dan keterampilan

proses sains IPA.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada guru–guru IPA dimana

peneliti merupakan salah satu guru mata pelajaran IPA di SMP Negeri 5 Sibolga

banyak ditemukan permasalahan yang menjadi kendala dalam tercapainya KKM.

Beberapa permasalahan analisis hasil pembelajaran dalam melaksanakan

pembelajaran IPA diantaranya: (1) Proses pembelajaran di kelas berorientasi pada

guru sebagai penyampai materi sedangkan siswa hanya sebagai pendengar pasif,

(2) IPA dalam hal ini khusus fisika menjadi pelajaran yang sulit untuk dipelajari

karena lebih banyak bertumpu pada teori daripada praktikum, (3) keaktifan dan

hasil belajar siswa rendah, (4) interaksi siswa dalam pembelajaran masih rendah,

(5) siswa kurang termotivasi dalam proses pembelajaran karena masih bertumpu

pada teori, (6) jarangnya menggunakan laboratorium meskipun alat di

laboratorium memadai untuk praktikum, (7) kurangnya perencanaan guru bidang

studi IPA untuk mengadakan praktikum khususnya IPA fisika. Mayoritas siswa

sulit melampaui nilai lulus minimal KKM di SMP yaitu 75,00. Sehingga untuk

(20)

5

kepada siswa tersebut. Berikut rata–rata nilai ujian mata pelajaran IPA semester

genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga pada tabel 1.1

Tabel 1.1 Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran IPA semester genap kelas VIII SMP Negeri 5 Sibolga

Tahun pelajaran Nilai rata-rata KKM

2013 / 2014 67,00 75,00

2014 / 2015 70,00 75,00

Sumber : Arsip guru SMP Negeri 5 Sibolga

Salah satu cara untuk mengatasi kesenjangan tersebut, yaitu dengan

melakukan perubahan paradigma dalam pembelajaran yang disertai dengan

perubahan pola pikir. Perubahan pola pikir tersebut tidak hanya dilakukan oleh

guru di sekolah, tetapi juga oleh semua unsur praktisi dan teoretisi pendidikan.

Perubahan pola pikir tersebut diperlukan agar mereka mampu berkreasi secara

optimal dalam mengubah fasilitas belajar. Proses belajar mengajar akan lebih

menarik apabila guru dapat memilih dan menggunakan model pembelajaran yang

relevan dengan konsep yang sedang dipelajari sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai. Salah satu model pembelajaran yang memberikan porsi ruang dan waktu

terbesar kepada siswa SMP adalah model pembelajaran inquiry training berbasis

kolaboratif. Dengan menggunakan model pembelajaran yang mampu

mengkonstruksi konsep siswa dan mampu mengatasi keheterogenan siswa di

kelas, misalnya menggunakan model inquiry training berbasis kolaboratif. Model

inquiry training berbasis kolaboratif adalah model pembelajaran yang

menggabungkan model pembelajaran inquiry training dan model kolaboratif.

Beberapa penelitian terdahulu menyatakan bahwa model pembelajaran

(21)

6

konvensional ( Trisno,dkk. 2013 : 14-20 ; Pandey et al., 2011 : 7-20 ; Abdi, 2014 :

37-41 ; Sirait, 2012 : 21-26. Model pembelajaran inquiry training secara

signifikan lebih efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Hayati, dkk. 2013

: 24-33 ; Vaishnav , 2013 : 1216-1220).

Model pembelajaran inquiry training apabila diterapkan dalam

pembelajaran akan memiliki dampak instruksional dan dampak pengiring (Joyce

& Weil, 2011 : 205). Adapun dampak instruksional dari model pembelajaran

inquiry training antara lain adalah keterampilan proses sains. Hal ini sesuai

dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa hasil belajar siswa dapat

ditingkatkan dengan menerapkan pendekatan keterampilan proses sains (Azizah

(2012 : 1-11; Nirwana, dkk. 2014 : 31-42 ; Puspandini, 2014 : 1-6 ; Erggul et al.,

2011 : 48-67).

