• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan - Pengaruh Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Hutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

LANDASAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Keagenan

Teori keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih pemilik menyewa orang lain (agen) untuk melakukan beberapa jasa demi kepentingan mereka dengan mendelegasikan beberapa wewenang untuk membuat keputusan agen. Dalam teori agency, pemilik dan agen (manajer) mempunyai kepentingan yang berbeda. Konflik keagenan merupakan hal yang merugikan bagi pencapaian tujuan dari masing-masing pihak. Kondisi ini menuntut adanya suatu bentuk tindakan berupa suatu mekanisme yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan dari kedua pihak.

(2)

8 yaitu pertama, bagian substantif dari kekayaan mereka dalam sumber daya manusia di perusahaan, membuat manajer nondiversifiable. Kedua, manajer akan terancam reputasinya demikian juga kemampuan menghasilkan earning

perusahaan apabila perusahaan mengalami kebangkrutan.

Konflik agency dapat mendasari seseorang bertindak untuk memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum memenuhi kepentingan orang lain. Manajer tidak selalu menanggung resiko atas kesalahan dalam pengambilan keputusan begitu pula jika mereka tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan. Resiko tersebut sepenuhnya ditanggung oleh pemegang saham. Hal ini memotivasi manajer melakukan pengeluaran yang bersifat konsumtif untuk keperluan pribadinya seperti peningkatan gaji, bonus, dan status.

Hubungan keagenan mengakibatkan adanya agency cost yang mencakup monitoring cost seperti biaya pemeriksaaan akuntansi oleh auditor independen dan prosedur pengendalian intern, pengeluaran insentif sebagai kompensasi untuk menejemen atas prestasi yang konsisten terutama dalam hal memaksimumkan nilai perusahaan (Sartono, 2001).

2.1.2 Kebijakan Hutang

Kebijakan dapat diartikan sebagai suatu keputusan, ketentuan, program atau rencana kerja untuk menyelesaikan permasalahan. Bagaimana perusahaan dapat mengambil langkah atau keputusan dalam masalah pendanaan.

(3)

9 masa lalu yang harus dibayar dengan kas, barang atau jasa (Baridwan, 2004; 49). Hutang mengakibatkan adanya ikatan yang memberikan hak kepada kreditur untuk mengklaim aktiva perusahaan. Hutang dapat diklasifikasikan menjadi dua golongan yaitu hutang lancar dan hutang jangka panjang. Hutang lancar adalah yang penyelesaiannya harus dilakukan dengan penggunaan aktiva lancar atau pembentukan aktiva lainnya atau dapat diartika sebagai kewajiban yang akan jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Kewajiban yang mempunyai jatuh tempo lebih dari satu tahun disebut dengan huatng jangka panjang.

Menurut Kurniati (2007), kebijakan hutang merupakan keputusan yang diambil perusahaan untuk menggunakan hutang sebagai salah satu sumber pendaaan dalam perusahaan untuk mendanai operasional perusahaan. Untuk memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan, pemegang saham lebih menginginkan pendanaan perusahaan dengan menggunakan dana eksternal yaitu hutang. Dengan penggunaan hutang hak mereka terhadap perusahaan tidak akan berkurang. Para pemegang saham hanya perduli pada resiko sistematik dari saham. Manajer tidak menyukai pendanaan yang berasal dari hutang dengan alasan mengandung resiko yang tinggi. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan resiko kebangkrutan.

2.1.3 Dividen

(4)

10 jumlah lembar yang di miliki (Baridwan, 2004 ; 57). Dividen juga adalah bagian dari montoring aktivitas perusahaan oleh pemilik terhadap pihak manajemen sebagai agen. Perusahaan akan cenderung membayar dividen yang lebih besar jika menejemen memiliki proporsi saham yang lebih rendah.

Dividen kepada pemegang saham akan mengakibatkan berkurangnya laba ditahan yang tesedia sebagai sumber pembiayaan investasi yang dikendalikan oleh manajemen. Semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil. Hal ini mengakibatkan menejemen haarus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar berupa hutang atau penjualan saham baru. Hutang akan mengurangi kekuasaaan menejemen terhadap pengendalian perusahaan, karena adanya entitas lain yang memberikan hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.

