• Tidak ada hasil yang ditemukan

Investasi dipasar dan pasar modal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Investasi dipasar dan pasar modal"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Investasi dipasar modal, investor benar-benar menyadari bahwa disamping akan memperoleh keuntungan tetapi juga kemungkinan akan mengalami kerugian. Keuntungan atau keragian tersebut sangat dipengarahi oleh kemampuan investor menganalsis keadaan harga saham dan kemungkinan turun naiknya harga di Bursa. Oleh karena itu berniain di pasar modal tidak memiliki jaminan untuk mendapatkan capital gain yaitu selisih lebih dari harga beli saham dan harga jual saham. Dengan demikian bermain di Bursa akan sangat mungkin pula investor mengalami capital loss.

Beberapa strategi yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di Bursa Efek khususnya dalam bentuk saham antara lain sebagai berikut:

a. Mengumpulkan beberapa jenis saham dalam satu portofolio.

Strategi ini dapat memperkecil risiko investasi karena risiko akan disebar ke berbagai jenis saham. Di satu pihak peluang untuk mendapatkan keuntungan cukup besar. Investor, menurut strategi ini, pertama-pertama menghimpun inforaiasi dan melakukan analisis terhadap berbagai jenis saham kemudian memilih beberapa saham sesuai dengan kemampuan dana, saham yang dipilih dan dibeii tersebut merupakan portofolio. Apabila di antara saham tersebut ada yang mengalami penuranan harga dapat dilepas kemudian digantikan dengan saham yang lain yang lebih baik. Kemudian apabila saham yang dilepas tadi harganya telah mencapai bottom, dapat dipertimbangkan untuk dibeli kembali apabila perusahaan yang bersangkutan memperlihatkan kinerja dan prospek yang baik. Dengan strategi ini kerugian-kerugian dapat lebih tersebar. Kerugian pada salah satu jenis saham bisa tertutupi oleh keuntungan padajenis saham lainnya.

b. Beli di pasar perdana dan dijual begitu dicatatkan di bursa. c. Beli dan Simpan.

Strategi ini dapat digunakan apabila investor memiliki keyakinan berdasarkan analisis bahwa perusahaan yang bersangkutan memiliki prospek untuk berkembang yang cukup pesat beberapa tahun mendatang sehingga sahamnya diharapkan akan mengalami kenaikan yang cukup besar pada saat itu.

d. Beli Saham Tidur.

Saham tidur adalah saham yangjarang atau tidak pernah ada transaksi. Saham tidur ini bisa disebabkan karena jumiah saham yang dicatatkan terlaiu sedikit atau dikuasai oleh investor institusi dan pemilik saham lama (pendiri perusahaan). Atau dapat pula isebabkan karena kinerja perusahaan yang bersangkutan kurang baik atau prospek usahanya masih kurang cerah sehingga kurang mendapat perhatian pemodal. Saham seperti ini biasanya cenderung harganya undervalued. Membeli saham tidur ini diperlukan kesabaran investor terhadap kesabaran investor terhadap perkembangan harga saham perusahaan yang bersangkutan. e. Strategi Berpindah dari Saham yang satu dengan yang lain.

Investor yang merailih strategi ini cenderung lebih bersifat lebih spekulatif. Mereka akan cepat-cepat melepas saham-saham yang diperkirakan harganya akan mengalami penuranan atau buru-buru membeli saham yang menurut anggapannya akan mengalami kenaikan kurs. Investor tipe ini tidak mementingkan pembagian deviden karena sifat investasinya jangka pendek. Investor seperti ini harus senantiasa mengikuti pergerakan atau perubahan harga-harga saham di Bursa.

f. Konsentrasi pada Industri tertentu.

Strategi ini lebih cocok bagi investor yang benar-benar menguasai kondisi suatu jenis industri, sehingga mengetahui prospek perkembangannya di masa yang akan datang. Oleh karena investor dapat memilih beberapa saham perusahaan yang baik yang memiliki bisnis dalam sektor industri yang bersangkutan.

g. Reksa Dana

(2)

pasar atau tidak ada akses informasi. Jenis investasi ini dapat memaksimalkan keuntungan pada tingkat resiko tertentu. Biasanya investor pemula cenderang memilih jenis investasi ini. Resiko Investasi

Strategi dasar investor yang akan meningkatkan kinerja atau nilai portofolio investasi menjadi lebih baik adalah dengan senantiasa mengikuti prinsip ini: " keep your alpha high and your beta low " Secara implisit prinsip ini berarti

bahwa bagaimana mengukur risiko (beta) sehingga dapat membandingkan tingkat

keuntungan (alpha) yang ingin diperoleh. Memprediksi resiko dalam investasi merupakan hal yang cukup kompleks dan yang selalu menjadi pertanyaan bagi investor adalah bagaimana mengukur risiko individu suatu saham dari keseluruhan portofolio Resiko investasi di pasar modal pada prinsipnya semata-mata berkaitan dengan kemungkinan terjadinya fluktuasi harga (price volatility). Resiko-resiko yang mungkin dapat dihadapi investor tersebut antara lain sebagai berikut:

a. Resiko Daya Beli (purshasing power risk).

Sifat investor dalam menangani faktor risiko di pasar modal ini terdiri dari dua yaitu investor yang tidak menyukai resiko (risk averter) dan investor justru menyukai menantang resiko (risk averse). Bagi investor kategori pertama ini akan mencari atau memilih jenis investasi yang akan memberikan keuntungan yang jumlahnya sekurang-kurangnya sama dengan investasi yang dilakukan sebelumnya, Disamping itu, investor mengharapkan memperoleh pendapatan atau capital gain dalam waktu yang tidak lama. Akan tetapi, apabila investasi tersebut memerlukan waktu 10 tahun untuk mencapai 60% keuntungan sementara tingkat inflasi selama jangka waktu tersebut telah naik melebihi 100%, maka investor jelas akan menerima keuntungan yang daya belinya jauh lebih kecil dibandingkan dengan keuntungan yang dapat diperoleh semula. Oleh karena itu. resiko daya beli ini berkaitan dengan

kemungkinan terjadinya inflasi yang menyebabkan nilai riil pendapatan akan lebih kecil. b. Resiko Bisnis (business risk).

