• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPUTUSAN KEPALA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG NOMOR 76 TAHUN 2020 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KEPUTUSAN KEPALA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG NOMOR 76 TAHUN 2020 TENTANG"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI

BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG

Jalan. Soekarno-Hatta No.51 RT.01 Lingk.01Rajabasa Bandar Lampung Kode Pos 35144 Telp. (0721) 706353 Fax. (0721) 771357 e-mail : baristandlampung@gmail.com

Website : baristandbandarlampung.kemenperin.go.id

KEPUTUSAN

KEPALA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG NOMOR 76 TAHUN 2020

TENTANG

PENETAPAN RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU)

BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG TAHUN ANGGARAN 2020–2024

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI BANDAR LAMPUNG

Menimbang : a. bahwa untuk menyelaraskan rencana strategis Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung Tahun 2020-2024 agar sejalan dengan tugas dan fungsi Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, dan untuk melaksanakan ketentuan Pasal 19 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, serta Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150/M-lND/ PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian, dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024, perlu menyusun rencana strategis Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung Tahun 2020-2024;

b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu ditetapkan dalam Surat Keputusan Kepala Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampungtentang Rencana Strategis Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung Tahun 2020 – 2024;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Perencanaan Pembangunan Nasional;;

2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025; 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara

Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional Tahun 2015-2035;

(2)

7. Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian sebagaimana diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 69 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2015 tentang Kementerian Perindustrian;

8. Peraturan Presiden 18 Tahun 2020 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2020-2024;

9. Peraturan Menteri Perencanaan Pembangunan

Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan dan Penelaahan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Renstra K/L) 2020-2024.

10. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 150/M-lND/

PER/12/2011 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah di Lingkungan Kementerian Perindustrian;

11. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian;

12. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024;

13. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 15 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024. . M E M U T U S K A N Menetapkan PERTAMA KEDUA : : :

SURAT KEPUTUSAN KEPALA BALAI RISET DAN STANDARDISASI

INDUSTRI LAMPUNG TENTANG RENCANA STRATEGIS

(RENSTRA) DAN INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI LAMPUNG TAHUN 2020 – 2024

Rencana Strategis Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung Tahun 2020 – 2024 yang selanjutnya disebut Renstra Baristand Industri Lampung Tahun 2020 – 2024 adalah dokumen perencanaan pembangunan industri untuk periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2020 sampai dengan tahun 2024 sebagaimana tercantum dalam lampiran pertama surat keputusan ini,

Indikator Kinerja Utama (IKU) dijadikan acuan untuk mengukurkeberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis Balai Riset dan Standardisasi Industri Lampung, sebagaimana tercantum dalam lampiran kedua surat keputusan ini,

(3)

r_

XErIGA

Dalam hal terjadi perubahan pada ling[<rrngan strategis, Rencana

Strategis Balai Riset dan Standardisasi

Industri

Lampung tahun

2O2O-2O24

dilakukan

perubahan

dan/atau

penyesuaian yang ditetapkan dengan Kepuhrsan Kepala Balai

KEEUPAT

KELIMA

'

Segata

biaya yang

timbul

akibat

ditetapkan keputusan

ini

dibebankan pada anggaran DIPA Balai Riset

dan

Standardisasi

Industri Lampung

.

Keputusan

ini

berlaku

sejak tanggal ditetapkan.

Dan

apabila

ternyata

dikemudian

hari terdapat

kekeliruan

dalam penetapannya akan diperbaiki sebagaimana mestinya.

DITETAPKAN DI

PADA TANGGAL

:

BANDAR I,,AMPUNG

:

3O

Juli

2O2O

(4)

LAMPIRAN PERTAMA

 Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Balai Riset dan Standardisasi

(5)

RENCANA DAN STRATEGI 2020-2024

BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI

BANDAR LAMPUNG

BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI

Jalan By Pass Soekarno-Hatta Km.1 Rajabasa Bandar Lampung Kode Pos 35144 Telp (0721) 706353 Fax. (0721) 771357 e-mail : cslampung@ymail.com

(6)

KATA

PENGANTAR

Fwaguen hesiden (Fsrpres) I.,{ornor 29 li'ahun 20tr4 tentamg Sistern Akunbhitrihs Kinerja Instansi Femerinbh telah mewajibkan kepada setiap instansi pemerintah sebagai

unsur penyelenggaraan kepemerintahaan Negaxa untuk mempertanggungiawabkan

pelaksanann tugas Bokonr dan fungsinya serta kevrememgerr pengenoharr swvrber daya yang

berdasarkan pada suatu pereneenaen strategis yang disusun oleh rrasing-,naasing instansi"

R.eneama Strategis

ini

rnenupakan rems&m& jangka paqieng hasitr dasi prcse$

psnyu$Inan secara sisternatis dcngan mempwhatikan t<ernampuan dam ketrehihan yang

dimiliki serta peluang-peluang )xeng dapet di.jadikan potensi pendapatan. Reneana strategis ini didasarkan pada sasaran trrinerja yamg ingtn dieepel dalam S talrun"

Penyusunan rnneana skategis ini berpedoman pada Feraturan lvfenteri Ferindlrstrien

Republik trndonesia Non*sn: 15CI/nrf-U{DlPEWnUZAnl tentamg Pedor*an Penyusunan

Doleunnen Akuntahilitas Kinerja Xnstansi Fesnerint&h

Di

Lingkllngan Kernenterian Perindustrian"

Reneana strategis ini mrerupakan R.Emstra 2&20

-

B0?4"Didalsnaxnlre digarxlbarkan

seeara umum mengenai arah, program dan kegiatan Baristard Industni Bandar tampung 5 (lima) tahun kedepan"

lni

upeye strategls yamg akan datrakukan Balai Riset dsn

Standardisasi trndustri Bendsr Larnpung uratr*k mencapa.i Sasaran Kfuerja yang tetrah ditetapkan BPPI.

