• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut."

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian mengenai hubungan antara Usia, Jenis Kelamin, dan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis Lutut. Penelitian ini dilakukan pada bulan April- Mei 2014 di Poliklinik Fisioterapi RSUD Sukoharjo dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 60 orang.

1. Karakteristik Sampel Penelitian

Hasil analisis menggambarkan distribusi sampel berdasarkan karakteristik demografi (umur, tinggi badan dan berat badan), Indeks Masa Tubuh.

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik sampel berdasarkan usia, berat badan, tinggi badan, dan IMT

Variabel n Mean SD Minimum Maksimum

Usia 60 54.30 13.82 35 80

BB 60 60.37 5.73 45 73

TB 60 155.12 4.50 148 164

IMT 60 25.05 1.82 19 28

Berdasarkan tabel 4.1 diketahui bahwa rerata umur sampel adalah 54.30 tahun, standar deviasi 13.81 tahun dengan umur termuda adalah 35 tahun dan umur tertua adalah 80 tahun. Rerata tinggi badan sampel adalah 164 cm, standar deviasi 4.49 cm dengan tinggi badan terendah adalah 148 cm dan tinggi badan tertinggi adalah 164 cm. Selanjutnya rerata berat badan sampel adalah 60.37 kg, standar deviasi 5.73 kg dengan berat badan terendah adalah 45 kg dan berat badan tertinggi adalah 73 kg. Rerata IMT

(2)

sampel adalah 25.05, standar deviasi 1.82 dengan IMT terendah adalah 19 dan IMT tertinggi adalah 28.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia, Jenis kelamin IMT, dan Diagnosis OA

Varibel Kategori Jumlah Persentase (%)

Usia < 40 tahun 18

42

30 70 Jenis Kelamin Laki-laki

Perempuan 25 35 41.7 58.3 IMT < 25 19 41 31.7 68.3 OA Lutut Bukan OA OA 17 43 28.3 71.7

Berdasarkan tabel 4.2 diketahui bahwa distribusi sampel berdasarkan usia tidak merata, p

lebih banyak dibanding usia < 40 tahun ( 30%). Distribusi jenis kelamin proporsi sampel laki-laki lebih sedikit (41,7%) dibandingkan responden perempuan (58,3%). Distribusi responden berdasarkan Indeks Masa Tubuh, proporsi sampel yang mempunyai IMT > 25 (68.3%) lebih banyak dibanding IMT < 25 ( 31.7 %) dan. Distribusi sampel berdasarkan diagnosis OA tidak merata, proporsi sampel dengan diagnosis OA lebih banyak (71,7%) dibandingkan responden dengan diagnosis bukan OA (28,3%).

(3)

2. Identifikasi Variabel Penelitian a. Usia

Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan Usia dengan Kejadian Osteoartritis Osteoartritis OR CI 95% p Bukan OA OA Total Usia < 40 th 13 (72.2%) 5 (27.8%) 18 (100%) 24.70 5.75-106.12 < 0.001 4 (9.5%) 38 (90.5%) 42 (100%) Total 17 (28.3%) 43 (71.7%) 60 (100%)

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa kejadian OA lebih banyak terjadi

dan perbedaan itu secara statistik signifikan (OR=24.70;CI 95% 5.75-106.12; p=0.000).

b. Jenis Kelamin

Tabel 4.4 Tabulasi Silang Hubungan Jenis Kelamin dengan Kejadian Osteoartritis Osteoartritis OR CI 95% p Bukan OA OA Total Jenis Kelamin 13.57 3.27 -56.31 < 0.001 Perempuan 14 (56%) 11 (44%) 25 (100%) Laki-laki 3 (8.6%) 32 (91.4%) 35 (100%) Total 17 (28.3%) 43 (71.7%) 60 (100%)

(4)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa kejadian OA lebih banyak terjadi pada subyek perempuan daripada laki-laki, dan perbedaan itu secara statistik signifikan (OR=13.57;CI 95% 3.27-56.31; p=0.000).

c. Indeks Masa Tubuh

Tabel 4.5 Tabulasi Silang Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Kejadian Osteoartritis Osteoartritis OR CI 95% p Bukan OA OA Total IMT < 25 14 (73.7%) 5 (26.3%) 19 (100%) 35.46 7.47-168.27 < 0.000 > 25 3 (7.3%) 38 (92.7%) 41 (100%) Total 17 ( 28.3%) 43 ( 71.7%) 60 (100%)

Tabel 4.5 menunjukkan bahwa kejadian OA lebih banyak terjadi IMT < 25, dan perbedaan itu secara statistik signifikan (OR=35.46;CI 95% 7.47-167.27; p=0.000).

