• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Siswa SMA pada umumnya berusia 16 sampai 19 tahun dan merupakan individu yang sedang berada pada masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang penuh dengan konflik, karena tidak dapat dipungkiri pada masa ini tidak terlepas dari permasalahan, mulai dari masalah akademik, masalah dengan diri sendiri, masalah dengan orang tua, masalah dengan teman sebaya dan masalah dengan lingkungannya. Seperti hubungan yang kurang baik dengan orang tua, tugas sekolah yang menumpuk, mencontek, bolos sekolah, bullying, salah faham antar individu, penyalahgunaan narkoba, tawuran antar pelajar dan pergaulan bebas.

Terdapat fenomena menarik yang terjadi pada siswa SMA Nusa Putra Tangerang, sudah tercatat beberapa kasus yang menunjukan siswa yang kurang memiliki kemampuan memecahkan masalah. Hasil wawancara dengan guru bimbingan konseling (BK) di SMA Nusa Putra Tangerang, terdapat beberapa kasus yang sering terjadi, diantaranya: siswa yang merokok di area sekolah, sering membolos, contek-mencontek saat ujian, menggunakan pakaian dan potongan rambut yang tidak rapi, berbicara kurang sopan, dan melanggar aturan-aturan sekolah. Dalam permasalahan tersebut, biasanya pihak sekolah segera memberikan hukuman langsung atau memanggil orang tua dari siswa tersebut ke sekolah.

(2)

Permasalahan yang kerap terjadi pada siswa SMA seringkali diselesaikan dengan cara yang kurang baik. Seperti yang terjadi di SMA Nusa Putra Tangerang, ada beberapa siswa yang memiliki potongan rambut berantakan, sehingga diberikan hukuman berupa dipotong rambutnya oleh pihak sekolah pada saat itu juga, mereka yang menerima hukuman tersebut melaporkan kepada orang tua, sehingga orang tua menyalahkan pihak sekolah, meskipun hukuman yang diberikan sekolah bertujuan untuk mendidik siswa agar lebih mematuhi aturan. Hal ini menunjukkan rendahnya kemampuan memecahkan masalah yang dimiliki siswa tersebut. Didukung oleh penelitian Artha dan Supriyadi (2013) yang menyatakan bahwa banyak kasus yang terjadi pada remaja saat ini adalah ketidakmampuan dalam menemukan solusi yang tepat terhadap masalah yang dihadapi sehingga mengambil jalan yang keliru.

Pemecahan masalah merupakan suatu keterampilan yang selalu berkembang, sejalan dengan perkembangan idividu itu sendiri. Stein & Book (2010) mendefinisikan pemecahan masalah sebagai kemampuan untuk mengidentifikasi dan menentukan masalah serta menghasilkan dan menerapkan solusi yang efektif. Pemecahan masalah merupakan identifikasi strategi yang dilakukan individu dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahamannya agar dapat menemukan solusi atas masalah yang terjadi.

Patnani (2013) mengemukakan bahwa ketika apa yang diinginkan oleh seorang individu tidak tercapai, atau mengalami hambatan dalam pencapaiannya, maka ia dikatakan sedang menghadapi suatu masalah. Setiap permasalahan memiliki tingkat kesulitan tersendiri untuk dapat diselesaikan oleh masing-masing individu, cara penyelesaian dari masing-masing individu

(3)

tentunya berbeda-beda, oleh karena itu individu harus memiliki kemampuan dalam memecahkan masalah. Kemampuan memecahkan masalah dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengidentifikasi setiap solusi yang memiliki resiko terkecil sehingga dapat memecahkan setiap masalah dalam hidupnya secara cepat dan tepat demi tercapainya harapan yang diinginkan.

Coskun, Garipagaoglu, & Tosun (2013) dalam penelitiannya mengatakan orang-orang yang memiliki kemampuan memecahkan masalah yang baik dapat memiliki kehidupan yang lebih baik daripada yang lain karena mereka lebih berhasil dalam mencari tahu solusi terbaik dan tahu bagaimana berperilaku dalam situasi yang bermasalah. Mayer (dalam Kirmizi, et al, 2015) menyatakan solusi yang dicapai melalui proses pemecahan masalah dan menggunakan metode yang tepat tidak hanya dapat memecahkan masalah saja, akan tetapi dapat membuat solusi dari masalah masa depan lebih efektif. Kemudian hasil penelitian Ghodsy Ahghar (2012) menunjukkan bahwa pelatihan kemampuan memecahkan masalah secara efektif dalam pengaturan belajar siswa memiliki stabilitas yang baik dari waktu ke waktu.

Dalam setiap penyelesaian masalah, tidak hanya dibutuhkan kecerdasan intelektual yang baik saja, melainkan dibutuhkan juga kecerdasan emosional. Kebanyakan orang beranggapan kecerdasan intelektual lebih penting dibandingkan kecerdasan emosional, hal ini wajar terjadi karena sejak dini masyarakat telah dilatih untuk mengasah kemampuuan intelektual, mulai dari lingkungan keluarga, sekolah hingga di masyarakat. Hasil penelitian Lin, D.T., dkk. (2016) menunjukan kecerdasan emosional adalah prediktor kuat

(4)

kesejahteraan masyarakat. Kecerdasan intelektual tidak dapat diperoleh manfaatnya apabila tidak diimbangi dengan kecerdasan emosional.