3CI JuXi 2020

tsandar tampung,lE

(7)

ii DAFTAR ISI Kata Pengantar ...……… i Daftar Isi ...……… ii Bab I. Pendahuluan A. Kondisi Umum ……… 1

B. Potensi dan Permasalahan ……… 7

C. Maksud dan Tujuan ……… 19

D. Tugas Pokok dan Fungsi ....……… 19

Bab II. Visi, Misi dan Tujuan A. Visi ...……… 22

B. Misi ...……… 23

D. Tujuan …...……… 24

E. Sasaran Strategis …...……… 24

Bab III. Arah Kebijakam dan Strategi A. Arah Kebijakan BPPI ………..… 29

B. Kebijakan dan Strategi Baristand Industri Bandar Lampung ……..… 31

Bab IV. Target Kinerja Dan Kerangka Pendanaan A. Target Kinerja ……….… 44

B. Kerangka Pendanaan ……… 45

Bab V. Penutup ……… 47

Lampiran ... 49

Bagan 1: Pohon Kinerja ...………...……….… 49

Tabel 1: Matriks Kinerja dan Pendanaan .………...……… 52

Tabel 2: Pedoman Kinerja dan Matriks Cascading ... 55

Tabel 3: Matriks Keterkaitan Antara Aktivitas/Kegiatan, Output, Indikator Kinerja dan Sasaran Strategis... 73

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. KONDISI UMUM

Pemerataan ekonomi dilakukan dengan menerapkan strategi Industrialisasi berbasis Sumber Daya Alam dan rantai produksi global dan menetapkan Sasaran Makro Pembangunan. Salah satu Sasaran Makro Pembangunan yang ditetapkan pemerintah lima tahun kedepan (2020-2024) antara lain pertumbuhan industri manufaktur 6,2% - 6,5% dan kontribusi PDB industri manufaktur 21% (2024).

Sektor industri manufaktur nasional tahun 2018 tumbuh sebesar 4,27% sementara di provinsi Lampung tahun 2018 tumbuh 9,08%. Kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDB tahun 2018 sebesar 19,9%; sementara untuk provinsi Lampung, kontribusi sektor industri pengolahan terhadap PDRB (2018) sebesar 19,44%.

Berdasarkan data tahun 2016, jumlah industri besar dan sedang di provinsi Lampung sebesar 466 perusahaan dan sebagian besar didominasi oleh Industri Makanan dan Minuman (60%). Sedangkan industri kecil dan mikro berjumlah 88.799 unit usaha. Potensi sumber daya alam yang dimiliki didominasi oleh hasil pertanian dan perkebunan seperti ubi kayu, jagung, padi, kopi, dan lada. Untuk tahun 2018, Ubi kayu menghasilkan 6,68 juta ton menyumbang 34,55% produktivitas nasional, jagung menghasilkan 2,58 juta ton dan padi menghasilkan 1,9 juta ton. Sebagai penghasil kopi Robusta, kopi Lampung menghasilkan 110.570 ton sedangkan produksi lada hitam sebesar 12.778 ton.

Produk-produk unggulan tersebut lebih banyak diolah untuk menghasilkan bahan baku, seperti ubi kayu selama ini lebih banyak diolah menjadi tapioka, kopi lebih banyak diolah menjadi kopi bubuk dan kopi instan. Melalui proses riset dan pengembangan teknologi produk-produk tersebut bisa dikembangkan menjadi produk sediaan farmasi dan kosmetika yang memiliki nilai tambah dan meningkatkan daya saing produknya.

Bila mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah (2020-2024) disebutkan bahwa arah kebijakan pemerintah yaitu Peningkatan nilai tambah, lapangan kerja, dan investasi di sektor riil, dan industrialisasi yang dilaksanakan melalui beberapa strategi pembangunan antara lain meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk dan usaha kreatif dan digital.

(9)

Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung sebagai Unit Teknis di Kementerian Perindustrian memiliki peran dalam mengemban amanat UU no.3 tahun 2014 tentang Perindustrian yaitu membangun sumber daya industri melalui pengembangan dan pemanfaat teknologi industri, membangun sarana dan prasarana industri melalui penerapan standardisasi industri. Banyaknya perusahaan besar dan menengah dengan produk yang beragam memerlukan kehadiran instansi teknis yang dapat membuktikan bahwa industri telah menerapkan standardisasi industri yang telah diberlakukan pemerintah.

Tugas dan fungsi Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung adalah melakukan riset, standardisasi dan sertifikasi industri. Untuk menjalankan tugas dan fungsinya Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung memfokuskan kemampuan pada Teknologi Pengolahan Berbasis Komoditi Lokal dan Otomasi Proses Industri.

