KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirabbil’alamin puja dan puji syukur kami panjatkan ke
hadirat Allah Subhanahuwata’ala dan shalawat serta salam kami persembahkan
kepada nabi Muhammad SAW karena atas rahmat dan hidayah Allah kami telah
dapat menyelesikan makalah yang berjudul
“EKONOMI ISLAM
” ini, serta ucapan
terimakasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman yang telah membantu dalam
proses penyusunan makalah ini. Tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Studi Islam pada perkuliahan semester genap
ini dan kami juga mengharapkan makalah ini dapat dijadikan pengantar bagi
mahasiswa yang ingin mempelajari Ekonomi lebih mendalam khususnya tentang
Ekonomi islam.
Didalam proses penyusunan makalah ini terdapat beberapa kesulitan yang
kami hadapi yang pada akhirnya dengan usaha dan permohonan kami kepada tuhan,
satu persatu masalah yang kami hadapi dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa terdapat kekurangan-kekurangan yang ada dalam
makalah ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis dalam pengetahuan
tentang pokok bahasan yang dipaparkan dalam makalah ini, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan materi
yang dibahas dalam makalah ini, semoga keterbatasan makalah ini tidak menjadi
halangan pembaca dalam memahami makalah ini.
Ciputat, 1 April 2014
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...1
DAFTAR ISI...2
BAB I...3
PENDAHULUAN...3
A. Latar belakang...3
B. Rumusan Masalah...4
C. Tujuan penulisan...4
D. Manfaat Penulisan...4
BAB II...5
PEMBAHASAN...5
A. Definisi Ekonomi Islam...5
B. Ajaran Islam Tentang Ekonomi...6
a.
Konsep Dasar Ekonomi Islam...6
b. Prinsip-prinsip Ekonomi Islam...7
C. Lembaga – Lembaga Ekonomi Islam (syariah)...9
a.
Pengertian lembaga ekonomi islam (syariah)...9
b. Lembaga ekonomi islam...9
D. Perbankan Islam / Perbankan Syariah...18
E. Kekuatan Ekonomi Umat Islam...23
F.
Islam dan Etos kerja...26
BAB III...29
PENUTUP...29
A. KESIMPULAN...29
B. SARAN...29
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia sebagai makhluk individu, telah
disediakan oleh Allah SWT, beragam benda yang dapat memenuhi kebutuhannya.
Dalam rangka pemenuhan kebutuhan yang beragam tersebut, tidak mungkin dapat
diproduksi sendiri oleh individu yang bersangkutan. Dengan kata lain, ia harus
bekerja sama dengan orang lain. Hal itu bisa dilakukan, tentunya harus didukung oleh
suasana yang tentram. Ketentraman akan dapat dicapai apabila keseimbangan
kehidupan di dalam masyarakat tercapai.
1Untuk mencapai keseimbangan hidup di dalam masyarakat diperlukan
aturan-aturan yang dapat mempertemukan kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat. Langkah perubahan perekonomian umat Islam, khususnya di Indonesia
harus dimulai dengan pemahaman bahwa kegiatan ekonomi dalam pandangan Islam
merupakan tuntutan kehidupan yang berdimensi ibadah. Hal ini tercantum dalam QS.
Al–A’raf: 10, yang artinya: “Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian
di muka bumi dan Kami adakan bagimu di muka bumi itu sumber penghidupan.
Amat sedikitlah kamu bersyukur”. Selain itu disebutkan juga dalam (QS. Al-Mulk:
15, QS. AnNaba’: 11 dan QS. Jumu’ah :10).
