• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III. PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

36

BAB III. PERANCANGAN DAN KONSEP DESAIN III.1 Khalayak Sasaran

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), khalayak adalah sekelompok orang-orang tertentu dalam suatu masyarakat yang akan menjadi target atau sasaran komunikasi. Sedangkan sasaran adalah sesuatu yang menjadi sebuah tujuan dalam menyampaikan komunikasi. Dapat disimpulkan bahwa khalayak sasaran adalah sekelompok masyarakat taupun orang-orang yang dijadikan sebagai target utama dalam konteks penyampaian sebuah informasi.

Khalayak yang akan dijadikan sasaran mengacu pada analisa dan permasalahan yang sudah ditemukan dan akan menyampaikan pesan komunikasi yang akan ditujukan sesuai dengan demografis, geografis serta psikografis. Hal tersebut akan menjadi acuan dan penentu dalam pembuatan media penyampaian informasi mengenai perjalanan Tentara PETA dalam perjuangan kemerdekaan. Berikut adalah sasaran untuk perancangan media informasi cergam :

III.1.1 Demografis

Jenis Kelamin : Laki-laki dan Perempuan

Usia : 18-21 tahun

Status : Menengah ke atas

Pekerjaan : Pelajar dan Mahasiswa Warga Negara : Indonesia

Dalam pemilihan target khalayak diatas adalah tahap pertumbuhan dari remaja akhir karna untuk perancangan informasi tersebut, mengenai informasi Tentara PETA sangatlah minim atau masih banyak yang belum mengetahui dan bisa pula menjadi buku media acuan untuk pembelejaran tambahan serta bisa melestarikan nilai sejarah yang ada.

III.1.2 Psikografis

Menurut Hurlock (1990). Remaja akhir adalah mereka yang akan mulai bisa serius dalam menyerap sebuah informasi dan pendapat ataupun perintah orang lain baik secara kritis maupun dalam periode transisional masa dimana saling mencari identitas ataupun jati diri dikarnakan emosinya yang meledak-ledak dalam menuju

(2)

37 kedewasaan awal. Secara psikologis juga remaja pada rentan usia 18 tahun hingga 21 tahun ini lebih berfikir awal mula keterkaitan ketika mendapatkan informasi tersebut benar adanya dan mengklarifikasi sumber menjadi sebuah pengetahuan yang bisa dipelajari ataupun hal baru yang dapat ditemukan.

III.1.3 Geografis

Dari segi wilayah yang akan menjadi sasaran meliputi daerah sub urban ataupun perkotaan secara meluas yang sebagian besar ada di Indonesia. Dan juga dapat dengan mudah memperoleh akses dengan mudah untuk menemukan tempat dimana sumber informasi tersebut tersedia.

III.1.4 Consumer Insight

Pengertian consumer insight adalah proses dimana cara mencari ataupun menggali lebih dalam, pemikiran dan prilaku konsumen yang berhubungan dengan komunikasi yang akan disampaikan (Maulana, 2009: h 1). Pada media informasi ini khalayak sasaran adalah dari kalangan pelajar yang memiliki ketertarikan dalam hal pencarian sumber informasi dan dapat menunjang kegiatan belajar ataupun menjadi media yang mendukung dalam menambah sumber ilmu dan pengetahuan, adapun insight terkait Tentara PETA.

1. Keingintahuan menjadi bertambah

2. Mendapatkan pembelajaran sejarah serta tokoh yang belum diketahui 3. Dapat menginspirasi dan mendapatkan informasi yang ringan

III.1.5 Consumer Journey

Menentukan cara penyampaian ide yang akan dibentuk ataupun digunakan dalam media perencanaanyang baik dan sesuai agar mendapatkan interaksi ataupun mendapatkan perhatian dari sasaran tepat maka diperlukannya data target sasaran . consumer journey yang nantinya digunakan dalam media yang dibentuk. Berikut adalah table jadwal dari target sasaran:

(3)

38 Tabel III.1 Tabel Consumer Insight Remaja Akhir

Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Kesimpulan:

Khalayak target memiliki kebiasaan ataupun cenderung menghabiskan waktunya

NO Waktu Kegiatan Lokasi Point Of

Contact 1 06.00 WIB Bangun Tidur Tempat Tidur Handphone,

Instagram, Facebook

2 06.30 WIB Mandi Toilet Alat Mandi,

Pintu Toilet 3 06.45 WIB Siap Berangkat Ruang Tengah

Rumah

Tempat Minum, Kaos,

Topi, Kaus kaki 4 07.00 WIB Ruang Pelajaran Sekolah/Kampus Poster, Buku, 5 10.00 WIB Nongkrong/Istirahat Lingkungan

Ramai

Sosial media, Tumbler, Kaos,

Poster

6 01.00 WIB Pulang Jalanan Poster, Topi,

Tumblr, 7 16.00 WIB Rumah/Kostan Lingkungan

Kostan/Rumah

Laptop, Internet, Handphone

8 18.30 WIB Istirahat Tengah

Rumah/Kamar

Sosial media, Buku,Alat Tulis, Televisi.