Capaian Kinerja 2015-2019

Sebagai Lembaga Riset, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung sudah melakukan beberapa penelitian dan perekayasaan sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019, antara lain:

Tabel 1.1. Kegiatan Litbang tahun 2015-2019 dan Rencana Tindak Lanjutnya Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung

NO JUDUL LITBANG PENELITI TAHUN OUTPUT RENCANA

TINDAK LANJUT

1

Prototype Pengendali Suhu

menggunakan Fuzzy Logic berbasis Wireless Router Kasman 2015 Prototype Pengendali Suhu Rancang bangun pengendali suhu pada

Rumah Jamur

2

Pemanfaatan Limbah Cair Tepung Mocaf Sebagai Bahan Baku Kecap Melalui Fermentasi Marlena 2015 Kecap berbahan Baku sampingan Mocaf

3 Pembuatan Bahan Bakar Alternatif Dari Limbah Tapioka Zulfa 2015 Briket Onggok

Perekayasaan Alat Pencetak Bricket Semi

automasi

4

Pengembangan Agroindustri Tepung Gula Aren Menunjang Ketersediaan Gula Nasional

Nanti

Musita 2015 Gula Aren

Mencari perusahaan gula aren/merah yang mau menerapkan cara

ini dalam memproduksi gula semut dengan berbagai

(10)

NO JUDUL LITBANG PENELITI TAHUN OUTPUT RENCANA TINDAK LANJUT

5

Pengembangan Pewarna Antosianin untuk meningkatkan Mutu Beras Merah

Berbasis Tepung Mocaf

Husniati 2015 Beras Merah

Mencari perusahaan untuk mengimplementasikan pewarna alami mengandung antosianin untuk makanan 6

Permodelan Strategi Pengembangan Industri Kopi Sebagai Upaya Peningkatan Hasil Kopi Nasional

Devi Oktiani 2015 Model

ekonometrik

dapat digunakan sebagai referensi pengembangan

industri

7 Kaji Ulang SNI AMDK Amelia Sari 2015 Metoda

Sosialisasi SNI Wajib - Air mineral/

Demineral kemasyarakat Pembinaan Industri

AMDK 8 Efek Stabilitas Warna Antosianin dalam

Beras Artifisial

Husniati 2016 Beras Artifisial Pengembangan Beras

Artifisial bersama industri

9 Pengembangan Produk dan Teknologi

Tepung Nabati dan Hewani

Nanti Musita

2016 Ragam Jenis

Tepung Nabati dan Hewani

Mencari mitra untuk pengembangan berbagai jenis tepung

nabati dan hewani 10 Prototype Pemantauan Kualitas Air IPAL

di Industri Tapioka secara Real Time

Ali Jaya 2016 Alat pemantau

kualitas Air secara Real time 1. Sudah diaplikasikan 2. Menambah mitra yang akan mengaplikasikan hasil litbang 11 Optimasi Bakteri Prebiotik dalam

Penurunan Aflatoksin dalam Susu Fermentasi Kedelai Rizki Adrianto 2016 Kondisi Optimum Bakteri Prebiotik Riset dasar

12 Fortifikasi Vitamin A dalam Minyak Goreng Nanti Musita 2016 Kandungan Vit A optimal dalam Minyak Goreng Riset standardisasi, Output Karya Tulis untuk dipublikasikan sebagai informasi kepada dunia industri terkait kondisi optimal kandungan vit A dalam minyak goreng

(11)

NO JUDUL LITBANG PENELITI TAHUN OUTPUT RENCANA TINDAK LANJUT 13 Penentuan Kadar Nitrit dalam Tepung

Tapioka

Ira Setiawati 2016 Cara Uji Kadar

Nitrit dalam Tepung Tapioka

Karya tulis ilmiah dan informasi kepada dunia industri tekait metode uji kadar nitrit dalam tepung tapioka

14 Peningkatan Mutu Tepung Onggok

sebagai Sumber Serat dalam Produk Pangan Snack dan Cookies

Marlena 2017 Metode Pembuatan Tepung Rajabasa 1. Sudah diaplikasikan pada KWT Lestari 2. Menambah Mitra yang akan mengaplikasikan 15 Pemanfaatan Kulit Buah Pisang, Coklat,

dan Durian sebagai Bahan Baku Tepung Pektin

Nanti Musita

2017 Tepung Pektin 1. Optimasi formulasi 2. Mencari mitra

industri yang akan memproduksi tepung pektin 16 Peningkatan Mutu Tepung Pektin dari

Kulit Pisang , Coklat dan Durian Sebagai Bahan Baku Pendukung Tambahan pada Industri Pangan dan Farmasi

Nanti Musita

2018 Tepung Pektin 1. Optimasi formulasi 2. Mencari mitra

industri yang akan memproduksi tepung pektin

17 Pengembangan Sediaan Ekstrak Asam

Klorogenat Dari Kopi Robusta ( Coffea Canephora) Senyawa Bioaktif Berpotensi Antioksidan Dan Anti Kanker

(multiyears) Husniati 2018 Asam Klorogenat dari Kopi Robusta Optimasi proses produksi agar siap untuk diproduksi secara komersil 18 Modul Sensor Nirkabel Yang Dapat

Dikonfigurasi Berbasis Modbus TCP Protocol Dimana Pengembangan Ditetapkan Oleh Pengguna Pada Pabrik Tapioka

Ali Jaya 2018 Prototype

sensor Nirkabel

Mencari mitra industri yang akan menerapkan dan bekerja sama dengan perusahaan vendor automasi untuk menerapkan pada industri 19 Test Kit Untuk menentukan Kandungan

Iodium Dalam Garam

karim A 2018 Test Kit

penentuan kadar Iodium dalam Garam

Mencari mitra industri yang mau memproduksi test kit untuk dijual secara komersil

(12)

NO JUDUL LITBANG PENELITI TAHUN OUTPUT RENCANA TINDAK LANJUT

20 Prototype Pengering Kopi Rak Vertical Sigit

Sudarsono

2018 Alat pengering

kopi

Optimasi alat pengering agar lebih efektif dan efesien dalam penggunaannya

21 Pelaksanaan Rancang bangun dan

Perekayasaan Otomasi Alat Screw Press Berbasis Intenet of thing (IOT) untuk produk pangan

