• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 Kelola Lingkungan revisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "3 Kelola Lingkungan revisi"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Public Summary Tahun 2016 1

KELOLA LINGKUNGAN

Kawasan Lindung

Kegiatan Pengelolaan Lingkungan Hidup dilakukan di Kawasan Perlindungan, Kawasan Produksi dan Kawasan Penggunaan Lain, yaitu:

a. Melakukan pengkayaan restorasi dengan jenis rimba lokal (termasuk MPTS/Multiple Purpose Tree Species/buah-buahan) pada Hutan Alam Sekunder (HAS) dan Kawasan Perlindungan Setempat (KPS).

b. Bekerjasama lebih intensif dengan pihak BKSDA dalam koordinasi pengelolaan kawasan konservasi (CagarAlam dan Suaka Alam).

c. Mengadakan perlindungan terhadap situs-situs budaya dan ekologi yang ada sebagaimana yang telah dilakukan monitoring situs sebanyak 14 buah situs.

d. Melakukan kegiatan pengelolaan di kawasan produksi dengan memperhatikan aspek

perlindungan fisik kimia (tanah dan air) dan biologi (vegetasi dan satwa liar) berserta lingkungan masyarakat yang berinteraksi terhadap hutan itu sendiri.

e. Melakukan pemantauan parameter lingkungan yang terdiri dari kualitas dan kuantitas air, kesuburan tanah, erosi, keragaman dan penyebaran vegetasi, dan habitat satwa liar (terutama jenis satwa RTE).

Rehabilitasi (Tanaman Pembangunan dan Rutin)

Rencana dan Realisasi Rehabilitasi Tanaman Tahun 2015 dan 2016

(2)

Rencana dan Realisasi Pemeliharaan Tahun ke-2 dan ke-3 Tahun 2015 dan 2016

Ket

Renc Real Renc Real

1 2 3 4 6

Tanaman Rutin

1 Tumpangsari

- Jati 276,1 - 263,3 263,3 - Rimba -

-Jumlah Tumpang sati 276,1 - 263,3 263,3

2 Banjarharian

- Jati

- Rimba 105,8 - 130,6 130,6 Jumlah Banjarharian 105,8 - 130,6 130,6

3 Jumlah TPS + BH

- Jati 276,1 - 263.3

- Rimba 105,8 - 130,6 Jumlah 381,9 - 393,9

No Uraian Tahun 2015 Tahun 2016

Rencana dan Realisasi Rehabilitasi Hutan Lindung tahun 2015 dan 2016

Renc Real Renc Real

1 2 3 4 5 6

1 Rehabilitasi

- Hutan lindung (HAS) - - - -- Sumber mata Air - - - -- Hutan Pantai - - -

-2 Pemeliharaan

- Tahun II 130,6 130,6 100,0

-- Tahun III - - -

-No Uraian Tahun 2015 Tahun 2016

Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin setiap bulan dan setiap tahun sekali. Adapun kegiatan pemantauan lingkungan meliputi:

a. Fisik Kimia

Kegiatan pemantauan fisik kimia terdiri dari pemantauan erosi, pemantauan hidrologi, pemantauan curah hujan, pemantauan penggunaan B3 dan pengelolaan limbah B3, serta keberadaan Mata Air dan DAS.

KPH Kendal memiliki 7 (tujuh) Stasiun Pemantauan Lingkungan (SPL) erosi yang tersebar di 5 (lima) BKPH. Kegiatan pemantauan dilakukan rutin setiap bulan, pada tahun 2016 hasil pemantauan menunjukan Indek Erosi masih dibawah baku mutu (< 1).

(3)

Pengukuran laju sedimen dilakukan untuk mengetahui hasil erosi bersih dari seluruh kawasan hutan yang berada pada daerah tangkapan air sungai tersebut. Hasil pemantauan laju sedimen 2016 berada dalam kategori sedang hingga baik yaitu 2 – 5 mm/tahun.

Pengukuran padatan tersuspensi menunjukan besarnya partikel-partikel kecil yang terlarut dalam aliran. Hasil pemantauan 2016, menunjukan semua SPL masuk dalam kategori sedang (5 – 400 mg/l).

Pemantauan curah hujan KPH Kendal dilakukan di 18 (delapan belas) SPL Curah Hujan yang tersebar di 6 (enam) BKPH. Berdasarkan hasil pemantauan curah hujan 2016 didapatkan rata-rata curah hujan di 18 SPL tergolong rendah sampai tinggi (62,78 – 351,51 mm) dan penyebarannya hampir merata.