(5)

B. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Regresi Logistik Ganda Tentang Hubungan antara Usia, jenis Kelamin, Indeks Masa Tubuh dengan kejadian Osteoartritis Lutut

Tabel 4.6 Hasil Analisis Regresi Logistik Tentang Hubungan antara Usia , Jenis Kelamin, dan IMT dengan Osteoartritis Lutut

Variabel

Independen OR

CI 95 %

p Batas Bawah Batas atas

Usia > 40 th 24.64 2.25 269.49 0.009 Perempuan 24.56 1.68 358.81 0.019 33.81 3.05 374.42 0.004 N Observasi 60 -2 Log likelihood 24.71 Nagelkerke R² 77,8%

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara usia, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh dengan risiko untuk mengalami Osteoartritis lutu

untuk mengalami osteoartritis 25 kali lebih besar daripada usia < 40 tahun, (OR=24.64; 95% CI 2.25-269.49; p=0.009). Perempuan memiliki risiko untuk mengalami osteoartritis lutut 25 kali lebih besar daripada laki-laki (OR=24.56; 95% CI 1.68-348.81; p=0.019). Lansia dengan

memiliki risiko untuk mengalami osteoartritis lutut 34 kali lebih besar daripada IMT < 25 (OR=33.81; 95% CI 3.05-374.42; p=0.019). Nagelkerke R²= 77.8% mengandung arti bahwa usia, jenis kelamin, dan IMT secara bersama memapu menjelaskan 77.8% variasi risiko untuk mengalami osteoartritis lutut

(6)

C. Pembahasan

1. Hubungan Usia dengan Osteoartritis lutut

Dari hasil penelitian yang dilakukan di RSUD Sukoharjo bulan april-Mei 2014 dengan jumlah responden 60 orang yang berusia < 40 tahun sebesar 18 orang (30%) dan Usia > 40 tahun sebesar 42 (70%). Usia saat timbulnya osteoartritis sangat bervariasi pada setiap individu. Dalam penelitian ini, rata-rata usia pasien adalah 54.30 tahun (SD 13.818).

Osteoartritis merupakan gangguan yang umum pada usia lanjut, sering dianggap sebagai konsekuensi dari perubahan-perubahan dalam tulang dengan lanjutnya usia. Pertambahan usia berhubungan langsung dengan proses degeneratif dalam sendi, mengingat kemampuan rawan sendi untuk bertahan terhadap mikrofraktur dengan beban muatan rendah yang berulang-ulang menurun Widodo (1992).

Pada penelitian ini, angka kejadian osteoartritis lutut terendah dapat ditemui pada usia muda yaitu antara 35-39 tahun. Hal ini terjadi karena trauma, pekerjaan atau faktor genetik. Trauma dapat menyebabkan osteoartritis jika terjadinya kerusakan permanen pada sendi yang terkena. Kerusakan ini akan merubah struktur biokimia pada sendi tersebut dan menambah tekanan. Sendi kartilago dan struktur sendi yang lain sering mengalami kerusakan yang biasa disebabkan secara tiba-tiba seperti pada fraktur atau kerobekan ligamen. Pekerjaan sehari-hari juga dapat menyebabkan osteoartritis lutut karena beban ditumpukan pada sendi lutut sangat besar, misalkan jalan, naik dan turun tangga (Isbagio, 1955).

(7)

Prevalensi osteoartritis dalam penelitian ini meningkat seiring dengan usia dan didapatkan mean dari rerata usia pasien yang di diagnose osteoarthritis lutut di RSUD Sukoharjo adalah 59.23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses degeneratif yang terjadi pada osteoartritis. Pada usia lanjut, terjadi perubahan dari kolagen dan penurunan sintesis proteoglikan menyebabkan tulang dan sendi lebih rentan terhadap tekanan dan kekurangan elastisitas sendi.

