MAKALAH
KONSTRUKTIVISME DAN PENDIDIKAN
Diajukan sebagai salah satu tugas dalam mata kuliah Orientasi baru dalam psikologi pendidikan
Oleh
DEDI HENDRIADI
NIM : MTP 13.1828
DOSEN PENGAMPU:
PROF. DR. ELMOSDA, M.Pd.Kons DR. KASFUL ANWAR, M.Pd.I
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
KONSENTRASI TEKNOLOGI PENDIDIKAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Dengan perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern. Hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang yang berkwalitas dan berkarakter sehingga memiliki pandangan yang luas kedepan untuk mencapai suatu cita- cita yang di harapkan dan mampu beradaptasi secara cepat dan tepat di dalam berbagai lingkungan. Karena pendidikan itu sendiri memotivasi diri kita untuk lebih baik dalam segala aspek kehidupan.
Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Berpijak dari pandangan itu Konstruktivisme berkembang. Dasarnya pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari konteks yang terbatas dan sedikit demi sedikit.
Konstruktivisime merupakan proses pembelajaran yang menerangkan bagaimana pengetahuan disusun dalam pikiran manusia. Unsur-unsur konstruktivisme telah lama dipraktikkan dalam kaedah pengajaran dan pembelajaran di peringkat sekolah, maktab dan universitas tetapi tidak begitu kentara dan tidak ditekankan. Menurut paham dari aliran konstruktivisme, ilmu pengetahuan sekolah tidak boleh dipindahkan dari guru kepada siswa/anak didik dalam bentuk yang serba sempurna. Murid perlu diberi binaan tentang pengetahuan menurut pengalaman masing – masing.
Pembelajaran dalam konteks Konstruktivisme merupakan hasil dari usaha murid itu sendiri dan guru tidak boleh belajar untuk murid sesuai dengan prinsip Student centered bukan teacher centered. Blok binaan asas bagi ilmu pengetahuan sekolah ialah satu skema yaitu suatu aktifitas mental yang digunakan oleh murid sebagai bahan mentah bagi proses renungan dan pengabstrakan dalam proses pemikiran anak. Pikiran murid tidak akan menghadapi suatu realitas yang berwujud secara terasing dalam lingkungan sekitar.Kenyataan yang diketahui murid adalah realitas yang dia bina sendiri. Murid sebenarnya telah mempunyai satu set ide dan pengalaman yang membentuk struktur kognitif terhadap kelanjutan pola pengetahuan dan pemikiran mereka.
B. POKOK MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka, dapat diangkat pokok masalah sebagai berikut :
a. Apa itu Konstruktivisme?
b. Apa itu Pendidikan?
C. TUJUAN PENULISAN
Melalui penulisan makalah ini diharapkan nantinya kita bisa mengetahui seluk beluk tentang Konstruktivisme, dalam dunia pendidikan.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan yang penulis terapkan dalam penulisan makalah ini adalah :
1. BAB I : berisikan tentang pendahuluan yang meliputi : latar belakang masalah, pokok masalah, tujuan penulisan, dan sistematika penulisan.
2. BAB II : berisikan tentang pembahasan Konstruktivisme dan pendidikan.
BAB II PEMBAHASAN
A. KONSTRUKTIVISME
1. Pengertian Konstruktivisme
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahawa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya. Dengan kata lain anak dapat membelajarakan dirinya sendiri melalui berbagai pengalamanya (Bartlett 1932, Jonasson, 1991).1
Konstruktivisme adalah istilah luas yang digunakan oleh para filsuf, perancang kurikulum, psikologi, pendidik dan lain-lain. Ernst Von Glasserfeld menyebutnya “bidang yang sangat luas dan tidak jelas dalam psikologi, epistimologi dan pendidikan” (1997,hlm. 204) Perspektif konstruktivis berpijak pada penelitian, piaget, vygotsky, para psikolog gestalt, Bartlett dan bruner maupun falsafah jhon dewey.2
Pembelajaran Konstruktivistik adalah membangunkan pengetahuan melalui pengalaman, interaksi social, dan dunia nyata. Pembelajaran Konstruktivistik adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik, guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar dalam pembelajaran.3
Prinsip-prinsip dasar konstruktivisme yakni peserta didik membangun interpretasi dirinya terhadap dunia nyata melalui pengalaman-pengalaman baru dan interaksi social, Pengetahuan yang telah melekat dapat dipergunakan
1 Martini Jamaris, Orientasi baru dalam psikologi pendidikan, (Jakarta : Yayasan
Pernamas Murni, 2010), cet 1 hal 207.