Kegiatan ekonomi Islam tidak semata-mata bersifat materi saja, namun juga
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup seseorang secara sederhana. Islam
sangat menekankan bahwa kegiatan ekonomi manusia merupakan salah satu
perwujudan dari pertanggungjawaban manusia sebagai khalifah di bumi agar
keseimbangan dalam kehidupan dapat terus terjaga. Dalam konteks ajaran Islam,
ekonomi Islam atau yang juga dikenal dengan ekonomi Syariah merupakan nilai-nilai
sistem ekonomi yang dibangun berdasarkan ajaran Islam
2sebagaimana Muhammad
1 Abdullah Abd al-Husain al-tariqi, Ekonomi Islam: Prinsip, Dasar dan Tujuan, Terjemahan, (Yogyakarta: Magistra Insania Press, 2004), hlm.14
bin Abdullah al-Arabi mendefinisikan:
“Ekonomi Islam adalah kumpulan
prinsip-prinsip
umum tentang ekonomi yang diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah, dan
pondasi ekonomi yang dibangun diatas dasar pokok-pokok tersebut dengan
mempertimbangkan kondisi lingkungan dan waktu”.
B.
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Apa sumber-sumber ajaran ekonomi islam ?
2. Apa saja badan-badan ekonomi yang terlibat dalam kegiatan dan
perkembangan ekonomi islam ?
C.
Tujuan penulisan
1. Mahasiswa Memahami Sumber-Sumber Ajaran Ekonomi Islam.
2. Mngetahui sejauh mana perkembangan ekonomi islam
3. Mengetahui apa saja badan-badan ekonomi yang terlibat dalam perkembangan
ekonomi islam
D.
Manfaat Penulisan
Hasil dari penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada semua pihak,
khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan wawasan dalam
mata kuliah Pengantar study islam.
BAB II
Ekonomi islam adalah kumpulan dari dasar-dasar umum ekonomi yang
diambil dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah serta dari tatanan ekonomi yang
dibagung dari dasar-dasar tersebut, sesuai dengan macam bi’ah (lingkungan) dan
setiap zaman.
Pada definisi tersebut dua hal pokok yang menjadi landasan hukum sistem
ekonomi islam,yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Hukum-hukum yang diambil
dari kedua landasan pokok tersebut secara konsep dan prinsip adalah tetap (tidak
dapat berubah kapanpun dan dimana saja), tetapi pada praktiknya untuk hal-hal dan
situasi serta kondisi tertentu bisa saja berlaku luwes atau murunah dan ada pula yang
mengalami perubahan.
3Menurut beberapa ahli pengertian ekonomi islam adalah sebagai berikut:
a. M. Akram Kan
Ilmu ekonomi islam bertujuan untuk melakukan kajian tentang kebahagiaan
hidup manusia yang dicapai dengan mengorganisasikan sumber daya alam
atas dasar berkerjasama dan pertisipasi.
b. Muhammad Abdul Mannan
Ekonomi islam adalah ilmu pengetahuan sosial yang mempelajari
masalah-masalah ekonomi masyarakat yang diilhami oleh nilai-nilai islam.
c. M.Umer Chapra
Ekonomi islam adalah sebuah pengetahuan yang membantu upaya realisasi
kebahagiaan manusia melalui alokasi dan distribusi sumber daya yang terbatas
yang berada dalam koridor yang mengacu pada pengajaran islam tanpa
memberikan kebebasan individu atau tanpa perilaku makro ekonomi yang
berkesinambungan dan tanpa ketidakseimbangan lingkungan.
d. Muhammad Nejatullah Ash-Sidiqy
Ilmu ekonomi islam adalah respon pemikir muslim terhadap tantangan
ekonomi pada masa tertentu. Dalam usaha keras ini mereka dibantu oleh
Al-Qur’an dan Sunnah, akal (ijtihad) dan pengalaman.
e. Kursyid Ahmad
Ilmu ekonomi islam adalah sebah sistematis untuk memahami
masalah-masalah ekonomi dan tingkah laku manusia secara relasional dalam perspektif
islam
4B.
Ajaran Islam Tentang Ekonomi
a.
Konsep Dasar Ekonomi Islam
Konsep dasar islam adalah tauhid atau meng-Esa-kan Allah. Tauhid di
bidang ekonomi adalah menempatkan Allah sebagai Sang Maha Pemilik yang
selalu hadir dalam tiap nafas kehidupan manusia muslim. Dengan
menempatkan Allah sebagai satu-satunya Pemilik maka otomatis manusia
akan ditempatkan sebagai pemilik “hak guna pakai” yang bersifat sementara
terhadap harta yang dimilikinya.