Kegiatan pemantauan penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) yang digunakan baik oleh Perhutani maupun oleh masyarakat sekitar hutan dilakukan rutin setiap bulan di lokasi persemaian dan tanaman. Pemantauan dilakukan untuk mengetahui jenis – jenis bahan kimia yang dipergunakan di dalam kawasan hutan serta mengetahui kategori yang boleh dan dilarang dipergunakan berdasarkan UU dan Prinsip FSC. Dari hasil pemantauan 2016, tidak ditemukan penggunaan jenis B3 yang dilarang dipergunakan namun ditemukan penggunaan jenis B3 yang masih diperbolehkan yaitu hormon perangsang (NAA), pupuk (urea, ZA, TSP, Phonska) dan herbisida (Rhoundhup, Tuntas). Selain pemantauan penggunaan B3 juga dilakukan pengelolaan limbah B3 baik yang dipergunakan oleh Perhutani maupun oleh pesanggem di dalam kawasan hutan. Pada tahun 2016 terkumpul limbah B3 sebesar 12 kg limbah kemasan B3 dan telah di lakukan pemusnahan oleh pihak ke-2 dalam hal ini oleh PT Teknotama Lingkungan Internusa (PT. TLI).

KPH Kendal telah melakukan identifikasi mata air yang tersebar di 13 lokasi mata air. Mata air tersebut dimanfaatakan oleh masyarakat sekitar antara lain untuk irigasi, sumber air bersih, air minum, MCK.

(4)

b. Pemantauan Lingkungan Biologi

Pemantauan lingkungan biologi meliputi pemantauan satwa dan vegetasi (flora).

a) Pemantauan Satwa

Kegiatan ini dilakukan melalui kegiatan pemantauan satwa liar bulanan dan survey Biodiversity yang dilakukan 1 (satu) tahun sekali. Dari hasil pemantauan satwa bulanan pada tahun 2016 dijumpai jenis satwa liar sebanyak: 43 jenis aves, 15 mamalia dan 14 herpetafauna yang tersebar di seluruh kawasan hutan KPH Kendal. Selain pemantauan satwa liar, juga dilakukan pemantauan keberadaan satwa species interest yang terdiri dari macan tutul, rusa, lutung dan burung kepodang.

Sedangkan untuk pemantauan keanekaragaman dan populasi satwa dilaksanakan pada kegiatan survey biodiversity. Adapun hasil dari Survey Biodiversity tahun 2016

adalah sebagai berikut:

1) Kelimpahan jenis fauna meningkat pada jenis aves terutama pada tipe habitat kawasan perlindungan

2) Keanekaragaman jenis fauna sebagian besar mengalami peningkatan terutama di tipe kawasan perlindungan

b) Pemantauan Vegetasi

Pemantauan vegetasi dilakukan melalui kegiatan survey biodiversity. Dari hasil survey biodiversity tahun 2016 disimpulkan bahwa:

1) Kelimpahan jenis vegetasi pada tingkat tumbuhan bawah, semai, tiang dan pohon hampir sebagian besar mengalami penurunan.

2) Keanekaragaman jenis flora sebagian besar mengalami peningkatan terutama di tipe kawasan perlindungan.

3) Dominasi jenis flora menurun jika dibandingkan dengan pemantauan

sebelumnya.

c. Keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT)/High Conservation Value Forest (HCVF)

(5)

Adapun keberadaan Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi KPH Kendal sebagai berikut:

2 HCV2 Lanskap hutan yang luas (populasi

spesies alami)

5 HCV5 Hutan memenuhi keperluan dasar

masyarakat lokal

Sumber Data: Dokumen HCVF KPH Kendal Tahun 2016

d. Kawasan Perlindungan Setempat (KPS)

(6)

Pengelolaan Situs Budaya

Pengelolaan situs antara lain dengan monitoring aktifitas masyarakat di lokasi situs, membuat perjanjian kerjasama pengelolaan situs seperti halnya pada situs Petilasan Tulang Bawang yang dikelola oleh LMDH sebagai tempat tirakatan, membersihkan lokasi bersama dengan masyarakat, melestarikan vegetasi/lingkungan situs, serta pengkayaan tanaman dengan jenis rimba lokal.

