• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING MENGGUNAKAN MEDIA PHET DAN BERPIKIR KRITIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMA."

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Muliani. Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Phet Dan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet dan pembelajaran direct instruction, keterampilan proses sains siswa yang memiliki berpikir kritis di atas rata-rata dan berpikir kritis di bawah rata-rata serta interaksi model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet dan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan proses sains siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi experimen menggunakan pretes-posttest control group design. Sampel penelitian ini yaitu kelas sebagai kelas eksperimen dan kelas sebagai kelas kontrol yang dipilih secara cluster random sampling. Data dalam penelitian ini dilakukan uji normalitas dan homogenitas kemudian data dianalisis dengan menggunakan anava dua jalur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) keterampilan proses sains siswa dengan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet lebih baik dari pada pembelajaran direct instruction, (2) keterampilan proses sains siswa yang memiliki berpikir kritis di atas rata-rata lebih baik daripada keterampilan proses sains siswa yang memiliki berpikir kritis di bawah rata-rata dan (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet dan Direct Instruction dan berpikir kritis dalam mempengaruhi keterampilan proses sains fisika.

(5)

ii

ABSTRACT

Muliani. Effects Of Inquiry Training Learning Model Using Media Phet And Think Critical On Students Science Process Skill in Senior High School

This research aimed to determine: science process skills of students with learning model inquiry training using media Phet and direct instruction learning, science process skills of students who have critical thinking above average and critical thinking in the below average and the interaction of inquiry training learning model using media Phet and critical thinking in influencing students' science process skills.

The method used in the research is quasi experiment with pretest-posttest control group design. The Samples of this research were the student of as experiment group and as control group that established by cluster random sampling. The data in this research normality and homogeneity test then it was analysed by using two-way analysis of varians.

The results showed that: (1) science process skills of students with inquiry training learning model using media Phet better than direct instruction learning, (2) science process skills of students who have critical thinking above average better than science process skills of students who have critical thinking below average and (3) there is interaction between the inquiry training learning model using media Phet and and Direct Instruction with critical thinking skills in influencing sciences process skill of the physical.

(6)

iii

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan tugas akhir tesis yang berjudul “Efek Model pembelajaran Inquiry Training Menggunakan Media Phet dan Berpikir Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA” ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam kepada junjungan alam Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari alam kebodohan ke alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. Dalam penyusunan tugas akhir tesis ini, peneliti menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dan membimbing dalam penulisan tesis ini. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S.,M.M selaku ketua program studi pendidikan Fisika Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang telah memberi perhatian pada penyempurnaan tesis ini.

2. Bapak Prof. Nurdin Bukit, M.Si selaku dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Eva Marlina Ginting, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, masukan, kritik, saran dan motivasi sehinga tesis ini dapat diselesaikan.

(7)

iv

4. Bapak Drs Salan Daulay,M.Pd selaku kepala sekolah SMA Negeri 3 Medan, Ibu Sri Wahyuni M.Si selaku guru fisika, kak midah selaku staff laboran dan segenap dewan guru di SMA Negeri 3 Medan yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai. Dan juga kepada siswa-siswi kelas X6 dan X7 SMA Negeri 3 Medan tahun ajaran 2015/2016 atas kerjasama dan bantuannya selama penelitian.

5. Kepada orang tua penulis, Ayahanda Edy Purwanto dan Ibunda Rafiah Napitupulu, serta kakak-kakak penulis Karmila Sari, Ririn Anggraini Amd dan juga kepada adik-adik penulis Sri Hajijah S.Fil, Ayu Wulandari ST yang selalu memberikan doa, kasih sayang, semanagat, dukungan, dan motivasi kepada penulis. Serta kepada keluarga penulis yang telah membantu penulis selama awal hingga akhir perkuliahan.

6. Kepada teman-teman kak Nazilla Ramadhani, Kak Dela, Anggi, dan Riska kak fatma, sinta, bang bakti, jefri, andri, bang sumihar dan preti yang telah mewarnai kehidupan penulis selama dikampus tercinta.

7. Kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu yang telah memberikan bantuan dalam penyusunan tesis ini. Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga tesis ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, 10 Juni 2016

Muliani

(8)

v

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 9

1.3. Batasan Masalah ... 10

1.4. Rumusan Masalah ... 10

1.5. Tujuan Penelitian ... 11

1.6. Manfaat Penelitian ... 11

1.7. Defenisi Operasional ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1. Kerangka Teoritis ... 14

2.1.1. Model pembelajaran Inquiry ... 14

2.1.2. Model pembelajaran Inquiry Training ... 18

2.1.3. Teori belajar yang mendukung model pembelajaran inquiry training ... 27

2.1.4 Model Pengajaran langsung (Direct Instruction) ... 30

2.1.5. Media Animasi Software Phet ... 32

2.1.6. Kemampuan berpikir Kritis ... 34

2.1.7. Keterampilan Proses Sains ... 44

(9)

vi

2.3. Kerangka Konseptual ... 50

2.4. Hipotesis ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 53

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 53

3.2. Populasi dan Sampel ... 53

3.3. Variabel Penelitian ... 53

3.3.1 Variabel bebas ... 53

3.3.2 Variabel terikat... 53

3.3.3 Variabel moderator... 54

3.4. Jenis dan Desain Instrumen ... 54

3.4.1 Jenis penelitian ... 54

3.4.2 Desain penelitian ... 54

3.5. Prosedur Penelitian ... 57

3.6 Teknik pengumpulan data dan instrumen penelitian ... 59

3.6.1 Teknik pengumpulan data ... 59

3.6.2 Instrumen Penelitian ... 59

3.6.2.1 Tes keterampilan proses sains ... 59

3.6.2.2 Tes keterampilan berpikir kritis ... 60

3.6.3 uji coba instrumen ... 61

3.6.3.1 Validitas ... 62

3.6.3.2 Realibilitas tes ... 65

3.6.3.3 Tingkat kesukaran tes ... 66

3.6.3.4 Daya pembeda soal ... 67

3.7. Teknik Analisis Data ... 69

3.7.1 Analisis secara deskriptif ... 69

3.7.2 Analisis secara inferensial ... 69

3.7.2.1 Menghitung hasil keterampilan proses sains ... 69

3.7.2.2 Uji normalitas ... 70

3.7.2.3 Uji homogenitas ... 71

(10)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 76

4.1 Hasil Penelitian ... 76

4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian ... 76

4.1.2 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Pretes ... 76

4.1.2.1 Deskripsi Data Pretes ... 76

4.1.2.2 Uji Normalitas Data Pretes ... 79

4.1.2.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 80

4.1.2.4 Uji Kesamaan Rata-Rata Data Pretes ... 81

4.1.3 Analisis Statistika Data Hasil Penelitian Postes ... 82

4.1.3.1 Perlakuan Dalam Pelaksanaan Penelitian ... 82

4.1.3.2 Deskripsi Nilai Keterampilan Proses Sains ... 85

4.1.3.3 Deskripsi Data Postes Keterampilan Proses Sains ... 89

4.1.3.4 Uji Normalitas ... 91

4.1.3.5 Uji Homogenitas ... 91

4.1.4 Hasil Instrumen Berpikir Kritis ... 92

4.1.5 Analisis Hasil Penelitian... 95

4.1.5.1 Analisis Data Postes Ketreampilan Proses Sains ... 95

4.1.5.2 Analisis Hasil Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Tingkat Kemampuan Berpikir Kritis ... 96

4.1.6 Persen (%) Peningkatan Keterampilan Proses Sains ... 100

4.2 Pengujian Hipotesis ... 101

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 111

4.3.1 Keterampilan Proses Sains Fisika Siswa Antara Kelas yang Menggunakan Model Pembelajaran Inquiry Training Mengunakan Media Phet lebih baik dibandingkan dengan Kelas yang Menggunakan Pembelajaran Direct Instruction ... 111

(11)

viii

4.3.3 Interaksi antara model pembelajaran Inquiry training

menggunakan media Phet dan berpikir kritis Terhadap Keterampilan

Proses Sains Siswa ... 118

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 122

5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 125

(12)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri ... 18

Tabel 2.2 Sintaks Inquiry Training Latihan Penelitian ... 21

Tabel 2.3 Sintaks Model Pengajaran Langsung ... 32

Tabel 2.4 keterampilan berpikir kritis dan perinciannya ... 37

Tabel 2.5. Aspek Keterampilan Proses Sains ... 46

Tabel 2.6 Hasil Penelitian Yang Relevan ... 47

Tabel 3.1 Rancang penelitian ... 55

Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 2 Jalur ... 55

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Keterampilan Proses Sains ... 60