Resiko bisnis adalah risiko menurunnya kemampuan memperoleh laba yang pada gilirannya akan mengurangi pula kemampuan perasahaan (emiten) membayar bunga atau deviden. c. Resiko Tingkat Bunga (interest risk)

Naiknya tingkat bunga biasanya menekan harga jenis surat-surat berharga yang

berpendapatan tetap termasuk harga-harga saham. Biasanya, kenaikan tingkat bunga berjalan tidak searah dengan harga-harga instrumen pasar modal. Dengan naiknya tingkat bunga, jelas akan menurunkan harga-harga dipasar modal.

d. Risiko Pasar (market risk)

Apabila pasar bergairah (bullish) umumnya hampir semua harga saham di Bursa Efek mengalami kenaikan. Sebaliknya apabila pasar lesu (bearish\saham-saham akan ikut pula mengalami penurunan. Perubahan psikologi pasar dapat menyebabkan harga-harga surat berharga anjlok terlepas dari adanya perabahan fundamental atas kemampuan perolehan laba perasahaan.

e. Risiko Likuiditas (liquidity risk)

(3)

Otoritas pasar modal selalu mengatakan sulit untuk mengembalikan dana yang hilang karena produk pasar modal tidak dijamin oleh pemerintah dan

menyatakan itu sebagai risiko investasi.

Namun benarkan kejadian-kejadian di pasar modal itu sebagai risiko investasi yang harus ditanggung sendiri oleh nasabah sehingga tidak punya peluang untuk menyelamatkan dananya lagi.

Atau jangan-jangan itu bukan risiko investasi tapi lebih karena lemahnya

pengawasan. Padahal jelas-jelas perusahaan yang beroperasi itu adalah institusi legal dan tercatat resmi di badan hukum negara.

Bagaimanapun investor yang menjadi korban umumnya sangat paham risiko investasi yang selalu digembor-gemborkan otoritas pasar modal. Jika harga saham terjun bebas investor bisa mengerti, jika harga reksa dana anjlok investor pun maklum kalau itu namanya risiko investasi.

Tapi yang jadi masalah, kenapa investasi yang hilang dan digelapkan oleh para 'oknum' masih disebut risiko investasi.

Pengamat pasar modal, investasi, keuangan dan perbankan Prof. Dr. Adler Haymans Manurung SE,M.Com, ME, SH dengan tegas mengatakan ada

perbedaan yang sangat jelas antara risiko investasi dan risiko di luar investasi.

"Risiko investasi adalah risiko yang ada dalam ruang lingkup investasi, namun hanya sebatas itu," ujar Adler saat dihubungi detikFinance, Selasa (28/4/2009).

Adler mengatakan, memang terdapat beberapa risiko yang bisa mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap investasi. Namun

menurutnya harus dibedakan dengan risiko investasi.

"Risiko dari luar yang bisa mempengaruhi investasi ini sebenarnya disebut sebagai risiko regulasi. Ini harus dibedakan dengan risiko investasi," ujar Adler.

Menurut Adler, risiko investasi hanya mencakup risiko pergerakan harga saham, risiko kesempatan, risiko likuiditas, risiko perubahan kurs, risiko tingkat suku bunga dan risiko-risiko lainnya yang berkaitan langsung dengan posisi investasi seseorang.

"Contohnya, isu-isu ekonomi makro. Ini bisa berpengaruh pada posisi investasi seseorang dan pergerakan indeks secara keseluruhan. Ini juga bisa masuk dalam risiko investasi," jelas Adler.

Namun menurut Adler, ada yang disebut risiko regulasi yang notabene harus dibedakan dengan apa yang disebut resiko investasi.

(4)

sebagai pengawas. Regulator mencakup fasilitator yang bertugas menjamin keamanan fasilitas investasi," jelas Adler.

Nah, menurut Adler regulator dan fasilitator investasi memiliki tugas menjamin keamanan investasi, yang mana bukan menjadi wilayah investor.

"Investor tidak perlu memikirkan keamanan regulasi dan fasilitas dalam investasinya. Itu tugas regulator dan fasilitator," jelas Adler.

Oleh sebab itu, Adler menekankan, peranan regulator dan fasilitator sangat krusial dalam menjamin keamanan investasi. Adler mengatakan, investor seharusnya tidak perlu dibebankan dengan harus memperhitungkan risiko regulasi dalam investasinya.

"Hal-hal yang menjadi wilayah investor dan harus diperhitungkan investor hanya risiko investasi saja," ujar Adler.

Namun saat ini, lanjut Adler, mau tidak mau investor harus ikut

memperhitungkan risiko regulasi lantaran banyaknya kasus pasar modal yang muncul, bukan karena risiko investasi, melainkan karena perilaku regulator dan fasilitator yang kurang menjamin keamanan investor.

Sebut saja, kasus penjualan produk palsu PT Antaboga Delta Sekuritas Indonesia oleh PT Bank Century Tbk (BCIC). Kemudian ada kasus penggelapan dana

nasabah PT Sarijaya Permana Sekuritas.

Terakhir, berhentinya seluruh perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) lantaran adanya gangguan sistem internal PT Trimegah Securities Tbk (TRIM) yang

menyebabkan gangguan sistemik pada Jakarta Automatic Trading System Next Generation (JATS-NextG).

"Seperti kasus Sarijaya, Antaboga-Century dan Trimegah, itu bukan risiko

investasi, karena kasus-kasus itu terjadi bukan karena kondisi market, melainkan karena regulator dan fasilitator yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik," ujar Adler.

