BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Perilaku
1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku adalah respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Menurut Sunaryo (2004) perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat diamati secara langsung dan tidak langsung. Perilaku dapat berupa: berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
Perilaku manusia dibagi atas 3 (tiga) domain, yakni pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatmodjo, 2007).
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia dipengaruhi melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka. Pengukuran dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu tingkat
pengetahuan baik, cukup dan kurang (Sunaryo, 2004). Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif/pengetahuan mempunyai 6 tingkatan, yaitu:
a. Tahu
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan penyebab mual muntah pada masa kehamilan.
b. Memahami
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan penanganan mual muntah pada masa kehamilan dengan benar.
c. Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada suatu situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan
sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat mengaplikasikan cara mengatasi mual muntah pada masa kehamilan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Analisis
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannyasatu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya. Misalnya dapat menggambarkan keadaan mual muntah yang sudah mengganggu aktivitas.
e. Sintesis
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Kata kerja yang digunakan adalah dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. Misalnya dapat merencanakan suatu tindakan yang benar saat keluhan mual muntah muncul.
f. Evaluasi
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria
yang telah ada. Misalnya dapa membandingkan frekuensi mual muntah sebelum dan sesudah mengetahui cara mengatasi mual muntah pada masa kehamilan. 2. Sikap
Menurut Azwar pada tahun (2007), sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007).
Sikap mempunyai tingkat berdasarkan intensitas yang terdiri dari menerima, menanggapi, menghargai dan bertanggung jawab. Hasil pengukurannya mencakup sikap positif dan sikap negatif. Sikap juga dapat dibentuk melalui pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan agama serta pengaruh faktor emosional (Notoatmodjo, 2005).
3. Tindakan atau Keterampilan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Adapun hasil penilaian sikap adalah baik, cukup dan kurang. (Notoatmodjo, 2007).
Menurut Notoatmodjo (2005), tindakan ini dapat dibedakan menjadi 4 tingkatan, yaitu:
a. Persepsi
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang tepat untuk mencegah reaksi mual.
b. Respons terpimpin
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, ibu melakukan tips mengatasi mual muntah pada masa kehamilan. Ibu tersebut harus dapat melakukannya dengan benar mulai dari bangun pagi, seperti mamakan snack sebelum turun dari tempat tidur, malakukan pola makan yang benar (makan sedikit tapi sering) dan lainnya hingga kembali tidur di malam harinya.
c. Mekanisme
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seorang ibu yang sudah mengetahui cara mengatasi mual muntah pada kehamilan pertama, untuk kehamilan berikutnya ibu tersebut sudah dapat melakukannya sendiri tanpa dianjurkan lagi oleh orang lain atau tenaga kesehatan yang ada.
d. Adopsi
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih makanan yang sesuai untuk mencegah timbulnya kejadian mual muntahnya (Notoatmodjo, 2007).
1.2 Faktor yang Mempengaruhi Perilaku
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang menurut (Sunaryo, 2004), faktor tersebut terdiri dari:
1. Faktor Endogen
Faktor Endogen/genetik atau keturunan merupakan konsepsi dasar atau modal untuk kelanjutan perkembangan perilaku makhluk hidup itu. Faktor genetik berasal dari dalam individu (endogen), antara lain:
a. Ras
Setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda satu dengan lainnya.
b. Jenis kelamin
Perbedaan perilaku pria dan wanita dapat dilihat dari cara berpakaian dan melakukan pekerjaan sehari-hari.
c. Sikap kepribadian
Salah satu pengertian kepribadian yang ditemukan oleh (Maharani, 1995): “ Keseluruhan pola, pikiran, perasaan dan perilaku yang sering digunakan oleh seseorang dalam usaha adaptasi yang terus menerus terhadap hidupnya”.
d. Bakat pembawa
Bakat adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali bergantung pada latihan mengenai hal tersebut.
e. Inteligensi
f. Usia
Usia dewasa dini merupakan periode penyesuaian diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan dikenal dengan masa kreatif dimana individu mempunyai kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berpikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat. Masa usia dini memiliki rentang usia 18 tahun sampai dengan usia 40 tahun.
