• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dinas Pertanian Sumbar pht

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dinas Pertanian Sumbar pht"

Copied!
99
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

P

ENGENDALIANHAMATERPADUITUSANGATSTRATEGISDANPENTING

. B

ILAHAMATAK TERKENDALIAKANTERJADIKRISISPANGANSECARAREVOLUSI

. B

ILALAHANPERTANIAN DIGEROGOTIOLEHBERBAGAIHAMADANPENYAKITTANAMAN

,

MAKA MIMPIBURUKPETANI AKANSEGERAMENJELMAMENJADIKENYATAANYANGMENAKUTKAN

,

YAKNIGAGALPANEN

.

U

NTUK ITU

,

PERLINDUNGANTANAMANADALAHTANGGUNGJAWABBERSAMA

,

BAIKPEMERINTAH

SEBAGAIFASILITATORMAUPUNPETANISEBAGAIPENGGIATLANGSUNG

.

Terapan PHT mengubah mimpi buruk petani menjadi mimpi yang indah.Ia menjawab persoalan hama dan kelestarian lingkungan.

Kegagalan panen tak saja menciptakan kerugian di kalangan para petani, sekaligus akan memengaruhi pasar pertanian, di mana komoditi yang gagal panen tersebut akan menjadi langka di pasaran. Seiring dengan itu, harga komoditi tersebut akan melambung tinggi.

Bila gagal panen secara lokal masih bisa diatasi, tapi bagaimana dengan regional, atau nasional? Dapat dibayangkan, bahwa itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita semua.

Untuk itu, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu menjadi salah satu solusi untuk menjaga lahan pertanian supaya tak dirambah oleh hama yang merisaukan tersebut.

Guna mengantisipasi peledakan hama dan pelestarian lingkungan, maka konsep Pengen-dalian Hama Terpadu (PHT) diperkenalkan di Sumatera Barat sejak tahun 1985 yang dimulai dengan adanya kegiatan Rintisan PHT.

Sejalan dengan perkembangan waktu penerapan konsep PHT kepada petani di Sumatera Barat terus berjalan secara bertahap. Pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksanakan pada tahun 1992 melalui Program Nasional dan terus berlanjut sampai kini.

Dari berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti peningkatan SDM petugas dan petani, Sekolah Lapangan PHT, lokarya, petani pemandu, penerapan teknologi pengendalian OPT telah banyak asset yang dimiliki dalam mendukung peningkatan produksi dan pelestarian lingkungan.

Perkembangan PHT ini merupakan asset yang perlu didokumentasikan dalam bentuk buku success story PHT di Sumbar. Harapan kita buku ini dapat menjadi bahan referensi dan menambah khasanah “ke-PHT-an” bagi pemasyarakatan PHT di dunia pertanian kita.

Terimakasih kepada Tim Penulis dan semua pihak yang berkontribusi sehingga terwujudnya buku ini.

Padang, Oktober 2014 Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura

(3)

PENDAHULUAN

P

ENGENDALIAN

H

AMA

T

ERPADU

(PHT)

MERUPAKANSEBUAHKONSEPBACKTO NATURE YANGMELIHATPADAALAMTERKEMBANGMENJADIGURU

. PHT

ADALAHSUATUCARA PENJINAKANHAMAUNTUKDIKENDALIKANDENGANAMANDANTIDAKMEMBAHAYAKAN

TANAMANSERTAMAKHLUKHIDUPLAINNYA

.

PHT merupakan jawaban atas persoalan klassik yang selama ini membuat hidup dan kehidupan petani, hidup dan kehidupan komoditi yang ditanam petani menjadi meranggas dalam ruang kecemasan kita, yakni gagal panen.

Untuk itu PHT memberikan jawaban atas segala persoalan tua yang menimpa tanaman di lahan pertanian kita. Karena, PHT menunjukkan cara mengendalikan hama dan penyakit tanaman dengan kekuatan unsur-unsur alami yang mampu menekan hama agar tetap berada pada jumlah di bawah ambang batas yang merugikan.

PHT adalah konsep yang memadukan bebe-rapa komponen, seperti cara pengendalian-pe-ngendalian kultur teknik, hayati, varietas yang tahan penyakit. PHT memulai keterpaduan di lahan itu sejak dari hulu. Hulunya adalah penggunaan varie-tas unggul yang tahan hama dan penyakit. Ini usaha awal dari pengen-dalian terpadu yang dila-kukan pada pratanam. Su-lit dipungkiri, bagaimana pun kelangsungan baik dan buruknya tanaman ditentukan juga dari pemi-lihan varietas yang unggul dan tahan dari penyakit.

(4)

tanaman tersebut dapat dilakukan tindakan yang sesuai dengan kondisi hama penyakit yang menyerang.

PHT memerhatikan keseimbangan ekosistem. Bila tanah kurang subur karena minus mikro-organisme, maka petani harus memerhatikan kelangsungan hidup mikrorganisme yang terdapat dalam tanah.

PHT menjauhi penggunaan pestisida (bahan kimia) tapi memanfaatkan predator untuk mengendalikan hama dan penyakit dan senantiasa menggunakan pupuk organik.

Karena itulah PHT merupakan pengetahuan yang diperoleh dari pengamatan, pengalaman dan pengamalan di lahan. Pada akhirnya PHT membentuk petani yang cerdas bertindak pintar bertanam. Kecerdasan bertindak dan pintar bertanam itulah yang membuat petani menjadi mandiri dalam banyak ruang. Mandiri di ruang pikiran, mandiri berpikir, mandiri bertindak, mandiri energi, mandiri sarana.

PHT adalah suatu konsep. Konsep persuasif ala PHT adalah cara pendekatan dalam pengendalian hama yang didasarkan pada pertimbangan ekologi. Selain pertimbangan ekologi juga termaktub efisiensi ekonomi dalam kerangka pengelolaan agro ekosistem secara menyeluruh.

PHT merupakan instrumen penting bagi mendorong peningkatan produktivitas hasil pertanian dan sekaligus berperan dalam pelestarian lingkungan. Karena konsep PHT teruji dalam sikap dan perbuatan yang ramah lingkungan. PHT berawal dari kesadaran manusia terhadap bahaya penggunaan pestisida yang terus meningkat baik bagi lingkungan hidup maupun kesehatan masyarakat. PHT mengendalikan hama secara alami. Pengendalian hama secara alami adalah pengendalian hama yang terjadi di alam tanpa campur tangan manusia. Kita tahu, alam terdiri atas faktor fisik atau non hayati dan hayati . Faktor tersebut dapat menjadi pembatas atau penyekat perkembangbiakan hama.

(5)

sendirinya di alam menjadi bagian dari pengendalian alami. Kegiatan musuh alami juga ikut dipengaruhi faktor non hayati. Dengan demikian pengendalian alami merupakan gabungan kegiatan faktor hayati dan non hayati yang menekan perkembangbiakan haman tanpa campur tangan manusia.

Agar petani dapat memutuskan secara tepat kapan dan di mana penyemprotan harus dilakukan, maka mereka harus melakukan pengamatan rutin atau monitoring yang selaras dengan pertumbuhan tanaman dan perkembangan hama seminggu sekali. Yang diamati tentang keadaan populasi hama, populasi musuh alami, pertumbuhan tanaman, cuaca, dan lain-lainnya. Setelah petani mengadakan analisis terhadap data ekosistem yang terkumpul, dengan menggunakan pengertian tentang prinsip ekologi dan ekonomi yang sederhana, dengan penuh keyakinan petani dapat memutuskan perlu atau tidak digunakan pestisida.

Dengan mengelola lingkungan pertanian secara tepat melalui perpaduan berbagai teknologi pengendalian yang bukan pestisida, maka populasi hama selama satu musim tanam dapat diupayakan untuk selalu berada pada aras yang tidak mendatangkan kerugian ekonomik bagi petani. Dalam keadaan demikian tentunya petani tidak perlu lagi menggunakan pestisida dan cukup mempercayakan pengendalian hama kepada teman-teman petani yang berupa musuh alami yang ada di pertanaman. Apabila petani selalu memelihara kesehatan tanaman melalui budidaya tanaman yang tepat, maka sasaran produktivitas tinggi dapat dicapai dengan biaya pengendalian hama yang minimal.

PHT bagaikan taman indah di gurun savana nan hijau. PHT adalah puspa indah di lahan pertanian kita. Ia bagaikan musikal dalam tarian yang harmonis yang memberi keindahan dan kecerahan di ruang kehidupan petani kita.

Kisah sukses petani alumni Sekolah Lapangan (SL) PHT dan peranan PHT dalam pertanian perlu dibukukan sebagai bahan motivasi dan referensi kita dalam lembaran kemajuan dunia pertanian Sumbar khususnya, dan Indonesia umumnya.

(6)

D

AFTAR

I

SI

KATA PENGANTAR i

PENDAHULUAN ii

Riwayat PHT di Sumatera Barat

PHT, Pola Pertanian Ramah Lingkungan 2

SLPHT, Sekolah Tanpa Dinding 4

PHT Memberikan Jawaban

Ketika Mimpi Buruk Petani Berganti Indah 5

Ragam Program Nasional PHT

Menciptakan Petani Ahli 6

Dirintis di Tanjungraya, Agam

Petani Pengamat Hama 8

Sumatera Barat Mem-PHT-kan Petani

Ribuan KT dan Puluhan Ribu Petani

Tuntas Pelatihan PHT 10

Kegiatan Pengembangan Pertanian Organik

Mewujudkan Petani Mandiri 12

Lingkungan Sehat, Produksi Meningkat, Petani Tangguh Mandiri dan Kuat

Deklarasi Baso Kecamatan PHT 14

Masyarakat Sadar PHT

Seruan Camat Kepada Masyarakat Baso 16

Bertutur Cakap dengan Ir. Djoni

Kisah si “Pemberontak!”