"Memperhitungkan keamanan investasi bukan bagian dari risiko investasi. Itu tugas regulator. Jadi seharusnya, regulator dan fasilitator jangan terlalu gampang mengatakan kerugian yang dialami nasabah Century-Antaboga, Sarijaya, dan kasus-kasus lainnya sebagai resiko investasi. Itu sangat berbeda," imbuh Adler.

Dengan kata lain, dari sudut pandang investor, risiko yang harus ditanggung dan masih bisa dikendalikan oleh investor hanya risiko-risiko seperti isu ekonomi makro, pergerakan harga saham, likuiditas, perubahan kurs dan hal-hal lainnya yang meliputi potensi keuntungan dan kerugian dalam investasi.

(5)

tidak memadai dan tidak menjamin keamanan investasi, bukanlah disebut kerugian investasi.

"Kerugian yang disebabkan karena regulator dan fasilitator yang tidak bisa menjamin keamanan investasi bukan kerugian investasi, itu bukan risiko investasi, melainkan kerugian yang diderita investor karena regulator dan fasilitator yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik," ujar Adler.

Kesimpulannya, adakah hak investor menuntut ganti rugi atas kerugian yang dialami karena kurangnya keamanan investasi di pasar modal?

"Tentu saja investor punya hak untuk itu. Regulator dan fasilitator wajib

menjamin keamanan investasi. Jika tidak, maka integritas pasar modal Indonesia akan hancur perlahan-lahan," ujarnya.

"Jangan investor juga harus memikirkan risiko regulasi dalam investasinya. Jangan investor harus memikirkan apakah sistem IT yang digunakan di BEI itu aman atau tidak sebelum investasi. Itu kan tugas regulator dan fasilitator," ujar Adler.

"Regulator dan fasilitator harusnya mengaudit dulu segala aspek yang berkaitan dengan keamanan investasi sebelum membiarkan investor masuk," imbuh Adler.

Lantas, siapakah yang bisa disalahkan dengan terjadinya kasus-kasus seperti Century-Antaboga, Sarijaya dan gangguan sistem pekan lalu?

"Tentu saja Bapepam dan BEI harus ikut mengakui kesalahannya. Jangan melulu menyalahkan pihak lain dengan mengatakan ini risiko investasi dan

membebankan itu kepada investor. Menjamin keamanan investasi kan tugas regulator dan fasilitator," tegas Adler.

Dalam berinvestasi apapun berbagai risiko yang bisa mempengaruhi tingkat keuntungan atau mengalami kerugian selalu akan menjadi pertimbangan bagi investor. Sebanyak mungkin faktor risiko yang mungkin akan mempengaruhi tingkat keuntungan dalam investasi

saham harus selalu dideteksi agar seluruh gerak pasar bisa diantisipasi.

Untuk itu penasihat investasi dan investor professional sekalipun selalu mencari informasi yang relevan dengan kondisi pasar. Di pasar modal, setidaknya risiko yang patut dicermati investor secara umum, antara lain risiko inflasi, risiko tingkat suku bunga, risiko pasar, risiko

(6)

Dari risiko tersebut yang selalu berhubungan adalah risiko inflasi. Biasanya begitu diketahui inflasi tinggi, akan diikuti dengan kebijakan perubahan tingkat suku bunga. Logikanya inflasi tinggi, dapat

dipastikan nilai uang turun. Turunnya nilai uang, bisa karena jumlah uang yang beredar di masyarakat lebih melimpah. Untuk itu sehingga agar mobilitas uang yang beredar turun biasanya akan diikuti dengan kenaikan tingkat sukubunga, naiknya tingkat sukubunga dengan sendirinya akan membawa dana-dana kembali sistem perbankan, sehingga pada gilirannya bursa saham akan turun.

Risiko Inflasi

Dalam industri finansial khususnya dalam ekonomi berbasis uang, risiko yang cukup mengkhawatirkan adalah ancaman akan penurunan nilai uang. Penggerusan nilai uang ini terlalu banyak faktor yang bisa dijadikan alasan, padahal aspek utamanya adalah menurunnya nilai uang. Contoh paling sederhana soal inflasi ini adalah apabila uang bernominal Rp1.000 yang pada kemarin lusa bisa membeli dua butir telur, tapi hari ini hanya dapat ditukar dengan satu telur. Akibatnya untuk membeli dua butir telur kita harus mengeluarkan kocek Rp1.000 lagi. Kalau itu terjadi berarti sudah terjadi inflasi, turunnya nilai uang.

Penurunan nilai uang tersebut juga terjadi tidak saja untuk membeli produk, tapi juga dalam menggunakan jasa. Dalam kondisi saat ini, pemerintah mengatakan akan mempertahankan bahwa target inflasi dipatok pada bilangan lima persen. Itu berarti dalam berinvestasi, investor yang memiliki dana Rp1.000 saat ini harus bisa

memperkerjakan uangnya itu dengan minimal penghasilan (return) di atas lima persen, sehingga pada akhir tahun nilai uang tersebut tetap bisa digunakan dan memiliki nilai yang sama pada saat ini. Nilai uang pada masa kini dan masa yang akan datang diharapkan bobot (nilai atau harganya) tetap sama. Artinya kalau saat ini bisa membeli telur satu butir maka tahun depan minimal nilainya tetap sama.

Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus. Penyebab inflasi ini bisa berupa naiknya harga barang dan jasa, bisa juga karena turunnya nilai uang yang terjadi secara mekanis. Inflasi yang disebabkan karena naiknya harga barang, juga tidak bergerak sendirian. Bisa jadi karena bahan baku atas produk itu sulit didapat, seperti Bahan Bakar Minyak. Akibat tidak adanya subtitusi dari BBM ini dipastikan kenaikan harga BBM akan

(7)

tindakan dengan cara membuat kebijakan meningkatkan suku bunga.

