• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN PETA KONSEP DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN PETA KONSEP DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN PETA KONSEP DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL

BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

FADILAH MARPAUNG NIM: 8136176012

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i ABSTRAK

FADILAH MARPAUNG (NIM: 8136176012). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.

Penelitian ini bertujuan: (1) untuk menganalisis hasil belajar keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori, (2) untuk menganalisis hasil belajar keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah rata-rata, dan (3) untuk menganalisis interaksi model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar keterampilan proses sains siswa.

Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel secara sampling total sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep dan kelas kedua dengan pembelajaran ekspositori. Instrument yang digunakan adalah tes essay berbasis keterampilan proses sains yang telah valid dan reliabel. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur.

Hasil penelitian menunjukan: (1) keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori. (2) keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah rata-rata dan (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmah dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.

(5)

ii ABSTRACT

FADILAH MARPAUNG (NIM: 8136176012). The Effects of Inquiry Training Model Assist Concept Map and Attitude Scientific on the results of learning skills of student science process. Thesis. Medan: Graduate Program, State University of Medan, 2016.

The purpose of this research: (1) to analyze results of learning skill of student science process using inquiry training model with concept map-aided is better than ekspositori learning, (2) to analyze results of learning skill of student science process in the group of students attitude scientific above average is better than under average, and (3) to analyze interaction of inquiry training assist concept map and ekspositori learning with attitude scientific increase skill of student science process.

This research was a quasi-experimental research. The sample in this research conducted by sampling total of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with inquiry training Model with concept map, as a control class, with ekspositori learning. The instrument used essay test base on skill of science process which have valid and reliabel. Data in this research was analyzed by using two way Anova.

The result of research show that: (1) skill of student science process using inquiry training model with concept map-aided is better than ekspositori learning, (2) skill of student science process in the group of students attitude scientific above average is better than under average and (3) any interaction between inquiry training assist concept map and ekspositori learning with attitude scientific increase skill of student science process.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha

Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training

Berbantuan Peta Konsep dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa”dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam

memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah

tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana UNIMED;

2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus dosen pembimbing

tesis dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program

Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I,

(7)

iv

serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam

rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;

3. Bapak Dr. H. Ridwan A. Sani, M.Si, selaku dosen pembimbing tesis yang

telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak

awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;

4. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai narasumber II, Bapak Dr.

Karya Sinulingga, M.Si sebagai narasumber III dalam penyusunan tesis ini

yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi

penyempurnaan tesis ini;

5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah

memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan

berlangsung;

6. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMA Sawasta Sisingamangaraja

Tanjungbalai yang telah memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada

penulis untuk melakukan penelitian;

7. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Ismail Marpaung dan Ibunda

Almh Nurhayati Manurung, yang telah secara terus menerus memberikan

motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis

dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;

8. Terima kasih buat abang (Herman Mangunsong dan Daud Arya Ritonga),

kakanda (Irhamni Marpaung, Hapsari M, dan Desi Sundari M) yang telah

memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di

Unimed ini. Kepada adinda-adinda tersayang, Sulaiman M, Masitoh M,

(8)

v

keponakan tersayang Habibi Pratama Mangunsong yang menjadi sumber

inspirasi buat penulis. Spesial buat sahabat yang membantu penulis,

menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaikku Maisyaroh,

Selly, Eva, Zura, Julita, Melati, Siti dan Juliana yang telah memberikan

motivasi dan saran-saran kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Prodi Magister Pendidikan Fisika

yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu

kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh

karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan

demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian

selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.

