• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRAKTEK TERBAIK PELAYANAN PUBLIK bidang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PRAKTEK TERBAIK PELAYANAN PUBLIK bidang"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

REVITALISASI PELAYANAN BUS UMUM MELALUI BTB (BUS TIKET BOX)

Disusun untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis yang Diselenggarakan oleh Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Oleh:

Nur Indah Kurniawati NIM. 125010101111009

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

FAKULTAS HUKUM MALANG

(2)

A. PENDAHULUAN

Indonesia memiliki sekitar 17.504 pulau (data tahun 2004), sekitar 6.000 diantaranya tidak berpenghuni tetap, yang menyebar di sekitar katulistiwa. Indonesia terdiri dari 5 pulau besar, yaitu: Jawa, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, dan Irian Jaya dan rangkaian pulau-pulau ini disebut pula kepulauan Nusantara atau kepulauan Indonesia. Diantara rangkaian pulau tersebut, pulau Jawa merupakan wilayah yang paling padat penduduknya, yakni lebih dari setengah (65%) populasi Indonesia.1

Kondisi geografis Indonesia yang terdiri dari banyak kepulauan, tidak dapat dipungkiri sistem mobilisasi dan transportasi di Indonesia cukup beragam, mengingat banyaknya akses alam yang harus dijangkau. Secara umum, sistem transportasi Indonesia terdiri atas sistem transportasi darat, laut, dan udara. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalulintas dan Angkutan jalan pada poin 1.a menyatakan bahwa “transportasi mempunyai peranan penting dan strategis untuk memantapkan perwujudan wawasan nusantara, memperkokoh ketahanan nasional, dan mempererat hubungan antar bangsa dalam memcapai tujuan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.” Dengan demikian, transportasi dalam suatu wilayah merupakan hal yang sangat vital keberadaannya karena memberikan dampak langsung terhadap pergerakan perekonomian, politik, dan sosial budaya.

Melihat data kepadatan penduduk Indonesia yang terbesar berada di pulau Jawa maka secara otomatis tingkat kebutuhan transportasi dan mobilisasi di pulau Jawa juga sangat tinggi. Banyak hal yang mempengaruhi mengapa konsentrasi kepadatan berada di pulau Jawa, antara lain: (1) Pusat pemerintahan dan politik berada di pulau Jawa; (2) Pusat perekonomian yang berkembang pesat di pulau Jawa; (3) Pendidikan yang lebih maju; (4) Ketersediaan lapangan pekerjaan; (5) Ketersediaan bahan baku dan pangan yang melimpah; (6) Fasilitas sarana dan prasarana yang lebih memadai; (7) Media dan suber hiburan yang beragam. Beberapa kelebihan dan konsentrasi yang menjadi incaran masyarakat seluruh

(3)

tanah air memang berada di pulau Jawa, sehinga tidak dapat dipungkiri bahwasanya masyarakat dari pulau-pulau lain yang masih tertingggal berbondong-bondong untuk pindah ke Jawa.

Kepadatan pulau Jawa bukan berarti tidak terdapat masalah yang ditimbulkannya. Jumlah populasi penduduk yang meningkat drastis diikuti pula dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor yang saat ini seolah-olah menjadi kebutuhan primer masyarakat. Perkembangan jumlah kendaraan bermotor menurut jenisnya tahun 1998-2002 mencapai angka 4,58% untuk mobil; 2,79% untuk bis; 3,51% untuk truk; dan 6,93% untuk sepeda motor, dan diperkirakan untuk perkembangan 2002-2012 mencapai kelipatan ganda bagi kendaraan pribadi.2

Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia yang mengalami peningkatan jumlah cukup besar tidak dibarengi dengan peningkatan kualitas sarana dan prasarana yang mendukung, utamanya adalah keadaan jalan raya sebagai akses vital bagi trasnsportasi darat. Sebesar 61,01% jalan yang berada dibawah kewenangan pembinaan Negara berada dalam kondisi baik; 21,92% dalam kondisi sedang; 9,87% dalam kondisi rusak dan 7,20% dalam kondisi rusak berat. Pada jalan Propinsi sebesar 49,93% berkondisi baik; 28,02% berkondisi sedang; 14,55% berkondisi rusak dan 7,50% berkondisi rusak berat. Sedangkan untuk kabupaten/kota, 36,23% berada dalam kondisi baik; 26,18% berkondisi sedang; 22,04% berkondisi rusak dan 15,55% berkondisi rusak berat. Mengingat jumlah proporsi kendaraan terbesar adalah sepeda motor yang mencapai 73,97% sedangkan jumlah proporsi terkecil adalah bis yang hanya 3,11%. Sedangkan sisanya mobil 14,81%; dan truk 8,12%.3