(4)

39 dengan Handphone dari pagi hingga malam saat istirahat. Rata-rata target melakukan akses social media, search engine, dan pemberitaan sembari melakukan aktifitas tambahan lainnya, media yang sering dijumpai dan biasa dipergunakan saat berpergian ataupun intirahat dan nongkrong adalah poster, stiker, topi, dan media yang selalu target pergunakan setiap harinya seperti kaos kaki, peralatan tulis, dan tumbler.

III.2 Strategi Perancangan

Permasalahan yang ditemukan adalah masih kurang atau minimnya dalam pengetahuan khalayak tentang tokoh-tokoh sekaligus sejarah mengenai Tentara PETA. Maka langkah-langkah dalam perancangan media informasi ini yang mampu untuk memberikan informasi yang sesuai dengan pendekatan yang tepat. Tentu perancangan media haruslah memenuhi kriteria yang sesuai dengan target khalayak sasaran.

III.2.1 Tujuan Komunikasi

Adapun tujuan komunikasi dalam perancangan tersebut sangat dibutuhkan dalam menentukan sasaran khalayak, serta adapun tujuan berikut adalah :

 Mengenalkan tokoh-tokoh pahlawan Tentara PETA yang berjuang dalam menuju kemerdekaan Indonesia, hal tersebut penting dikarenakan Tentara PETA adalah satuan militer pertama dalam sejarah Indonesia yang mampu melakukan perlawanan terhadap bangsa asing.

 Agar memahami semangat juang dalam menjungjung tinggi persatuan sebagai bangsa yang besar.

 Dapat menginspirasi khalayak sasaran untuk membuat semangat dalam menghadapi rintangan dalam berbagai aspek kehidupan.

 Menambah wawasan umum terkait nilai-nilai yang terkandung serta dapat menjadi cerminan hidup berbangsa dan bernegara.

(5)

40

III.2.2 Pendekatan Komunikasi

Tujuan komunikasi adalah materi pesan atau proses cara penyampaian kepada orang lain. Menurut Shanon (Seperti dikutip Wiryanto, 2004) adalah bentuk komunikasi yang berupa interaksi kepada manusia untuk saling memberi komunikasi baik sengaja atau tidak sengaja dan juga tidak terbatas pada bentuk komunikasi verbal.(h. 7).

Pendekatan komunikasi yaitu bagaimana cara menyampaikan pesan dengan lebih baik dan dapat lebih mudah dipahami.pendekatan komunikasi harus memberikan informasi terkait tentang bagaimana manfaat dan akibat bila dilakukan, yang dimana target sasaran sangat dekat dengan kemajuan teknologi sehingga informasi yang diperoleh dapat dengan sesuai target. Adapun strategi komunikasi yang ada sebagai berikut :

 Pendekatan Verbal

Pendekatan dengan cara formal melalui bahasa yang sesuai yang bisa dipergunakan agar pesan dapat mudah dipahami dengan menggunakan bahasa Indonesia oleh semua khalayak. Pendekatan verbal disampaikan melalui sub pembahasan yang berkaitan dengan keinginan khalayak kata-kata tidak di muat secara banyak, agar pembaca dapat menyerap informasi dan pesan dengan mudah.

 Pendekatan Visual

Pendekatan yang mengutamakan tipografi dan ilustrasi, sehingga penggabungan tersebut dapat meminimalisir perbedaan persepsi masing-masing dari khalayak sasaran. Sehingga informasi dapat sesuai dengan yang diarapkan. Ilustrasi yang disajikan adalah keberanian tentara PETA terhadap tentara Jepang dan tokoh-tokoh berpengaruh dalam masa perang Dunia II berdasarkan kejadian peristiwa aslinya. Gaya penyajian yang disederhanakan seperti semi-realisme agar pendekatan visual yang diberikan dapat diserap dengan mudah, dilakukan dengan cara memberikan karakteristik fisik dan perlawanan perang serta pemandangan pertempuran yang terjadi pada masa perang Dunia II agar pemahaman terhadap khalayak akan semakin terbayang oleh persepsinya masing-masing. Teknik yang digunakan adalah dengan teknik painting secara digital. Pendekatan non-verbal adalah

(6)

41 komunikasi yang melukiskan semua peristiwa komunikasi diluar kata-kata dan tulisan yang akan saling melengkapi (Mulyana, 2005, h.64).

Alasan menggunakan teknik painting adalah agar khalayak dapat lebih mampu merasakan heroik yang disajikan dalam penggambaran pertempuran yang terjadi saat terbentuknya Tentara PETA yang melakukan perlawanan sengit, pada bagian background akan ditampilkan full background dan ada beberapa scane akan ditampilkan penggambaran beberapa tokoh-tokoh kepahlawanan.