Medan, Januari 2016

Penulis

(9)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Batasan Masalah ... 10

1.4. Rumusan Masalah ... 11

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 12

1.7. Definisi Operasional ... 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15

2.1. Kerangka Teoritis ... 15

2.1.1. Model Pembelajaran ... 15

2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 17

2.1.2.1. Model Pembelajaran Inquiry Training ... 20

2.1.2.2. Syntax (Struktur Pengajaran) ... 24

2.1.2.3. Social System (Sistem Sosial) ... 28

2.1.2.4. Principles Of Reaction (Peran atau Tugas Guru) ... 29

2.1.2.5. Support System (Sistem Pendukung) ... 30

2.1.2.6. Application (Penerapan) ... 30

(10)

vii

2.1.2.8. Instructional and Nurturant Effects (Dampak

Instruksional dan Pengiring) ... 32

2.1.2.9. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Training ... 33

2.1.3. Pembelajaran Ekspositori ... 34

2.1.3.1. Prinsip-prinsip Metode Ekspositori ... 34

2.1.3.2. Prosedur Metode Ekspositori ... 36

2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ekspositori ... 37

2.1.4. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 39

2.2.1. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 66

2.2.2. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Dibawah Rata-Rata ... 68

2.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep dan Pembelajaran Ekspositori dengan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa ... 69

(11)

viii

3.6.2. Instrumen Tes Pengetahuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains ... 79

3.8.1. Menghitung Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 86

3.8.2. Uji Normalitas ... 86

(12)

ix

4.1.4. Analisis Statistika Data Sikap Ilmiah Siswa ... 100

4.1.5. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ... 101

4.1.5.1. Deskripsi Data Postes ... 101

4.1.5.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 105

4.1.5.3. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah Siswa ... 108

4.1.5.4. Analisis Data Pretes dan Postes ... 109

4.1.5.5. Uji Hipotesis ... 114

4.2. Pembahasan ... 123

4.2.1. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 123

4.2.2. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Dibawah Rata-Rata ... 126

(13)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131

5.1 Kesimpulan ... 131

5.2 Saran ... 131

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Perolehan Pengetahuan ... 40

Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 78

Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 96

Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen ... 96

Gambar 4.3. Hubungan Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 107

Gambar 4.4. Diagram Pretes Postes Kelas Eksperimen Dan Kontrol... 110

Gambar 4.5. Diagram Pretes Postes Kelompok Siswa Dengan Sikap Ilmiah Di Atas Rata–Rata dan Kelompok Siswa Dengan Sikap Ilmiah Di Bawah Rata–Rata ... 112

(15)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Struktur Pengajaran (Syntax) Model Inquiry Training ... 27

Tabel 2.2. Kegiatan Guru Pada Setiap Fase Pembelajaran Inquiry Training 30 Tabel 2.3. Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep ... 45

Tabel 2.4. Komponen dan Indikator Sikap Ilmiah ... 52

Tabel 2.5. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 60

Tabel 2.6. Peneliti yang Relevan Terhadap Model Pembelajaran Inquiry Training dan Peta Konsep ... 62

Tabel 2.7. Peneliti yang Relevan Terhadap Model Pembelajaran Inquiry Training dan Sikap Ilmiah ... 63

Tabel 2.6. Peneliti yang Relevan Terhadap Model Pembelajaran Inquiry Training dan Keterampilan Proses Sains... 64

Tabel 3.1. Two Group Pretes-Postes Design ... 74

Tabel 3.2. Desain Penelitian Anova 2 x 2 ... 74

Tabel 3.3.Kisi-Kisi Pengetahuan Siswa Berbasis KPS ... 80

Tabel 3.4. Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan Instrumen Penelitian 83 Tabel 3.5. Derajat Reabilitas ... 84

Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran ... 85

Tabel 3.7. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 91

Tabel 4.1. Data Pretes Keterampilan Proses Sains ... 95

Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes ... 97

Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes ... 97

Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 98

Tabel 4.5. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 99

Tabel 4.6. Data Sikap Ilmiah Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 100

Tabel 4.7. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah .. 101

(16)

xiii

Tabel 4.9. Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap

Ilmiah Diatas dan Dibawah Rata-rata Pada Kelas Kontrol .... 106

Tabel 4.10.Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Diatas dan Dibawah Rata-rata Pada Kelas Eksperimen ... 106