Melawan Racun 18

Pelatihan Petani Pemandu

Wujud PHT Oleh Petani 21

Rangkaian SLPHT Padi di Sumatera Barat

Gubernur Membuka dan Bupati Menutup 22 Penguatan Lembaga Petani Sadar PHT 24

Pertanian dan Kearifan Lokal Minangkabau

PHT Klop dengan Budaya Bertani Kita 26

Seruan Gubernur Sumatera Barat

“Jangan Bakar Jerami,

Jadikan Ia Pupuk Padi 28

Seruan Gubernur Sumatera Barat

“Berharap Petani Kerja 8 Jam

Jangan Biarkan Lahan Kosong 30

Terapan PHT Ramah Lingkungan 32

Kisah Sukses Petani Alumni SLPHT

Marsilan, Petani Alumni SLPHT

Dari Gubuk ke Rumah Rancak 34

Kreasi Marsilan, Tahi Kerbau Jadi Api 37

Maridin LB

Dari Hasil Sawah Berangkat ke Mekah 38

Sunarmis : Panen Sesuai Harapan… 40

Nulfryatman : Sarjana Seni Sukses di Tani 42

Yurnita

Dulu, Racun Terbeli Makan Bergaram 44

Syamsul Bahri Sutan Basa

Petani PHT Berpenghasilan Rp48 Juta 45

Nurhikmah

(7)

Desi Kurnia

Menyesal, Mengapa Baru Kini

Mengenal PHT 50

Meri Sosita

PHT Buka Pola Pikir Kami

pada Lahan dan Tanaman 51

Susemi

Biaya Bertanam Berkurang,

Pendapatan Kami Bertambah 52

Suryati

PHT Menjawab Persoalan

Musim Kemarau Merisaukan 53

Lamsiar

Dulu Tak Mempan Diracun,

Obatnya Air Mata Kesedihan 54

Yusni

Produksi Meningkat Pendapatan Membaik 55

Zulmitas

Sekiranya Petani Di-PHT-kan Semua

Saya Yakin Petani Maju dan Sejahtera 56

Nurni

Berjibun Manfaat PHT! 57

Azwirman

Panen Berhasil Pitih Tertabung 58

Amri

Sejak Jerami Jadi Pupuk 59

Zedriwan

PHT Mencerahkan Kehidupan Petani 60

Pak Jis Temukan Mustika Ajaib

JJ Mustika Penghilang Bau Busuk 61

Aziz Rosihan

Dulu Dituduh Gila Kini Jadi Teladan 62

Rumzi Sutan Sinaro

Karya Seni untuk PHT 64

Si Mistik Sahabat Pak Tani

Burung Hantu Pun Ikut

Menjaga Lahan Petani Kita 66

Si Pemangsa Tikus di Lahan Pertanian Sumbar

Ratusan Pasang Burung Hantu

Dilepas di Tengah Sawah 67

Tabung Bambu :

Perangkap Tikus Ramah Lingkungan 69

Pos IPAH, Kelembagaan PHT Milik Petani 72

Trichoderma, Agens Hayati Multiguna 76

Pseudomanas Fluorescens

Bakteri Pengendali Penyakit Tanaman 79

Beauveria Bassiana

Si Jamur Pengendali Hama 81

Pemanfaatan Parasitoid Trichogramma 83

PGPR, Mikroba Sahabat Petani 85

Pemanfaatan

(8)
(9)

Sumatera Barat telah mengenal PHT sejak 29 tahun yang lalu. Tepatnya, tahun 1985. Dimulai de-ngan adanya kegiatan Rin-tisan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Kecama-tan 2 X 11 Enam Lingkung Kabupaten Padangparia-man. Sejalan dengan itu pemasyarakatan PHT ke-pada petani di Sumatera Barat terus berjalan secara bertahap.

Seperti disampaikan di atas, bahwa pengembangan PHT secara besar-besaran dilaksana-kan pada tahun 1992 melalui Program Nasional. Kegiatan itu dilak-sanakan pada saat program nasional dengan menyiapkan SDM petugas melalui pendidikan D1 PHT dan pelatihan praktis di lapa-ngan. Peningkatan SDM petani dilaksanakan pada musim penyu-luhan melalui Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang disebar di setiap kabupaten/ kota di Sumatera Barat. Sejak program nasional, penerapan PHT terus berkembang Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) setiap tahun terus dilaksanakan baik melalui dana APBN, APBD provinsi, APBD kabupaten/kota. Yang lebih menggembirakan, bahkan kegiatan PHT ada yang dilaksanakan secara swadaya petani.

Kegiatan PHT berupa pelatihan bagi petugas BPTPH, PHP dan PPL dilokasi rintisan PHT. Pelatihan dilaksanakan secara teori dan praktek. Teori dilaksanakan di kelas sedangkan praktek dilaksanakan di lapangan. Disamping itu juga mendemontrasikan penerapan PHT pada tanaman padi dengan membandingkan praktek PHT, sistem kalender, dan petak lokal (perlakuan petani). Pihak-pihak yang terkait pada kegiatan rintisan PHT ini adalah Dinas Pertanian, Balai Penyuluhan Pertani (BPP) dan PPL.

Perkembangan penerapan PHT di Sumatera Barat telah memberikan hasil yang memuaskan. Terutama pada tanaman padi yang sudah membuat agroekosistem yang stabil sehingga tidak ada lagi ledakan serangan hama.

Kini, penerapan PHT sudah mengarah kepada pertanian ramah lingkungan dan aman dikonsumsi dan bahkan ada yang sudah menerapkan pertanian organik secara total yang sudah disertifikasi oleh lembaga yang berwenang.

Petani yang mengikuti SLPHT akan mengerti dan menerapkan

PHT, POLA PERTANIAN

RAMAH LINGKUNGAN

R

IWAYAT

PHT D

I

S

UMATERA

B

ARAT

P

ERKEMBANGAN PENERAPAN

PHT

DI

(10)

beberapa konsep PHT, seperti penjelasan di bawah ini :

Langkah-langkah PHT

Langkah-langkah PHT adalah penggunaan varietas unggul tahan hama penyakit dan tekanan atau hambatan lingkungan, penerapan teknik budidaya yang mampu mengendalikan OPT dan penggunaan pupuk organik, peramalan terhadap serangan hama penyakit, pengendalian OPT secara biologis.

Perbaikan Teknik Budidaya

Penerapan teknik budidaya meliputi ; penataan pola tanam dan sistem tanam, dan pengaturan jarak tanam dan pemupukan dapat menekan perkembangan OPT. Pengaturan pola tanam dalam setahun (tumpang gilir) dengan tanaman yang berbeda OPT-nya, diharapkan dapat memutus siklus hidup dari OPT. Dengan bertanam secara campuran (mixed cropping) effisiensi lahan dapat ditingkatkan, resiko kegagalan dapat dikurangi, sehingga pendapatan petani dapat ditingkatkan.

Dari segi perkembangan OPT sistem tumpang sari sangat menguntungkan apabila tanaman yang ditumpangsarikan memiliki hama yang berbeda dan saling menguntungkan. Sebagai contoh tumpang sari kapas dengan jagung, di mana jagung berfungsi sebagai perangkap (trap crop) bagi hama Heliothis armigera dan kacang hijau dapat menarik predator bagi hama kapas. Atau menanam tanaman jagung, bawang, bunga matahari di pematang sawah kita.

Penggunaan pupuk organik (pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos) sebagai pelengkap dan penyeimbang pupuk buatan, selain mensuplai unsur hara juga berfungsi untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pemberian pupuk organik dapat meningkatkan kapasitas menahan air, sifat penyangga (buffer) tanah dan meningkatkan mikroorganisme dalam tanah yang berguna bagi tanaman.

Peramalan Terhadap Serangan Hama dan Penyakit

Peramalan terhadap serangan hama penyakit untuk menge-tahui dinamika populasi hama penyakit tanaman yang dapat digunakan sebagai dasar dalam menentukan cara pengendalian tersebut. Pengendalian hama dan penyakit tanaman berpedo-man pada ambang kendali dimaksudkan untuk menentukan saat pengendalian hama dan penyakit tanaman secara tepat.

Pengendalian Hama Penyakit Secara Biologi

(11)

SLPHT, Sekolah Tanpa Dinding

Namun tidak begitu dengan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Sekolah yang satu ini, atapnya bukan atap seng atau genteng, tapi beratapkan langit. Sekolahnya bukan berdinding beton atau kayu, tapi berdinding lahan tanam di sekitar kita. Sekolahnya tak berlantai jubin, batu mar-mar atau batu alam, tapi adalah berlantai tanah di lahan pertanian itu sendiri.

Adakah gurunya PHT? Tidak. Yang ada adalah pemandu. Ya, pemandu. Konsep pengajaran PHT bukanlah konsep seperti guru dengan murid, melainkan adalah konsep berbagi dan berdiskusi bersama-sama dan bersama-sama mengidentivikasi masalah lalu menyimpulkan apa tindakan dan cara dari solusi dari sebuah masalah itu tadi. Pembelajaran PHT dalam siklus agroekosistem, ditulis, dianalisis, didiskusikan, disimpulkan dan ditindaklanjuti. Sekolah Lapangan PHT adalah sekolah khusus bagi petani. Masa belajarnya adalah selama 1 musim tanam yang sesuai dengan fase pertumbuhan tanaman itu sendiri. Durasi pembe-lajaran adalah mingguan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman dan perkembangan hama penyakit. SLPHT merupakan kolaborasi pemerintah, FAO, LSM dan tokoh petani.

M

ENYEBUTKATASEKOLAH YANGPERTAMA

TERBAYANGOLEHKITA ADALAHSEBUAH BANGUNAN BERATAP

,

BERDINDING

,

DAN BERLOKALSERTA BERGURU

. T

ERBAYANG OLEHKITASEBUAHLOKAL YANGMEMILIKIKURSIDAN PAPANTULISSERTAGURU MENJELASKANDIDEPAN

.

(12)

D

ARI berbagai kegiatan pemasyarakatan PHT, seperti peningkatan SDM petugas dan petani, Sekolah Lapangan PHT, lokarya, pe-tani pemandu, penerapan teknologi pengendalian OPT telah banyak asset yang di-miliki dalam mendukung peningkatan produksi dan pelestarian lingkungan.

Sifat pengendalian hama terpadu itu sangat strategis dan penting. Bila hama tak terkendali akan terjadi krisis pangan secara revolusi. Bila

KETIKA MIMPI BURUK PETANI

BERGANTI INDAH

PHT M

EMBERIKAN

J

AWABAN

lahan pertanian digerogoti oleh berbagai hama dan penyakit tanaman, maka mimpi buruk petani akan segera menjelma menjadi kenyataan yang menakutkan, yakni gagal panen. Konsep PHT mengubah mimpi buruk petani menjadi mimpi yang indah. Kegagalan panen tak saja menciptakan kerugian di kalangan para petani, sekaligus akan memengaruhi pasar pertanian, di mana komoditi yang gagal panen tersebut akan menjadi langka di pasaran. Seiring dengan itu, harga komoditi tersebut akan melambung tinggi.