Dengan demikian realitas realitas kepemilikan mutlak oleh manusia
tidak dibenarkan dalam islam, sebab hal ini berarti mengingkari
tauhid;
atau
istilah lainnya melakukan syirik-Pengaturan, dan orangnya disebut musyrik
atau musyrik-Pengaturan. Padahal syirik itu merupakan dosa yang paling
besar. Dalam Al-Qur’an disebut
“Inna syirka la-dzulmun ‘adsim”
(
sesungguhnya syirik itu merupakan dosa yang paling besar).
Islam memang mengakui hak setiap individu sebagai pemilik atas apa
yang diperolehnya melalui berkerja dalam pengertian yang seluas-luasnya,
dan manusia berhak untuk mempertukarkan haknya itu dalam batas-batas
yang telah ditentukan dalam hukum islam. Persyaratan-persyaratan dan
batas-batas hak milik dalam islam sesuai dengan kodrat manusia itu sendiri, yaitu
dengan sistem keadilan dan sesuai dengan hak-hak semua pihak yang terlibat
didalamnya.
Contohnya, si-A bercocok tanam dengan sistem pengairan tadah hujan.
Ia mmebeli bibit tanaman seharga Rp. 200.000. Ia pun kemudian membajak
tanah dan menanam bibit tanaman itu. Setelah 2,5 bulan ia memetik hasil
panenan. Karena curah hujan bagu dan udara mendukung, ia memperoleh
panenan yang baik senilai Rp. 2.000.000. berapa rupiahkah sebenarnya hasil
usaha si-A?
Orang serakah akan mengatakan Rp. 1.800.000 (Rp. 2.000.000 – Rp.
200.000). Tapi manusia beriman akan memperhitungkan faktor alam, yakni
curah hujan yang bagus dan udara yang mendukung. Sekiranya curah hujan
dan udara yang tidak mendukung apa hasil panen akan sama? Pasti beda.
Mungkin hasil panenannya hanya Rp. 1.000.000. dengan memperbandingkan
faktor alam dalam contoh kasus ini, nalar manusia yag sehat akan mengatakan
betapa besar anugrah Allah dalam setiap rizki dan harta yang kita peroleh. Di
sinilah letak logisnya bahwa dari setiap hasil usaha dan harta itu ada hak Allah
yang diperuntukan bagi manusia yang berhak menerimanya.
5b.
Prinsip-prinsip Ekonomi Islam
Dengan memahami konsep dasar dari ekonomi islam sendiri maka munculah
adanya Prinsip-prinsip ekonomi islam. Prinsip-prinsip secara garis besar dapat
dijabarkan sebagai berikut :
1. Sumber daya dipandang sebagai amanah Allah kepada manusia, sehingga
pemnfaatannya haruslah bisa dipertanggungjawabkan di akhirat kelak.
Implikasinhya adalah manusia harus menggunakanya dalam kegiatan
yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
2. Kepemilikan pribadi diakui dalaam batas-batas tertentu yang
berhubungan dengan kepentingan masyarakat dan tidak mengakui
pendapatan yang diperoleh secaara tidak sah.
3. Bekerja adalah kekuatan penggerak utama kegiatan ekonomi islam(QS
4:29). Islam mendorong manusia untuk berkerja dan berjuang untuk
mendapatkan materi/harta dengan berbagai cara,asalakan mengiki=uti
aturan yang telah ditetapkan. Hal ini dijamin oleh Allah bahwa Allah telah
menetakan rizki setiap makhluk yang diciptakannya.
4. Kepemilikan kekeyaan tidak bolehhanyadimiliki oleh segelintir
orang-orang kaya, dan harus berperan sebagai kapital produktifyang akan
meningkatkan besaran produk nasional dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.
5. Islam menjamin kepemilikan masyarakat dan penggunaannya
dialokasikan i=untuk kepentingan orang banyak. Prinsip ini disadari oleh
sunnah Rasulullah yang menyatakan bahwa masyarakat mempunyai hak
yang sama atas air, padang rumput, dan api.
