EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING BERBANTUAN PETA KONSEP DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL
BELAJAR KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Oleh:
FADILAH MARPAUNG NIM: 8136176012
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
FADILAH MARPAUNG (NIM: 8136176012). Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa. Tesis. Medan : Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan: (1) untuk menganalisis hasil belajar keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori, (2) untuk menganalisis hasil belajar keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah rata-rata, dan (3) untuk menganalisis interaksi model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap hasil belajar keterampilan proses sains siswa.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen. Pemilihan sampel secara sampling total sebanyak dua kelas, dimana kelas pertama diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep dan kelas kedua dengan pembelajaran ekspositori. Instrument yang digunakan adalah tes essay berbasis keterampilan proses sains yang telah valid dan reliabel. Data yang dihasilkan dianalisis dengan menggunakan ANAVA dua jalur.
Hasil penelitian menunjukan: (1) keterampilan proses sains siswa yang menggunakan model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep lebih baik dibandingkan pembelajaran ekspositori. (2) keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah rata-rata dan (3) Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmah dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
ii ABSTRACT
FADILAH MARPAUNG (NIM: 8136176012). The Effects of Inquiry Training Model Assist Concept Map and Attitude Scientific on the results of learning skills of student science process. Thesis. Medan: Graduate Program, State University of Medan, 2016.
The purpose of this research: (1) to analyze results of learning skill of student science process using inquiry training model with concept map-aided is better than ekspositori learning, (2) to analyze results of learning skill of student science process in the group of students attitude scientific above average is better than under average, and (3) to analyze interaction of inquiry training assist concept map and ekspositori learning with attitude scientific increase skill of student science process.
This research was a quasi-experimental research. The sample in this research conducted by sampling total of two classes, which the first class, as experiment class, was taught with inquiry training Model with concept map, as a control class, with ekspositori learning. The instrument used essay test base on skill of science process which have valid and reliabel. Data in this research was analyzed by using two way Anova.
The result of research show that: (1) skill of student science process using inquiry training model with concept map-aided is better than ekspositori learning, (2) skill of student science process in the group of students attitude scientific above average is better than under average and (3) any interaction between inquiry training assist concept map and ekspositori learning with attitude scientific increase skill of student science process.
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah swt, Tuhan Yang Maha
Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis dengan judul “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training
Berbantuan Peta Konsep dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa”dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Fisika di
Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Alhamdulillah dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung dalam menentukan judul, penyusunan proposal hingga menjadi sebuah
tesis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih
yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan tesis ini, yaitu
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program
Pascasarjana UNIMED;
2. Bapak Prof. Dr. H. Sahyar, M.S., M.M selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus dosen pembimbing
tesis dan Bapak Prof. Dr. Nurdin Bukit, M.Si selaku Sekretaris Program
Studi Pendidikan Fisika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber I,
iv
serta arahan yang kritis, baik selama kegiatan perkuliahan, maupun dalam
rangka perbaikan dan penyempurnaan tesis ini;
3. Bapak Dr. H. Ridwan A. Sani, M.Si, selaku dosen pembimbing tesis yang
telah mendampingi, membimbing, serta memotivasi penulis dalam sejak
awal hingga selesainya tesis ini dengan baik sesuai yang diharapkan;
4. Ibu Prof. Dr. Retno Dwi Suyanti, M.Si sebagai narasumber II, Bapak Dr.
Karya Sinulingga, M.Si sebagai narasumber III dalam penyusunan tesis ini
yang telah memberikan saran dan masukan yang membangun demi
penyempurnaan tesis ini;
5. Bapak dan Ibu Dosen Pendidikan Fisika PPs Unimed yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama perkuliahan
berlangsung;
6. Kepala Sekolah dan Staf Guru di SMA Sawasta Sisingamangaraja
Tanjungbalai yang telah memberikan waktu, kesempatan dan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian;
7. Teristimewa penulis ucapkan pada Ayahanda Ismail Marpaung dan Ibunda
Almh Nurhayati Manurung, yang telah secara terus menerus memberikan
motivasi, doa, serta kasih sayang yang tak pernah henti kepada penulis
dalam menyelesaikan studi di Unimed hingga selesainya tesis ini;
8. Terima kasih buat abang (Herman Mangunsong dan Daud Arya Ritonga),
kakanda (Irhamni Marpaung, Hapsari M, dan Desi Sundari M) yang telah
memberikan motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan studi di
Unimed ini. Kepada adinda-adinda tersayang, Sulaiman M, Masitoh M,
v
keponakan tersayang Habibi Pratama Mangunsong yang menjadi sumber
inspirasi buat penulis. Spesial buat sahabat yang membantu penulis,
menyampaikan terima kasih kepada sahabat-sahabat terbaikku Maisyaroh,
Selly, Eva, Zura, Julita, Melati, Siti dan Juliana yang telah memberikan
motivasi dan saran-saran kepada penulis.
9. Teman-teman seperjuangan angkatan IV Prodi Magister Pendidikan Fisika
yang juga telah memberikan semangat, motivasi, ruang, serta waktu
kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih belum sempurna, oleh
karena itu masukan dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan
demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi penelitian
selanjutnya serta bermanfaat dalam menambah pengetahuan dunia pendidikan.
