• Tidak ada hasil yang ditemukan

22. survei geofisika terpadu daerah panas bumi Kapahiang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "22. survei geofisika terpadu daerah panas bumi Kapahiang"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENYELIDIKAN GEOFISIKA TERPADU GAYA BERAT, GEOMAGNET DAN GEOLISTRIK DAERAH PANAS BUMI KEPAHIANG, KECAMATAN KABA WETAN,

KABUPATEN KEPAHIANG, PROVINSI BENGKULU

Syuhada Arsadipura, Moch. Kholid, Dedi Djukardi

---SARI

Daerah panas bumi Kepahiang berada di jalur subduksi pada daerah busur magmatik Sumatera bagian barat. Sistem panas bumi Kepahiang erat kaitannya dengan aktivitas vulkanik Gunung Kaba yang masih menyimpan panas dari magma sisa (magma remnant) dengan manifestasi panas bumi yang muncul dipermukaan berupa solfatara, fumarol,dan batuan alterasi.

Survei geofisika meliputi gaya berat, magnet dan geolistrik dilakukan untuk memperoleh keprospekan panas bumi Kepahiang. Pengukuran geofisika terkonsentrasi pada area sekitar manifestasi Air Sempiang, Kawah Gunung Kaba di sebelah utara dan Babakan Bogor di sebelah baratdaya.

Hasil survei geolistrik memperlihatkan zona tahanan jenis rendah di sekitar manifestasi panas bumi Air Sempiang yang diperkirakan merupakan produk vulkanik dari Gunung Kaba yang telah mengalami alterasi hidrothrmal dan mengindikasikan zona prospek panas bumi Kepahiang. Metode gaya berat menunjukkan anomali sisa rendah yang membuka ke arah utara yaitu kearah Gunung Kaba, sedangkan zona demagnetisasi dari hasil metode magnet mengindikasikan adanya pengaruh fluida panas dari sistem panas bumi pada batuan vulkanik Gunung Kaba terutama di sekitar manifestasi panas bumi.

Hasil kompilasi survei geofisika menunjukkan luas area prospek panas bumi Kepahiang adalah sekitar 20 km2 yang berada di sekitar manifestasi Air Sempiang dengan potensi panas bumi sebesar 325 MWe dalam kelas cadangan terduga.

PENDAHULUAN

Dalam rangka menjalankan kewenangan Survei Pendahuluan tersebut, Pusat Sumber Daya Geologi – Badan Geologi, melalui Kelompok Program Penelitian Bawah Permukaan, pada tahun anggaran 2010 telah melakukan survei geofisika terpadu dengan metode gaya berat, geomagnet, geolistrik di daerah panas bumi Kepahiang, Kecamatan Kaba Wetan Kabupaten Kepahiang Provinsi Bengkulu. Data dukung keberadaan potensi panas bumi daerah Kepahiang berasal dari hasil survei sebelumnya yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi yang bekerjasama dengan Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kepahiang yang memperlihatkan keberadaan manifestasi potensi panas bumi berupa mata air panas di 2 lokasi yaitu didesa Air Sempiang kecamatan Kaba Wetan dan desa Bayung Kecamatan Seberang Musi dan fumarol dengan temperatur berkisar antara 40o – 97oC.

Survei geofisika terpadu ini merupakan suatu bagian komplementer dari survei panas bumi terpadu dengan metode geosain lainnya seperti geologi dan geokimia. Gabungan terpadu dari hasil survei geofisika dan hasil survei geologi dan geokimia akan memberikan data geosain terpadu untuk memperkirakan keberadaan sumber daya Panas Bumi dan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP).

Kabupaten Kepahiang adalah salah satu kabupaten di Propinsi Bengkulu, yang merupakan pemekaran dari kabupaten Rejang Lebong, berdasarkan UU No.39b Tahun 2003 yang disahkan tanggal 7 Januari 2004. Kabupaten Kepahiang meliputi 8 kecamatan, dengan luas wilayah 66.500 Ha. terletak pada posisi 101o55’19” sampai dengan 103o01’29” Bujur Timur (BT) dan 02o43’07” sampai dengan 03o46’48” Lintang Selatan (Gambar. 1).

Batas Wilayah disebelah utara,

(2)

Kabupaten Rejang Lebong, disebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Ulu Musi, Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan, disebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Taba Penanjung, Kabupaten Bengkulu Utara, dan disebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Utara dan Bermani Ulu, Kabupaten Rejang Lebong.

