• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN AKHIR DAN PRAKTIKUM SILVIKULTUR.docx"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam bidang Kehutanan, kita dituntut untuk menjadi rimbawan yang mampu membawa kehutanan khususnya hutan masa ini dapat dikelola dengan baik dan dapat menyelamatkan hutan kita telah rusak. Negara kita adalah salah satu negara tropis yang diperhatikan kondisi hutannya oleh negara lain. Diharapkan nantinya kita bisa memanfaatkan potensi hutan secara lestari dan berkesinambungan.

Hutan merupakan hamparan luas yang terdiri dari berbagai macam jenis penyusunya yang didominasi oleh tingkat pohon, tiang, pancang dan semai yang dimana di dalamnya terdapat interaksi antar makhluk hidup dan benda-benda tidak hidup lainnya. Pohon seperti yang diketahui merupakan tingkat tumbuhan yang terdidi dari komponen morfologinya yakni akar, ranting, daun, Batang utama yang jelas, cabang, buah dan bunga.

Pada praktikum ini perbanyakan dengan cara Stek batang atau bagian tumbuhan yang merupakan tempat terdapatnya jaringan pengangkut Xilem dan Floem serta memiliki hormone Sitokinin, yang menjadi salah satu alternative yang mudah dalam hal Menghijaukan kembali hutan dan keperluan yang lainnya.

Praktikum Silvikultur tentang stek ini penting dilakukan untuk memperoleh bibit yang unggul sebaiknya perbanyakan dilakukan dengan cara pembiakan vegetatif. Hal ini disebabkan pada pembiakan vegetatif akan diperoleh hasil yang yang mewarisi seluruh sifat induk tanaman, sehingga kinerja genotipe unggul yang terdapat pada pohon induk akan diulangi secara konsisten pada keturunan.

1.2 Tujuan

(2)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Perbanyakan dengan cara stek adalah perbanyakan tanaman dengan menumbuhkan potongan/bagian tanaman seperti akar, batang atau pucuk sehingga menjadi tanaman baru. Stek pucuk umum dilakukan untuk perbanyakan tanaman buah-buahan. Dengan kata lain setek atau potongan adalah menumbuhkan bagian atau potongan tanaman, sehingga menjadi tanaman baru.

Stek merupakan perbayakan tanaman secara vegetative yang dilakukan dengan memotong bagian batang, akar atau pucuk. Tanaman yang biasa diatek adalah tanaman berkayu dan memiliki cambium. Pertumbuhan stek dipengaruhi oleh ukuran stek. Panjang stek menentukan jumlah cadangan makananyang terkandung dalam stek. Panjang stek juga menunjukkan persediaan energi yang diperlukan dalam pertumbuhan akar dan tunas lebih banyak (Arinasa, 2015). Stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanamn (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu berdiri sendiri, tapi setek tidak demikian. Stek dengan kekuatannya sendiri, tapi setek tidak menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dan mampu menghasilkan bunga dan buah.

Penyetekan merupakan suatu perlakuan pemisahan, pemotongaan beberapa bagian dari tanaman seperti; akar, batang, daun dan tunas dengan tujuan bagian –bagian tanaman tersebut menghasilkan tanaman baru. Teknis sangat mudah. Perbanyakan dengan stek umumnya dilakukan pada tanaman dikotil, pada monokotil masih jarang. Dapat menghasilkan tanaman baru dalam jumlah yang banyak walaupun bahan tanaman yang tersedia terbatas dan dapat menghasilkan tanaman yang sifatnya sama dengan induknya. Dapat diberikan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) untuk mempercepat tumbuhnya akar (Anwar, 2015).

Keuntungan bibit dari stek adalah:

(3)

- Perbanyakan tanaman buah dengan setek merupakan cara perbanyakan yang praktis dan mudah dilakukan.

- Stek dapat dikerjakan dengan cepat, murah, mudah dan tidak memerlukan teknik - khusus seperti pada cara cangkok dan okulasi.

Kerugian bibit dari stek adalah:

- Perakaran dangkal dan tidak ada akar tunggang, saat terjadi angin kencang tanaman menjadi mudah roboh.