Pada proses degenerasi dari rawan sendi, terjadi reaksi inflamasi yang meningkatkan enzim proteolitik sehingga terjadi degradasi matriks ekstraseluler dan menimbulkan kerusakan mekanik. Kondrosit akan mengalami kerusakan sehingga mengakibatkan perubahan komposisi molekuler dan matriks disertai oleh kelainan fungsi matriks rawan sendi. Proses ini akan menyebabkan hilangnya tulang rawan dan penyempitan rongga sendi. Tulang akan berusaha untuk memperbaiki dan membentuk kembali persendian dengan cara pembentukan osteofit, namun karena tidak berhasil, lesi akan meluas dan menghasilkan peningkatan tekanan yang melebihi kekuatan biomekanik tulang. Pada akhirnya rawan sendi menjadi tipis, rusak dan menimbukan gejala- gejala osteoartritis seperti nyeri sendi, kaku dan deformitas (Robert, 1999).

Hal ini sesuai dengan penelitian Grottle di Norwegia pada tahun 2008 yang menyatakan bahwa 80% penderita osteoartritis berusia lebih dari 55 tahun. Hal yang sama ditemukan dalam penelitian Abbate et al pada tahun 2006, yang melakukan penelitian osteoartritis terhadap tiga kelompok

(8)

usia yaitu usia dibawah 45 tahun, 45-64 tahun dan usia diatas 65 tahun. Dalam penelitian tersebut, ditemukan bahwa prevalensi osteoartritis pada kelompok usia dibawah 45 tahun hanya 2%, pada usia 45-64 tahun prevalensi osteoartritis meningkat menjadi 24,5% dan prevalensi osteoartritis pada usia lebih dari 65 tahun adalah 58%. Pada kelompok usia lebih dari 65 tahun, 98% menunjukan adanya gambaran osteoartritis pada foto polos (Zhang, 2009).

2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Osteoartritis lutut

Berdasarkan data hasil penelitian Osteoarthritis lutut lebih banyak ditemukan pada perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu 32 orang (91.4%). Pada penelitian ini Osteoartritis lebih sering terjadi pada perempuan berusia lanjut karena kurangnya hormon estrogen yang memegang peranan penting dalam faktor risiko yang dapat menyebabkan osteoartritis walaupun mekanisme kerjanya belum dapat diketahui dengan jelas namun estrogen dapat menurunkan endapan lemak dalam tubuh ( Setiyohadi, 2008).

Secara statistik perempuan memiliki body mass index (BMI) diatas rata-rata dimana kategori BMI pada perenmpuan Asia menurut jurnal American Clinical Nutrition adalah antara 24 sampai dengan 26,9kg/m2 dan mempunyai nilai lebih kecil jika dibandingkan dengan perempuan Amerika dan tingkat obesitas pada wanita di Amerika adalah empat persen dan pada laki-laki hanya dua persen ( Widodo, 1992).

(9)

Perempuan yang berusia lebih dari 50 tahun atau memasuki masa menopause ini akan mengalami penurunan hormon terutama estrogen dan fungsi fisiologis tubuh lainnya, sedangkan fungsi dari hormon estrogen salah satunya adalah membantu sintesis kondrosit dalam matriks tulang, dan jika estrogen menurun maka sintesis kondrosit menurun sehingga sinteis proteoglikan dan kolagen juga menurun sedang aktifitas lisosom meningkat, hal ini lah yang menyebabkan OA banyak terjadi pada wanita (Stacy, 2007). Pada perempuan menopause, akan terjadi penumpukan lemak terutama pada sendi bagian bawah dan menyebabkan peningkatan beban pada sendi penopong beban tubuh.

Hormon esterogen menghambat fungsi osteoklas, sehingga berkurangnya kadar estrogen menyebabkan peningkatan fungsi osteoklas. Estrogen merangsang sekresi kalsitonin, kalsitonin melindungi kerangka terhadap resorbsi kalsium yang berlebihan, berkurangnya kadar estrogen menyebabkan pergeseran keseimbangan kalsium (Theodasakis, 2007)

Prevalensi osteoartritis lutut pada laki-laki dalam penelitian ini adalah 11 orang (44%). Persentase tersebut lebih rendah daripada perempuan karena laki-laki memiliki hormon testosteron yang berfungsi menurunkan lemak dalam tubuh dan menghambat osteoklas sehingga tulang

tahun 2007 dengan teori bahwa jenis kelamin perempuan merupakan faktor resiko terjadinya osteoarthritis lutut. Pada studi tersebut prevalensi dan insidensi osteoartritis meningkat sebanyak tiga kali lipat pada perempuan

(10)

jika dibandingkan dengan laki-laki. Hal yang sama juga ditemukan dalam penelitian Zhang Fu-qiang et al., pada tahun 2009 di Fuzhou yang menunjukkan peningkatan prevalensi lebih tinggi pada perempuan jika dibandingkan dengan laki-laki yaitu sebesar 35,87% .