6. Seorang muslim harus tunduk pada Allah dan hari pertanggungjawaban di
akhirat (QS 2:281). Kondisi ini akan mendorong seorang muslim
menjauhkan diri dari hal-hal yang berhubungan dengan maisir, gharar,
dan berusaha dengan cara yang batil, melampaui batas, dan sebagainya.
7. Zakat harus dibayarakan atas kekayaan yang telah memenuhi batas
(nisab). Zakat ini merupakan alat distribusi sebagian kekayaan orang kaya
yang ditujukan untuk orang miskin dan mereka yang membutuhkan.
Menurut pendapat ulama, zakat dikenakan 2,5% untuk semua kekayaan
yang tidak produktif, termasuk didalamnya uang kas, deposito, emas,
perak, da permata, dan 10% dari pendapatan bersih investasi.
8. Islam melarang riba dalm segala bentuknya.
6C.
Lembaga – Lembaga Ekonomi Islam (syariah)
a.
Pengertian lembaga ekonomi islam (syariah)
Lembaga ekonomi islam merupakan salah satu instrument yang digunakan
untuk mengatur aturan – aturan ekonomi islam. Sebagai bagian dari sistem
ekonomi, lembaga tersebut merupakan bagian dari keseluruhan sistem sosial.
Oleh karenanya, keberadaanya harus dipandang dalam konteks keseluruhan
keberadaan masyarakat, serta nilai – nilai yang berlaku dalam masyarakat
yang bersangkutan
7b.
Lembaga ekonomi islam sebagai berikut :
A.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah
6 Eko Suprayitno, Ekonomi Islam: Pendekatan Ekonomi Makro Islam dan Konvensional,(Yogyakarta: Graha Ilmu, 2005), hlm. 2-3
Menurut undang undang ( UU ) perbanka No. 7 tahun 1992, BPR
adalah lembaga keuangan yang menerima simpanan uang hanya dalam bentuk
deposito berjangka tabungan dan atau BPR. Pada UU perbankan NO.10 tahun
1998, disebutkan bahwa BPR adalah lembaga keuangan bank yang melaksana
kegiatan usahanya secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah.
Pengaturan pelaksanaan BPR yang menggunakan prinsip syariah
tertuang pada surat direksi Bank Indosnesia No. 32/36/KEP/ tentang Bank
Perkreditan Rakyat berdasarkan Prinsip Syariah tanggal 12 mei 1999. Dalam
hal ini pada teknisnya BPR syariah beroprasi layaknya BPR konvensional
namun menggunakan prinsip syariah.
Usaha – Usaha BPR Syariah
UU BPR Syariah Kemudian dipertegas dalam kegiatan oprasional BPR
Syariah dalam pasal 27 SIK DIR. BI 32/36/1999, Sebagai berikut :
a) Menghimpun dana dari masyrakat dalam bentuk simpanan yang
meliputi :
Tabungan berdasrkan prinsip wadiah dan mudharabah
Deposito berjangka berdasrkan prinsip mudharabah
Bentuk lain yang menggunakan prinsip wadiah atau mudharabah
b) Melakukan penyaluran dana melalui :
Transaksi Jual beli melalui prinsip mudharabah, istishna, salam, ijarah,
dan jual beli lainya.
Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip mudharabah, musyarakah,
dan bagi hasil lainya.
Pembiayaan lain berdasrkan prinsip rahn dan qardh
c) Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan BPR Syariah sepanjang
disetujui oleh dewan Syariah Nasioanl
8B.
Bank Syariah
Istilah bank tanpa bunga sebenarnya dapat memberikan konotasi yang
berbeda dari esensi Bank Syariah. Istilah tanpa bunga sering diasosiasikan
dengan tanpa biaya ( No Interest ) yang sebenarnya tidak tepat. Oleh karena
itu sebaiknya kita pakai saja istilah Bank bagi hasil yang juga dipakai Bank
Indonesia atau tepatnya Bank Syariah.
9Bank syariah merupakan sebuah
lembaga keuangan yang berdasarkan hukum Islam yang adalah merupakan
sebuah lembaga baru yang amat penting danm strategis peranannya dalam
mengatur perekonomian dan mensejahterakan umat Islam.