GEOLOGI, GEOKIMIA

Pulau Sumatera terletak di sepanjang tepi baratdaya Lempeng Benua Sunda dan di tepi barat Busur Sunda, di bawahnya kerak samudera menunjam miring ke arah utara – timurlaut (Hamilton, 1979 ; Gafoer dkk., 1992); walaupun penunjaman di bawah tepi barat Sumatera tersebut diawali pada awal Perem (Katili, 1969; Hutchinson, 1973 dan Cameron dkk, 1980 ; Gafoer dkk, 1992). Peningkatan kegiatan magma yang terjadi kemudian telah menghasilkan pembentukan busur gunungapi Tersier sampai Resen dari Pegunungan Barisan di sepanjang tepi barat Sumatera dan terpotong memanjang oleh Sistem Sesar Sumatera. Sehubungan dengan busur magma tersebut, daerah Kepahiang termasuk ke dalam mandala Zona Busur Magmatik.

Stratigrafi Daerah Kepahiang dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu urutan Tersier dan kuarter. Berdasarkan pembagian mandala geologi Tersier Pulau Sumatera, Daerah kepahiang terletak didalam busur magmatik dan nama lajur yang digunakan adalah Lajur Barisan. Stratigrafi Tersier

- Satuan tertua adalah Formasi Seblat (Toms), berumur Oligosen Tengah – Miosen Akhir. Bagian bawah terdiri dari batupasir yang sebagian karbonan, batupasir tufan kayu terkersikan dan lensa-lensa konglomerat. Bagian tengah terdiri atas selingan batu gamping dan batulempung. Bagian atas terdiri dari serpih dengan sisipan batulempung tufan, napal dan konglomerat. Formasi Seblat diendapkan di lingkungan laut dengan kondisi turbidit.

- Formasi Hulu Simapang (Tomh)

berumur Oligosen Akhir – Miosen Tengah. Formasi ini ditemukan setempat di bagian selatan Kepahiang. Formasi Hulu Simpang terdiri dari lava, breksi gunungapi dan tuf, khas terkhloritkan dan terpropiltkan dengan mineralisasi sulfida dan urat-urat kuarsa. Lava andesit basal fenokris plagioklas sebagian terubah menjadi serisit di dalam masa dasar yang mengandung hornblenda. Breksi gunungapi terpilah buruk, komponen menyudut bersusun andesit-basal. Tuf umumnya berlapis baik , terubah kuat, epidotsi dan kloritasi dengan pirit. Setempat berupa tuf padu. Diendapkan dilingkungan peralihan, darat-laut dangkal.

- Formasi Gumai (Tmg), berumur Miosen Tengah. Formasi Gumai bagian bawah terdiri atas perselingan serpih, napal dan batulempung dengan bintil batulanu dan batu gamping: bagian tengah terdiri atas serpih dan batulempung dengan sisipan batulanu dan batupasir tufan: bagian atas terdiri atas serpih dengan sisipan batulempung gampingan. Formasi Gumai diendapkan dilingkngan neritik. - Batuan Terobosan Miosin Diorit

(TmdI), abtuan ini menerobos Formasi Hulu Simpang dan ditindih oleh batuan gunungapi Plistosen. Batuan ini ditafsirkan berumur Miosen Tengah dan merupakan bagian dari jalur pluton regional bersusun diorit yang menerobos sepanjang lereng barat Pegunungan Barisan. Didaerah Kepahiang Batuan terobosan Diorit ditemukan setempat dibagian utara-barat,

Stratigrafi Kuarter

Satuan batuan yang ada dalam runtunan Stratigrafi Kuarter adalha sebagai berikut :

- Batuan Breksi Gunungapi (Qhv), berumur holosen, terdiri dari breksi gunungapi, tuf bersusun andesit-basal. Daerah Kepahiang sebagian besar didominasi oleh Batuan Breksi Gunungapi.

- Satuan Batuan Gunungapi

(3)

terdiri dari lava bersusun andeist sampai basal, tuf dan breksi lahar. Produk Gunung api Bukit Kaba terletak persis pada zona transtension diantara Sesar Ketaun-Tes dan Sesar Despetah. Keberadaan satuan endapan volkanik dikelurusan segmen Sesar Despetah, sebelah Selatan Kepahiang, diinterpretasikan sebagai hasil fissure eruption, dan pembentukkan struktur

compressional step-over yang nampaknya terjadi karena hambatan dari tubuh satuan endapan volkanik tersebut merupakan indikasi adanya interplay antara perkembangan tektonik dan aktivitas volkanik.