III.2.3 Mandatory

Dalam perancangan informasi terkait Tentara PETA bekerjasama dengan beberapa pihak yang terkait dan juga banyak memberikan kontribusi yaitu Yayasan Pembela Tanah Air (YAPETA). Dalam perancangan media ini salah satu lembaga yang akan menjadi penyebar dan mempublikasikan media informasi. Adapun upaya kerjasama dengan penerbit buku Gramedia Pustaka Utama dan lembaga pemerintahan Dinas Pendidikan Jawa Barat dalam memperkenalkan cerita sejarah perjalanan Tentara PETA dalam kemerdekaan Indonesia. Perancangan media tersebut berbentuk (cergam) cerita bergambar akan dijual di toko buku di wilayah Jawa Barat dalam upaya mengingat dan mengenalkan sejarah bangsa kemiliteran pertama di Indonesia dan juga perjalanan menuju kemerdekaan.

Gambar III.1.Logo Yayasan PETA. Sumber: https://bit.ly/2NS8iw4

(7)

42 Dinas pendidikan jawa barat memberikan kontribusi terhadap peluncuran buku Tentara PETA, karena dipercaya dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat sehingga, peran dari pemerintah sangat dibutuhkan serta mendapat kepercayaan dari masyarakat karena bertujuan mencerdaskan memberikan pengetahuan kepada masyarakat.

Gambar III.2.Dinas Pendidikan Jawa Barat. Sumber: http://disdik.jabarprov.go.id/

(Diakses pada 6/14/2019)

Gramedia Pustaka Utama sebagai penerbit yang mempunyai peran penting sudah mempunyai kepercayaan dan sangat tepat dikarenakan banyak buku-buku terbitannya yang bagus sehingga dapat dan mampu menyampaikan sejarah sesuai dengan perancangan yang telah dirancang, serta jangkauan yang sangat luas dapat mencakup beberapa wilayah yang ada di Indonesia.

Gambar III.3.Logo Gramedia. Sumber: https://bit.ly/32rX3h2

(8)

43

III.2.4 Materi Pesan

Materi pesan yang terkandung di dalam perancangan informasi berbentuk (cergam) cerita bergambar yang mengisahkan perjalanan tentara PETA dalam kemerdekaan serta tentang nilai-nilai positif semagat juang yang ditunjukan oleh prajurit Tentara PETA, beberapa peristiwa yang terjadi pada masa persiapan kemerdekaan Indonesia yang penuh dengan ketegangan dalam menghadapi situasi perang saat itu. Isi pesan yang ingin disampaikan terkait :

1. Profile Tokoh-tokoh Pembentukan Tentara PETA 2. Pendidikan Tentara PETA

3. Perlawanan Tentara PETA

4. Semangat dalam perjuangan kemerdekaan

III.2.5 Gaya Bahasa

Gaya bahasa menurut Aminudin (1995: h. 5) menjelaskan bahwa gaya bahasa adalah suatu cara yang digunakan oleh pengarang dalam memberikan pemaparan terkait gagasanya sesuai dengan tujuan dan target yang ingin dicapai. Perancangan media ini mempunyai tujuan untuk memberikan suatu informasi mengenai Tentara PETA secara jelas dan mudah untuk dipahami makna gaya yang digunakan adalah deskriptif dengan kombinasi klimaks. Menurut Ricoeur (2014) mengemukakan bahwa gaya bahasa makin meningkat, baik kualitas, intensitas, dan nilainya (h.125). sehingga menginformasikannya akan mengajak khalayak dalam mengenal memahami dan terpacu semangat materi pesan yang tersampaikan.

Menurut Ahyadi (2016) menjelaskan bahwa teks deskriptif adalah menguraikan atau menggambarkan yang bertujuan memberikan kesan terhadap pembaca terhadap suatu objek baik gambar atau ilustrasi sebuah peristiwa seakan akan dapat dipahami dengan jelas serta penggambaran yang bersifat apa adanya.

(9)

44

III.2.6 Strategi Kreatif

Strategi kreatif yang digunakan dalam perancangan ini yang bertujuan untuk memberikan gambaran informasi yang akan dirancang efektif untuk disampaikan, sekaligus menarik agar khalayak tidak bosan dan akan menikmatinya karna bermuatan bebrapa ilustrasi yang menarik. Adapun strategi dalam perancangan ini adalah sebagai berikut :

 Copywriting

Copywriting yang akan digunakan dalam perancangan ini yaitu dengan memberikan sebuah judul “GIYUGUN” dengan sub judul Pembela Tanah Air. Judul tersebut diberikan karena pada media informasi tesebut menceritakan dua kebangsaan yang bersepakat membuat satuan militer antara bangsa jepang dan Indonesia kata Giyugun yaitu bermakna tentara sukarela yang dijuliki nama resmi menjadi Tentara PETA, terbentuk karena adanya minat dari bangsa Indonesia untuk bangkit dan merdeka demi mempertahankan kecintaannya terhadap tanah air. Makna penggunakan sub judul “Pembela Tanah Air” merupakan penjelasan bahwa ada sebuat tindakan atau peristiwa pembelaan terhadap suatu kaum terhadap tanah yang dicintainya yang akan membela dengan jiwa dan raganya.