(5)

11 menyediakan sejumlah dana untuk membayar jumlah dividen yang tetap tersebut sehingga kebutuhan pendanaan perusahaan akan meningkat.

Adanya pembayaran dividen yang tetap menyebabkan timbulnya suatu kebutuhan dana yang tetap setiap tahunnya sehingga kebutuhan dana perusahaan akan meningkat. Perusahaan yang memiliki dividen payout ratio

yang tinggi lebih menyukai pendanaan dengan modal sendiri karena pembayaran dividen akan meningkatkan kewajiban perusahaan dan pembayaran dividen umumnya dilakukan setelah perusahaan melakukan pembayaran terhadap bunga dan cicilan hutang.

Pembagian dividen akan menurunkan tingkat hutang perusahaan. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Ismiyati dan Hanafi (2003) yang mengatakan bahwa penmbagian dividen berhubungan negatif dengan debt ratio.

2.1.4 Struktur Aset

Struktur Aset adalah komponen dari aktiva yang terdiri dari aktiva lancar dan aktiva tetap. Struktur aset berhubungan dengan kekayaan perusahaan yang dapat dijadikan jaminan yang lebih fleksibel akan cenderung mengunakan hutang lebih besar daripada perusahaan yang struktur asetnya tidak fleksibel. Perusahaan yang aktivanya sesuai untuk dijadikan jaminan kredit akan lebih banyak menggunakan hutang karena investor akan selalu memberikan pinjaman apabila mempunyai jaminan.

(6)

12 aktiva tetap dalam jumlah yang besar. Aktiva tetap tersebut dapat dijadikan sebagai jaminan oleh manajer kepada kreditor sehingga manajer dapat memperoleh pinjaman dengan mudah.

Perusahaan yang mempunyai aktiva tetap jangka panjang lebih besar, maka perusahaan tersebut akan banyak menggunakan hutang hipotik jangka panjang dengan harapan aktiva tersebut dapat digunakan untuk menutup tagihannya. Sebaliknya, perusahaan yang sebagian aktiva yang dimiliki berupa piutang dan persediaan barang yang nilainya sangat tergantung pada kelanggengan tingkat profitabilitas perusahaan, tidak begitu tergantung pada pembiayaan hutang jagka panjang dan lebih tergantung pada pembiayaan jangka pendek.

Aktiva tetap seringkali digunakan sebagai jaminan dalam mendapatkan hutang, sehingga perusahaan yang banyak memiliki aktiva tetap akan mendapatkan hutapng yang lebih banyak dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki aktiva tetap lebih sedikit. Investor akan lebih mudah untuk memberikan pinjaman atau hutang jika ada jaminan.

2.1.5 Ukuran Perusahaan

(7)

13 sehingga dikatakan ada hubungan positif antara ukuran perusahaan dengan rasio hutang.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan ini mengacu pada penelitian terdahulu yang berhubungan dengan kebijakan hutang. Penelitian-penelitian tersebut yaitu:

Penelitian oleh Meiliana Nababan (2011) menguji pengaruh kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional terhadap kebijakan hutang: studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional. Variabel kontrol yang digunakan adalah dividen, struktur aset, ukuran perusahaan. Variabel dependen (terikat) yang digunakan adalah kebijakan hutang. Hasil penelitian menyatakan bahwa kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dividen bernilai negatif yang menunjukkan arah hubungan yaitu perubahan pada salah satu variabel akan diikuti perubahan variabel lain dengan arah yang berlawanan.

Penelitian yang dilakukan oleh Mugiharta (2007) menguji pengaruh kepemilikan saham menejemen, dividen payout ratio (DPR), pertumbuhan aset, price earnings ratio (PER), return on investment (ROI), dan perrtumbuhan penjualan terhadap debt to equity ratio (DER) pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dalam periode 2000-2002. Menurut Mugiharta, kepemilikan saham manajemen, price earnings ratio (PER) dan

(8)

14

ratio (DER) perusahaan di Bursa Efek Jakarta tahun 2000-2002 sedangkan

dividen payout ratio (DPR), pertumbuhan aset, dan pertumbuhan penjualan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap debt to equity ratio (DER) perusahaan di Bursa Efek Jakarta pada periode tersebut.