2 Anita Woolfolk, Educational Psychology active learning edition, (Yogyakarta :
Pustaka Pelajar, 2009) cet 1 hal 145.
3 Martinis Yamin, Desain Baru pembelajaran Konstruktivistik, ( Jakarta :
(memahami kenyataan), fleksibel menggunakan pengetahuan, mempercayai berbagai cara (beragam perspektif) untuk menstruktur dunia dan mengisinya dan mempercayai individu dapat memaknai kehidupan di dunia secara bebas.4
Konstruktivisme dikembangkan berdasarkan paham behaviorisme yang memandang manusia berada dalam kotak hitam atau black box dan kognitivisme yang memandang pikiran manusia merupakan hal yang penting dalam memahami dan memaknai sesuatu yang dihadapinya. Perpaduan kedua pandangan yang berbeda tentang manusia dan cara belajar siswa dalam pertumbuhan dan perkembangannya membuat penerapan kedua teori tersebut menjadi lebih sempurna. Kognitivisme berkeyakinan bahwa belajar merupakan proses bersifat internal dan personal pada waktu manusia memberikan interpretasi dan memberikan makna terhadap pengalamanya. Sebaliknya, behaviorisme beranggapan bahwa belajar merupakan hubungan antara stimulus dan respon. Artinya proses belajar terjadi tanpa melibatkan individu yang belajar secara aktif, yang dilakukan oleh individu yang belajar hanyalah memberikan respon terhadap stimulus yang telah diatur oleh pengelola proses pembelajaran terjadi di dalam diri manusia.
2. Klasifikasi Pendekatan Berbasis Konstruktivisme
Pada hakikatnya baik kognitivisme ataupun behaviorisme mengandung aspek-aspek yang berkaitan dengan konstruktivisme. Pada hakikatnya konstruktivisme dapat dibedakan ke dalam dua kelompok, yaitu konstruktivisme kognitif dan konstruktivisme sosial.
4 Martinis Yamin, Paradigma Baru Pembelajaran, (Jakarta : Referensi, 2013)
Konstruktivisme Kognitif
Konstruktivisme kognitif merupakan konstruktivisme yang menekankan proses kognitif. Dalam hal ini, individu yang belajar memahami sesuatu sesuai dengan tahap perkembangan kognitif dan cara belajarnya, para ahli yang mengembangkan pendekatan ini diantaranya adalah :
1. Piaget, “dengan tahapan perkembangan kognitif dan proses assimilasi, akomidasi dan equilibrium yang dilakukan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapainya”
2. Brunner, “dengan tahapan perkembangan kognitif dan proses yang diterapkan individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya sesuia dengan tingkat perkembangan kognitifnya dan dapat bergerak melampaui perkembangan kognitifnya melalui proses pembelajaran yang menekankan inquiry dan discovery”
3. Dewey yang terkenal dengan pendekatan pembelajaran yang dikenal dengan learning by doing.
Konstruktivisme Sosial
Konstruktivisme sosial yaitu konstruktivisme yang menekankan proses dalam memaknai dan memahami sesuatu dengan bantuan orang-orang disekitar individu.
3. Tujuan Teori Konstruktivisme di Kelas
Adanya motivasi untuk siswa bahwa belajar adalah tanggung jawab siswa itu sendiri.
Membantu siswa untuk mengembangkan pengertian dan pemahaman konsep secara lengkap.
Mengembangkan kemampuan siswa untuk menjadi pemikir yang mandiri.
Lebih menekankan pada proses belajar bagaimana belajar itu.