(4)

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Adapun waktu dilaksanakannya praktikum Silvikultur tentang stek adalah pada hari Minggu, 23 April – 28 Mei 2017, pukul 16.00-18.00 WITA yang bertempat di Kebun Percobaan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Gergaji

2. Cetok dan cangkul 3. Pisau

4. Kertas label 5. Spidol permanen 3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah : 1. Tanaman hutan dan lainnya (gamal/murbei)

2. Media tanah, pasir dan kompas 3. Gaharu

3.3 Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang digunakan adalah:

1. Disetiap mahasiswa mempersiapkan lubang tanam dengan cangkul sebanyak 20 buah 2. Dibuat stek batang gaharu dengan ukuran panjang 30-40 cm, diameter 10-20 mm sebanyak

20 batang. Pada bagian pangkal potong miring, sedangkan pada bagian ujung bagian datar. 3. Ditanamlah stek tersebut sedalam 1/3 bagian stek dengan kemiringan 45o.

4. Disiramlah dengan air secukupnya, dan berilah label nomor pohon.

(5)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1.1 Tabel Perubahan Stek Batang.

Minggu ke Tanggal Murbei Pohon Gamal

1 1 2 3 5 5 2 3 4 5

Tabel 1.2 jumlah tunas Murbei (Morus alba L.) dan Gamal (Gliricidia Sepium) Minggu

Tabel 1.3 tinggi tunas dan jumlah daun Murbei (Morus alba L.) Tanaman Tunas

Panjang tunas (cm) Jumlah daun (cm)

(6)

6 - - 5 7 - - 6 7

4.2 Pembahasan

Stek sebagai suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanamn (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Dengan dasar itu maka muncullah istilah setek akar, setek cabang, setek daun, setek umbi, dan sebagainya. Setek mempunyai kelebihan daripada cangkok. Cangkok memerlukan bantuan pohon induk untuk menumbuhkan akar-akarnya sampai mampu berdiri sendiri, tapi setek tidak demikian.

Stek merupakan suatu teknik dalam memperbanyak tanaman dengan cara memotong bagian tanaman yang dapat tumbuh dan memiliki persyaratan untuk hidup. Stek itupun sendiri dapat diambil pada bagian tumbuhan atau tanaman meliputi Batang, Pucuk, Akar, Ranting, Cabang. Stek termasuk kedalam golongan perbanyakan secara Generatif karena mengambil dari Bagian-bagian tanaman Dikotil. Gamal dan Murbei memiliki syarat untuk dapat distek yakni memiliki akar, batang yang jelas, cabang, pucuk serta termasuk dalam Golongan dikotil.

Dalam pembuattan stek langkah awal yang harus dipersiapkan adalah Menggali lubang tanam dengan cangkul sebanyak 10 lubang pada area yang telah ditentukan. Ditanam Tanaman Murbei dan Gamal menjadi 5 batang pada media penanaman yang telah dipersiapkan. Penanaman stek dengan kedalaman 1/3 bagian, stek ditanam dengan kemiringan 45 derajad. Setelah itu hal yang harus dilakukan adalah penyiram terhadap stek itu dengan tujuan untuk menjaga kelembaban tanah. Pada setiap tanaman yang dilkukan penanaman diberi tanda dengan menggunkan kertas label untuk memudahkan dalam melihat perkembangan dari tanaman tersebut.

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan menjelang sore hari, yang diikut sertakan mencatat atau mengamati tanaman dalam 1 minggu sekali secara visual meliputi jumlah daun dan tinggi tanaman, jumlah stek semai yang hidup.

(7)

tanaman 3 dan 4 terjadi pada minggu kedua sementara tanaman 5 mengalami pertambahan tunas dua kali yakni pada minggu kedua dan minggu keempat. Hal tersebut terjadi pada pohon Murbei dan pohon Gamal tidak terjadinya pertumbuhan tunas.

Pada tabel 4.3 mengenai panjang tunas dan banyak daun, panjang tunas tertinggi terdapat pada tamanan murbei 3 dimana pada minggu pertama sampai kminggu keempat panjang tunas berturut-turut yakni (5,4) cm, 16 cm, 23 cm dan 29 cm. kemudian untuk jumlah daun, tanaman yang memiliki jumlah daun terbanyak adalah tanaman murbei 4 dimana pada minggu pertama sampai minggu keempat berturut-turut yakni 6, 11, 13 dan 15.

(8)

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum Silvikultur mengenai stek yaitu dalam perbanyakan secara stek, ada beberapa macam cara penyetekan, salah satunya ada stek batang dengan bahan awal perbanyakan berupa batang tanaman. Perbanyakan tanaman secara stek ini selain dengan batang juga digunakan pucuk. Dalam penyetekan dengan batang dan pucuk ini juga berpengaruh pada media tanam yang digunakan.