Struktur geologi yang teramati didaerah Kepahiang adalah berupa peneseseran dengan arah umum baratlaut-tenggara. Dilapangan tanda-tanda adanya struktur sesar teramati adanya beberapa kelurusan bukit dan air terjun.

Daerah Kepahiang - Rejang Lebong merupakan daerah terminasi utama Sistem Sesar Dekstral Sumatra. Ada tiga segmen utama sesar yang paling aktif, yaitu: Sesar Ketaun-Tes, Sesar Despetah dan Sesar Musi-Keruh. Terbentuknya pola kelurusan Utara-Selatan tersebut dikontrol oleh struktur rekanan dalam (deep seated structures). Aktifitas panas bumi (geothermal), pemunculannya berasosiasi dengan pola struktur sesar terutama yang berarah Timurlaut-Baratdaya dan zona sesar aktif utama dari sistim sesar Sumatra berarah Baratdaya-Tenggara (Gambar 2).

Manifestasi panas bumi daerah Kepahiang terdiri dari fumarol, mata air panas, batuan ubahan dan solfatara. Terdapat dua kelompok manifestasi yaitu :

Kelompok Sempiang terdapat di hulu sungai airputih daerah Bukit Itam berada pada koordinat UTM zona 48 S dengan x = 234,715 mT dan y = 9,606,757 mS dengan ketinggian 1286 m dpl, terdiri dari pemunculan mata air panas, fumarol, dan batuan ubahan. Pada fumarol Sempiang tercium bau H2S yang sangat kuat,

terdapat sublimasi belerang, temperatur tertinggi 94,1oC. Di sekitar fumarol ini terdapat mata air panas dengan

temperatur 94.1 0C, temperatur udara 30,1 0C, pH = 4,20 dengan debit 30 l/detik.

Kelompok Babakan Bogor dijumpai di kampung Babakan Bogor pada koordinat UTM zona 48 S dengan x = 229,261 mT dan y = 9,600,988 mS pada ketinggian 573-604 mdpl. Manifestasi berupa pemunculan 2 mata airpanas dengan temperatur 41,3 oC, temperatur udara 24,4-27,0 oC, pH = 5,56,5, dan debit 2-20 l/detik. Selain itu di babakan Bogor, terdapat mata air dingin, muncul pada elevasi 619 mdpl., temperatur 30,1 oC, pada temperatur udara 25,0 oC, pH =

6,22, dan debit 20 l/detik

METODE PENYELIDIKAN

Survey geofisika terpadu daerah panas bumi Kepahiang menggunakan tiga metode geofisika yaitu: gaya berat, geomagnet dan geolistrik.

Penyelidikan gaya berat meliputi pengukuran gaya berat di titik ukur, pengambilan conto batuan, pengolahan data hasil pengukuran dan pemodelan gaya berat. Pengukuran gaya berat dilakukan di titik yang telah ditentukan baik titik lintasan maupun acak. Metode pengukuran yang digunakan adalah metode poligon tertutup. Metode ini mengukur di suatu titik di lanjutkan ke titik-titik lainnya dan kembali lagi ke titik-titik ukur awal. (Gambar 2.2). Titik awal dan penutupan pada pengukuran yang digunakan pada penyelidikan gaya berat disebut station basis (BS). Data yang diambil dari pengukuran gaya berat di lapangan adalah nilai bacaan alat, waktu pengukuran dan data koreksi medan (inner terrain). Data yang diperoleh tersebut masih dipengaruhi oleh faktor perubahan alat terhadap waktu dan faktor alam seperti gaya tarik dari benda luar (bulan dan matahari) serta kondisi topografi (ketinggian, medan, lattitude, massa lempeng Bouguer). Dengan adanya pengaruh tersebut maka data gaya berat dikoreksi sehingga diperoleh anomali gaya berat Bouguer. Nilai anomali ini kemudian dipisahkan menjadi anomali regional dan sisa.

(4)

Pengukuran menggunakan dua alat magnetometer, satu alat digunakan untuk pengukuran di titik ukur (lintasan/acak) dan lainnya untuk pengukuran variasi harian intensitas magnet di titik yang disebut Base Station (BS).