Jumlah kendaraan pribadi yang lebih banyak daripada kendaraan umum utamanya bis menjadikan polemik besar bagi sistem transportasi darat di Indonesia. Jaminan terhadap pelayanan masyarakat dalam hal transportasi darat tidak dapat dilakukan dengan baik apabila jumlah armada bus umum masih sangat terbatas jumlahnya daripada jumlah kendaraan pribadi. Serta kondisi jalan dengan kualitas baik hanya mencapai 39,91% saja, sedangkan sisanya sedang hingga 2 Badan Pusat Statistik, Statistik Perhubungan, Jakarta: BPS, 2002, hlm. 7

(4)

rusak berat. Dengan kondisi yang demikian, maka akan banyak masalah yang ditimbulkan jika sistem transportasi umum di Indonesia tidak mengalami perbaikan utamanya pada kendaraan besar seperti bus umum.

B. KONDISI DAN KELAYAKAN BUS UMUM DI INDONESIA

Bus umum merupakan salah satu transportasi darat yang paling efisien digunakan oleh masyarakat untuk menjangkau lokasi yang dituju antar kota karena melewati jalan raya secara langsung. Pada dasarmya, tujuan dari transportasi itu sendiri adalah demi keselamatan dan kenyamanan dari pengguna jasa transportasi sesuai dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalulintas dan Angkutan Umum, pasal 3 yang berbunyi:

Trasnportasi jalan diselenggarakan dengan tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan selamat, aman, cepat, lancar, tertib, dan teratur, nyaman dan efisien, mampu memadukan modal transportasi lainnya, menjangkau seluruh pelosok wilayah daratan, untuk menunjang pemerataan, pertumbuhan dan stabilitas sebagai pendorong, penggerak dan penunjang pembangunan nasional dengan biaya yang terjangkau oleh daya beli masyarakat.

Mengingat transportasi merupakan ihwal kepentingan masyarakat umum maka Negara harus melaksanakan pelayanan publik dengan sebaik-baiknya. Sebagaimana diatur dalam UU No. 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus dipikirkan solusi kebijakannya oleh pejabat aparatur Negara, utamanya mengenai sistim trasnportasi darat (dalam hal ini adalah bus angkutan umum).

(5)

perhari juga karena ketidaksesuaian pendapatan dibanding dengan tingginya biaya retribusi yang dikenakan perharinya.4

Kualitas, kuantitas, serta fasilitas dari armada transportasi bus umum menjadi hal yang fundamental bagi pelayanan penumpang dengan dukungan aparat pelaksana dan penyedia jasa itu sendiri. Sehinggga dari kedua variable person (penumpang dan pengusaha) sama-sama tidak ada yang dirugikan. Namun yang paling penting system pelayanan dari penyedia jasa itu yang harus segera diperbaiki. Kualitas aparaturnya utamanya adalah supir yang harus lolos urine test

bebas dari narkoba karena tanggungjawab keselamatan dan kenyamanan perjalanan penumpang berada pada supir. Seringkali dalam perjalanan kurang mendapat kenyamanan akibat perilaku supir yang kurang baik. Serta tingginya angka kecelakaan bus dikarenakan kelalaian pengendara. Belum lagi sistim pembayaran (karcis) yang manipulative tanpa pemberian karcis kepada penumpang dari kondektur. Yang lebih parahnya adalah membolehkan penumpang berdiri di dalam bus yang sudah sesak meskipun di armadanya telah tertulis “Patas ber-AC”. Segi kesejahteraan pegawai merupakan factor penunjang yang amat penting untuk mewujudkan standarisasi pelayanan prima bagi penumpang.