5.2 Saran

Adapun saran berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan adalah:

1. Agar praktikum dalam penyiapan media tanam diharapkan adanya kerjasama dengan sesama praktikan dalam bekerja agar dapat mengetahui secara jelas prosedur kerja dari awal dan memudahkan dalam pembuatan laporan dan penerapannya dalam lingkungan luar.

(9)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teknik okulasi dan penyambungan termasuk dalam golongan peningkatan mutu tanaman dalam kadar pengembangan secara vegetative. Kegiatan okulasi dan penyambungan di inginkan dalam mendapatkan pohon yang unggul serta menghasilkan buah dan kaya akan perbedaannya.

Penyambungan (Grafting) serta Okulasi atau Penempelan Mata Tunas (Budding) merupakan teknik perbanyak tanaman yang dilakukan secara vegetatif. Selain kedua teknik ini masih ada teknik-teknik yang lain seperti Mencangkok (Air Layering) dan Perundukan Tanaman (Ground Layering). Pada teknik perbanyakan secara Budding perlu disediakan bagian tanaman sebagai calon batang atas dan bagian tanaman sebagai calon batang bawah (dari tanaman sejenis). Umumnya calon batang atas adalah tanaman yang produksinya diutamakan sedangkan batang bawah adalah batang yang memiliki ketahanan terhadap faktor lingkungan seperti kekeringan dan lain sebagainya. Untuk penyambungan, calon batang bawah dipotong berbentuk huruf V sedangkan batang atasnya dipotong menyerong kiri-kanan agar dapat diselipkan secara tepat pada batang bawah. Setelah diselipkan secara tepat, sambungan ini lalu di ikat membentuk satu tanaman utuh.

Tanaman sambungan dibiarkan hingga tumbuh menyatu dan siap untuk ditanam di lapangan. Pada teknik okulasi, mata tunas (mata tempel) harus diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan yang baik, sehat serta cukup umur untuk diambil sebagai mata entres, mata tunas diambil dari cabang yang tumbuh keatas (tunas air), yang merupakan cabang-cabang muda dari bagian yang telah dewasa, sedangkan untuk batang bawah, umur batang bawah harus sama dengan umur cabang mata entres.

Praktikum ini dikatakan penting dalam hal mengetahui dan mengenal teknikan okulasi dan penyambungan, dan serta untuk menegtahui waktu tumbuhnya tunas baru atau pucuk baru pada tanaman yang disambung tersebut.

1.2 Tujuan

(10)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Pembiakan vegetatif adalah suatu metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman itu sendiri (bagian-bagian vegetatif yakni akar, batang dan daun) tanpa melibatkan proses pembuahan sehingga sifat tanaman induk dapat dipertahankan dan diturunkan ke tanaman anakan. Salah satu teknik pembiakan vegetatif adalah grafting, yaitu suatu seni menyambung bagian dari satu tanaman (sepotong pucuk) ke bagian tanaman lain

(rootstock) sedemikian rupa sehingga tercapai persenyawaan dan kombinasi ini terus tumbuh

membentuk tanaman baru. Pembiakan vegetatif dengan grafting memiliki beberapa keuntungan dibandingkan dengan pembiakan generatif. Salah satu keuntungan dari grafting ialah banyak digunakan untuk produksi bibit yang akan ditanam di kebun benih dan bermanfaat untuk penyelamatan kandungan genetik tanaman (Sukendro, 2011).

Menyambung atau enten, yang telah di kenal dan dipraktikan sejak beberapa abad, adalah suatu cara menyambung potongan suatu tanaman pada batang yang telah berakar dari suatu tanaman lain. Penyambungan ada dua macam yaitu Grafting dan Budding. Grafting adalah penyatuan antara batang dengan batang yang terpisah atau dengan bagian pangkal akar yang terpisah untuk tumbuh bersama-sama membentuk satu individu baru. Sedangkan Budding

Budding adalah bentuk Grafting yang khas karena satu tunas digunakan sebagai batang atas

dan disisipkan di bawah kulit dari batang bawah. Budding lebih dikenal dengan okulasi atau penempelan (Manalu, 2014).

(11)

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum, pada hari Kamis tanggal 29 April – 28 Mei 2017, pukul 16.00-18.00 WITA. Bertempat di Kebun Percobaan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.