Pengambilan conto batuan dilakukan untuk pengukuran suseptibilitas (kerentanan magnet) batuan di daerah penyelidikan. Conto-conto batuan yang diambil diasumsikan merepresentasikan satuan batuan daerah penyelidikan untuk mengetahui nilai kerentanan magnetnya. Data yang diambil dari pengukuran di lapangan berupa nilai bacaan alat dan waktu pengukuran termasuk pengukuran di BS. Pengolahan data meliputi pembuatan nilai koreksi harian, koreksi harian terhadap bacaan alat di titik ukur, pembuatan peta Magnet.

Dari anomali intensitas magnet total yang diperoleh, dapat diinterpretasikan zona– zona yang diduga berkaitan dengan aktivitas sistem panas bumi, juga struktur– struktur geologi yang terdapat di daerah survei.

Dalam eksplorasi panas bumi, salah satu hal yang penting adalah mencari informasi yang mengarah pada diketahuinya struktur-struktur yang merekonstruksi sistem panas bumi itu sendiri. Metode geomagnet merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk mencari struktur, baik struktur dalam maupun dangkal.

Data magnetik didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet batuan), yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras magnetik di bawah permukaan. Di daerah panas bumi, larutan hidrotermal dapat menimbulkan perubahan yang masif terhadap sifat kimia dan fisika batuan bawah permukaan. Perubahan lainnya yaitu sifat kemagnetan batuan akan menjadi turun atau hilang akibat panas yang ditimbulkan. Karena panas terlibat dalam alterasi hidrotermal, maka tujuan lainnya dari survei magnetik pada daerah panas bumi adalah untuk melokalisir daerah demagnetisasi yang diduga berkaitan erat dengan aktivitas panas bumi.

Besarnya intensitas kemagnetan induksi dapat diperoleh dari rumus berikut

ini: I = k.H (Tesla)

Keterangan: I = intensitas magnet bumi k = kerentanan magnet H = kuat medan magnet bumi

Perubahan yang terjadi pada kuat medan magnet bumi sangat kecil dan memerlukan waktu yang sangat lama bisa mencapai ratusan hingga ribuan tahun sehingga dalam penyelidikan magnet selalu dianggap konstan. Apabila kuat medan magnet bumi (H) dianggap konstan maka besarnya intensitas magnet bumi (I) hanya akan tergantung pada variasi kerentanan magnet batuan. Asumsi inilah yang menjadi dasar dalam penyelidikan magnet.

Penyelidikan geolistrik ini terdiri atas dua cara yaitu pemetaan tahanan jenis (mapping) dan pendugaan tahanan jenis (sounding), dengan menggunakan konfigurasi Schlumberger bentangan simetris. Pengukuran dilakukan pada titik-titik ukur yang telah ditentukan. Hasil pengukuran mapping akan berupa peta-peta tahanan jenis semu untuk berbagai bentangan elektroda arus, sedangkan pengukuran sounding akan berupa profil-profil nilai tahanan jenis sebenarnya.

Metode penyelidikan ini menggunakan arus bolak-balik yang dialirkan melalui dua buah elektroda arus A dan B yang menghasilkan beda potensial diantara kedua titik tersebut dan selanjutnya diukur besar beda potensial MN yang terletak di antara A dan B.

Pengukuran di daerah penyelidikan ini dilakukan dalam konfigurasi bentangan AB/2 = 250, 500, 750 dan 1000 meter untuk mapping, sedangkan untuk pengukuran sounding dimulai pada bentangan AB/2 = 1,5 meter sampai AB/2 = 2000 meter dengan jarak elektroda potensial MN < 1/5 AB. Semakin besar AB/2 semakin dalam penetrasi arus ke dalam bumi, yang berarti semakin dalam informasi yang didapat.

HASIL PENYELIDIKAN

(5)

bervariasi diantaranya ; lintasan A sepanjang 3000 meter (5500 – 8500) 13 titik ukur, lintasan B 7000 meter (2500 – 9500) 29 titik ukur, lintasan C 7000 meter (2500 – 9500) 29 titik ukur, lintasan D 7000 meter (2500 – 9500) 32 titik ukur, lintasan E 7000 meter(2500 – 9500) 29 titik ukur, lintasan F 7000 meter (2000 – 9000) 29 titik ukur, lintasan G 7000 meter (2500 – 9500) 29 titik ukur. Arah dan panjang lintasan dibuat berdasarkan struktur sesar (secara geologi), situasi lapangan, dan kondisi topografi.