3. Hubungan Indeks Masa Tubuh dengan Osteoartritis

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan osteoarthritis lutut dengan rasio prevalensi 33.81. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Noriko et al.,2006 yang menyimpulkan bahwa pasien obesitas mermpunyai risiko untuk mengalami OA lutut sebesar 6,01 kali dibandingkan pasien yang tidak obesitas. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Khairani (2012) di Surakarta menunjukkan bahwa lansia dengan Indeks Massa Tubuh > 25 (overweight) mempunyai risiko terjadinya osteoartritis 4,9 kali lebih besar dari pada lansia dengan Indeks massa Tubuh 18,5-25,0.

Ketika berjalan beban berat badan dipindahkan ke sendi lutut 3-6 kali lipat berat badan (Moll, 1987; Haq, 2003). Maka bila proporsi berat badan lebih dari tinggi badan (obesitas), kerja sendi pun akan semakin berat. Sampel dengan berat badan lebih dan obesitas mempunyai faktor risiko osteoartritis lutut lebih besar dibanding dengan populasi dengan berat badan normal. Obesitas merupakan faktor risiko kuat bagi OA lutut bilateral maupun unilateral pada jenis kelamin apapun. Wanita obesitas memiliki

(11)

risiko 4-5 kali untuk terserang Osteoartritis lutut dibanding wanita yang kurus ( Setiyohadi, 2003).

Akibat dari pembebanan yang berlebihan pada lutut dapat menyebabkan peningkatan penekanan dan atau shear stress pada tibiofemoral (TF) atau patelofemoral (PF) comparetment. Banyak penelitian fokus pada malaligment lokal sendi lutut, kaki berperan dengan segera sebagai peredam dari mekanikal stres pada saat kontak dengan tanah atau lantai dan melalui ektremitas bawah akan membentuk pola postural aligment dan gerakan sendi pada lutut (Williams et al., 2001).

Menurut Mquet (2005) secara biomekanika bahwa bahwa pada keadaan normal gaya berat badan akan melalui medial sendi lutut dan akan diimbangi oleh otot-otot paha bagian lateral sehingga resultannya akan jatuh pada bagian sentral sendi lutut. Sebaliknya, pada keadaan obesitas resultan tersebut akan bergeser ke medial sehingga beban yang diterima sendi lutut akan tidak seimbang. Hal ini dapat menyebabkan ausnya tulang rawan karena bergesernya titik tumpu badan. Oleh karena itu kelebihan berat badan pada umur 36- 37 tahun membuat satu faktor risiko bagi osteoartritis lutut pada usia lanjut (Moll, 1987; Haq, 2003).

4. Hubungan usia, jenis kelamin, dan indeks masa tubuh dengan osteoartritis lutut

Hasil analisis uji Regresi logistik Ganda dalam penelitian ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara usia, jenis kelamin, dan

(12)

indeks masa tubuh dengan kejadian osteoartritis lutut. Nilai Negelkerke R² 77.8% mengandung arti bahwa variabel-variabel independen yaitu usia, jenis kelamin dan indeks masa tubuh secara serempak mampu menjelaskan dan berhubungan sebesar 77.8% dengan kejadian osteoartritis lutut, sedangkan sisanya 22.2% merupakan faktor lain yang tidak diteliti dan berhubungan dengan kejadian osteoartritis lutut.

Menurut departemen kesehatan pada tahun 2003, survei nasional di ibukota seluruh provinsi Indonesia menunjukkan bahwa 8,1% penduduk laki-laki dewasa diatas 13 tahun, mengalami kegemukan dengan BMI antara 25-27 kg/m2 dan 6% mengalami obesitas. Pada penduduk perempuan, 10,05% mengalami kegemukan dan 13,5% mengalami obesitas. Pada kelompok usia 40-49 tahun, kegemukan maupun obesitas mencapai puncak yaitu masing-masing 24,4% dan 23% pada laki-laki dan 30,4% dan 43% pada wanita (Hadi, 2005).

