• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH AGAMA DAN MODERNISASI Nama NIM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH AGAMA DAN MODERNISASI Nama NIM"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH AGAMA DAN MODERNISASI

Kelompok 4

Nama:

NIM:

1.

I PUTU SUKERNA

3251

2.

I GEDE ASTAMA

3252

3.

I MADE SUKARAWAN

3253

4.

I KETUT SUMANTRA

3254

5.

ANJELINA PHYSIANA

3260

6. NI KADEK SINTYA MAHARANI P

3264

7. MUJIATI FATMAWATI

3269

8. NI NYOMAN SANDAT

3271

9. I KETUT DODIK PANDE S

3272

10. I WAYAN PARSA

3273

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini yang

tepat pada waktunya yang berjudul “Makalah Agama Dan Modernisasi”.

Makalah ini berisikan tentang Agama Dan Modernisasi masa kini yang

memperhatinkan, diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua,

pada khususnya mahasiswa/mahasiswi STISPOL WIRA BAKTI DENPASAR tentang

kualitas pendidikan di Indonesia. Kami menyadari bahwa , Makalah ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu

kami harapkan demi kesempurnaan Makalah ini.

Dalam kesempatan ini penulis juga ingin mengucapakan banyak terima kasih kepada

pihak kampus yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun makalah

ini, juga kepada dosen pembimbing yang sudah banyak membantu dan menuntun penulis

selama pembuatan makalah ini. Tidak lupa juga kepada teman-teman yang selalu menemani,

membantu dan mendukung selama pembuatan makalah ini. Maka, Makalah ini dapat

terselesaikan tidak lepas dari kerjasama dari semuanya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Tuhan Yang Maha Esa

senantiasa memberkati segala usaha kita.

Terima kasih,

(3)

DAFTAR ISI

Judul i

Kata Pengantar ii Daftar Isi iii

BAB I : Pendahuluan 4

1.1 Latar Belakang………...4

1.2 Rumusan Masalah………..6

1.3 Tujuan Penelitian………...6

1.4 Metode Penelitian………..6

BAB II : Pembahasan………...7

BAB III : Penutup 3.1 Kesimpulan

………...14

3.2 Saran………15

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah Perbincangan tentang modernisasi telah menyita konsentrasi para sarjana baik

Beragama Hindu maupun agama lainnnya. Hal ini di buktikan dengan telah lahirnya beragam

karya dan pemikiran di bidang ini menunjukkan modernisasi telah mendapat tempat yang

cukup proporsional dalam kajian global, bahkan di tambah lagi dengan intensnya

upaya-upaya pembaruan tersebut di lakukan secara serentak dan kompak baik dunia Umat beragama

Hindu sendiri maupun di luar dunianya merupakan suatu arus deras yang tidak dapat di

hentikan demi menciptakan perbaikan dalam segala bidang kemanusiaanya.

Pengalaman demi pengalaman telah di lalui yang pada akhirnya manusia telah sampai

kepada puncak kemajuan melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK),

di mana IPTEK mendominasi segala aspek kehidupan. Kemoderenan selalu identik dengan

kehidupan keserbaadaan, sedangkan modernisasi itu sendiri merupakan salah satu ciri umum

peradaban maju yang dalam sosiologi berkonotasi perubahan sosial masyarakat yang kurang

maju atau primitive untuk mencapai tahap yang telah di alami oleh masyarakat maju atau

berperadaban.

Jadi memang harus di pahami bahwa zaman modern harus di pandang sebagai suatu

kelanjutan yang wajar dan logis, dalam perkembangan kehidupan manusia, yang di tandai

oleh kreatifitas manusia dalam mencari jalan mengatasi kesulitan hidupnya di dunia ini, dan

harus di pahami pula bahwa betapapun kreatifnya manusia di zaman modern, namun

kreatifitas itu, dalam perspektif sejarah dunia dan umat manusia secara keseluruhan, masih

(5)