Dari hasil pengukuran mendapatkan data sebagai nilai bacaan alat gayaberat yang berupa harga skala yang kemudian dapat dikonversi ke dalam satuan miligal. Dari hasil nilai ini setelah mengalami koreksi harian dan drif alat serta telah diikatkan ke nilai gayaberat Internasional (IGSN 71) DG0 Bandung. Dari hasil pengikatan terhadap nilai ikat gayaberat tersebut diperoleh harga gayaberat observasi daerah panasbumi Kepahiang sebesar 977863,976 mgal pada titik stasiun basis (BS).

Jumlah pengukuran titik gaya berat dilapangan dilaksanakan pada 289 titik ukur yang tersebar dalam lintasan A,B,C,D,E,F, dan G sebanyak 187 titik ukur dan 102 titik ukur secara random (regional)

Titik-titik ukur geomagnet yang dikerjakan adalah persis sama dengan yang dikerjakan oleh gaya berat, yaitu sebanyak 276titik pengukuran yang terdiri dari 187 titik terletak di sepanjang lintasan dan titik-titik regional. Selain pengukuran di daerah Kabupaten Kepahiang dilakukan juga pengukuran geomagnet regional di Kabupaten Rejang sebanyak 17 titik.

Pengukuran geomagnet dilakukan dengan menggunakan 3 (tiga) set alat

Magnetometer yaitu 2 (dua) set merek Proton tipe G-856, dengan ketelitian 0,1 nT, dan 1 (satu) set magnetometer Unimag tipe Gun dengan ketelian 10 nT. Satu alat proton digunakan di titik Base station (BS) untuk mengukur variasi harian, sedangkan yang dua set lagi digunakan untuk pengukuran intensitas magnet total di titik-titik yang dibuat

disepanjang Lintasan A sampai G sebanyak 187 titik, serta pada titik-titik Regional didaerah penyelidikan dengan kode titik ukur RK1 sampai dengan RK86 ditambah 3 titik X1 sampai X3. Sedangkan diluar daerah penyelidikan yaitu di Gunung Kaba, Kabupaten Rejang dilakukan pengukuran geomagnet sebanyak 17 titik regional (titik pengukuran RK87 - RK104).

Pengukuran Variasi Harian (Diurnal Variation) dititik BS dengan menggunakan alat magnetometer Proton diprogram secara otomatis dengan interval waktu 10 menit. Harga intensitas total (IRGF) dihitung dengan Program Mag-Pick, yaitu dengan memasukan harga latitude dan longitude dari titik Base Station daerah penyelidikan yaitu LS = 102,630 dan BT 03,590 dengan ketinggian

1119,0 m. Maka dari Program ini

diperoleh harga intensitas magnet total (IGRF) = 43966,7 nT, harga inklinasi = -26,66 dan harga deklinasinya = 0,06.

Pengukuran geomagnet pada titik-titik sepanjang lintasan A sampai G dan titik-titik Regional RK selalu diawali dan diakhiri dititik tetap (BS), hal ini untuk mengetahui adanya drift alat dan variasi harian, yang selanjutnya akan digunakan dalam pengolahan data magnet .

Hasil pengukuran mapping di daerah panas bumi Kepahiang terdiri atas 8 lintasan yaitu lintasan A,B,C,D,E,F,G dan H yang berarah timurlaut-baratdaya dengan jumlah titik sebanyak 66 titik.

Pengukuran sounding telah dilakukan pada sebanyak 12 titik yang tersebar di beberapa titik amat pada lintasan-lintasan A s/d H. Berdasarkan data sounding dilakukan pemodelan lapisan tahanan jenis satu dimensi.

Penampang-penampang sounding

kemudian dibuat dengan mengkorelasikan hasil-hasil pemodelan tersebut sehingga dapat diketahui penyebaran lapisan tahanan jenis sebenarnya ke arah lateral, vertikal disertai kedalamannya.

(6)

semu terhadap arah lateral (peta tahanan jenis semu) ditampilkan juga pada arah vertikal dalam bentuk penampang tahanan jenis semu untuk tiap lintasan. Hasil pengukuran sounding akan diinterpretasi dalam bentuk model bawah permukaan 1 dimensi yang divisualisasikan dengan kombinasi topografi dan posisi lateralnya.

PEMBAHASAN

Gaya berat (dari peta Bouguer, Regional dan Residu) memberikan informasi, gradien kontur anomali memberikan kontras anomali yang cukup jelas. Sebaran nilai anomali dapat dikelompokkan manjadi 3 (tiga) sebagai berikut.