Bila gagal panen secara lokal masih bisa diatasi, tapi bagaimana dengan regional, atau nasional? Dapat dibayangkan, bahwa itu akan menjadi mimpi buruk bagi kita semua.

Untuk itu, pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu menjadi salah satu solusi untuk menjaga lahan pertanian supaya tak dirambah oleh hama yang merisaukan tersebut.

Guna mengatisipasi peledakan hama dan pelestarian lingkungan, maka konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diperkenalkan di Sumatera Barat sejak tahun 1985 yang dimulai dengan adanya kegiatan Rintisan PHT.

(13)

Program PHT telah ber-peran dalam mengatasi ke-miskinan yang dulunya di-identikkan kehidupan peta-ni. Kini banyak petani di Sumbar yang telah menik-mati hasil dari pembela-jaran selama mengikuti SLPHT.

Berikut beragam pro-gram nasional yang telah diterapkan di Sumatera Ba-rat menyangkut ke-PHT-an Terpadu (SLPHT) merupakan kegiatan pelatihanPHT bagi petani. Kegiatan SLPHT ini memakai metoda pendekatan guna mewujudkan petani sebagai “ahli” PHT. Diharapkan, metoda tersebut membantu percepatan tercapainya kelembagaan PHT.

Training of Trainer (TOT)

Training of Trainer (TOT)adalah pelatihan yang intensif dapat mengerti dan memahami pengelolaan tanaman dengan menggunakan prinsip PHT, sehingga akan mampu menjadi TOT.

Pemandu Lapangan (PL)

Program Nasional Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Sumatera Barat telah dimulai semenjak tahun 1991. Pengelolaan program tersebut telah diawali dengan mengikuti TOT bagi para pemandu lapangan (PL) yang dilaksanakan di Kali Urang, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman, Provinsi DI. Yogjakarta, pada tahun 1990. Lalu dilanjutkan dengan TOT II di BLPP Cihea Provinsi Jawa Barat yang dilaksanakan oleh Food Agriculture Organization (FAO).

Materi yang pada TOT I adalah bagaimana mengelola Pelatihan PHT dengan metoda Pendidikan Orang Dewasa (POD). Sedangkan pada TOT II lebih rinci lagi yaitu Pengelolaan Pelatihan PHT di FTF (Field Training Facilities) yang mencakup : Metoda Pelatihan Pendidikan Orang Dewasa, Studi Habitat, Perencanaaan Partisipatoris, serta Pelatihan Komputer.

Guna lebih memantapkan keterampilan pemandu lapangan dalam pelaksanaan program nasional PHT maka tiap tahun dilakukan pelatihan-pelatihan seperti Pelatihan Manajemen Lapangan, Lokakarya PHT, semi-nar dan workshop yang dibagi per regional Indonesia, barat dan timur.

Ragam Program Nasional PHT

Menciptakan Petani Ahli

M

ANFAAT

S

EKOLAH

L

APANGAN

P

ENGENDALIAN

H

AMA

T

ERPADUMULAITERASA BAGIPARAPETANIDI

(14)
(15)

Apa dan bagaimana tentang PPH di kecamatan Tanjungraya Agam ini? Berikut penjelasannya.

Petani Pengamat Hama (PPH) adalah solusi yang tepat guna menutupi kekurangan pengamat hama dari golongan pegawai negeri sipil. Salah satu ikhtiar penting dalam peningkatan produksi pertanian adalah pengendalian hama tanaman.

Pada era modern ini, lebih dari itu, pembangunan pertanian tidak cukup hanya pada peningkatan produksi semata. Peningkatan produksi belum sepenuhnya mengamankan atau menjamin peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.

Untuk itu, sangat perlu dan sudah saatnya kini pembangunan pertanian mengarah pada peningkatan kualitas dan SDM petani. Dengan begitu, petani tak saja mampu meningkatkan produksi, namun juga mamupu meningkatkan keterampilan mengolah, sehingga hasil pertanian mendapatkan nilai tambah lebih tinggi. Petani yang hebat adalah petani yang mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan dan perkembangan zaman.

Dengan demikian, ukuran kekuatan dan kesinambungan pembangunan pertanian adalah ketangguhan dan kemampuan petani mengkreasi dan mengelola sumber daya alam secara rasional, efisien dan berwawasan lingkungan.

D

IRINTIS DI

T

ANJUNGRAYA

, A

GAM

PETANI PENGAMAT HAMA

B

ALAI

P

ERLINDUNGAN

T

ANAMAN

P

ANGANDAN

H

ORTIKULTURA

S

UMATERA

B

ARATTELAH MERINTISLAHIRNYA

P

ETANI

P

ENGAMAT

H

AMA

(PPH)

DI KECAMATAN

(16)

Sukses pembangunan pertanian didukung oleh banyak hal. Salah satu hal yang terpenting adalah peran dan fungsi Petani Pengamat Hama (PPH) itu tadi. Pengamatan dan pelaporan merupakan kegiatan pokok dari PPH yang menyampaikan informasi awal dan gambaran tentang adanya serangan hama, serta usaha-usaha pengendalian organisme pengganggu tanaman serta masalah-masalah lain yang berhubungan dengan pelaksanaan perlindungan tanaman pangan.

Informasi yang diperoleh dari PPH digunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan pengamatan lebih lanjut, sekaligus tindakan korektif yang tepat guna. Tugas pokok PPH melaksanakan pengamatan, pendugaan teknik pengen-dalian OPT, pelaporan dan pengawasan pemakaian pestisida.

PPH menciptakan sistem pertanian yang profesional, dinamis dan efisien. Arah PPH adalah pengembangan profesi yang profesional, mandiri serta mewujudkan identitas diri sebagai “penyuluh” dan mitra petani.

Hal tersebut sesuai dengan amanat UU nomor 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang mengisyaratkan kemandirian petani dalam perlindungan tanaman. PPH juga berperan sebagai “tokoh petani” yang menjadi jembatan antara petani di nagari, petugas dan pemerintah.

Menuju profesionalisme maka PPH terus dipicu dengan berbagai program pendukung kemampuan dan pengetahuan dengan cara dilakukan kegiatan belajar yang tiada henti dan berkesinambungan. Diharapkan, PPH dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan serta cakrawala berpikir sehingga mampu melaksanakan fungsinya seperti yang kita harapkan.

Sebagaimana yang disampaikan di atas, PPH adalah petani tokoh atau tokoh petani yang dilatih dalam bidang perlindungan tanaman. Ia diberdayakan untuk mengamankan pertanaman di nagari masing-masing.

Di antara PPH ada yang berperan menjadi penyuluh swadaya ke berbagai nagari tetangga, karena soal serangan hama tak mengenal batas administrasi sebuah nagari.

Syarat pokok untuk dapat menjadi PPH antara lain, selain tokoh petani atau petani tokoh, yang lebih utama adalah alumni SLPHT, perhatian dan peduli serta memiliki keterampilan dalam bertani atau bertanam dan mengenal seluk beluk dunia tani dan tanam. Seleksi dilakukan berjenjang, mulai dari kecamatan, kabupaten dan propinsi.

(17)

Selanjutnya akan dimasyarakatkan kepada petani sebagai pengguna teknologi, sebagai penciptaan petani ahli PHT. Wujud nyata dari proses transformasi teknologi tersebut adalah pemberian pelatihan PHT kepana para PHP dan PPL di Field Training Fasilities (FTF) Padang.

Selama program nasional PHT sudah dapat melatih petani sebanyak 1.936 kelompok tani dengan jumlah petani yang dilatih sebanyak 48.400 orang yang tersebar di seluruh kabupaten kota di Sumatera Barat. Disamping itu telah dapat menindaklanjuti SLPHT tersebut melalui SLPHT Tindak Lanjut sebanyak 120 kelompok tani dengan jumlah peserta SLPHT tindak lanjut sebanyak 3.000 orang.

Pola pelatihan PHT sampai dengan saat ini di Sumatera Barat masih tetap dilakukan walaupun sedikit banyaknya terjadi pencairan proses dibandingkan dengan yang dilaksakan sewaktu program nasional PHT terdahulu.

Ribuan KT dan Puluhan Ribu

Petani Tuntas Pelatihan PHT

S

UMATERA

B

ARAT

M

EM

-PHT-

KAN

P

ETANI

P

ERKEMBANGAN TEKNOLOGI

PENGENDALIANHAMA TERPADU

(PHT)

TERUTAMAPADA KOMODITIPADITELAH SEMAKINBERKEMBANG

,

BAIKHASILPENELITIAN YANGDILAKUKAN PEMERINTAHMAUPUN TEKNOLOGIYANG DIHASILKANPETANI SENDIRI

.

P

ERKEMBANGAN TEKNOLOGITERSEBUT HARUSSECARATERUS MENERUS

DITRANSFOMASIKAN KEPADAPARA

P

ENGAMAT

H

AMA

(18)
(19)

Pengembangan pertanian organik ini dilakukan melalui beberapa kegiatan dan lembaga yang

mendukung antara lain :

Sekolah Lapang

kelak, petani mampu untuk melaksanakan budidaya tanaman secara organik (tanpa bahan kimia). Sama halnya dengan SLPHT, SLAPO dilaksanakan dengan metode pendidikan orang dewasa, belajar lewat pengalaman di lahan usaha taninya dengan melaksanakan pertemuan minimal 12 kali setiap SLAPO. Setiap angro input dilahan SLAPO diupayakan berasal dari sumber daya lokal sehingga pemanfaatan bahan-bahan yang ada di sekitar lahan usaha tani maksimal dari

ketergantungan petani terhadap pihak luar dapat dihindari. Sehinga dapat terwujudnya petani mandiri.

Magang Pertanian Organik

Selain sekolah lapang, peningkatan SDM juga dilaksanakan melalui magang. Peningkatan SDM melalui magang ini tidak saja diikuti oleh petani tetapi juga oleh petugas terutama petugas lapangan (PPL dan PHP). Magang dilaksanakan di Institut Pertanian Organik (IPO Aie Angek) yang merupakan pusat studi dan model pengembangan pertanian organik di Kecamatan X Koto Kabupaten Tanah Datar.

