• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM DAN TEKBEN 8

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM DAN TEKBEN 8"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI BENIH

ACARA VIII

KALIBRASI MOISTURE TESTER

Disusun oleh:

LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH

JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2014

Nama : Dina Riva Dhati

NIM : 12731

(2)

ACARA VIII

KALIBRASI MOISTURE TESTER ABSTRAKSI

Praktikum Teknologi Benih acara VIII Kalibrasi Moisture Tester dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 6 Mei 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui moisture tester yang ada masih benar atau telah ada kesalahan dan membuat tabel koreksi, apabila ternyata alat tersebut tidak benar. Alat-alat yang digunakan adalah electrical moisture tester, grain analyzer, oven, timbangan elektri, cruiz, mortar, dan penumbuk. Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan adalah benih jagung (Zea mays), dan kedelai (Glycine max). Metodologi dalam kalibrasi moisture tester adalah menggunakan metode langsung (oven) dan tidak langsung (moisture tester). Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Jucson berbeda nyata dengan pengujian kadar air menggunakan oven untuk benih jagung dan tidak berbeda nyata untuk benih kedelai. Nilai kalibrasi moister tester untuk benih jagung adalah sebesar y = -4x + 78.2.

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Alat-alat laboratorium teknologi benih harus secara rutin ditera, agar selalu memberikan hasil yang benar. Moisture tester (alat pengukur kadar air benih) adalah alat yang digunakan pada setiap pengujian benih di laboratoeium. Oleh sebab itu, diperlukan moisture tester yang dapat dipercaya, yang dapat mendekati kadar air benih dengan benar dan teliti.

Alat pengukur kadar air benih yang banyak dipakai adalah electrical moisture tester. Alat-alat ini dapat bekerja lebih cepat daripada alat-alat lain, misalnya oven atau alat yang menggunakan sinar infra merah. Di samping itu electrical moisture tester lebih praktis dan pada model-model tertentu portabel.

Kelemahan alat pengukur kadar air secara tidak langsung adalah tidak berlaku untuk semua jenis benih dan kerumitan instrumennya mengakibatkan banyak kemungkinan tidak berfungsi secara benar, sehingga data yang dihasilkan tidak akurat.

(3)

juga dapat digunakan untuk menemukan kartu (tabel dari tabel yang ada atau benih sejenis yang tidak ada kartu/tabelnya).

B. Tujuan

(4)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Beberapa hal perlu diperhatikan dalam pengujian kadar air benih ini adalah contoh kerja yang digunakan merupakan benih yang diambil dan ditempatkan dalam wadah yang kedap udara. Karena untuk penetapan kadar air, jika contoh kerja yang digunakan telah terkontaminasi udara luar maka kemungkinan besar kadar air benih yang diuji bukan merupakan kadar air benih yang sebenarnya karena telah mengalami perubahan akibat adanya kontaminasi udara dari lingkungan. Yang kedua adalah untuk pengujian kadar air ini harus dilakukan sesegera mungkin, selama penetapan diusahakan agar contoh benih sesedikit mungkin berhubungan dengan udara luar serta untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan penghancuran, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 menit berada di luar wadah. Metode yang digunakan untuk menguji kadar air ini juga harus diperhatikan. Ada dua metode dalam pengujian kadar air benih, yaitu(Nasrudin, 2009) : a. Konvensional ( Menggunakan Oven )

b. Automatic (Menggunakan Balance Moisture Tester, Ohaus MB 45, Higromer), dalam metode ini hasil pengujian kadar air benih dapat langsung diketahui.

Kadar air benih adalah hal yang dapat digunakan untuk menjadi indikator tingkat kemasakan benih dan penentuan waktu panen. Terdapat dua waktu yang penting selama masa panen untuk mengetahui tingkat kadar air kritis benih, yaitu saat pemotongan tanaman dan pencampuran tanaman. Pada tahap pemotongan(pemanenan) tanaman jika dipanen pada kadar air benih yang tepat, maka tingkat kehilangan benih di lapangan akan kecil(Silberstein et. al.,2010).

Penggunaan moisture tester tidaklah selalu menunjukkan hasil yang akurat. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu kalibrasi pada moisture tester agar hasil pengukuran lebih akurat. Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila berbicara kalibrasi maka kita membahas tentang rangkaian kegiatan pengukuran instrumen-instrumen ukur secara perbandingan maupun langsung terhadap standar acuan (Renanta, 2009 ).