Medan, Januari 2016
Penulis
vi
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 10
1.3. Batasan Masalah ... 10
1.4. Rumusan Masalah ... 11
1.5. Tujuan Penelitian ... 11
1.6. Manfaat Penelitian ... 12
1.7. Definisi Operasional ... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 15
2.1. Kerangka Teoritis ... 15
2.1.1. Model Pembelajaran ... 15
2.1.2. Model Pembelajaran Inkuiri ... 17
2.1.2.1. Model Pembelajaran Inquiry Training ... 20
2.1.2.2. Syntax (Struktur Pengajaran) ... 24
2.1.2.3. Social System (Sistem Sosial) ... 28
2.1.2.4. Principles Of Reaction (Peran atau Tugas Guru) ... 29
2.1.2.5. Support System (Sistem Pendukung) ... 30
2.1.2.6. Application (Penerapan) ... 30
vii
2.1.2.8. Instructional and Nurturant Effects (Dampak
Instruksional dan Pengiring) ... 32
2.1.2.9. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiry Training ... 33
2.1.3. Pembelajaran Ekspositori ... 34
2.1.3.1. Prinsip-prinsip Metode Ekspositori ... 34
2.1.3.2. Prosedur Metode Ekspositori ... 36
2.1.3.3. Kelebihan dan Kelemahan Metode Ekspositori ... 37
2.1.4. Teori Belajar yang Melandasi Model Pembelajaran Inquiry Training ... 39
2.2.1. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 66
2.2.2. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Dibawah Rata-Rata ... 68
2.2.3. Ada Interaksi Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep dan Pembelajaran Ekspositori dengan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa ... 69
viii
3.6.2. Instrumen Tes Pengetahuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains ... 79
3.8.1. Menghitung Nilai Rata-rata dan Simpangan Baku ... 86
3.8.2. Uji Normalitas ... 86
ix
4.1.4. Analisis Statistika Data Sikap Ilmiah Siswa ... 100
4.1.5. Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ... 101
4.1.5.1. Deskripsi Data Postes ... 101
4.1.5.2. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 105
4.1.5.3. Analisis Data Keterampilan Proses Sains Siswa Berdasarkan Sikap Ilmiah Siswa ... 108
4.1.5.4. Analisis Data Pretes dan Postes ... 109
4.1.5.5. Uji Hipotesis ... 114
4.2. Pembahasan ... 123
4.2.1. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa dengan Menggunakan Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep Lebih Baik dibandingkan Pembelajaran Ekspositori ... 123
4.2.2. Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Diatas Rata-Rata Lebih Baik dibandingkan Kelompok Siswa yang Mempunyai Sikap Ilmiah Dibawah Rata-Rata ... 126
x
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 131
5.1 Kesimpulan ... 131
5.2 Saran ... 131
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Skema Perolehan Pengetahuan ... 40
Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian ... 78
Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Kelas Kontrol ... 96
Gambar 4.2. Histogram Data Pretes Kelas Eksperimen ... 96
Gambar 4.3. Hubungan Data Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah ... 107
Gambar 4.4. Diagram Pretes Postes Kelas Eksperimen Dan Kontrol... 110
Gambar 4.5. Diagram Pretes Postes Kelompok Siswa Dengan Sikap Ilmiah Di Atas Rata–Rata dan Kelompok Siswa Dengan Sikap Ilmiah Di Bawah Rata–Rata ... 112
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Struktur Pengajaran (Syntax) Model Inquiry Training ... 27
Tabel 2.2. Kegiatan Guru Pada Setiap Fase Pembelajaran Inquiry Training 30 Tabel 2.3. Langkah-Langkah dalam Membuat Peta Konsep ... 45
Tabel 2.4. Komponen dan Indikator Sikap Ilmiah ... 52
Tabel 2.5. Indikator Keterampilan Proses Sains ... 60
Tabel 2.6. Peneliti yang Relevan Terhadap Model Pembelajaran Inquiry Training dan Peta Konsep ... 62
Tabel 2.7. Peneliti yang Relevan Terhadap Model Pembelajaran Inquiry Training dan Sikap Ilmiah ... 63
Tabel 2.6. Peneliti yang Relevan Terhadap Model Pembelajaran Inquiry Training dan Keterampilan Proses Sains... 64
Tabel 3.1. Two Group Pretes-Postes Design ... 74
Tabel 3.2. Desain Penelitian Anova 2 x 2 ... 74
Tabel 3.3.Kisi-Kisi Pengetahuan Siswa Berbasis KPS ... 80
Tabel 3.4. Kesimpulan Pengujian Validitas Ramalan Instrumen Penelitian 83 Tabel 3.5. Derajat Reabilitas ... 84
Tabel 3.6. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran ... 85
Tabel 3.7. Ringkasan ANAVA Dua Jalur ... 91
Tabel 4.1. Data Pretes Keterampilan Proses Sains ... 95
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretes ... 97
Tabel 4.3. Uji Homogenitas Data Pretes ... 97
Tabel 4.4. Uji Kesamaan Kemampuan Awal Pretes Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kontrol .... 98
Tabel 4.5. Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 99
Tabel 4.6. Data Sikap Ilmiah Siswa Gabungan Kelas Eksperimen dan Kontrol ... 100
Tabel 4.7. Pengelompokkan Siswa Berdasarkan Tingkat Sikap Ilmiah .. 101
xiii
Tabel 4.9. Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap
Ilmiah Diatas dan Dibawah Rata-rata Pada Kelas Kontrol .... 106
Tabel 4.10.Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Diatas dan Dibawah Rata-rata Pada Kelas Eksperimen ... 106