10Cara oprasi Bank Syariah ini hakikatnya sama dengan Bank
Konvensional biasa, yang berbeda hanya dalam masalah bunga dan praktek
lainya yang menurut syariat islam tidak dibenarkan. Bank syariah memang
tidak menggunakan konsep bunga seperti bank konvensional lainnya. Namun
bukan berarti bank syariah tidak mengenakan beban kepada mereka yang
menikmati jasanya. Beban tetap ada namun konsep dan cara perhitunganya
tidak seperti perhitungan bunga dalam bank konvensional . untuk menjawab
ini kita harus mengenal beberapa produk utama Bank Syariah yang akan kita
jelaskan dibawah ini
a. Produk Bank Syariah
Produk perbankan syariah secara umum dikelompokan menjadi 3 bagian,
yaitu :
1. Penyaluran Dana
Prinsip Jual Beli (Ba’i)
Jual beli dilaksanakan karena adanya pemindahan kepemilikan
barang. Keuntungan bank disebutkan di depan dan termasuk harga
dari harga yang dijual. Terdapat tiga jenis jual beli dalam
pembiayaan modal kerja dan investasi dalam bank syariah, yaitu:
Ba’i Al Murabahah
:
Jual beli dengan harga asalditambah
keuntugan yang disepakati antara pihak bank dengan
nasabah, dalam hal ini bank menyebutkan harga barang
kepada nasabah yang kemudian bank memberikan laba
dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan.
9 Sofyan Syafari Harapan , Jakarta, 1997, ( hal 94-95)
Ba’i Assalam
: Dalam jual beli ini nasabah sebagai pembeli
dan pemesan memberikan uangnya di tempat akad sesuai
dengan harga barang yang dipesan dan sifat barang telah
disebutkan sebelumnya. Uang yang tadi diserahkan
menjadi tanggungan bank sebagai penerima pesanan dan
pembayaran dilakukan dengan segera.
Ba’i Al Istishna
: Merupakan bagian dari Ba’i Asslam
namun ba’i al ishtishna biasa digunakan dalam bidang
manufaktur. Seluruh ketentuan Ba’i Al Ishtishna mengikuti
Ba’i Assalam namun pembayaran dapat dilakukan beberapa
kali pembayaran.
Prinsip Sewa (Ijarah)
Ijarah adalah kesepakatan pemindahan hak guna atas barang atau
jasa melalui sewa tanpa diikuti pemindahan kepemilikan atas
barang yang disewa. Dalam hal ini bank meyewakan peralatan
kepada nasabah dengan biaya yang telah ditetapkan secara pasti
sebelumnya
Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Dalam prinsip bagi hasil terdapat dua macam produk, yaitu:
pemilik modal berhak dalam menetukan kebijakan usaha
yang dijalankan pelaksana proyek.
Mudharabah
: Mudharabah adalah kerjasama dua orang atau
lebih dimana pemilik modal memberikan memepercayakan
sejumlah modal kepada pengelola dengan perjanjian
pembagian keuntungan. Perbedaan yang mendasar antara
musyarakah dengan mudharabah adalah kontribusi atas
manajemen dan keuangan pada musyarakah diberikan dan
dimiliki dua orang atau lebih, sedangkan pada mudharabah
modal hanya dimiliki satu pihak saja.
2. Penghimpun Dana
Penghimpunan dana pada bank syariah meliputi giro, tabungan, dan
deposito. Prinsip yang diterapkan dalam bank syariah adalah:
Prinsip Wadiah
Wadi’ah amanah prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan
oleh dititipi. Wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan
harta titipan
Prinsip Mudharabah
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak penyimpan,
maka prinsip mudharabah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu:
Mudharabah mutlaqah
: prinsipnya dapat berupa tabungan
dan deposito, sehingga ada dua jenis yaitu tabungan
mudharabah dan deposito mudharabah. Tidak ada
pemabatasan bagi bank untuk menggunakan dana yang
telah terhimpun.
