• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum,Wight) TERHADAP WAKTU KEMATIAN Ascaris suum, Goeze In Vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum,Wight) TERHADAP WAKTU KEMATIAN Ascaris suum, Goeze In Vitro SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PENGARUH EKSTRAK DAUN SALAM (Syzygium polyanthum,Wight)

TERHADAP WAKTU KEMATIAN Ascaris suum, Goeze In Vitro

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Gagat Ragil Andaru P G.0009090

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

iv

ABSTRAK

Gagat Ragil Andaru P, G0009090, 2012. Pengaruh Ekstrak Daun Salam

(Syzygium polyanthum,Wight) terhadap Waktu Kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Latar Belakang : Daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) mengandung tannin

yang telah diketahui memiliki efek antihelmintik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze secara In Vitro.

Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat eksperimental laboratorik dengan menggunakan rancangan penelitian the post test only controlled group design. Subjek penelitian adalah cacing Ascaris suum,Goeze dewasa yang aktif bergerak. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling. Subjek dibagi dalam 7 kelompok, setiap kelompok terdiri dari 4 cacing, replikasi dilakukan sebanyak 4 kali. Kelompok kontrol negatif menggunakan larutan garam fisiologis, kelompok kontrol positif menggunakan pyrantel pamoate 5 mg/ml sedangkan kelompok perlakuan terdiri dari ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%, dan 90%. Cacing direndam dalam larutan uji sebanyak 25 ml dan diinkubasi pada suhu 37°C. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam dan dihitung jumlah cacing yang mati. Data dianalisis dengan uji regresi linier, dan analisis probit.

Hasil penelitian : Hasil pengamatan rerata waktu kematian total Ascaris suum, Goeze kontrol negatif selama 96 jam, kontrol positif 2,5 jam, Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85%, 90% selama 10 jam 15 menit, 8 jam, 6 jam, 4 jam 45 menit dan 3 jam. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama kematian cacing. Hasil analisis probit diperoleh LC50 dan LT50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) adalah 76,228% dan 3 jam 36 menit.

Simpulan penelitian : Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) mempengaruhi waktu kematian Ascaris suum, Goeze In Vitro, peningkatan konsentrasi ekstrak berbanding terbalik dengan waktu kematian cacing

(3)

commit to user

v

ABSTRACT

Gagat Ragil Andaru P, G0009090, 2012. The Effect of Syzygium

polyanthum,Wight Leaves Extract Towards Death Time of Ascaris suum,Goeze In Vitro. Mini Thesis. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Background : Syzygium polyanthum,Wight leaves contain tannin that have been known to have anthelmintic effect. This study aimed to determine the effect of groups, each group consisting of 4 worms, replication performed 4 times. Saline solution was used in negative control group, pyrantel pamoate 5 mg/ml was used in positive control group, while the treatment group used Syzygium polyanthum,Wight leaves extract concentration of 70%, 75%, 80%, 85%, and 90%. Worms immersed in the test solution at 25 ml and incubated at 37°C. Observations were made every 1 hour and counted the number of dead worms. Data were analyzed with regression linier and probit analysis.

Results : Observations of total deaths mean time Ascaris suum,Goeze sp negative control for 96 hours, the positive control 2 hours 30 minutes, the concentration of 70%, 75%, 80%, 85%, 90% for 10 hours 15 minutes, 8 hours, 6 hours, 4 hours 45 minutes and 3 hours. Linear regression test results show that the variation of the concentration affects long worm death. Probit analysis results obtained LC50 and LT50 Syzygium polyanthum,Wight leaves extract is 76,228% and 3 hours 36 minutes.

Conclusion : Based on this study, it can be concluded that of Syzygium polyanthum,Wight leaves extract affects mortality of Ascaris suum, Goeze sp In Vitro, the increasing of extract concentration is inversely proportional with the death time of worms

(4)

commit to user

vi

PRAKATA

Puji Syukur ke hadirat Tuhan YME, atas segala limpahan rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Ekstrak Daun Salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap Waktu

Kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro”.

Dalam proses penyusunan skripsi ini tentunya tak lepas dari bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Prof.Dr. Zainal Arifin Adnan, dr.,Sp.PD-KR-FINASIM selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Muthmainah, dr., M.Kes., selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. FX. Bambang Sukilarso S., dr., Sp.ParK, selaku Pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran dan motivasi bagi penulis.

4. Sri Haryati, Dra., M.Kes, selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes, selaku Ketua Penguji yang telah berkenan menguji sekaligus memberikan kritik dan saran bagi penulis

6. P. Murdani K, dr., MHPEd Selaku Anggota Penguji yang telah berkenan menguji dan memberikan kritik dan saran bagi penulis.

7. Seluruh Staf Bagian Skripsi dan Staf Laboratorium Parasitologi dan Mikologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta yang banyak membantu dalam skripsi ini.

8. Yang tercinta, kedua orang tua saya Ir. Ign. Rachmat Pratomo dan Anastasia Suparmi Damayanti yang senantiasa mendoakan tiada henti dan memberikan semangat hingga terselesaikanya tulisan ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik saya, Arianto Adi, Indah Puspitasari, Ludi Junapati, Bagus Budi, Dedy, Bagus Dwi, Yurita yang telah setia membantu saya dalam doa dan semangat dalam penelitian ini

10.Keluarga PMPA VAGUS tercinta atas doa dan dukungannya 11.Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang berkepentingan, khususnya dan bagi pembaca umumnya.

Surakarta, November 2012

(5)

commit to user

BAB III METODE PENELITIAN... 17

A. Jenis Penelitian... 17

BAB IV HASIL PENELITIAN... 29

A. Hasil Penelitian... 29

(6)

commit to user

viii

BAB V PEMBAHASAN... 39

BAB VI PENUTUP………... 43

A. Simpulan... 43

B. Saran... 43

DAFTAR PUSTAKA... 44

(7)

commit to user

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,Goeze pada

penelitian pendahuluan

Tabel 4.2 Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,Goeze pada

penelitian akhir

Tabel 4.3 Presentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat dengan waktu kematian

2,5 jam

Tabel 4.4 Hasil analisis probit untuk mengetahui LC50 ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum,Wight)

Tabel 4.5 Hasil analisis probit untuk mengetahui LT50 ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum,Wight)

(8)

commit to user

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan

Gambar 3.2 Rancangan penelitian akhir

Gambar 4.1 Diagram rerata waktu kematian cacng pada penelitian akhir

Gambar 4.2 Diagram perbandingan presentase daya antihelmintik ekstrak daun

salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat

Gambar 4.3 Grafik persamaan regresi linier antara ekstrak daun salam dan waktu

(9)

commit to user

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Uji Normalitas Data

Lampiran 2. Uji Regresi Linier

Lampiran 3. Dokumentasi Kegiatan Penelitian

Lampiran 4. Ijin Penelitian

(10)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Askariasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing

Ascaris lumbricoides. Penyakit ini menduduki peringkat prevalensi tertinggi

dari seluruh penyakit Soil Transmitted Helminth (Hadju, 2011). Infeksi

askaris banyak ditemukan di negara tropis dan subtropis (Hendratno, 1998).