Karena itulah modernitas sesuatu yang tidak dapat di hindarkan, lambat ataupun cepat

modernitas tentu pasti muncul di kalangan umat manusia, entah kapan dan di bagian mana di

muka bumi ini. Jika kebetulan momentum zaman modern di mulai oleh Eropa Barat laut

sekitar 2 abad yang lalu, maka sebetulnya telah terjadi pula kebetulan serupa sebelumnya,

yaitu di mulainya momentum zaman agrarian dari lembah Mesopotamia sekitar lima ribu

tahun yang lalu, yang di sebut juga sebagai zaman permulaan sejarah, dan zaman sebelumnya

di sebut zaman prasejarah yang tanpa peradaban, karena itu lembah Mesopotamia di anggap

sebagai tempat buaian peradaban manusia. Bagaimana peran agama di tengah Era Modern

(dampak yang di timbulkan, juga pengaruh yang drastis bagi kehidupan manusia), kami

(6)

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, untuk memudahkan dalam penyusunan

makalah ini, kami menyusun beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

1. ApakahDefinisi Agama itu?

2. Apakah Definisi Modernisasi itu?

3. Bagaimana Hubungan Agama dan Modernisasi?

4. BagaimanaPeran Agama Dalam Modernisasi?

5. Mengapa Agama dan Modernisasi itu berkaitan?

1.3. Tujuan Penelitian

Bertujuan Untuk dapat memahami dan mengerti Keterkaitan antara Agama dan Modernisasi di masa sekarang ini.

1.4. Metode Penelitian

Metode yang di gunakan dalam makalah ini adalah metode studi pustaka, yang

pelaksanaan penyusunannya melalui pengkajian buku-buku pustaka yang mempunyai

keterkaitan dengan masalah yang di bahas, sehingga di harapkan data atau keterangan yang

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Agama

Agama adalah suatu ajaran di mana setiap pemeluknya di anjurkan untuk selalu berbuat

baik. Untuk itu semua penganut agama yang mempercayai ajaran dan melaksanakan

ajarannya mereka akan senantiasa melaksanakan segala hal yang ada dalam ajaran tersebut.

Manusia tidak bisa di lepaskan dengan agama, oleh karena itu agama dan manusia

berhubungan sangat erat sekali. Ketika manusia jauh dari agama. Maka akan ada kekosongan

dalam jiwanya.

Selain itu Agama adalah suatu "Sistem kepercayaan dan praktek yang telah di persatukan

yang berkaitan dengan hal-hal yang kudus. Kepercayaan-kepercayaan dan praktek-praktek

yang bersatu menjadi suatu komunitas moral yang tunggal." Dari definisi ini ada dua unsur

yang penting, yang menjadi syarat sesuatu dapat di sebut agama, yaitu "Sifat kudus atau

Khusuk" dari agama dan "Praktek-praktek ritual" dari agama.

Agama tidak harus melibatkan adanya konsep mengenai suatu mahluk supranatural,

tetapi agama tidak dapat melepaskan kedua unsur di atas, karena ia akan menjadi bukan

agama lagi, ketika salah satu unsur tersebut terlepas. Di sini dapat kita lihat bahwa sesuatu itu

di sebut agama bukan di lihat dari substansi isinya tetapi dari bentuknya, yang melibatkan

dua ciri tadi. Kita juga akan melihat nanti bahwa agama selalu memiliki hubungan dengan

(8)

2.2. Pengertian Modernisasi

Kata modenisasi secara etimologi berasal dari kata modern, kata modern dalam kamus

umum bahasa Indonesia adalah yang berarti : baru, terbaru, cara baru atau mutakhir, sikap

dan cara berpikir serta bertindak sesuai dengan tuntunan zaman, dapat juga di artikan maju,

baik. Kata modernisasi merupakan kata benda dari bahasa latin “Modernus” (Modo : baru

saja) atau model baru, dalam bahasa Perancis di sebut Moderne. Modernisasi ialah proses

pergeseran sikap dan mentalitas sebagai warga masyarakat untuk bisa hidup sesuai dengan

tuntutan hidup masa kini. Modernisme adalah pikiran, aliran, gerakan-gerakan dan usaha

untuk merubah faham-faham, adat istiadat, institusi-institusi lama dan sebagainya, untuk di

sesuaikan dengan suasana baru yang di timbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi modern.