Tabel 3.4 Kisi-kisi Tes Keterampilan Berpikir Kritis ... 61

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Tes Keterampilan Proses Sains ... 64

Tabel 3.6 Realiabelitas Keterampilan Proses Sains ... 66

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Soal ... 67

Tabel 3.8 Daya Pembeda... 68

Tabel 3.9 Rumus Persiapan Anava dua jalur ... 72

Tabel 4.1 Data Pretes Keterampilan Proses Sains ... 77

Tabel 4.2 Uji Normalitas Data Pretes Keterampilan Proses Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 79

Tabel 4.3 Uji Homogenitas Data Pretes ... 80

Tabel 4.4 Uji Kesamaan kemampuan Awal Pretes Keterampilan Proses Sians Kelas Eksperirmen dan Kelas Kontrol ... 81

Tabel 4.5 Nilai Tes Keterampilan Proses Sains ... 85

Tabel 4.6 Nilai KPS Berdasarkan Observasi... 87

Tabel 4.7 Hasil Rata-Rata Keseluruhan Instrumen KPS ... 88

Tabel 4.8 Nilai Postes Keterampilan Proses Sains Pada Kelas Kontrol dan Eksperimen ... 89

Tabel 4.9 Normalitas Distribusi Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol... 91

(13)

x

Tabel 4.11 Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Kritis ... 92

Tabel 4.12 Data Kemampuan Berpikir Kritis Di atas Rata-Rata dan Di bawah Rata-Rata Pada Kelas Kontrol Dan Eksperimen ... 93

Tabel 4.13 Data kemampuan Berpikir Kritis Diatas Rata-rata dan dibawah rata-rata pada kelas kontrol dan eksperimen ... 94

Tabel 4.14 Data kemampuan Berpikir Kritis Diatas Rata-rata dan dibawah rata-rata pada kelas kontrol dan eksperimen ... 94

Tabel 4.15 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis ... 97

Tabel 4.16 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis Diatas Rata-Rata Pada Masing-Masing Kelas ... 98

Tabel 4.17 Keterampilan Proses Sains Berdasarkan Kemampuan Berpikir Kritis Dibawah Rata-Rata Pada Masing-Masing Kelas ... 98

Tabel 4.18 Desain Faktorial 2x2 Anava Dua Jalur ... 102

Tabel 4.19 Data Faktor antar Subjek ... 103

Tabel 4.20 Uji homogenitas Antar Kelompok ... 103

Tabel 4.21 Hasil Uji Anava Dua Jalur ... 104

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gamabr 3.1 Bagan Alur Penelitian ... 58

Gambar 4.1 Histogram Data Pretes kelas Kontrol... 78

Gambar 4.2 Histogram Data Pretes kelas Eksperimen ... 78

Gambar 4.3 Hasil Data Observasi Keterampilan Proses Sains ... 83

Gambar 4.4 Histogram Data Postes kelas Kontrol ... 90

Gambar 4.5 Histogram Data Postes kelas eksperimen ... 90

Gambar 4.6 Grafik Nilai Postes Dan Pretes Kelas Eksperimen Dan Kontrol ... 95

Gambar 4.7 Hubungan nilai rata-rata keterampilan proses sains terhadap model pembelajaran berdasarkan tingkat kemampuan berpikir kritis ... 99

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan sains diarahkan pada pengembangan keterampilan dan kemampuan siswa untuk pemecahan masalah kehidupan sehari-hari, berpikir kritis, dan juga meyakinkan bahwa semua siswa memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk latihan tanggung jawab sosial serta mengatasi masalah kehidupan dalam masyarakat yang selalu mengalami perubahan yang kompleks dan dinamis. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari sains yang berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:136)

(16)

2

pertanyaan-pertanyaan, merancang percobaan, atau melakukan pengamatan untuk menjawab pertanyaan dan menarik kesimpulan.(Zakiyah Naeli,2011:4)