Studi cross sectional

mengalami OA lutut menunjukkan hasil bahwa indeks masa tubuh dan berat badan berasosiasi kuat dengan osteoarthritis lutut pada wanita (RP=5,27; 95% CI 3,05-9,13) (Abbate.L. et al., 2006). Hal ini disebabkan pada wanita diatas usia 45 memasuki menopause sehingga berkurangnya produksi hormone esterogen akan menghambat sintesis kondrosit sehingga sintesis proteoglikan dan kolagen juga menurun sedang aktifitas lisosom meningkat sehingga terjadi ketidak seimbangan antara osteoblas dan osteoklas. Hormon esterogen juga berfungsi mengabsorbsi lemak lemak,

(13)

dengan berkurangnya penyerapan lemak maka terjadi penimbunan lemak dalam tubuh yang mengakibatkan beban tubuh meningkat (Setiyohadi,2003).

D. Keterbatasan Penelitian

Upaya maksimal telah dilakukan peneliti untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan ideal, namun keterbatasan-keterbatasan masih ada dalam penelitian ini seperti sebagai berikut:

1. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian tidak terlalu besar , dikarenakan jumlah pasien di RSUD Sukoharjo pada bulan april dan Mei 2014 yang mengeluh nyeri lutut dan yang didiagnosa osteortritis lutut sangat terbatas, sehingga peneliti belum mampu mendeteksi faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian osteoarthritis lutut.

2. Adanya bias seleksi antara kelompok OA lutut dan bukan OA lutut, masih terdapat beberapa variabel lain yang diduga berkaitan dalam penelitian ini namun tidak dilakukan pengambilan data seperti data mengenai kekuatan otot, Q-angle.dan navicular drop.

3. Rentang nilai Convidence Interval terlalu luas karena jumlah sampel penelitian sedikit, sehingga untuk penelitian berikutnya disarankan respondennya lebih banyak lagi

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Karakteristik sampel berdasarkan usia, berat badan,  tinggi badan, dan IMT
Tabel 4.2  Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia, Jenis kelamin  IMT, dan Diagnosis OA
Tabel 4.3 Tabulasi Silang Hubungan  Usia dengan Kejadian Osteoartritis Osteoartritis OR CI 95% pBukan  OA OA Total Usia &lt; 40 th 13 (72.2%) 5 (27.8%) 18 (100%) 24.70 5.75-106.12 &lt; 0.001 4 (9.5%) 38 (90.5%) 42 (100%) Total 17 (28.3%) 43 (71.7%) 60 (100
Tabel  4.4 menunjukkan  bahwa  kejadian  OA  lebih  banyak  terjadi  pada  subyek  perempuan  daripada  laki-laki,  dan  perbedaan  itu  secara  statistik signifikan (OR=13.57;CI 95%  3.27-56.31; p=0.000).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sindrom nefrotik adalah salah satu penyakit ginjal yang sering dijumpai pada anak, merupakan suatu kumpulan gejala-gejala klinis yang terdiri dari proteinuria

Hak yang melekat pada kepala desa dan perangkat desa tersebut bukanlah hak milik, melainkan hak pakai seperti yang tertuang dalam ketentuan konversi UUPA Pasal VI

ALIEF YA HUTOMO, NIM 110304052 dengan judul skripsi ANALISIS DAMPAK PENERAPAN MEKANISASI USAHATANI PADI TERHADAP PENDAPATAN DAN TENAGA KERJA DI DESA NAMU UKUR UTARA KECAMATAN

Daun-daun yang gugur akan dimakan oleh jenis-jenis bakteri dan fungi.. Bakteri dan fungi ini akan dimakan oleh sebagian Protozoa dan Avertebrata lainnya dan kemudian

Hasil yang diperoleh file uji 2.png yang terdapat pada folder TestDatabase ternyata cocok dengan file 3.png yang terdapat pada folder TrainDatabase, hasil

Jadi dapat disimpulkan pengertian dari Sistem Informasi Akuntansi adalah sistem informasi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan informasi akan informasi yang terkait

The data sets range from indexing just a few blog posts to web-scale collections that contain billions of docu- ments; workload levels vary from just a few searches per day on

Honorarium, belanja ATK, bvelanja jasa kantor, belanja transportasi dan akomodasi, belanja penggandaan, belanja makanan minuma rapat serta belanja narasumber. Sleman (Kab.)