1) Nilai 50 s/d 66 mgal sebagai anomali tinggi, menempati daerah sekitar Babakan Bogor yang terletak di sebelah baratdaya daerah penyelidikan, dan disekitar lintasan G terutama di titik amat G-8000 sampai dengan G-9000 atau disekitar desa Bandung Baru, Bukitsari, dan desa Sukasari. Kelompok ini ditafsirkan sebagai defleksi dari batuan dasit dan andesit.

2) Nilai 35 s/d 50 mgal dikelompokkan sebagai anomali sedang, terdapat di bagian barat, tengah, selatan, timur, dan tenggara. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan andesitik, breksi gunungapi dan aliran piroklastik yang telah mengalami pelapukan lemah - sedang.

Nilai 20 s/d 35 mgal sebagai anomali rendah, terdapat di bagian baratlaut, utara sampai timurlaut. Kelompok ini ditafsirkan sebagai respon batuan yang didominasi oleh batuan yang telah mengalami pelapukan atau ubahan dari tingkat lemah sampai kuat akibat naiknya larutan hidrothermal dan struktur yang terbentuk. Khususnya daerah yang mempunyai nilai anomali rendah di bagian utara sampai timurlaut diperkirakan sebagai defleksi dari batuan lava andesit dan aliran piroklastik yang telah mengalami ubahan kuat.

Beberapa indikasi adanya struktur atau patahan diinterpretasi dari peta anomali Sisa (Gambar 3). Sesar dapat dilihat di bagian utara, tengah, dan baratdaya daerah penyelidikan. Di bagian utara hingga barat terlihat pola anomali dengan liniasi kerapatan kontur antara anomali rendah dan anomali sedang cukup tajam yang mengarah baratdaya – timurllaut, hal ini mengindikasikan cerminan suatu struktur patahan yang berarah baratdaya - timurllaut (F1). Struktur ini diperkirakan struktur yang mengontrol manifestasi air panas Air Sempiyang.

Struktur yang lainnya diperlihatkan di bagian utara hingga ke tengah daerah penyelidikan terlihat memanjang ke arah baratdaya terlihat pola anomali dengan liniasi kerapatan kontur antara anomali rendah dan anomali sedang cukup tajam yang mengarah baratdaya – timurllaut, diperkirakan suatu struktur patahan yang berarah baratdaya – timurllaut (F2). Di bagian lainnya terdapat kelurusan dengan arah utara hingga ke bagian tengah daerah penyelidikan, diperkirakan merupakan suatu struktur patahan yang berarah hampir utara – selatan (F3). Struktur yang diperkirakan yang berada di bagian utara mengarah ke bagian timur (F5), merupakan suatu struktur patahan yang berarah baratllaut – tenggara, begitu pula struktur yang berada di bagian tengah (F4) hampir sama seperti yang diperlihatkan oleh struktur (F5) baik arahnya maupun kerapatan liniasi konturnya. Struktur lainnya yang terletak di bagian ujung baratdaya dan yang memperlihatkan anomali tinggi diantara yang lainnya. Terlihat jelas pola anomali dengan liniasi kerapatan kontur antara anomali rendah dan anomali tinggi yang cukup tajam dengan arah struktur yang diperkirakan mempunyai arah baratllaut – tenggara (F6), diperkirakan merupakan Struktur sesar aktif utama dari sistim sesar Sumatra dan merupakan kontrol struktur dari manifestasi air panas Babakan Bogor.

(7)

karena merupakan ukuran kemampuan dari suatu batuan untuk menerima magnetisasi sewaktu terjadinya medan magnetik bumi. Untuk mendapat gambaran yang jelas tentang sifat-sifat kemagnetan batuan yang dijumpai di daerah penyelidikan telah dilakukan pengukuran susceptibilitas (kerentanan, k) magnetik batuan pada 15 contoh batuan yang representatif yang diambil pada beberapa lokasi titik amat (tabel 3.2), nilai tersebut merupakan nilai rata-rata pembacaan dari alat susceptibility m.

Nilai kerentanan magnet batuan didaerah penyelidikan berkisar antara 0.004 sampai 0.0018. Nilai terendah terdapat pada batuan basal terubah yang tersingkap pada titik B6900, D3900, F7500, dan APBB, APBH DAN APKI , secara berurutan nilai kerentanan magnetnya yaitu sbb: 0,0004, 0,0007, 0,0007, 0,0004, 0,0009 dan 0,0009 cgs.