1.2 Alat dan Bahan 1.2.1 Alat

Alat yang digunakan dalam praktkum ini adalah sebagai berikut: 1. Plastic es

2. Seltip 3. Gunting

4. Spidol permanen

5. Pisau 6. Tali rapia 7. ATK

1.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adaah sebagai berikut: 1. Tanaman Manggis (Garcinia Mangostina)

2. Alkohol 70% 1.3 Prosedur Kerja

1. Dipilih scion (tanaman atas) yang sehat untuk diokulasi/disambungkan, yang masih dalam keadaan dorman.

2. Dipih tanaman bawah (rootstock) yang akan diokulasi/disambung. 3. Dibersihkan pisau okulasi dengan alkohol sebelum melakukan okulasi

4. Dilakukan penyambungan dengan sambung celah (cleft graft) diikat dengan plastik es. 5. Ditutup bagian atas dengan plastik dan diikat di bagian bawah palstik untuk menjaga

(12)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan okulasi dan penyambungan sebagai berikut:

Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Penyambungan Manggis (Garcinia mangostana) Minggu ke Tanggal Scion/Pucuk Batang utama

1 10/05/2017 - V

2 18/05/2017 - V

3 25/05/2017 0 V

Tabel 2.2 Hasil Pengamatan Okulasi pada Tumbuhan Gaharu Minggu ke Tanggal Scion/Pucuk Batang utama

1 10/05/2017 - V

Pada praktikum ini tanaman yang digunakan pada proses okulasi adalah tanaman gaharu sedangkan pada proses penyambungan tanaman yang gunakan adalah tanaman manggis. Pada proses okulasi tanaman yang digunakan adalah gaharu. Pada proses ini terlebih dahulu memilih tanaman pendonor. Dalam hal ini tanaman pendonor harus berkualitas dan terhindar dari penyakit begitu pula dengan tanaman penerima yang juga harus memiliki batang yang kuat dan kokoh. Setelah syarat – syaratnya terpenuhi maka tanaman penerima dikupas sesuai dengan sayatan tanaman pendonor begitu pula dengan tanaman penerima. Setelah itu tanaman pendonor ditempel pada tanaman penerima yang diikat dengan plastik atau selotip. Ikatan pada okulasi ini jangan terlalu keras dalam mengikatnya karena hal tersebut dapat menyebabkan taman tersebut mati akibat tidak mengalirnya air serta unsur hara.

(13)

bawah. Setelah itu baru diikat dengan selotip hingga tertutup semua bagian area penyambungan tersebut. Kemudian ditutup dengan plastik dan diikat di bagian bawah untuk menjaga kelembaban tanaman.

Berdasarkan data pada tabel 3.1 diketahui bahwa pada minggu 1 & 2 belum ada tanda yang terlihat pada scion/pucuk namun pada minggu 3 tidak ada tanda sama sekali pada scion/pucuk sedangkan pada penyambungan batang utama pada 3 minggu data tersebut semuanya hidup dan terlihat baik – baik saja. Berdasarkan data yang dihassilkan bahwa terjadinya kegagalan atau mati pada tanaman tersebut diperkirakan akibat ikatan yang terlalu keras pada saat dilakukannya penyambungan. Seperti yang dijelaskan sebelumnya akibat ikatan yang terlalu keras aliran air menjadi terhambat atau tidak mengalir beserta unsur hara. Selain faktor tersebut juga kemungkinan juga disebabkan oleh lupa menyiram tanaman percobaan sehingga tanahnya menjadi kering serta faktor cuaca yang tidak menentu.

Kemudian pada tabel 3.2 mengenai okulasi yang dihasilkan dilihat bahwa tanaman percobaan pada ketiga minggu percobaan tersebut tidak ada tanda tunas yang terlihat atau dengan kata lain mati hanya batang utama yang hidup. Hal ini dapat diperkirakan penyababnya karena tidak adanya pemeliharaan yang baik terhadap objek uji.

(14)

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari praktikum Silvikultur tentang Okulasi dan Penyambungan adalah dengan cara atau teknik okulasi yaitu dengan menempel batang utama dan scion

yang telah disediakan kemudian diikat dan dibungkus dengan plastik dengan tujuan untuk menjaga kelembaban pada tanaman uji. Sedangkan cara atau teknik dalam penyambungan yaitu disayat bagian batang penerima dan dipotong bagian batang pendonor kemudian disambung setelah itu diikat seperti percobaan pada proses okulasi. 5.2 Saran