Peningkatan sukubunga ini dengan sendirinya akan menarik para pemilik dana untuk kembali memarkir dananya di perbankan. Kendati upaya tersebut harus diikuti oleh kebijakan lain, diantaranya membuat kebijakan guna terciptanya iklim investasi. Bagi pasar modal risiko inflasi ini akan sangat mempengaruhi keputusan investasi. Kalau inflasi tinggi, kita ibaratkan dalam setahun 10 persen, maka boleh jadi harga saham diciptakan oleh pasar itu sebenarnya sudah terdiskon sebesar 10 persen. Kalau harga saham Rp1.000 maka akibat inflasi yang 10 persen itu harga saham tersebut sebenarnya hanya Rp900.

Hitungan matematisnya kira-kira seperti itu, namun kalau kita mau mendalami lagi dampak inflasi terhadap pasar modal, kondisi yang sebenarnya terjadi akan bertambah kompleks. Kalau kita ibaratkan harga BBM mengalami kenaikan dengan begitu biaya produksi perusahaan akan mengalami kenaikan.

Belum lagi dampak dari BBM ini akan diikuti dengan melemahnya daya beli, sehingga barang yang diproduksi tidak akan laku terjual. Kalau hal itu yang terjadi maka bisa dipastikan pemutusan hubungan kerja,

akibat pengurangan produksi hampir pasti akan dilakukan perusahaan, sehingga pada gilirannya ekspektasi investor saham atas saham

perusahaan itu akan menurun.

Risiko tingkat sukubunga

Risiko tingkat sukubunga juga menjadi bayangan hitam bagi pelaku pasar. Tingkat bunga yang tinggi akan menjadikan perusahaan yang menjual sahamnya di bursa pasti juga akan kedodoran. Apalagi bagi perusahaan yang mendanai sebagian operasionalnya dengan pinjaman kredit. Dari sisi investasi fluktuasi tingkat sukubunga yang gonjang-ganjing akan membuat bingung iklim investasi.

Kalau tingkat sukubunga tinggi maka investor akan dengan senang hati untuk menempatkan dananya dalam bentuk deposito. Banyaknya uang yang masuk dalam deposito akan membuat dunia perbankan

kebingungan menyalurkan dana pihak ketiga tersebut. Di sisi lain dana tersebut memang harus diputar ke sektor-sektor produktif kalau tidak ingin kinerja bank tersebut ambrol karena harus membayar bunga tinggi. Soal tinggi dan rendahnya tingkat sukubunga, bagi pasar yang penting bahwa tingkat bunga itu stabil tidak gonjang-ganjing dan kebijaksanaannya tidak situasional.

Risiko Pasar

(8)

bisa dijelaskan secara ekonomi. Sebagaimana yang kita ketahui, pasar merupakan gambaran paling kongkrit sikap investor terhadap suatu produk barang dan jasa, karenanya pasar sering dikatakan orang

sebagai sesuatu yang paling rasional. Karenanya ekspektasi seseorang terhadap produk dan jasa tertentu akan berbeda dengan ekspektasi pasar.

Dalam kontek perdagangan saham, ketika ekspektasi atas saham secara jangka panjang naik, maka boleh jadi ekspektasi pasar atas saham pada saat pasar bereaksi justru turun. Karenanya bagi investor saham yang perlu dipahami bahwa investasi saham adalah investasi pada saham, sedangkan penciptaan harga saham yang dibuat pasar adalah harga yang terjadi pada saat selama pasar berlangsung.

Penyebab ekspektasi pasar berbeda dengan kondisi sebenarnya atas nilai saham, penyebabnya bisa beragam. Yang paling sederhana boleh jadi karena supply dan demand yang tidak seimbang. Ketika supply atas saham berlebih, sementara demand tetap maka dengan sendirinya harga saham akan turun.

Di pasar modal Indonesia sering terjadi begitu ada perusahaan yang akan melakukan penawaran umum (IPO) biasanya akan diikuti dengan penurunan indikator perdagangan. Turunnya indikator perdagangan itu lantaran investor menjual saham yang telah menjadi portofolionya untuk kemudian membeli saham yang akan IPO. Perilaku tersebut merupakan contoh yang paling sangat sederhana dari faktor risiko pasar. Tidak sama besarnya posisi supply dan demand ini juga terjadi apabila terjadi investor melakukan perubahan portofolio sebagaimana yang kerap terjadi pada akhir tahun dan awal tahun bursa saham.

Kondisi pasar saham yang terjadi sejak awal Januari hingga saat ini bisa kita anggap sebagai contoh yang paling kongkrit dari risiko pasar. Jadi sebenarnya, dalam aktivitas pasar modal sama sekali tidak ada risiko yang tidak terditeksi karena segala sesuatu risiko akan selalu

berhubungan, terlebih lagi pasar merupakan mahluk yang paling rasional.

Setiap jenis investasi memiliki risiko disamping return yang dihasilkan. Reksa dana adalah salah satu instrumen investasi yang diciptakan untuk mempermudah dalam pengelolaan dana terutama bagi investor pemula.

Berdasarkan indoexchange, keuntungan berinvestasi di reksa dana dapat dikelompokan menjadi tiga macam, yaitu:

1. Diversifikasi Investasi Memperkecil Resiko

Besarnya dana yang dikelola memungkinkan reksa dana untuk mendiversifikasikan

(9)

resiko.

2. Kenyamanan Berinvestasi

Setiap reksa dana didukung oleh manajer investasi yang memiliki kemampuan menganalisa efek dan memiliki akses informasi pasar melalui banyak sumber sehingga mampu mengambil keputusan yang lebih akurat untuk kepentingan investasi pemodalnya.

3. Terjangkau

Reksa dana memberi kesempatan kepada investor kecil untuk ikut andil berinvestasi di pasar modal. Dengan modal awal yang relatif kecil (umumnya Rp. 100.000 di Indonesia) orang sudah dapat membuka rekening investasi di reksa dana.

Berdasarkan republika, resiko investasi reksa dana adalah sebagai berikut : - Risiko berkurangnya nilai investasi.