Sedangkan nilai tertinggi terdapat pada batuan andesit basaltik dengan nilai k antara 0.0011 – 0.0018. Batuan di daerah penyelidikan yang memberikan nilai kerentanan magnet 0.0004 – 0.0010 menandakan batuan tersebut bersifat non magnetik sedangkan batuan yang mempunyai nilai k, antara 0,0011 – 0,0018 mengindikasikan batuan tersebut relatif bersifat magnetis dari batuan lainnya yang ada didaerah penyelidikan.

Keberadaan struktur geologi seperti sesar/kontak litologi dari batuan yang berbeda didaerah penyelidikan dicirikan oleh adanya, kontras anomali negatif dan positif yang besar, kelurusan-kelurusan pola anomali, kerapatan kontur dan pembelokan anomali yang tajam, serta pengkutuban anomali positf dan negatif. Secara geologi kondisi tersebut diatas mencerminkan keberadaan struktur lokal yang cukup komplek didaerah penyelidikan. Dari Profil Anomali Magnet memberikan gambaran struktur sesar/kelurusan sebanyak 7 (tujuh) buah sesar yang mempunyai trend hampir baratlaut-tenggara yaitu sesar F.1, F.2, F.3 , F.5 dan F.8. Sedangkan sesar F.6 dan F.7 trendnya berarah hampir utara – selatan. Selanjutnya penarikan sesar F.4 dan F9 adalah berdasarkan kelurusan dari

pola kontur pada Peta Anomali Magnet, Dimana F.4 mempunyai trend yang berarah baratlaut-tenggara. Sedangkan sesar F.9 trendnya berarah baratlaut-tenggara.

Diantara sesar-sesar tersebut yang terpenting adalah sesar F.3 dan F.4 yang diperkirakan mengontrol kenampakan manifestasi panas bumi di daerah Kepahiang yaitu MAP Bukit Hitam/ Air Sempiyang, kedua stuktur sesar tersebut diatas diduga yang menyebabkan munculnya manifestasi tsb. kepermukaan. Kemudian sesar F.8 juga diperkirakan sebagai struktur yang menyebabkan munculnya Mata air Asin (A.P Kepahiang Indah) diselatan ujung timurlaut lintasan D (D.9000).

Hasil mapping geolistrik tahanan jenis pada bentangan mapping yaitu AB/2 =250 m, AB/2=500 m, AB/2=750 dan AB/2=1000 m tahanan jenis semu di bagian utara timurlaut dan di bagian barat baratlaut memperlihatkan tahanan jenis tinggi >300 Ohm-m, harga tahanan jenis semu sedang (100-300 Ohm-m) terkonsentrasi di bagian tengah daerah penyelidikan membuka kea rah timurlaur, mengisi celah diantara harga tahanan jenis semu tinggi dan rendah. Harga tahanan jenis semu rendah ( <100 Ohm-m) mendominasi bagian tenggara daerah penyelidikan, pola kontur melidah dibagian tengah dan mengarah ke utara baratlaut, sedangkan di bagian utara daerah penyelidikan harga rendah ini membentuk pola melidah ke arah selatan sampai bagian tengah kemudian lidah ini membelok kearah baratdaya dan hampir nyambung dengan harga rendah di bagian baratdaya daerah penylidikan.

(8)

Dari hasil sounding geolistrik, tahanan jenis batuan memperlihatkan adanya tiga lapisan batuan yaitu lapisan permukaan dengan tahanan jenis bervariasi antara >300-1450 Ohm-m dengan ketebalan lapisan 1 – 25 m. Lapisan ini diduga berupa lapisan penutup yang tersusun dari lapukan batuan yang ada di daerah penyelidikan dan tanah penutup. Di bawah lapisan ini terdapat lapisan batuan dengan tahanan jenis >100 – 300 Ohm-m, tebal lapisan sekitar 25 - > 400 meter, lapisan kedua ini ditafsirkan berupa batuan piroklastik. Sedangkan lapisan batuan ketiga bertahanan jenis < 100 Ohm-m dengan ketebalan lapisan tidak terukur, diduga lapisan ini adalah lava yang teralterasi kuat dan atau (sedimen tua ?) yang menempati daerah penyelidikan.

KESIMPULAN

Daerah prospek berdasarkan hasil kompilasi geofisika (gaya berat, geomagnet, dan geolistrik) berada di sekitar mata airpanas MAP Airsempiang dengan luas sekitar 9 Km2.

Potensi energi panas bumi sebesar 70 MWe dalam kelas cadangan terduga.

Batas/kedalaman lapisan atas reservoir dalam sistem panas bumi Kepahiang belum dapat diketahui.