Tabel 4.11.Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Dibawah Rata-rata Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 108
Tabel 4.11.Data Postes Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Pada Sikap Ilmiah Diatas Rata-rata Pada Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen ... 109
Tabel 4.13. N-gain Berdasarkan Sikap Ilmiah ... 114
Tabel 4.15. Data Desain Faktorial Rata-Rata Pengetahuan Siswa Berbasis KPS Terhadap Sikap Ilmiah Siswa ... 114
Tabel 4.16. Data Faktor Antar Subjek ... 115
Tabel 4.17. Hasil Uji ANAVA Dua Jalur ... 116
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 136
Lampiran 2. Lembar Kegiatan Siswa ... 152
Lampiran 3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 160
Lampiran 4. Lembar Kegiatan Siswa ... 174
Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 180
Lampiran 6. Lembar Kegiatan Siswa ... 195
Lampiran 7. Jawaban Lembar Kegiatan Siswa ... 202
Lampiran 8. Indikator Angket Sikap Ilmiah Siswa ... 214
Lampiran 9. Validitas ... 218
Lampiran 10. Reliabilitas ... 227
Lampiran 11. Tingkat Kesukaran ... 228
Lampiran 12.Kisi-Kisi Instrumen Tes KPS Setelah Validasi ... 230
Lampiran 13. Instrumen Tes Keterampilan Proses Sains ... 240
Lampiran 14. Kriteria Penilaian Keterampilan Proses Sains ... 243
Lampiran 15. Distribusi Hasil Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol ... 246
Lampiran 16. Distribusi Hasil Pretes Kelas Kontrol ... 248
Lampiran 17. Distribusi Hasil Postes Kelas Kontrol ... 250
Lampiran 18. Deskripsi Statistik Perhitungan Data Pretes Dan Postes .... 252
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan bangsa Indonesia dilakukan secara menyeluruh pada semua
aspek yang menyangkut kehidupan berbangsa dan bernegara. Pembangunan
pendidikan merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang tidak
hanya sangat penting, akan tetapi merupakan salah satu faktor penentu dari
keberhasilan pembangunan disegala bidang. Pendidikan memegang peranan yang
sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena
pendidikan merupakan sarana yang paling tepat untuk meningkatkan dan
mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini seperti yang di harapkan
oleh Depdiknas (2003:11) yang menyatakan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah telah
menyelenggarakan perbaikan-perbaikan peningkatan mutu pendidikan pada
berbagai jenis dan jenjang. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah
dengan meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan, perubahan kurikulum dan
lain-lain. Perubahan kurikulum dari Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada
tahun 2004, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006, dan
Kurikulum Tahun 2013.
Namun kenyataannya usaha-usaha perbaikan pendidikan tersebut
2
internasional yang diikuti oleh Indonesia. Hasil TIMSS yang dilaksakan oleh IEA
tahun 2007 dan 2011 indonesia memperoleh nilai berturut-turut 427 dan 397
dengan nilai rata-rata internasional yaitu 500 (Martin dkk, 2011). Sedangkan skor
hasil literasi sains PISA yang diadakan oleh OECD pada tahun 2009 dan 2012
berturut-turut adalah 383 dan 382 dengan nilai rata-rata internasional 500 dan 501.
Pembelajaran fisika memiliki tujuan sebagaimana yang tersirat dalam
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yaitu pembelajaran yang
membekali peserta didik pengetahuan, pemahaman, dan sejumlah kemampuan
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (Depdiknas, 2006).
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pembelajaran fisika di sekolah harus
menekankan pada pemahaman konsep fisika dengan berlandaskan hakikat IPA
yang mencakup produk, proses dan sikap ilmiah. Jika pembelajaran fisika yang
dilaksanakan bertujuan agar siswa mampu memahami produk ilmiah (konsep,
hukum, azas, teori) berdasarkan proses ilmiah (mengamati, melakukan
eksperimen, dll), sehingga menimbulkan sikap ilmiah (obyektif, terbuka, dan
mempunyai rasa ingin tahu) maka pembelajaran fisika harus melibatkan siswa
secara aktif untuk berinteraksi dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran fisika seharusnya menekankan pada proses, yaitu
pembelajaran yang lebih menekankan pada cara berpikir sains untuk
mengobservasi keadaan di sekitar, kemudian memikirkan hubungan sebab
akibatnya, kemudian melakukan pemodelan dan akhirnya bisa melakukan
rekayasa dalam karya. Jika disederhanakan, belajar fisika intinya adalah
mengenali alam sekitar kemudian membuat sebuah rumusan produk berupa rumus
3
Kenyataan di lapangan pembelajaran fisika hanya mendorong siswa untuk
menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika
menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan konsep
tersebut (Trianto, 2009: 6). Lebih jauh lagi, siswa kurang mampu memahami dan
mengidentifikasi masalah, merumuskan masalah serta menentukan solusi-solusi
untuk menyelesaikan masalah atau situasi baru yang dihadapi.