Proses kegiatan ilmiah dapat dikembangkan antara lain melalui keterampilan proses sain. Keterampilan Proses Sains (KPS) penting dimiliki oleh setiap individu sebagai modal dasar bagi seseorang agar memecahkan masalah hidupnya dalam kehidupan sehari-hari (Trianto, 2010:148). KPS melibatkan keterampilan intelektual, manual, dan sosial yang digunakan untuk membangun pemahaman terhadap suatu konsep atau pengetahuan dan meyakinkan atau menyempurnakan pemahaman yang sudah terbentuk (Dimyati dan Mudjiono, 2013:142), sehingga siswa yang memiliki keterampilan ini mampu untuk menemukan suatu konsep, prinsip atau teori baru sebagai pengembangan dari konsep yang telah ada ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap penemuan.

(17)

3

Berpikir kritis adalah aktivitas terampil, yang biasa dilakukan dengan lebih baik atau sebaliknya, danpemikiran kritis yang baik akan memenuhi beragam standar intelektual, seperti kejelasan, relevansi,kecukupan, koherensi, dan lain-lain. Berpikir kritis dengan jelas menuntut interpretasi dan evaluasi terhadap observasi, komunikasi, dan sumber-sumber informasi lainnya. Ia juga menuntut keterampilan dalam memikirkan asumsi-asumsi, dalammengajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan, dalam menarik implikasi-implikasi singkatnya, dalammemikirkan dan memperdebatkan isu-isu secara terus menerus. (Fisher Alec, 2007:2). Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu kemampuan yang diperlukan bagi siswa untuk menjadi terampil dalam menganalisis, mensintesis, menyimpulkan dan pengambilan keputusan (Mery Noviyanti, 2013).

(18)

4

Keterkaitan antara berpikir kritis dan keterampilan proses sainKeterampilan proses sain (KPS) didefinisikan sebagai keterampilan yang berlaku untuk banyak ilmu dan mencerminkan perilaku ilmuwan. KPS adalah keterampilan yang dapat memudahkan belajar ilmu fisika, membuatsiswa aktif, siswa dapat mengembangkan rasa tanggung jawab dalam pembelajaran, meningkatkan pembelajaran, dan juga siswa dapat berpikir dan berperilakuseperti ilmuwan.Untuk alasan ini, merupakan metode penting dalam mengajar pelajaran sains. KPS dapat membangun siswa berpikir kritis dalam penelitian sains. (R. Gokul Rajdan S. Nirmala Devi, 2014). Sedangkan menurut (Wichai Lati, et al, 2012) Keterkaitan inkuiri terhadap KPS yaitu kegiatan inquiry dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dan keterampilan proses sains yang terintegrasi secara efektif.

(19)

5

Berdasarkan hasil wawancara awal yang peneliti lakukan dengan salah satu guru fisika di SMANegeri 3 mengatakan pelaksanaan pembelajaran fisika pada umumnyadilakukan dengan pembelajaran cenderung dilakukan dengan model pengajaran lansung (Direct instruction), sehingga pembelajaran hanya berpusat pada guru (teacher center learning) dengan berbetuk ceramah, demonstrasi, latihan, penugasan, dan diskusi serta siswa ditekankan pada aspek menghapal konsep-konsep dan rumus fisika tanpa melalui eksperimen terlebih dahulu. Sehingga membuat siswa memiliki rasa jenuh dan bosan saat mengikuti pelajaran. Guru kurang memberikan metode atau model pembelajaran yang bervariasi. Penggunaan model pembelajaran Direct Instruction kurang efektif dalam pembelajaran fisika. Sebagai akibatnya siswa menjadi pasif dan menyebabkan lemahnya siswa dalam memahami konsep fisika.

(20)

6

Permasalahan ini disebabkan jarangnya siswa melakukan eksperimen di laboratorium sekolah. Dampaknya dapat dilihat saat siswa melakukan praktikum, siswa terlihat bingung dalam mengikuti langkah-langkah dalam lembar kerja siswa yang diberikan guru. Sehingga indikator dalam keterampilan proses sains masih rendah karena belum tercapainya indikator pada keterampilan proses sains pada saat melakukan praktikum.