(5)

kebenaran konvensional nilai penunjukan suatu instrumen ukur atau deviasi dimensi nasional yang seharusnya untuk suatu bahan ukur. 2). Menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun internasional (Pyzdek, 2003).

III.METODOLOGI

Praktikum Dasar-dasar Teknologi Benih acara VIII Kalibrasi Moisture Tester dilaksanakan pada Selasa, 6 Mei 2014 di Laboratorium Teknologi Benih, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini, yaitu electrical moisture tester, grain analyzer, oven, timbangan elektri, cruiz, mortar, dan penumbuk Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan, yaitu benih jagung (Zae mays) dan kedelai (Glycine max).

Cara kerja dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung digunakan metode oven, kadar air dinyatakan dalam persen (%) terhadap berat semula dengan ketelitian satu desimal. Kemudian, dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

(M2−M3) (M2−M1)

x100 %

Keterangan:

M1: berat wadah + tutup (gram)

M2: berat wadah + isi + tutup sebelum di oven (gram) M3: berat wadah + isi + tutup sesudah di oven (gram)

(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengamatan

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Air Benih

Ulang an

Kadar Air

Langsung LangsungTidak Jagun

g Kedelai Jagung Kedelai

1 16.30% 11.90% 12.60% 11.70%

2 16.20% 11.80% 13.60% 11.70%

3 16.40% 11.80% 11.60% 14.10%

4 16.40% 11.80% 13.80% 12%

Analisis Uji T

> Uji t (Kedelai) dengan menggunakan varians heterogen Welch Two Sample t-test

data: KA_Kedelai by perlakuan

t = -0.9485, df = 3.011, p-value = 0.4126

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: -2.39154 1.29154

sample estimates:

mean in group Moisture_tester = 11.825 mean in group Oven = 12.375

(7)

> Uji t (Jagung)

Welch Two Sample t-test data: KA_Jagung by Perlakuan

t = 6.7305, df = 3.054, p-value = 0.006331

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval: 1.821472 5.028528

sample estimates:

mean in group Moisture_tester = 16.325 mean in group Oven = 12.900

#Hasil KA antara oven dan moisture tester beda nyata, sehingga perlu dilakukan kalibrasi

#Caranya dicari persamaan regresi > Regresi_Jagung

lm(formula = oven ~ mt, data = reg_jagung) Residuals:

1 2 3 4 -0.4 0.2 -1.0 1.2 Coefficients:

Estimate Std. Error t value Pr(>|t|)

(Intercept) 78.200 113.104 0.691 0.561 mt -4.000 6.928 -0.577 0.622

(8)

> untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan regresi dengan memperhatikan nilai intersept

> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2

> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi).

B. Pembahasan

Pada praktikum ini dilakukan dua pengujian kadar air benih dengan oven dan moisture tester. Hal ini dilakukan untuk menguji apakah moister tester yang digunakan masih bekerja secara normal atau sudah tidak normal. Hal ini berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari alat, apakah masih sesuai atau sudah menyimpang. Setelah dilakukan percobaan didapat hasil seperti pada table 1. Pada table dapat dilihat bahwa pengujian kadar air pada benih jagung menggunakan kedua metode, didapatkan hasil yang selisihnya besar. Sedangkan pada pengujian kadar air benih kedelai menggunakan kedua metode, hampir menunjukkan angka yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa moisture tester perlu dikalibrasi untuk perhitungan kadar benih jangung.

(9)

16.15 16.2 16.25 16.3 16.35 16.4 16.45

Gambar 1. Grafik Regresi Jagung(Zea mays)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa electrical moisture tester yang digunakan untuk pengujian kadar air benih jagung menunjukkan hasil yang berbeda dengan hasil kadar air yanga didapat dari metode oven. Maka perlu adanya kalibrasi alat moister tester agar hasil yang didapat diharapkan dapat mendekati hasil dari pengukuran dengan metode oven. Dari grafik regresi diatas didapatkan nilai kalibrasi untuk alat moister tester khususnya untuk jagung yaitu y = -4x + 78.2. Nilai x diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi). Hasil yang didapat sama dengan analisis dengan R. Untuk memudahkan kalibrasi maka ada table penolong