Modernisme dalam kamus bahasa Indonesia berarti pembaharuan, mempunyai padanan

kata dalam bahasa Arab tajdid, ashriy, hadits, bukan bid’ah, ibda atau ibtida, yang berarti

kebaruan, pembaruan atau pembuatan hal baru, dalam bahasa Inggris Inovation, konotasinya

negatif karena secara semantik mengandung arti pembuatan hal baru dalam agama, (dalam

Hindu misalnya ada ajaran yang bersifat mutlak, tidak dapat di ubah tetap ortodoks atau

dalam hal pokoknya, kepercayaan, bahkan dalam ibadah pun misalnya sembahyang harus

selaras semisal tri sandya tiap jam 6 pagi dan jam 12 siang.

Jadi yang harus di modernisasikan dalam Beragama adalah pola berpikir terhadap agama

yang perlu di perbaharui dalam arti memperbaharui penafsiran-penafsiran atau interpretasi

terhadap ajaran dasar Kitab maupun kepercayaannya masing- masing, sesuai dengan

kebutuhan perkembangan zaman. Adapun modernisasi secara terminologi terdapat banyak

(9)

Light dan Keller, mengartikan modernisasi sebagai perubahan nilai-nilai,

lembaga-lembaga dan pandangan yang memindahkan masyarakat tradisional kearah industrialisasi dan

urbanisasi. Atau seperti di tegaskan Zanden, modernisasi merupakan suatu proses yang

melaluinya, suatu masyarakat beralih dari pengaturan sosial dan ekonomi tradisional atau

pra-industrial ke masyarakat yang bercirikan pra-industrial. Industrialisasi sering di gunakan dalam

arti luas sebagai ekuivalen dengan bentuk modernisasi ekonomi. Definisi senada di

ungkap Nurcholish Madjid, yang mengatakan bahwa “zaman modern”, adalah

“zaman Teknik” (technical Age), bila di lihat dari hakikat intinya, karena pada zaman ini

peran sentral teknikalisme serta bentuk-bentuk kemasyarakatan yang terkait dengan

teknikalisme sangat kental, wujud keterkaitan antara segi teknologis sebagai dorongan besar

pertama umat manusia memasuki zaman sekarang ini, yaitu revolusi industri (teknologis) di

Inggris dan revolusi Perancis (social politik) di Perancis.

2.3. Hubungan Agama dan Modernisasi

Di zaman modernisasi dan globalisasi sekarang ini, manusia di barat sudah berhasil

mengembangkan kemampuan nalarnya (kecerdesan intelektualnya) untuk mencapai

kemajuan yang begitu pesat dari waktu kewaktu di berbagai bidang kehidupan termasuk

dalam bidang sains dan teknologi yang kemajuannya tidak dapat di bendung lagi akan tetapi

kemajuan tersebut jauh dari spirit agama sehingga yang lahir adalah sains dan teknologi.

Manusia saling berpacu meraih kesuksesan dalam bidang material, sosial, politik, ekonomi,

pangkat, jabatan, kedudukan, kekuasaan dan seterusnya, namun tatkala mereka sudah berada

di puncak kesuksesan tersebut lalu jiwa mereka mengalami goncangan-goncangan mereka

bingung untuk apa semua ini. Kenapa bisa terjadi demikian, karena jiwa mereka dalam

(10)

menapaki kehidupan di alam dunia ini. Keterasingan (Alienasi) yang di alami oleh

orang-orang barat karena peradaban modern yang mereka bangun bermula dari penolakan

(Negation) terhadap hakikat rohaniyah secara gradual dalam kehidupan manusia.

Akibatnya manusia lupa terhadap eksistensi dirinya sebagai hamba di hadapan Tuhan

karena telah terputus dari akar-akar spiritualitas. Hal ini merupakan fenomena betapa

manusia modern memiliki spiritualitas yang akut. Pada gilirannya, mereka cenderung tidak

mampu menjawab berbagai persoalan hidupnya, dan kemudian terperangkap dalam

kehampaan dan ketidak bermaknaan hidup. Keimanan atau kepercayaan pada agama (Tuhan)

secara pragmatis merupakan kebutuhan untuk menenangkan jiwa, terlepas apakah objek

kualitas iman itu benar atau salah. Secara psikologis, ini menunjukkan bahwa agama itu

selalu mengajarkan dan menyadarkan akan nasib keterasingan manusia dari Tuhannya.

