• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang. semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Anak merupakan karunia dan ciptaan yang tak ternilai harganya. Begitu sempurna Allah SWT menciptakan manusia (QS. At-tiin) yang kemudian dianugerahkan kepada kedua orangtuanya. Anak merupakan titipan dan amanat dari Illahi Robbi yang harus diasuh, diasah, dan diasih dengan semaksimal mungkin. Dalam wawasan yang lebih luas, anak merupakan bunga harapan bangsa dan agama serta merupakan individu yang berfungsi sebagai insan penerus atau generasi mendatang yang bertanggungjawab untuk meneruskan cita-cita perjuangan bangsa.

Pusat Data dan Informasi-Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PDPERSI, 2003) menyatakan bahwa di Indonesia, status kesehatan masyarakat telah menunjukkan perbaikan salah satunya dapat dilihat dari angka kematian bayi yang menurun dari 46 (1997) menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup (2002-2003). Angka Kematian Bayi (AKB) telah dapat diturunkan dengan laju penurunan rata- rata 4,1% setiap tahunnya begitu pula Angka Kematian Balita (AKABA) (0-4 tahun). Namun demikian, status kesehatan ini masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kemajuan yang dicapai oleh negara-negara ASEAN.

(2)

Banyak program kesehatan masyarakat yang telah dilaksanakan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas anak, tetapi program-program ini belum dapat mempengaruhi angka morbiditas dan mortalitas anak secara signifikan. Untuk mengurangi jumlah anak yang menderita sakit dan meninggal karena penyakit-penyakit di atas, kerjasama WHO/UNICEF mengambil inisiatif untuk melaksanakan strategi yang disebut Integrated Management Of Childhood Illness (IMCI). Strategi ini memfokuskan pada semua penyakit yang menyebabkan morbiditas dan mortalitas anak, termasuk didalamnya pneumonia, diare, malaria, campak, dan kekurangan gizi (Ratnawati et al, 2005).

Implikasi dari pandangan IMCI menyebutkan bahwa selain perawatan kesehatan berperan penting dalam pengurangan morbiditas dan mortalitas anak, perilaku atau sikap keluarga khususnya pengurus rumah tangga juga sangat penting dalam menangani penyakit anak. Mengingat anak-anak sering mengalami beberapa gejala penyakit secara bersama, maka perilaku keluarga dalam menjaga kesehatan anak sangat penting, seperti mengenali gejala penyakit dan bagaimana cara memberikan pengobatan serta mencari pertolongan kesehatan.

Menurut IMCI, hal-hal yang termasuk dalam perawatan di rumah adalah mengatasi penyakit demam pada anak. Demam merupakan respon tubuh terhadap penyakit atau infeksi, dimana terjadi peningkatan suhu tubuh terus menerus lebih tinggi dari 100oF (37,8oC) per oral atau 100oF (38,8oC) per rectal karena faktor eksternal (Capernito, 2001). Suhu tubuh yang sangat

(3)

tinggi adalah berbahaya. Apabila suhu per rectal melebihi 106oF (41oC) dalam jangka waktu yang lama, maka akan terjadi kerusakan otak permanen. Sedang jika melebihi 109oF (43oC), maka akan timbul heat stroke dan bisa menimbulkan kematian (Ganong, 1999).

Berbagai upaya dilakukan keluarga untuk menyembuhkan demam anaknya dengan cara mengobati sendiri di rumah seperti kompres dingin, kompres dengan daun dadap serep, mengoleskan bawang dan minyak kelapa (kerok), serta memberikan obat yang di beli di warung. Mereka baru akan membawa anak ke pusat kesehatan atau rumah sakit setelah 1-3 hari jika demam belum juga turun. Anak yang sakit bisa terlambat ditangani karena adanya perawatan di rumah, terutama bila sang ibu tidak mampu mengenali kondisi anak yang lebih parah (Padmawati et al cit Ratnawati et al, 2005).

Masalah yang nyata di masyarakat adalah terdapatnya beraneka ragam konsep sehat-sakit yang tidak sejalan bahkan bertentangan dengan konsep sehat-sakit yang diberikan oleh pihak provider atau penyelenggara pelayanan kesehatan. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan persepsi penyakit (disease) dan rasa sakit (illness) antara masyarakat dan provider (Notoatmodjo, 2007).

Konseptualisasi sehat dan sakit amat bervariasi dari satu budaya ke budaya lain, dari satu darerah ke daerah lain, dan dari satu keluarga ke keluarga lain, dan juga di antara beberapa kelas sosial. Jahoda menyebutkan bahwa kebiasaan dan norma dari masyarakat sering kali menentukan apakah perilaku tertentu dianggap sakit atau sehat (Friedman, 1998).