4. Ciri-ciri Pembelajaran Konstruktivisme
Ada sejumlah ciri-ciri proses pembelajaran yang sangat ditekankan oleh teori konstruktivisme, yaitu:
Menekankan pada proses belajar, bukan proses mengajar Mendorong terjadinya kemandirian dan inisiatif belajara pada siswa
Memandang siswa sebagai pencipta kemauan dan tujuan yang ingin dicapai
Berpandangan bahwa belajar merupakan suatu proses, bukan menekan pada hasil
Mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan Mengharagai peranan pengalaman kritis dalam belajar Mendorong berkembangnya rasa ingin tahu secara alami pada siswa
Penilaian belajar lebih menekankan pada kinerja dan pemahaman siswa
Berdasarkan proses belajarnya pada prinsip-prinsip toeri kognitif
Banyak menggunakan terminologi kognitif untuk menjelaskan proses pembelajaran, seperti prediksi, infernsi, kreasi, dan analisis
Menekankan bagaimana siswa belajar
Sangat mendukung terjadinya belajar kooperatif Melibatkan siswa dalam situasi dunia nyata
Menekankan pentingnya konteks siswa dalam belajar Memperhatikan keyakinan dan sikap siswa dalam belajar Memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan dan pemahaman baru yang didasarkan pada pengalaman nyata
5. Dilema-dilema praktik konstruktivisme
Bertahun-tahun silam, larry cremin(1961) mengamati bahwa pedagogi yang progresif dan inovatif membutuhkan guru-guru yang sangat terampil. Sekarang hal yang sama dapat dikatakan tentang pengajaran konstruktivisme . diantara dilemma-dilema praktik konstruktivisme yang dihadapi guru yakni :
a. Dilema Konseptual
Menangkap tiang pondasi konstruktivisme kognitif dan social, merekonsiliasikan keyakinan saat ini tentang pedagogi dengan keyakinan yang dibutuhkan untuk mendukung lingkungan belajar yang konstruktivis. Pertanyaan representatif yang terkait yang sering muncul pada diri guru yakni, manakah versi konstruktivisme yang sesuai sebagai dasar mengajar saya
b. Dilema pedagogis
meletakkan batas-batas pada konstruksi ide-ide siswa sendiri?
c. Dilema kultural
Menjadi paham akan budaya kelas anda; mempertanyakan asumsi tentang apa jenis-jenis kegiatan yang seharusnya dihargai; memanfaatkan pengalaman, pola-pola wacana dan pengetahuan local siswa dengan beragam latar belakang budaya. Pertanyaan representatif yang terkait yang sering muncul pada diri guru yakni, Dapatkah saya mempercayai siswa untuk memikul tanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
d. Dilema politis
Menghadapi isu-isu akuntabilitas dengan berbagai stake holder dalam komunitas sekolah; bernegosiasi dengan orang kunci tentang wewenang dan dukungan untuk mengajar demi pemahaman. Pertanyaan representatif yang terkait yang sering muncul pada diri guru yakni, Bagaimana saya bisa mendapatkan dukungan dari para administrator dan para orang tua untuk mengajar dengan cara yang berbeda secara radikal dan tidak familier?.5
B. PENDIDIKAN
1. Pengertian pendidikan
Pada dasarnya pengertian pendidikan ( UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 ) adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Dari beberapa pengertian pendidikan menurut ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Pendidikan adalah Bimbingan atau pertolongan yang diberikan oleh orang dewasa kepada perkembangan anak untuk mencapai kedewasaannya dengan tujuan agar anak cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri tidak dengan bantuan orang lain.6
2. Pengertian Pendidikan menurut pendapat beberapa ahli
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Menurut John Dewey, Pendidikan adalah suatu prosespembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulanbiasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secarasengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses inimelibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dankelompok di mana dia hidup.
Menurut Sir Godfrey Thomson, Pendidikan adalah pengaruhlingkungan atas individu untuk menghasilkan perubahan-perubahan yang permanentdi dalam kebiasaan-kebiasaan tingkah lakun, pikiran, dam sifatnya.
Menurut Langeveld, Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri.
Menurut Ahmad D. Marimba, Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama.7
C. PENERAPAN KONSTRUKTIVISME DALAM PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN.
1. Prinsip-prinsip penerapan konstruktivisme
Brook & Brook (1993:34) mengemukakan prinsip-prinsip penerapan pendekatan konstruktivisme, yang diperkaya oleh jamaris (2004:101) seperti di bawah ini
Belajar perlu dimulai dari isu-isu yang berkaitan dengan kegiatan siswa dalam menginstruksikan pemahaman dan pengetahuannya secara aktif. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan dalam rangka menemukan makna dari apa yang dipelajari Proses pembelajaran perlu disusun dengan memperhatikan konsep utama dan bagian-bagian yang berkaitan dengan konsep utama tersebut. Hal ini disebabkan karena kebermaknaan mempersyaratkan pemahaman konsep baik secara keseluruhan maupun bagian-bagian dari konsep Pemahaman terhadap model mental yang digunakan siswa dalam memahami dunia sekitarnya dan asumsi-asumsi yang menjadi dasar dalam pengembangan mental tersebut perlu dipahami oleh pihak-pihak yang terkait dengan proses pembelajaran
Pembelajaran perlu disajikan dalam konteks yang dapat membantu siswa untuk membangun pemahaman dan pengetahuanya secara interdisiplin. Hal ini disebabkan karena tujuan belajar bukan hanya menghafal akan tetapi memahami sesuatu dalam konteks yang mengandung makna
Assessmen merupakan bagian dari proses belajar. Hal ini disebabkan karena assessmen tidak dilakukan hanya untuk mengetahui hasil belajar yang dilakukan diakhir proses belajar. Sehubungan dengan hal tersebut sumber belajar yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas belajar siswa perlu disediakan
dikembangkan berdasarkan pengetahuan actual yang dimiliki melibatkan siswa dalam menilai kemajuan belajar yang telah dicapainya
Pembelajaran yang menerapkan pendekatan konstruktivisme menekankan peranan pendidikan dalam menghubungkan fakta-fakta yang ada yang dapat mempertajam pemahaman siswa dalam usahanya membangun pengetahuan barunya sendiri. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran digunakan adalah strategi yang mampu mendorong siswa untuk melakukan analisis, interpretasi dan memprediksi. Berkaitan dengan hal tersebut guru disarankan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat open-ended question atau pertanyaan yang dapat memunculkan berbagai pendapat yang bersifat divergent, artinya pertanyaan yang tidak dijawab dengan jawaban ya atau tidak. Dengan demikian dialog antar siswa dapat terjadi dengan baik.