2. Faktor Eksogen
Faktor eksogen atau faktor lingkungan lingkungan menyangkut segala sesuatu yang ada di sekitar individu baik fisik, biologis maupun sosial.
a. Pendidikan. Pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu. Proses kegiatan-kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan masalah perilaku individu maupun kelompok.
b. Agama. Agama merupakan tempat mencari makna hidup yang terakhir atau penghabisan.
c. Sosial ekonomi. Telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial.
d. Kebudayaan. Dikutip dari Mac Iver (1985) dalam buku Soerjono Soekanto (2001) merupakan ekspresi jiwa terwujud dalam cara-cara hidup dan berpikir , pergaulan hidup, seni kesusastraan, agama, rekreasi dan hiburan.
2. Mual Muntah Masa Kehamilan 2.1 Pengertian
Mual adalah sensasi atau dorongan ingin muntah. Sedangkan muntah adalah keluarnya isi perut melalui kerongkongan dan keluar dari mulut. Mual muntah masa kehamilan adalah timbulnya perasaan tidak enak di dalam perut pada saat hamil sebagai akibat dari penurunan daya cerna dan peristaltik usus serta peningkatan asam lambung (Brewer, 2009). Menurut Cunningham (2005), mual muntah masa kehamilan adalah gangguan sistem pencernaan pada masa kehamilan yang biasanya timbul pada pagi hari yang disebabkan oleh peningkatan hormon kehamilan seperti hormon HCG (Human Chorionic Gonadotropin), estrogen dan progesteron.
Menurut Tiran (2003), mual muntah masa kehamilan adalah perasaan tidak enak dan keluarnya isi perut yang dialami oleh ibu hamil pada fase awal kehamilan. Mual muntah masa kehamilan adalah ketidaknyamanan kehamilan yang terjadi pada tiga bulan pertama kehamilan dan akan berhenti secara perlahan (Ayu, 2008). Sedangkan menurut Rabe (2002), mual muntah masa kehamilan adalah keluhan kehamilan yang masih fisiologis namun jika sudah sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan.
2.2 Penyebab a. Hormon
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya disebabkan oleh perubahan hormon-hormon kehamilan seperti hormon HCG (Human Chorionic
Gonadotrophin) yang dihasilkan dalam aliran darah untuk menjaga persediaan
estrogen dan progesterone (Tiran, 2007). Human Chorionic Gonadotrophin (HCG) ini akan mencapai kadar tertinggi pada usia kehamilan 12-16 minggu dan akan langsung mempengaruhi sistem pencernaan seperti menurunnya daya cerna dan peristaltik usus disertai dengan peningkatan asam lambung dan penurunan selara makan (Hanifa, 2006).
Meningkatnya kadar hormon secara tiba-tiba dapat menimbulkan efek pedih di lambung dan efek ini berupa efek mual-mual. Hormon - hormon ini juga dapat menyebabkan hilangnya gula dalam darah yang dapat menimbulkan perasaan sangat lapar (Varney, 2006). Apabila lambung kosong ditambah lagi terjadinya peningkatan asam lambung, maka hal inilah yang memperberat keadaan mual muntah ibu (Tiran, 2008).
b. Faktor psikologis
Faktor lain yang menyebabkan mual muntah adalah kelelahan dan stress emosional. Pekerjaan yang menumpuk tanpa disertai istirahat dapat menyebabkan mual muntah. Perjalanan ke tempat kerja yang terburu-buru di pagi hari tanpa waktu yang cukup untuk sarapan juga dapat menjadi faktor penyebab mual dan muntah. Faktor lainnya adalah sifat pekerjaan dan kebiasaan buruk wanita tersebut seperti merokok dan pola makan yang kurang sehat. Mual muntah yang sudah berkepanjangan dapat berakibat buruk pada ibu seperti meningkatnya ketegangan emosional , stress psikologis dan dehidrasi yang dapat mengganggu keseimbangan gizi, cairan dan elektrolit yang disertai dengan penurunan berat badan, alkalosis
dan hipokalemia yang berakibat buruk bagi kesehatan ibu maupun janin (Ayu, 2008).