Bagi negara berkembang, termasuk Indonesia yang juga negara tropis,

infeksi askaris menjadi suatu hal yang serius (Acevedo dan Carabalo, 2011).

Angka kejadian askariasis di Indonesia masih cukup tinggi yaitu sekitar

60 – 90 % (Margono, 2003). Berdasarkan data WHO tahun 2004, dilaporkan

bahwa prevalensi kejadian askariasis pada anak sekolah di berbagai daerah

di Indonesia masih tinggi yaitu 19,5% di Sulawesi Tengah, 41,3% di

Banten, 16,7% di Jawa Barat 22,8% di Sumatera Selatan, dan 13,9% di

Kalimantan Barat. Tingginya prevalensi ini disebabkan oleh sejumlah

faktor. Faktor yang pertama adalah iklim dan suhu di Indonesia cocok untuk

perkembangan telur cacing askaris. Kebiasaan defekasi dan pola hidup yang

kurang bersih menjadi faktor kedua. Rendahnya status ekonomi masyarakat

melengkapi kedua faktor di atas (Damarjati, 2007).

Penyakit kecacingan dapat menurunkan produktivitas sumber daya

manusia di Indonesia. Gejala klinis yang ditimbulkan dari infeksi parasit ini

(11)

commit to user

pada penderita (Pasaribu, 1993). Jika cacing ini menginfeksi anak maka

pertumbuhan dan perkembangan belajar akan terganggu. Migrasi larva

cacing ini dapat menimbulkan gejala klinis seperti perdarahan dan gangguan

paru seperti panas, batuk darah, dan pneumonitis askaris. Sedangkan

stadium dewasanya dapat menyebabkan obstruksi usus, nafsu makan

berkurang, diare dan konstipasi (Pohan, 2006).

Obat-obat askariasis yang masih digunakan saat ini yaitu

mebendazol, piperazin, dan pirantel pamoat dilaporkan menimbulkan efek

samping yaitu mual, muntah, sakit kepala, dan sakit perut (Syarif dan

Elysabeth, 2007). Dalam suatu Case report dilaporkan bahwa pengobatan

askariasis menggunakan mebendazol menimbulkan efek samping berupa

erratic migration yaitu keluarnya cacing askaris melalui mulut dan hidung

penderita. Fenomena ini menimbulkan ketakutan pasien terhadap terapi

mebendazol (Brawley, 1986).

Tanaman obat merupakan alternatif pengobatan yang telah banyak

digunakan masyarakat Indonesia. Hasil survey Badan Pusat Statistik di

tahun 2000 menunjukkan 15,6 % masyarakat Indonesia menggunakan

tanaman obat tradisional, dan jumlah ini meningkat menjadi 31,7 % di tahun

berikutnya. Indonesia memiliki keanekaragaman hayati terbesar kedua di

dunia, hal ini mendukung ketersediaan tanaman obat bagi masyarakat.

Selain mudah didapat dan murah, penggunaan obat tradisional memiliki

efek samping yang minimal dibanding obat yang tersedia di pasaran. Serta

(12)

commit to user

pemerintah karena impor bahan baku obat yang nilainya mencapai US$ 160

per tahun (Departemen Pertanian, 2007).

Tanaman salam yang tumbuh subur di Indonesia merupakan salah

satu tanaman tradisional yang digunakan sebagai bumbu dapur oleh

masyarakat Indonesia dan termasuk sembilan tanaman unggulan yang masih

diteliti lebih lanjut (Dewoto, 2007). Hasil uji fitokimia membuktikan bahwa

daun salam memiliki kandungan yang bervariasi yaitu tannin, flavonoid,

alkaloid, steroid, karbohidrat dan triterpenoid (Kusuma et al, 2011).

Beberapa penelitian yang telah dilakukan melaporkan tanaman salam

memiliki efek antidiabetik, antibakteri, antifungi, analgesik dan

antiinflamasi (Studiawan, 2005; Hendrajatin, 2009; Sumono, 2008). Tetapi

hingga saat ini, belum ada penelitian mengenai daun salam sebagai

antihelmintik. Pada penelitian sebelumnya, dilaporkan bahwa zat aktif pada

tanaman yang memberikan efek antihelmintik adalah tannin (Bachaya,

2007; Duke, 2009).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin membuktikan apakah

daun salam memiliki aktivitas antihelmintik, dengan kandungan tannin di

dalamnya. Dalam penelitian ini akan digunakan Ascaris suum. Ascaris suum

memiliki kemiripan morfologi, fisiologi dan biokimia dengan Ascaris

lumbricoides, sehingga cacing jenis ini sering menjadi model pengganti

(13)

commit to user

B. Perumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight)

terhadap waktu kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro?

2. Berapa konsentrasi optimal ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,

Wight) yang memberikan efek antihelmintik ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,

Wight) terhadap waktu kematian Ascaris suum,GoezeIn Vitro.

2. Untuk mengetahui konsentrasi optimal ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum, Wight) yang memberikan efek antihelmintik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah tentang

pengaruh pemberian ekstrak daun salam (Syzygium polianthum, Wight)

terhadap waktu kematian Ascaris suum,Goeze In Vitro.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan acuan di bidang

(14)

commit to user

5

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum,Wight)

a. Sinonim

Eugenia polyantha

b. Nama Daerah

Sumatra : Meselangun, ubar serai (Melayu)

Jawa : Salam, gowok (Sunda), Salam (Madura), Manting

Kangean : Kastolam

(Dalimartha, 2000)

c. Taksonomi

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Subkelas : Dialypetalae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae

Genus : Syzygium

Spesies : Syzygium polyanthum, Wight

(15)

commit to user

d. Deskripsi

Tanaman salam tumbuh subur di daerah tropis dan subtropis, mulai

dari Birma ke selatan sampai ke Indonesia. Di pulau Jawa tanaman ini

tumbuh pada ketinggian 5 m hingga 1000 m di atas permukaan laut.

Tanaman salam dapat tumbuh di tanah dengan ketinggian hingga

1800 m di atas permukaan laut (Heyne, 1987; Mardisiswojo dan

Radjamangunsudarso, 1968).

Tanaman salam berupa pohon dengan batang bulat. Tinggi pohon

dapat mencapai 25 m. Daun tunggal, panjang 5 – 15 cm, lebar 3 – 8 cm.

bersilang berhadapan, berbentuk lonjong dengan ujung runcing,

pertulangan menyirip berwarna hijau tua pada permukaan atas dan hijau

muda di permukaan bawah. Bunga majemuk berwarna putih dengan

bau harum. Biji bulat berwarna cokelat dengan diameter sekitar 1 cm.

