• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kepuasan Kerja, Kemampuan Menyusun RPP dengan Kinerja Mengajar Guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono T2 942011088 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan Kepuasan Kerja, Kemampuan Menyusun RPP dengan Kinerja Mengajar Guru SD Bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono T2 942011088 BAB I"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Guru merupakan sosok pribadi yang tugas utamanya adalah mendidik dan mengajar. Oleh karena itu sebagai pendidik dan pengajar guru harus mampu untuk menyesuaikan antara tugas dan lingkungan tempat kerja yang selalu mengalami perubahan. Peru-bahan tempat kerja berjalan seiring dengan perkem-bangan jaman. Seperti pada abad 21 perkemperkem-bangan jaman sangat berpengaruh besar terhadap perkem-bangan pendidikan di tanah air. Setiap guru harus memiliki kestabilan emosi, ingin memajukan peserta didik, bersikap realistik, jujur dan terbuka, serta peka terhadap perkembangan, terutama inovasi pendidikan (Mulyasa, 2009: 19).

(2)

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa sertifikasi adalah proses pembe-rian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen. Pem-berian tunjangan sertifikasi bagi guru dan dosen bertujuan untuk meningkatkan kinerja (Pasal 1).

Sertifikasi guru dalam jabatan yang sekarang ini sedang dilaksanakan dengan gencar, tidak lain adalah untuk mendorong para guru agar menjadi guru yang berkualitas dan sekaligus dapat meningkatkan kese-jahterannya. Bentuk peningkatan kesejahteraan guru berupa pemberian tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik (Pedoman Sertifikasi Guru Dalam Jabatan, 2009).

(3)

Kepuasan kerja merupakan pendorong moral, kedisiplinan dan prestasi kerja pegawai dalam mendu-kung terwujudnya tujuan organisasi (Hasibuan, 2003). Robbins (2001) menyatakan bahwa kepuasan kerja adalah kepuasan yang dirasakan pegawai di tempat ia bekerja. Kepuasan tersebut mencerminkan perasaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenang-kan dalam memandang pekerjaannya, seperti kepuas-an terhadap ataskepuas-annya, temkepuas-an sekerja, sistem gaji, pemberian tunjangan, fasilitas dan kondisi kerja.

Bentuk-bentuk kepuasan bagi guru dalam men-jalankan aktivitasnya dihubungkan dengan kepuasan yang diterima dapat berupa penerimaan gaji berkala, promosi jabatan, kenaikan pangkat, cuti hamil (bagi guru perempuan) dan tunjangan hari raya, tunjangan profesional, diperuntukkan bagi peningkatan kinerja-nya (Sultani, 2013). Salah satu bentuk tunjangan kerja yang diterima oleh guru adalah tunjangan profesional berupa pemberian tunjangan sertifikasi.

(4)

peningkat-an kesejahterapeningkat-an. Jika kebutuhpeningkat-an dapat terpenuhi guru merasa puas, sehingga dengan kepuasan yang dirasakan dapat mendorong untuk bekerja lebih disi-plin dan kualitas kerja meningkat. Sebaliknya kinerja mengajar guru kurang maksimal disebabkan mereka mencari tambahan penghasilan karena gaji dan tunjangan mereka belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari (Sulkifli dan Sasongko, 2003).

Selama ini ada guru yang sudah memperoleh peningkatan penghasilan, dari peningkatan gaji ber-kala, peningkatan golongan, maupun pemberian tunjungan profesi (bagi yang sudah memenuhi syarat) namun bagaimanakah hubungannya terhadap kinerja mereka sebagai tenaga profesional? Apakah kinerja mengajar mereka meningkat ataukah masih tetap terkait dengan diberikannya tunjangan sertifikasi tersebut?

(5)

mempersiapkan diri untuk meningkatkan kualitas mengajarnya sehingga betul-betul menjadi guru yang profesional. Namun, sebagian guru lain tidak yakin bahwa peningkatan kesejahteraan akan meningkatkan kualitas guru. Mereka meyakini bahwa peningkatan kualitas serta kinerja adalah persoalan komitmen pribadi guru (Sudarman, 2007).

