• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SATRIA NO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SATRIA NO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SATRIA NOVEMBRI 1743500801

(KA)

PROGRAM STUDI KRIMINOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BUDI LUHUR

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakat.

Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah ilmiah tentang limbah dan manfaatnya untuk masyarakan ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap pembaca.

Jakarta, April 2018

(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ……… 1

B. Tujuan ………. 1

BAB II PEMBAHASAN A. Makna setan dalam Alquran ……… 2

B. Tipu daya setan/iblis menyesatkan manusia ……… 3

BAB III PENUTUP ……… 6

(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai lawan dari kebijakan (Khai’r) kejahatan (syarr) seperti mengenai amal perbuatan manusia secara individual dan kolektif. Imam Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya, bahwa sebelum manusia diciptakan, Allah telah menciptakan mahluk yang disebut dengan Malaikat dan Jin. Kedua mahluk ini sama-sama tertutup dan tidak mempunyai bentuk nyata atau Unseen. Malaikat diciptakan dari nur, sedangkan Jin diciptakan dari api. Sebagaimana firman Allah swt. Dalam Q.S. al-Hijr ayat 27 yang artinya:

“Dan kami ciptakan jin sebelum Adam dari api yang sangat panas” Begitu juga dalam Q.S. Ar-Rahman ayat 33, yang artinya:

“Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan (dari Allah)”.

Komunitas jin yang dimaksud pada ayat di atas tidak selalu mengandung pengertian setan yang menjadi musuh manusia, tetapi jin yang merupakan mahluk Allah yang diciptakan dalam dimensi yang berbeda yang ada di luar diri manusia, dan dia tidak punya kuasa apa pun terhadap diri manusia. Karena sesungguhnya jin yang berarti setan atau iblis yang menggoda manusia itu adalah jin kafir yang mampu masuk ke dalam diri manusia itu sendiri. Komunitas tersebut adalah sebagaimana yang dibentuk oleh manusia. Atau mungkin pengertian jin pada ayat di atas dapat dipahami dengan arti manusia dengan kriteria tertentu yaitu orang yang mempunyai kepandaian tertentu. Dalam bahasa latin orang yang pandai disebut genius. Dalam buku The Encyclopaedia of Islam oleh Brill Academic Publisher dikatakan bahwa kata jin dalam bahasa arab bisa jadi merupakan serapan dari kata bahasa Latin “genius” yang artinya pandai.

B. Tujuan

(5)

BAB II PEMBAHASAN

A. Makna setan dalam al-Qur’an

Dalam al-Qur’an, kata “Syaitān” baik mengambil bentuk jamak maupun tunggal disebut sebanyak 87 kali dalam 36 surat. (Mizan, 1997) Para ulama berbeda pendapat tentang

asal kata “Syaitān” dalam dua pendapat. Pertama; kata “Syaitān” berasal dari kata نطش yang berarti jauh, karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Kedua; kata “Syaitān” berasal dari kata طاش – طيشي yang berarti binasa dan terbakar (lubnan, 1987).

Al-Qurtubi sepakat dengan pendapat yang pertama, yaitu bahwa kata setan berasal dari kata syatana yang berarti jauh dari kebaikan atau kebenaran. Setan disebut jauh dari kebenaran karena kesombongan dan kedurhakaannya. Dengan demikian setiap makhluk yang sombong

dan durhaka baik dari kalangan jin dan manusia disebut dengan setan.

Di dalam al-Qur’an, sebutan setan mempunyai beberapa pengertian. Namun pada dasarnya semua makna setan yang terkandung dalam al-Qur’an adalah kembali kepada karakter atau sifat yang melekat pada diri seseorang, yaitu karakter buruk, jahat atau kafir. Beberapa arti setan dalam al-Qur’an tersebut, diantaranya adalah:

Pertama, setan berarti Tāghūt. Yaitu segala sesuatu yang memalingkan dan menghalangi seseorang dari pengabdiannya kepada Allah dan rasul-Nya. Perkataan taghut ini jelas sekali berarti prinsip kejahatan dan kekafiran. Sebagaimana firman Allah swt. Dalam Q.S. an-Nisa’ ayat 60, yang artinya:

“Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orang-orang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu? Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada Taghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari Taghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauh-jauhnya.” Dan juga dalam ayat 76:

(6)

Dengan demikian Tagut atau setan adalah merupakan sebuah prinsip kekafiran yang obyektif dari pada yang person. Tetapi ketika berhubungan atau mempengaruhi seseorang atau individu, maka ia mengalami personalisasi menjadi setan.

Kedua, setan berarti para pemimpin kejahatan atau kekafiran. Di dalam al-Qur’an orang yang menjadi tokoh jahat disebut setan. Bahkan mereka yang mengikutinya pun disebut juga setan.

Ketiga, setan berarti setiap mahluk yang mempunyai karakter buruk yang menyebabkan manusia jauh dari kebenaran dan ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Yaitu kejahatan, kedurhakaan, kekufuran dan karakter buruk lainnya yang menyesatkan manusia.

