• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Perkembangan Kognitif menurut Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Perkembangan Kognitif menurut Indonesia"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Penerapan Perkembangan Kognitif menurut Ahli.

Name : Dede Aditya Saputra class : c

: Andika Cahya Darma class : d

Setiap peserta didik mempunyai suatu keunggulan yang bernama kognitif, Kognitifmerupakan salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif diartikanpotensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge), pemahaman (comprehention), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (sinthesis), evaluasi (evaluation). Dalam perkembangannya telah terjadi perevisian pada tahapan kognitif tersebut. Sebagaiman yang dijelaskan Katminingsih (2012), bahwa Anderson dan krathwohl telah berhasil mengembangkan taksonomi dengan merevisi taksonomi tersebut menjadi taksonomi belajar mengajar dan asesmen. Taksonomi tersebut direpresentasikan dalam dua dimensi yaitu dimensi proses kognitif dan dimensi pengetahuan. Dimensi kognitif meliputi: (1) mengingat, (2) memahami, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, (6) mencipta. Perubahan terjadi pada C5 dan C6, yakni C5 menjadi evaluate atau “mengevaluasi” dan C6 menjadi create atau “menciptakan”

Kognitif berarti persoalan yang menyangkut kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal). Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu,kognitif berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang datang kepada dirinya.

Dalam kehidupan sehari-hari sering didengar kata kognitif. Dari aspek tenaga pendidik misalnya. Seorang tenaga pendidik diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif. Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa dan sebagainya.

(2)

a.Periode sensorik motor(usia 0–2 tahun)

Menurut Piaget, bayi lahir dengan sejumlah refleks bawaan selain juga dorongan untuk mengeksplorasi dunianya. Skema awalnya dibentuk melalui diferensiasi refleks bawaan tersebut. Periode sensorimotor adalah periode pertama dari empat periode. Piaget berpendapat bahwa tahapan ini menandai perkembangan kemampuan dan pemahaman spatial/persepsi penting dalam enam sub-tahapan :

1)Sub-tahapan skema refleks, muncul saat lahir sampai usia enam minggu dan berhubungan terutama dengan refleks.

2)Sub-tahapan fase reaksi sirkular primer, dari usia enam minggu sampai empat bulan dan berhubungan terutama dengan munculnya kebiasaan-kebiasaan.

3)Sub-tahapan fase reaksi sirkular sekunder, muncul antara usia empat sampai sembilan bulan dan berhubungan terutama dengan koordinasi antara penglihatan dan pemaknaan.

4)Sub-tahapan koordinasi reaksi sirkular sekunder, muncul dari usia sembilan sampai duabelas bulan, saat berkembangnya kemampuan untuk melihat objek sebagai sesuatu yang permanen (permanensiobjek).

5)Sub-tahapan fase reaksi sirkular tersier, muncul dalam usia dua belas sampai delapan belas bulan dan berhubungan terutama dengan penemuan cara-cara baru untuk mencapai tujuan.

6)Sub-tahapan awal representasi simbolik, berhubungan terutama dengan tahapan awal kreativitas.

b.Periode praoperasional (usia 2–7 tahun)

Tahapan ini merupakan tahapan kedua dari empat tahapan. Dengan mengamati urutan permainan, Piaget bisa menunjukkan bahwa setelah akhir usia dua tahun jenis yang secara kualitatif baru dari fungsi psikologis muncul. Pemikiran (Pra) Operasi dalam teori Piaget adalah prosedur melakukan tindakan secara mental terhadap objek-objek. Ciri dari tahapan ini adalah operasi mental yang jarang dan secara logika tidak memadai. Dalam tahapan ini, anak belajar menggunakan dan merepresentasikan objek dengan gambaran dan kata-kata. Pemikirannya masih bersifat egosentris: anak kesulitan untuk melihat dari sudut pandang orang lain. Anak dapat mengklasifikasikan objek menggunakan satu ciri, seperti mengumpulkan semua benda merah walau bentuknya berbeda-beda atau mengumpulkan semua benda bulat walau warnanya berbeda-beda.

c.Tahapan operasional konkrit (usia 7–11 tahun)

(3)

1)Pengurutan, yaitu kemampuan untuk mengurutan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya. Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari benda yang paling besar ke yang paling kecil.

2)Klasifikasi, yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda hidup dan berperasaan)

3)Decentering, yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap cangkir lebar tapi pendek lebih sedikit isinya dibanding cangkir kecil yang tinggi.

4)Reversibility, yaitu anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4 sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

5)Konservasi, yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut. Sebagai contoh, bila anak diberi cangkir yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu akan tetap sama banyak dengan isi cangkir lain.