Manusia bagaimanapun juga tidak akan dapat melepaskan diri dari agama, karena manusia

selalu punya ketergantungan kepada kekuatan yang lebih tinggi di luar dirinya (Tuhan) atau

apapun bentuknya dan agama di turunkan oleh Sang Pencipta Dunia ini untuk memenuhi

kebutuhan dasar manusia sebagai makhluk rasional dan spiritual.

Dalam diri manusia tuntutan kebutuhan jasmani dan rohani harus di penuhi secara

bersamaan dan seimbang, kebutuhan jasmani dapat terpenuhi dengan hal-hal yang bersifat

materi sedangkan kebutuhan rohani harus di penuhi dengan yang bersifat spiritual seperti

ibadah, berdana punia, etika dan amal baik lainnya. Apabila kedua hal tersebut tidak dapat di

penuhi secara adil maka kehidupan manusia itu dapat di pastikan akan mengalami kekeringan

dan kehampaan bahkan tidak menutup kemungkinan bisa mengalami stres. Salah satu kritik

yang di tujukan kepada ilmu pengetahuan dan teknologi modern dari sudut pandang agama

ialah karena ilmu pengetahuan dan teknologi modern tersebut hanya terlihat secara

(11)

Pandangan masyarakat modern yang bertumpu pada prestasi sains dan teknologi, telah

meminggirkan dimensi transendental dunia. Akibatnya, kehidupan masyarakat modern

menjadi kehilangan salah satu aspeknya yang paling fundamental, yaitu aspek spiritual.

Agama datang membawa pesan universal dengan ajaran yang komprehensif menawarkan

solusi dalam berbagai permasalahan kehidupan umat manusia di antaranya berupaya untuk

mempertemukan kehidupan materialistis dan kehidupan spiritual manusia, menjadi

kehidupan yang harmonis antara keduanya. Di bawah bimbingan Tuhan Yang Maha Esa.

Umat Manusia yang beragama dapat membentuk pribadinya yang utuh untuk memperoleh

kebahagiaan dunia akhirat dengan melakukan ibadah dan amal baiknya, sehingga mereka

memperoleh kejayaan di segala bidang kehidupan. Agama mengajarkan kepada umatnya

akan keseimbangan untuk meraih kebahagian dan kesuksesan di dunia dan akhirat secara

bersamaan.

2.4. Peran Agama Dalam Modernisasi

Kemodernan selalu identik dengan kehidupan keserbadaan, sedangkan modernisasi

merupakan salah satu ciri dari peradaban maju. Modernisasi selalu di artikan sebagai suatu

proses yang melaluinya manusia menjadi mampu menguasai alam dengan memanfaatkan

teknologi modern. Masih banyak lagi pengertian modernisasi, namun intinya

menurut Lerner, modernisai itu mencangkup :

1. Pertumbuhan ekonomi secara mandiri dan berkelanjutan.

2. Partisipasi politik

3. Penyebaran norma-norma.

4. Tingginya tingkat mobilitas sosial dan geografis.

(12)

Modernitas tersebut menurut Hardgrave gejalanya dapat di lihat dalam tiga di mensi:

teknologis, organisasional dan sikap. Aspek teknologinya bisa di lacak pada dominasi

industrialisasi sehingga masyarakat dapat di bedakan menjadi pra-industri dan industri.

Sedangkan dimensi organisasional mengejawantah dalam tingkat diferensiasi dan spesialisasi

serta menjelma menjadi masyarakat sederhana dan masyarakat kompleks. Di pihak lain pihak

segi sikap dalam kemodernan mencangkup rasionalitas dan pertentangan cara pandang ilmiah

lawan magis religious, dari pandangan terakhir di atas jelas betapa marginal kedudukan

agama dalam masyarakat industri modern.