Buahnya buah buni dengan diameter 8 – 9 cm, buah muda berwarna

hijau, setelah masak berubah menjadi merah gelap (Haryanto, 2009).

e. Kandungan Kimia

Kandungan kimia yang terdapat pada daun salam adalah tannin,

flavonoid, alkaloid, karbohidrat, steroid dan triterpenoid (Kusuma,

2011). Tannin merupakan molekul golongan polifenol, yang ada

hampir di setiap bagian tanaman, termasuk akar, batang, daun, buah

bahkan rambut tanaman. Tannin diklasifikasikan berdasar molekulnya

menjadi Condensed Tannin (CT) dan Hydrolizable Tannin (HT). Secara

(16)

commit to user

dihubungkan dengan ikatan karbon tanpa adanya nukleus monosakarida

(Barry dan McNabb, 1999; Hagerman dan Butler, 1981; Foo et al.,

1986). Senyawa tannin bersifat polar, sehingga tidak dapat larut dalam

pelarut nonpolar seperti eter, kloroform, dan benzena (Harborne, 1987).

Penelitian terhadap domba yang terinfeksi cacing yang diberi

pakan mengandung CT dengan kadar tinggi menunjukkan penurunan

yang drastis dari jumlah hitung cacing dan telur yang terdapat pada

fesesnya (Niezen et al, 1998). Menurut penelitian di Pakistan

didapatkan bahwa tannin yang terdapat pada beberapa tanaman, tidak

termasuk daun salam dalam penelitian ini, menunjukkan efek

antihelmintik yang signifikan (Bachaya, 2007). Tannin memiliki efek

vermifuga yaitu dapat merusak protein tubuh cacing (Duke, 2009). Efek

antihelmintik pada tannin bekerja secara In Vivo dan In Vitro pada

kambing dan domba (Brunet dan Hoste, 2006: Iqbal et al, 2007; Cenci

et al, 2007; Anthanasiadou et al, 2001). Penelitian lain menyebutkan

tannin juga dapat menghambat migrasi cacing pada tubuh kambing

(Alonzoet al, 2008).

f. Khasiat

Suatu penelitian menyebutkan bahwa ekstrak daun salam terbukti

dapat menghambat pertumbuhan jamur Fusarium oxysporum (Noveriza

dan Miftakhurohmah, 2010). Penggunaan daun salam dalam

menurunkan gula darah menunjukkan hasil yang bermakna karena daun

(17)

commit to user

daun salam juga menunjukkan aktivitas antibakteri terhadap V. cholera

dan E.coli enteropatogen (Hendrajatin, 2009). Di dunia kedokteran gigi,

daun salam memiliki banyak manfaat. Flavonoid pada daun salam

memiliki efek analgetik dan antiinflamasi sehingga dapat mengurangi

rasa sakit dan mempercepat penyembuhan luka sesudah bedah mulut.

Kandungan tannin dan flavonoid memiliki efek antibakteri yang

mengurangi pertumbuhan dari Streptococcus mutants, sehingga dapat

digunakan untuk pengobatan pulpitis (Sumono, 2008)

2. Ascaris lumbricoides, linn

a. Taksonomi

Subkingdom : Metazoa

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Subkelas : Scernentea

Ordo : Ascaridia

Superfamili : Ascaridoidea

Famili : Ascarididae

Genus : Ascaris

Spesies : Ascaris lumbricoides, linn

(Utari,2002)

b. Morfologi

Cacing jantan memiliki ukuran 10 – 30 cm, sedangkan yang

(18)

commit to user

halus. Setiap harinya, seekor betina dapat menghasilkan telur sejumlah

100.000–200.000 butir terdiri dari telur fertil dan infertil

(Gandahusada et al., 2000)

Telur yang dibuahi memiliki kulit luar yang transparan tetapi

kuat. Di dalam telur masih terdapat suatu membran vitelin yang lebih

tipis. Telur fertil ini mengandung satu buah ovum yang tidak

bersegmen. Pada setiap kutub telur terdapat bentukan mirip bulan

sabit yang merupakan suatu rongga berisi udara yang disebut celah

semilunaris. Telur fertil ini ada yang memiliki selubung albumin di

kulit luar dan ada yang tidak. Telur yang tidak dibuahi atau infertil

memiliki bentuk lebih lonjong dari telur fertil. Dindingnya tipis

berwarna coklat dengan selubung albumin yang tidak teratur (Utari,

2002).

c. Daur Hidup

Penyebaran askariasis dapat dimulai dari penderita yang

membuang tinjanya di sembarang tempat. Tinja ini dapat

mengandung telur fertil. Telur ini akan menjadi stadium yang infektif

setelah 21 hari pada lingkungan yang sesuai. Jika telur ini termakan

manusia, maka akan menetas di usus halus. Larva tipe rhabditoid ini

akan menembus dinding usus dan akan menuju pembuluh darah atau

aliran limfe. Kemudian ke jantung dan paru-paru (Gandahusada et al,

(19)

commit to user

Larva di paru-paru akan menembus dinding pembuluh darah,

kemudian ke alveolus. Dari rongga alveolus akan menuju bronkus dan

trakea. Pada fase ini penderita mengalami gejala batuk. Larva

kemudian menuju oesophagus dan hidup di usus halus. Di usus halus,

larva akan berkembang menjadi stadium dewasa. Dari telur menetas

hingga dewasa membutuhkan waktu 2 bulan (Gandahusada et al.

2000).

d. Gejala Klinis dan Diagnosis

Stadium larva dapat menyebabkan gangguan ringan hati,

sedangkan di paru akan menyebabkan demam, eosinofilia, sesak

nafas, dan pada foto thorax dapat menunjukkan suatu infiltrat yang

menetap selama 3 minggu, yang disebut sindroma loeffler. Cacing

dewasa dapat hidup 6-24 bulan di dalam usus halus. Keaadaan ini

dapat menunjukkan gejala tak spesifik pada pencernaan, seperti mual,

muntah, diare, dan konstipasi. Jika menembus peritoneum dapat

menyebabkan akut abdomen (Gandahusada, 2000; Pohan, 2006; Utari,

2002). Ketika larva memasuki kandung empedu, pankreas, dan hepar

dapat menimbulkan gejala penyakit seperti kolesistisis akut,

pankreatitis akut, cholangitis akut, dan abses hepar (Rasmaliah, 2001).