Tabel 4.11.Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Dibawah Rata-rata Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 108

Tabel 4.11.Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Diatas Rata-rata Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 109

Tabel 4.13. N-gain Berdasarkan Sikap Ilmiah ... 114

Tabel 4.15. Data Desain Faktorial Rata-Rata Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Terhadap Sikap Ilmiah Siswa ... 114

Tabel 4.16. Data Faktor Antar Subjek ... 115

Tabel 4.17. Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ... 116

(17)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 136

Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa ... 152

Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 160

Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa ... 174

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 180

Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa ... 195

Lampiran 7. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa ... 202

Lampiran 8. Indikator Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 214

Lampiran 9. Validitas ... 218

Lampiran 10. Reliabilitas ... 227

Lampiran 11. Tingkat Kesukaran ... 228

Lampiran 12.Kisi-Kisi Instrumen Tes KPS Setelah Validasi ... 230

Lampiran 13. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ... 240

Lampiran 14. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 243

Lampiran 15. Distribusi Hasil Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ... 246

Lampiran 16. Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 248

Lampiran 17. Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol ... 250

Lampiran 18. Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes Dan Postes .... 252

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pembangunan bangsa Indonesia dilakukan secara menyeluruh pada semua

aspek yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan

pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak

hanya sangat penting, akan tetapi merupakan salah satu faktor penentu dari

keberhasilan pembangunan disegala bidang. Pendidikan memegang peranan yang

sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena

pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan

mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini seperti yang di harapkan

oleh Depdiknas (2003:11) yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah

menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada

berbagai jenis dan jenjang. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah

dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum dan

lain-lain. Perubahan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada

tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, dan

Kurikulum Tahun 2013.

Namun kenyataannya usaha-usaha perbaikan pendidikan tersebut

(19)

2

internasional yang diikuti oleh Indonesia. Hasil TIMSS yang dilaksakan oleh IEA

tahun 2007 dan 2011 indonesia memperoleh nilai berturut-turut 427 dan 397

dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (Martin dkk, 2011). Sedangkan skor

hasil literasi sains PISA yang diadakan oleh OECD pada tahun 2009 dan 2012

berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500 dan 501.

Pembelajaran fisika memiliki tujuan sebagaimana yang tersirat dalam

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pembelajaran yang

membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2006).

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembelajaran fisika di sekolah harus

menekankan pada pemahaman konsep fisika dengan berlandaskan hakikat IPA

yang mencakup produk, proses dan sikap ilmiah. Jika pembelajaran fisika yang

dilaksanakan bertujuan agar siswa mampu memahami produk ilmiah (konsep,

hukum, azas, teori) berdasarkan proses ilmiah (mengamati, melakukan

eksperimen, dll), sehingga menimbulkan sikap ilmiah (obyektif, terbuka, dan

mempunyai rasa ingin tahu) maka pembelajaran fisika harus melibatkan siswa

secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran.

Pembelajaran fisika seharusnya menekankan pada proses, yaitu

pembelajaran yang lebih menekankan pada cara berpikir sains untuk

mengobservasi keadaan di sekitar, kemudian memikirkan hubungan sebab

akibatnya, kemudian melakukan pemodelan dan akhirnya bisa melakukan

rekayasa dalam karya. Jika disederhanakan, belajar fisika intinya adalah

mengenali alam sekitar kemudian membuat sebuah rumusan produk berupa rumus

(20)

3

Kenyataan di lapangan pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk

menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika

menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep

tersebut (Trianto, 2009: 6). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan

mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi

untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi.

Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi

dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu fisika yang diterapkan di sekolah

seakan-akan tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berfikir siswa di lingkungannya.

Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi awal peneliti dengan guru bidang studi

fisika di sekolah SMA Swasta Sisingamangaraja, yang menunjukkan bahwa

selama ini pembelajaran fisika, guru jarang melakukan praktikum, berbagai

permasalahan yang timbul terkait dengan pengelolaan laboratorium, yaitu : (1)

alat praktikum kurang lengkap, (2) Jumlah alat yang tersedia tidak seimbang

dengan jumlah siswa praktik, (3) belum semua guru memanfaatkan laboratorium

fisika dalam proses pembelajaran fisika, (4) proses perbaikan peralatan

laboratorium memerlukan waktu yang cukup lama.

Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang telah penulis lakukan di SMA

Swasta Sisingamangaraja, penulis mendapatkan informasi, bahwa pembelajaran

fisika yang berlangsung masih didominasi oleh guru serta metode pembelajaran

yang digunakan juga kurang bervariasi. Guru Kurang maksimal dalam

mnggunakan model-model pembelajaran menyebabkan guru hanya menggunakan

satu jenis model pembelajaran saja, proses pembelajaran lebih sering

(21)

4

ekspositori dengan latihan soal, Proses pembelajaran masih bersifat ekspositori

dan berpusat pada guru, sehingga proses belajar mengajar kurang interaktif,

sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang

nyata dan aktif.

Proses pembelajaran dengan pendekatan Teacher Learning Center seperti

inilah yang kemudian menghambat keterampilan proses sains siswa. Karena siswa

tidak difasilitasi dalam mengembangkan keterampilannya dalam proses sains.

Padahal tujuan pembelajaran IPA atau Fisika pada kurikulum tingkat satuan

pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013 sangat menekankan keterampilan

proses sains. Keterampilan proses sains ini diperoleh dengan menerapkan metode

ilmiah melalui percobaan maupun eksperimen. Dimana peserta didik melakukan

pengujian hipotesis, merancang percobaan pengambilan, pengolahan dan

penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan maupun tertulis

(Mulyasa, 2007:133).

Menurut guru Fisika disekolah tersebut kegiatan praktikum disekolah

belum maksimal sehingga keterampilan proses sains menjadi pasif dan kurang

terlihat, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru dan sikap

ilmiah yang ada dalam diri siswa menjadi terhambat. Hasil evaluasi belajar

menunjukkan bahwa nilai rata-rata ujian kelas siswa untuk pelajaran Fisika masih

tergolong sangat rendah yaitu dengan nilai rata-rata 65, dengan KKM 70.

Hasil belajar dalam penelitian ini difokuskan pada karakteristik

kompetensi keterampilan siswa, yang berorientasi pada karakteristik kompetensi,

yaitu : ranah sikap, ranah keterampilan, dan ranah pengetahuan. Jadi jenis

(22)

5

Semiawan (2009 : 17) keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan

mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki,

dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan

berhasil menemukan sesuatu yang baru.

Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ini, diperlukan suatu

jalan keluar dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keterampilan

proses sains siswa yang kemudian akan mampu memberikan dampak positif

dalam meningkatkan prestasi dan hasil belajar fisika siswa. Pada dasarnya, siswa

pasti memiliki rasa ingin tahu yang artinya siswa telah memiliki sikap ilmiah

bawaan, hanya saja belum terarahkan dengan baik (Joyce, 2009) oleh karena itu

dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terorganisir dalam melakukan suatu

penelitian.

Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran

fisika yaitu model pembelajaran inquiry training. Model pembelajaran latihan

meneliti atau inquiry training memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan

penelitian secara berulang-ulang dan dengan bimbingan yang berkelanjutan.

Pambelajaran inquiry merupakan pembelajaran pemroses informasi yang

melibatkan keaktifan siswa, siswa didorong untuk belajar aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri (Uno, 2010)

Inquiry training model dikembangkan oleh Suchman (1926) merupakan

model pembelajaran yang berguna untuk mengajarkan siswa tentang proses dalam

meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Suchman ini melibatkan siswa

(23)

6

mengelola pengetahuan yang dimilikinya sehingga menghasilkan prinsip-prinsip

(Joyce, 2009).