Permasalahan lainnya yang ditemukan adalah rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang rendah terlihat dari kualitas pertanyaan dan jawaban siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa kurang mampu menggunakan daya nalar dalam menanggapi informasi yang diterimanya. Pada proses pembelajaran fisika siswa juga kurang mampu mengembangkan keterampilan berpikir kritis dalam melakukan praktikum yang dapat menuntut siswa untuk memecahkan suatu permasahan.

(21)

7

Penelitian yang dilakukan oleh Rajshree S. Vaishnav (2013) menyatakan bahwa ada dampak yang signifikan dengan menggunakan model inquiry training dibandingkan dengan metode pengajaran tradisional terhadap prestasi akademik siswa. Reginalda Rumentauli (2015) menyatakan bahwa terjadi peningkatan peningkatan kemampuan berpikir kritis sehingga meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training.

Untuk mengatasi memecahkan permasalahan pembelajaran, perlu dilakukan perbaikan strategi pembelajaran, yaitu dengan mengubah model pembelajaran yang dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi antar siswa dengan siswa, serta antar guru dengan siswa guna menumbuhkan dan mengembangkan berbagai keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa dalam tugasnya sebagai pembelajar, serta dapat memberikan kesempatan kepada siswa secara langsung untuk menemukan, meningatkan pemahaman ilmu pengetahuannnya, meningkatkan produktivitas dalam belajar dan berpikir kritis yang mendatangkan stimulus dalam diri siswa dengan rasa ingin tahu yang besar dan memungkinkan sisa tersebut untuk dapat menemukan sendiri materi yang harus dipahaminya adalah model inquiry training.

(22)

8

Model Inquiry training memiliki dampak langsung terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains siswa sehingga sangat tepat diterapkan dalam pembelajaran sain (Andar, 2013). Inti dari model inquiry training adalah untuk melibatkan siswa dalam penyelidikan masalah dengan luas, membantu siswa mengidentifikasi masalah konseptual atau metodologis dalam penyelidikan, mengajak siswa untuk merancang cara untuk mengatasi masalah (Singh, Vandanadan Chirayu K.C, 2013).

Selain penggunaan model pembelajaran yang bervariasi, pemilihan media pembelajaran juga diperhatikan. Dalam penelitian ini media yang digunakan berupa simulasi virtual. Salah satu contoh simulasi virtual adalah simulasi Physics Education Technology (PhET). PhET adalah simulasi yang dibuat oleh University of Colorado yang berisi simulasi pembelajaran fisika, biologi, dan kimia untuk kepentingan pengajaran di kelas atau belajar individu. Simulasi PhET menekankan hubungan antara fenomena kehidupan nyata dengan ilmu yang mendasari, mendukung pendekatan interaktif dan konstruktivis, memberikan umpan balik, dan menyediakan tempat kerja kreatif (Finkelstein, 2006).

(23)

9

memudahkan dan mengembangkan kemampuan berpikir ilmiah pada diri siswa secara mandiri.Untuk dapat mengembangkan keterampilan proses sains pada pembelajaran konsep-konsep fisika yang bersifat abstrak perlu bantuan teknologi informasi. Teknologi informasi dalam pendidikan diaplikasikan dalam bentuk multimedia berupa perangkat lunak (software), yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mempelajari suatu materi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakakan diatas.Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Efek Model Pembelajaran Inquiry Training Menggunakan MediaPhet dan Berpikir

Kritis Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMA.

1.2Identifikasi Masalah

Dari hasil investigasi awal sesuai latar belakang di atas, masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah :

1. Lemahnya siswa dalam memahami konsep fisika.

2. Penggunaan Model pembelajaran Direct Instruction yang kurang efektif dalam pembelajaran Fisika.

3. Keterampilan proses sains sebagai kemampuan dasar siswa pada pembelajaran Fisika tidak mejadi penilaian utama dalam evaluasi praktikum di sekolah.

4. Kondisi pembelajaran yang tidak memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih mengembangkan kebiasaan berpikir kritis.

(24)

10

1.3Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka yang menjadi batasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan di sekolah SMA N 3 Medan pada materi suhu dan kalor yakni:

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran inquiry training.

2. Hal yang akan diteliti mengenai keterampilan proses sains dan kemampuan berpikir kritis.

1.4 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah keterampilan proses sains siswa dengan model Inquiry Training menggunakan media Phet lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa dengan menggunakan Direct Instruction?