Diagnosis askariasis ditegakkan bila menemukan telur pada

tinja dan menemukan cacing yang keluar melewati anus, hidung,

(20)

commit to user

e. Pengobatan

Mekanisme obat antihelmintik ada 2, yaitu vermifuga dan

vermisida. Vermifuga berperan dalam memabukkan, menghalau, atau

mengeluarkan cacing, sedangkan vermisida bekerja membunuh

cacing. Obat-obat dalam dosis terapi biasanya berperan sebagai

vermifuga, sehingga cacing tidak dibunuh. Mekanisme ini dibantu

dengan pemberian pencahar, agar cacing lebih mudah dikeluarkan dari

tubuh (Tanu, 1972). Obat pilihan pertama untuk terapi askariasis

adalah mebendazol dan pirantel pamoat. Sedangkan obat pilihan

kedua adalah albendazol dan piperazin (Katzung, 2004; Syarif dan

Elysabeth, 2007).

Mebendazol merupakan obat dengan indeks terapi yang lebar.

Mebendazol menyebabkan kerusakan subselular dan menghambat

sekresi asetilkolinesterase cacing. Obat ini juga menghambat ambilan

glukosa tanpa mengganggu host. Obat ini diabsorbsi kurang dari 10%

oleh tubuh. Mebendazol tidak mempunyai efek toksik sistemik karena

absorbsinya yang buruk. Tetapi obat ini dapat menimbulkan efek

samping seperti mual, muntah, dan diare. Keadaan ini sering muncul

pada infestasi yang berat diserati ekspulsi cacing melalui mulut

(erratic migration). Obat ini tidak boleh diberikan pada ibu hamil dan

anak berusia di bawah 2 tahun. Mebendazol tersedia dalam bentuk

(21)

commit to user

Pirantel pamoat berupa kristal putih tidak larut air. Obat ini

menimbulkan depolarisasi pada otot cacing dan meningkatkan

frekuensi impuls, sehingga cacing mati dalam keadaan spastik.

Pirantel pamoat juga menghambat enzim kolinesterase yang membuat

kontraksi otot yang berlebihan (Syarif dan Elysabeth, 2007).

Piperazin sangat efektif terhadap Ascaris lumbricoides dan

Enterobius vermicularis yang dibuktikan dalam uji klinik. Piperazin

menyebabkan blokade respons otot cacing terhadap asetilkolin

sehingga terjadi paralisis dan cacing mudah dikeluarkan oleh

peristaltik usus. Cacing biasanya keluar 1-3 hari setelah pengobatan.

Diduga cara kerja piperazin pada otot cacing dengan mengganggu

permeabilitas membran sel terhadap ion-ion yang berperan dalam

mempertahankan potensial istirahat, sehingga menyebabkan

hiperpolarisasi dan supresi impuls spontan, disertai paralisis (Syarif

dan Elysabeth, 2007).

Albendazole adalah obat anthelmintik yang efektif untuk

askariasis ringan hingga berat, tetapi merupakan kontraindikasi bagi

ibu hamil. Efek samping dari obat ini berupa nyeri ulu hati, diare,

sakit kepala, mual, lemah, pusing dan insomnia (Syarif dan Elysabeth,

(22)

commit to user 3. Ascaris suum,Goeze

a. Taksonomi

Subkingdom : Metazoa

Filum : Nemathelminthes

Kelas : Nematoda

Subkelas : Scernentea (Phasmidia)

Bangsa : Ascaridia

Superfamili : Ascaridiodea

Famili : Ascarididae

Marga : Ascaris

Jenis : Ascaris suum,Goeze (Miyazaki, 1991)

b. Deskripsi

Cacing Ascaris suum,Goeze disebut juga Ascaris suilla yang

secara morfologi hampir sama dengan Ascaris lumbricoides, Linn.

Perbedaan antara kedua cacing ini hanya pada deretan gigi dan bentuk

bibirnya (Miyazaki, 1991). Cacing jantan memiliki panjang 15-25 cm

dan diameter 3 mm. Cacing betina memiliki panjang sampai 41 cm

dan diameter 5 mm. Tubuh cacing diselimuti lapisan kutikula yang

relatif tebal. Sistem pencernaan berupa esophagus sepanjang 6,5 mm.

Telur Ascaris suum,Goeze menunjukkan adanya lapisan albuminoid

(23)

commit to user

Hospes yang penting untuk cacing ini adalah babi tetapi cacing

ini dapat juga menjadi parasit pada manusia, kambing, domba, anjing

dan ayam. Ascaris suum,Goezememiliki siklus hidup dan cara infeksi

yang sama dengan Ascaris lumbricoides (Miyazaki, 1991).

4. Teknik Ekstraksi Maserasi

Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan

menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan

pada temperatur ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi

dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.

Maserasi kinetik berarti dilakukan pengadukan yang kontinyu

(terus-menerus). Maserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan

pelarut setelah dilakukan penyaringan pertama yang merata dan

seterusnya.

Peneliti menggunakan teknik maserasi dengan pelarut etanol 50%

untuk mendapatkan zat tannin pada daun salam (Syzygium polyanthum,

Wight). Penggunaan etanol 50% sebagai bahan pelarut dikarenakan bahan

ini bersifat polar dan penelitian yang dilakukan melaporkan bahwa pelarut

(24)

commit to user

B. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka pemikiran

Waktu kematian

Variabel terkendali Variabel tak terkendali

1.Jenis cacing

2.Suhu lingkungan

3.Ukuran cacing

Ekstrak daun Salam

(Syzygium polyanthum Wight)

Denaturasi protein tubuh cacing Ascaris suum, Goeze

Ascaris suum, Goeze

Mati

flavonoid alkaloid Tannin steroid karbohidrat triterpenoid

a.Umur cacing

b.Kepekaan

individu cacing

(25)

commit to user

C. Hipotesis

1. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) memiliki pengaruh

terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze In Vitro

2. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) memiliki konsentrasi

(26)

commit to user

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik dengan

rancangan the post test only controlled group design.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Parasitologi dan Mikologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

C. Subjek Penelitian

Sampel penelitian ini berupa cacing Ascaris suum, Goeze yang didapat

dari tempat penyembelihan “Radjakaya” Surakarta dengan kriteria sebagai

berikut:

1. Kriteria inklusi :

Cacing yang masih hidup dan aktif bergerak, jantan maupun betina,

dengan ukuran tubuh dan berat badan relatif sama besar.

2. Kriteria eksklusi :

Cacing yang sudah mati atau tidak aktif bergerak.

D. Teknik Sampling

Teknik sampling yang dipakai adalah purposive sampling dengan

menyamakan ukuran cacing serta tidak membedakan jenis kelamin cacing,

(27)

commit to user

Keterangan :

n : jumlah sampel

t : jumlah kelompok perlakuan

Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan maka

perhitungannya:

(n-1) (t-1)) > 15

6 n – 6 > 15

6 n > 21

n > 3,5

maka besar sampel yang digunakan adalah 4 ekor cacing.