Mudharabah muqayyadah on balance sheet
: jenis ini
adalah simpanan khusus dan pemilik dapat menetapkan
syarat-syarat khusus yang harus dipatuhi oleh bank, sebagai
contoh disyaratkan untuk bisnis tertentu, atau untuk akad
tertentu.
Mudharabah muqayyadah off balance sheet
: Yaitu
penyaluran dana langsung kepada pelaksana usaha dan
bank sebagai perantara pemilik dana dengan pelaksana
usaha. Pelaksana usaha juga dapat mengajukan
syarat-syarat tertentu yang harus dipatuhi bank untuk menentukan
jenis usaha dan pelaksana usahanya.
3. Jasa Perbankan
Selain dapat melakukan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana,
bank juga dapat memberikan jasa kepada nasabah dengan mendapatkan
imbalan berupa sewa atau keuntungan, jasa tersebut antara lain:
Sharf (Jual Beli Valuta Asing) Adalah jual beli mata uang yang
tidak sejenis namun harus dilakukan pada waktu yang sama (spot).
Bank mengambil keuntungan untuk jasa jual beli tersebut.
(custodian), dalam hal ini bank mendapatkan imbalan sewa dari
jasa tersebut.
11C.
Asuransi Syariah
Pengertian asuransi syariah menurut fatwa DSN-MUI adalah usaha
saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang atau pihak
melalui investasi dalam bentuk asset atau tabbarru memberikan pola
pemngembalian risiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah
Pendapat ulama tentamg Asuransi
Pada awalnya para ulama berbeda pendapat dalam menentukan
keabshan praktek hukum asuransi, disanalah menjadi kontroversial, dari
masalah ini dapat dipilah menjadi dua kelompok yaitu : adanya ulama yang
mengharamkan asuransi dan ada juga yang memperbolehkan asuransi.
Asuransi Syariah haram karena
1. Gharar : terlihat dari unsur ketidak pastian tentang sumber dana yang
digunakan utuk menutupi klaim dan hak pemegang polis.
2. Maysir yaitu unsur judi yang digambarkan dengan kemungkinan
adanya pihak yang dirugikan diatas keuntungan pihak lain.
3. Riba adalah asuransi
4. Asuransi obyek bisnis yang digunakan pada hidup matinya seseorang,
yaitu berarti mendahului takdir Allah
Argumen Ulama dalam memperbolehkan asuransi, adalah
1. Tidak terdapat nash Al-quran atau hadist yanag melarang asuransi
2. Dalam asuransi terdapat kesepakatan dan kerelaan antara kedua belah
pihak
3. Asuransi menguntukan kedua belah pihak
4. Asuransi mengandung unsur kepentingan umum, sebab premi – premi
yang dapat diinvestasikan dalam kegiatan pembangunan
5. Asuransi termasuk akad mudharobah antara pemegang polis dengan
perusahaan asuransi
11 Pusat komunikasi ekonomi syariah “ Lembaga Bisnis Syariah, diakses pada 25 maret 2014 dari
6. Asuransi termasuk syirikah at-ta’awuniyah, usaha bersama yang
didasrkan pada prinsip tolong menolong. “ Allah senantiasa menolong
hamba-nya selama ia menolong sesamanya “ (Qs. Al-maidah :2 ) “
Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan
memenuhi kebutuhanya (HR. Abu Daud )
12D.
Pegadaian Syariah
Pegadaian syariah dalam hukum Islam berjalan diatas dua akad
transaksi syariah yaitu
1. Akad Rahn Secara istilah rahn berarti menjadikan sesuatu barang
yang berharga sebagai jaminan hutang dengan dasar bisa diambil
kembali oleh orang yang berhutang setelah dia mampu menebusnya.
2. Akad Ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan atau jasa
melalui pembayaran upah sewa. Melalui akad ini dimungkinkan bagi
penggadai untuk menarik sewa atas penyimpanan barang yang
berharga milik nasabah yang telah melakukan akad
E.