2. Apakah keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat berpikir kritis dibawah rata-rata. 3. Apakah adainteraksi antara model pembelajaran Inquiry Training

(25)

11

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan rumusan masalah adalah:

1. Untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa model Inquiry Training menggunakan media Phet dengan keterampilan proses sains siswa menggunakan Direct Instruction?

2. Untuk membandingkan keterampilan proses sains siswa yang memiliki tingkat berpikir kritis diatas rata-rata dengan keterampilan proses sains siswa tingkat berpikir kritis dibawah rata-rata

3. Untuk mengetahui terdapat interaksi antara model pembelajaran InquiryTraining menggunakan media Phet dan Direct Instruction dengan berpikir kritis terhadap keterampilan proses sains siswa?

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hasil Penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris tentang model

pembelajaran Inquiry Training untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kritis siswa pada topik suhu dan kalor yang berguna bagi siapa saja yang berkepentingan.

(26)

12

3. Bagi siswa diharapkan dengan model pembelajaran Inquiry Training ini dapat memperoleh pengalaman berinkuiri dalam pembelajaran.

1.7 Definisi Operasional

Definisi operasional pada penelitian ini adalah:

1. Model pembelajaran Inquiry Training adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir intelektual dan keterampilan lainnya seperti mengajukan pertanyaan dan keterampilan menemukan jawaban yang berawal dari keingintahuan mereka, yang dikemukakan oleh Joyce Bruce, dkk, (2011:202). Penggunaan media PhET dapat menjadi bantuan dalam fase Inquiry Training.

2. Keterampilan proses sains dalam penelitian ini ialah mengamati, menggolongkan, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, merencanakan penelitian, dan mengkonunikasikan. (Dimyati, Mudjiono, 2013:141) 3. Keterampilan berpikir kritis adalah salah satu kemampuan yang diperlukan

(27)

13

4. Direct Instruction adalah suatu model pengajaran yang bersifat teacher center. Model pengajaran langsung adalah salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. (Trianto, 2009:42)

(28)

122

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Keterampilan proses sains fisika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet lebih baik dibandingkan dengan keterampilan proses sains fisika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran direct instruction. Hasil ini menunjukkan ada efek model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet terhadap keterampilan proses sains siswa.

2. Keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok berpikir kritis diatas rata-rata lebih baik dibandingkan keterampilan proses sains fisika siswa pada kelompok berpikir kritis dibawah rata-rata. Hasil ini menunjukkan ada efek berpikir kritis terhadap keterampilan proses sains siswa.

(29)

123

pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet dengan berpikir kritis berpengaruh terhadap keterampilan proses sains. Sedangkan pembelajaran dengan direct instruction dengan berpikir kritis tidak berpengaruh terhadap keterampilan proses sains.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian peneliti memiliki beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi guru mata pelajaran fisika disarankan untuk mencoba menerapkan model pembelajaran yang bervariatif agar siswa tidak merasa jenuh dalam melaksanakan kegiatan belajar. Salah satu model pembelajaran yang bisa diterapkan adalah model inquiry training mengunkan media Phet.

2. Bagi siswa yang belum terbiasa menggunkan model pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet, sebaiknya siswa sering dilatih untuk melaksanakan kegiatan praktikum supaya siswa dapat melihat secara langsung fenomena yang terjadi pada kegiatan praktikum dan dapat menstimulasi siswa untuk lebih meningkatkan keterampilan proses sains yang dimilikinya.

(30)

124

4. Pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran inquiry training menggunakan media Phet merupakan salah satu alternatif model yang dapat diterapkan di sekolah yang sudah menerapkan kurikulum 2013. 5. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian tentang model pembelajaran inquiry training menggunkan media Phet ditinjau dari variabel lain selain kemampuan berpikir kritis.