Ada dua corak agama yang memiliki cara yang berbeda dalam merespon tuntutan

perkembangan masyarakat, yaitu agama-agama penerima wahyu yang relative bisa bertahan

menghadapi arus gelombang modernisasi seperti Hindu, Budha, Islam, Protestan dan Kristen

Katolik agama-agama yang ada di indonesia penerima wahyu tuhan, yang begitu rentan

terhadap amukan modernisasi sehingga tidak mampu bertahan. Semua agama mempunyai

klaim yang sama, untuk dapat berlaku dalam semua situasi, dalam segala satuan sosial dan

dalam rentangan waktu yang tidak terbatas. Setiap agama memiliki empat isi pokok, yaitu :

doktrin, organisasi, ritual dan pemimpin. Kecanggihan unsur-unsur tersebut sangat tergantung

pada tingkat kemajuan yang di alami oleh masyarakat pendukungnya.

Karena itu agama yang mempunyai tingkat kecanggihan abstraksi yang rendah biasanya

sangat mudah terpengaruh oleh perubahan yang di alami pemeluknya. Salah satu penyebab

utama merosotnya peran agama dalam peradaban industri modern adalah karena agama di

anggap tidak memiliki kontribusi langsung bagi upaya mengejar kehidupan fisik-material.

Dari dampak yang telah di kemukakan di atas, terlihat jelas peran agama menjadi sangat

marginal, karena agama di anggap tidak dapat memberi kontribusi apapun dalam menghadapi

(13)

dalam melemahnya doktrin-doktrin yang ada, organisasi agama tidak mampu mengikuti

irama dan ritme perubahan sosial, ritual agama makin sedikit peminatnya,

Namun sebaliknya harus di pahami pula bahwa satu sisi, agamalah yang di harapkan bisa

memainkan peranan positif aktifnya dalam mengerem perilaku serakah, brutal, dan

mengancam kelangsungan hidup serta mengabaikan sama sekali spiritualitas dan

transendentalisme untuk di arahkan kepada kehidupan yang bertatanan ketuhanan,

kemanusiaan dan transendental dalam menuju dunia yang damai dan berperadaban. Di sinilah

letak peran penting pemimpin agama, untuk dapat menginterpretasi agama, dari berbagai

sudut pandang, rasional, universal dan mengejawantah “membumi” sesuai dengan kebutuhan

umat dan zaman, hingga agama tidaklah di pandang sebagai momok penghalang dari era

(14)

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Upaya preventif, dan menjadi salah satu problem tersulit untuk dihadapi, namun harus

menjadi komitmen bersama pemuka agama, adalah mencegah kemerosotan peran agama di

tengah era modern ini. Bila ditelaah dari aspek internal upaya pencegahan tergantung pada

performance empat isi agama.

Pertama, segi doktrin agama, tuntutannya adalah mengupayakan agar ajaran-ajaran

agama menjadi kontekstual, tugas ini tidak gampang. Konservatisme dan ortodoksi pemeluk

agama tidak mudah dibelokkan kearah kontekstualisasi. Pola pembelajaran agama (baca:

Hindu).

Kedua, pelembagaan agama ke dalam organisasi akan terhadang oleh arus sekularisasi

yang begitu gigih memutuskan kaitan antara yang profane dengan yang imanen. Agama di

putuskan hubungannya dengan masalah kenegaraan, karena keberagamaan adalah urusan

pribadi yang tidak perlu di campurtangani oleh pemerintah. Inilah debirokratisasi agama.

Kondisi seperti ini tentunya masih perlu di pikirkan kembali.

Ketiga, ritual agama yang dianggap menghambat produktivitas ekonomi masyarakat.

Penyegaran ritus agama juga tidak mudah karena harus pula berpegang pada kadar

otentisitasnya. Menghindari tuduhan bahwa agama sarat dengan superstisi, takhayul, dan lain

sebagainya yang dimana dengan sendirinya terkait pada rasionalisasi ritual-ritual agama.

Agama yang paling taat dan efisien ritualnya akan memiliki masa depan yang lebih baik.

Beralihnya orang kepada mistisisme adalah salah satu manifestasi dari proposisis ini.