Model pembelajaran inkuiri juga dapat meningkatkan keterampilan proses

sains dan pemahaman konsep awal siswa, sesuai dengan penelitian (Sari 2014 :

1-7 ; Tangkas, 2012 : 1-11-7 ; Setyawati, dkk. 2014 : 1-9 ; Marheni,dkk. 2014 : 1-11 ;

Panjaitan, dkk. 2015 : 8-22 ; Rizal, 2014 : 159-165). Untuk mengetahui hasil

keterampilan proses sains siswa juga dapat digunakan dengan pembelajaran

kolaboratif. Sesuai dengan penelitian terdahulu yang menyimpulkan bahwa model

collaborative teamwork learning mempengaruhi keterampilan proses sains dan

pemahaman konsep awal (Darmayanti, dkk. 2013 : 1-12 ; Santoso, 2013 : 15-19).

Agar dapat memperoleh manfaat dari pembelajaran IPA, maka pada

penelitian ini dicoba suatu model pembelajaran inquiry training berbasis

(22)

7

sebagai alternatif dalam proses pembelajaran IPA pada jenjang pendidikan SMP.

Pada penelitian ini dipilih model inquiry training berbasis kolaboratif, mengingat

siswa kelas VIII belum berpengalaman belajar dengan menggunakan model

pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, sehingga diperlukan

bimbingan dalam pembuatan keputusan tentang pembuatan data yang akan

dikumpulkan dan bagaimana cara pengumpulan datanya.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan suatu penelitian

untuk mengembangkan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif

untuk meningkatkan keterampilan proses sains IPA dan pemahaman konsep awal

IPA siswa kelas VIII pada pokok bahasan Gaya. Maka peneliti melakukan

penelitian yang berjudul “ Pengaruh Model Inquiry Training Berbasis

Kolaboratif Dan Pemahaman Konsep Awal Terhadap Keterampilan Proses

Sains IPA Siswa SMP”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat diidentifikasi masalah

untuk dikaji dan diteliti dalam pembelajaran IPA sebagai berikut:

1. Kemampuan hasil belajar IPA yang relatif rendah.

2. Rendahnya kemampuan pemahaman konsep awal awal siswa.

3. Keterampilan proses sains IPA siswa kurang.

4. Proses belajar yang masih berpusat pada guru sehingga proses belajar

(23)

8

5. Proses belajar masih mengunakan model ekspositori tidak melibatkan

siswa secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

6. Penggunaan laboratorium untuk praktikum IPA masih kurang.

7. Tidak adanya perencanaan guru untuk melakukan praktikum di

laboratorium.

8. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif yang belum

diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan

mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka

peneliti membatasi permasalahan dalam penelitian dari banyaknya permasalahan

yang teridentifikasi sebagai berikut:

1. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dan model

pembelajaran ekspositori.

2. Pemahaman konsep awal IPA siswa.

3. Kemampuan siswa dalam keterampilan proses sains IPA.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa dengan

penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif

(24)

9

2. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa pada

kelompok dengan pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan

pemahaman konsep awal di bawah rata-rata?

3. Apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbasis

kolaboratif dan model pembelajaran ekspositori dengan tingkat

pemahaman konsep awal IPA siswa dalam mempengaruhi keterampilan

proses sains IPA siswa?

1.5 . Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini, yakni untuk:

1. Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa

dengan penerapan model pembelajaran inquiry training berbasis

kolaboratif dengan model pembelajaran ekspositori.

2. Mengetahui apakah ada perbedaan keterampilan proses sains IPA siswa

pada kelompok dengan pemahaman konsep awal di atas rata-rata dan

pemahaman konsep awal di bawah rata-rata.

3. Mengetahui apakah ada interaksi antara model pembelajaran inquiry

training berbasis kolaboratif dan model pembelajaran ekspositori dengan

tingkat pemahaman konsep awal IPA siswa dalam mempengaruhi

(25)

10

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas dapat diperoleh manfaat

penelitian sebagai berikut:

1. Apabila pembelajaran model inquiry training berbasis kolaboratif dalam

penelitian ini berpengaruh positif terhadap keterampilan proses sains IPA

siswa, maka model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif

dapat dijadikan sebagai alternatif salah satu model pembelajaran untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di sekolah.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan bagi guru

dalam proses belajar mengajar dalam menggunakan model inquiry

training berbasis kolaboratif untuk melihat interaksi dengan tingkat

pemahaman konsep awal IPA siswa.