Pusat Studi Pertanian Organik

Untuk mengali dan mengem-bangkan teknologi pertanian orga-nik dilakukan berbagai studi di IPO Aie Angek. Pada lahan seluas ± 2 hektare dilakukan sebagai studi untuk mendukung pengembangan pertanian organik. Untuk mendapat hasil studi yang lebih baik juga dilakukan kerjasama dengan instan-si dan lembaga lainnya terutama

MEWUJUDKAN PETANI MANDIRI

K

EGIATAN

P

ENGEMBANGAN

P

ERTANIAN

O

RGANIK

(20)

dengan Fakultas Perta-nian Universitas Andalas.

Demplot

Dalam rangka me-nyosialisasikan pertanian organik kepada masyara-kat dilakukan melalui demonstrasi plot (plot). Pada lahan dem-plot ini diterapkan bu-didaya tanaman secara organik. Keberhasilan yang diperoleh pada la-han demplot ini dapat secara langsung di adopsi oleh petani untuk dite-rapkan di lahan usaha taninya.

Sertifikasi Organik

Kelompok tani ataupun petani secara perorangan yang telah mampu dan memenuhi syarat sebagai pertanian organik dilakukan sertifikasi pertanian organik oleh Lembaga Sertifikasi Organik (LSO) Sumatera Barat. Sampai saat ini LSO Sumatera Barat. Sampai saat ini LSO Sumatera Barat sudah mengeluarkan atau mensertifikasi 22 kelompok/ perorangan pertanian organik di Sumatera Barat.

Teknologi Pengendalian OPT Spesifik Lokasi

Perjalanan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) di Sumatera Barat melalui pendekatan pendidikan orang dewasa telah dapat menghasilkan beberapa teknologi spesifik lokasi antara lain :  Pemanfaatan agens hayati dan pestisida nabati

 Teknologi tabung bambu yaitu suatu teknologi yang digunakan sebagai perangkap tikus.

 Perangkap walang segit : Suatu teknologi merangkap walang sangit dengan meman-faatkan keong emas.

 Pengendalian hama dengan keong mas : Suatu teknologi pengendalian gulma dengan cara memanfaatkan keong mas.

 Mikro Organisme Lokal (MOL) : Teknologi dengan memanfaatkan mikro organisme lokal.  Tabung Bambu : Suatu teknologi pengem-bangan parasitoid dengan memanfaatkan dengan tabung parasitoid dari bambu.  Kompos Jerami : memanfaatkan residu

(21)

Untuk itu para petani yang terhimpun dalam Forum Petani PHT Keca-matan Baso, sepakat mendeklarasikan Baso sebagai Kecamatan PHT. Deklarasi yang dilak-sanakan di Nagari Sima-rasok itu dihadiri lang-sung oleh Dirjen Tana-man Pangan.

Pada kesempatan itu, Ketua FKPHT Baso, Abdul Karim membacakan dek-larasi yang diikuti oleh petani anggota menyata-kan bahwa dengan kesungguhan dan rasa tanggung jawab dalam mengembangkan pertanian ramah lingkungannya menyatakan : menerapkan konsep PHT sebagai rohnya kegiatan budidaya pertanian, melaksanakan pertanian berkelanjutan dan ramah lingkungan untuk menghasilkan produksi yang tinggi dan aman dikonsumsi, mengajak semua elemen masyarakat Baso khususnya dan Agam umumnya untuk menggerakkan pemba-ngunan pertanian.

Pada acara deklarasi ini, selain dihadiri langsung oleh Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementarian Pertanian, Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS dan juga hadir Sekretaris Ditjen Tanaman Pangan, Ir. Spudnik Sujono K, MM, Direktur Serelia, Ir. Fathan A.Rasid, MMA, Direktur Aneka Kacangan dan Umbi (Akabi), Dr. Ir. Maman Surahman, MS dan dari Direktorat Perlindungan Tanaman, Ir. Yadi Rusyadi Reksadinata, MM. Dari jajaran pertanian Sumatera Barat hadir Ir. Djoni, Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Ir. Arzal, MP, Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Pada deklarasi yang diikuti oleh lebih dari 200 orang petani ini, juga terlihat Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Agam, Kepala Laboratorium PHP dan PAH Bukittinggi, Koordinator PHP Agam, Camat Baso, Pengurus Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat, Ketua Forum Petani Agam (FKPA)Wali Nagari, tokoh masyarakat dan petugas pertanian Lapangan, seperti Pengemat Hama Penyakit, Penyuluh Pertanian.

Kepala Dinas Pertanian Tanaman Sumbar dalam

sambutan-L

INGKUNGAN

S

EHAT

, P

RODUKSI

M

ENINGKAT

,

K

ECAMATANINIBAKAL DIJADIKAN

K

ECAMATAN

P

ENGENDALIAN

H

AMA

(22)

nya menyampaikan bah-wa penerapan konsep PHT adalah langkah nya-ta dalam mendorong pe-ningkatan produksi, me-laksanakan pertanian yang efisien serta berpe-ran serta petani dalam pelestariana lingkungan-nya. Sambutan yang dise-lingi dengan nyanyian bersama petani, seperti nyanyi petani sejahtera dan Lycosa merana kare-na pestisida mendapat sambutan yang ‘heboh’ dari hadirin.

Dirjen Tanaman Pangan dalam arahannya menyampaikan rasa gembira dan bangga atas pelaksanaan kegiatan ini, karena penerapan konsep PHT seperti isi deklarasi yang disampaikan FKPHT Baso akan menjadi pendorong dalam meningkatkan pembangunannya pertanian dengan meningkatkan produksi baik kuantitas maupun kualitas dan menumbuhkan tanggung jawab petani terhadap kelestarian lingkungannya.

“Kami melihat wajah-wajah petani disini segar dan sehat, mungkin karena mengkonsumsi pangan yang sehat dari pertanian organik,” ujar Dirjen Tanaman Pangan yang disambut tepukan yang riuh-meriah dari petani Baso.

Pada kesempatan ini, saya memberikan pesan atau pekerjaan rumah (PR) kepada petani PHT Baso:

1) Tidak lagi membakar jerami, karena jerami merupakan sumber pupuk yang baik dan pembakaran dapat membunuh Lycosa yang merupakan sahabat petani,

2) Melaksanakan penanaman jajar Legowo, sehingga peningkatan produktivitas dapat dicapai,

3) Kalau dapat tidak menggunakan pestisida karena pestisida adalah bahan berbahaya bagi lingkungannya dan kesehatan manusia.

Informasi dari Kepala BPTPH Sumatera Barat, Ir. Arzal, MP, menjelaskan bahwa Baso dipilih sebagai Kecamatan PHT di Sumatera Barat, karena di kecamatan ini telah banyak melaksana-kan kegiatan pertanian

(23)

Kecamatan yang berada di kabupaten Agam Sumatera Barat ini, oleh petani dan masyarakatnya sepakat menyatakan diri sebagai “Kecamatan PHT”. Deklarasi pernyataan kecamatan Baso sebagai kecamatan PHT tersebut sudah dinyatakan oleh masyarakat petani beberapa waktu lalu. Masyarakat petani Baso yakin benar bahwa PHT mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian lingkungan.

Guna mewujudkan hal tersebut, Camat Baso Budi Prawira Negara AP, M.Si, sejak April 2014 secara resmi menerbitkan Seruan Camat Baso dalam lima poin himbauan untuk petani dan masyarakat.

Berikut isi Seruan resmi Camat Baso yang dituangkan pada lembaran berbentuk poster:

1. Agar para petani dan masyarakat tidak lagi membakar jerami, akan tetapi dijadikan kompos untuk pupuk tanaman. 2. Melaksanakan konsep Pengendalian Hama Terpadu (PHT)

dalam kegiatan usaha tani.

3. Menjaga dan melindungi satwa yang berguna seperti burung hantu, ular dan musuh alami untuk membantu petani dalam melindungi tanaman.

4. Tidak menggunakan pestisida secara serampangan sehingga mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan manusia. Demikian Seruan ini kamipril 2014 (tanda tangan) Camat Baso Budi Prawira Negara AP, MSi.

Seruan dari Camat Baso tersebut adalah sebuah tanda yang mengisyaratkan bahwa masyarakat Baso khususnya telah dapat merasakan manfaat PHT, tak saja bagi mendorong hasil produksi dan penambahan pendapatan, namun juga menjaga kelestarian lingkungan sehingga harmonisasi alam terus terjaga dan terpelihara.

M

ASYARAKAT

S

ADAR

PHT

SERUAN CAMAT

KEPADA MASYARAKAT BASO

S

EPERTISEBUAH GERAKAN

,

MASYARAKAT PETANIDI KECAMATAN

B

ASOTAMPAKNYASADAR BENARAKANAPADAN BAGAIMANAMANFAATNYA

PHT

DALAM KELESTARIAN LINGKUNGANDAN MENDUKUNG

(24)
(25)

Ada sesuatu yang terputus di lahan ini. Yang terputus itu adalah lepasnya satu mata rantai yang membuat alam menjadi senjang dalam keberantakan yang merisaukan. Ya, lelaki muda itu adalah PNS yang baru saja diangkat sebagai pegawai di lingkungan pertanian di Sumatera Barat. Djoni namanya.

Djoni muda sudah lama benar mengamati betapa di saat mana negeri ini sudah puluhan tahun merdeka, tapi –di mata anak muda –ini masih ada yang terjajah, yaitu petani. Sebuah perlawanan bathin dari dirinya mendesak urat dada yang tak tertahankan. Ia muntahkan segala ekpresi ketaksanggupan melihat “alam” pincang itu ke dalam sebuah sajak. Sajak yang ia tulis tahun 1985 itu ia beri judul genderang petani.

“Innalillahi waiinna ilaihi ro’jiun Datang dari Allah kembali pada Allah Sang anak telah kehilangan bapaknya Sang istri telah kehilangan suaminya

Ribuan makhluk telah punah gara-gara pestisida laknat Petani miskin tiada berdaya

Petani ditindas dipinggirkan saja Petani melarat sepanjang masa Ini gara-gara pengkhianat Hari ini engkau kobarkan api Api untuk menerangi bangsa ini Bangsa yang gelap di tengah gemerlap Bangsa yang terpuruk di tengah kekayaan Wahai kawan-kawan

Sebelum kupu-kupu terakhir mati menggelepar Sebelum burung terakhir berhenti berkicau Marilah...marilah kita berbuat

Sajak keras itu dilantunkan Djoni di saat mana rezim atau kekuasaan Orde Baru benar-benar bertangan besi. Sangat rawan sekali membuat ungkapan sekeras itu di masa tersebut. Tapi, Djoni tidak takut. Bisa saja sembilu subversif ditodongkan pada Djoni; dengan mudah ia bisa ditangkap di saat itu dengan tuduhan menghasut petani.