Dengan Rumus Federer juga dapat ditentukan besar pengulangan:

Keterangan :

t : jumlah kelompok perlakuan

r : ulangan/replikasi (Purawisastra, 2001)

Penelitian ini menggunakan 7 kelompok perlakuan, maka:

(t-1)(r-1) > 15

(7-1)(r-1) >15

6 r > 21

r > 3,5

Dengan perhitungan tersebut, maka setiap kelompok perlakuan akan

direplikasi sebanyak 4 kali.

(n-1) (t-1) > 15

(28)

commit to user

E. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) yang berskala rasio.

2. Variabel Terikat

Waktu kematian cacing yang berskala pengukuran variabel terikat

menggunakan skala rasio.

3. Variabel Luar

a. Variabel luar yang dapat dikendalikan

Jenis cacing, konsentrasi larutan uji, suhu ruang penelitian dan ukuran

tubuh cacing.

b. Variabel luar yang tidak dapat dikendalikan

Umur cacing, varietas tanaman ekstrak, kepekaan individu cacing.

F. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Ekstrak daun salam

Ekstrak daun salam adalah ekstrak serbuk daun salam yang diekstraksi

menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 50 % yang hasil

akhirnya berbentuk ekstrak kental dan konsentrasinya dianggap 100%.

Ekstrak daun salam diperoleh dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian

Terpadu Universitas Gajah Mada.

2. Waktu kematian cacing

Waktu kematian cacing adalah waktu matinya semua cacing dalam

tiap rendaman setelah pemberian perlakuan. Pengamatan dilakukan tiap 1

(29)

commit to user

Waktu maksimal pengamatan adalah waktu kematian seluruh cacing pada

kontrol negatif pada penelitian pendahuluan. Cacing yang dianggap mati

adalah cacing yang tidak bergerak atau tidak berespon ketika digerakkan.

3. Variabel luar terkendali

a. Jenis cacing

Jenis cacing yang digunakan adalah Ascaris suum, Goeze yang hidup di

usus babi.

b. Suhu ruangan

Suhu ruangan dikendalikan dengan inkubator bersuhu 370 C.

c. Ukuran tubuh cacing

Ukuran cacing dikendalikan dengan memilih cacing berukuran 20 cm

sampai 35 cm.

4. Variabel luar tak terkendali

a. Umur cacing

Umur cacing merupakan variabel yang tidak dapat dikendalikan.

Pernyataan tersebut disebabkan peneliti tidak dapat mengetahui sejak

kapan cacing hidup di usus babi, serta tidak mengetahui waktu pasti

telur menetas menjadi cacing dewasa.

b. Varietas tanaman ekstrak

Varietas dari spesies tanaman ini merupakan variabel yang tidak

(30)

commit to user

c. Kepekaan individu cacing terhadap larutan uji.

Variabel kepekaan cacing dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga

merupakan variabel luar yang tidak terkendali

G. Rancangan penelitian

1. Skema Rancangan Penelitian Pendahuluan

Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan

Direndam dalam dengan rentang konsentrasi 40 %, 60 % dan , 80 %

Inkubasi 37oC

Pengamatan tiap 1 jam hingga semua cacing mati

Dicatat lama waktu kematian semua cacing

(31)

commit to user

2. Skema rancangan penelitian akhir

Gambar 3.2 Rancangan penelitian akhir

Direndam dalam ekstrak daun salam konsentrasi

70%, 75%, 80%, 85% dan 90%

Inkubasi dengan suhu 37’C

Pengamatan tiap 1 jam hingga semua cacing mati

Dicatat lama waktu kematian semua cacing

Uji Regresi linier

Analisis probit Direndam dengan

NaCl 0,9 %

Direndam dengan larutan Pyrantel pamoat 5 mg/ml Ascaris suum,

(32)

commit to user

H. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat

Alat yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Cawan petri dengan diameter 15cm.

b. Pengaduk kaca.

c. Labu takar.

d. Gelas ukur.

e. Pinset anatomis.

f. Inkubator.

g. Handscoen.

h. Timbangan elektrik

i. Toples.

j. Stopwatch.

k. Penggaris 30 cm.

l. Alat tulis.

m. Pemanas.

n. Kamera digital.

2. Bahan

Bahan yang akan digunakan adalah sebagai berikut :

a. Cacing Ascaris suum, Goeze.

b. NaCl 0,9 %.

c. Ekstrak daun salam.

(33)

commit to user

I. Cara Kerja

1. Pembuatan ekstrak daun salam di LPPT UGM

a. Pemilihan bahan ekstrak

Daun salam didapatkan langsung dari Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu Universitas Gajah Mada.

b. Pembuatan serbuk daun salam

Daun salam dicuci dengan air mengalir yang bertujuan untuk

menghilangkan kotoran. Daun salam kemudian dikeringkan dalam

almari pengering 400C selama 24 jam sampai kering. Kemudian daun

salam diserbuk dengan mesin penyerbuk.

c. Proses ekstraksi

1) Daun Salam dicuci hingga bersih pada air mengalir.

2) Daun salam dikeringkan sehingga kandungan airnya tersisa 10%

saja untuk menghindari kontaminasi bakteri atau jamur sehingga

berbentuk serbuk yag disebut dengan simplisia.

3) Serbuk yang dibutuhkan ditimbang dengan timbangan

4) Serbuk dimasukkan ke dalam wadah tertentu kemudian ditambah

dengan penyari,

5) Serbuk dan penyari tersebut diaduk hingga rata kemudian ditutup

dan dibiarkan selama 5 hari dengan sesekali diaduk

6) Setelah waktu perendaman selesai, campuran disaring

(34)

commit to user

7) Ampas dicuci dengan cairan penyari hingga diperoleh 100 bagian

ekstrak

8) Ekstrak cair disimpan dalam wadah dan diberi label.

9) Cairan ekstrak daun kemudian diuapkan menggunakan rotary

evaporator untuk menghilangkan pelarut sehingga tersisa ekstrak

kental

2. Penentuan konsentrasi larutan uji

Pengenceran dilakukan dengan penambahan NaCl 0.9 % pada ekstrak

kental daun salam dengan konsentrasi 100% yang didapat dari LPPT

UGM.

a. Konsentrasi ekstrak penelitian pendahuluan

Konsentrasi I : 10 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % =

Larutan ekstrak daun salam 40 % b/v

Konsentrasi II : 15 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % =

Larutan ekstrak daun salam 60 % b/v

Konsentrasi III : 20 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCL 0,9 % =

Larutan ekstrak daun salam 80 % b/v

b. Konsentrasi ekstrak penelitian akhir

Konsentrasi I : 17,5 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =

Larutan ekstrak daun salam 70% b/v

Konsentrasi II : 18,75 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =

(35)

commit to user

Konsentrasi III : 20 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =

Larutan ekstrak daun salam 80% b/v

Konsentrasi IV : 21,25 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =

Larutan ekstrak daun salam 85% b/v

Konsentrasi V : 22,5 gr ekstrak daun salam + 25 ml NaCl 0,9% =

Larutan ekstrak daun salam 90 % b/v

3. Langkah penelitian

a. Penelitian pendahuluan

1) Lima buah cawan petri disiapkan kemudian diisi larutan NaCl

0,9% 25 ml, 25 ml pirantel pamoat 5 mg/ml dan ekstrak daun salam

dengan konsentrasi 40%, 60%, 80%. Cawan Petri dihangatkan

terlebih dahulu pada suhu 370C di dalam inkubator.