Ali Jaya 2018 Prototype Alat

screw Press

Pengembangan pada berbagai alat yang ada agar dapat berjalan berbasis IoT

22 Pembuatan PLA dari Tapioka Nanti

Musita 2019 Komposisi pembuatan Poli Asam Laktat  Optimasi proses produksi Asam Laktat  Optimasi proses polimerisasi Poli Asam Laktat

23 Pembuatan Asam Klorogenat Kopi

Robusta Lampung

Husniati 2019 Asam

Klorogenat dari Kopi Robusta

Optimasi proses produksi agar siap untuk diproduksi secara komersil 24 Kontrol dan Pemantauan Nirkabel

Menggunakan PLC dalam Lingkungan Industri Berbasis Big Data Berdasarkan Konsep Industri 4.0 Aplikasi pada Miniatur Konveyor

Ali Jaya 2019 Miniatur

Konveyor

Optimasi Proses

25 Pembuatan Kopi Fermentasi dari Kopi Robusta Lampung Rizki Adrianto 2019 Formulasi pembautan Kopi Fermentasi Implementasi pada IKM kopi di

Lampung. Yang sudah akan memulai

produksi:

1. IKM Sakti Jaya Sedang menjajaki untuk proses produksi 2. IKM Tri

Riset lanjutan untuk pengembangan starter instant

(13)

Dari beberapa hasil penelitian dan perekayasaan, ada beberapa produk peneliti dan perekayasa yang sudah diterapkan di Industri dan masyarakat, antara lain:

1. Sistem Pemantau Kualitas Air Secara Kontinyu berbasis Internet of Things (IOT) Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

Hasil perekayasaan berupa Modul sensor dipasang di Tangki Bahan Baku untuk mengukur kadar suhu, pH, daya hantar listrik, dan total padatan terlarut (TDS). Setelah melalui uji validasi dan verifikasi, melalui pemerograman berbasis web, data dapat ditampilkan pada aplikasi android secara real time.

2. Peningkatan Mutu Tepung Onggok Sebagai Sumber Serat dalam Produk Pangan Snack. Hasil penelitian berupa pemanfaatan onggok (sisa perasan tepung singkong) yang dibuat tepung untuk digunakan sebagai bahan baku pangan olahan. Tepung ini kemudian di terapkan oleh komunitas wanita tani di kabupaten Way Kanan dan diberi nama Tepung Rajabasa.

Selain Tepung Rajabasa, juga dihasilkan tepung Tapioka dan tepung Mocaf yang merupakan hasil modifikasi para peneliti yang diterapkan di Way Kanan kerjasama dengan Dinas Perindustrian setempat.

Selain hasil penelitian dan perekayasaan yang diterapkan, juga ada hasil riset dan perekayasaan yang diajukan Paten antara lain:

1. Pengukur debit air aliran minimum.

Hasil perekayasaan berupa pengukur debit air untuk aliran minimum atau aliran sangat kecil yang dapat berupa rembesan, tetesan atau air resapan. Alat ini dirancang menggunakan cara kerja mekanik sederhana tanpa menggunakan tenaga listrik sehingga dapat dipasang dimanapun.

2. Pengukur Kualitas Air berbasis Internet of Things (IOT) Perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)

Dibidang standardisasi dan sertifikasi, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung sudah memberikan layanan publik untuk jasa Pengujian Laboratorium, Kalibrasi, Inspeksi, dan Sertifikasi Produk. Dalam kurun waktu 5 tahun, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung sudah melayani 311 Industri Kecil, Menengah dan Besar, serta 92 masyarakat dan instansi pemerintah.

(14)

Harapan masyarakat terhadap Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung untuk meningkatkan daya saing industri di waktu yang akan datang adalah sebagai berikut:

1. Agar Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung banyak melakukan litbang dan perekayasaan terhadap sumber daya lokal yang merupakan produk unggulan daerah yang dampaknya meningkatkan kesejahteraan petani.

2. Layanan jasa teknis yang dimiliki Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung agar ditingkatkan kualitasnya. Banyak permintaan pengujian yang belum bisa dipenuhi karena keterbatasan ruang lingkup pengujian yang mampu dilakukan Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung.

B. POTENSI DAN PERMASALAHAN 1. Potensi

a. Lembaga Penilai Kesesuaian 1) Laboratorium Penguji

Baristand Industri Bandar Lampung memiliki laboratorium penguji yang telah memperoleh akreditasi sistem manajemen mutu ISO ISO/IEC 19-17025-2017.

Tabel 1.2. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Laboratorium Penguji

NO BAHAN ATAU PRODUK YANG DIUJI METODE PENGUJIAN

1 Gula Kristal Putih SNI 3140.3:2010

2 Minyak Goreng Sawit SNI 7709:2019

3 Pupuk TSP SNI 02-0086-2005

4 Pupuk Dolomit SNI 02-2804-2005

5 Pupuk Urea SNI 2801:2010

6 Pupuk NPK padat SNI 2803-2012

7 Gula Kristal Mentah SNI 3140.1-2008

8 Pupuk KCl SNI 02-2805-2005

9

(15)

2) Laboratorium Kalibrasi

Dalam menunjang laboratorium pengujian, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung juga telah mempunyai Laboratorium kalibrasi yang telah diakreditasi KAN sehingga mampu melayani kebutuhan kalibrasi industri untuk peralatan seperti: oven, timbangan, Volumetric glassware, dengan ruang lingkup sebagai berikut:

Tabel 1.3. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Laboratorium Kalibrasi