Guru dengan pemberian tunjangan yang sama akan memberikan makna dalam hidupnya yang ber-beda. Dari sekian guru yang menerima tunjangan sertifikasi akan memanfaatkannya secara berbeda, tingkat kepuasan mereka pun juga tidak sama. Seperti yang terjadi terhadap guru-guru SD penerima tunjang-an sertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabu-paten Pekalongan. Mereka menyikapi pemberian tun-jangan sertifikasi itu berbeda-beda, ada yang merasa puas, ada yang biasa-biasa saja, namun juga ada yang tidak puas. Kepuasan kerja mereka terlihat dari kiner-ja mereka, bagi yang merasa puas kinerkiner-ja mereka akan terlihat meningkat, sebaliknya yang kurang puas kinerja mereka tetap bahkan menurun. Kepuasan kerja guru apakah berhubungan dengan kinerja meng-ajar guru SD penerima tunjangan sertifikasi, itulah yang akan menjadi pembahasan dalam penelitian ini.

(6)

2011 menjadi 29 orang, tahun 2012 menjadi 32 orang, dan tahun 2013 menjadi 63 orang. Dari sejumlah SD (negeri dan swasta) sebanyak 22 dan jumlah guru PNS dan non PNS 200 orang (data UPT Tahun 2013). Guru yang telah bersertifikasi baru 63 orang atau sekitar 31,5%, yang lain masih dalam proses dan sebagian besar belum memenuhi syarat untuk mengikuti program sertifikasi.

Prosentase guru yang telah bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabupaten Pekalongan sampai tahun 2013 belum mencapai 50%. Hal ini disebabkan banyak guru belum memenuhi syarat untuk mengikuti sertifikasi, pembagian kuota dari kabupaten yang terbatas, dan sulitnya proses pelak-sanaan sertifikasi.

(7)

Sehubungan dengan pemberian tunjungan serti-fikasi sebesar satu kali gaji pokok diharapkan kinerja mengajar guru akan meningkat karena setelah dana sertifikasi dicairkan maka guru akan terpuaskan. Kepuasan kerja inilah yang pada akhirnya dapat mendorong guru meningkatkan kinerja mengajarnya. Berdasarkan survei di lapangan bahwa guru (khusus-nya guru SD penerima tunjangan sertifikasi) di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabupaten Pekalongan terli-hat ada perubahan kinerja dari sebelumnya. Akan tetapi perubahan kinerja tersebut belum dialami oleh seluruh guru SD penerima tunjangan sertifikasi, baru ± 43% (seperti terlihat pada Tabel 1.1) yang terlihat ada perubahan kinerja, sementara guru yang lain belum terlihat ada perubahan dalam kinerjanya.

(8)

Tabel 1.1

Kategori Kinerja Mengajar Guru (Penilaian Pribadi)

(Y)

Kategori Rentang Skor Frekuensi Guru Prosentase (%)

Sangat Baik 85 - 100 9 30

Baik 70 - 84 13 43

Sedang 55 - 69 8 27

Buruk 40 - 54 0 0

Sangat Buruk 25 - 39 0 0

Jumlah 30 100

Rata-rata 77,60

Sumber: Diolah dari data primer, 2013

Berdasarkan Tabel 1.1 Kinerja mengajar guru seba-gian besar berada pada kategori Baik (43%)

Tabel 1.2

Kategori Kinerja Mengajar Guru (Penilaian Kepala Sekolah)

(Y)

Kategori Rentang Skor Frekuensi Guru Prosentase (%)

Sangat Baik 85 - 100 1 5

Baik 70 - 84 9 41

Sedang 55 - 69 12 55

Buruk 40 - 54 0 0

Sangat Buruk 25 - 39 0 0

Jumlah 22 100

Rata-rata 69,77

(9)

Sedangkan pada Tabel 1.2 Kinerja mengajar guru sebagian besar berada pada kategori Sedang (55%) menurut penilaian Kepala Sekolah.

Tabel 1.3

Kategori Kepuasan Kerja Guru (X1)

Kategori Rentang Skor Frekuensi Guru

Sumber: Diolah dari data primer, 2013

Berdasarkan Tabel 1.3 Kepuasan kerja guru sebagian besar berada pada kategori Tinggi (50%)

Tabel 1.4

Deskripsi Frekuensi Kemampuan Menyusun RPP (X2)

Responden (N=30)

Kategori Rentang Skor Frekuensi Guru Prosentase (%)

Sangat Baik 16 - 20 2 7

(10)

Berdasarkan Tabel 1.4 Kemampuan menyusun RPP sebagian besar berada pada kategori Kurang (47%).