2. Karakteristik Penerapan Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
Teori konstruktivisme yang dikembangkan oleh Vygotsky pada tahap selanjutnya diperluas oleh para ahli terkait melalui berbagai penelitian yang dilakukan mereka. Dari berbagai hasil penelitian tersebut dapat di sintesis karakteristik konsep-konsep konstruktivisme dalam pendidikan, seperti yang dijelaskan di bawah ini ;
diterapkan melalui scaffolding yaitu suatu proses pemberian bimbingan pada siswa berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan yang telah dimilikinya kepada apa yang harus diketahuinya.
Didalam mengembangkan ketrampilan dalam pemecahan masalah perlu dipertimbangkan :
1. Ketrampilan yang belum dikuasai siswa 2. Ketrampilan yang tidak dapat dilakukan siswa
3. Ketrampilan yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa 4. Ketrampilan yang dapat dilakukan siswa dengan
bantuan orang lain.
Guru yang bijaksana memberikan dukungannya pada siswa dalam usahanya mencapai perkembangannya secara optimal.
Proses pembelajaran yang menerapkan prinsip konstruktivisme dikelola melalui pendekatan lingkungan secara nyata yang dilakukan dengan berbagai kegiatan nyata.
3. Peranan Guru Dalam Kelas Berbasis Konstruktivisme
Pandangan konstruktivisme tentang proses perkembangan manusia mempengaruhi berbagai kebijakan dan tindakan yang diterapkan didalam dunia pendidikan dan pembelajaran seperti yang diuraikan di bawah ini.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Konstruktivisme merupakan pendekatan dalam psikologi yang berkeyakinan bahawa anak dapat membangun pemahaman dan pengetahuannya sendiri tentang dunia di sekitarnya. Dengan kata lain anak dapat membelajarakan dirinya sendiri melalui berbagai pengalamanya.
Pembelajaran Konstruktivistik adalah membangunkan pengetahuan melalui pengalaman, interaksi social, dan dunia nyata. Pembelajaran Konstruktivistik adalah pembelajaran berpusat pada peserta didik, guru sebagai mediator, fasilitator, dan sumber belajar dalam pembelajaran
Prinsip-prinsip dasar konstruktivisme yakni peserta didik membangun interpretasi dirinya terhadap dunia nyata melalui pengalaman-pengalaman baru dan interaksi social, Pengetahuan yang telah melekat dapat dipergunakan (memahami kenyataan), fleksibel menggunakan pengetahuan, mempercayai berbagai cara (beragam perspektif) untuk menstruktur dunia dan mengisinya dan mempercayai individu dapat memaknai kehidupan di dunia secara bebas
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Pengertian Pendidikan menurut pendapat beberapa ahli
Menurut Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia) menjelaskan tentang pengertian pendidikan yaitu: Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
menurut H. Horne, Pendidikan adalah proses yang terus menerus (abadi) dari penyesuaian yang lebih tinggi bagi makhluk manusia yang telah berkembang secara fisik dan mental, yang bebas dan sadar kepada vtuhan, seperti termanifestasi dalam alam sekitar intelektual, emosional dan kemanusiaan dari manusia.
Menurut John Dewey, Pendidikan adalah suatu prosespembaharuan makna pengalaman, hal ini mungkin akan terjadi di dalam pergaulanbiasa atau pergaulan orang dewasa dengan orang muda, mungkin pula terjadi secarasengaja dan dilembagakan untuk menghasilkan kesinambungan social. Proses inimelibatkan pengawasan dan perkembangan dari orang yang belum dewasa dankelompok di mana dia hidup.
B. SARAN