3. Sebagai sumber informasi bagi guru IPA dalam merancang model

pembelajaran sebagai upaya mengatasi kesulitan belajar siswa guna

meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.

1.7. Definisi Operasional

1. Model pembelajaran inquiry training merupakan model pembelajaran

yang dirancang untuk membawa siswa langsung ke dalam proses sainstifik

yang tujuan akhirnya adalah untuk menemukan pengetahuan yang baru.

2. Model pembelajaran ekspositori adalah model pembelajaran yang

(26)

11

seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa dapat

menguasai materi pelajaran secara optimal

3. Pembelajaran kolaboratif adalah suatu strategi pembelajaran di mana para

siswa dengan variasi yang bertingkat bekerjasama dalam kelompok kecil

kearah satu tujuan. Dalam kelompok ini para siswa saling membantu

antara satu dengan yang lain.

4. Pemahaman konsep awal adalah kompetensi yang ditunjukkan siswa

dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur secara luwes,

akurat, efisien dan tepat. Konsep awal diberikan di awal pembelajaran

yaitu materi sebelum gaya. Pemahaman konsep awal yang mendukung

konsep gaya adalah materi gerak.

5. Keterampilan proses sains IPA didefenisikan sebagai wawasan atau anutan

pengembangan keterampilan–keterampilan intelektual, sosial, dan fisik

yang bersumber dari kemampuan–kemampuan mendasar yang pada

prinsipnya ialah ada dalam diri siswa sehingga mampu memproses

informasi untuk memperoleh fakta, konsep, maupun pengembangan

(27)

138

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah di uraikan pada bab sebelumnya,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa menggunakan

pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif dengan rata-rata 76,33 lebih baik dibandingkan dengan kemampuan keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran ekspositori dengan rata-rata 66,33.

2. Kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok pemahaman konsep awal di atas rata-rata 73,42 lebih baik dibandingkan

kemampuan keterampilan proses sains IPA siswa pada kelompok pemahaman konsep awal di bawah rata-rata 67,60.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan pemahaman konsep

awal dalam meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa. Maka interaksi pada kelas eksperimen keterampilan proses sains pemahaman

konsep awal di atas rata-rata lebih dominan daripada keterampilan proses sains pemahaman konsep awal dibawah rata-rata. Dan untuk kelas kontrol keterampilan proses sains pemahaman konsep awal di atas rata-rata sama

(28)

139

5.2. Saran

1. Untuk peneliti selanjutnya dapat mengalokasi waktu yang lebih banyak

karena waktu yang tersedia dalam pelaksanaan pembelajaran baik dibelajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training

berbasis kolaboratif dan dibelajarkan dengan pembelajaran ekspositori masih sangat kurang, sebab disesuaikan dengan jadwal sekolah yang bersangkutan. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai, dengan tujuan

pembelajaran. Model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif baik diterapkan karena dapat meningkatkan keterampilan proses sains IPA siswa.

2. Dilihat dengan karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif, maka sebaiknya

siswa mulai dilatih dan dibimbing untuk melakukan percobaan-percobaan sederhana ketika pembelajaran IPA agar memiliki respon yang cepat akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

3. Teknik dalam pelaksanaan model inquiry training sebaiknya disesuaikan dengan persediaan alat praktikum yang ada di sekolah. Dimana yang

seharusnya jika menggunakan model inquiry training alat praktikum disediakan satu set per siswa.

4. Teknik dalam penilaian observasi atau pengamatan dalam pelaksanaan model

inquiry training sebaiknya dinilai oleh beberapa orang observer di dalam

kelas, agar dapat mengamati siswa dengan jelas dan benar selama

(29)

140

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, A. (2014). The Effect Of Inquiry-Based Learning Method On Students’

Academic Achievement In Science Course. Universal Journal of

Educational Research. 2(1) : 37-41

Anam, K. (2015). Pembelajaran Berbasis Inkuiri: Metode Dan Aplikasi.

Yogjakarta: Pustaka Pelajar.

Anderson, L.W. & Krathwohl, D.R. (2010). Kerangka Landasan Untuk

Pembelajaran, Pengajaran, Dan Asessmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arends, R.I. (2013). Belajar Untuk Mengajar. Buku 2. Jakarta: Salemba

Humanika.