 Genre

Gaya visual yang digunakan dalam perancangan ini adalah “Ligne Claire” menurut McCloud (1994). menyatakan yang menampilkan garis-garis tebal hitam dan kuat pada setiap garis serta dengan paduan warna yang solid seragam, latar belakang yang realistis serta penggambaran dengan penyederhanaan.

 Storyline Scene 1

pada tahun 1941 Angkatan Udara Jepang yaitu pasukan Kamikaze menyerang dan menghancurkan pangkalan armada Pearl Harbour, pada tanggal 8 Desember 1941

(10)

45 Scene 2

Pertempuran pasukan Jepang di kepulauan Indonesia sekaligus masuknya Jepang ke Tarakan Kalimantan dan melakukan pertempuran melawan pasukan Knil Belanda pada tahun 1942.

Scene 3

Kesepakatan-kesepakatan para tokoh dari kedua bangsa serta faktor-faktor yang mendorong terlahirnya keprajuritan.

Scene 4

Pidato dari Soekarno dan Bung Hatta dalam pelaksanaan dalam membentuk semangat kebangsaan.

Scene 5

Sebuah gagasan dari salah satu tokoh yaitu Gatot Mangkupraja yang berperan penting dalam terlahirnya tentara Sukarela atau Tentara Pembela Tanah Air. Scene 6

Osamu Sirei No.44 atau undang-undang tentang pembentukan Tentara PETA dan Tokoh Tentara ke 16 Kumakichi Harada yang menyetujui pembentukan tersebut.

Scene 7

Tokoh-Tokoh Pembentukan Tentara PETA mulai dari Soekarno, Bung Hata, Gatot Mangkupraja, KH. Mas Mansoer, Ki Hajar Dewantara, Ki Ageng Suryomataram.

Scene 8

Pendidikan Tentara PETA mulai dari Apel, Pengibaran bendera, Senam pagi, Sarapan.

(11)

46 Scene 9

Latihan Menembak Tentara PETA dan beberapa peralatan perang yang dipergunakan.

Scene 10

Tingkatan Tentara PETA yang masing-masing mempunyai fungsinya dan beberapa Uniform tentara PETA mulai dari Daidancho, Chudancho, Shodancho, Bundancho, dan Gyuhei.

Scene 11

Suasana Blitar seperti para gadis yang sedang bekerja dan beberapa pedagang yang memberikan gambaran masyarakat saat itu.

Scene 12

Romusha atau sistem kerja paksa, yang akhirnya membuat masyarakat Khususnya di Blitar merasakan dampaknya.

Scene 13

Perencanaan untuk melakukan pemberontakan di Blitar khusunya sangat merasakan dampak yang amat menyiksa, hingga akhirnya Supriyadi melakukan misi pemberontakan terhadap Tentara Jepang.

Scene 14

Pemberontakan dimulai pada pukul 5.00 dengan menyerang beberapa markas besar dan pos-pos pertahanan Jepang.

Scene 15

Tentara PETA memasuki hutan dan mulai melakukan pertempuran didalam hutan.

Scene 16

Tentara Jepang yang mengerahkan pasukannya untuk menaklukan Tentara PETA dengan bembawa kendaraan lapis baja.

(12)

47 Scene 17

Tentara Jepang melakukan negosiasi untuk genjatan senjata dan berjanji untuk menuruti keinginan Tentara PETA.

Scene 18

Jepang melakukan tipu muslihat yaitu Katagiri Butaicho Terhadap Tentara PETA yang berakhir dengan penahanan dan hukuman mati terhadap satuan Tentara PETA yang ada di Blitar.

Scene 19

Peristiwa Rengasdengklok beberapa Tokoh diamankan oleh Pasukan PETA dari pengaruh Tentara Jepang, untuk segera mempersiapkan kemerdekaan. Scene 20

Peristiwa dibacakannya teks proklamasi dijalan pegangsaan timur No.56 Jakarta pada tanggal 17 Agustus 1945 yang juga didampingi oleh beberapa satuan Tentara PETA untuk mengamankan wilayah tersebut.

Scene 21

Pembubaran Tentara PETA dan pertemuan terakhir dengan beberapa tokoh Keprajuritan Jepang.

Scene 22

Sejak saat terakhir pertempuran di Blitar, hingga Indonesia merdeka Supriyadi menghilang dan tak pernah ditemukan, jika mati jasadnya tidak ada.