Kualitas pendidikan saat ini belum menunjukkan relevansi yang tinggi
dengan kebutuhan masyarakat. Ilmu fisika yang diterapkan di sekolah
seakan-akan tidak berdampak dalam cara hidup dan cara berfikir siswa di lingkungannya.
Hal ini dibuktikan oleh hasil observasi awal peneliti dengan guru bidang studi
fisika di sekolah SMA Swasta Sisingamangaraja, yang menunjukkan bahwa
selama ini pembelajaran fisika, guru jarang melakukan praktikum, berbagai
permasalahan yang timbul terkait dengan pengelolaan laboratorium, yaitu : (1)
alat praktikum kurang lengkap, (2) Jumlah alat yang tersedia tidak seimbang
dengan jumlah siswa praktik, (3) belum semua guru memanfaatkan laboratorium
fisika dalam proses pembelajaran fisika, (4) proses perbaikan peralatan
laboratorium memerlukan waktu yang cukup lama.
Berdasarkan hasil observasi lanjutan yang telah penulis lakukan di SMA
Swasta Sisingamangaraja, penulis mendapatkan informasi, bahwa pembelajaran
fisika yang berlangsung masih didominasi oleh guru serta metode pembelajaran
yang digunakan juga kurang bervariasi. Guru Kurang maksimal dalam
mnggunakan model-model pembelajaran menyebabkan guru hanya menggunakan
satu jenis model pembelajaran saja, proses pembelajaran lebih sering
4
ekspositori dengan latihan soal, Proses pembelajaran masih bersifat ekspositori
dan berpusat pada guru, sehingga proses belajar mengajar kurang interaktif,
sehingga kurangnya kesempatan siswa untuk memiliki pengalaman belajar yang
nyata dan aktif.
Proses pembelajaran dengan pendekatan Teacher Learning Center seperti
inilah yang kemudian menghambat keterampilan proses sains siswa. Karena siswa
tidak difasilitasi dalam mengembangkan keterampilannya dalam proses sains.
Padahal tujuan pembelajaran IPA atau Fisika pada kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP) maupun kurikulum 2013 sangat menekankan keterampilan
proses sains. Keterampilan proses sains ini diperoleh dengan menerapkan metode
ilmiah melalui percobaan maupun eksperimen. Dimana peserta didik melakukan
pengujian hipotesis, merancang percobaan pengambilan, pengolahan dan
penafsiran data serta menyampaikan hasil percobaan secara lisan maupun tertulis
(Mulyasa, 2007:133).
Menurut guru Fisika disekolah tersebut kegiatan praktikum disekolah
belum maksimal sehingga keterampilan proses sains menjadi pasif dan kurang
terlihat, dimana siswa hanya mengikuti apa yang dicontohkan guru dan sikap
ilmiah yang ada dalam diri siswa menjadi terhambat. Hasil evaluasi belajar
menunjukkan bahwa nilai rata-rata ujian kelas siswa untuk pelajaran Fisika masih
tergolong sangat rendah yaitu dengan nilai rata-rata 65, dengan KKM 70.
Hasil belajar dalam penelitian ini difokuskan pada karakteristik
kompetensi keterampilan siswa, yang berorientasi pada karakteristik kompetensi,
yaitu : ranah sikap, ranah keterampilan, dan ranah pengetahuan. Jadi jenis
5
Semiawan (2009 : 17) keterampilan proses sains adalah keterampilan fisik dan
mental terkait dengan kemampuan-kemampuan yang mendasar yang dimiliki,
dikuasai, dan diaplikasikan dalam suatu kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan
berhasil menemukan sesuatu yang baru.
Untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ini, diperlukan suatu
jalan keluar dalam proses pembelajaran agar dapat meningkatkan keterampilan
proses sains siswa yang kemudian akan mampu memberikan dampak positif
dalam meningkatkan prestasi dan hasil belajar fisika siswa. Pada dasarnya, siswa
pasti memiliki rasa ingin tahu yang artinya siswa telah memiliki sikap ilmiah
bawaan, hanya saja belum terarahkan dengan baik (Joyce, 2009) oleh karena itu
dibutuhkan suatu model pembelajaran yang terorganisir dalam melakukan suatu
penelitian.
Salah satu model pembelajaran yang cocok digunakan dalam pembelajaran
fisika yaitu model pembelajaran inquiry training. Model pembelajaran latihan
meneliti atau inquiry training memiliki keunggulan karena siswa akan melakukan
penelitian secara berulang-ulang dan dengan bimbingan yang berkelanjutan.