NO KELOMPOK PENGUKURAN JENIS ALAT ATAU STANDARD RENTANG UKUR

1 Suhu Temperature enclosures:

Inkubator Oven Waterbath Furnace Autoclave 0 0C – 70 0C 30 0C – 100 0C 100 0C – 200 0C 30 0C – 100 0C 400 0C – 1000 0C 110 0C – 130 0C

2 Massa Timbangan (elektronik, mekanik) 0 kg – 1 kg

1 kg – 2 kg 2 kg – 3 kg 3 kg – 4 kg 4 kg – 100 kg

3 Volume Volumetric Glassware 200 ml

250 ml 500 ml 1000 ml 4 Panjang Mistar Caliper 0 mm – 1000 mm 0 mm – 150 mm

NO BAHAN ATAU PRODUK YANG DIUJI METODE PENGUJIAN

10 Garam Bahan Baku SNI 01-4435- 2000

11 Garam Konsumsi Beryodium SNI 3556.2010

12 Air Minum Dalam Kemasan SNI 01-3554:2015

13 Tepung Tapioka SNI 3451-2011

14 Air Limbah SNI 6989-2009

15 Air Permukaan (Air Sungai, Air Danau, Air

Sumur) SNI 6989-2009

16 Aneka Produk (Daging, Susu, Telur dan

Olahan (tempe, tahu bakso) SNI 2897:208

(16)

NO KELOMPOK PENGUKURAN JENIS ALAT ATAU STANDARD RENTANG UKUR

5 Instrumen Analitik pH meter

Turbidy meter Conductivity meter 4 pH 7 pH 10 pH < 0.1 NTU 15 NTU 100 NTU 750 NTU 84 µS/cm 1413 µS/cm 5 µS/cm 12.88 µS/cm 111.8 µS/cm 3) Lembaga Inspeksi

Lembaga Inspeksi Teknis Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung (Balqis) telah menerapkan sistem manajemen mutu ISO /IEC 19-17020-2012 dan telah terakreditasi dengan ruang lingkup:

Tabel 1.4. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Lembaga Inspeksi Balqis

NO BIDANG INSPEKSI PRODUK YANG

DIINSPEKSI

JENIS INSPEKSI 1 Pemeliharaan dan

Konstruksi lndustri

Unit pabrik, unit pengolahan, pembangkit listrik (sumber tak bergerak)

Pemeriksaan kualitas emisi gas buang :

1. Total Partikulat 2. Oksida Sulfur (SOx) 3. Oksida Nitrogen (NOx) 4. Ammonia (NH3) 5. Hidrogen Sulfida (H2S) 6. Hidrogen Sulfida (H2S) 7. Hidrogen Fluorida (HF) 8. Opasitas 9. Karbon Monooksida (CO) 10. Timah Hitam (Pb) 11. Kadmium (Cd) 12. Seng (Zn)

(17)

NO BIDANG INSPEKSI PRODUK YANG DIINSPEKSI

JENIS INSPEKSI Lingkungan dari unit pabrik.

unit pengolahan, pembangkit listrik Pemeriksaan kualitas udara ambien: 1. TSP (dcbu) 2. PM 10 3. PM 2,5 4. Sulfur Dioksida (S02) 5. Nitrogen Dioksida (N02) 6. Ammonia (NH3) 7. Karbon Monooksida (CO) 8. Oksidan (03) 9. Pb (Ti mah Hi tam) 10. Sulphat lndeks

11. Dustfall (debujatuh) 2 Transportasi Kendaraan bermotor roda 4 atau

lebih (emisi sumber bergerak)

Pemeriksaan ernisi gas buang:

1. Bahan bakar bensin meliputi : CO, HC 2. Bahan bakar solar Kendaraan bermotor roda 2 atau

lebih (emisi sumber bergerak)

Pemeriksaan ernisi gas buang:

1. Bahan bakar bensin meliputi : CO, HC 3 Pemeliharaan dan

konstruksi industri

unit pabrik, unit pengolahan, pembangkit listrik (sumber tak bergerak)

Pemeriksaan kualitas emisi gas buang Gangguan: 1. Kebisingan 2. Getaran Kebauan: 1. H2S

Inspeksi ruang kerja 1. Pencahayaan 2. Nilai ambang batas

iklim indeks suhu bola basah (ISBB)

3. Kebisingan 4. Getaran

5. Partikulat Inhalable

(18)

4) Lembaga Sertifikasi

LS Pro Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung hingga saat ini masih memiliki 13 ruang lingkup dan akan terus berkembang seiring dengan semakin ketatnya penerapan standardisasi produk terutama untuk barang-barang import.

Tabel 1.5. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Lembaga Sertifikasi Produk

No SNI

1 SNI 3451:2011 – Tapioka

2 SNI 3140.2-2011 - Gula kristal - Bagian 2: Rafinasi

3 SNI 3556:2010 - Garam konsumsi beryodium

4 SNI 15-0302-2004/Amd:2010 - Semen portland pozolan, Amandemen 1

5 SNI 2803:2010 - Pupuk NPK Padat

6 SNI 01-2901-2006 - Minyak kelapa sawit (crude palm oil)

7 SNI 01-3553-2006 - Air minum dalam kemasan

8 SNI 02-0086-2005 - Pupuk tripel superfosfat

9 SNI 02-2805-2005 - Pupuk kalium klorida

10 SNI 01-3741-2002 - Minyak goreng

11 SNI 15-3500-2004 - Semen portland campur

12 SNI 01-3140-2001 - Gula kristal putih (plantation white sugar)

13 SNI 7709:2012 - Minyak goreng sawit

b. Sarana Prasarana

1) Peralatan Laboratorium

Peralatan laboratorium di Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung meliputi peralatan laboratorium (penerapan standard) dan peralatan proses.