6)Penghilangan sifat Egosentrisme, yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).

d.Tahapan operasional formal (usia 11 tahun sampai dewasa)

(4)

Dengan mengetahui tahapan-tahapan di atas maka pembelajaran yang dilakukan dengan memusatkan kepada beberapa hal sebagai berikut.

a.Berfikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya tetapi mengutamakan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran serta memaklumi adanya perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan yang dapat dipegaruhi oleh perkembangan intelektual anak.

b.Teori dasar perkembangan kognitif dari Jean Piaget mewajibkan guru agar pembelajaran diisi dengan kegiatan interaksi inderawi antara siswa dengan benda-benda dan fenomema konkrit yang ada di lingkungan serta dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan kemampuan berpikir, antara lain kemampuan berpikir konservasi.

c.Piaget memusatkan pada tahap-tahap perkembangan intelektual yang dilalui oleh semua individu tanpa memandang latar konteks sosial dan budaya, yang mendalami bagaimana anak berpikir dan berproses yang berkaitan dengan perkembangan intelektual.

d.Menurut Peaget, siswa dalam segala usia secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun pengetahuan mereka sendiri.

e.Pengetahuan tidak statis tetapi secara terus menerus tumbuh dan berubah pada saat siswa menghadapi pengalaman-pengalaman baru yang memaksa mereka membangun dan memodivikasi pengetahuan awal mereka.

f.Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tahu bawaan dan secara terus – menerus berusaha memahami dunia sekitarnya. Rasa ingin tahu ini menurut Piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. g.Kebanyakan ahli psikologi sepenuhnya menerima prinsip-prinsip umum Piaget bahwa

pemikiran anak-anak pada dasarnya berbeda dengan pemikiran orang dewasa, dan jenis logika anak-anak itu berubah seiring dengan bertambahnya usia. Namun, ada juga peneliti yang meributkan detail-detail penemuan Piaget, terutama mengenai usia ketika anak mampu menyelesaikan tugas-tugas spesifik.

3.Implemetasi Perkembangan Kognitif dalam Pembelajaran

Dengan mengetahui perkembangan kognitif anak, maka dalam pembelajaran dapat diterapkan hal-hal sebagai berikut.

(5)

a. Anak-anak akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi lingkungandenganbaik.

Guru harus membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan sebaik-baiknya.

b. Bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. c. Berikan peluang agar anak belajar sesuai tahap perkembangannya.

d. Di dalam kelas, anak-anak hendaknya diberi peluang untuk saling berbicara dan

diskusi dengan teman-temanya.

e. Memfokuskan pada proses berfikir atau proses mental anak tidak sekedar pada

produknya. Di samping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut.

f. Pengenalan dan pengakuan atas peranan anak-anak yang penting sekali dalam inisiatif

diri dan keterlibatan aktif dalam kegaiatan pembelajaran. Dalam kelas Piaget penyajian materi jadi (ready made) tidak diberi penekanan, dan anak-anak didorong untuk menemukan untuk dirinya sendiri melalui interaksi spontan dengan lingkungan.

g. Tidak menekankan pada praktek - praktek yang diarahkan untuk menjadikan

anak-anak seperti orang dewasa dalam pemikirannya.

h. Penerimaan terhadap perbedaan individu dalam kemajuan perkembangan, teori Piaget

mengasumsikan bahwa seluruh anak berkembang melalui urutan perkembangan yang sama namun mereka memperolehnya dengan kecepatan yang berbeda.

Menurut Brunner, impilkasi perkembangan kognitif dalam pembelajaran sebagai berikut..

a.Anak memiliki cara berpikir yang berbeda dengan orang dewasa. Guru perlu memperlihatkan fenomena atau masalah kepada anak. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan wawancara atau pengamatan terhadap objek.

b.Anak, terutama pada pendidikan anak usia dini dana anak SD kelas rendah, akan belajar dengan baik apabila mereka memanipulasi objek yang dipelajari, misalnya dengan melihat, merasakan, mencium, dan sebagainya. Pendekatan pembelajaran diskoveri atau pendekatan pembelajaran induktif lainnya akan lebih efektif dalam proses pembelajaran.

(6)

d.Dalam pembelajaran, Bruner menggunakan cara belajar discovery learning (belajar penemuan) yang digagas sesuai dengan pencarian pengetahuan atau ilmu secara aktif yang dilakukan oleh si pembelajar atau siswa. Hasilnya adalah apa yang ditemukan akan memberikan pengetahuan yang benar-benar bermakna bagi si pembelajar. Dengan menerapkan cara belajar discovery learning akan memberikan tiga manfaat besar bagi si pembelajar atau siswa, antara lain:

1)Pengetahuan yang diperoleh akan dapat bertahan lama dan lebih mudah diingat dengan dibandingkan dengan cara belajar mendengarkan.

2)Hasil belajar yang didapat mempunyai efek ftransfer yang lebih baik dari hasil belajar lainnya.

3)Dengan belajar menggunakan metode discovery learning, nalar si pembelajar akan aktif bekerja dan memiliki peningkatan. Hal ini terjadi karena si pembelajar dituntut berpikir secara bebas.

Referensi

Dokumen terkait

Penanganan jalan ruas Tetehosi – Holi adalah melakukan pelebaran badan jalan (widening) sehingga lebar jalan keseluruhan menjadi 8 meter (perkerasan 5 meter dan bahu jalan masing-

Berdasarkan uji statistik yang telah dilakukan penulis, menunjukkan bahwa tingkat frekwensi/intensitas dzikir pedagang pasar Johar berpengaruh secara signifikan

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh modal sosial, pendidikan pelatihan, kompetensi dan pengalaman kerja terhadap kinerja

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah distribusi normal (mean, standard deviasi) dan pengkategorisasian jenjang minat berdasarkan mean. Hasil penelitian

Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat penurunan rerata dan perbedaan yang bermakna antara skor indeks plak sebelum dan sesudah

Salah seorang darinya ialah Amabile (1989), yang menyatakan bahawa persekitaran pengajaran kreatif akan terbentuk apabila (a) pembelajaran dilihat sebagai penting dan

Dari kegiatan penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : (a) Algoritma pendugaan berat sapi telah disusun berdasarkan model linier antara berat sapi dengan