Perubahan kinerja dapat terlihat pada produkti-vitas masing-masing individu. Produktiprodukti-vitas individu dapat dinilai dari apa yang dilakukan oleh individu tersebut dalam kinerja mengajarnya, yakni bagaimana ia melakukan pekerjaan atau unjuk kerjanya (Mulyasa, 2009: 135). Di samping itu kinerja mengajar guru dapat diketahui dari hasil penilaian kinerja guru (PKG) seperti yang tercantum dalam Permendiknas nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru mengisyaratkan penguasaan terhadap 24 kompetensi dan telah dirang-kum menjadi 14 kompetensi yang harus dikuasai oleh guru meliputi kompetensi (Pedoman Pelaksanaan Penilaian Kinerja Guru, 2010):

A. Pedagogik

1. Menguasai karakteristik peserta didik

2. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

3. Pengembangan kurikulum

4. Kegiatan pembelajaran yang mendidik 5. Pengembangan potensi peserta didik 6. Komunikasi dengan peserta didik 7. Penilaian dan evaluasi

B. Kepribadian

8. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan kebudayaan nasional

9. Menunjukkan pribadi yang dewasa dan teladan 10. Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, dan

rasa bangga menjadi guru C. Sosial

(11)

12. Komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua, peserta didik, dan masyarakat

D. Profesional

13. Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu

14. Mengembangkan keprofesian melalui tindakan yang reflektif

Pekerjaan pokok yang mesti dilakukan oleh seorang guru antara lain menyusun rencana pelaksa-naan pembelajaran (RPP), melaksanakan pembelajaran dan menilai/mengevaluasi hasil pembelajaran. Minimal tiga hal tersebut yang harus dilakukan oleh seorang guru profesional.

(12)

Penelitian tentang hubungan kepuasan kerja dengan kinerja mengajar dikemukakan oleh Sudarmadi (2011) yang menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja mengajar guru Yayasan Pengudi Luhur Ranting Ambarawa, dengan rx1y = 0,593, dengan p = 0,000 < 0,05. Artinya bahwa kepuasan kerja guru meningkat akan diikuti dengan naiknya kinerja mengajar guru.

Sama halnya dengan Yudianto (2008) dengan penelitiannya tentang pengaruh kepuasan kerja dan motivasi kerja terhadap kinerja guru di SMK Pangudi Luhur Tarcisius Semarang menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara kepuasan kerja dan motivasi kerja dengan kinerja guru di SMK Pangudi Luhur Tarcisius Semarang. Artinya bahwa kepuasan kerja dan motivasi kerja guru meningkat akan diikuti dengan naiknya kinerja mengajar guru.

Sementara itu Warsidi (2004) mengadakan pene-litian tentang pengaruh kompensasi dan kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru Sekolah Dasar di Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi Riau. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien korelasi

rx1y = -0,014, dan p > 0,05 sehingga tidak ada

hubung-an signifikhubung-an hubung-antara kompensasi dhubung-an kepuashubung-an kerja dengan kinerja mengajar guru.

(13)

yang bertolak belakang yaitu Waimuri (2012) menga-dakan penelitian tentang hubungan pengetahuan menyusun silabus, RPP dengan kompetensi mengajar guru pendidikan agama Kristen (PAK) sekolah dasar (SD) Kristen Tri Tunggal Semarang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang positif signifikan antara pengetahuan menyusun silabus (X1), RPP (X2) dengan kompetensi mengajar guru (Y). Sedangkan Fitriani (2008) dalam penelitiannya mene-mukan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan menyusun silabus (X1), pengem-bangan RPP (X2) dengan kompetensi mengajar guru (Y) (www.garuda.dikti.go.id)

Terkait dengan adanya sertifikasi, Sulastri (2011) mengadakan penelitian tentang pengaruh Sertifikasi Guru dan Motivasi kerja terhadap kinerja mengajar guru SMA Negeri 1 Juwana kabupaten Pati. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sertifikasi guru dan motivasi kerja mempunyai pengaruh positif terha-dap kinerja mengajar guru di SMA 1 Juwana Kabu-paten Pati. Apabila sertifikasi diindentikan dengan tambahan penghasilan maka Paliama (2011) menemu-kan bahwa tidak ada hubungan yang signifimenemu-kan antara penghasilan dengan kinerja mengajar guru, hanya komitmen profesional yang memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja mengajar pada guru SMA Siwalima Ambon.