(19)

Tabel 1.6. Daftar Peralatan Laboratorium

No. Nama Ruangan Nama Alat Jumlah

1. Laboratorium Industri Aneka AAS 1 HPLC 1 Analytical Balance 1 Stirer 1 Shift Shaker 1 Vacuum Oven 1 Falling Number 1 Color Meter 1 DO Meter 1 pH Meter 2 Derajat Putih 1 Conductivity Meter 1 Oven 2 Pemanas Air 1 Furnace 2 Pembuat Aquades 1 Destilation Unit 1 Lemari Asam 1 Tungku Pemanas 1 Alat Destruksi 1 Pemanas 1 Brabender 1 Analytical Balance 1

Carbon Sulfur Analyzer 1

UPS System 1

Stabilizer 1

Nebulizer 1

(20)

No. Nama Ruangan Nama Alat Jumlah

Desicator 2

2.1 Laboratorium Lingkungan AAS 1

Incubator 3 Shaker 1 Vacuum Pump 2 Analytical Balance 1 Oven 2 Oil Content 1 Ultrasonic Cleaner 1

Uji Garam Amb Moisture 1

pH Meter 1

Stirer 1

Turbidimeter 1

Stabilizer 2

Spectrofotometer 1

Ultrasonic Pipette Cleaner 1

Laminar Flow 2 Refrigerator 2 Autoclave 2 Colony Counter 1 Water Bath 1 Heater Aquarius 1 Aspirator Pump 1 Four Clip 1

Portable Gas Analyzer 1

H2S Converter 1

Ozon Converter 1

CO2 Converter 1

HVS 1

(21)

No. Nama Ruangan Nama Alat Jumlah

Smoke Indicator 1

Gas Sampler 2

Digital Thermometer 1

Sound Level Meter 1

Desicator 2 Gas Sampler 2 Anak Timbangan 1 Nebulizer 1 Fermentor 1 BOD Tester 1 DO Meter 1 Vacum Pump 2 Rotary Dryer 1 Grinder 1 Hygrometer 1 Spectrofotometer 1

Sound Level Meter 1

Ambient Gas Analyzer 1

Hand Held Digital Vibration Meter 1

Diesel Smoke Tester 1

Dry Gas Meter 1

Water Manometer 1

Analytical Balance 1

Barometer with Digital Thermometer 1

Steam Destillation Unit 1

Digestion Unit 1

3. Lab Proses Miniplant pembuatan asam laktat dari tapioka 1

Miniplant pengolahan kopi bubuk 1

(22)

No. Nama Ruangan Nama Alat Jumlah

Rotary Evaporator 1

Unit Pengolahan Air Kotor 8

Mesin Las Listrik 1

Freeze Drying 1

Mesin Gerinda Tangan 1

Mesin Bor Tangan 1

Rotary Dryer 1

Grinder 1

4. Lab Kalibrasi PRT (Plantinum resistance thermometer) 1

Indicator PRT 1

Termokopel kawat type K 3

Selector termokopel 1

Strirre liguit bath 1

Dry block calibrator 1

Termometer 2

Baromater 2

Hygrometer 1

Neraca/timbangan analitik 1

Satu set massa standar (anak timbangan 1

Mass Comparator 1

2) Bangunan, Peralatan dan Fasilitas Kendaraan

Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung memiliki 3 gedung laboratorium, gedung workshop, rumah miniplant, dan 1 gedung kantor. Juga dilengkapi dengan peralatan IT yang ditunjang dengan jaringan internet. Selain itu Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung juga memiliki kendaraan 5 operasional lapangan yang siap digunakan.

(23)

c. Sumber Daya Manusia

Dalam menjalankan tugasnya, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung didukung oleh 45 orang ASN dan 26 orang PPNPN.

Berdasarkan kelompok umur, ASN berusia 40 ke bawah berjumlah 22 orang atau 48,89% dan yang berusia 51 ke atas berjumlah 11 orang atau 24,44%. Sedang sisa adalah ASN berusia 41-50 tahun berjumlah 12 orang atau 26,67% nya.

Tabel 1.7. Komposisi Sumber Daya Manusia

No. Pendidikan (orang)Total Latar Belakang Pendidikan Jumlah(orang) (Tahun)Usia

1. Master Degree

/ S2 14

a. Teknik Manajemen Industri 1 41 – 50

b. Teknologi Agro Industri

1 31 – 40

1 41 – 50

1 51 – 58

c. Kimia MIPA 1 41 – 50

d. Bisnis Internasional 1 31 – 40

e. Administrasi dan Kebijakan Publik 1 41 – 50

f. Chemical Engineering 1 51 – 58

g. Ilmu Ekonomi 1 41 – 50

h. Ilmu Akuntansi 1 31 – 40

i. Tenologi Industri Pertanian 1 31 – 40

j. Ilmu Fisika 1 31 – 40

k. Manajemen Perusahaan 1 41 – 50

l. Teknik Mesin 1 31 – 40

2. Degree / S1 Bachelor 15

a. Ilmu Sosial (Administrasi, Akuntansi, Manajemen Perusahaan)

1 41 – 50

1 51 – 60

b. MIPA (Biologi,Kimia,Fisika Instrumentasi) 1 1 31 – 40 41 – 50

c.