2) Ascaris suum Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan ke dalam cawan

petri.

3) Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 370C.

4) Cacing tersebut disentuh dengan pinset anatomis untuk mengetahui

apakah cacing hidup atau sudah mati, jika sudah tidak bergerak,

maka cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap 1 jam.

5) Hasil waktu kematian yang diperoleh kemudian dicatat.

6) Lama waktu yang diperoleh, akan menjadi acuan yang digunakan

(36)

commit to user

b. Penelitian akhir

1) 7 buah cawan petri disiapkan, kemudian diisi dengan 25 ml NaCl

0,9 %, 25 ml pirantel pamoat dan ekstrak daun salam dengan

konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90%.

2) Ascaris suum, Goeze sebanyak 4 ekor dimasukkan ke dalam cawan

petri.

3) Cawan petri tersebut kemudian diinkubasi pada suhu 370C.

4) Untuk melihat apakah cacing mati atau hidup cacing-cacing

tersebut disentuh dengan pinset anatomis. Jika sudah tidak

bergerak, maka cacing dinyatakan mati. Pengamatan dilakukan tiap

1 jam.

5) Penelitian direplikasi 4 kali.

(37)

commit to user

J. Teknik Analisis Data Statistik

Data yang diperoleh berupa waktu kematian dianalisis secara

statistik menggunakan regresi linier dan analisis probit.

Uji regresi linier menunjukkan hubungan dan memprediksi nilai

antara 2 variabel numerik. Variabel yang diprediksi adalah variabel terikat

yang dalam penelitian ini adalah waktu kematian, sedangkan yang diukur

adalah variabel bebas yaitu konsentrasi ekstrak daun salam (Sastroasmoro

dan Ismael, 2002).

Analisis probit digunakan untuk mengetahui daya bunuh ekstrak

daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) terhadap Ascaris suum, Goeze

(38)

commit to user

29

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Data Hasil Penelitian

1. Penelitian Pendahuluan

Tahap penelitian pendahuluan dilakukan dengan mengamati

jumlah cacing Ascaris suum, Goeze yang mati pada kelompok kontrol

positif, negatif, dan kelompok perlakuan. Tahap penelitian pendahuluan

ini bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum, Wight) yang dapat membunuh 100% cacing

dengan waktu tercepat. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight)

dengan konsentrasi tersebut akan menjadi acuan dalam menentukan

konsentrasi ekstrak pada penelitian tahap akhir. Hasil uji pendahuluan

didapatkan ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan

konsentrasi 80% dapat membunuh 100% cacing dalam 6 jam. Waktu

kematian cacing pada kontrol negatif larutan NaCl 0,9%, didapatkan hasil

yaitu 96 jam yang kemudian digunakan sebagai waktu maksimal

pengamatan pada penelitin akhir. Waktu kematian pada larutan pirantel

pamoat yang merupakan kontrol positif, digunakan sebagai acuan waktu

kematian cacing dengan intervensi obat antihelmintik Hasil uji

(39)

commit to user

Konsentrasi Ekstrak Daun Salam Pirantel Pamoat

5 mg/ml

Tahap penelitian akhir dilakukan dengan mengamati waktu

kematian cacing Ascaris suum,Goeze pada kelompok kontrol dan

kelompok perlakuan, yaitu ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,

Wight) dengan serial konsentrasi 70%, 75%, 80%, 85% dan 90 %. Dalam

penelitian ini, cacing diamati tiap 1 jam dengan waktu maksimal

pengamatan 96 jam. Data dari hasil penelitian akhir kemudian disajikan

dalam tabel 4.2.

Tabel 4.2. Hasil pengamatan waktu kematian cacing Ascaris suum, Goeze pada penelitian akhir

Lama Waktu Kematian Ascaris suum,Goeze (Jam)

Replikasi NaCl

0,9%

Ekstrak daun salam Pirantel

pamoat

(40)

commit to user

70% 75% 80% 85% 90% Pirantel

pamoat

Gambar 4.1. Diagram rerata waktu kematian cacing pada penelitian akhir

Diagram di atas menjelaskan bahwa ekstrak daun salam (Syzygium

polyanthum,Wight) mulai dari konsentrasi 70% hingga 90%

berpengaruh terhadap waktu kematian Ascaris suum, Goeze. Pengaruh

antihelmintik ini meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi

ekstrak. Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan

konsentrasi tertinggi, yaitu 90%, memiliki efek antihelmintik yang

hampir mendekati obat pirantel pamoat.

Besarnya persentase efek antihelmintik dapat diketahui dengan

membandingkan lama waktu kematian total cacing dalam ekstrak daun

salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat. Hasil

(41)

commit to user

antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut :

D

ekstrak

(%)

= T

pirantel

(%)

D

pirantel

T

ekstrak

Keterangan :

D = daya antihemintik

T = waktu kematian semua cacing

Tabel 4.3. Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dengan pirantel pamoat dengan waktu kematian 2.5 jam

Konsentrasi ekstrak Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam dengan

Perhitungan persentase pada tabel 4.3. digunakan untuk melihat

efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) dari

persen kematian cacing dalam 2,5 jam dimana pirantel pamoat sebagai

obat standar mampu menyebabkan kematian 100% Ascaris suum,Goeze

sp secara In Vitro. Peningkatan hasil perhitungan persentase, dapat

diartikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum,Wight), efek antihelmintik yang muncul juga

semakin tinggi dan semakin mendekati efek antihelmintik pirantel

pamoat. Persentase efek antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium

(42)

commit to user

ekstrak 90% menyebabkan kematian 83,34% cacing dalam waktu

2,5 jam, dan hasil ini merupakan hasil yang paling mendekati efek

pirantel pamoat pada percobaan ini. Data persentase tabel 4.3. dapat

disajikan dalam bentuk diagram sebagai berikut :

Gambar 4.2. Diagram perbandingan persentase daya antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight) dengan pirantel pamoat

B. Analisis Data

Hasil penelitian yang berupa waktu kematian cacing, dianalisis dengan

regresi linier dengan menggunakan program komputer statistical product and

Service Solution (SPSS) 17.0 for windows, yang didahului uji normalitas data.