(14)

menurut pribadi guru berada pada kategori Baik, sedangkan penilaian oleh Kepala Sekolah menunjuk-kan kinerja mengajar guru berada pada kategori Sedang. Sementara itu pengukuran terhadap kepuas-an kerja guru berada pada kategori Tinggi, artinya mereka mempunyai tingkat kepuasan yang baik terha-dap pekerjaan yang diterimanya. Kemampuan menyu-sun RPP pada kategori Kurang. Data tersebut mengin-dikasikan bahwa guru bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono mempunyai kepuasan terhadap peker-jaan yang diembannya akan tetapi kinerja mereka sedang-sedang saja, tidak ada peningkatan yang signifikan setelah diberikannya tunjangan sertifikasi. Kondisi seperti itu dibuktikan juga pada kemampuan menyusun RPP yang pada kategori kurang. Dari uraian latar belakang dan hasil penelitian yang dilaku-kan oleh Agustinus Sudarmadi (2011) dan Simon Waimuri (2012) serta hasil temuan pada pra penelitian mendorong penulis untuk mengadakan penelitian ulang secara mendalam.

(15)

besar pada kategori Tinggi (58,7%), kemampuan menyusun RPP sebagian besar pada kategori Cukup (39,7%) dan kinerja mengajar guru sebagian besar pada kategori Sedang (54,5%). Seharusnya dengan di-berikannya tunjangan sertifikasi dapat meningkatkan kinerja mengajar guru di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabupaten Pekalongan.

1.2 Perumusan Masalah

Masalah dalam penelitian ini dirumuskan seba-gai berikut:

1. Adakah hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dengan kinerja mengajar guru SD berserti-fikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabupaten Pekalongan?

2. Adakah hubungan yang signifikan antara kemam-puan menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru SD bersertifikasi di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabupaten Pekalongan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini dirumuskan sebagai beri-kut:

(16)

2. Untuk mengetahui signifikansi hubungan antara kemampuan menyusun RPP dengan kinerja mengajar guru SD di UPT Dindikbud Petungkriyono Kabupaten Pekalongan?

1.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritik

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi-kan manfaat teoritik maupun praktis. Jika penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan yang signifi-kan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja mengajar guru, maka penelitian sejalan dengan hasil penelitian Sudarmadi (2011).

Bila hasil penelitian membuktikan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja guru dengan kinerja mengajar guru maka hasil penelitian sejalan dengan penelitian Warsidi (2004).

(17)

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis penelitian ini memberi masukkan bagi UPT untuk meningkatkan kinerja mengajar guru dan menyusun kebijakan untuk pembinaan profesionalisme guru berkelanjutan di Dindikbud Petungkriyono.

1.5 Sistematika Penulisan

Bab I: Pendahuluan, terdiri dari: latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pene-litian;

Bab II: memaparkan tinjauan pustaka yang relevan antara lain pengertian kinerja mengajar guru, pengertian kepuasan kerja guru, pengertian RPP, langkah-langkah menyusun RPP, dan sertifikasi guru. Selain itu bab II juga memaparkan penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan hipotesis.

Bab III: berisi tentang metode penelitian. Dalam bab ini dipaparkan tentang jenis peneliti-an, populasi dan sampel, lokasi dan waktu penelitian, instrumen pengumpulan data serta prosedur teknik pengumpulan data. Bab IV: berisi tentang hasil penelitian yang

(18)

reliabi-litas instrumen, uji hipotesis, dan pem-bahasan.

Gambar

Tabel 1.1 Kategori Kinerja Mengajar Guru
Tabel 1.3 Kategori Kepuasan Kerja  Guru (X1)

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul FAKTOR DOMINAN

Indikator penelitian self-control adalah: (1) kemampuan mengontrol perilaku yang dinilai berdasarkan kemampuan pengendara menahan diri untuk tidak beradu kecepatan

[r]

[r]

[r]

Dengan ini diumumkan sebagai Pemenang untuk Pengadaan Langsung “ Perbaikan Sarana Dan Prasarana Pedesaan Desa Kembang Kecamatan Todanan ” dengan nilai Pagu HPS Rp.