Keberadaan armada bus di Indonesia saat ini memang sungguh memperihatinkan, dengan jumlah yang sangat minim dibandingkan jumlah kendaraan pribadi serta koondisi fisik yang seharusnya sudah tidak layak untuk beroperasi, entah kaca pelindung yang telah retak, pintu yang telah rusak, jok penumpang yang tidak maksimal, serta body part yang sudah tidak anggun untuk dipandang. Apalagi standart mesin yang sudah tidak mampu jalan dan bahkan sering mogok ditengah perjalanan. Hal tersebut sangat mengganggu kenyamanan penumpang. Belum lagi sistem pengoperasian yang over capasitas sehingga penumpang saling berdesak-desakan dengan posisi berdiri dan sesak. Padahal penumpang juga membayar kewajiban sebagaimana penumpang duduk yang lain yaitu harga karcis yang sama. Kondisi ini memicu ketidakadilan dan melanggar hak-hak konsumen yang berhak mendapatkan pelayanan terbaik.

(6)

Adanya praktik terbaik kebijakan publik serta dukungan anggaran Dinas Perhubungan dalam upaya revitalisasi dan peningkatan kualitas, kuantitas serta fasilitas armada bus umum sangat berperan penting. Sehingga pengoperasian terminal dan juga halte yang layak dan nyaman bagi penumpang diharapkan meningkatkan paradigma masyarakat untuk lebih respon menggunakan fasilitas bus umum dalam bertransportasi.

C. REFORMASI PELAYANAN JASA ANGKUTAN BUS UMUM

Gagasan Osborn dan Gaebler tentang Reinventing Government salah satunya menyatakan Pemerintahan katalis: mengarahkan ketimbang mengayuh. Artinya, jika pemerintahan diibaratkan sebagai perahu, maka peran pemerintah seharusnya sebagai pengemudi yang mengarahkan jalannya perahu, bukannya sebagai pendayung yang mengayuh untuk membuat perahu bergerak. Pemerintah entrepreneurial seharusnya lebih berkonsentrasi pada pembuatan kebijakan-kebijakan strategis (mengarahkan) daripada disibukkan oleh hal-hal yang bersifat teknis pelayanan (mengayuh).5

Saat ini, sudah banyak bermunculan jasa transportasi yang telah dikelola oleh swasta atau disebut sebagai penyelenggara pelayanan publik sesuai dengan UU No.25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik pada pasal 8. Sehingga organisasi penyelenggara lah yang bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan terhadap pengguna jasa. Sedangkan pemerintah hanya sebagai Pembina dalam pelaksanaan kebijakan publik sesuai pasal 6. Dengan demikian, pemberian kelonggaran kepada organisasi penyedia jasa transportasi akan memunculkan inovasi terhadap pihak swasta untuk memberikan pelayanan terbaik bagi pelanggannya. Meskipun organisasi swasta lebih condong kepada profit oriented, namun pengguna jasa transportasi langsunglah yang memberikan penilaian terhadap segi pelayanannya.

Dengan munculnya atmosfir persaingan antar organisasi penyedia jasa transportasi bus umum, maka tiap-tiap organisasi penyedia jasa tersebut akan berbondong-bondong memberikan fasilitas terbaik baik pelanggannya. Armada 5 Ahmad Zainal Fanani, Optimalisasi Pelayanan Publik: Persperktif David Osborne dan Ted

(7)

bus yang digunakan akan semakin baik karena pengorganisasian secara independen serta sesuai dengan Standart Operating Prosedure (SOP). Penyelenggara dan seluruh bagian organisasi penyelenggara bertanggung jawab atas ketidakmampuan, pelanggaran, dan kegagalan penyelenggaraan pelayanan.

Berdasarkan Undang-undang No. 9 tahun 1969 tentang Benrtuk-bentuk Usaha Negara telah dilakukan penertiban dan penyempurnaan di bidang perusahaan milik Negara. Sesuai dengan fungsi masing-masing perusahaan Negara maka ditetapkan bentuk perusahaan Negara menjadi Perusahaan Jawatan, Perusahaan Umum atau Perusahaan Perseroan. Mengingat luasnya peranan perusahaan milik Negara yaitu meliputi bidang perdagangan, industry, perhubungan, pertambangan, keuangan, pertanian dan konstruksi, maka penrtiban dan penyempurnaan bentuk bentuk perusahaan tersebut di atas maka fungsi paratur perekonomian Negara menjadi makin jelas yaitu memberikan pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat dan membantu keuangan Negara.6