Modal awal pemodal bisa berkurang karena investasi di Reksa Dana tidak digaransi pasti memberikan keuntungan. Naik turunnya nilai investasi tergantung isi portofolio Reksa Dana, bila saham/obligasi dalam portofolio rata-rata naik maka nilai investasi Reksa Dana juga naik atau pemodal menikmati keuntungan. Namun sebaliknya bila saham/obligasi dalam

portofolio turun harganya maka pemodal mengalami kerugian potensial. - Risiko likuiditas saat penarikan dana pemodal

Sama seperti bank yang mengalami rush (penarikan besar-besaran secara bersamaan), Reksa Dana juga menghadapi risiko serupa. Bila pemodal beramai-ramai menarik dananya

sedangkan dana tersebut masih diinvestasikan dalam saham/obligasi maka Manajer Investasi harus menjual saham/obligasi tersebut untuk dibayarkan kepada pemodal. Penjualan

saham/obligasi dalam jumlah besar berpotensi menurunkan harga saham/obligasi sehingga menurunkan Reksa Dana.

- Risiko wanprestasi emiten

Penerbit obligasi yang gagal membayar kupon bunga atau nilai pokok utang menyebabkan Reksa Dana tidak menerima penghasilan yang semestinya diterima. (Geraldine Megan Tauran)

Gonjang-ganjing bursa saham dunia, termasuk di Asia Tenggara, sekarang ini sebagai dampak resesi Amerika yang dipicu oleh kredit macet perumahan, makin membuat orang ingin tahu apa sebenarnya pasar modal, lalu bagaimana kita bermain di pasar modal. Banyak

orang berpikir bahwa jika ingin berpartisipasi di dunia pasar modal, kita harus berkarir di pasar modal. Pendapat ini tidak seluruhnya benar. Karena orang tidak perlu berkarir sebagai pialang jika ingin berperan serta di pasar modal. Kita bisa menjadi investor dan ini bisa menjadi pekerjaan baru. Apa syarat investor? Lalu apa keuntungan dan

bagaimana risikonya? Pertanyaan yang juga penting adalah apa cara yang sehat dalam berinvestasi di pasar modal, sehingga kita bisa

meminimalkan risiko dan meraih keuntungan tinggi? Buku ini menjawab semua pertanyaan itu. Ditulis oleh Sawidji Widoatmodjo, seorang

(10)

konsultan Bursa Efek Jakarta, buku ini akan memandu pembaca untuk mengenali lebih jauh tentang pasar modal, sehingga buku ini penting untuk mereka yang ingin menginvestasikan uangnya secara modern dengan return (penghasilan) tinggi. Diawali pada bab satu, antara lain dengan memberikan pengertian pasar modal, bursa utama, dan over the counter market. Pengertian pada bab satu disambung pada bab berikutnya, yang menyajikan informasi mengenai apa dan bagaimana seluk beluk pasar modal, juga tentang fenomena kebangkitan pasar modal Indonesia dengan berbagai implikasinya. Pada bab tiga, pembaca diajak masuk ke hal-hal yang bersifat teknis di pasar modal. Nah, pada bab ini Anda akan mengenal apa yang disebut dengan pialang,

bagaimana memilih pialang agar investor bisa menarik manfaat dari penggunaan pialang itu. Tak lupa penulis buku ini juga memberi informasi tentang jenis-jenis pialang. Melihat dari judulnya, pasar modal yang dibahas di buku ini membatasi pada investasi keuangan, dan itu hanya terbatas pada pasar modal, yaitu investasi pada surat-surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan atau bisa juga obligasi pemerintah. Dengan demikian pembicaraan tidak meliputi investasi keuangan di pasar uang. Apa saja surat berharga? Saham. Nah, kata ini hampir setiap hari kita dengar dari media. Saham secara sederhana saham dapat didefinisikan sebagai tanda pernyataan atau pemilikan seseorang atau badan dalam suatu perusahaan. Selembar saham adalah selembar kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik dari suatu perusahaan yang menerbitkan

kertas (saham) tersebut sesuai porsi kepemilikannya yang tertera pada saham. Tapi, tahukah kita apa saja macam saham. Buku ini memberikan pengetian jenis-jenis saham, seperti yang terlihat di bab lima, enam, dan tujuh. Ada yang namanya saham biasa dan saham preferen. Yang terakhir disebut sekarang ini cukup mendapat sambutan masyarakat dan melahirkan produk-produk baru, misalnya adjustable rate preferred stocks dan money market. Komoditas lain yang diperdagangkan di pasar modal, seperti dibahas dalam bab delapan, adalah obligasi, yaitu kontrak antara pemberi pinjaman dengan yang diberi pinjaman.

Kontrak ini diwujudkan dalam bentuk surat berharga. Jadi surat obligasi adalah selembar kertas yang menyatakan bahwa pemilik kertas

(11)

perjanjian yang tertera dalam opsi tersebut (hlm 158). Berikutnya adalah waran (bab 12) yaitu hak untuk membeli saham biasa pada waktu dan harga yang sudah ditentukan. Dapat juga dikatakan waran adalah opsi jangka panjang. Waran ini diterbitkan dengan tujuan investor tertarik membeli obligasi yang diterbitkan emiten. Nah, bila Anda tak cukup banyak modal, tapi ingin berpartisipasi dalam pasar modal, Anda bisa memilih Reksadana (mutual fund). Walau bukan hal baru, reksadana belum populer, sehingga kurang menarik investor. Reksadana merupakan salah satu bentuk dari perusahaan investasi sehingga merupakan buy side. Investasi pada reksadana adalah

melakukan investasi yang menyebar pada sekian instrumen investasi yang diperdagangkan di pasar modal, seperti saham biasa, obligasi pemerintah, obligasi swasta dan yang lainnya dan juga di pasar uang seperti comercial paper, valas, Sertifikat Bank Indonesia, dan yang lain. Namun, investor tidak perlu membeli sekian banyak instrumen

investasi tersebut. Investor cukup memiliki surat berharga, yang disebut sertifikat reksadana yang diterbitkan oleh manajer investasi (hlm 193). Nah, sekali lagi, investor dengan dana terbatas atau investor kecil bisa memilih reksadana, karena reksadana bisa menyediakan dua fasilitas. Pertama, membuat investasi mencapai skala ekonomis. Kedua, reksadana menyebabkan profesionalisme dalam berinvestasi. Kalau investor kecil yang diasumsikan sebagai investor awam, maka terlalu tinggi risiko yang harus dihadapinya, kalau mereka diberikan alternatif melakukan investasi langsung ke pasar modal. Faktor risiko memang selalu menyertai dalam kegiatan investasi. Yang terpenting adalah bagaimana meminimalkan risiko, salah satunya dengan memahami betul tentang cara berinvestasi yang sehat, seperti yang diuraikan dalam buku ini.