1. Uji normalitas data

Data yang semula berupa waktu kematian. Mula mula dihitung

residualnya, kemudian diuji normalitas datanya menggunakan 1-sample

(43)

commit to user

significancy sebesar 0,990, dimana jika nilai significancy α > 0,05

memiliki arti H0 diterima yaitu data memiliki distribusi normal.

2. Uji regresi linier

Uji regresi linier digunakan untuk megetahui persamaan garis yang

dibentuk oleh variabel bebas dan terikat, yag dapat mengetahui hubungan

keduanya. Hasil dari tabel “Correlation” merupakan matrik korelasi antara

konsentrasi dan waktu kematian. Dari hasil output di atas dapat diketahui

koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan waktu kematian

menunjukkan angka 0,989 bertanda negatif, sig 2-tailed.0,000

Interpretasinya yaitu:

a) Nilai probabilitas atau sig 2-tailed menunjukkan angka 0,000 lebih

kecil dari 0,05. Ini berarti ada korelasi yang signifikan antara variabel

konsentrasi dengan variabel lama kematian cacing.

b) Koefisien korelasi variabel konsentrasi dengan variabel lama kematian

cacing bernilai 0,989 bertanda negatif. Menunjukkan hubungan yang

negatif, sehingga semakin besar konsentrasi ekstrak maka waktu

kematian cacing semakin kecil.

Hasil dari tabel “Model Summary” dapat dibaca pada kotak R

square tampak nilainya 0,977. Hal tersebut mengandung makna bahwa

pengaruh variabel konsentrasi terhadap variabel waktu kematian cacing

adalah 97,7% sedangkan 2,3% dipengaruhi oleh variabel lain selain

(44)

commit to user

Dari hasil tabel “ANOVA” diketahui bahwa Ftabel untuk derajat

kemaknaan 0,01 didapatkan sebesar 8,53 dan Fhitung yang diperoleh

adalah 952,961, sehingga Fhitung > Ftabel. Selain itu dari tabel uji Anova

didapatkan nilai probabilitas 0,000 (< 0,05). Kedua hal tersebut

mengandung makna bahwa variasi nilai konsentrasi mempengaruhi lama

kematian cacing.

Pada tabel coefficients didapatkan pada kolom B pada constant (a)

bernilai 93,716 dan pada konsentrasi (b) bernilai -1,086. Nilai R pada

hasil regresi linier pada penelitian ini sebesar 0,989, sedangkan nilai R2

sebesar 0,977.

Dari hasil perhitungan didapatkan persamaan regresinya yaitu:

Y : a + bX

93,716 – 1,086x

Y : Lama kematian cacing

X : Konsentrasi ekstrak daun salam

Persamaan regresi linier di atas dapat disajikan berupa grafik sepeti pada

(45)

commit to user salam dan waktu kematian cacing

Kemudian untuk mengetahui daya bunuh ekstrak daun salam

(Syzygium polyanthum, Wight) terhadap Ascaris suum, Goeze dilakukan

uji analisis probit.

3. Analisis Probit

Data yang diperoleh kemudian dilanjutkan dengan analisis probit

untuk mengetahui LC50 dan LT50 ekstrak daun salam, serta LT50 pirantel

pamoat. Hasil analisis sebagai berikut:

a. Lethal concentration 50 (LC50) ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight)

LC50 adalah konsentrasi yang diperlukan untuk dapat membunuh

50% cacing dalam waktu tertentu. LC50 untuk mengetahui tingkat

efektifitas dosis ekstrak daun salam. Hasil analisis dapat dilihat pada

(46)

commit to user

Tabel 4.4. Hasil analisis probit untuk mengetahul LC50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum, Wight)

Persentase

Berdasarkan hasil analisis probit tersebut, didapatkan nilai LC50

ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) berada pada

konsentrasi 76,228% dengan batas bawah 72,547% dan batas atas

79,054%.

b. Lethal Time 50 (LT50)

Analisis probit dilakukan untuk mengetahui perbandingan daya

antihelmintik ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight)

dengan pirantel pamoat dengan cara mencari LT50 dari ekstrak daun

salam yang akan dibandingkan dengan LT50 pirantel pamoat. LT50

adalah waktu yang dibutuhkan untuk menimbulkan kematian 50%

cacing pada konsentrasi tertentu.

Tabel 4.5. Hasil analisis probit untuk mengetahi LT50 ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum Wight)75%

Persentase kematian(%)

Waktu (jam) Batas bawah (jam) Batas atas (jam)

10 1,526 0,919 2,020

30 2,536 1,880 3,068

50 3,604 2,962 4,271

70 5,123 4,321 6,421

(47)

commit to user

Data dari tabel 4.5. dapat disimpulkan bahwa LT50 dari ekstrak

daun salam 75% adalah 3 jam 36 menit dengan batas bawah 2 jam 57

menit dan batas atas 4 jam 16 menit.

Analisis probit juga dilakukan untuk mengetahui LT50 dari

pirantel pamoat. Data hasil analisis probit disajikan dalam tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil analisis probit untuk LT50 Pirantel pamoat 5mg/ml

Persentase kematian(%)

Waktu (jam) Batas bawah (jam) Batas atas (jam)

10 0,670 0,445 0,852

30 0,974 0,741 1,163

50 1,262 1,035 1,471

70 1,634 1,397 1,925

90 2,374 2,005 3,049

Data tabel 4.6. dapat disimpulkan LT50 Pirantel Pamoat adalah

1 jam 15 menit dengan batas bawah 1 jam 2 menit dan batas atas 1 jam

(48)

commit to user

39

BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian pendahuluan yang menggunakan larutan NaCl 0,9%

sebagai kontrol negatif, mencerminkan lama hidup cacing Ascaris suum,Goeze di

luar tubuh babi sebagai hospes utamanya tanpa pengaruh antihelmintik. Rerata

waktu kematian pada larutan tersebut adalah 96 jam, sehingga waktu tersebut

ditetapkan sebagai waktu maksimal pengamatan pada penelitian ini dengan

interval pengamatan 1 jam sekali. Uji pendahuluan dilakukan perendaman cacing

pada beberapa konsentrasi ekstrak daun salam, yaitu 40%, 60%, dan 80% yang

bertujuan untuk mendapatkan konsentrasi ekstrak yang digunakan sebagai acuan

pada penelitian akhir. Konsentrasi yang dipilih berdasarkan hasil uji pendahuluan

adalah ekstrak daun salam 80% yang memiliki waktu kematian 6 jam yang

merupakan konsentrasi dengan waktu kematian mendekati waktu kematian akibat

kontrol positif, yang dalam penelitian ini adalah pirantel pamoat 5 mg/ml.