Sedangkan menurut Sanjaya (2008) model pembelajaran Inquiry Training

merupakan rangkaian pembelajaran yang menitikberatkan pada proses berpikir

secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari

suatu permasalahan fisika. Inti sari pembelajaran ialah keaktifan siswa itu sendiri

dalam menangani permasalahan yang dihadapinya. Dan menjadi peran guru

mempersiapkan dan merencanakan permasalahan yang dihadapinya. Dan menjadi

peran guru mempersiapkan dan merencanakan permasalahan yang akan diteliti

siswa agar dapat dilakukan siswa secara ilmiah (Sanjaya, 2008).

Seperti yang kita ketahui, sikap ilmiah diartikan sebagai penilaian umum

seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan

dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari proses

belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap Ilmiah dalam proses pembelajaran antara

lain sikap ingin tahu, kesabaran, berpikiran terbuka, berpikiran kritis, objektifitas,

jujur dan rendah hati, serta peka terhadap lingkungan sekitar. Sikap ilmiah

memiliki peran tersendiri dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan

pembelajaran sains, karena dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong

untuk menggali lebih jauh untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki

siswa.

Salah satu cara untuk mengembangkan sikap ilmiah adalah dengan

memperlakukan siswa seperti ilmuwan muda sewaktu anak mengikuti kegiatan

pembelajaran sains. Keterlibatan siswa secara aktif baik fisik maupun mental

(24)

7

pembentukan pola tindakan siswa yang selalu didasarkan pada hal-hal yang

bersifat ilmiah.

Dimana dampak instruksional model ini adalah siswa akan memiliki

kemampuan dalam mlaksanakan proses-proses ilmiah dan memiliki

strategi-strategi dalam melaksanakan penelitian yang kreatif. Dan dampak pengiring dari

model ini adalah siswa akan memiliki semangat kreatifitas, kemandirian dan

otonomi dalam pembelajaran, toleran terhadap ambiguitas dan sifat pengetahuan

yang tentative (Joyce, 2009). Hal ini menunjukkan dengan memanfaatkan model

inquiry training ini, maka sikap ilmiah dan KPS Siswa juga akan mengalami

peningkatan.

Mengingat pentingnya pengertian suatu konsep dalam pembelajaran fisika,

maka peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu

mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Peta konsep

adalah prosedur yang digunakan untuk mengukur struktur dan organisasi

pengetahuan individu (Novak dalam Stoddart , dkk 2000). Para guru yang telah

menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi mereka basis

logis untuk memutuskan ide-ide utama apa yang akan dimasukkan atau dihapus

dari rencana-rencana dan pengajaran sains mereka. Peta konsep membantu guru

memahami macam-macam konsep yang ditanamkan di topik lebih besar yang

diajarkan. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi guru.

Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi yang dibentuk

siswa. Tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa yang diingat atau

(25)

8

bagi para guru yang telah memiliki pengalaman sukses sebelum ini dengan materi

tersebut.

Diharapkan model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep

dan sikap ilmiah memiliki peran dalam memberikan pengalaman pembelajaran

sehingga mampu mencapai kemampuan kognitif yang dikhususkan kepada KPS

siswa.

Penelitian yang terkait dengan pembelajaran inquiry training dan peta

konsep yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya yaitu Stoddart,

dkk (2000) menyatakan hasil penelitian ini menunjukkan Menilai siswa belajar

menggunakan Peta konsep dikombinasikan dengan rubrik yang ekstrak dapat

meningkatkan kuantitas pemahaman dari setiap konsep.

Menurut penelitian Mirzale, et al (2008), menunjukkan bahwa Penggunaan

peta konsep dalam proses belajar-mengajar menyebabkan peningkatan pada hasil

belajar siswa dibandingkan dengan menggunakan metode ekspositori. Peta konsep

merupakan salah satu bentuk penyajian model pembelajaran inquiry untuk

mendapatkan pembelajaran bermakna. Menurut penelitian Setyo, dkk (2012), Ada

interaksi antara model inquiry training (melalui peta konsep dan puzzle) dengan

aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar.