Risiko yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasidapat dikelompokan menjadi 2 jenis, yaitu:

1. Systematic risk

Systematic risk disebut juga risiko pasar karena berkaitan dengan perubahaan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, risiko ini terjadi karena kejadian diluar kegiatan perusahaan, seperti :

 Risiko inflas

Inflasi akan mengurangi daya beli uang sehingga tingkat pengembalian setelah disesuaikan dengan inflasi dapat menurunkan hasil dari investasi tersebut.

(12)

Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing menjadi risiko dalam investasi.

 Risiko tingkat suku bunga

Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga, misalnya suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) akan naik ini dapat menarik minat investor saham untuk memindahkan dana ke Sertifikat Bank Indonesia, sehingga banyak yang akan menjual saham dan harga saham akan turun oleh karena itu perubahan suku bunga akan mempengaruhi variabelitas return suatu investasi.

Systematic risk disebut juga undiversible risk karena risiko ini tidak dapat dihilangkan atau diperkecil melalui pembentukan portofolio.

2. Unsystematic risk

Unsystematic risk merupakan risiko spesifik perusahaan karena tergantung dari kondisi mikro perusahaan. Contoh unsystematic risk antara lain : risiko industri, operating laverage risk dan lain-lain. Risiko ini dapat diminimalkan dengan melakukan diversifikasi investasi pada banyak sekuritas dengan pembentukan portofolio, unsystematic risk disebut juga diversible risk.

Tips untuk Mengurangi Risiko Investasi

Mungkin kita kadang-kadang terlalu mudah tergiur dengan dunia investasi. Return jangka pendek yang dihasilkan menjadi salah satu alasannya. Anda perlu melakukan analisis investasi, risiko tidak hanya dalam bentuk kerugian akibat harga saham yang mengalami kejatuhan (bearish). Anda perlu menyadari risiko yang mungkin muncul saat Anda baru saja membuka saldo di sekuritas. Jadi, risiko itu sebenarnya sudah ada walaupun uang kita belum 'dimainkan'. Oleh karena itu, analisis investasi dan

mengamati dunia pasar modal akan memberikan beberapa hal yang perlu diwaspadai sebelum Anda membuka akun di sekuritas.

Ketahui dulu mekanisme dari dunia investasi

(13)

merasakan itu semua, ada baiknya Anda melakukan virtual trading dahulu. Jika Anda ingin bertrading forex, Marketiva bisa menjadi tempat Anda untuk menikmati alam investasi secara virtual. Atau, Anda ingin mencoba 'main' di Bursa Efek Indonesia, cobalah IDX Virtual Trading selama 30 hari.

Pastikan memilih sekuritas yang terdaftar/terpercaya

Saat Anda baru pertama kali membuka akun, cek dulu apakah perusahaan sekuritas tersebut terdaftar. Jika Anda akan membuka akun forex, cek terlebih dahulu apakah nama sekuritasnya terdaftar di NFA. Apabila Anda membuka akun di pasar modal Indonesia (JSX). Sebaiknya Anda cek apakah sekuritas terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

Pelayanan broker yang kurang mumpuni semakin menambah risiko

Carilah broker yang memberikan pelayanan berkualitas. Tidak semua broker

memberikan pelayanan maksimal. Pastikan broker memiliki layanan tambahan, seperti analisis portofolio, reksadana, underwriter, dll. Dengan begitu, sudah membuktikan bahwa perusahaan tersebut cukup reliable.

Anda pun harus bisa mengelola uang Anda agar risiko dapat terminimalisasi

Sekuritas sudah dipercaya dan Anda pun sudah mendaftar dan mengenal broker Anda. Uang sudah Anda transfer. Sekarang saatnya duduk dengan tenang. Tapi jangan salah, Anda duduk dengan tenang bukan berarti Anda hanya menunggu hasil yang akan Anda dapat. Itu kesalahan besar. Banyak sekali investor (mungkin karena tak ada waktu) hanya mentransfer uang begitu saja dan menunggu hasil yang diperoleh. Syukur-syukur kalau saham Anda kebetulan terus menanjak (bullish). Jika Anda berinvestasi, Anda pun harus punya waktu untuk mengelola uang Anda. Sempatkan diri Anda setengah atau satu jam untuk melihat pergerakan sekuritas/portofolio Anda. Jangan lupa, setiap Anda transaksi, catatlah berapa uang yang keluar, uang yang masuk, dan yang masih tertahan di sekuritas walaupun broker sebenarnya sudah mencatat data tersebut. Ingat, broker bekerja bukan hanya untuk seorang nasabah, mereka bekerja untuk banyak nasabah. Jadi, kemungkinan kesalahan masih ada.

Reksa Dana menurut Undang-Undang Pasar Modal tahun 95 adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam Portofolio Efek oleh Manajer Investasi.