 Storyboard

Merupakan visualisasi dari storyline yang menggambarkan alur cerita sebuah peristiwa atau konsep dengan ungkapan kreatif yang disampaikan.

(13)

48 Gambar III. 4 Scene 1-3

(14)

49 Gambar III. 5 Scene 4-6

(15)

50 Gambar III. 6 Scene 7-9

(16)

51 Gambar III. 7 Scene 10-12

(17)

52 Gambar III. 8 Scene 13-15

(18)

53 Gambar III. 9 Scene 16-18

(19)

54 Gambar III. 10 Scene 19-21

(20)

55 Gambar III. 11 Scene 22

(21)

56  Visualisasi

Setelah storyboard dibuat secara digital menggunakan software Adobe Photoshop tahap selanjutnya adalah melakukan proses perwarnaan atau colouring dengan dua tahap yaitu warna dasar dan yang terakhir pewarnaan dengan sentuhan berbagai macam warna yang telah disesuaikan.

III.2.7 Strategi Media

Strategi media berdasarkan perancangan dari beberapa aspek, segmentasi maupun analisa insight dan journey serta kondisi khalayak sasaran yang sesuai. Menurut John (2009) komunikasi memperkuat audiens maupun pasar, kolaborasi dari media sosial dan tempat yang menjadi sarana edukasi yang baik. Pentinnya dalam pemilihan strategi komunikasi untuk menyampaikan pesan kepada khalayak sasaran agar mendapatkan informasi pesan yang sesuai tentunya pemilihan harus tepat dan efektif.

1. Media Utama

Solusi yang akan dibuat adalah membuat media utama dalam perancangan informasi Perjalanan Tentara PETA dengan buku (cergam) 23 cm x20 cm dengan menggunakan kertas paper book berwarna coklat muda dengan posisi landscape, selain menampilkan narasi dan peristiwa kejadian dalam sejarah secara deskripsi.

2. Media Pendukung

Media pendukung sebagai penguat media utama serta mempunyai peran yang sangat penting baik dari segi promosi maupun informasi dengan memberikan khalayak sasaran, sehingga point of contact dari target audiens bisa terisi oleh informasi mengenai sejarah Tentara Pembela Tanah Air tersebut. Diantaranya sebagai berikut :

(22)

57 Media Informasi /Attention

 X-Banner

Digunakan pada saat peluncuran buku mengenai Tentara Pembela Tanah Air, dikarnakan memiliki ukuran yang cukup besar sangat berpengaruh dalam memperlihatkan informasi yang ingin disampaikan dan sifatnya mengajak target ukuran standar yaitu: 60x160 cm, 80x180 cm, 80x200 cm.

 Poster Cetak/Digital

Poster sangat efektif untuk digunakan baik secara cetak ataupun digital penempatan bisa di sepanjang trotoar jalanan, media sosial, madding, kantor, dan toko buku yang dapat terlihat dengan mudah oleh khalayak sasaran.

Media pengingat  Stiker

Pemilihan stiker sebagai media pendukung karna dapat mencakup luas informasinya dan juga stiker bisa ditempel dimana saja dan juga salah satu media pengingat.

 Termos/Tumbler

Bisa digunakan untuk aktifitas diluar rumah dan bisa dibawa kapan pun karena dipergunakan setiap saat, bisa digunakan ketika nongkrong ataupun ketempat formal sekalipun.

 Topi

Dipergunakan ketika aktifitas di siang hari, fungsinya tentu untuk melindungi dari sinar matahari dan juga sebagai gaya hidup dapat dipakai khalayak sasaran.

 T-Shirt

Sebagai merchandise dalam pembelian buku yang sudah menjadi kebutuhan yang selalu dipergunakan sehingga khalayak bisa mempromosikan kepada orang yang melihatnya.

(23)

58  Kaos Kaki

Selain melindungi kaki dan nyaman selalu dipergunakan setiap saat menggunakan sepatu, kaos kaki sangat cocok dalam fashion saat ini berbagai macam inovasi yang ada saat ini dan sangat bagus untuk digunakan dalam media pendukung.

 Patch/emblem

Benda kecil yang saat ini digemari remaja biasanya di tempel di jaket, topi, ransel, ataupun sepatu, cocok sekali untuk dijadikan media pendukung dan juga sesuai khalayak sasaran

 Mug Enamel

Sebagai media pendukung yang biasa digunakan untuk wadah minum bisa dipakai untuk membuat kopi dan sebagainya. Terkadang selalu dibawa pada saat melakukan traveling dan juga cocok sekali saat membaca buku sembari santai meminum sesuatu.

 Pin

Sebagai media pendukung ataupun asesoris, biasanya dikaitkan atau ditempelkan pada jaket, tas, topi dan berbagai macam pakaian yang ada serta bisa menjadi media pendukung salah satunya.