Penelitian yang terkait dengan pembelajaran inquiry training dan

keterampilan proses sains diantaranya, Hasil penelitian yang dilakukan oleh

Menurut McBride, et al (2004), Pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan

pembelajaran sains pada guru dan siswa. Menurut penelitian Ergul, et al (2011),

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pengajaran inquiry

(26)

9

Menurut penelitian Vaishnav (2013) Model inquiry training memiliki pengaruh

yang signifikan terhadap perkembangan afektif, kognitif dan tingkat

pembelajaran. Model inquiry training juga dapat meningkatkan bakat untuk

belajar peserta didik daripada pendekatan tradisional. Menurut Riley (1971)

menunjukkan keberhasilan proses inquiry dalam hal meningkatkan keterampilan

proses.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sakdiah (2014), menyatakan bahwa

Hasil penelitian menunujukkan: (1) ada perbedaan keterampilan proses sains

antara siswa yang diajarkan dengan inquiry training berbantukan media handout

dan direct instruction, dimana inquiry training berbantukan handout lebih baik

daripada direct instruction. (2) ada perbedaan keterampilan proses sains antara

kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas dan di bawah rata-rata,

dimana sikap ilmiah di atas rata-rata lebih baik daripada di bawah rata-rata (3)

terdapat interaksi antara inquiry training berbantukan media handout dan direct

instruction dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan keterampilan proses sains

siswa, dimana interaksi pada kelas direct instruction lebih baik daripada interaksi

pada kelas inquiry training berbantukan media handout.

Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti kurang mampu

memanfaatkan waktu dalam bekerja sama sehingga saat pengumpulan tugas,

siswa terburu-buru mengerjakannya. Dan siswa mengalami kesulitan dalam

pelaksanaan kerja kelompok dan yang dilihat hanya peningkatan hasil belajar

fisika siswa, berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yang juga melihat

(27)

10

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian

dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dipengaruhi oleh

sikap ilmiah siswa. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa”

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :

1. Hasil belajar keterampilan proses sains siswa sangat rendah.

2. Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek

menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.

3. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan.

4. Penggunaan model pembelajaran kurang bervariasi.

5. Guru masih kurang melibatkan siswa dalam Pembelajaran.

6. Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model

pembelajaran inquiry training.

1.3. Batasan Masalah

Luasnya cakupan judul maka dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah inquiry training berbantuan

peta konsep.

2. Sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah

menurut Harlen & Qualter (2004) yaitu sikap: keingintahuan, respek

(28)

11

mempertimbangkan bukti dan mengubah ide-ide dan sikap peka terhadap

lingkungan sekitar.

3. Hasil yang diamati adalah pengetahuan siswa berbasis keterampilan proses

sains sebagai variabel terikat yang terlihat dari hasil belajar siswa.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa dengan

menggunakan pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep lebih

baik dibandingkan pembelajaran ekspositori?

2. Apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa pada kelompok

siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik

dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah

rata-rata?

3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training berbatuan peta

konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap hasil

belajar keterampilan proses sains siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan

masalah maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :

1. Untuk menganalisis apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa

dengan menggunakan pembelajaran inquiry training berbantuan peta

(29)

12

2. Untuk menganalisis apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa

pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih

baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah

dibawah rata-rata.

3. Untuk menganalisis adanya interaksi model pembelajaran inquiry training

berbatuan peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah

terhadap hasil belajar keterampilan proses sains siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil adalah :

A. Manfaat Praktis

1. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang

sesuai dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar

siswa.

2. Menumbuhkembangkan kemampuan bekerjasama antar siswa dan

memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah.

3. Diharapkan setelah penelitian ini, guru tidak lagi berperan sebagai

satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran fisika, tetapi menjadi

perannya sebagai fasilitator dan mediator.