Pengelolaan tansportasi umum oleh swasta akan menghasilkan inovasi pelayanan terbaik bagi penumpang tanpa adanya tekanan dari pihak pemerintah. Pihak swasta dapat lebih melebarkan sayap dalam mengembangkan bisnisnya selama masih mengarah terhadap pelayanan bagi masyarakat umum yang tidak bertentangan dengan undang-undang yang berlaku. Apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan oleh pihak swasta sehingga menyebabkan kerugian bagi penumpang maka pemerintah masih memiliki hak untuk mencabut izin operasi bisnisnya. Pemerintah juga masih memiliki hak untuk memberikan pengawasan terhadap Standart Operating Prosedure (SOP) sehingga pihak swasta tidak melakukan tindakan sewenang-wenang yang hanya bermotiv keuntungan saja melainkan juga pelayanan prima bagi penumpangnya.

Mantan presiden Amerika Serikat, John. F. Kenedy pernah mengemukakan dasar hak konsumen, yaitu: (1) The right to safe product; (2) The right to be informed about product; (3) The right to be definite choise in selecting product; (4) The right to be heard regarding consumer interest.7

6 C.S.T. Kansil, Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita, 1976, hlm.

(8)

Memberikan pelayanan terbaik terhadap konsumen dalam hal ini adalah penumpang transportasi bus umum merupakan pokok yang harus dijunjung tinggi. Hak-hak yang semestinya diperoleh oleh penumpang harus diperhatikan utamanya dari segi keselamatan, kenyamanan, dan fasilitas transportasi. Keberadaan armada bus umum di Indonesia saat ini masih terdapat bus yang sudah jauh dari standar kelayakan namun masih tetap saja dipaksakan untuk beroperasi. Ditambah lagi sikap pelayanan dari aparatur baik supir bus maupun kondektur yang memerlukan adanya perbaikan mutu.

Direktur Keselamatan Transportasi Darat Kementrian Perhubungan Hotma Simanjuntak mengatakan, angka fasilitas kecelakaan di Indonesia cukup tinggi; “Angka dari korps lalu lintas Polri menyebutkan ada 31.234 korban kecelakaan yang meninggal dunia pada 2010 dan meningkat menjadi 32.657 orang pada tahun 2011”. Tingginya angka korban kecelakaan yang meninggal dunia ini karena disiplin berlalulintas masih rendah. Dari hasil analisis diketahui 90% kecelakaan karena faktor manusia, sebanyak 10% sisanya dibagi rata antara kondisi jalan dan rambu lalulintas serta faktor kendaraan.8

Upaya peningkatan kualitas aparatur transportasi dapat dilakukan dengan uji kelayakan supir yang memenuhi standart persyaratan mengemudi baik berupa Surat Izin Mengemudi dan bebas dari pengaruh obat-obatan terlarang. Penghapusan sistem pengupahan premi menjadi penggajian dan kenaikan tunjangan supir/aparat transportasi juga merupakan upaya peningkatan standart kualitas kerja dan pelayanan dari aparaturnya. Peningkatan jaminan kesejahteraan bagi supir, kondektur, kenek, dan aparatur terminal, sehingga mereka akan memberikan pelayanan terbaik bagi penumpang bus umum.

Pengujian kelayakan dan pemberian izin kelayakan jalan armada bus umum juga sangat diperlukan. Upaya revitalisasi kendaraan umum yang tengah ditempuh oleh Pemerintah Daerah DKI Jakarta pada dasarnya merupakan tindakan yang tepat demi tercapainya standarisasi kelayakan armada. Namun juga

7 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2000, hlm. 27.

(9)

memerlukan suatu telaah pengkajian ulang terhadap kebijakan publik yang terbaik sehingga sama-sama mempertemukan kebutuhan dan keinginan dari variable person (pihak swasta dan juga konsumen/penumpang).

Diperlukan adanya revitalisasi dan penambahan jumlah armada bus yang optimal. Tentusaja hal tersebut tidak mudah, mengingat kondisi jalanan di Pulau Jawa utamanya yang sudah hampir penuh sesak dengan kendaraan bemotor. Perlu dilakukan adanya strategi khusus untuk menangani hal ini, anggaran yang diperlukan juga tidak sedikit tentunya. Namun, pemerintah dapat mengambil kebijakan yang sesuai sehingga ditemukan titik temu yang pas. Salah satu cara adalah dengan bermitra bersama anggaran Bahan Bakar Minyak (BBM), yang dapat ditekan sehingga alokasi dananya dapat digunakan untuk konsentrasi revitalisasi system transportasi.