B. Tipu Daya Iblis/Setan dalam Menyesatkan Manusia

Ketika Allah mengusir setan atau iblis dari surga-Nya, ia bersumpah dengan nama Allah untuk menyesatkan semua keturunan Nabi Adam (manusia), kecuali hamba-hamba Allah yang ikhlas.

a. Bisikan jahat

Al-Waswās merupakan ajakan setan kepada manusia untuk mentaatinya melalui bisikan yang tidak tardengar,tetapi dapat dipahami oleh hati. Setan mendatangi hati manusia dan membisikkan ke dalamnya apa saja yang ia kehendaki, dan Allah telah memberikan kepadanya akses menuju hati tersebut karena setan berjalan dalam diri

Imam an-Nawawi menjelaskan makna hadis ini sebagai berikut:

(7)

karena pertanyaan seperti itu muncul tanpa memiliki dasar atau dalil, maka juga harus ditolak tanpa mempertimbangkan dalilnya.Sebab memang tidak ada dalil yang perlu dipertimbangkan dalam hal ini.”

b. Membuat manusia lupa

Dalam hal lupa manusia terbagi menjadi dua kelompok, yaitu: Pertama, sekelompok manusia yang telah dikuasai oleh setan, sehingga mereka lupa sama sekali kepada Allah. Mereka itulah kaum munafik yang lisannya mengaku beriman tetapi hatinya kafir.Setan telah merangkul, memperdaya dan menguasai mereka sehingga menjadikan mereka lupa kepada Allah, perintah-perintahnya dan larangan-larangan-Nya. Kedua, Kelompok yang dibuat lupa oleh setan dalam melakukan beberapa perintah yang seharusnya mereka laksanakan. Kebanyakan manusia masuk dalam kelompok ini, baik yang mukmin maupun yang kafir.

c. Memberi janji dan angan-angan

Perbedaan antara janji dan pemberian angan-angan dari setan adalah bahwa setan selalu menjanjikan sesuatu yang batil dan memberikan angan-angan terhadap sesuatu yang mustahil.Pada akhirnya nanti setan mengakui bahwa janjinya adalah dusta belaka.

Janji pertama, mereka tidak dapat dikalahkan dan pasti akan menang melawan kaum mukmin, karena jumlah mereka lebih besar dibanding jumlah kaum mukmin. Janji kedua, setan akan melindungi mereka dan membela mereka dari serangan Bani Kinanah.

d. Memalingkan manusia dari jalan Allah

Cara berikutnya yang ditempuh oleh setan dalam menyesatkan manusia adalah memalingkan manusia dari jalan Allah. Tujuannya adalah agar manusia tersesat dari jalan yang benar.

(8)

dan membuatnya melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Jika tidak berhasil pula, maka dia akan menghalang-halangi dari keutamaan-keutamaan dan menjadikannya berbuat dosa-dosa kecil, sehingga dia menjadi hina karenanya.

e. Mengganggu manusia dengan kepayahan

(9)

BAB III PENUTUP

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Fuād Abdul Bāqī, Al-Mu`jam al-Mufahros li Alfāzhi al-Qur’ān al-Karīm, cet. 2 (Lebanon: Dār al-Fikr, 1981 M/1401 H), hlm. 382-383. Lihat juga: Ali Audah, Konkordansi Al-Qur`an: Panduan Kata dalam Mencari Ayat Al-Qur`an, Cet. 2 (Bandung: Mizan, 1997), hlm. 610-614.

Lihat: Ibnu Mandzur, Lisān al-’Arab pada kata نطش) Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 7 hlm. 122 dan lihat: Ahmad Ibn Muhammad al-Fayumi, Al-Mishbāh alMunīr, Juz. 1 (Libanon: Maktabah Lubnān, 1987), hlm. 333. Lihat juga pendapat tersebut yang diungkapkan oleh Abu Qasim Husaini, Ar-Ragīb Al-Ashfahāni, (Beirut: Dār al-Fikr, t t.), hlm. 261.

Referensi

Dokumen terkait

Persepsi siswa terhadap keterampilan jelaskan mahasiswa PPL dalam mengajar berdasarkan hasil penelitian terhadap empat indikator keterampilan menjelaskan yang

Anda dapat mengubah rentang warna secara manual agar sesuai rentang warna yang benar jika warna tidak ditampilkan dengan benar.

Melalui realitas yang dibangunnya, pengarang menampilkan kenyataan baru bahwa penderitaan yang dialami perempuan sebenarnya tidak hanya disebabkan oleh sosok patriakhi tetapi

Dengan sifat ini menurut Maslow orang yang telah mengaktualisasikan diri mereka lebih mudah bisa menemukan kebahagiaan sebab pandangan mereka tidak dicampuri

Parameter kekuatan energi radiasi khas yang diabsorpsi oleh molekul adalah absorban (A) yang dalam batas konsentrasi rendah nilainya sebanding dengan konsentrasi zat yang

Hasil penelitian didapatkan hampir setengah responden yaitu 57 responden (34,2%) menggunakan penanganan masase frirage untuk mengurangi nyeri sendi yang mereka alami sehingga

Selama pertumbuhan pesat pada masa puber, terjadi empat perubahan fisikd. penting di mana tubuh anak

1) Semua laporan – neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas sudah termasuk dalam laporan keuangan. 2) ketika standar umum telah