(4)

Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit erat hubungannya dengan perilaku pencarian pengobatan. Kedua pokok pikiran tersebut akan mempengaruhi atas dipakai atau tidak dipakainya fasilitas kesehatan yang tersedia. Apabila persepsi sehat-sakit masyarakat belum sama dengan konsep sehat-sakit provider maka jelas masyarakat belum tentu atau tidak mau menggunakan fasilitas yang diberikan. Bila persepsi sehat-sakit masyarakat sudah sama dengan provider, maka kemungkinan besar fasilitas yang diberikan akan mereka pergunakan (Notoatmodjo, 2007).

Notoatmodjo (2007), dalam bukunya menyebutkan bahwa pada masyarakat yang masih sederhana, masalah sehat-sakit adalah bersifat budaya daripada gangguan-gangguan fisik. Identik dengan itu pencarian pengobatan pun lebih berorientasi kepada sosial-budaya masyarakat daripada hal-hal yang dianggap masih asing.

Baumann dan Koos cit Friedman (1998), dalam penelitiannya mengemukakan bahwa semakin terdidik keluarga maka semakin baik pengetahuan tentang kesehatan. Penelitian tentang perilaku pencarian pengobatan anak yang menderita diare, batuk, demam, dan beberapa penyakit lainnya menunjukkan bahwa kurang dari 50% yang mendapatkan perawatan atau pengobatan di institusi kesehatan (Tessema, 2002). Ibu dianggap memiliki informasi yang lebih baik. Wanita secara konsisten terbukti lebih berupaya mencari informasi tentang kesehatan karena memiliki tanggung jawab peran kesehatan dalam keluarga (Friedman, 1998).

(5)

Demam merupakan alasan terbanyak membawa anak ke fasilitas kesehatan. Hal ini sedikit banyak merefleksikan kepanikan orang tua menghadapi masalah demam pada anak. Berdasarkan cakupan data Puskesmas Sedayu 1 dari bulan Januari sampai Maret 2010, jumlah balita yang dibawa berobat ke Puskesmas karena menderita sebanyak 54 balita. Hasil wawancara dengan beberapa ibu yang mempunyai anak balita, ibu-ibu yang membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan (puskesmas/rumah sakit) salah satunya karena timbulnya gejala demam dan panas selama lebih dari dua hari. Ibu tidak mengetahui penyebab dari penyakit demam tersebut. Latar belakang perilaku yang meyebabkan ibu-ibu tersebut membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan belum di ketahui. Oleh karena itu, untuk menjawab masalah tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku keluarga dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam di Puskesmas Sedayu I.

B. Rumusan Masalah

Berdasar pada latar belakang di atas, yaitu tentang perilaku yang mempengaruhi ibu dalam melakukan pencarian pertolongan kesehatan, maka rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; seberapa besar hubungan antara faktor pengetahuan, pendidikan, sikap, status ekonomi, jarak, dan dorongan keluarga dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam di Puskesmas Sedayu I.

(6)

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pencarian pengobatan balita yang menderita demam.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

b. Mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

c. Mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

d. Mengetahui hubungan antara status ekonomi keluarga dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

e. Mengetahui hubungan antara jarak dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

f. Mengetahui hubungan antara dorongan keluarga dengan perilaku ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

(7)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi masyarakat pada umumnya dan ibu-ibu pada khususnya dapat memahami dalam pencarian pertolongan kesehatan khususnya bagi anak balita mereka yang menderita demam.

2. Bagi institusi pendidikan, penelitian ini di harapkan dapat menambah khasanah keilmuan (ilmu perilaku) dan data kepustakaan, terutama yang berkaitan dengan perilaku ibu-ibu dalam pencarian pertolongan kesehatan untuk anak balita yang menderita demam.

3. Bagi ilmu Keperawatan, sebagai masukan dalam memberikan informasi dan mengembangakan asuhan keperawatan khususnya pada bidang keperawatan komunitas dan keperawatan keluarga.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian Tri Peni (2007) tentang hubungan pendidikan ibu dengan perilaku ibu dalam pencarian pengobatan balita pneumonia di Kabupaten Purworejo. Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional, dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penentuan lokasi penelitian menggunakan purposive sampling. Populasi penelitian adalah ibu yang mempunyai anak balita yang dibawa berobat ke Puskesmas yang telah ditetapkan dengan teknik sampling consecutive sampling. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan ibu berpengaruh pada perilaku ibu dalam pencarian pengobatan balita pneumonia di kabupaten

(8)

Purworejo. Perbedaan dengan penelitian yang akan diteliti terletak pada variable-variabel yang diteliti serta tempat penelitiannya.