Kurniati (2007) menguji pengaruh kepemilikan saham oleh manajemen dan kepemilikan saham oleh institusi terhadap kebijakan hutang perusahaan dengan menggunakan variabel kontrol struktur aset, dividen dan profitabilitas pada 46 perusahaan tekstil-garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2001-2006. Menurut Kurniati, kepemilikan saham oleh manajemen, kepemilikan saham oleh institusi, struktur aset dan dividen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kebijakan hutang sedangkan profitabilitas berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

Penelitian oleh Masdupi (2005) menguji dampak struktur kepemilikan pada kebijakan hutang dalam mengontrol konflik keagenan perusahaan dengan menggunakan variabel dividen, firm size, struktur aset, profitabilitas dan tax rate. Hasil dari penelitian adalah manajerial ownership and instittusional ownership memiliki pengaruh negatif terhadap kebijakan hutang. Variabel kontrol dividen, firm size, struktur aset berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebikan hutang. Sedangkan profitabilitas dan tax rate

tidak signifikan mempengaruhi kebijakan hutang.

(9)

15 dengan menggunakan pengujian dua tahap. Pada tahap pertama, rasio hutang digunakan sebagai variabel dependen, variabel independennya adalah kepemilikan saham oleh managemen, kepemilikan oleh institusi, dan variabel kontrolnya adalah volatilitas laba, pertumbuhan dan ukuran perusahaan. Pengujian pada tahap kedua, variabel dependennya adalah kepemikikan saham oleh managemen dengan variabel independen rasio hutang dan kepemilikan saham oleh institusi dan volatilitas saham, pertumbuhan serta ukuran perusahaan sebagai variabel kontrolnya. Sampel penelitian yang digunakan adalah perusahaan manufaktur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepemilikan institusional mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap rasio hutang.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Jalu (2008) menguji pengaruh manajerial ownership, institusional ownership terhadap debt ratio pada perusahaan non manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sebagai objek penelitian dalam periode 2004-2006. Menurut Jalu, kehadiran manajerial ownership tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

debt ratio. Sedangkan institusional ownership mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap debt ratio.

Tabel 2.1

Kajian Penelitian Terdahulu N

o

Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil

Penelitian 1. Meiliana

Nababan

Kepemilika n manajerial dan

kepemilikan institusional

Variabel independen: kepemilikan manajerial dan

Model Penelitian menggunaka n metode pengukuran

(10)

16

empiris pada peruasahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

kepemilikan institusional Variabel kontrol: dividen, struktur aset, ukuran perusahaan. Variabel dividen bernilai negatif yang menunjukkan arah hubungan yaitu perubahan pada salah satu variabel akan diikuti perubahan variabel lain dengan arah yang ownership, dividen

payout ratio, firm size, dengan uji multiple regretion dan uji T terhadap debt ratio.

(11)

17 size, struktur aset

berpengaruh positif dan signifikan

tidak signifikan. 3. Mugiharta faktor yang berpengaruh terhadap

debt to equity ratio

di Bursa terkecil, uji T, dan uji F.

Kepemilikan saham managemen,

Price Earning Ratio (PER), terhadap Debt to Equity Ratio

(DER). Variabel

(12)

18 N

o

Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil

Penelitian 4. Wahyunin

g Kurniati, (2007) saham oleh manajerial, kepemilikan oleh

institusi, dividen, struktur aset, profitabilitas dengan uji regresi linear berganda dan uji F.