Kementrian keuangan mengusulkan tiga strategi untuk menekan beban subsidi bahan bakar minyak. Pertama menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi Rp 500,- per liter. Kedua, mengalihkan bahan bakar ke gas pada semua jenis angkutan. Ketiga, melarang mobil pribadi menggunakan bahan bakar minyak bersubsidi. Jika menaikkan harga BBM bersubsidi, penghematan mencapai Rp 21,2 triliun. Jika pengalihan BBM ke gas, penghematan hanya Rp 6,6 triliun. Jika melarang mobil pribadi menggunakan BBM bersubsidi, penghematan mencapai RP 50,2 triliun.9

Merupakan angka yang sangat fantastis dengan melakukan pelarangan penggunaan BBM besubsidi bagi mobil pribadi. Dan hal tersebut bukan mustahil untuk dilaksanakan apabila keberadaan layanan transportasi darat memberikan penawaran yang sangat baik bagi penumpangnya. Dengan fasilitas pelayanan baik, armada yang sesuai standart, serta harga yang lebih terjangkau daripada menggunakan kendaraan pribadi karena penggunaan BBM subsidi. Hasil anggaran yang didapatkan dari penekanan anggaran BBM tersebut lebih dapat dikonsentrasikan untuk melakukan pembenahan dan revitalisasi di berbagai fasilitas umum seperti perbaikan kualitas akses jalan, dan subsidi pengadaan armada transportasi. Selain itu, angka kemacetan jalan juga secara langsung dapat

(10)

dikurang jumlahnya dengan mutu dan kualitas transportasi umum yang lebih baik dan sangat layak bagi penumpang. Dengan demikian right to be definite choice in selecting product dan hak konsumen (penumpang) lainnya dapat terpenuhi.

D. REVITALISASI PELAYANAN PUBLIK MELALUI BUS TIKET BOX

Upaya untuk memberikan pelayanan publik yang terbaik bagi masyarakat memerlukan kinerja ekstra serta melalui proses yang bertahap. Demi mewujudkan pelayanan terbaik bagi penumpang transportasi bus umum diperlukan beberapa tahap revitalisasi dan pembenahan di berbagai bidang yang menunjang pengoperasian. Adapun tahap-tahap yang harus dilakukan yaitu meliputi:

a) Revitalisasi jalan raya dan pembenahan akses jalur angkutan umum. Kondisi jalan yang baik merupakan sarana vital bagi terselenggaranya system transportasi yang baik.

b) Revitalisasi dan penambahan jumlah armada bus umum disertai dengan pemberian standart kelayakan angkutan. Fasilitas transportasi yang baik menjamin keselamatan dan kenyamanan penumpang, sehingga bus umum layak menjadi transportasi pilihan masyarakat.

c) Renovasi Akses terminal dan halte sangat diperlukan, mengingat fasilitas umum harus memberikan pelayanan kenyamanan terbaik bagi konsumen (penumpang).

d) Restrukturisasi aparatur terminal dan pekerja angkutan umum. Meningkatkan kualifikasi dan kriteria aparatur pelaksana menjadi jaminan terpenting dalam pelaksanaan pelayanan masyarakat. Serta dibarengi dengan jaminan kesejahteraan bagi aparaturnya, kesejahteraan yang memadai menurunkan resiko korupsi.

e) Dan tahap terakhir apabila semua komponen yang perlu diperbaiki di atas sudah terpenuhi, barulah BTB (Bus Tiket Box) perlu untuk diaplikasikan di Indonesia.

(11)

secara langsung di dalam bus oleh kondektur. Pada kenyataannya hal tersebut memberikan dampak yang kurang efektif bagi pelaksanaan dan pelayanan penumpang, serta rentan adanya manipulasi harga yang dilakukan oleh kondektur dan supir nakal. Pengalokasian BTB dapat ditempatkan di setiap terminal bus dan halte-halte. Dengan pemakaian system pengkarcisan melalui BTB, maka penumpang akan menjadi semakin terjamin kenyamananya. Karena satu tiket yang harus dibawa ke dalam bus memberikan satu fasilitas tempat duduk, sehingga dapat dipastikan tidak ada penumpang yang harus berdiri berdesakan di dalam bus serta tidak ada manipulasi kondektur nakal yang tidak memeberi karcis kepada penumpang.