Arifin, Z. (2011). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Arikunto, S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

--- (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

--- (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Azizah, A. (2012). Inquiry training untuk mengembangkan ketrampilan meneliti

mahasiswa. Unnes Science Education Journal. USEJ , 1(1) : 1-11

Dahar, R. W. (2013). Teori – Teori Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Erlangga.

Darmayanti, N. Sadia, W. Sudiatmika,A. (2013). Pengaruh Model Collaborative

Teamwork Learning Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Pemahaman

Konsep Ditinjau Dari Gaya Kognitif. E-Journal Program Pascasarjana

Universitas Pendidikan Ganesha. 3 (1)-12

Dimyati, & Mudjiono, (2013). Belajar & Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Ergul, R. Simsekli, Y. Calis, S., Z.,Gocmencelebi, S., Sanli, M. (2011). The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School

Students’ Science Process Skills And Science Attitudes. Bulgarian Journal

of Science and Education Policy (BJSEP), 5(1) : 48-67

Hayati & Suyanti, R.D, (2013). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training

Berbasis Multimedia Dan Motivasi Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Jurnal Online Pendidikan Fisika, 2(1) : 24-33

(30)

141

Johnson, D. Johnson, R. Holubec, E.J. (2012). Colaborative Learning: Strategi

Pembelajaran Untuk Sukses Bersama. Bandung: Nusa Media.

Joyce, B. & Weil, M. (2011). Models Of Teaching. Model – Model Pengajaran.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kanginan, M. (2013). IPA Fisika Untuk SMP Kelas VIII. Berdasarkan Standar Isi

2006. Jakarta: Erlangga.

Marheni, N. P, Muderawan, I. W & Tika, I. M, (2014). Studi Komparasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dan Model Pembelajaran Inkuiri Bebas Terhadap Hasil Belajar Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Pada

Pembelajaran Sains SMP. E – Journal Program Pascasarjana Universitas

Pendidikan Ganesha. 4 (1)-11

Nirwana, F.B, Nyeneng, D.P & Maharta, N. (2014). Pengaruh Keterampilan

Proses Sains Terhadap Hasil Belajar Pada Model Latihan Inkuiri. Jurnal

Pembelajaran Fisika. 2(3) : 31-42

Olson, Steve. (2013). Inkuiri Dan Standar –Standar Pendidikan Sains, Sebuah

Panduan Untuk Pengajaran Dan Pembelajaran. Bandung.

Pandey, A., Nanda, G.K., & Ranjan, V. (2011). Effectiveness Of Inquiry Training Model Over Conventional Teaching Method On Academic Achievement Of

Science Students In India. Journal of Innovative Research in Education, 1

(1) : 7-20

Panjaitan, M.B. Nur, M. Jatmiko, B. (2015). Model Pembelajaran Sains Berbasis Proses Kreatif-Inkuiri Untuk Meningkatkan Berpikir Kreatif Dan

Pemahaman Konsep Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia. 11(1)

: 8-22

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun (2006). Tentang Standar

Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Puspandini, R. (2014). Perbedaan Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training

Dan 5e Learning Cycle Terhadap Prestasi Belajar Dan Kerja Ilmiah Fisika

Siswa Kelas X SMA Negeri 7 Malang Tahun Ajaran 2013/2014. Jurnal

Online Universitas Negeri Malang. : 1-6

Rizal, M. (2014). Pengaruh Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Dengan Multi Representasi Terhadap Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep

IPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan Sains. 2(3) : 159-165

Rusman, (2014). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

(31)

142

Rustaman, N. Y. (2005). Perkembangan Penelitian Pembelajaran Berbasis Inkuiri

Dalam Pendidikan Sains. Makalah Dipresentasikan Dalam Seminar

Nasional II Himpunan Ikatan Sarjana Dan Pemerhati Pendidikan Ipa Indonesia Bekerjasama Dengan FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung

Sagala, S. (2009). Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, Wina, (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Jakarta: Kencana.