4. Membangun kecakapan siswa untuk berfikir dalam proses belajarnya

dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan

(30)

13

B. Manfaat Pengembangan Ilmu

1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam upaya

meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan

model inquiry training.

2. Menggugah para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam

merancang dan mengembangkan program pembelajaran dan model

pembelajaran yang efektif, sehingga kualitas hasil belajar dapat

dioptimalkan.

3. Memberikan alternatif penuntun bagi guru dalam melaksanakan

kegiatan pembelajaran berbasis inquiry training dalam rangka

meningkatkan aktivitas siswa.

4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti

mengenai efek model pembelajaran inquiry training dalam proses

pembelajaran fisika dan sebagai penambah wawasan bagi peneliti dan

bekal mengajar di masa yang akan datang.

1.7. Definisi Operasional

Definisi Operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Inquiry Training merupakan rangkaian pembelajaran

yang menitikberatkan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk

mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan fisika.

Pengaruhnya adalah bahwa model pembelajaran Inquiry Training (latihan

penelitian) akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan,

produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam

(31)

14

2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi siswa

dalam merespon, menanggapi, dan berperilaku berdasarkan ilmu

pengetahuan dan etika ilmiah yang telah diakui kebenarannya. Komponen

sikap ilmiah terdiri dari keingintahuan, respek terhadap data dan fakta,

refleksi kritis, kesediaan untuk mempertimbangkan bukti dan mengubah

ide-ide, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar.

3. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang mendasari premis

yang mengatur metode ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses sains

adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa saat melakukan

inkuiri ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses sains merupakan suatu

model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa

dalam tingkah laku dalam tingkah laku dan proses mental.

4. Peta konsep adalah bantuan visual konkret untuk membantu

mengorganisasikan informasi hubungan yang bermakna antara

konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi sebelum informasi tersebut

dipelajari. Peta konsep membantu guru memahami macam-macam konsep

yang ditanamkan di topik lebih besar yang diajarkan. Pemahaman ini akan

(32)

131 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMA Swasta

Sisingamangaraja Tanjungbalai dengan menggunakan model pembelajaran

inquiry training berbantuan peta konsep dengan menggunkan sikap ilmiah dalam

mengamati pengetahuan siswa berbasis KPS, diperoleh kesimpulan:

1. Keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran

inquiry training berbantuan peta konsep dengan nilai rata-rata 74,7 lebih

baik dibandingkan pembelajaran ekspositori dengan nilai rata-rata 79,0.

2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai

sikap ilmiah diatas rata-rata dengan nilai rata-rata 78,3 lebih baik

dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah

rata-rata dengan nilai rata-rata 69,6..

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbantuan

peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah dalam

meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Dalam penelitian ini,

keterampilan proses sains siswa dominan pada model pembelajaran

inquiry training pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata.

5.2 Saran

a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan

tujuan pembelajaran.

b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat

(33)

132

c. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training sebaiknya

diperhatikan tingkat sikap ilmiah siswa karena model pembelajaran

inquiry training optimal pada kelompok siswa yang mempunyai sikap

ilmiah diatas rata-rata.

d. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan

model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep, maka

sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan

sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat

ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.

e. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengalokasikan waktu lebih

banyak sehingga pelaksanaan penelitian dengan model inquiry training

lebih optimal dan agar mengurangi bias pada hasil penelitian. Selain itu

diharapkan dapat memilih masalah sesuai dengan materi pokok yang akan

dilaksanakan agar pembelajaran lebih kontekstual dan berhubungan

dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi

(34)

133

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, L.W. Dan Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arends, R.I. 2008. Leaning to Teach. New York: Mc Graw-Hill

Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training Untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Sciences Education Journal, 1 (1): 1-11.

