LAPORAN PENDAHULUAN (LP)
PERUBAHAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI PENDENGARAN
A. Masalah utama
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
B. Proses Terjadinya Masalah 1. Pengertian
Halusinasi adalah terganggunya persepsi sensori seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. (Varcarolis, 2006).
Halusinasi pendengaran adalah individu mendengar suara yang menertawakan, mengejek atau mengancam padahal sebenarnya tidak ada suara disekitarnya, suara-suara tersebut dapat berupa manusia, hewan, mesin, barang, kejadian alamiah dan mistik.
2. Teori yang Menjelaskan Halusinasi (Stuart dan Sundeen, 1995) a. Teori Biokimia
Terjadi sebagai respon metabolisme terhadap stres yang mengakibatkan terlepasnya zat halusinogenik neurotik (buffofenon dan dimethytransferase).
b. Teori Psikoanalisis
Merupakan respons pertahanan ego untuk melawan rangsangan dari luar yang mengancam dan ditekan untuk muncul dalam alam sadar.
3. Etiologi
a. Faktor Predisposisi 1) Faktor Genetic
Telah diketahui bahwa secara genetic halusinasi diturunkan melalui kromosom tertentu. Namun demikian, kromosom yang keberapa yang menjadi faktor penentu gangguan ini, sampai sekarang masih dalam tahap penelitian.
Pada halusinasi ditemukan adanya korteks prefrontal dan korteks limbaks yang tidak berkembang penuh serta menjadi penurunan volume dan fungsi otak yang abnormal.
3) Study Neurotransmitter
Halusinasi diduga juga disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan neurotransmiter, dopamin berlebihan, tidak seimbang dengan kadar serotonin.
4) Teori Virus
Paparan virus influenza pada trimester ketiga kehamilan dapat menjadi faktor predisposisi halusinasi.
5) Psikologi
Kondisi psikologi menjadi faktor predisposisi antara lain yang diperlukan oleh ibu yang over protektif, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil jarak dengan anaknya.
b. Faktor Presipitasi
1) Berlebihan proses informasi pada sistem syaraf yang menerima dan memproses informasi di talamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik disyaraf terganggu.
3) Gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan perilaku seperti pada tanda dan gejala.
c. Mekanisme Koping
Regresi, menjadi masalah beraktifitas sehari-hari. 4. Tanda dan Gejala
a. Cenderung menarik diri, sering didapatkan individu duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu orang.
b. Cenderung mempunyai rasa takut, gelisah dan kadang menangis. c. Kadang tersenyum dan bicara sendiri.
d. Tiba-tiba marah dan menyerang orang lain.
e. Melakukan kegiatan karena ada sesuatu yang menakutkan.
5. Rentang Respon Neurologi
Respon adaftif Maladaftif
a. Pikiran logis a. Distorsi pikiran a. Waham b. Persepsi akurat b. Ilusi b. Halusinasi c. Emosi konsisten c. Menarik diri c. Sulit berespon d. Perilaku sesuai d. Reaksi emosi d. Perilaku
disorganisasi e. Hubungan sosial e. Perilaku tidak biasa e. Isolasi sosial
1. Respon adaptif
a. Pikiran logis berupa pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten berupa kemantapan perasaan jiwa sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami.
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral.
e. Hubungan sosial dapat diketahui melalui hubungan seseorang dengan orang lain dalam pergaulan ditengah-tengah masyarakat (Stuart, 2007).
2. Respon transisi
a. Distrosi pikiran berupa kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil kesimpulan.
c. Menarik diri yaitu perilaku menghindar dari orang lain baik dalam berkomunikasi ataupun berhubungan sosial dengan orang-orang disekitarnya.
d. Reaksi emosi berupa emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai.
e. Perilaku tidak biasa berupa perilaku aneh yang tidak enak dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal orang lain (Stuart, 2007).
3. Respon maladaptive
a. Gangguan pikiran atau waham berupa keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita sosial.
b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap rangsangan.
c. Sulit berespon berupa ketidakmampuan atau menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan, kebahagian, keakraban dan kedekatan.
d. Perilaku disorganisasi berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang ditimbulkan.
e. Isolasi sosial merupakan suatu keadaan kesepian yang dialami seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Stuart, 2007).
6. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi Pendengaran
b. Halusinasi Pendengaran
Karakteristiknya meliputi stimulus visual dalam bentuk kuatan cahaya, gambar geoometrik, gambar kartoon, bayangan yang rumit atau kompleks, bayangan bisa menyenangkan atau menakutkan seperti melihat monster. c. Halusinasi Penciuman
Karakteristiknya meliputi membaui bau tertentu seperti bau darah, kemenyan atau feses yang umumnya tidak menyenangkan.
d. Halusinasi Pengecapan
Merasa mengecap, seperti rasa darah, urine, dan feses. e. Halusinasi Perabaan
Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan berupa stimulus yang jelas, rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati atau orang.
f. Halusinasi Viseral
Perasaan tertentu dalam tubuhnya misalnya beranggapan tubuhnya berubah bentuk saat diraba, perut mengecil setelah meminum atau memakan sesuatu.
g. Halusinasi Kinestetic
Merasakan pergerakan sementara, berdiri tanpa bergerak. 7. Tahapan Halusinasi
a. Tahap I (Non-psikotik)
Pada tahap ini, halusinasi mampu memberikan rasa nyaman pada kien, tingkat orientasi sedang. Secara umum pada tahap ini halusinasi merupakan hal yang menyenangkan bagi klien.
Karakteristik:
1) Mengalami kecemasan, kesepian, rasa bersalah, dan ketakutan.
2) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan kecemasan. 3) Pikirkan dan pengalaman sensorik masih ada dalam kontrol kesadaran.
Perilaku yang muncul:
4) Respons verbal lambat, diam, dan berkonsentrasi. b. Tahap II (Non-psikotik)
Pada tahap ini biasanya klien bersikap menyalahkan dam mengalami tingkat kecemasan berat. Secara umum halusinasi yang ada dapat menyebabkan antipati.
Karakteristik:
1) Pengalaman sensori menakutkan atau merasa dilecehkan oleh pengalaman tersebut.
2) Mulai merasa kehilangan kontrol. 3) Menarik diri dari orang lain.
Perilaku yang muncul:
1) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. 2) Perhatian terhadap lingkungan menurun.
3) Konsentrasi terhadap pengalaman sensori pun menurun.
4) Kehilangan kemampuan dalam membedakan antara halusinasi dan realita.
c. Tahap III (psikotik)
Klien biasanya tidak dapat mengontrol dirinya sendiri, tingkat kecemasan berat, dan halusinasi tidak dapat ditolak lagi.
Karakteristik:
1) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya. 2) Isi halusinasi menjadi atraktif.
3) Klien menjadi kesepian bila pengalaman sensori berakhir. Perilaku yang muncul:
1) Klien menuruti perintah halusinasi. 2) Sulit berhubungan dengan orang lain.
d. Tahap IV (psikotik)
Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi dan biasanya klien terlihat panik.
Panik yang muncul:
1) Risiko tinggi mencederai. 2) Agitasi/kataton.
3) Tidak mampu merespons rangsangan rangsangan yang ada.
Timbulnya perubahan persepsi sensori halusinasi biasanya diawali dengan seseorang yang menarik diri dari lingkungannya karena orang tersebut menilai dirinya rendah. Bila klien mengalami halusinasi dengar dan lihat atau salah satunya yang menyuruh pada kejelekan, maka akan berisiko terhadap perilaku kekerasan.
C. Pohon Masalah
Risiko Tinggi Perilaku Kekerasan \
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah Kronis
D. Masalah Keperawatan yang Mungkin Muncul 1. Risiko tinggi perilaku kekerasan.
2. Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran. 3. Isolasi sosial.
4. Harga diri rendah kronis.
E. Data yang Perlu Dikaji
Masalah Keperawatan Data yang Perlu Dikaji Perubahan persepsi sensori:
halusinasi
Subjektif:
- Klien mengatakan mendengar sesuatu.