Pambelajaran inquiry merupakan pembelajaran pemroses informasi yang
melibatkan keaktifan siswa, siswa didorong untuk belajar aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip untuk mereka sendiri (Uno, 2010)
Inquiry training model dikembangkan oleh Suchman (1926) merupakan
model pembelajaran yang berguna untuk mengajarkan siswa tentang proses dalam
meneliti dan menjelaskan fenomena asing. Model Suchman ini melibatkan siswa
6
mengelola pengetahuan yang dimilikinya sehingga menghasilkan prinsip-prinsip
(Joyce, 2009).
Sedangkan menurut Sanjaya (2008) model pembelajaran Inquiry Training
merupakan rangkaian pembelajaran yang menitikberatkan pada proses berpikir
secara kritis dan analisis untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari
suatu permasalahan fisika. Inti sari pembelajaran ialah keaktifan siswa itu sendiri
dalam menangani permasalahan yang dihadapinya. Dan menjadi peran guru
mempersiapkan dan merencanakan permasalahan yang dihadapinya. Dan menjadi
peran guru mempersiapkan dan merencanakan permasalahan yang akan diteliti
siswa agar dapat dilakukan siswa secara ilmiah (Sanjaya, 2008).
Seperti yang kita ketahui, sikap ilmiah diartikan sebagai penilaian umum
seseorang atas suatu objek yang memiliki tipikal sains atau yang berhubungan
dengan sains, disamping itu sikap merupakan fasilitator dan produk dari proses
belajar kognitif (Mulyasa, 2007). Sikap Ilmiah dalam proses pembelajaran antara
lain sikap ingin tahu, kesabaran, berpikiran terbuka, berpikiran kritis, objektifitas,
jujur dan rendah hati, serta peka terhadap lingkungan sekitar. Sikap ilmiah
memiliki peran tersendiri dalam memotivasi diri siswa dalam melaksanakan
pembelajaran sains, karena dengan memiliki sikap ilmiah, siswa akan terdorong
untuk menggali lebih jauh untuk menjawab dari rasa ingin tahu yang dimiliki
siswa.
Salah satu cara untuk mengembangkan sikap ilmiah adalah dengan
memperlakukan siswa seperti ilmuwan muda sewaktu anak mengikuti kegiatan
pembelajaran sains. Keterlibatan siswa secara aktif baik fisik maupun mental
7
pembentukan pola tindakan siswa yang selalu didasarkan pada hal-hal yang
bersifat ilmiah.
Dimana dampak instruksional model ini adalah siswa akan memiliki
kemampuan dalam mlaksanakan proses-proses ilmiah dan memiliki
strategi-strategi dalam melaksanakan penelitian yang kreatif. Dan dampak pengiring dari
model ini adalah siswa akan memiliki semangat kreatifitas, kemandirian dan
otonomi dalam pembelajaran, toleran terhadap ambiguitas dan sifat pengetahuan
yang tentative (Joyce, 2009). Hal ini menunjukkan dengan memanfaatkan model
inquiry training ini, maka sikap ilmiah dan KPS Siswa juga akan mengalami
peningkatan.
Mengingat pentingnya pengertian suatu konsep dalam pembelajaran fisika,
maka peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Peta konsep
adalah prosedur yang digunakan untuk mengukur struktur dan organisasi
pengetahuan individu (Novak dalam Stoddart , dkk 2000). Para guru yang telah
menggunakan peta konsep menemukan bahwa peta konsep memberi mereka basis
logis untuk memutuskan ide-ide utama apa yang akan dimasukkan atau dihapus
dari rencana-rencana dan pengajaran sains mereka. Peta konsep membantu guru
memahami macam-macam konsep yang ditanamkan di topik lebih besar yang
diajarkan. Pemahaman ini akan memperbaiki perencanaan dan instruksi guru.
Pemetaan yang jelas dapat membantu menghindari miskonsepsi yang dibentuk
siswa. Tanpa peta konsep guru memilih untuk mengajar apa yang diingat atau
8
bagi para guru yang telah memiliki pengalaman sukses sebelum ini dengan materi
tersebut.
Diharapkan model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep
dan sikap ilmiah memiliki peran dalam memberikan pengalaman pembelajaran
sehingga mampu mencapai kemampuan kognitif yang dikhususkan kepada KPS
siswa.
Penelitian yang terkait dengan pembelajaran inquiry training dan peta
konsep yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya yaitu Stoddart,
dkk (2000) menyatakan hasil penelitian ini menunjukkan Menilai siswa belajar
menggunakan Peta konsep dikombinasikan dengan rubrik yang ekstrak dapat
meningkatkan kuantitas pemahaman dari setiap konsep.
Menurut penelitian Mirzale, et al (2008), menunjukkan bahwa Penggunaan
peta konsep dalam proses belajar-mengajar menyebabkan peningkatan pada hasil
belajar siswa dibandingkan dengan menggunakan metode ekspositori. Peta konsep
merupakan salah satu bentuk penyajian model pembelajaran inquiry untuk
mendapatkan pembelajaran bermakna. Menurut penelitian Setyo, dkk (2012), Ada
interaksi antara model inquiry training (melalui peta konsep dan puzzle) dengan
aktivitas belajar dan kemampuan memori terhadap prestasi belajar.