Masalah lain yang memperberat keluhan mual dan muntah saat hamil adalah keretakan hubungan dengan suami, kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau tidak diinginkan, beban pekerjaan menyebabkan penderitaan batin dan konflik serta tekanan ekonomi. (Tiran, 2008).
Pola makan ibu pada minggu-minggu awal kehamilan serta gaya hidupnya juga berpengaruh terhadap terjadinya mual muntah ini. Studi membuktikan bahwa ibu yang memakan makanan yang berlemak seperti gorengan, makanan pedas dan kaya krim akan mengalami mual muntah yang lebih berat dibanding ibu yang lebih banyak memakan makanan yang kaya serat dan vitamin seperti buah dan sayuran (Varney, 2006).
2.3 Penanganan
Mual muntah pada masa kehamilan merupakan masalah yang wajar dan banyak dialami oleh ibu hamil pada masa awal kehamilan. Namun ibu-ibu hamil jangan sampai mengabaikan mual muntah ini, karena akan berdampak buruk bagi ibu maupun janin. Ibu akan kehilangan banyak cairan dan elektrolit yang diikuti dengan kekurangan gizi pada janin itu sendiri. Untuk itu diperlukan penanganan yang tepat untuk mencegah efek buruk tersebut. Hal-hal yang harus dilakukan dalam mengatasi mual muntah masa kehamilan (Sarwono, 2008) adalah :
a. Makanan
Makanan selama kehamilan sangat mempengaruhi kondisi mual muntah ibu. Makanan-makanan yang dianjurkan untuk dikonsumsi oleh ibu hamil seperti : crakers/roti kering yang dimakan sebelum bangkit dari tempat tidur. Crakers disediakan di samping tempat tidur pada tempat yang dapat dijangkau. Saat mata terbuka di pagi hari, jangan terburu-buru bangkit dari tempat tidur, namun makanlah crakers beberapa potong. Tunggulah sekitar 10 menit baru anda bangkit dari tempat tidur. Makanlah makanan yang tinggi protein (seperti: tahu, tempe dan telur) dan tinggi karbohidrat (seperti: nasi, roti tawar dan kentang) serta beberapa makanan kecil yang dapat disiapkan di rumah atau di tempat kerja untuk mengurangi rasa mual, seperti : roti yang seluruhnya terbuat dari tepung, buah-buahan segar seperti apel hijau segar, jeruk manis dan semangka, sayur-sayuran mentah seperti wortel, seledri, buncis hijau muda lembut dan kacang polong. Perbanyak makanan yang mengandung vitamin B6 seperti pisang, avokad, beras atau sereal dan kentang (Sarwono, 2008).
Untuk pola makan, ibu dianjurkan untuk makan dengan porsi sedikit tapi sering. Lambung kosong dan terlalu penuh tidak baik untuk ibu karena dapat memperberat rasa mual. Selama kehamilan, sebaiknya ibu mengurangi makanan yang berlemak tinggi seperti gorengan dan makanan yang kaya krim serta makanan pedas karena dapat merangsang mual (Tiran, 2008).
b. Minuman
Faktor lain yang dapat mempengaruhi mual muntah ibu selama hamil adalah minuman. Minuman yang dianjurkan untuk ibu adalah susu hangat yang diminum sebelum bangkit dari tempat tidur, sari jahe, yogurt alami dan jus/sari buah segar seperti apel, jeruk manis dan semangka. Untuk mengganti cairan-cairan yang terbuang akibat muntah, sebaiknya ibu meminum banyak air putih agar ibu tidak mengalami dehidrasi. Hindarilah meminum cairan saat makan dan segera sebelum atau setelah makan. Sedangkan untuk minuman yang tidak dianjurkan seperti teh, kopi dan alkohol karena dapat memperberat kondisi mual muntah ibu (Ayu, 2008).