Cahyono. 2010. Peningkatan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Pada Materi Listrik Dinamis T.P. 2010, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung

Dahar, Ratna. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta : Depdikbud

Deta. 2012. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9 (1). hal : 28-34

Dimyati Dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S. & Meral, S. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP). 5 (1): 48-68

Fitriani, (2011), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Pendekatan Guided Discovery Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Kelas X Materi Perpindahan Kalor, T.P 2011, Tesis, FMIPA,UPI, Bandung

Gormally, C., Brickman, P., Hallar, B. & Armstrong, N. 2009. Effects of Inquiry-based Learning on Students Science Literacy Skills and Confidence. Internasional Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3(2): 1-22.

(35)

134

Harahap, Rostina. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum Newton Kelas VIII di SMP Negeri 6 Medan T.P 2009/2010, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan

Heni, R. & Cahya, E. 2011. Penerapan Model PembelajaranProblem Based Learning Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siawa SMA. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Indra, E. 2008. IPA-Fisika Bilingual. Bandung: CV.Yrama Widya

Jack, Gladys .U. 2013. Consept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry : Affect on Students Academic Archievement. Journal of education and practice. Vol 6 (2). hal: 11-12

Jamarah, B.S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta

Joyce,B.; Weil,M. & Calhoun, E. 2009. Model-Model Pembelajaran, Edisi Delapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Karakuyu, Yunus. 2010. The effect of concept mapping on attitude and achievement in a physics course. International journal of The Physical Sceince Education, 5 (6): 724-737.

Karamustafaoglu, Sevilay. 2011. Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams. Eurasian Journal of Physics Chemistry Education, 3 15): 26-38

Masruro, L., Indrawati & Alex, H. 2015. Model Pembelajaran Inquiry Training Disertai Teknik Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika Di SMK Negeri 1 Panji . Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1(1): 1-4

McBride, W, J., Bhatti, I., Hannan, A. & Feinberg, M. 2004. Using an Inquiry Approach to teach Science to Secondary School Science Teachers. Journal Physics Education, (5): 1-6

Mirzale, A. R. dan Javad Abbas. 2008. Study Of Concept Maps Usage On Meaningful Learning Frontier In Bloom’s Taxonomy For Atomic Structure Mental Concepts. Faculty of Education, University of Tabriz, Iran

(36)

135

Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I. W dan Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3 (3). Hal:4-5.

Sakdiah, H. dan Sahyar. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantukan Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS). Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 3 (3). hal : 33-39

Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media

Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Grafindo Persada

Sari, Pravita. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Pamekasan T.P 2009/2010, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung

Segumpan, G, Reynaldo. 2004. Bruneian Education Students’ Science Process Skills: Implications To Curriculum And Management. Journal Of Science And Mathematics Education In S.E. Asia, (24): 21-39

Setyo, T., Sunarno, W.& Sajidah. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivtas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1(3): 258-165.

Stoddart, T., Robert A., Erika G & Dana, C. 2000. Concept Maps as Assessment In Science Inquiry Learning- a Report Of Methodology. International journal of Sceince Education, (1): 1216-1220.

Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito

Sunariadi. 2008. IPA-FISIKA BILINGUAL. Bandung: Yrama Widya

Ulfa, Maria. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Getaran Dan Gelombang, T.P. 2009/2010, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung

Vaishnav, S, Rajshree. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model For Teaching Science. Scholarly Research Journal For Interdisciplinary Studies, (24): 21-39

Gambar

Gambar 2.1. Skema Perolehan Pengetahuan ............................................
Tabel 4.9.  Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap

Referensi

Dokumen terkait

Tesis berjudul “ Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Media PhET Terhadap Kemampuan Berpikir Logis Dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Kelas XI

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar fisika yang beraspek keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry

MEDAN 2017.. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training berbantuan Mind Map Dan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Kelas X. Medan:

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis : (1) Keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbasis kolaboratif lebih baik

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training dan model pembelajaran

(1) keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media visual lebih baik daripada yang dibelajarkan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Keterampilan Proses Sains (KPS) siswa pada kelas yang diajarkan dengan model inquiry training menggunakan komik fisika

(1) keterampilan proses sains siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media visual lebih baik daripada yang dibelajarkan