Sehingga pada reksa dana terdapat 3 unsur penting yang saling terkait satu sama lain, yaitu:

1. kumpulan dana masyarakat

Dengan melakukan pengumpulan dana dari para pemodalnya memungkinkan pemodal-pemodal yang memiliki dana yang minim dapat ikut andil berinvestasi dalam bentuk efek. 2. investasi dana dalam bentuk portofolio efek

(14)

kolektif, kontrak berjangka atas Efek, dan setiap turunan dari Efek, baik Efek yang bersifat utang maupun yang bersifat ekuitas, seperti opsi dan waran. Portofolio efek yang dikelola oleh reksa dana dapat berupa kumpulan dari beberapa jenis efek (tidak hanya sejenis). 3. dikelola oleh manajer investasi

Manajer investasi adalah pihak yang kegiatan usahanya mengelola portofolio efek untuk para nasabah atau mengelola portofolio investasi kolektif untuk sekelompok nasabah, tidak

termasuk perusahaan asuransi, dana pensiun, dan bank yang melakukan sendiri kegiatan usahanya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dengan demikian reksa dana memiliki kekuatan membeli yang jauh lebih besar dibandingkan jika investor berinvestasi sendiri.

Apa Keuntungan Berinvestasi di Reksa Dana ? 1. Diversifikasi Investasi Memperkecil Resiko

Reksa dana merupakan kekuatan investasi bersama. Hal ini dimungkinkan karena uang pemodal yang satu kemudian digabungkan dengan milik pemodal lainnya sehingga menciptakan kekuatan membeli yang jauh lebih besar dibandingkan jika seorang pemodal membeli sendiri.

Dengan besarnya jumlah modal yang telah digabungkan tersebut reksa dana dapat dengan mudah melakukan diversifikasi investasi.

Bayangkan jika Anda memiliki uang 1 juta rupiah dan hendak berinvestasi di pasar modal. Dengan sejumlah uang tersebut, akan sulit bagi anda untuk menanamkannya di berbagai jenis investasi pasar modal. Untuk dapat tetap melakukan diversifikasi investasi, maka Anda harus memiliki modal yang besar.

Keberadaan reksa dana memungkinkan Anda untuk melakukan diversifikasi investasi karena reksa dana terdiri dari kumpulan saham-saham, obligasi-obligasi atau sekurits lainnya yang dimiliki oleh sekelompok investor dan dikelola oleh perusahaan investasi profesional. Memiliki beberapa jenis saham kemungkinan resikonya akan lebih kecil dibandingkan apabila Anda memiliki satu jenis saham. Sama halnya jika Anda memiliki berbagai obligasi dan berbagai saham, resiko yang akan ditanggung lebih kecil jika dibandingkan dengan memiliki beberapa saham saja.

Sebagai ilustrasi, Anda memiliki satu lot saham AAAA. Ketika harga saham AAAA turun, maka nilai investasi Anda akan turun. Berbeda jika Anda berinvestasi di saham AAAA, BBBB dan US $100. Ketika harga saham AAAA turun, saham BBBB dan kurs Dolar terhadap Rupiah naik, maka kerugian investasi Anda akan lebih kecil atau tidak ada karena turunnya harga AAAA dapat ditutupi oleh naiknya BBBB dan Dolar.

2. Kenyamanan Berinvestasi

Kemampuan investor kecil dalam memperoleh informasi pasar dan menganalisa pasar modal sangat terbatas. Reksa dana yang didukung oleh manajer investasi akan membantu

(15)

Manajer investasi yang mengelola portofolio reksa dana mempunyai akses informasi pasar dari berbagai sumber sehingga mampu mengambil keputusan yang lebih akurat untuk kepentingan investasi investornya.

Dengan menempatkan modalnya di reksa dana berarti investor telah menyerahkan dananya tersebut untuk dikelola oleh profesional sehingga tidak perlu lagi berpikir sepanjang hari untuk memilih efek yang akan dijadikan portofolio investasinya.

Investor sebagai pemilik unit penyertaan reksa dana juga dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin dengan melihat Nilai Aktiva Bersih yang diumumkan melalui surat kabar setiap harinya.

3. Terjangkau

Reksa dana memberikan kesempatan kepada investor-investor kecil untuk dapat berinvestasi di pasar modal. Dengan jumlah dana yang relatif kecil (mulai dari Rp. 100.000,-) seseorang sudah dapat membuka rekening investasinya di reksa dana.

Investor sebagai pemilik unit penyertaan reksa dana dapat memonitor perkembangan

investasinya secara rutin dengan melihat Nilai Aktiva Bersih yang diumumkan melalui surat kabar setiap harinya.

Resiko Berinvestasi di Reksa Dana

1. Resiko Berkurangnya Nilai Unit Penyertaan Reksa Dana

Walaupun produk reksa dana merupakan produk diversifikasi, tidak menutup kemungkinan bahwa nilai unit penyertaannya akan turun. Turun naiknya nilai unit penyertaan tidak terlepas dari kenaikan atau penurunan harga efek ekuitas dan/atau efek utang yang menjadi alat investasi reksa dana tersebut.

Sebagai ilustrasi, sebuah produk reksa dana berinvestasi pada jenis obligasi dan saham. Ketika suku bunga naik akan menyebabkan harga obligasi turun, dan pada saat yang sama kinerja emiten ekuitas melemah menyebabkan harga saham pun turun. Maka nilai unit penyertaan pada produk reksa dana ini akan turun.

Selain itu, berkurangnya nilai unit penyertaan ini juga dapat disebabkan karena adanya biaya-biaya yang dikenakan oleh perusahaan reksa dana atas produknya. Ketika kegiatan investasi ini memperoleh hasil 0%, tetapi karena reksa dana menanggung beban seperti biaya

manajemen, maka beban tersebut akan dikurangkan dari 2. Resiko Perubahan Ekonomi dan Politik

Perubahan ekonomi dan politik yang terjadi di suatu negara dapat mempengaruhi pandangan umum perusahaan-perusahaan di Indonesia termasuk yang tercatat di Bursa Efek Jakarta maupun Surabaya. Berubahnya pandangan umum tersebut dapat mempengaruhi likuiditas portofolio efek sehingga harga efek dapat turun ataupun naik.