Penelitian yang terkait dengan pembelajaran inquiry training dan
keterampilan proses sains diantaranya, Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Menurut McBride, et al (2004), Pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan
pembelajaran sains pada guru dan siswa. Menurut penelitian Ergul, et al (2011),
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan metode pengajaran inquiry
9
Menurut penelitian Vaishnav (2013) Model inquiry training memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap perkembangan afektif, kognitif dan tingkat
pembelajaran. Model inquiry training juga dapat meningkatkan bakat untuk
belajar peserta didik daripada pendekatan tradisional. Menurut Riley (1971)
menunjukkan keberhasilan proses inquiry dalam hal meningkatkan keterampilan
proses.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sakdiah (2014), menyatakan bahwa
Hasil penelitian menunujukkan: (1) ada perbedaan keterampilan proses sains
antara siswa yang diajarkan dengan inquiry training berbantukan media handout
dan direct instruction, dimana inquiry training berbantukan handout lebih baik
daripada direct instruction. (2) ada perbedaan keterampilan proses sains antara
kelompok siswa yang memiliki sikap ilmiah di atas dan di bawah rata-rata,
dimana sikap ilmiah di atas rata-rata lebih baik daripada di bawah rata-rata (3)
terdapat interaksi antara inquiry training berbantukan media handout dan direct
instruction dengan sikap ilmiah dalam meningkatkan keterampilan proses sains
siswa, dimana interaksi pada kelas direct instruction lebih baik daripada interaksi
pada kelas inquiry training berbantukan media handout.
Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti kurang mampu
memanfaatkan waktu dalam bekerja sama sehingga saat pengumpulan tugas,
siswa terburu-buru mengerjakannya. Dan siswa mengalami kesulitan dalam
pelaksanaan kerja kelompok dan yang dilihat hanya peningkatan hasil belajar
fisika siswa, berbeda dengan penelitian yang akan dilakukan yang juga melihat
10
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian
dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training yang dipengaruhi oleh
sikap ilmiah siswa. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah “Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantuan Peta Konsep dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Proses Sains Siswa”
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1. Hasil belajar keterampilan proses sains siswa sangat rendah.
2. Proses pembelajaran Fisika sebagian besar hanya menekankan pada aspek
menghapal konsep-konsep, prinsip-prinsip atau rumus.
3. Kegiatan praktikum jarang dilaksanakan.
4. Penggunaan model pembelajaran kurang bervariasi.
5. Guru masih kurang melibatkan siswa dalam Pembelajaran.
6. Belum diterapkan inovasi dalam pembelajaran khususnya model
pembelajaran inquiry training.
1.3. Batasan Masalah
Luasnya cakupan judul maka dalam penelitian ini masalah dibatasi pada :
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah inquiry training berbantuan
peta konsep.
2. Sikap ilmiah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah
menurut Harlen & Qualter (2004) yaitu sikap: keingintahuan, respek
11
mempertimbangkan bukti dan mengubah ide-ide dan sikap peka terhadap
lingkungan sekitar.
3. Hasil yang diamati adalah pengetahuan siswa berbasis keterampilan proses
sains sebagai variabel terikat yang terlihat dari hasil belajar siswa.
1.4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah adalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa dengan
menggunakan pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep lebih
baik dibandingkan pembelajaran ekspositori?
2. Apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa pada kelompok
siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih baik
dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah
rata-rata?
3. Apakah ada interaksi model pembelajaran inquiry training berbatuan peta
konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah terhadap hasil
belajar keterampilan proses sains siswa?
1.5. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, batasan masalah, dan rumusan
masalah maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk menganalisis apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa
dengan menggunakan pembelajaran inquiry training berbantuan peta
12
2. Untuk menganalisis apakah hasil belajar keterampilan proses sains siswa
pada kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata lebih
baik dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah
dibawah rata-rata.
3. Untuk menganalisis adanya interaksi model pembelajaran inquiry training
berbatuan peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah
terhadap hasil belajar keterampilan proses sains siswa.
1.6. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil adalah :
A. Manfaat Praktis
1. Sebagai alternatif bagi guru dalam memilih model pembelajaran yang
sesuai dalam proses belajar mengajar untuk meningkatkan hasil belajar
siswa.
2. Menumbuhkembangkan kemampuan bekerjasama antar siswa dan
memecahkan masalah dalam proses pembelajaran bagi siswa di sekolah.
3. Diharapkan setelah penelitian ini, guru tidak lagi berperan sebagai
satu-satunya sumber informasi dalam pembelajaran fisika, tetapi menjadi
perannya sebagai fasilitator dan mediator.
4. Membangun kecakapan siswa untuk berfikir dalam proses belajarnya
dengan memecahkan masalah melalui percobaan dan situasi kehidupan
13
B. Manfaat Pengembangan Ilmu
1. Untuk memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dalam upaya
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan dengan
model inquiry training.
2. Menggugah para pengambil kebijakan untuk mempertimbangkan dalam
merancang dan mengembangkan program pembelajaran dan model
pembelajaran yang efektif, sehingga kualitas hasil belajar dapat
dioptimalkan.