Pada praktikum ini digunakan dua cara untuk mengkalibrasi alat penguji kadar air suatu benih, yaitu dengan menggunakan oven dan moisture tester tipe Jucson. Oven

REGRESI JAGUNG

Keterangan :

X = Nilai kadar air benih pada moister tester sebelum kalibrasi

(10)

adalah suatu peralatan yang berfungsi untuk memanaskan ataupun mengeringkan. Biasanya digunakan untuk mengeringkan peralatan gelas laboratorium, zat-zat kimia maupun pelarut organik. Dapat pula digunakan untuk mengukur kadar air. Suhu oven lebih rendah dibandingkan dengan suhu tanur yaitu berkisar antara 105ºC. Tidak semua alat gelas dapat dikeringkan didalam oven, hanya alat gelas dengan spesifikasi tertentu saja yang dapat dikeringkan, yaitu alat gelas dengan ketelitian rendah. Sedangkan untuk alat gelas dengan ketelitian tinggi tidak dapat dikeringkan dengan oven.

Pada oven prinsip kerjanya adalah benih yang akan diketahui kadar airnya dimasukkan ke dalam cawan porselen dan ditimbang terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam oven, kemudian atur waktu dan suhu pada oven sesuai dengan yang diinginkan. Setelah selesai pengovenan benih berserta cawannya ditimbang kembali untuk menentukan kadar air benihnya. Kelebihan dari alat ini adalah mudah dalam pengamatan, karena terdapat kaca transparan. Adapun kekurangannya adalah ukurannya relatif besar, sulit untuk dipindah-pindahkan dan untuk mengetahui kadar air harus menunggu terlebih dahulu, tidak secepat moisture taster tipe Kett maupun tipe Jucson.

Moisture tester tipe Jucson digunakan untuk menguji kadar air benih yang ukurannya besar seperti jagung atau kedelai. Pada saat pengambilan benih jangan sampai terkena tangan karena akan mempengaruhi nilai kadar air. Prinsip kerjanya adalah sampel benih dimasukkan ke dalam wadah, kemudian pilih jenis benih (padi, jagung, kedelai, atau gandum) pada tombol pengatur. Tekan tombol start, maka pada layar akan tertulis kadar air yang terkandung dalam sampel benih.

(11)

V. KESIMPULAN

1. Hasil pengukuran yang dilakukan pada moisture tester tipe Jucson berbeda nyata dengan pengujian kadar air menggunakan oven untuk benih jagung dan tidak berbeda nyata untuk benih kedelai.

2. Moister tester yang digunakan masih terdapat kesalahan, sehingga dibuat garis tabel koreksi/penolong.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Godfrey, A.2000. Juran's Quality Handbook. Oxford University Press, New York.

Nasrudin. 2009. Kadar Air Benih. http://teknologibenih.blogspot.com/2009/08/ yang- dimaksud-kadar-air-benih-ialah.html. Diakses 11 Mei 2014.

Pyzdek, T. 2003. Quality Engineering Handbook. John Wiley & Sons, New York.

Renanta, Hayu. 2009. Analisis ketidak pastian kalibrasi timbangan non-otomatis dengan metoda perbandingan langsung terhadap standar masa acuan. Jurnal Standardisasi 12 ( 1) : 64 – 68.

(13)

LAMPIRAN Kadar Air Secara langsung

Meja Jagung Kedelai 1 16.30% 11.90% 2 16.20% 11.80% 3 16.40% 11.80% 4 16.40% 11.80%

Kadar air secara tidak langsung

Meja Jagung Kedelai

M1 M2 M3 Ka M1 M2 M3 Ka

1 44.32 49.38 48.74 12.6% 58.27 63.3 62.71 11.7% 2 58.42 63.49 62.8 13.6% 59.63 64.67 64.08 11.7% 3 59.37 64.37 63.79 11.6% 44.8 49.63 48.95 14.1% 4 44.32 49.39 48.69 13.8% 44.32 49.34 48.74 12.0%

 ANALISIS UJI T DAN REGRESI #Uji F (Kedelai)

F test to compare two variances data: KA_Kedelai by perlakuan

F = 0.0019, num df = 3, denom df = 3, p-value = 0.0002719 alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1 95 percent confidence interval:

0.000120615 0.028750805 sample estimates:

(14)

>varians perlakuan dengan moisture tester dengan oven tidak homogen

> Uji t (Kedelai) dengan menggunakan varians heterogen

Welch Two Sample t-test

data: KA_Kedelai by perlakuan

t = -0.9485, df = 3.011, p-value = 0.4126

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval:

-2.39154 1.29154 sample estimates:

mean in group Moisture_tester mean in group Oven 11.825 12.375

#Hasil KA antara oven dan moisture tester tidak beda nyata, sehingga tidak perlu kalibrasi

> Uji F (Jagung)

F test to compare two variances data: KA_Jagung by Perlakuan

F = 0.0089, num df = 3, denom df = 3, p-value = 0.002819 alternative hypothesis: true ratio of variances is not equal to 1 95 percent confidence interval:

0.000578306 0.137849843 sample estimates:

ratio of variances 0.008928571

> varians perlakuan mosisture tester dengan oven tidak homogen

> Uji t (Jagung)

Welch Two Sample t-test

data: KA_Jagung by Perlakuan

t = 6.7305, df = 3.054, p-value = 0.006331

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval:

1.821472 5.028528 sample estimates:

mean in group Moisture_tester mean in group Oven 16.325 12.900

(15)

#Caranya dicari persamaan regresi

> regresi_jagung

lm(formula = oven ~ mt, data = reg_jagung)

Residuals:

Residual standard error: 1.149 on 2 degrees of freedom Multiple R-squared: 0.1429, Adjusted R-squared: -0.2857 F-statistic: 0.3333 on 1 and 2 DF, p-value: 0.622

> untuk mendapatkan nilai kalibrasi dari alat moisture tester diperlukan persamaan regresi dengan memperhatikan nilai intersept

> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2

> nilai X diisi nilai kadar air di moisture tester sehingga didapatkan nilai y (nilai alat setelah dikalibrasi)

# Uji t untuk membuktikan nilai yang didapat setelah kalibrasi dengan nilai pada oven

Two Sample t-test

data: hasil by perlakuan t = 0, df = 6, p-value = 1

alternative hypothesis: true difference in means is not equal to 0 95 percent confidence interval:

-1.325254 1.325254 sample estimates:

mean in group alat mean in group oven 12.9 12.9

(16)

> #persamaan regresi sesudah dikalibrasi= -4*Sebelum dikalibrasi+78.2

Gambar

Tabel 1. Hasil Pengukuran Kadar Air Benih
Gambar 1. Grafik Regresi Jagung(Zea mays)

Referensi

Dokumen terkait

W3 yang diperoleh merupakan berat sampel yang digunakan.Dari hasil pengukuran dan perhitungan yang diperoleh, diketahui bahwa kedelai memiliki persentase kandungan lipid lebih

6) Ukur beda kenaikan fluida dalam manometer pada titik A1, A2, dan A3, baik untuk beda tekanan total, static, maupun velocity. Pengukuran ini dilakukan dalam tiga posisi pitot

Hasil pengukuran VFA pada praktikum yaitu -505 hal ini berbeda jauh dari kadar VFA normal seperti yang dinyatakan oleh Sutardi (1980), bahwa kadar VFA yang dibutuhkan untuk

Viabilitas benih ortodoks, terutama benih kedelai saat penyimpanan mengalami penurunan apabila semakin lama disimpan dan bila benih kedelai disimpan dengan kadar

Pengujian IVH yang berguna untuk mengetahui kekuatan dan kemampuan tumbuh benih secara normal di lapangan diperoleh hasil bahwa benih kedelai lama dan jagung lama memiliki nilai

Hasil pengamatan pada benih jagung yang telah dilakukan dengan menggunakan metode uji diatas kertas, pengukuran dilakukan pada hari ke-3 yaitu benih tidak ada

Sesuai hasil uji beda nilai terkecil (BNT) antar kondisi benih menunjukkan bahwa benih jatuh (A) berbeda sangat nyata dibandingkan dengan benih yang diperoleh

Jenis kemasan alumunium foil nyata lebih baik dibanding plastik poripropilen dalam mempertahankan kadar air benih, daya berkecambah maupun vigor benih kedelai yang