 Gantungan kunci

Bisa digunakan pada kunci kendaraan, kunci rumah, tas dan asesoris lainnya dan berbagai jenis kunci berfungsi untuk pengingat yang cukup efektif karna banyak digunakan setiap saat dan dapat terlihat selalu.

 Hardcase handphone

Sebagai media pendukung yang cukup efektif dikarenakan handphone adalah alat komunikasi yang sering digunakan dan juga dapat menjadi sumber informasi ataupun point of view ketika digunakan dapat terlihat oleh khalayak sasaran baik pengguna ataupun sasaran lainnya.

 Jaket army

Pakaian ataupun jaket army yang didesain sesuai dengan khalayak sasaran dikarnakan jaket atau kemeja yang bernuansa keprajuritan/militer sangat banyak digemari oleh beberapa remaja akhir-akhir ini sehingga sangat cocok sekali digunakan dalam media pendukung yang memberikan sebuah informasi yang terkait dengan perancangan.

(24)

59

III.2.8 Strategi Distribusi dan waktu Penyebaran Media

Agar media informasi dalam perancangannya berjalan dengan baik dan sesuai dan tepat khalayak sasaran, maka dibutuhkan strategi pendistribusian dan tentunya waktu penyebarannya sesuai. Penyebarannya akan dilakukan pada perkotaan yang ada di Indonesia secara masal dan juga menurut kesepakatan dengan penerbit. Buku ini akan diluncurkan pada tanggal 17 Agustus 2019, dikarenakan berhubungan dengan hari kemerdekaan Indonesia dan juga ini adalah salah satu moment yang tepat sekali dan waktu penyebarannya dapar dilihat pada tabel dibawah.

Tabel III.2 Tabel Timeline Distribusi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Jenis Media Media Agustus September Oktober Media

Promosi

Poster

Media sosial

X-Banner

Media Utama Buku Cergam

T-Shirt Topi Mug Media Pendukung Stiker, Pin, gantungan kunci Kaos Kaki Tumblr Patch Hardcase

(25)

60  Keterangan :

- Untuk penjualan buku cergam dapat dibeli secara online ataupun offline secara langsung bisa dicari di toko buku terdekat.

- Merchandise dapat didapat secara online atau offline selama batas waktu dan stock masih ada.

- Khusus pembelian pada hari launching akan diberikan secara gratis beberapa item seperti T-shirt, dan stiker.

III.3 Konsep Visual

Dalam perancangan sebuah media buku cerita bergambar (cergam), perlu diperhatikan dalam mendeskripsikan tata bahasa yang baik dan benar agar dapat dengan mudah dipahami dalam setiap persepsi masing-masing pembaca. Dalam isi buku juga akan memberikan visualisasi yang akan membuat khalayak sasaran dapat berfikir imajinatif dalam suasana cerita masa lampau dan mengajak sasaran mendapatkan pesan-pesan positif disetiap peristiwa yang terjadi dari setiap cerita. Ilustrasi dibuat dengan penyederhanan semi-realism dan diberi warna sesuai referensi yang ada, ini bertujuan agar penggambaran dalam setiap peristiwa tidak terlalu melenceng dari referensi sebelumnya walaupun digambarkan dalam visual yang disederhanakan.

Referensi yang dijadikan sebagai acuan adalah ataupun landasan dalam pembuatan ilustrasi adalah terinspirasi dari karya Herge atau Georges Prosper Remi. Beliau adalah seorang penulis komik dan seniman salah satunya karyanya adalah Petualangan Tintin dengan gaya ilustrasi yang bergaris tebal.

III.3.1 Format Desain

Format yang digunakan dalam media utama adalah berbentuk landscape dengan ukuran 23 x 20 cm. ukuran tersebut terbilang cukup mampu dan menarik dijadikan buku bacaan sekaligus koleksi serta dikemas dengan cover yang menarik.

(26)

61 Gambar III.12 Ukuran Buku

Sumber : Dokumentasi Pribadi

III.3.2 Tata Letak (Layout)

Mangun (1997) menjelaskan tata letak ialah ilustrasi dan kata-kata yang dalam suatu aturan keseluruhan (h. 185). Tata letak adalah suatu hal yang harus diperhatikan dalam merancang sebuah desain ataupun karya serta harus sesuai dengan perancangan yang baik maka karya yang dihasilkan sesuai dan terlihat baik. Tata letak yang baik sangatlah diperlukan dalam proses desain atau merancang suatu karya agar mempunyai keselarasan, mendapatkan keseimbangan dan irama di setiap tata yang diletakan sesuai komposisi, dan juga penataan yang baik akan mempermudah khalayak dalam memahami isi konten maupun nilai-nilai estetik yang tergantung disetiap karya.