3. Memberikan alternatif penuntun bagi guru dalam melaksanakan
kegiatan pembelajaran berbasis inquiry training dalam rangka
meningkatkan aktivitas siswa.
4. Sebagai bahan referensi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti
mengenai efek model pembelajaran inquiry training dalam proses
pembelajaran fisika dan sebagai penambah wawasan bagi peneliti dan
bekal mengajar di masa yang akan datang.
1.7. Definisi Operasional
Definisi Operasional penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Inquiry Training merupakan rangkaian pembelajaran
yang menitikberatkan pada proses berpikir secara kritis dan analisis untuk
mencari dan menemukan jawaban sendiri dari suatu permasalahan fisika.
Pengaruhnya adalah bahwa model pembelajaran Inquiry Training (latihan
penelitian) akan meningkatkan pemahaman ilmu pengetahuan,
produktivitas dalam berpikir kreatif, dan keterampilan-keterampilan dalam
14
2. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi siswa
dalam merespon, menanggapi, dan berperilaku berdasarkan ilmu
pengetahuan dan etika ilmiah yang telah diakui kebenarannya. Komponen
sikap ilmiah terdiri dari keingintahuan, respek terhadap data dan fakta,
refleksi kritis, kesediaan untuk mempertimbangkan bukti dan mengubah
ide-ide, dan sikap peka terhadap lingkungan sekitar.
3. Keterampilan proses sains adalah keterampilan yang mendasari premis
yang mengatur metode ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses sains
adalah keterampilan-keterampilan yang dipelajari siswa saat melakukan
inkuiri ilmiah. Keterampilan-keterampilan proses sains merupakan suatu
model atau alternatif pembelajaran sains yang dapat melibatkan siswa
dalam tingkah laku dalam tingkah laku dan proses mental.
4. Peta konsep adalah bantuan visual konkret untuk membantu
mengorganisasikan informasi hubungan yang bermakna antara
konsep-konsep dalam bentuk proposisi-proposisi sebelum informasi tersebut
dipelajari. Peta konsep membantu guru memahami macam-macam konsep
yang ditanamkan di topik lebih besar yang diajarkan. Pemahaman ini akan
131 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di sekolah SMA Swasta
Sisingamangaraja Tanjungbalai dengan menggunakan model pembelajaran
inquiry training berbantuan peta konsep dengan menggunkan sikap ilmiah dalam
mengamati pengetahuan siswa berbasis KPS, diperoleh kesimpulan:
1. Keterampilan proses sains siswa menggunakan model pembelajaran
inquiry training berbantuan peta konsep dengan nilai rata-rata 74,7 lebih
baik dibandingkan pembelajaran ekspositori dengan nilai rata-rata 79,0.
2. Keterampilan proses sains siswa pada kelompok siswa yang mempunyai
sikap ilmiah diatas rata-rata dengan nilai rata-rata 78,3 lebih baik
dibandingkan kelompok siswa yang mempunyai sikap ilmiah dibawah
rata-rata dengan nilai rata-rata 69,6..
3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training berbantuan
peta konsep dan pembelajaran ekspositori dengan sikap ilmiah dalam
meningkatkan keterampilan proses sains siswa. Dalam penelitian ini,
keterampilan proses sains siswa dominan pada model pembelajaran
inquiry training pada siswa yang mempunyai sikap ilmiah diatas rata-rata.
5.2 Saran
a. Pendidik hendaknya memilih model pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan pembelajaran.
b. Model pembelajaran inquiry training baik diterapkan karena dapat
132
c. Dalam menerapkan model pembelajaran inquiry training sebaiknya
diperhatikan tingkat sikap ilmiah siswa karena model pembelajaran
inquiry training optimal pada kelompok siswa yang mempunyai sikap
ilmiah diatas rata-rata.
d. Dilihat dari karakter siswa, siswa belum terbiasa dengan menggunakan
model pembelajaran inquiry training berbantuan peta konsep, maka
sebaiknya siswa mulai dilatih untuk melakukan percobaan – percobaan
sederhana ketika pembelajaran fisika agar memiliki respon yang cepat
ketika akan melakukan model pembelajaran inquiry training.
e. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengalokasikan waktu lebih
banyak sehingga pelaksanaan penelitian dengan model inquiry training
lebih optimal dan agar mengurangi bias pada hasil penelitian. Selain itu
diharapkan dapat memilih masalah sesuai dengan materi pokok yang akan
dilaksanakan agar pembelajaran lebih kontekstual dan berhubungan
dengan kehidupan sehari-hari, sehingga hasilnya dapat bermanfaat bagi
133
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, L.W. Dan Krathwohl. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Assesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Arends, R.I. 2008. Leaning to Teach. New York: Mc Graw-Hill
Arikunto, S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta
Azizah, A. & Parmin. 2012. Inquiry Training Untuk Mengembangkan Ketrampilan Meneliti Mahasiswa. Unnes Sciences Education Journal, 1 (1): 1-11.