(16)

3. Resiko Wanprestasi

Resiko wanprestasi ini dapat terjadi ketika pihak-pihak terkait pasar modal seperti emiten, bank kustodian, broker gagal memenuhi kewajibannya. Kegagalan ini dapat mempengaruhi nilai aktiva bersih reksa dana. Wanprestasi dapat terjadi akibat dari pihak-pihak yang terkait dengan reksa dana, misalnya pialang, bank kustodian, agen pembayaran, atau bencana alam, kebakaran serta kerusuhan, yang mungkin akan mempengaruhi penurunan NAB reksa dana tersebut.

Sebagai contoh wanprestasi terjadi ketika perusahaan asuransi yang mengasuransikan kekayaan reksa dana tidak segera membayarkan ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

4. Resiko yang Berhubungan denga Peraturan

Reksa dana memiliki batasan-batasan yang dimaksud untuk melindungi investor tetapi mungkin batasan-batasan ini dapat menjadi batu sandungan bagi investor juga. Contoh batasan dengan tidak membolehkannya reksa dana membeli efek di luar negeri dan membeli efek yang diterbitkan oleh perusahaan melebihi 10% dari nilai aktiva reksa dana pada saat pembelian.

Batasan-batasan ini sangat dirasakan ketika pasar modal Indonesia turun tajam, pengelola reksa dana tidak dapat memindahkan dananya ke pasar modal luar negeri yang lebih bergairah. Pengelola reksa dana pun tidak dapat membeli saham lebih dari 10% NABnya bagaimanapun potensialnya saham tersebut.

5. Resiko Likuiditas Reksa Dana Terbuka

Resiko ini dapat terjadi ketika perusahaan reksa dana tidak memiliki dana tunai untuk membeli kembali unit penyertaan investornya.

Sebuah perusahaan reksa dana memperoleh dananya dengan menjual unit penyertaan kepada investor. Ketika investor menjual kembali unit penyertaannya sedangkan perusahaan reksa dana tidak dapat menjual portofolio investasinya dan tidak memiliki uang tunai, maka ia tidak dapat membeli unit penyertaan yang dijual investornya. Untuk mengatasi masalah tersebut, perusahaan reksa dana diijinkan untuk memperoleh pinjaman untuk melunasinya. Pinjaman yang diberikan biasanya dibatasi dan disesuaikan dengan keadaan perusahaan reksa dana tersebut. Apabila keadaan demikian terus berlangsung, maka proses penjualan kembali unit penyertaan oleh investor akan tertunda sampai memungkinkan.

Jenis Reksa Dana Berdasarkan Portofolio

Sesuai dengan Peraturan No. IV.C.3 tentang Pedoman Pengumuman Harian Nilai Aktiva Bersih reksa dana terbuka, reksa dana dibagi menjadi 4 jenis yang dikelompokan berdasarkan portofolionya, yaitu:

Pasar Uang

Risiko Paling Rendah

Tujuan Likuiditas dan mempertahankan nilai modal Pendapatan Tetap

Risiko Rendah

(17)

Saham Risiko Tinggi

Tujuan Pertumbuhan harga saham/unit dalam jangka panjang Campuran

Risiko Moderat

Tujuan Pertumbuhan harga dan pendapatan

REKSADANA

Definisi reksadana adalah suatu media atau tempat yang menjadi kumpulan uang dari banyak investor yang diinvestasikan pada instrumen-instrumen investasi yang tersedia di Pasar dengan cara membeli unit penyertaan reksadana. Setiap investor reksadana dapat membeli unit reksadana pada harga yang telah ditetapkan dan uang tersebut akan dijadikan satu bersama uang investor lainnya dan

kemudian dana ini dikelola oleh Manajer Investasi ke dalam portofolio investasi, baik berupa saham, obligasi, pasar uang ataupun

efek/sekuriti lainnya. Setiap investor memiliki hak secara proporsional pada reksadana berdasarkan jumlah unit penyertaan yang ia miliki. Segala aturan dan kebijaksanaan dapat diperoleh investor sebelum mereka mulai membeli sebuah reksadana.

Menurut Undang-undang Pasar Modal nomor 8 Tahun 1995 pasal 1, ayat (27): “Reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat Pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio Efek oleh Manajer Investasi.”

Uang atau dana yang telah dikumpulkan dari investor tersebut

disimpan oleh pihak ketiga yang independen yang disebut sebagai Bank Kustodi. Demikian halnya dengan saham, obligasi dan instrumen

lainnya yang dibeli oleh manajer investasi disimpan pada Bank Kustodi tersebut.

Semua keputusan investasi diambil oleh manajer investasi yang professional , ahli pada bidangnya dengan mengacu pada aturan dan kebijakan investasi yang telah ditetapkan pada prospektus.

Referensi

Dokumen terkait

Pada formula 2, 3, 4 dan 5 tidak terdeteksi kandungan vitamin E hal ini dipengaruhi oleh proses saat akan dilakukan pembuatan tepung kacang merah yaitu dengan cara

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan moda transportasi sepeda motor dan angkutan umum jenis mikrolet, serta mengetahui probabilitas terpilihnya moda

Grafik hubungan antara ketahanan aus agregat pada putaran 500 dan faktor air semen (FAS) Menurut hasil pengujian yang dilhat pada Gambar 2 di atas menunjukkan bahwa perendaman

membina dan melaksanakan kerjasama dengan lembaga-lembaga Pemerintah dan organisasi masyarakat yang dianggap perlu dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi B.P7..

Mereka diberi tayangan dan bahan bacaan (melalui Whattsapp group, Zoom, Google Classroom, Telegram atau media daring lainnya) terkait materi Unsur kebahasaan dari

Menjelaskan siklus akuntansi perusahaan dagang dan proses penyiapan bukti transaksi keuangannya.. Indikator

Penduduk/kepala keluarga mengisi dan menandatangani formulir permohonan sesuai dengan dokumen 'yang diminta dan melampirkan surat keterangan penduduk yang diterbitkan

Pipes telah memilih untuk tidak menghiraukan ayat-ayat al-Qur‟an tersebut di atas yang tidak diragukan lagi bermakna bahwa Tanah Suci (dengan Jerusalem sebagai