Kepemilikan saham oleh managemen berpengaruh negatif dan signifikan saham oleh institusi berpengaruh negatif dan signifikan Struktur aset, berpengaruh negatif dan signifikan negatif tetapi tidak signifikan mempengaruhi kebijak hutang. 5 Setiawan

Jalu, (2008)

Pengaruh kepemikika n manajerial dan dengan uji

(13)

19 N

o

Nama Judul Variabel Alat Uji Hasil

Penelitian institutional

terhadap kebijak hutang pada perusahana non

manufaktur di BEI periode 2004-2006

Variabel independen: kepemilikan saham oleh manajerial, kepemilikan oleh

institusi.

regresi linier berganda, uji T dan uji F

terhadap kebijakan hutang perusahaan. Kepemilikan saham oleh institusional berpengaruh signifikan terhadap kebijakan hutang perusahaan.

2.3 Kerangka Konseptual

Berdasarkan konsep teori diatas maka peneliti mencoba menguraikan dalam bentuk kerangka pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran DV (X1)

SA (X2)

UP (X3)

DR

(14)

20 Berdasarkan kerangka pikir diatas maka, faktor dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Hutang. Faktor Independen terdiri dari Dividen, Struktur Aset, dan Ukuran Perusahaan.

Pembayaran dividen merupakan bagian dari monitoring aktivitas perusahaan terhadap pihak managemen sebagai agent. Dalam kondisi demikian perusahaan akan cenderung membayar dividen yang lebih besar jika manajer memiliki proporsi saham yang lebih rendah. Pembayaran dividen kepada pemegang saham akan mengurangi sumber-sumber dana yang dikendalikan manajer, karena semakin tinggi dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham maka free cash flow dalam perusahaan semakin kecil sehingga manajer harus memikirkan untuk memperoleh sumber dana dari luar yang bisa saja berupa hutang. Dengan demikian akan mengurangi kekuasaan manajer terhadap pengendalian perusahaan, karena dengan adanya entitas lain yang memberikan hutang kepada pihak perusahaan maka entitas tersebut juga berkepentingan untuk melakukan pengawasan terhadap jalannya perusahaan.

(15)

21 perusahaan yang memiliki jaminan akan lebih mudah mendapatkan pinjaman hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan.

Ukuran perusahaan kerap dijadikan sebagai jaminan oleh perusahaan untuk memperoleh hutang dari kreditur. Ukuran perusahaan memiliki hubungan positif terhadap kebijakan hutang perusahaan. Dengan demikian semakin besar ukuran sebuah perusahaan, maka penggunaan hutangnya akan semakin meningkat.

2.4 Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan, teori, penelitian terdahulu, dan kerangka pemikiran maka hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H1: Dividen (DV) perusahaan berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang

H2: Struktur aset (SA) berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang H3: Ukuran Perusahaan (UP) berpengaruh positif terhadap Kebijakan Hutang H4: Variabel DV, SA, TA, berpengaruh signifikan terhadap Kebijakan

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dibuktikan dalam hasil penelitian Winarko (2014) menyimpulkanbahwa aset adalah unsur yang paling dominan mempengaruhi SHU. Bertambahnya aset pada umumnya

1) Unsur-unsur kualitas pelayanan yang dianggap sangat penting oleh wajib pajak badan yaitu bukti fisik, kom- petensi, akses, komunikasi dan ke- mampuan memahami

Peneliti : Konflik seperti apa yang sering terjadi pada Dinas ini.. Informan : biasanya permasalah terjadi karena adanya rasa

Penggunaan unsur-unsur yang mendukung dalam proses produksi diharapkan berfungsi secara efektif dan efisien, baik itu dalam hal segi bahan baku, manusia, metode, mesin yang

5 Tahun 2010 menyebutkan bahwa infrastruktur merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan sosial yang berkeadilan

Great, let’s next create a new bubble chart with this data, comparing total story points completed, bugs opened each iteration, and production incidents per

Dari hasil pembuatan umpan zirkonil nitrat dari bahan zirkon oksidklorid hasil proses PTAPB yang berwarna kuning ternyata tidak bisa larut sempurna dan setelah

Sistem struktur baja yang akan digunakan untuk perencanaan modifikasi strukur Gedung 9 Lantai Universitas Muhammadiyah Gresik adalah dengan sistem Staggered Truss