Akibat merilis sajak tersebut, seorang Djoni sampai disingkir-kan oleh kawan-kawan sesama PNS yang takut terembai puisi Djoni. Bahkan, atasannya pada waktu itu jelas berang dan seiring dengan itu sanksi sosial, yakni dijauhi kawan-kawan harus diha-dapi seorang Djoni dan tak ditegur sapa selama setahun. Tapi Djoni tak peduli. Para penjual atau agen racun pestisida, di mata Djoni tetap dianggap Djoni sebagai pengkhianat. Sudah menjadi rahasia umum bahwa penjualan pestisida adalah semacam bisnis

B

ERTUTUR

C

AKAP DENGAN

I

R

. D

JONI

Kisah si “Pejuang!”

MELAWAN RACUN

K

ETIKA

A

LAHAN

(26)

di lingkar kekuasaan. Dan itu tak akan tersentuh.

“Bayangkan, petani tetap saja miskin. Tetap saja ditindas. Tetap saja diberlakukan seperti orang terjajah. Petani dipaksa membeli pestisida. Tak ada uang, boleh ambil di koperasi. Bertanam harus serentak. Kalau kedapatan bertanam mendahu-lui yang lain maka tanamannya itu akan diinjak-injak oleh apa-rat, dan ini tanpa ampun. Petani kian miskin saja. Derita untuk petani, duitnya dibawa ke kota!” kata Ir. Djoni yang kini Kepala Di-nas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, dalam suatu percakapan baru-baru ini menyangkut Pengendalian Ha-ma terpadu di daerah ini.

Djoni menuturkan, betapa ia benar-benar tidak sepakat sejak dulu melihat dan menyaksikan lahan-lahan petani penuh de-ngan racun pestisida. Bahkan lahan-lahan itu disemprot

de-ngan menggunakan pesawat capung. Bila petani tak berduit, diperbolehkan berhutang atau meminjam uang di KUD untuk membeli pestisida tersebut.

Mengapa kita tak pernah menyadari akibat buruk dari pestisida tersebut. Selain merusak kesuburan tanah, pestisida juga membunuh berbagai hewan secara brutal. Tikus, burung dan lain-lain sebagainya, bisa mati akibat itu. Habis tikus, hilang burung, itu berarti terputusnya satu mata rantai kehidupan. Putus satu mata rantai kehidupan akan berkonsekwensi kepada hal yang lain. Bila itu terjadi, alam tak menjadi harmonis. Ketika alam pincang, maka terimalah bencana itu.

“Saya paling geram mendengar kata-kata yang sering disebut orang bahwa alam tak lagi atau alam sedang tak bersahabat. Tidakkah kita pernah tahu bahwa sebenarnya kita yang gemar mengkhianati alam atau merusak alam, kita sebenarnya yang tak bersahabat dengan alam. Lihatlah tingkah laku manusia terkini yang main rambah hutan, main bakar hutan, main racun secara brutal dan berlebihan dan merusak kelestarian itu dengan kerakusan dan keserakahan. Ketika terjadi bencana lalu kita meratap bahwa alam tak bersahabat. Yang tak bersahabat itu adalah kita; bukan alam. Karena alam diciptakan Tuhan bagi makhluknya tetap lestari dan hidup dengan nyaman dan aman. Ketika alam tak nyaman dan tak aman, jangan salahkan alam, tanyakan pada diri sendiri apa yang telah kita lakukan dan kita perbuat pada alam itu sendiri?” retorik Djoni yang dikenal sebagai musuh nomor satu bagi agen atau penjual racun pestisida.

Seorang pegawai pertanian—yang kini staf Djoni—bernama Yohannes pernah mencerita-kan, “Sering sekali terjadi, saat kami di kedai masuk segerombolan orang yang hendak menjual racun pestisida. Kalau itu terjadi, biasanya saya sudah was-was. Pasti akan ribut ujungnya”.

(27)

akan meracun negeri ini?). Mendengar hardikan Pak Djoni yang keras, biasanya para agen itu akan mundur sendiri. Dan ia akan lekas-lekas pergi dari hadapan Djoni. Padahal pada masa itu, jabatan Pak Djoni masih staf biasa saja, belum menjadi kepala dinas seperti sekarang”. Sejak itu, para agen pestisida akan kucar-kacir lari dan menjauh kalau melihat atau mendengar ada Djoni. Bahkan, Djoni dengan sangat beraninya memasang poster himbauan di Alahanpanjang tentang bahaya penggunaan pestisida. Padahal seperti yang diketahui, petani Alahanpanjang adalah makanan empuk bagi agen pestisida.

Yohannes juga pernah bertanya pada Djoni. “ Suatu kali saya bertanya pada Pak Djoni yang saya panggil dengan sebutan abang. Tanya saya, apa yang ada dalam pikiran abang? Mengapa abang begitu sangat memusuhi pestisida itu? Itulah pertanyaan saya. Saya lihat, Pak Djoni lama terdiam. Lama ia pandang wajah saya. Pertanyaan ini saya ajukan sekitar tahun 1988”, ujar Yohannes.

“Lalu Pak Djoni menjawab, saya bermimpi lahan kita yang indah ini terbebas dari segala racun yang mematikan. Saya bermimpi, keseimbangan alam tetap terjaga, tak boleh ada satu mata rantai yang putus. Saya bermimpi sebuah konsep pertanian yang ramah lingkungan akan menjadi solusi yang tepat guna menghindari kepincangan alam yang kian memprihatinkan kita semua. Saya bermimpi, konsep PHT akan membudaya. Dengan konsep PHT, saya yakini tak saja akan mengurangi beban petani dalam membeli pestisida, tak saja akan meefisiensi waktu dan hasil tani yang meningkat, namun lebih dari itu adalah, terjaganya kelestarian alam. Pada akhirnya nanti, alam Minangkabau yang indah ini, tanah Minangkabau yang subur ini akan mekar oleh kebun-kebun jeruk, manggis, sayuran dan lain-lain sebagainya. Berbagai ragam tanaman hayati bersemi bak puspa indah kehidupan petani. Pertanian yang ramah lingkungan adalah sebuah keniscayaan untuk membawa negeri yang penuh pesona ini ke gerbang pintu agrowisata Indonesia, bila perlu menembus dunia. Dan di negeri yang indah ini orang akan berdatangan berkunjung untuk berekreasi. Datang wisatawan, berarti itu adalah devisa bagi kita. Bukankah kepariwisataan lahan yang tak pernah kering. Subur lahan pertanian kita, subur lahan kepariwisataan kita, itu berarti subur lahan rakyat semesta. Mereka datang kemari, duitnya tertinggal untuk kita semua. Begitu kata Pak Djoni pada saya. Kata-kata yang sangat visioner itu masih terngiang oleh saya hingga sekarang”, kata Yohannes.

Ya, kembali pada Pak Djoni.

Menurut Pak Djoni, gerakan PHT di Sumbar sudah dimulai sejak tahun 1984. Berbagai aksi telah dilakukan. Djoni berharap, kegiatan PHT akan menjadi tradisi bertani di Sumbar. “ Harapan kita, petani tak lagi tergantung pada racun”, ujar Djoni.

Kita tahu, kegiatan pencerdasan bagi petani melalui program PHT, sedang gencar-gencarnya dilakukan di Sumbar. Pertanyaan kita pada Pak Djoni yang sangat akrab dan dekat dengan para petani Sumbar itu adalah mengapa petani perlu dicerdaskan?

“ Ini sudah abad 21. Tak masanya lagi membodoh-bodohi petani”, kata Djoni.

(28)

WUJUD PHT OLEH PETANI

tani di daerahnya. Oleh karena itu, petani yang mandiri dan yang telah mengikuti SLPHT tahun sebelumnya perlu dilatih dalam satu pelatihan petani pemandu SLPHT. Selama mengikuti pela-tihan calon petani pe-mandu akan ditingkatkan keterampilannya dalam hal perencanaan, persiapan SLPHT, pelaksanaan dan evaluasi SLPHT. Selain itu peserta akan dilatih tentang pengelolaan kegiatan PHT di lapangan, agar petani pemandu mampu menjadi organisator pengembangan dan penerapan PHT di wilayahnya.

Selama program nasional PHT di Sumatera Barat telah terlatih sebanyak 120 orang petani pemandu dan telah mampu melak-sanakan SLPHT oleh petani sebanyakn 80 kelompok tani atau 2.000 orang petani

Sampai kini kegiatan ini masih terus dikembangkan di Sumatera Barat, hanya saja pola pengembangan SLPHT oleh petani pemandu sedikit berbeda dari yang dilakukan waktu pro-gram nasional PHT terrdahulu.

Lokakarya

Kegiatan lokakarya dilakukan dengan tujuan mendukung pencapaian kualitas pelaksanaan kegiatan terutama dalam pelaksanaan SLPHT. Lokakarya dilaksanakan setiap paket kegiatan. Kegiatan SLPHT oleh PHT yang sedang mengikuti pelatihan di Field Training Facilities (FTF) dilaksanakan sebanyak 3 kali (awal, tengah dan akhir), sedangkan dalam pelaksanaan SLPHT oleh PHP di luar FTF dikasanakan pada masing-masing Unit Pelaksana Kabupaten (UPK) dan Unit Koordinator Wilayah (UKW).

Pelaksanaan Lokakarya di tingkat UPK dilaksanakan sebanyak 2 kali dalam 1 tahun, hasil lokakarya tingkat UPU di bahas dalam pelaksanaan lokakarya yang dilaksanakan di tingkat UKW setahun sekali. Hal-hal yang dibahas pada saat lokakarya tersebut yaitu segala sesuatu yang berkaitan dengan pelaksanaan SLPHT pada tahun yang berjalan.