Rata-rata luas situs di dalam kawasan hutan KPH Kendal di bawah 4,0 Ha, berbentuk makam dan petilasan.

Adapun data Situs Budaya di KPH Kendal dapat disajikan sebagai berikut:

1. Situs Budaya: Petilasan Tulang Bawang terletak di petak 15F RPH Darupono BKPH Boja seluas 0,4 Ha digunakan sebagai tempat tirakatan dan nyadran masyarakat setempat maupun luar kabupaten di bulan suro.

2. Situs Sosial Budaya: Makam Nyi Gluput terletak di petak 88F RPH Karangjati BKPH Plelen seluas 0,1 Ha, sebagai tempat ritual.

3. Situs Sosial Budaya: Makam Mbah Demang terletak di petak 105E RPH Plelen BKPH Plelen seluas 0,4 Ha sebagai tempat ritual.

4. Situs Sosial Budaya: Petilasan Kyai Merto terletak di petak 46F RPH Jatisari Selatan BKPH Subah seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.

5. Situs Sosial Budaya: Makam Kyai Gering terletak di petak 87 RPH Karangjati BKPH Plelen seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.

6. Situs Sosial Budaya: Makam Ki Tirto Maruto terletak di petak 102K RPH Plelen BKPH Plelen seluas 0,3 Ha sebagai tempat ritual.

7. Situs Sosial Budaya: Makam Kyai Guru/Ki Tunggul Sumekto terletak di petak 38H RPH Mangkang BKPH Mangkang seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.

8. Situs Sosial Budaya: Makam Nyai Santri terletak di petak 49A RPH Sojomerto Selatan BKPH Sojomerto seluas 0,1 Ha sebagai tempat ritual.

9. Situs Budaya: Batu Mushola terletak di petak 71U-2 RPH Ngareanak BKPH Boja seluas 0,1 Ha, yang diyakini apabila sholat sendiri di Batu Mushola tersebut banyak faedah dan menambah ke khusukan hati.

10.Situs budaya: Goa Kukulan terletak di petak 39F RPH Sojomerto Timur BKPH Sojomerto, luas 12,0 Ha, sebagai tempat ritual dan merupakan NKT 3 (HAS Curam) . 11.Situs Budaya: Goa Kiskendo d terletak i petak 67J RPH Trayu BKPH Boja, luas 6,5 Ha,

sebagai tempat ritual dan obyek wisata alam.

12.Situs Budaya: Sendang Biyung Sami terletak di petak 71G RPH Ngareanak BKPH Boja luas 0,2 Ha, sebagai tempat ritual.

13.Situs Budaya: Sendang Sikenyes terletak di petak 71U-3 RPH Ngareanak BKPH Boja luas 0,1 Ha, sebagai tempat ritual.

Referensi

Dokumen terkait

Pembahasan Pengaruh Daya Tarik Wisata Terhadap Keputusan Berkunjung di Wisata Alam Curug Cipeuteuy ..... Jumlah kunjungan Wisatawan di Wisata Alam

Selain itu, khususnya untuk proyek energi terbarukan berbasis masyarakat yang besarnya kurang dari 200KW, kriteria kapasitas teknis tambahan yang diperlukan untuk Pemohon

Oleh karena itu apabila ada peserta didiknya yang pintar dan dapat menguasai setiap keilmuan yang disampaikan dalam proses belajar, tentunya guru tersebut akan memberikan perhatian

Adapun parameter-parameter yang dikalibrasi ditentukan berdasarkan ketentuan Tabel 3 dan hasil simulasi yang dilakukan dengan nilai awal parameter dari IFAS (tanpa

Model kuantitatif yang digunakan untuk memperkirakan potensi kerugian maksimum pada portofolio bank dalam risiko pasar disebut:.. Credit

Walaupun bagian jangka panjang MPS dapat diubah berdasarkan perubahan kondisi pasar, rencana produksi harus tetap untuk beberapa minggu ke depan agar dapat

Program ini berisi perintah untuk melakukan simulasi random number serta memanggil beberapa subroutine yang berfungsi untuk dan menjalankan proses evolusi meneruskan evolusi hingga

(work-floor) sangat kurang. Lemahnya budaya keselamatan ini juga memberi dampak pada penurunan semangat dan produktifitas kerja para personil IEBE. Oleh karenanya dalam