Teknik (Teknik Kimia, Teknik Mesin, Teknik Industri, Agronomi Pertanian Teknologi Hasil

Pertanian, Teknik Lingkungan)

2 21 – 30 5 31 – 40 2 41 – 50 2 51 – 56 3. Akademi / D3 7 a. Kimia Analis 1 21 – 30 1 31 – 40 0 41 – 50 2 51 – 58 b. Teknik Elektro 1 31 – 40

c. Teknik Kimia Industri 1 21 – 30

(24)

No. Pendidikan (orang)Total Latar Belakang Pendidikan Jumlah(orang) (Tahun)Usia 4. SLTA / D1 9 a. SMA 0 31 – 40 1 41 – 50 b. SMK 1 21 – 30 1 31 – 40 1 41 – 50 4 51 – 58

c. D-I Kebendaharaan Negara 1 < 21

Tabel 1.8. Jumlah Tenaga Fungsional

d. Penguasaan Teknologi

Dengan peralatan litbang dan kualitas peneliti dan perekayasa yang dimiliki, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung mampu menghasilkan litbang melalui teknologi Ekstraksi dan Purifikasi sebagaimana yang diamanatkan dalam Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN).

Selain itu perekayasa Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung telah menciptakan peralatan hasil perekayasaan yang dapat diterapkan pada proses produksi yang dapat diperintah melalui Internet (Internet of Things) dengan perekaman data yang real time melalui teknologi Digitalisasi.

Beberapa kegiatan litbang yang telah dilakukan oleh Baristand Industri Bandar Lampung dalam 5 tahun terakhir adalah sebagai berikut:

NO JABATAN FUNGSIONAL JUMLAH

1 Peneliti 9

2 Perekayasa 2

3 Asesor Manajemen Mutu Industri 1

4 Penguji Mutu Barang 5

5 Analis Kepegawaian 1

6 Pranata Komputer 1

(25)

Tabel 1.9. Hasil Riset Pengembangan Teknologi Ekstraksi, Purifikasi dan Internet of Things

No Nama Kegiatan Litbang Tahun Bidang Ket

1

Prototype Pemantauan Kualitas Air IPAL di Industri Tapioka

secara Real Time 2016 Rekayasa Lanjutan Riset

2

Pengembangan Produk dan Teknologi Tepung Nabati dan

Hewani 2017 Pangan Lanjutan Riset

3

Peningkatan Mutu Tepung Onggok sebagai Sumber Serat dalam

Produk Pangan Snack dan Cookies 2017 Pangan Lanjutan Riset

4

Pemanfaatan Kulit Buah Pisang, Coklat, dan Durian sebagai

Bahan Baku Tepung Pektin 2017 Pangan Lanjutan Riset

5

Peningkatan Mutu Tepung Pektin dari Kulit Pisang , Coklat dan Durian Sebagai Bahan Baku Pendukung Tambahan Pada Industri

Pangan dan Farmasi 2018 Pangan Lanjutan Riset

6

Pengembangan Sediaan Ekstrak Asam Klorogenat Dari Kopi Robusta ( Coffea Canephora) Senyawa Bioaktif Berpotensi Antioksidan Dan

Anti Kanker (multiyears) 2018 Pangan

Riset Lanjutan

7

Modul Sensor Nirkabel Yang Dapat Dikonfigurasi Berbasis Modbus TCP Protocol Dimana Pengembangan Ditetapkan Oleh Pengguna

Pada Pabrik Tapioka 2018 Rekayasa

Riset Lanjutan

8

Pengembangan Asam Klorogenat Berbasis Kopi Lampung Sebagai

Bahan Baku Sediaan Farmasi Substitusi Import 2019 Farmasi Riset Terapan

9

Kontrol dan Pemantauan Nirkabel Menggunakan PLC dalam Lingkungan Industri Berbasis Big Data Berdasarkan Konsep Industri

4.0 Aplikasi pada Miniatur Konveyor 2019 Rekayasa Riset Lanjutan

e. Jasa Pelayanan Teknis

Sumber pendapatan PNBP Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung berasal dari 7 jenis pelayanan yaitu: Pengujian bahan dan produk, Kalibrasi peralatan, Inspeksi, Sertifikasi produk, dan pelatihan. Sumber pendapatan didominasi dari jasa pengujian dan inspeksi.

(26)

Tabel 1.10. Target dan Realisasi PNBP TA 2016 - 2019

TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI TARGET REALISASI

Pengujian 4.533.772.112 2.881.767.389 3.482.887.492 3.487.483.090 3.709.506.244 3.485.163.990 4.275.653.024 3.952.035.300 Inspeksi Teknis 2.607.242.665 1.657.222.000 2.086.702.946 2.089.456.307 2.234.195.931 2.099.076.991 2.315.883.745 2.140.598.000 Kalibrasi 329.080.567 209.171.000 180.027.957 180.265.500 56.740.279 53.308.760 298.773.733 276.160.000 LSPro 803.902.522 510.978.500 497.154.169 497.810.154 464.370.543 436.286.500 406.166.099 375.424.000 Konsultansi - - - - 76.383.340 70.602.000 Pelatihan 115.949.332 73.700.000 137.926.009 138.108.000 112.227.241 105.440.000 12.171.221 11.250.000 Litbangyasa - - - -Lain-Lain - - 9.262.778 9.275.000 148.685.999 139.693.818 9.172.985 8.478.696 Bunga bank 8.052.802 5.118.542 4.838.648 4.845.033 4.273.762 4.015.295 5.781.852 5.344.232 Total 8.398.000.000 5.337.957.431 6.398.800.000 6.407.243.084 6.730.000.000 6.322.985.354 7.399.986.000 6.839.892.228 Layanan 2016 2017 2018 2019 2. Permasalahan

Penguasaan teknologi pada kegiatan riset dan pengembangan sudah cukup memadai, namun pada kegiatan ini belum bisa memberi kontribusi pendapatan. Penelitian yang dilakukan belum diawali dari riset pasar sehingga saat produk litbang ditawarkan ke industri melalui Diseminasi, belum disambut oleh industri. Ini menggambarkan bahwa hasil litbang belum menjawab permasalahan industri.