P

ELATIHAN

P

ETANI

P

EMANDU

P

ELATIHANPETANI PEMANDUDI

S

UMATERA

(29)

Dalam rangka menyemarakkan gerakan PHT dan pencanangan SLPHT, Gubernur Sumbar Prof. Dr. Irwan Prayitno, Psi, MSc membuka SLPHT Padi, Selasa (14/5), di Kelompok Tani Hamparan Sigata, Kelurahan Gantiang, Kecamatan Padang Panjang Timur, Padang Panjang.

Pembukaan SL PHT ini diawali dengan menanam Padi Tanam Sabatang (PTS) di lokasi SL PHT diiringi dengan pembukaan selubung papan nama SL-PHT. Hadir dalam pembukaan SL-PHT ini Walikota Padang Panjang, Wakil Walikota Padang Panjang dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatra Barat, Ir. Djoni serta Kepala Dinas Pertanian Kota Padang Panjang.

Gubernur Sumbar mengimbau petani untuk mengikuti SL PHT dengan sungguh-sungguh dan memperhatikan setiap anjuran petugas pertanian lapangan. Di samping itu, gubernur meminta pada petani untuk melaksanakan konsep PHT dan mengembang-kan pertanian organik.

“Dalam PHT dan pertanian organik, petani tidak lagi mem-bakar jerami,” tegasnya.

Senada dengan gubernur, Walikota Padang Panjang Suir Syam menganjurkan agar petani selalu melaksanakan sistim pertanian organik dan mempedomani anjuran petugas pertanian lapangan.

R

ANGKAIAN

SLPHT P

ADI DI

S

UMATERA

B

ARAT

GUBERNUR MEMBUKA

dan BUPATI MENUTUP

S

EKOLAHLAPANGAN PENGENDALIANHAMA TERPADU

(SLPHT)

PADITAHUN

2013

DI

S

UMATERA

B

ARAT DILAKSANAKAN SEBANYAK

83

UNIT YANGTERSEBARPADA HAMPIRSELURUH KABUPATEN

/

KOTA

.

SLPHT

DIALOKASIKAN PADADAERAH

-

DAERAH YANGENDEMIS SERANGANORGANISME PENGGANGGUTANAMAN

(30)

“Kota Padang Pan-jang telah mengembang-kan pertanian organik ini karena sesuai dengan visi Kota Padang Panjang se-bagai Kota Sehat,” ujar-nya.

Setelah menjalani rangkaian dan proses sekolah lapangan selama 14 kali pertemuan, di mana 2 kali dilakukan secara sawadaya dilaku-kan hari temu lapang pe-tani (Farmer Field Day). Wahana penempaan petani dalam

perlindungan tanaman, maka SLPHT mendapat banyak perhatian.

Tidak salah pada acara temu lapangan SLPHT padi di Kelompok tani Ranah Talang Nagari Muaro Bodi, Kecamatan IV Nagari Selasa (2/7), dihadiri langsung oleh Bupati Sijunjung, Yuswir Arifin dan Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Ir. Djoni.

Turut hadir pada acara ini antara lain Staf Ahli Bupati, sejumlah Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), Muspika IV Nagari, penyuluh pertanian, Walinagari Muaro Bodi.

(31)

Dalam pengembang-an dpengembang-an pemasyarakatpengembang-an PHT di Propinsi Sumatera Barat telah terbentuk berbagai macam organi-sasi PHT, akan tetapi ma-sing-masing Kabupaten/ Kota berbeda nama orga-nisasinya akan tetapi ke-giatannya sama yaitu se-suatu organisasi yang aktivitasnya mengem-bangkan PHT, adapun nama organisasi tersebut antara lain :

Himpunan Petani Minang Peduli Lingkungan (HPMPL) Provinsi Sumatera Barat. Forum Komunikasi Petani Agam di Kabupaten Agam (FKPA). Persatuan Petani Organik (PPO) Sumatera Barat. Forum Petani Pakar organisasi petani ahli tingkat propinsi Petani Pemandu Sumbar, Ikatan Petani Pengendalian Hama Terpadu (IPPHT) Kabupaten Solok dan IPPHTI Kabupaten Padang Pariaman.

Posko PHT : Organisasi Petani PHT Tingkat Nagari (Desa), Pos Informasi dan Pelayanan Agens Hayati (Pos IPAH), organisasi petani pengembang agens hayati tingkat Nagari

Klinik PHT : Organisasi Petani PHT Tingkat Nagari.

PENGUATAN LEMBAGA

PETANI SADAR PHT

P

ENGEMBANGAN DAN PEMASYARAKATAN KONSEP

PHT

TIDAK TERLEPASDARI PEMBERDAYAANDARI BERBAGAISTAKEHOLDER PERLINDUNGANTANAMAN YANGADA

,

TERMASUK ORGANISASIPETANI

(32)
(33)

Pola tanam PHT adalah pola yang menggali kembali “ ilmu” nenek moyang kita yang selama ini tersuruk dan lenyap dalam dunia pertanian kita. Ayo kita menyibak-nya…

Bertani dan beternak bagi orang Minang adalah tabungan kesejahte-raan. Prinsip kemakmuran orang Minang, ketika padi menjadi, ketika taranak berkembang, ketika jagung berbunga—bak pepatah “ bumi sanang padi manjadi, padi masak jaguang maupia, anak buah sanang santosa, bapak kayo mande batuah, mamak disambah urang pulo”.

Begitulah tujuan hidup orang Minang, yakni bumi sanang padi manjadi taranak bakambang biak. Hidup yang penuh berkah, yang sesuai dengan ajaran Islam yaitu “baldatun taiyibatun wa robbun

gafuur”. Dan tentu saja hal itu adalah cermin dari kesepakatan masyarakat Minangkabau dalam sandaran sikap “adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah”.

Asas pemanfaatan bagi orang Minang sangat tinggi. Dalam kehidupan sosial dan budaya, orang Minang tak mengenal apa yang kita sebut dengan sampah masyarakat. Mengapa, karena bagi orang Minang, tak ada orang yang tak berguna. Orang Minang senantiasa memercayai dan memberikan sebuah pekerjaan kepada orang yang tepat seperti yang disampaikan oleh pepatah kita : “Nan Buto pahambuih lasuang, nan pakak palapeh badie, Nan lumpuah pahuni rumah, nan kuek paangkuik baban, nan jangkuang jadi panjuluak, nan randah panyaruduak, nan pandai tampek batanyo, nan cadiak bakeh baiyo, nan kayo tampek batenggang.

Konsep the right man in the right place masak dalam kehidupan sosial orang Minang. Pembagian kerja bagi orang Minang itu rasional atau objektif. Semua termanfaatkan. Itu sesuai pula dengan sabda Rasulullah: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia.” [Hasan: Shahih Al-Jami’ no. 3289].

Prinsip pemanfaatan manusia dan SDM bagi orang Minang itu sangat rasional dan objektif sekali. Bahkan, pemanfaatan

P

ERTANIAN

D

AN

K

EARIFAN

L

OKAL

M

INANGKABAU

PHT

KLOP

DENGAN

BUDAYA BERTANI KITA

B

ERCOCOKTANAMDAN BETERNAKADALAH BUDAYAKENTAL MASYARAKAT

M

INANGKABAU

.

B

ERPIKIRUNTUK HIDUP KEESOK DICERMINKAN ORANG

M

INANGDENGAN ADANYARANGKIANGDI HALAMANRUMAH GADANG

. R

ANGKIANG TEMPATMENYIMPAN PADI

. I

TUADALAH CERMINANDARI KETAHANANPANGAN MASYARAKAT

M

INANG

M

ARIKITASINGKAP HUBUNGANATAUPOLA

PHT

DENGANPOLA KEBUDAYAANATAU CARA BERCOCOKTANAMORANG

(34)

lahan bagi orang Minang sangat selektif. Tak ada lahan yang tak berguna bagi orang Minang. Semua lahan termanfaatkan sesuai bentuk, lokasi dan jenisnya. Sesuai benar dengan pepatah : “ Nan lurah tanami bambu, nan lereang tanami tabu, nan padek kaparumahan, nan gurun buek ka parak, nan bancah dibuek sawah, nan munggu kapakuburan, nan gauang ka tabek ikan, nan padang kapaimpauan, nan lambah kubangan kabau, nan rawang payo kaparanangan itiak” .

Semestinya juga, masyarakat Minangkabau tak mengenal apa yang disebut dengan lahan telantar atau lahan tidur. Masyarakat Minang adalah masyarakat pertanian, ketika ke rimba berbunga kayu, air tergenang dijadikan kolam ikan, tanah tanah ditanamkan benih, tanah keras dibikin ladang, sawah bertumpak di tanah yang datar, ladang berbidang di lahan yang lereng. Begitulah budaya sosial masyarakat kita di Minangkabau.

Bahkan orang Minang sudah memiliki teknologi pertanian yang merupakan warisan dari nenek moyang kita. Mereka bertani sesuai musim. Seperti pesan pepatah:” Ka ladang di hulu tahun, ka sawah di pangka musim, hasia banyak nkarano jariah, hasia buliah karano pandai”. Pepatah itu menyisipkan dua kata inti dalam hal ihwal berladang orang Minang. Yakni, pertama kerja keras, kedua karena pengetahuan atau kepandaian berladang. Dan hal ini sesuai benar dengan konsep PHT.

Semangat dan optimisme orang Minang itu sangat tinggi. Tak ada yang tak mungkin bagi orang Minang asal dikerjakan dengan sungguh-sungguh dan kerja keras. “lawik dalam buliah diajuak, bumi laweh dapek digali, bukik dapek diruntuah, asa bajariah bausaho. Lawik ditimbo lai ka kariang, gunuang di runtuah mungkin data, sadang dek samuik runtuah tabiang, apolagi dek manusia nan baraka”. Begitulah dalil rasional orang Minangkabau.

Jauh sebelum Koes plus mendengakan tongkat ditanam jadi “buah”, orang Minang sudah lebih dulu meyakini. Bahkan tak tongkat saja yang tumbuah, melainkan artinya lebih luas, yakni “ Apo ditanam namuah tumbuah, bijo ditanam ka babuah, batang ditanam kabarisi, batanam nan bapucuak, mamaliharo nan banyao”.

Bahkan, sebelum bertanam, orang minang memikirkan perairan atau irigasi. “ Dibuek banda baliku, tibo di bukik digali, tibo di batu dipahek, tibo di batang di kabuang”.