 Jenis Layout

Layout yang digunakan dalam perancangan ini menggunakan jenis layout “Mondrian” yaitu yang mana mengacu pada sebuat bentuk-bentuk dasar seperti kotak dan persegi atau landscape Vertikal, horizontal pada jenis seperti ini akan mengikuti sejajar dengan ruang yang berisi konten informasi seperti ilustrasi untuk memberikan layout yang konseptual. (Rebecca : 2017).

(27)

62 Gambar III. 13 Gambar dan teks perhalaman

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Ilustrasi akan ditampilkan secara penuh pada salah satu halaman buku dan dibeberapa halaman lainnya dibuat setengah halaman bersanding dengan teks cerita namun ada juga yang tata letaknya secara full dan dalam satu halaman lainnya terisi penuh oleh teks, ini bertujuan agar isi cerita bisa dinikmati dan lehih flexible serta adanya unsur-unsur visual yang akan merangsang khalayak dalam membaca dan memahami isi cerita dengan lebih efisien.

III.3.3 Tipografi

Tipografi dalam huruf sebuah alphabet tersusun yaitu media yang sangat penting dalam komunikasi visual angka huruf, tanda baca dan lain-lain sementara tipografi dimaknai sebagai segala disiplin yang berkenaan dengan huruf, (Rustan, 2014: h.16). Jenis huruf yang akan digunakan tentunya haruslah sesuai dengan huruf yang tepat untuk melengkapi dan mendukung unsur utama yang berupa ilustrasi.

(28)

63  Huruf pada judul

Huruf pada Headline “Giyugun” merupakan jenis huruf yang dibuat secara Handwritten menggunakan font The Wave berukuran 90pt dengan posisi yang disesuaikan.

Gambar III.14 Font pada Judul buku Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)

Gambar III.15 Font The Wave Sumber: https: Dokumentasi Pribadi (2019)

 Huruf pada sub Judul

Huruf pada sub judul “Pembela Tanah Air” menggunakan huruf font yang sama yaitu The wave, keterangan font didapatkan secara gratis unduh di situs www.dafont.com dapat diunduh tetapi jika digunakan secara komersil tentunya font tersebut berbayar dikarnakan mempunyai lisensi.

(29)

64 Tabel III.16 sub judul pada buku

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)

 Huruf pada Bodytext

Huruf pada bodytext menggunakan jenis huruf script dengan font Letters for Learners, dikarnakan font tersebut sesuai sekali dengan ilustrasi hal tersebut bertujuan untuk menyampaikan pesan keakraban namun masih terlihat formal digunakan pada semua bagian halaman dengan ukuran yang disesuaikan. Font tersebut milik Dafont.com didapatkan secara gratis dan dapat diunduh namun font tersebut bersifat berbayar jika digunakan secara komersil.

Tabel III.17 Bodytext Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)

 Huruf pada Sub Bab

Font Holiday I Monday yang berbayar jika digunakan untuk keperluan komersil. Font ini digunakan untuk setiap sub bab pada setiap scane atau halaman. Jenis font tersebut masuk dalam keluarga Script atau Handwritten yang memiliki ketebalan medium agar setiap sub bab pada scene terlihat jelas dan kontras.

(30)

65 Gambar III.18 Font Holiday I Monday

Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)

III.3.4 Ilustrasi

Kusrianto (2006) mengemukakan ilustrasi adalah sebuah seni berupa gambar yang divisualisasi dan bisa memberikan penjelasan atas maksud dan tujuan. Ilustrasi sangat dibutuhkan dalam sebuah perencangan media informasi cergam agar target dapat memahami ditunjukan dengan adanya ilustrasi yang membantu khalayak.

Ilustrasi akan difokuskan menggunakan gaya gambar semi-realis referensi yang menjadi acuan adalah seperti karya Herge atau Georges Prosper Remi. Ia adalah seorang seniman sekaligus komikus cerdas dengan gambar garis-garis yang tebal dan sesuai dengan perancangan yang akan diperkenalkan kepada khalayak. Banyak pula karya-karyanya yang mengusung tentang sejarah-sejarah ataupun tentang politik pada masa perang dunia 2 sehingga penggambarannya sangat banyak digemari.

 Studi Karakter

Karakter merupakan hal yang penting dalam sebuah perancangan media yang memuat ilustrasi dan mampu mendeskripsikan, maka diperlukannya studi pendekatan karakter mulai dari penggambaran pakaian karakter, asesoris karakter, latar tempat kejadian, peristiwa yang ada pada masa sejarah Perang Dunia II, ilustrasi yang akan digunakan dalam buku ini adalah tetap mengambil poin pentingnya dan didasari oleh karakter aslinya.