Keempat, aspek kepemimpinan agama, tuntutan terberat adalah pengadaan pemimpin

(15)

memiliki penguasaan mendalam terhadap totalitas ajaran agama dan dinamika yang

menyertainya serta memilki wawasan dan pemahaman yang memadai pula tentang

kehidupan masyarakat industri modern dengan segala atributnya. Di sini ia pun di tuntut

memiliki kemampuan komunikasi kepada berbagai pihak. Disamping itu, secara personality

yang terpenting dari seorang “pemimpin agama” ia harus memiliki “good character”, artinya

pemimpin bukan hanya pandai berbicara, namun ia menjadi “panutan masyarakat’’ (tokoh

agama.

3.2. Saran

Walaupun kita sebagai individu yang mengikuti perkembangan zaman tetapi sebagai

seorang umat beragama yang baik kita harus tetap menjadikan agama sebagai landasan hidup

dan tidak menjadikan ego kita sebagai penuntun hidup, karena ego kita seringkali bertolak

belakang dengan norma-norma yang berlaku. Sebaiknya kita harus bisa membagi waktu

dengan sebaik-baiknya. Dengan maksud, jika pada saatnya beribadah gunakanlah waktu itu

(16)

DAFTAR PUSTAKA

1. John O. Voll, Pembaharuan dan Perubahan Dalam Sejarah Islam: Tajdîd dan

Ishlah, dalam John L. Esposito, Voices of Resurgent Islam, terj. Bakri

Siregar (Jakarta: Rajawali, 1987),

2. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II

(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),

5. masalah keimanan, kemanusiaan, dan kemoderenan, Cet. Ke- 2; Jakarta: Yayasan

Wakaf Paramadina, 1992.

6. Madjid, Nurcholish. Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Cet. Ke-IV; Bandung:

Mizan, 1991.

7. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya., Bandung., TTh.

Hendropuspito, Drs, Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1983

8. Thomas F O’dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengenalan Awal, Raja Grafindo

Persada, Jakarta, 1996

9. Depertemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cet. II

(Jakarta: Balai Pustaka, 1989),

10. Rusli Karim, Agama, Modernisasi dan Sekulerisasi, Cet. I (Yogyakarta: Tiara

(17)

11. Kamal Hassan, Muhammad. Muslim Intellectual Responses to “New Order”

Modernization in Indonesia, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka,

Kementerian Pelajaran Malaysia, 1960.

12. Dadang Kahmad, Sosiologi Agama, PT Remaja Rosdakarya., Bandung., TTh.

Hendropuspito, Drs, Sosiologi Agama, Kanisius, Yogyakarta, 1983.

13. Thomas F O’dea, Sosiologi Agama : Suatu Pengenalan Awal, Raja Grafindo

Referensi

Dokumen terkait

lebih banyak dan memberikan kepuasan yang lebih besar untuk kedua pihak BUSINESS PRACTICE 4 STIE ASIA... Warisan 2 Ha Untuk

(2011) Transcriptomic evidence that longevity of acquired plastids in the photosynthetic slugs Elysia timida and Plakobrachus ocellatus does not entail lateral transfer

Oleh karena itulah perlu adanya perancangan branding dan media promosi pendukung yang tepat sehingga brand tersebut dapat melekat di benak konsumen dan menarik minat konsumen

Dari riset yang penulis lakukan, dalam melakukan kegiatan promosi Dinas Pariwisata Kota Salatiga sudah mengunakan media cetak, radio dan media sosial untuk meningkatkan

Tujuan pemetaan bahaya dan risiko bencana alam ini adalah untuk mengctahui tingkat bahaya bencana alarn berupa longsorlahan, banjir, dan erosi akibat aktivitas

mungkin merupakan salah satu pilihan olahraga wajib bagi para mahasiswa. Tidak dapat dipungkiri bahwa nantinya persewaan lapangan futsal ini menjadi sebuah kebutuhan bagi

- Jumlah Paket Pemeliharaan Halaman Kantor Dinas Perindag yang Tertata dan Terpelihara dengan Baik. - Pemeliharaan Rutin / Berkala Gedung

(5) Any proposed tai·iff may be approved by the aeronautical authorities of a Contracting Patty at any time and, provided it has been filed in accordance