Cahyono. 2010. Peningkatan Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Penguasaan Konsep Fisika Pada Materi Listrik Dinamis T.P. 2010, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung
Dahar, Ratna. 1996. Teori-teori Belajar. Jakarta : Depdikbud
Deta. 2012. Pengaruh Metode Inkuiri Terbimbing Dan Proyek, Kreativitas Serta Keterampilan Proses Sains Terhadap Prestasi Belajar Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia Vol 9 (1). hal : 28-34
Dimyati Dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Emzir. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada
Ergul, R., Simsekli, Y., Calis, S., Ozdilek, Z., Gocmencelebi, S. & Meral, S. 2011. The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP). 5 (1): 48-68
Fitriani, (2011), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share Dengan Pendekatan Guided Discovery Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Fisika Kelas X Materi Perpindahan Kalor, T.P 2011, Tesis, FMIPA,UPI, Bandung
Gormally, C., Brickman, P., Hallar, B. & Armstrong, N. 2009. Effects of Inquiry-based Learning on Students Science Literacy Skills and Confidence. Internasional Journal for the Scholarship of Teaching and Learning. 3(2): 1-22.
134
Harahap, Rostina. 2009. Pengaruh Model Pembelajaran Inquiry Training Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Hukum Newton Kelas VIII di SMP Negeri 6 Medan T.P 2009/2010, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan
Heni, R. & Cahya, E. 2011. Penerapan Model PembelajaranProblem Based Learning Dengan Pendekatan Inkuiri Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains Dan Penguasaan Konsep Elastisitas Pada Siawa SMA. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan dan Penerapan MIPA, Fakultas MIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.
Indra, E. 2008. IPA-Fisika Bilingual. Bandung: CV.Yrama Widya
Jack, Gladys .U. 2013. Consept Mapping and Guided Inquiry as Effective Techniques for Teaching Difficult Concepts in Chemistry : Affect on Students Academic Archievement. Journal of education and practice. Vol 6 (2). hal: 11-12
Jamarah, B.S. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta
Joyce,B.; Weil,M. & Calhoun, E. 2009. Model-Model Pembelajaran, Edisi Delapan. Yogyakarta: Pustaka Belajar
Karakuyu, Yunus. 2010. The effect of concept mapping on attitude and achievement in a physics course. International journal of The Physical Sceince Education, 5 (6): 724-737.
Karamustafaoglu, Sevilay. 2011. Improving the Science Process Skills Ability of Science Student Teachers Using I Diagrams. Eurasian Journal of Physics Chemistry Education, 3 15): 26-38
Masruro, L., Indrawati & Alex, H. 2015. Model Pembelajaran Inquiry Training Disertai Teknik Peta Konsep dalam Pembelajaran Fisika Di SMK Negeri 1 Panji . Artikel Ilmiah Mahasiswa, 1(1): 1-4
McBride, W, J., Bhatti, I., Hannan, A. & Feinberg, M. 2004. Using an Inquiry Approach to teach Science to Secondary School Science Teachers. Journal Physics Education, (5): 1-6
Mirzale, A. R. dan Javad Abbas. 2008. Study Of Concept Maps Usage On Meaningful Learning Frontier In Bloom’s Taxonomy For Atomic Structure Mental Concepts. Faculty of Education, University of Tabriz, Iran
135
Sabahiyah, A.A.I.N, Mathaeni, I. W dan Suastra. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Terhadap Keterampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep IPA Siswa Kelas V Gugus 03 Wanasaba Lombok Timur. Jurnal Pendidikan Dasar. Vol 3 (3). Hal:4-5.
Sakdiah, H. dan Sahyar. 2014. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Berbantukan Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Kemampuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains (KPS). Jurnal Pendidikan Fisika. Vol 3 (3). hal : 33-39
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Bandung : Kencana Prenada Media
Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT.Grafindo Persada
Sari, Pravita. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Konsep Fisika Siswa Kelas VII C SMP Negeri 2 Pamekasan T.P 2009/2010, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung
Segumpan, G, Reynaldo. 2004. Bruneian Education Students’ Science Process Skills: Implications To Curriculum And Management. Journal Of Science And Mathematics Education In S.E. Asia, (24): 21-39
Setyo, T., Sunarno, W.& Sajidah. 2012. Penerapan Model Inquiry Training Melalui Teknik Peta Konsep dan Teknik Puzzle Ditinjau Dari Tingkat Keberagaman Aktivtas Belajar dan Kemampuan Memori. Jurnal Inkuiri, 1(3): 258-165.
Stoddart, T., Robert A., Erika G & Dana, C. 2000. Concept Maps as Assessment In Science Inquiry Learning- a Report Of Methodology. International journal of Sceince Education, (1): 1216-1220.
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito
Sunariadi. 2008. IPA-FISIKA BILINGUAL. Bandung: Yrama Widya
Ulfa, Maria. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Inquiry Training Untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Siswa Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Getaran Dan Gelombang, T.P. 2009/2010, Tesis, FMIPA, UPI, Bandung
Vaishnav, S, Rajshree. 2013. Effectiveness of Inquiry Training Model For Teaching Science. Scholarly Research Journal For Interdisciplinary Studies, (24): 21-39