Semakin bertambahnya usia seseorang, permasalahan yang dihadapi juga semakin rumit, untuk memecahkan setiap masalah yang terjadi, hendaknya individu memahami dan memiliki apa yang disebut dengan kecerdasan emosional. Menurut Goleman (dalam Oktaviany, 2013) kecerdasan emosional merupakan kemampuan untuk mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan dan permasalahan yang datang salah satunya dipengaruhi oleh kecerdasan emosionalnya. Seperti yang dikatakan oleh Siahaan (2011) Kecerdasan emosi merupakan suatu bentuk keberhasilan individu ketika individu mampu untuk memotivasi dirinya sendiri, bertahan menghadapi masalah, dan kemampuan berpikir dan berempati.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang dalam mengelola emosi yang dimilikinya dan dapat memahami perasaan diri sendiri dan orang lain sehingga dapat menempatkan diri dalam hubungan dengan orang lain. Individu yang memiliki kecerdasan emosional adalah individu yang mampu mengenali emosi diri sendiri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, empati dan membina hubungan dengan orang lain (Goleman, 2016).

Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Laras Pandu Oktaviany pada tahun 2013 dengan judul penelitian “Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Dengan Perilaku Agresif Pada Remaja Siswa SMAN 11 Tangerang

(5)

Selatan”. Hasil penelitian tersebut menunjukan terdapat hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan perilaku agresif, artinya semakin tinggi kecerdasan emosional siswa maka semakin rendah perilaku agresifnya, sebaliknya semakin rendah kecerdasan emosional individu, maka semakin tinggi perilaku agresifnya.

Pada setiap individu, emosi mewarnai cara berfikir dalam menghadapi situasi, tanpa sadar emosi juga sering terlihat didalamnya yang menyebabkan seseorang berfikir secara tidak efektif termasuk ketika sedang memecahkan suatu masalah. Saptoto (2010) dalam penelitiannya mengatakan dinamika psikologi yang berlangsung di dalam diri individu yang memiliki kecerdasan emosi tinggi pada saat menghadapi stress atau konflik yang menekan, akan segera mengenali perubahan emosi dan penyebabnya, mampu mengenali emosi tersebut secara obyektif, sehingga dirinya tidak larut ke dalam emosi. Untuk itu kecerdasan emosional sangat diperlukan dalam memecahkan masalah.

Kecerdasan emosional dapat membantu individu untuk menentukan kapan dan dimana ia bisa mengungkapkan perasaan dan emosinya. Oleh karena itu individu yang mempunyai kecerdasan emosional yang tinggi akan memahami dan mengkontrol emosinya sehingga dapat memperlihatkan pendekatan yang lebih positif terhadap setiap masalah dan akan lebih mudah memecahkan masalah tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan yang telah disampaikan pada latar belakang, maka rumusan permasalahan dari penelitian ini adalah: “Apakah ada hubungan

(6)

antara kecerdasan emosional dengan kemampuan memecahkan masalah pada siswa SMA Nusa Putra Tangerang?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan kemampuan memecahkan masalah pada siswa SMA Nusa Putra Tangerang.

D. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian yang kami lakukan maka manfaat penelitian tersebut adalah, sebagai berikut:

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan kecerdasan emosional dan kemampuan memecahkan masalah, khususnya dalam bidang psikologi.

2. Secara Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

a. Sekolah. Agar sekolah dapat memberikan pengarahan kepada murid mengenai metode-metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa.

b. Guru. Agar guru dapat lebih memahami dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam membantu siswa menyelesaikan masalah.

(7)

c. Siswa. Agar lebih memahami dan menyadari bahwa kecerdasan emosional dapat membantu menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi saat ini dan atau yang akan datang.

d. Ilmuwan psikologi. Diharapkan penelitian ini akan dapat menambah wawasan terhadap bidang ilmu psikologi, khususnya psikologi pendidikan yang berkaitan dengan kecerdasan emosional dengan kemampuan memecahkan masalah.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka disimpulkan: Pertumbuhan anggrek Vanda lebih sesuai pada komposisi media VW yang ditambahkan 2 ppm giberelin dan 250 mL air kelapa

mengherankan bila hampir tiap hari terjadi penghadangan dan penembakan oleh orang tak dikenal yang diyakini banyak orang adalah separatis Papua.. Papua yang lain adalah tidak

Ulead Video Studio ini sangat cocok digunakan untuk kalangan pemula yang ingin belajar editing video, selain itu program ini memiliki tampilan yang menarik dan menu-menu

Diharapkan penurunan vigor benih dapat diatasi dengan peningkatan kerapatan benih yang akan meningkatkan jumlah kecambah normal kuat yang akan digunakan untuk kegiatan

〔商法一ニ九〕手形金の一部に関する原因債務不存在といわゆる二重無権の抗弁東京地裁昭和四 六年ニ月一二日判決 倉沢, 康一郎Kurasawa,

Djaman Satori (dalam Suhardan, 2010 hlm. 28) mengemukakan bahwa supervisi pendidikan dipandang sebagai kegiatan yang ditujukan untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu

Karena kondisi ini, pada kasus kecelakaan lalu lintas dengan cedera pada dada, seyogyanya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi pada otot jantung yang akan dapat