(31)

125

DAFTAR PUSTAKA

Andar, (2013), Efek Model Pembelajran Inquiry Tranning Berbasis Mediakomputer

Terhadap Keterampilan Proses Sainsdan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa, Tesis diterbitkan. Medan : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan

Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya

Arikunto, S. (2012). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

--- (2009). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

--- (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Awg Kasmurie Awg Kitot, Abdul Razak Ahmad, Ahmad Ali Seman, (2010), The Effectiveness of Inquiry Teaching in Enhancing Students’ Critical Thinking, Elsevier Procedia - Social And Behavioral Sciences, 7(C) : 264– 273

Belgin dan Şükran, (2011), Critical Thinking in Nursing Process and Education, International Journal of Humanities and Social Science, Vol. 1(13): 257-262

Costa, Arthur L, (1991), Developing Minds a Resources Book Fot Teaching Thinking, Association for Supervision and CurriculumDevelopment, Alexandria, Va.

Dahar, (2006), Teori – teori Dan Pembelajaran Belajar. Jakarta: Erlangga

Devi, Poppy Kamalia, (2010), Keterampilan proses Dalam pemebelajaran IPA,

Jakarta : Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK IPA)

(32)

126

Dyah,(2013),kemampuanberpikirkritis,(online),(http://diyahpgsd.blogspot.co.id/2013/ 01/kemampuan berpikir-kritis.htm, diakses pada tanggal 14 November 2015)

Dimyati dan Mudjiono, (2002), Belajar Dan pembelajaran. Jakarta: PT Rineka

Egul Remziye, Yeter Simsekli, Sevgul Calis, Zehra Ozdilek, Sirin Gocmenzelebi, Meral Sanli (2011), The Effects Of Inquiry-Based Science Teaching On Elementary School Students’ Science Process Skills And Science

Attitudes, Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP),

Vol 5, ( 1) : 48-68

Ennis,(1995).BerpikirKritis.(online), (http://silviez89.blogspot.co.id/2013/12/normal-0-false-false-false-in-x-none-ar.html, diakses pada tanggal 14 november 2015)

Fisher, Alec, (2009), Berpikir Kritis, Jakarta: Erlangga

Finkelstein, N. (2006), “Hightech Tools For Teaching Physics:The Physics Education

Technology Project”. Merlot journal of online learning and teaching. Vol.

2 (3): 110-121

Halimatus sakdiah, (2014), Efekmodel Pembelajran Inquiry Trainning Berbantukan

Handout Dan Sikap Ilmiah Terhadap Pengetahuan Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains, Tesis tidak diterbitkan, Medan : Program Pasca Sarjan universitas Negeri Medan

Harlen, W. Elsgeest.J, (1992), UNESCO Sourcebook for Science in the Primmary

School. France. Imprimerie de la Manutention

Hosnan, M, (2014), Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pemebelajaran abad

21, Jakarta : Ghalia Indonesia

Joyce Bruce, Marshall Weil, Emily Calhiun, (2011), Models of Teaching

Model-Model pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mery Noviyanti, (2013), Critical Thinking Skills of Students in Online Tutorials Based on Problem-based Learning for Mathematics Curriculum Analysis, Malaysian Journal of Distance Education 15(1): 29−42

Michaela Kostelníkováa, Miroslava Ožvoldováb (2013), Inquiry In Physics Classes

By Means Of Remote Experiments, Journal elsevier Procedia - Social and

(33)

127

M, Taher, (2014), Media Yang Relevan Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013, (online),

http://sumut.kemenag.go.id/file/file/TULISANPENGAJAR/levk14047153 23.pd, dikases pada tanggal 03 desember 2015)

Nurhayati, Syarifah Fadilah, Mutmainnah,(2014), Penerapan Metode Demonstrasi Berbantu Media Animasi Software Phet Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Materi Listrik Dinamis Kelas X Madrasah Aliyah Negeri 1

Pontianak, Pendidikan Fisika , Vol 4 (2) : 2087-9946

Rajshree S. Vaishnav,(2013), Effectiveness Of Inquiry Training Model For Teaching

Science, Jurnal Scholary Research, Jornal For Interdisciplinary Studies,

VOL-I, ISSUE (V): 1216-1220

Reza Hashemi dan Afsaneh Ghanizadeh, (2012), Critical Discourse Analysis And

Critical Thinking: An Experimental Study In An EFL Context, Journal

elsevier, 40 : 37-47

R. Gokul Raj, Dan S. Nirmala Devi, (2014), Science Process Skills And

Achievement In Science Among High School Students, Jurnal Scholary

Research Jornal For Interdisciplinary Studies , Vol-II/XV: 37-47

Reginada, Rumentauli, (2015), Efek Model Pembelajran Inkuiri Training Dan

Kemampuan Berpikir Kritis Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa SMA, Tesis tidak diterbitkan, Medan: Program pasca sarjana universitas negeri medan