SARAN

Untuk mengetahui lapisan atas/caprock

dari system panas bumi yang belum diketahui dari geolistrik perlu dilakukan pengukuran dengan metoda lain seperti diantaranya Magnetotelurik.

Pemerintah daerah harus lebih proaktif dalam mendukung proses percepatan pengembangan panas bumi di daerah ini, mengingat masih sangat dirasakan belum terpenuhinya kebutuhan akan energi listrik.

PUSTAKA

Bachrudin R. dan Saputra E., 1988. Pemetaan Geologi Potret Gunung Kaba, Bengkulu, Sumatera Selatan, Direktorat Vulkanologi.

Badan Pusat Statistik Kabupaten Kepahiang, 2009.

BPPT & Dinas ESDM Kab.Kepahiang, 2007. Program Pengembangan Sumber Daya Alam Riset Panas Bumi.

Gafoer dkk., 1992. Peta Geologi Lembar Bengkulu, Sumatera, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi.

Sujanto, 1990. Berita Berkala Vulkanologi G.Kaba, Direktorat Vulkanologi.

(9)

MUK

RE

-4º

-6º -5º

101º

-3º -2º

Gamba

Ga

KOMUKO

MUARAAMAN

ARGAMAKMUR

TAIS CURUP

BENGKULU KEPAHIA Tunggang

Airtenang

ENCANA DAERAH PENELITIAN

102º 1

ar 1. Peta Ind

ambar 2. Pet

MANNA ANG

PAGARALAM

BINTUHAN

103º 104º

dek Lokasi P

ta Geologi R

105º 106º

Penyelidikan

(10)

Gambar 3. Peta Anomali Residu/Sisa Gaya Berat

Gambar 4. Peta Anomali Magnet Total

A.

230,000 mE 232,500 mE 235,000 mE 237,500 mE 240,000 mE 242,500 mE 9,592,500 mN F 9000RK23

G 9000

A.P. Babakan Bogor

A.P. Bukit Hitam

A.P. Kepahiang Indah

RK87

RK88RK89RK90RK91RK92 RK93

PETA ANOMALI MAGNET DAERAH PANAS BUMI KAPAHIANG KABUPATEN KEPAHIANG BENGKULU

Kontur Topografi Interval 25 meter

Sungai

Jalan KETERANGAN U

Mata Air Panas

0 1500 3000 4500

A

A' Skala :

D

D'

Titik Pengukuran Magnetik interval 250 meter

F! Struktur Patahan yang Diperkirakan

A A' Penampang Magnet A - A'

Kontur topografi selang 25 meter Daerah Perkampungan

Jalan Raya

Sungai dan anak sungai Mata air panas

F3500 Titik Pengamatan

Mata air dingin

-20 Kontur Anomali Bouguer

A B

Struktur

(11)
(12)

Gambar

Ga

6. Tahanan

ambar.7 Mod

n Jenis Batu

del Tentatif P

uan Penamp

Panas Bumi

ang ABCD (

Daerah Kep

(Utara-Selat

pahiang

Gambar

Gambar 3.  Peta Anomali Residu/Sisa Gaya Berat
Gambar  5.  Peta Tahanan Jenis Semu
Gambar  6.  Tahanann Jenis Batuuan Penampang ABCD ((Utara-Selatan)

Referensi

Dokumen terkait

• Jaringan komputer adalah dua atau lebih komputer serta berbagai perangkat pendukung lainnya yang saling dihubungkan menggunakan sebuah media sehingga dapat saling berkomunikasi

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan :b. SIUJK (Surat Ijin

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia barang/jasa yang teregistrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE) dan memenuhi persyaratan :b. SIUJK (Surat Ijin

[r]

Pengguna tidak perlu menunggu sampai seluruh sistem dikirim untuk mengambil keuntungan dari sistem tersebut, sehingga perangkat lunak dapat segera digunakan.. Adaptasi

Pada hari ini Sabtu Tanggal Dua Puluh Delapan Bulan Desember Tahun Dua Ribu Tiga Belas bertempat di Sekretariat Panitia Pengadaan Barang dan Jasa (P2BJ) di

Hasil penelitian antara Mia and Clarke (1999) dan Ikhsan dan Rusdianto (2005) adalah sama yakni bahwasanya dalam persaingan pasar yang tinggi pada suatu perusahaan,

Kepada Perserta Undangan dimohon datang tepat waktu dan bersama-sama Panitia bertemu dalam pembuktian kualifikasi tersebut pada tanggal 23 April 2014 Pukul 08.00