(35)

Terdapat tujuh poin Seruan Gubernur yang ditujukan kepada para petani. Dalam Seruan itu Gubernur meghimbau petani supaya tidak lagi membakar jerami tetapi dijadikan kompos yang selanjutnya digunakan untuk pupuk tanaman padi.

Seruan pada poin kedua, Gubernur menghimbau petani supaya melaksanakan pertanian terpadu antara tanaman dan ternak yang menjadi pilihan utama dalam berusaha tani.

Pada poin ketiga diserukan, supaya kotoran ternak dijadikan sebagai pupuk kandang dan sisa-sisa tanaman dijadikan kompos yang selanjutnya menjadi pupuk utama pada kegiatan budidaya pertanian.

Pada poin keempat Gubernur menyerukan pelaksanaan pengendalian hama penyakit tanaman dengan konsep pengen-dalian hama terpadu (PHT).

Pada poin kelima diserukan Gubernur supaya petani meman-faatkan tanaman sumber bahan nabati dan agens hayati untuk pengendalian hama penyakit tanaman.

Pada poin keenam seruan gubernur berbunyi supaya petani menjaga serta melestarikan keseimbangan dan kesehatan agroekositem dengan cara tidak atau meminimalkan bahan kimia buatan (sintetis) yang dapat merusak lingkungan.

Terakhir pada poin ketujuh diserukan kepada semua pihak baik pemerintah maupun non pemerintah diharapkan dapat mengambil langkah-langkah konkrit untuk mengimplementasi-kan seruan ini.

Demikian seruan Gubernur Sumbar semasa dijabat oleh Gamawan Fauzi. Seruan ini menandakan betapa serius dan sungguh-sungguhnya Pemerintah Propinsi Sumatera Barat dalam mewujudkan pertanian berkonsep pengendalian hama terpadu yang seriring dengan pelestarian lingkungan.

S

ERUAN

G

UBERNUR

S

UMATERA

B

ARAT

“JANGAN BAKAR JERAMI,

JADIKAN IA PUPUK PADI”

P

ADA

J

UNIDELAPAN TAHUNYANGSILAM

,

G

UBERNUR

S

UMATERA

B

ARATSEMASADIJABAT

G

AMAWAN

F

AUZI

,

MENYANGKUT

PHT

MELAKUKANSERUAN DALAMRANGKA MEWUJUDKAN KESEJAHTERAANDAN KEMANDIRIANPETANI SERTAPELESTARIAN LINGKUNGANMELALUI PENIGKATANEFISIENSI USAHATANI

,

(36)
(37)

Gubernur Irwan Prayitno menyampaikan lima poin Seruan yang disampaikan pada para petani kita.

Pada poin pertama, Gubernur menghimbau petani agar memahami bahwa peningkatan kesejahteraan petani dimulai dari petani itu sendiri, sebagaimana firman Allah SWT bahwa “Sesungguhnya Allah tidak merubah suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri” (QS 13:11).

Pada Seruan poin dua, Gubernur mengingatkan petani su-paya meningkatkan kegiatan produktif, sehingga setiap hari pal-ing kurang 8 jam dapat dimanfaatkan untuk kegiatan usaha tani. Gubernur pada poin ketiga menyerukan petani untuk melaksanakan berbagai jenis usaha tani, paling kurang 3 usaha tani yang dilaksanakan secara terpadu, seperti usaha tani tanaman pangan; ternak, perkebunan, perikanan dan pengelo-laan komoditi kehutanan.

Pada Seruan keempat, Gubernur menghimbau petani agar tidak membiarkan lahan-lahan kosong dengan cara menanam berbagai jenis tanaman produktif.

Terakhir di poin lima Gubernur Irwan Prayitno menyerukan pelaksanaan usaha tani secara efisien dengan mengurangi penggunaan sarana produksi dari luar dan melaksanakan usaha tani terpadu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia di sekitar kita.

Gubernur menutup Seruan dengan harapan semoga kerja keras kita diridhoi oleh Allah dan kesejahteraan petani dapat diwujudkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

S

ERUAN

G

UBERNUR

S

UMATERA

B

ARAT

“Berharap Petani Kerja 8 Jam

Jangan Biarkan Lahan Kosong”

P

EMERINTAH

P

ROPINSI

S

UMATERA

B

ARAT SANGAT

BERKESUNGGUHAN DALAMMEWUJUDKAN PERTANIANBERKONSEP

P

ENGENDALIAN

H

AMA

T

ERPADU

(PHT). S

EJAK DARI

G

UBERNUR TERDAHULUHINGGA DIJABAT

G

AMAWAN

F

AUZISAMPAIKE

G

UBERNUR

I

RWAN

P

RAYITNO

,

KONSEP

(38)
(39)

Penggunaan pestisi-da pestisi-dalam pengenpestisi-dalian OPT sudah merupakan pertimbangan terakhir setelah cara-cara lainnya tidak mampu untuk me-ngendalikan OPT. Seba-gai alternatif pengganti pestisida, penggunaan agens hayati lebih diopti-malkan.

Untuk pengemba-ngan dan pemasyaraka-tan agens hayati dilaku-kan melalui Pos IPAH yang didirikan di tingkat kelompok tani. Pos IPAH yang dikoordinir oleh seorang petani yang terampil memberikan informasi dan pelayanan kepada masyarakat tani lainnya. Pada Pos IPAH ini dilakukan perbanyakan agens hayati untuk disebarkan kepada para petani yang memerlukan dan sekaligus diberikan petunjuk dan bimbingan oleh penanggung jawab Pos IPAH.

Guna memantau perkembangan agens hayati terutama dalam hal mutu agens hayati dilakukan pengawasan oleh Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit dan Pengembangan Agens Hayati (LPHP dan PAH).

TERAPAN PHT

RAMAH LINGKUNGAN

P

ENERAPAN

PHT

TELAHMEMBERIKAN DAMPAKYANGLUAS TERHADAPPOLA BUDIDAYATANAMAN

.

(40)
(41)

Pagi itu matahari ber-sinar bagus. Cahayanya seakan menyiang padi yang sebentar lagi masak yang terhampar di nagari Kasai, Kecamatan Ba-tanganai, Kabupaten Pa-dangpariaman. Di tengah sawah itu seorang lelaki tampak asik bertanam wah harus dimanfaatkan dengan berbagai tanaman dapur seperti bawang, seledri atau bunga matahari”, ujar petani yang tampak masih gagah di gurat usianya yang mulai menua.

Siapa dia?

Namanya Marsilan, lahir tahun 1948. Ia berasal dari Jawa. Tinggal di Sumbar sudah sejak tahun 1974. Kemudian ia berbini dengan nak rang Kasai, di karunia tiga orang anak.

Kisah rumah tangga Marsilan yang menghidupi keluarga dengan bersawah itu sungguhlah sepantun dengan pepatah berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian.

Marsilan memulai kehidupan di rumah beratap rumbia berdinding bambu berlantai tanah. “ Lebih bagus kandang kerbau saya yang sekarang ini ketimbang rumah yang dulu kami tempati”, tutur Marsilan seraya menunjuk ke kandang kerbaunya yang berada tak jauh dari rumahnya yang sekarang.

Pada masa-masa dahulu, kehidupan bertani benar-benar susah. Hidup Senin – Kemis. Bila panen gagal, atau hama menyerang, tak ada pilihan lain,Marsilan dan keluarga siap dengan penderitaan yang lama dalam kesusahan yang panjang. Soal hama dan penyakit tanaman yang tak terkendali itu lah yang selalu bikin gamang petani dan menghantui hari-hari.

MARSILAN, PETANI

“L

EBIHBAGUSKANDANG KERBAUSAYAYANG SEKARANGINI

(42)

“ Saya mengetahui tentang hama dan penyakit tanaman pada tahun 1991 sewaktu mengikuti Sekolah Lapangan PHT “ , kata Marsilan dalam sebuah percakapan di dangau-dangau di tengah sawahnya yang berluas 2 hektar itu.

Ia bertutur, sebelum mengikuti SL PHT masalah hama dan penyakit tanaman ia atasi dengan cara tradisional saja, misalnya dengan ritual tolak bala atau melakukan pemburuan hama bersama-sama. Katanya, dulu hama dianggap musuh yang harus diberantas habis. Tapi, sejak mengikuti SL PHT itu, hama tak lagi dianggap musuh. Katanya, dari PHT ia mengerti dan memahmi bahwa hama untuk dikendalikan bukan untuk dimusnahkan. “ Karena hama juga punya untuk hidup”, kata Marsilan yang pernah meraih gelar Petani Teladan Nasional.

Apa dan bagaimana pandangan Marsilan tentang dunia pertanian setelah mengikuti SL PHT?

Berikut penuturan Marsilan ……

“ Dulu saya berpandangan, apa saja jenis hamanya, ya untuk dibunuh. Tapi, sejak PHT itu pandangan saya jauh berubah. Mereka, para hama itu juga makhluk hidup. Juga punya hak untuk hidup. Mereka tidak untuk dibasmi tapi untuk dikendalikan. Ya,pengendalian hama. Karena dia punya hak untuk hidup, kita harus tahu dulu dengan jenis hama itu. Kita harus tahu tentang pengetahuan hama.

Misalnya, tikus. Kita tahu bagaimana tikus berkembang biak. Bahkan tahu berapa anak satu ekor tikus dalam setahun. Begitu juga dengan hama wereng. Harus kita pelajari pula apa dan bagaimananya wereng ini. Singkat kata, SL PHT memberikan pelajaran bagi kita untuk mengetahui perilaku hama apa saja.

Setelah kita tahu dengan hama, pertanyaan kita adalah mau kita apakan mereka supaya jangan memakan atau merusak tanaman kita. Kita hindarkan serangannya. Kita alihkan perhatiannya. Dan, kita punya cara untuk mengatasi populasinya.

Terasa benar oleh saya apa manfaat setelah saya mengenal dan belajar ke-PHT-an itu. Manfaat yang paling terasa benar adalah mengurangi biaya produksi tanam. Dulu main pestisida saja. Ada hama, main semprot. Habis cerita!