2. Penelitian Purwanti (2005), penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi keluarga dalam penatalaksanaan ISPA bukan Pneumonia pada anak balita di Poli Anak RSUD Banyumas. Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional survey dan populasinya adalah keluarga yang mempunyai balita menderita ISPA bukan pneumonia dan berobat di Poli Anak RSUD Banyumas. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa pengetahuan, sikap, dan persepsi mempengaruhi perilaku keluarga dalam penatalaksanaan ISPA bukan pneumonia dengan faktor dominan yang mempengaruhi perilaku keluarga dalam penatalaksanaan ISPA adalah pengetahuan. Penelitian yang akan dilakukan mempunyai kesamaan tentang perilaku dalam pencarian pengobatan, namun mempunyai perbedaan pada variabel-variabelnya, subyek penelitian dan lokasi penelitian dalam pencarian pengobatan balita yang menderita demam yaitu di Puskesmas Sedayu I.

3. Penelitian Riko Ijami (2004), mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pencarian pengobatan anak tersangka penderita demam berdarah ke fasilitas pelayanan kesehatan di Banjarbaru. Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional dan pengambilan sampel di lakukan dengan purposive sampling. Subyek penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai anak berumur 1 tahun sampai dengan 18 tahun di Kota Banjarbaru pada tahun 2003. Hasil penelitian ini menunjukkan ada 3

(9)

faktor yang berhubungan dengan perilaku ibu dalam pencarian pengobatan anak tersangka penderita demam berdarah ke fasilitas pelayanan kesehatan, yaitu faktor pendidikan, pengetahuan, dan sikap. Penelitian yang akan diteliti mempunyai perbedaan pada variable yang di teliti, subyek penelitian, tehnik sampling dan lokasi penelitiannya.

4. Penelitian Delima (2003), “Hubungan Kemampuan Membayar Keluarga dengan Perilaku Pencarian Pengobatan ke Pelayanan Kesehatan pada Balita ISPA di Kabupaten Purworejo”. Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan Cross sectional dan pendekatan kuantitatif. Lokasi penelitiannya di Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah dan sampelnya adalah semua keluarga yang menjadi sample surveiland longitudinal serta mempunyai balita dan menderita gejala ISPA dalam 2 minggu terakhir sebelum surveiland dilaksanakan. Penelitian ini memperoleh hasil adanya hubungan antara kemampuan membayar keluarga dengan perilaku pencarian pengobatan ke pelayanan kesehatan pada balita. Penelitian yang akan dilakukan mempunyai kesamaan tentang perilaku dalam pencarian pengobatan, namun mempunyai perbedaan pada variabel-variabelnya, subyek penelitian dan lokasi penelitian dalam pencarian pengobatan balita yang menderita demam yaitu di Puskesmas Sedayu I.

Referensi

Dokumen terkait

Perancangan dan pembuatan “Rancang Bangun Pintu Masuk Perpustakaan menggunakan Scanning Barcode” yang kami buat ini menggunakan basis mikrokontroler ATmega32,

Ketika pembuatan kartu keluarga bagi yang tidak mempunyai buku nikah telah dilakukan maka yang muncul dari benak peneliti adalah bagaimana alasan pihak yang

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui perbedaan kategori tingkat kecocokan tipe kepribadian dengan pemilihan paket keahlian di SMK pada siswa SMP yang akan memilih

From Incidental News Exposure to News Engagement: How Perceptions of the News Post and News Usage Patterns Influence Engagement with News Articles Encountered on

S.E., M.Si Chaidir Iswanaji, S.E., M.Akt 14 Dina Febriyanti Bank Mandiri Syariah KCP.. Temanggung Chaidir Iswanaji, S.E., M.Akt Supanji Setyawan, S.Pd.,

Ia juga mengajak relawan dari mahasiswa IPB University terutama yang tinggal di dalam kampus untuk bersama-sama membantu memberikan makan kucing secara

Nabot pasti tahu Ahab itu raja yang seperti apa, tetapi Nabot lebih takut kepada Tuhan sehingga ia menolak dengan tegas tidak akan menjual milik pusaka itu kepada Ahab.. Ini

20 Tahun 2001 Tentang Pemilikan Saham Dalam Perusahaan yang Didirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing yakni dalam rangka lebih mempercepat peningkatan dan perluasan kegiatan