(31)

66 Gambar III.19 Tentara PETA

Sumber: https://bit.ly/2YVzPhk (Diakses pada 6/14/2019)

Gambar III.20. ilustrasi supriyadi Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

(32)

67  Prajurit Tentara PETA

Seragam Tentara PETA berwarna hijau serta bagian dalamnya menggunakan kemeja berwarna putih dengan beberapa kepangkatan yang dimilikinya. Pada ilustrasi tersebut adalah visualisasi seragam dengan kepangkatan Shodancho dengan sabuk berwarna coklat dan kepangkatan ditandai dengan dua garis berwarna biru dan tiga garis berwarna kuning.

Gambar III. 21 Tentara PETA berbaris Sumber: https://bit.ly/2YVzPhk

(Diakses pada 7/15/2019)

 Karakter Tentara Jepang

Tentunya ada perbedaan antara tentara Jepang dan tentara Peta yaitu warna tentara Jepang berwarna coklat muda dengan beberapa asesoris yang tidak jauh berbeda dari tentara Peta. Seragam tentara Jepang ada dua macam yaitu seragam dengan kepangkatan tertinggi yaitu jenderal marsekal kekaisaran Jepang berbeda dengan kepangkatan dibawahnya bisa dilihat dari kerah pasukan tersebut dan juga kepangkatannya.

(33)

68 Gambar III. 22 Tentara Jepang

Sumber: https://bit.ly/2Y1DbSx (Diakses pada 7/15/2019)

Gambar III.23 Ilustrasi Kumakichi Harada Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

 Karakter Gatot Mangkupraja

Salah satu tokoh pergerakan kemerdekaan dan juga beberapa tokoh yang mempunyai gagasan terkait pembentukan tentara Peta

(34)

69 Gambar III. 24 Tokoh Penting Gatot Mangkupraja

Sumber: https://bit.ly/2Y1DbSx (Diakses pada 7/15/2019)

Gambar III. 25 Karakter mangkupraja Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

 Tempat Pertempuran

Pertempuran terjadi di pos-pos kemiliteran Jepang yang ada di wilayah Jawa Timur. Bangunan yang telah hancur dijadikan referensi dalam penggambaran peristiwa pemberontakan yang terjadi di Blitar.

(35)

70 Gambar III.26 Tempat Pertempuran

Sumber: https://bit.ly/2Y1DbSx (Diakses pada 7/15/2019)

Gambar III.27 Penyerangan Peta Sumber: https://bit.ly/2Y1DbSx

(36)

71

III.3.5 Warna

Warna merupakan salah satu elemen penting dalam media informasi buku cergam, dikarenakan akan memvisualisasikan kesan yang ingin disampaikan selain melalui ilustrasi warna sangat mempengaruhi kesan dan pesan yang ingin disampaikan. Berikut adalah beberapa palet warna yang sudah terpilih.

Gambar III.28 Palet warna Sumber: Dokumentasi Pribadi (2019)

Warna palet yang dipilih sudah menyesuaikan dengan warna aslinya dengan tambahan variasi warna tambahan warna di atas adalah warna pada media utama baik itu background, karakter, dan suasana yang dipergunakan

(37)

Gambar

Gambar III.1.Logo Yayasan PETA.
Tabel III.2 Tabel Timeline Distribusi  Sumber : Dokumentasi Pribadi
Ilustrasi  akan  ditampilkan  secara  penuh  pada  salah  satu  halaman  buku  dan  dibeberapa halaman lainnya dibuat setengah halaman bersanding dengan teks cerita  namun ada juga yang tata letaknya secara full dan dalam satu halaman lainnya terisi  penuh
Gambar III.14 Font pada Judul buku  Sumber : Dokumentasi Pribadi (2019)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga, dapat disimpulkan bahwa penggunaan strategi KWL (Know, Want, and Learn) dapat meningkatkan kemampuan belajar biologi pada pokok bahasan sistem ekskresi

Hasil pengujian balok pada temperatur tinggi menunjukan bahwa: semakin besar beban P cr yang bekerja maka kecepatan runtuh balok beton bertulang semakin

4) Untuk menghindari terjadinya bentrokan antara kekuatan Indonesia dan Belanda, diadakan masa peralihan di bawah pemerintahan PBB selama satu tahun. Rencana Bunker

Viabilitas biji diamati dengan parameter potensial berkecambah dan keserampakan perkecambahan biji dinyatakan dalam persen (%) yang menunjukkan kemapuan biji untuk

Perbaikan spontan biasanya terjadi sejalan dengan #aktu, bahkan pada pasien dengan insufisensi mitral yang keadaannya berat pada saat onset. ?ebih dari separuh  pasien

Tuan Yang Dipertua,.. Keputusan pemberian bantuan kewangan ini adalah bagi mengurangkan beban yang ditanggung oleh rakyat berikutan penigkatan kos pengeluaran

Sartono Kartodirdjo, Sekali Lagi Pemikiran Sekitar Sejarah Nasional No 6 , (Yogyakarta: Seksi Penelitian Jurusan Sejarah UGM, 1970), hlm 38.. pewawancara dan informan. Wawancara