Alhamdulillah, peningkatan produksi tanam saya bertambah. Karena PHT juga mengajari kita mengenal jenis benih dan tanaman yang tahan terhadap serangan pemakan tanam dan penyakit tanaman , sekaligus kita mengenal apa dan berapa kebutuhan tanaman itu sendiri. SL PHT, luar biasa manfaatnya. Kita tak hanya sekedar diberi tahu soal penanggulangan hama dan penyakit tanaman, namun juga diberitahu tentang ekologi tanah. Kita mengenal asam tanah, basa tanah atau PH tanah.

Petani yang telah Sekolah Lapangan PHT, pastilah seorang petani yang kreatif. Petani PHT adalah petani yang mengusahakan kebutuhan tanaman dan bagaimana cara penanggulan hama. Alam takambang jadi guru, prinsip PHT persis begitu. Belajar dari alam dan memanfaatkan tumbuhan sekitar kita untuk dijadikan pengendali hama bahkan pupuk.

Untuk pupuk, kita tak perlu lagi menggunakan berbagai pupuk kimia olahan pabrik. Sisa jerami, bila dulu dibakar di tengah sawah. Sekarang tidak lagi. Betapa kotornya langit ketika awang-awang dipenuhi oleh asap. Dan itu mengotori lingkungan. Kini, sisa jerami itu ditumpuk dan diolah dijadikan pupuk. Bila dulu memakai urea, sekarang memakai pupuk kandang yang diolah sendiri dari jerami dan lainnya. Kita tak perlu lagi membeli TSP atau KCL.

Betapa uang petani dulu habis dengan membeli berbagai perangsang tumbuhnya tanaman. Dulu kita pakai berbagai jenis obat-obatan buatan pabrik. Contoh 2PT ( zat pengatur tumbuh). Setelah mengenal PHT kami ganti dengan rebung bambu dan anak pisang serta air kelapa.

(43)

media bagi petani untuk membuka cakrawala dan pengetahuan kita serta bertindak dan bersikap kreatif.

Ya, setelah kita tahu rebung cepat tumbuh dan anak pisang juga cepat tumbuh, tentu ada zat yang merangsang tanaman itu. Kemudian, kita mengkreasinya sendiri. Rebung dan anak pisang ditumbuk. Lalu kita masukkan air kelapa. Tambahkan sedikit gula merah. Kita inapkan cairan itu selama seminggu. Kemudian cairannya dengan perbandingan 1:6 kita campur dengan air. Itulah yang kita semprotkan ke tanaman. Hasilnya, lihat, betapa suburnya padi saya!

Dulu, sebelum mengenal konsep dan prinsip PHT, sebelum saya sekolah lapangan PHT, bila ada hama dan penyakit tanaman, ujung-ujungnya kita pasrah saja. Atau melakukan ritual tolak bala. Habis itu, ya berpasrah diri begitu saja. Hilang akal kami. Dan, membiarkan nasib tanaman hancur dan panen gagal. Bila sudah begitu, nasib buruk dan kemiskinan membayangi kehidupan kami tiap hari.

Sekali lagi, sekarang tidak begitu lagi.

Cara kami sesuai ajaran PHT dalam mengendalikan hama adalah dengan cara mengalihkan makanan hama.

Contohnya, hama walangsangit. Walang sangit suka dengan sesuatu yang berbau amis atau anyir. Cara mencegahnya tak lagi melalui racun atau berbagai obat pestisida. Tidak begitu. Yaitu dengan cara mengumpulkan keong emas. Keong emas itu kita pecahkan. Bangkainya ditaruh di atas sabut kelapa yang diberi tunggak yang dipancangkan di tengah sawah atau pematang. Bila sulit mencari keong emas, ganti dengan terasi. Kalau perlu pakai ramuan nabati atau agens hayati. Nah, perhatian walang sangit tak lagi menyerang tanaman padi kita, tapi memakan keong emas dan terasi itu tadi. Padi pun selamat.

Melalui PHT petani diberi tahu tentang pengetahuan daun-daun dan berbagai macam akar-akaran. Daun-daun dan akar-akar itu ang mengandung racun yang sangat tak disukai oleh hama. Contoh daun surian, akar tuba, daun tembakau lalu dihancurkan dan diberi air untuk disemprotkan supaya hama menjauh karena tidak suka dengan bebaunan yang kita semprotkan itu.

Soal tikus. Dulu sangat merepotkan kita. Sekarang tidak lagi. Melalui SL PHT kita diberi tahu tentang perilaku tikus dan perilaku hama lainnya. Tikus, cukup kita perangkap dengan membuatkan “istananya” yakni dengan menaruh bambu sepanjang satu depa. Atau, racun tikus bisa kita ganti dengan buah karet yang direbus setengah matang, lalu diumpan dengan terasi.

Bagi saya konsep PHT bukan semata suatu teknologi pengendalian hama dan penyakit tanaman. Lebih dari itu, PHT adalah filosofi “penyadaran petani” dalam kehidupan dan hidup. Petani dipicu terus untuk berinovasi dan menciptakan teknologi sendiri. PHT membuat petani kreatif.

Dulu saya menggantungkan benih dari pemerintah. Sekarang pasca mengikuti SL PHT, saya bisa menghasilkan benih sendiri sesuai dengan keinginan saya dengan pemurnian varitas lokal serta penyilangan benih. Saya diberi bantuan oleh Dinas Pertanian Sumbar untuk memurnikan benih lokal dan adaptasi ke beberapa daerah. Hasilnya, petani bisa memilih atau menentukan benih pilihan.

Alhamdulillah, pasca SL PHT , saya merasakan peningkatan produksi dan penghasilan tiap tahun meningkat. Dulu tempat tinggal saya pondok buruk atau gubuk “derita”. Sekarang, alhamdulillah tak lagi bak dulu itu.

(Lalu Marsilan membawa kita ke rumahnya. Sungguh, rumahnya bagus. Rumah batu yang berdisain gaya kini. Tak lagi beratap rumbia, tapi sudah beratap seng tebal. Tak lagi berlantai tanah, tapi sudah berlantai batu mar-mar).

(44)

Ketika orang heboh dan panik sulit minyak tanah atau harga elpiji melambung tinggi, Marsilan mulai ber-pikir bagaimana cara meng-ganti elpiji dengan “zat” yang lainnya. Marsilan sen-diri sungguh tak mau mema-sak dengan menggunakan kayu penyulut api.

“Sekolah lapangan PHT telah membuat saya untuk lebih berpikir dan hidup kreatif serta tak mudah ber-putus asa. PHT membuka cakrawala saya. Karena PHT, alam di sekeliling saya benar-benar menjadi ruang untuk belajar. Apa yang saya lihat, tak saja sekedar dilihat secara lahiriah, tapi juga melihat kei intinya. Mengapa harus begitu, mengapa harus begini, mengapa itu begitu, mengapa itu begini, mengapa itu menjadi itu, mengapa itu menjadi ini…Ya, SL PHT mengajarkan saya untuk hidup selalu bertanya dan mencari jawabannya”, ujar Marsilan petani kita yang sukses dalam kehidupan.

Ketika orang heboh sulit minyak tanah atau harga elpiji melambung tinggi, Marsilan mulai berpikir bagaimana cara mengganti elpiji dengan “zat” yang lainnya. Marsilan sendiri sungguh tak mau memasak dengan menggunakan kayu. Katanya, memasak dengan menggunakan kayu adalah merusak lingkungan. Hitung saja, sehari kita butuh kayu berapa untuk memasak. Seminggu berapa, sebulan berapa, setahun berapa, dan kalikan selama berpuluh-puluh tahun dan kalikan juga dengan jutaan rumah tangga yang memasak menggunakan kayu. Lama-lama, kata Marsilan, kayu hutan bisa plontos hanya gara-gara digunakan untuk memasak.

Marsilan mendengar kabar, bahwa tahi kerbau mengandung gas. Gasnya itu bisa dimanfaatkan untuk memasak. Lalu, Marsilan mencari tahu tentang “biogas” tersebut. Karena, beberapa ekor kerbau yang ia pelihara, tahinya hanya digunakan untuk bahan pupuk kandang saja.

Pada akhirnya, Marsilan menemukan jawabannya. Dengan sederhana ia membuat rangkaian. Tahi kerbau ia beri bak, lalu gasnya ia kumpulkan dalam plastik sederhana. Dalam plastik itu ia beri aliran dengan pipa sebesar jempol. Gasnya, ia alirkan ke kompor gas. Maka, ketika dibuka kran di pipa itu, yang keluar adalah gas. Maka, dengan bermodal Rp 1,5 juta, Marsilan telah memiliki “kompor gas” sendiri yang bahannya dari tahi sapi.

“Saya telah menghemat uang setidaknya Rp 300 ribu sebulan sebagai pembeli gas elpiji. Dan teknologi sederhana dari biogas ini sudah saya kembangkan pula dilingkungan tempat tinggal saya ini”, ujar Marsilan seraya memperlihatkan kompornya yang bergas itu.

“ Ramah lingkungan adalah konsep dasar dari PHT juga !” tukas Marsilan.

KREASI MARSILAN

Referensi

Dokumen terkait

item-item penelitian ke dalam 3 faktor yang terbentuk yaitu dengan melihat. besarnya factor loading sebagaimana terlampir pada lampiran 8 dan lampiran

Hasil ini sesuai dengan penelitian Kim dan Park (2011) di mana perusahaan yang semakin besar berkontribusi terhadap CSR akan lebih berhati-hati dalam melaporkan

Tujuan dari penelitian tugas akhir ini adalah melakukan analisis teoritis dan simulasi untuk menemukan pengaruh variasi geometri die pada tegangan penarikan kawat dengan

Pada LKS berbasis pendekatan saintifik materi laju reaksi diketahui menyajikan fenomena berupa gambar, rumus kimia, dan persamaan kimia yang mengakibatkan KPS siswa

Dari hasil penyuluhan dengan seluruh responden di dapatkan informasi bahwasannya rasa ingin tahu dan informasi yang kurang dapat menimbulkan perilaku perawatan

Kesimpulan: Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa: 1) pada komponen input, SMAN 2 Kota Tangerang Selatan tidak menerapkan semua persyaratan dan ketentuan

Hasil analisis ragam pertumbuhan bibit karet klon PB 260 asal stum mata tidur di polybag dan di uji lanjut DMNRT menunjukan bahwa pemberian zat pengatur

This study discusses the Temperature and Humidity Monitoring System Chili Plant Greenhouse Based on LabVIEW. Each plant requires a climate in order to grow optimally and results in