--- (2011). Kurikulum Dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Santoso, S. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kolaboratif Dan Motivasi Belajar

Terhadap Peningkatan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X Sma Negeri 1

Purwantoro Wonogiri, Jawa Tengah. Jurnal Berkala Fisika Indonesia. 5(1):

15-19

Sari, R.P. (2014). Penerapan Inquiry Training Model Untuk Meningkatkan

Motivasi Belajar Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VIII F SMPN

1 Karangploso. Jurnal Online Universitas Negeri Malang. : 1-7

Sato, M. (2007). Tantangan yang Harus Dihadapi Sekolah, makalah dalam

Bacaan Rujukan untuk Lesson Study – Berdasarkan Pengalaman Jepang dan IMSTEP. Jakarta: Sistems.

Semiawan, C. Tangyong, A. Belen, S, Matahelemual, Y, Suseloardjo, W. (1987). Pendekatan Keterampilan Proses: Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar. Jakarta. Gramedia.

Setyawati, N. W, Candiasa, I. M. & Yudana, I.M, (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Dan Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Kuta

Kabupaten Badung. Jurnal Administrasi Pendidikan. 5(1) : 1-9

Silberman, M. ( 2013). Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif. Bandung:

Nusa Media.

Sirait, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil

Belajar Pada Materi Pokok Usaha Dan Energi Kelas VIII MTsN 3 Medan. Jurnal Pendidikan Fisika. 1(1) : 21-26

Slameto, (2010). Belajar & Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka

(32)

143

Slavin, R.E. (2008). Co-Operative Learning: What Makes Groupwork Work?.

Research And Practice.

Sudijono, A, (2014). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta. Rajawali Pers.

Sudjana, (2009). Metoda Statistika. Bandung, Tarsito.

Suryosubroto, B. (2009). Proses Belajar Mengajar Di Sekolah: Wawasan Baru,

Beberapa Metode Pendukung Dan Beberapa Komponen Layanan Khusus. Jakarta. Rineka Cipta

Suyanti, R. D. (2010). Strategi Pembelajaran Kimia, Yogjakarta: Graha Ilmu.

Suyanto, & Jihad, A (2014). Menjadi Guru Profesional. Jakarta: Erlangga.

Tangkas, I M, (2012). Pengaruh Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Keterampilan

Proses Sains Siswa Kelas X SMAN 3 Amlapura. Jurnal Pendidikan IPA.

2(1) : 1-17

Tawil, M & Liliasari (2014). Keterampilan–Keterampilan Sains Dan

Implementasinya Dalam Pembelajaran IPA. Makasar.Badan Penerbit UNM.

Trianto, (2013). Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

Trisno, Kendek, Y.& Pasaribu, M. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Training Inquiry Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Kalor Siswa

SMP Negeri 9 Palu. Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT). 2(1): 14-20

Vaishnav, R. (2013). Effectiveness Of Inquiry Training Model For Teaching

Science. Scholarly Research Journal For Interdisciplinary Studies. 1(5) :

1216-1220

Wenning, C.J. (2012). The Levels Of Inquiry Models Of Science Teaching. Journal

Of Physics Teacher Education Online. Summer 2010.

Widodo, T, Cahyono, T, Suprayogi, B, Suharsono, Mintayani, S, (2009). IPA

Terpadu Untuk SMP/ MTs Kelas VIII. Jakarta. Pusat Perbukuan,

Departemen Pendidikan Nasional.

Wijaya, A, Suryatin, B, Salirawati, D, (2009). Cerdas Belajar IPA Untuk SMP/

MTs Kelas VIII. Jakarta. Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan

Nasional.

Wisudawati, A.W. & Sulistyowati, E, (2014). Metodologi Pembelajaran IPA.

Gambar

Tabel 4.11. Data Postes Keterampilan Proses Sains Pada Pemahaman
Tabel 1.1 Data nilai rata–rata dan ketuntasan mata pelajaran IPA semester

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang timbul dalam penelitian ini dapat di rumuskan sebagai berikut : “Apakah penggunaan media

Teknologi pengeringan yang relatif baru yaitu dengan menggunakan radiasi dengan panjang gelombang yang lebih besar dari infa r e d dan lebih kecil dari gelombang

Berdasarkan hasil pembehasan senamtiasa terlihat adanya peningkatan dari pra siklus ke siklus 1, dari pra siklus ke siklus 2 maupun siklus 1 ke siklus 2 ditinjau dari rata-rata

Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan

[r]

The writer will use a psychoanalytic approach theory as the approach to analyze this movie because the major character Walter Black that suffers major

[r]

[r]