Untuk perjalanan jarak jauh, BTB hanya terdapat di terminal, sedangkan untuk penggunaan perjalanan jarak dekat seperti di kota, BTB dapat disediakan di halte-halte. Dan apabila system BTB ini dpat berjalan dengan baik maka juga dapat dipastikan penggunaan karcis penumpang berlanganan yang system pembayarannya dapat dilakukan melalui e-banking. Bukankah kemajuan teknologi juga harus diikuti dengan kemajuan aplikasi pemanfaatannya. BTB ini juga dapat memberikan dampak baik bagi arus transportasi umum, dengan begitu angkutan umum tidak dapat mengangkut atau menurunkan penumpang di sembarang tempat. Serta harapan pelaksanaan pelayanan publik di Indonesia dapat terlaksana dengan memuskan utamanya di bidang transportasi umum.

E. PENUTUP

(12)

Perlu adanya revitalisasi dan penambahan jumlah armada bus umum yang baik dengan pelayanan prima dari aparaturnya serta upaya memperlonggar inovasi pihak swasta yang berjalan dalam ruang lingkup transportasi umum untuk mewujudkan praktek pelayanan publik yang terbaik. Serta program BTB (Bus Tiket Box) dapat diaplikasikan di Indonesia demi pelaksanaan pelayanan terbaik bagi penumpang. Kebijakan dari pemerintah untuk memberikan titik temu serta solusi bagi terselenggaranya kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga Negara dan penduduk atas barang, jasa, dan / atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.10

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Data Literatur:

Gunawan Wijaya & Ahmad Yani. 2000. Hukum Tentang Perlindungan Konsumen, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Kansil, C.S.T. 1976. Pengantar Hukum Perusahaan Indonesia, Jakarta: Pradnya Paramita.

Sudaryatmo. 1999. Hukum dan Advokasi Konsumen, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Data Catalog:

Badan Pusat Statistik. 2002. Statistik Perhubungan. Jakarta: Penerbit BPS

Data Makalah:

Ahmad Zainal Fanani. Optimalisasi Pelayanan Publik: Perspektif David Osborne dan Ted Gaebler. (PDF) makalah tidak diterbitkan.

Yeremias. T. Keban. 2001. Etika Pelayanan Publik: Pergeseran Paradigma, Dilema dan Implikasinya bagi Pelayanan Publik Indonesia. (PDF) dimuat dalam Majalah Perencanaan Pembangunan edisi 24 tahun 2001.

Data Koran:

Kompas. Kecelakaan Lalulintas Sebabkan Kemiskinan Sistematis. Rabu, 2 November 2012.

Kompas. Tiga Strategi untuk Menekan Beban anggaran Subsidi BBM. Rabu, 2 November 2012.

Data Internet:

Wikipedia. Geografi Indonesia. (on-line), (http://id.wikipedia.org). Diakses 20 November 2012.

(14)

Data Peraturan Perundang–undangan:

Referensi

Dokumen terkait

Judul : Pengembangan Multimedia Pembelajaran dengan Adobe Director 11 pada Materi Fisika Sekolah Menengah Atas (SMA) Pokok Bahasan Gerak Melingkar Beraturan.. Nama :

‘‘Program ini sudah dilaksanakan di Fakultas Farmasi selama 4-5 tahun, mahasiswa Farmasi UNAIR sudah menjadi anggota dalam International Pharmaceutical Students’

Pada proses fermentasi, waktu pemeraman pulp kakao akan merubah keasamannya dimana semakin lama pemeramannya semakin rendah keasamannya (pH rendah), karena ion-ion yang

Sedangkan mereka yang bersekolah saja, mutu dan kompetensi serta moralitasnya rata-rata masih kurang dari harapan, apalagi masyarakat miskin yang terpaksa tidak dapat

Potensi risiko pada follow-up audit mengenai kurangnya tanggung jawab dari pelaksana pengadaan, atasan pelaksana dan pimpinan, kurangnya supervisi dan monitoring dari atasan

STRUKTUR MODAL, DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

Mencermati dari penjelasan di atas, pondok pesantren Al- Iman Bulus Purworejo adalah salah satu pondok pesantren yang mencoba menginovasi pendidikan dengan