c. Istirahat dan Relaksasi
Istirahat yang cukup dapat membantu mengurangi keletihan dan beban pikiran yang dapat menimbulkan mual dan muntah. Luangkan waktu kira-kira 1-2 jam untuk tidur siang. Karena wanita hamil pada tiga bulan pertama kehamilan membutuhkan banyak waktu untuk tidur. Hiruplah udara segar di pagi hari sebelum memulai aktivitas. Lakukanlah teknik relaksasi ‘tarik napas dalam’ dengan cara : duduk rileks, kedua tangan di atas paha. Tarik napas dalam dari hidung, tahan 2-3 detik kemudian keluarkan dari mulut secara perlahan. Lakukanlan sebanyak 8-10 kali setiap keluhan mual muntah muncul (Tiran, 2008).
Lakukan teknik relaksasi yang lain seperti yoga, dengan cara : Duduk bersila, kedua tangan di atas paha, pejamkan mata, tarik napas dalam, tahan 2-3 detik kemudian keluarkan dari mulut secara perlahan dan dalam waktu yang bersamaan
fokuskan pikiran pada hal-hal yang menyenangkan, tempat-tempat yang indah yang pernah dikunjungi dan lupakan semua beban pikiran yang ada dalam pikiran (Cunningham, 2005).
Cobalah teknik akupressur dengan menekan titik anti muntah. Caranya : lakukan penekanan dengan menggunakan ibu jari anda pada daerah 3 jari di atas pergelangan tangan. Lakukan penekanan sekitar 10-15 menit. Penekanan dapat dilakukan pada kedua tangan secara bergantian(Cunningham, 2005).
d. Dukungan Psikologis
Wanita hamil memerlukan dukungan dari anggota keluarga khususnya dukungan dari suami. Hindari konflik seminimal mungkin dengan suami atau anggota keluarga yang lain untuk mengurangi beban pikiran anda. Jagalah komunikasi yang baik dengan suami untuk menghindari konflik atau pertengkaran dalam rumah tangga (Tiran, 2008).
e. Pola Hidup
Berolahraga ringan seperti berjalan kaki atau barlari-lari kecil di pagi hari sangat baik untuk dilakukan oleh ibu. Hiruplah udara pagi yang sejuk karena dapat menenangkan pikiran dan mengurangi rasa letih ibu. Saat bangkit dari tempat tidur, sebaiknya ibu bangkit dengan perlahan. Hindari bau-bau yang tidak enak atau menyengat. Bau menyengat seperti tempat sampah, bawang putih, asap rokok, aroma masakan serta buah beraroma menyengat seperti durian, nangka dan cempedak biasanya dapat menimbulkan rasa mual dan muntah. Jangan
menyikat gigi begitu selesai makan untuk mencegah stimulasi refleks gag. Hindari mengenakan pakaian yang ketat. Pakaian yang terlalu ketat dapat memberikan tekanan yang tidak nyaman pada perut dan dapat memperburuk rasa mual (Ayu, 2008).
f. Obat-obatan
Obat-obatan untuk mengurangi mual muntah selama kehamilan tidak dijual bebas namun harus dengan resep dokter. Adapun obat-obatan yang dapat diperoleh di Rumah saakit, puskesmas, klinik bersalin atau di tempat pelayanan kesehatan lainnya adalah Doxylamine suksinat 25 mg per oral 1 kali sehari, pyridoxine HCI 25 mg per oral 3 kali sehari, prochlorperazine fenotiazin (Compazine) 5-10 mg per oral 3-4 kali sehari dan chlorpromazine / Thorazine (Brewer, 2009).