(15)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bibit merupakan bahan tanaman yang sangat penting untuk proses penanaman. Kualitas bibit yang baik akan menentukan keberhasilan dari penananam. Kulitas bibit terdiri dari kulitas genetik dan kualitas yang didasarkan atas morfologinya. Kualitas bibit yang baik di lapangan sangat didukung oleh kualitas semai yang dihasilkan dari persemaian, dan keberhasilan pembuatan bibit dipersemaian sangat dipengaruhi dari manajemen persemain tersebut. Pada media tanam atau sapih terlebih dahulu dibuat lubang agar memudahkan dalam melakukan penyapihan. Selain itu pada media sapih juga dilakukan penyiraman terlebih dahulu agar media menjadi tidak kering untuk mengurangi

stress pada tanaman tumih yang disapih. Setelah penyapihan selesai, kembali dilakukan

penyiraman agar dapat membantu tanaman dalam mengurangi stress akibat proses transpirasi yang berlebihan akibat pengaruh adapatasi lingkungan. Keadaan lingkungan di lapangan itu sangat penting dalam menentukan kekuatan tumbuh bibit adalah sangat nyata dan perbedaan kekuatan tumbuh bibit dapat terlihat nyata dalam keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan. Di samping itu kecepatan tumbuh bibit dapat pula menjadi petunjuk perbedaan kekuatan tumbuh.

Persemaian adalah suatu tempat yang digunakan untuk menyemaikan benih suatu jenis tanaman dengan perlakuan dan perawatan selama jangka waktu tertentu, sehingga akan dihasilkan bibit yang berkualitas baik, yang memenuhi persyaratan umur, ukuran dan pertumbuhan yang cukup baik dan siap untuk ditanam di lapangan. Bibit yang dihasilkan dapat berupa bibit dalam kontainer, putaran, cabutan atau stump.

Praktikum ini dikatakan penting dalam teknikan memindah pohon dari tempat yang satu ketempat yang lainnya dalam hal menjaga keberlangsungan alam ini yang dapat menjadikan hutan lestari.

1.2 Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah:

1. Mengenal dan mengetahui macam semai dan stum sebagai bahan bibit generatif 2. Untuk mengetahui cara pemindahan anakan dan melihat pertumbuhan tanaman

selanjutnya

(16)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

Stum merupakn bibit tanaman yang berasal dari semai sebagian batang dan akarnya dipotong dengan maksud ditanam di lapangan. Stum mempunyai sisa-sisa akar agar proses pembentukan dan pertumbuhan akar baru segera terbentuk. Sisa akar pada stump merupakan sumber karbohidrat zat pengatur tumbuh bagi sisa tajuk di atas permukaan tanah (Trisna, 2013).

Untuk mendapatkan bibit yang naik an berkualitas maka perlu dilakukan pemupukan diawal pembibitan. Pupuk yang diberika padabibit berdaskansifat seyawanya ada dua jenis yaitu pupuk organic dan pupuk anorganik. Salah satu pupuk organic yang dapat diberikan pad tanaman adalah pupuk kompos yang berasal dari tandan kosong kelapa sawit serta asam hurat (Sembiring, 2015).

Bahan organic diketahui dapat memperbaiki sifat kimia, fisika, dan biologi tanah. Kandungan bahan organic yang rendah di dalam tanah merupakan salah satu kendala dalam penyediaan air, udara, dan unsure hara bagi tanaman sehingga menghambat pertumbuhan tanaman dan mengurangi hasil tanaman. Sebaliknya, kandungan bahan organic dalam tanah yang cukup tinggi akan membuat kondisi lahan atau tanah menjadi kondusif untuk pertumbuhan akar tanaman (Utama, 2014).

Untuk meningkatkan pertmbuhan dan kualitas bibit, maka salah satunya menggunakan pupuk kompos. Pupuk kompos merupakan asil pelapukan bahan organic seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung. Sulur, sabut kelapa serta kotoran hewan yang dapat dimanfaatkan sebagai media pertumbuhan bibit tanaman kehutanan (Darwo, 2016).

(17)

BAB 3. METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktikum, pada hari selasa, 16 Mei - 28 Juni 2017, pukul 16.00-18.00 WITA. Tempat pelaksanaan praktikum ini di Kebun Percobaan Program Studi Kehutanan Universitas Mataram.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Kertas Gambar

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1. Semai tanaman Hutan Mahoni (Swietenia Mahagoni)

2. Tanah Hutan dan tanah Biasa 3.3 Prosedur Kerja

1. Digambar secara morfologis dan disebutkan bagian-bagian dari semai dan stump. Diukur tinggi dan diameter semai dan stump tersebut

2. Disiapkan bahan tanaman berupa semai Mahoni dan dibuat stump untuk semai yang berukuran besar (diameter 1,5 – 3 cm), dengan ketentuan sebagai berikut :