Rusman, (2011), Model- Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru, Jakarta : Rajawali Pers

Sanjaya, Wina, (2006), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan, Jakarta: Kencana

Saksri Supasorn, (2012), Enhancing undergraduates’ conceptual understanding of organic acid-base-neutral extraction using inquiry-based experiments, Journal elsevier Procedia - Social and Behavioral Sciences 46: 4643 – 4650

SilvianiNurAzizah,(2013),AsessmenBerpikirKritis,(http://silviez89.blogspot.co.id/201

(34)

128

Singh, Vandana dan Chirayu K.C, (2013), Effectiveness Of Inquiry Training Model

For Teaching Chemistry, Jornal Scholary Research Jornal For

Interdisciplinary Studies, VOL-II/X : 2344-2349

S. Prihatiningtyas, T. Prastowo, B. Jatmiko, (2013). Imlementasi Simulasi Phet Dan Kit Sederhana Untuk Mengajarkan Keterampilan Psikomotor Siswa Pada

Pokok Bahasan Alat Optik, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia Vol 2 (1) :

18-22

Sudjana, (2002), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif, Jakarta:

Kencana

Trianto, (2010), Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi, dan

Implementasinya dalam kurikkulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara

Wibawa,Adi,(2013),TeoribelajarKonstruktivisme,(http://wiare.blogspot.co.id/2013/0

2/teori-belajar-konstruktivisme.html, diakses pada tanggal 17 Oktober 2015)

Wichai Lati, Saksri Supasorn, Vinich Promarak, (2012), Enhancement of learning achievement and integrated science process skills using science inquiry

learning activities of chemical reaction rates, Journal elsevier Procedia -

Social and Behavioral Sciences 46 : 4471 – 4475

Wilson(2000),Perlunyabudayaberpikirkritis,(Online),(http://thabilkharisma.blogspot.

co.id/2012/01/kemampuan-berpikir-analitis-dan-kritis.html, diakses pada tanggal 14 november 2015)

Zainul, Asmawi dan Noeh, (1997), Program Pengenbangan Keterampilan Teknik

Instruksional Untuk Dosen Muda Penilaian Hasil Belajar, Jakarta : PAU-PPAI Universitas Terbuka

Zakiyah,Naeli, (2011), Pengaruh Pendekatan Inkuiri terstruktur terhadap

Keterampilan proses Sains Siswa Pada Konsep Pernapasan Pada Manusia, Skripsi diterbitkan, Jakarta : Fakulatas Imu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Syarih Hidayatullah

Zhou Qing, Guo Jinga, Wang Yan, (2010), Promoting preservice teachers’ critical

thinking skills by inquiry-based chemical experiment, Journal elsevier

Gambar

Gambar 4.1 Histogram Data Pretes kelas Kontrol.......................................

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan konsep sirkulasi wisata pada tapak, jalur sirkulasi bagi wisatawan pada ruang wisata budaya direncanakan membentuk suatu jalur interpretasi sehingga wisatawan

Dengan berkembangnya bidang jasa Event Organizer pada saat perusahaan akana. menyelenggarakan suatu event maka semua penyedia jasa event akan

[r]

TITANAT DARI TITANIA TEKNIS SEBAGAI ELEKTRODA BATERAI ION LITIUM ” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan

Tesis yang berjudul : “ PERBEDAAN PENGARUH METODE LATIHAN ACCELERATION SPRINT DAN HOLLOW SPRINT TERHADAP PRESTASI SPRINT 100 METER DITINJAU DARI RASIO PANJANG

kuantitas kalori pangan sekali konsumsi, dapat memperbaiki respons glikemik dan/atau menurunkan kadar glukosa darah pada siang atau sore hari dan menurunkan nafsu makan

DAFTAR LAMPIRAN ... Latar belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan penelitian .... Manfaat penelitian ... Laporan keuangan dan Kinerja Keuangan ... Definisi laporan keuangan...

Gambarlah hewan yang kamu lihat saat ke sekolah.. Kuda