BMT atau Baitul mal wa Tamwil
BTM terdiri dari dua istilah yaitu baitul mal dan baitutl tamwil. Baitul
maal lebih mengarah pada usaha –usaha pengumpulan dan penyaluran dana
yang non profit, seperti zakat, infak dan shadaqoh. Sedangkan baitul tamwil
sebagai usaha pengumpulan dana dan penyaluran dana komersial
Maal wat Tamwil (BMT) atau Usaha Mandiri Terpadu, adalah
lembaga keuangan mikro yang dioperasikan dengan prinsip bagi hasil,
menumbuh kembangakan bisnis usaha mikro dalam rangka mengangkat
derajat dan martabat serta membela kepentingan kaum fakir miskin ,
ditumbuhkan atas prakarsa dan modal awal dari tokoh – tokoh masyarakat
setempat dengan berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam :
keselamatan (berintikan keadilan ), kedamaian , dan kesejahteraan.
BMT bersifat terbuka , independen ,tidak partisan, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis ekonomi
yang produktif bagi anggota dan kesejahteraa sosial masyarakt sekita,
terutama usaha mikro dan fakir miskin.
F.
Reksa Dana Syariah
Salah satu produk investasi yang sudah menyesuaikan diri dengan
aturan-aturan syariah adalah reksadana. Produk investasi ini bisa menjadi
alternativ yang baik untuk menggantikan produk perbankan yang pada saat ini
dirasakan memberikan hasil yang relatif kecil.
Reksadana syariah adalah reksadana yang beroperasi menurut
ketentuan dan prinsip syariah Islam,Yang merupakan sebuah wadah dimana
masyarakt dapat menginvestasikan dananya.
13G.
Obligasi Syariah
Obligasi Syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat
jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh
kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut
syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara priodik
menurut akad.
Perbedaan mendasar antara Obligai Syariah dan Obligasi
Konvensional adalah terletak pada penetapan bunga yang besarnya sudah
ditentukan di awal transaksi jual beli, sedangkan pada obligasi syariah saat
perjanjian jual beli tidak ditentukan besarnya bunga, yang ditentukan adalah
berapa proporsi pembagian hasil apabila mendapatkan keuntungan di masa
mendatang.
14H.
Koperasi Syariah
13 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( http://lorong2ilmu.blogspot.com/2013/07/konsep-lembaga-keuangan-syariah.html diakses 25 maret 2014 )
Koperasi sebagai sebuah istilah yang telah diserap kedalam bahasa
Indonesia . secara seistematic koperasi berarti kerja sama, kata koperasi
mempunyai padanan makna dengan kata syirkah dalam bahasa arab. Syirkah
ini merupakan wadah kemitraan, kerjasama, kekeluargaan, kebersamaan
usaha yang sehat baik dan halal yang sangat terpuji dalam islam.
Menurut Row Ewell paul koperasi merupakan wadah perkumpulan
(asosiasi ) sekelompok orang utnuk kerja sama dalam bidang bisnis yang
saling menguntungkan diantara anggota perkumpulan. Prinsip operasional
koperasi secara internal dan eksternal
Keanggotaan sekarela dan terbuka
Pengendalian oleh anggota secara demokrastis
Partisipasi ekonomi anggota
Otonomi dan kebebasan
Pendidikan , pelatihan dan informasi
Kerjasama antar koperasi
Kepedulian terhadap komunikasi
15D.
Perbankan Islam
/ Perbankan Syariah
a. Pengertian dan Sejarah Singkat Bank Islam / Bank Syariah
Bank Islam atau bank syariah adalah bank yang beroperasi sesuai
dengan prinsip-prinsip syariah Islam atau bank yang tata cara beroperasinya
mengacu kepada ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits.
16Selanjutnya, yang dimaksud dengan prinsip-prinsip syariah di dalam
pengertian ini adalah prinsip-prinsip atau ketentuan mengenai hukum
muamalat. Dalam ketentuan hukum muamalat, prinsip utama muamalat
ekonomi atau perbankan islami adalah menghindarkan diri dan menjauhkan
diri dari unsur-unsur riba dengan menggantinya dengan sistem bagi hasil dan
pembiayaan perdagangan. Riba secara bahasa berarti al-ziyadah yang berarti
15 Eko budiawan “Lembaga keuangan Syariah”( diakses 25 maret 2014 )