- Klien mengatakan melihat bayangan putih.
- Klien mengatakan dirinya seperti disengat listrik.
- Klien mencium bau-bauan yang tidak sedap, seperti feses.
- Klien mengatakan kepalanya melayang di udara.
- Klien mengatakan dirinya
merasakan ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.
Objektif:
- Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri saat dikaji.
- Bersikap seperti mendengarkan sesuatu.
- Berhenti bicara ditengah-tengah kalimat untuk mendengarkan sesuatu.
- Disorientasi.
- Konsentrasi rendah.
- Pikiran cepat berubah-ubah. - Kekacauan alur pikiran.
Perubahan persepsi sensori: Halusinasi Pendengaran
G. Rencana Tindakan Keperawatan
1. Rencana Tindakan Keperawatan untuk Klien a. Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1) untuk klien 1) Mengidentifikasi jenis halusinasi 2) Mengidentifikasi isi halusinasi 3) Mengidentifikasi waktu halusinasi 4) Mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5) Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi 6) Mengidentifikasi respons klien terhadap halusinasi 7) Mengidentifikasi klien menghardik halusinasi
8) Menganjurkan klien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2) untuk klien 1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
Strategi pelaksaan 3 (SP 3) untuk klien
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan klien dirumah)
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
1) Mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien
2) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara teratur
3) Menganjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian
b. Tindakan keperawatan untuk klien 1) Membantu klien mengenal halusinasi
Diskusi adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membantu klien mengenali halusinasinya. Perawat dapat berdiskusi dengan klien terkait isi halusinasi (apa yang didengar atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang mnyebabkan halusinasi muncul, dan perasaan klien saat halusinasi muncul (komunikasinya sama dengan pengkajian di atas).
2) Melatih klien mengontrol halusinasi
Perawat dapat melatih empat cara dalam mengendalikan halusinasi pada klien. Keempat cara tersebut sudah terbukti mampu mengontrol halusinasi seseorang. Keempat cara tersebut adalah menghardik halusinasi, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktivitas yang terjadwal, dan mengonsumsi obat secara teratur.
2. Rencana Tindakan Keperawatan untuk Keluarga Klien a. Tujuan/strategi pelaksanaan
Strategi pelaksanaan 1 (SP 1) untuk keluarga
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi yang dialami klien beserta proses terjadinya
3) Menjelaskan cara-cara merawat klien halusinasi
1) Melatih keluarga mempraktikan cara merawat klien halusinasi 2) Melatih keluarga melakukan cara merawat klien halusinasi\
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien
Keluarga merupakan faktor vital dalam penanganan klien gangguan jiwa dirumah. Hal ini mengingat keluarga adalah sistem pendukung terdekat dan orang yang bersama-sama dengan klien selama 24 jam. Keluarga sangat menentukan apakah klien akan kambuh atau tetap sehat. Keluarga yang mendukung klien secara konsisten akan membuat klien mampu mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian, jika keluarga tidak mampu merawat maka klien akan kambuh bahkan untuk memulihkannya kembali akan sangat sulit. Oleh karena itu, perawat harus melatih keluarga klien agar mampu merawat klien gangguan jiwa dirumah.
Pendidikan kesehatan kepada keluarga dapat dilakukan melalui tiga tahap. Tahap pertama adalah menjelaskan tentang masalah yang dialami oleh klien dan pentingnya peran keluarga untuk mendukung klien. Tahap kedua adalah melatih keluarga untuk merawat klien, dan tahap yang ketiga yaitu melatih keluarga untuk merawat klien langsung.
Informasi yang perlu disampaikan kepada keluarga meliputi pengertian halusinasi, jenis halusinasi yang dialami oleh klien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya halusinasi, cara merawat klien halusinasi (cara berkomunikasi, pemberian obat, dan pemberian aktivitas kepada klien), serta sumber-sumber pelayanan kesehatan yang bisa dijangkau.
Fitria, Nita. 2012. Prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan
strategi tindakan keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Keliat, Budi Anna. 2006. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.