Perbandingan batang : akar = 1 : 1 sebanyak 3 batang Perbandingan batang : akar = 2 : 1 sebanyak 3 batang Perbandingan batang : akar = 3 : 1 sebanyak 3 batang Perbandingan batang : akar = 1 : 2 sebanyak 3 batang Bila berupa semai kecil (dalam kantong plastik) perlakuan : Dipindah semai dengan akar telanjang (tanpa tanah, daun utuh) Dipindah semai dengan akar telanjang (tanpa tanah, daun dikurangi) Dipindah semai dengan tanahnya/puteran, daun utuh

(18)

tanam

3. Setelah semua bibit siap kemudian di bawa ke lapangan untuk ditanam

4. Disiram setiap hari, amati 2 minggu kemudian, cabutlah bibit tersebut amati dan gambar perakarannya, bandingkan ke tiga perlakuan (bentu, ukuran dna kondisi bibit) demikian pula posisi bibit dalam penanaman

(19)

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengamatan penyemaian bibit mahoni sebgai berikut: Tabel 3.1 Hidup atau Mati Bibit Mahoni

Minggu ke Tanggal Perbandingan Cabutan Puteran

1:1 2 : 1 3 : 1 1 2 3 1 2 3

Berdasarkan hasil pengamatan seperti yang di atas pada tabel 4.1 dapat dibahas terkait bahwa pertumbuhan daun semai mahoni itu dengan berbanding (1:1), (2:1) dan (3:1) bibit yang akan di tanam. Pada pengamatan yang kita amati beberapa hari yang tidak terjadi perubahan apapun. Begitu juga dengan minggu kedua tidak ada perkembangan apapun pada objek pengamatan.

Kemudian pada sample cabutan tanpa tanah, dimana sample yang digunakan sama dengan sample perbandingan yaitu sebanyak tiga buah. Dari ketiga bibit percobaan dan dalam pengamatan 2 minggu, sampel uji yaitu bibit Mahoni juga mati.

Selanjutnya pada sample puteran dengan tanah, dimana sample yang digunakan juga sama yaitu tiga buah. Ketiga-tiganya juga mati sama seperti pada sample cabutan tanpa tanah dan perbandingan tersebut.

(20)
(21)

BAB 5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Semai dan stum sebagai bahan bibit generative yang baik diperoleh dari anakan alam kemudian dilakukan proses penyemaian pada media kompos.

2. Cara pemindahan anakan dari alam ke media penyemaian yakni dengan cara cabutan tanpa tanah, cara puteran dengan tanah dan cara perbandingan akar dengan batang. 3. Ukuran bibit dengan stum (perbandingan), dimana perbandingan akar dengan batang

yakni (1:1), (1:2) dan (1:3). 5.2 Saran

Gambar

Tabel 1.2 jumlah tunas Murbei (Morus alba L.) dan Gamal (Gliricidia Sepium)
Tabel 2.1 Hasil Pengamatan Penyambungan Manggis (Garcinia mangostana)
Tabel 3.1 Hidup atau Mati Bibit Mahoni

Referensi

Dokumen terkait

Selain menggunakan media tanah sebagai tempat untuk tumbuh bagi tanaman, bisa digunakan sebagai pilihan alternatif yaitu dengan teknik kultur agregat8. Tanaman bisa tumbuh dengan

Okulasi merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan menempelkan mata tunas dari tanaman yang memiliki sifat unggul pada batang bawah sehingga menjadi satu kesatuan yang utuh

Interaksi perlakuan tinggi penyerongan dan pemberian benzilaminopurine (BAP) berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan tunas okulasi tanaman karet, pada waktu muncul tunas,

Bahwa pemberian Auksin (NAA) terhadap pertumbuhan tunas tajuk dan tunas cabang akar stum okulasi mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) memberikan

Pengamatan pertumbuhan mata tunas mulai dilakukan pada umur 2 minggu setelah tanam dengan cara menghitung jumlah tunas yang tumbuh, mengukur tinggi tunas/batang dari

1) Memacu pertumbuhan akar dan pembentukan sistem perakaran yang baik sehingga tanaman dapat mengambil unsur hara lebih banyak dan pertumbuhan tanaman menjadi sehat serta kuat.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah bibit karet kolonal yang telah di okulasi dengan mata entres hijau (umur batang bawah antara 5- 9 bulan dan diameter batang kurang

2 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum pemindahan tanaman hutan dengan metode cabut dan putar ialah memahami tentang cara pemindahan tanaman hutan dan mengetahui apakah