Ekstrak daun salam 80% digunakan sebagai acuan dalam pemilihan

konsentrasi ekstrak pada penelitian akhir, dengan interval 5% didapatkan serial

konsentrasi ekstrak 70%, 75%, 80%, 85%, dan 90%. Konsentrasi 100% tidak

digunakan dalam penelitian ini karena bentuknya yang terlalu kental membuat

cacing sulit terendam dan bergerak sehingga meningkatkan kemungkinan

timbulnya bias.

Data yang didapat kemudian dianalisis menggunakan uji regresi linier

(49)

commit to user

ekstrak daun salam. Prediksi waktu kematian cacing oleh ekstrak daun salam

(Syzigium polyanthum,Wight) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

regresi sebagai berikut:

y : a + bx

93,716 – 1,086x

Keterangan :

y : Lama kematian cacing

x : konsentrasi ekstrak daun salam

Analisis regresi linier didapatkan nilai R sebesar 0,989 yang berarti

dapat disimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak daun salam (Syzigium

polyanthum,Wight) memiliki hubungan yang kuat dalam mempengaruhi lamanya

waktu kematian cacing. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun salam, semakin

cepat waktu yang dibutuhkan untuk mematikan cacing Ascaris suum, Goeze. Nilai

R2 sebesar 0,977 menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel

konsentrasi ekstrak daun salam terhadap variabel waktu kematian adalah sebesar

97,7% dan sisanya sebesar 2,3 % dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam penelitian ini.

Hasil analisis probit didapatkan nilai LC50 ekstrak daun salam berada

pada konsentrasi 76,228% dengan batas bawah 72,547% dan batas atas 79,054%.

Artinya pada konsentrasi tersebut, ekstrak daun salam dapat membunuh 50% dari

seluruh cacing gelang uji. Selain itu, dari analisis probit juga diketahui bahwa

LT50 dari ekstrak daun salam 75% adalah 3 jam 36 menit. Angka ini bermakna

(50)

commit to user

cacing gelang uji adalah 3 jam 36 menit. Hasil ini berbeda jauh dengan LT50

Pirantel pamoat yang bernilai 1 jam 15 menit. Hal ini menunjukkan bahwa

efektifitas antihelmintik ekstrak daun salam lebih rendah dari pirantel pamoat

yang merupakan drug of choice dari askariasis, karena dalam rentang waktu yang

sama pirantel pamoat membunuh lebih banyak cacing dibandingkan ekstrak daun

salam.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak daun salam (Syzigium

polyanthum,Wight) memiliki efek antihelmintik. Hal ini sesuai dengan teori yang

menyebutkan bahwa daun salam (Syzigium polyanthum,Wight) memiliki zat aktif

tannin yang berperan dalam efek antihelmintik. Zat aktif tannin ini memiliki efek

yang menyebabkan denaturasi protein tubuh cacing.

Meskipun efek antihelmintik ekstrak daun salam lebih rendah daripada

pirantel pamoat, ekstrak daun salam memiliki potensi untuk dikembangkan

sebagai obat alternatif dalam pengobatan askariasis. Hal ini ditunjukkan dengan

hasil presentase perbandingan daya antihelmintik ekstrak daun salam 90% dengan

pirantel pamoat yang memiliki nilai 83.34%. Hal ini menunjukkan bahwa dalam

waktu 3 jam ekstrak daun salam konsentrasi 90% mampu membunuh 83,34%

cacing dalam rendaman dan dengan ini konsentrasi 90% ekstrak daun salam

merupakan konsentrasi terbaik pada penelitian ini dalam memberikan efek

antihelmintik. Ekstrak daun salam (Syzigium polyanthum,Wight) memiliki

peluang untuk dikembangkan menjadi obat antihelmintik karena efek samping

yang terdapat dalam pirantel pamoat seperti gangguan pencernaan, demam, sakit

(51)

commit to user

polyanthum,Wight). Selain itu penggunaan pirantel pamoat pada wanita hamil dan

anak usia di bawah 2 tahun tidak dianjurkan dan masih dalam kontroversi.

Beberapa kekurangan pirantel pamoat ini menjadi alasan penelitian ini untuk

(52)

commit to user

43

BAB VI

PENUTUP

A. SIMPULAN

Ekstrak daun salam (Syzygium polyanthum,Wight) memiliki efek

antihelmintik yang dapat mempengaruhi waktu kematian Ascaris suum,Goeze

secara In Vitro. Peningkatan konsentrasi ekstrak daun salam berbanding

terbalik dengan waktu kematian cacing. LC50 ekstrak daun salam adalah

76,228% dan LT50 ekstrak daun salam adalah 3 jam 36 menit. Ekstrak daun

salam konsetrasi 90% merupakan konsentrasi optimal dengan efek

antihelmintik 83,34% dibandingkan pirantel pamoat

B. SARAN

1. Pelarut Etanol 70% lebih sering digunakan dalam penelitian, oleh karena

itu perlu dibandingkan penelitian serupa yang membandingkan efektivitas

antihelmintik ekstrak daun salam dengan pelarut etanol 50% dan yang

menggunakan pelarut etanol 70%,

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mengisolasi zat tannin dari

daun salam yang kemudian dilakukan uji efek antihelmintik

3. Perlu dilakukan penelitian secara In Vivo setelah tannin dapat diisolasi dari

ekstrak daun salam sehingga dapat digunakan sebagai obat alternatif untuk

Gambar

Tabel   4.1  Hasil pengamatan waktu kematian Ascaris suum,Goeze pada
Gambar 4.2 Diagram perbandingan presentase daya antihelmintik ekstrak daun
Gambar 2.1 Kerangka pemikiran commit to user
Gambar 3.1 Rancangan penelitian pendahuluan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran

[r]

Based on the calculation of the t test (Table 4), it indicates that thesignificance values among all variables are &lt;0.05, which mean that SERVPERF dimensions including

Suatu hal yang perlu mendapat per- hatian khusus adalah bahwa setiap perkem- bangan teknologi selalu menjanjikan kemu- dahan, efisiensi, serta peningkatan

Kesimpulan yang dapat diberikan dari penelitian ini adalah: 1) varieabel independen yaitu pelatihan, kejelasan tujuan dan dukungan manajemen puncak secara simultan

For values of the initial reporting fraction from 0.01 to 0.20 for the imputed data on April 27, then the estimate of R0 will range between 3.03 and 2.70 for the Cowling serial

Unit analisis dalam penelitian ini adalah proses identifikasi pengambilan keputusan perusahaan pengakuisisi atau merger melalui tahapan interpretasi guna mencari makna dan

Hasil uji reliabilitas, dapat disimpulkan bahwa item-item pernyataan dalam setiap variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel fokus pada anggota sebesar