Jumlah perusahaan besar dan menengah di provinsi Lampung berdasarkan data BPS thn 2016 sekitar 460, sementara industri yang menjadi pelanggan Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung baru sekitar 130 perusahaan. Masih dibutuhkan usaha keras untuk mengenalkan kehadiran dan kemampuan Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung pada industri.

C. MAKSUD DAN TUJUAN

Sebagai instansi pemerintah, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung wajib menerapkan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) sebagaimana diamanatkan dalam Perpres no. 29 tahun 2014. Rencana Strategis (Renstra) Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung disusun untuk dijadikan pedoman langkah 5 tahun yang akan datang, visi yang harus diwujudkan, kinerja yang harus dicapai dan bahan evaluasi terhadap kinerja Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung setiap tahunnya.

D. TUGAS POKOK DAN FUNGSI 1. Sejarah Singkat

Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung pertama kali didirikan pada tahun 1975 sebagai lembaga pengawasan mutu dengan status sebagai Proyek Penelitian dan

(27)

Pengawasan Mutu Industri yang berada dibawah Kanwil/Dinas Perindustrian Daerah Tingkat I Propinsi Lampung.

Kemudian pada tahun 1977 berdasarkan SK Gubernur Lampung Nomor G/079/B.II/IIK/1977 tanggal 2 Juni 1977 berubah status menjadi Balai Penelitian dan Pengawasan Mutu Industri. Sejak tahun 1981/1982 Balai Penelitian dan Pengawasan Mutu Industri mulai mendapat dana dari APBN melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian. Sejak itu nama Balai berubah menjadi Proyek Penelitian dan Pengembangan Industri, dan berdasarkan SK menteri Perindustrian Nomor 14/M/SK/II/1991 tanggal 19 Februari 1991 secara definitif ditetapkan sebagai Balai Penelitian dan Pengembangan Industri (disingkat Balai Industri) Tanjungkarang yang bertanggung jawab kepada Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Departemen Perindustrian yang diresmikan pada tanggal 15 Agustus 1991 oleh Gubernur Lampung.

Perkembangan era globalisasi menyebabkan perubahan sistem pemerintahan dengan diberlakukannya otonomi daerah menyebabkan adanya perubahan struktur Departemen dan mengakibatkan perlunya penataan dan penyesuaian perangkat termasuk Balai Industri Tanjungkarang. Berdasarkan SK Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor 784/MPP/Kep/11/2002 nama Balai serta tugas pokok dan fungsi berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan (Baristand Indag) Bandar Lampung.

Seiring dengan pemisahan Departemen Perindustrian dan Perdagangan maka sejak tanggal 29 Juni 2006, melalui Peraturan Menteri Perindustrian RI Nomor 49/M-IND/PER/6/2006 berubah menjadi Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung.

2. Tugas dan Fungsi

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 49/M-IND/PER/6/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Riset dan Standardisasi Industri, tugas pokok Baristand Industri Bandar Lampung adalah melaksanakan riset dan standardisasi serta sertifikasi dibidang industri. Dalam melaksanakan tugas pokok di atas, Baristand Industri Bandar Lampung menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan penelitian dan pengembangan, teknologi industri dibidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan produk, serta penanggulangan pencemaran industri.

(28)

b. Penyusunan program dan pengembangan kompetensi dibidang jasa riset / litbang

c. Perumusan dan penerapan standar, pengujian dan sertifikasi dalam bidang bahan baku, bahan penolong, proses, peralatan/mesin, dan produk.

d. Pemasaran, kerjasama promosi, pelayanan informasi, penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil riset/ penelitian dan pengembangan.

e. Pelaksanaan urusan kepegawaian, keuangan tata persuratan, perlengkapan, kearsipan, rumah tangga, koordinasi penyusunan bahan rencana dan program, penyiapan bahan evaluasi dan pelaporan Baristand Industri Bandar Lampung.

(29)

22 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

BAB II

VISI, MISI DAN TUJUAN A. VISI

Visi menjadi arah dan tujuan sebuah organisasi yang akan dicapai dalam jangka menengah/ panjang. Rencana strategis yang efektif mampu menjabarkan secara runtun visi yang akan dituju, dan misi yang menggambarkan pencapaian visi. Kemudian tujuan ditetapkan untuk menggambar secara rinci apa yang akan diraih oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dalam wilayah kompetensinya.

Salah satu prioritas nasional pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan sektor industri nasional adalah memperkuat ketahanan ekonomi untuk pertumbuhan yang berkualitas dan meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Sesuai dengan instruksi Presiden Republik Indonesia terpilih untuk periode 2019-2024 dan diperkuat oleh Surat Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Kepala Bappenas Nomor B.899/M.PPN/SES/PP.03.02/12/2019 tanggal 20 Desember 2019 perihal Penyelarasan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden Dalam Dokumen Renstra K/L 2020-2024, bahwa tidak ada visi dan misi Menteri/Pimpinan Lembaga dan dalam menjalankan tugas dan fungsinya wajib mengacu pada visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian dan BPPI yang membantu Presiden dalam membidangi industri, menetapkan visi selaras dengan visi Presiden terpilih.

Visi BPPI adalah menjadi Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yang andal, profesional, inovatif, dan berintegritas dalam pelayanan kepada Presiden dan Wakil Presiden untuk mewujudkan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden: “Indonesia maju yang berdaulat, mandiri dan berkepribadian berlandaskan gotong royong”. Indonesia yang maju, berdaulat dan mandiri dapat dicapai salah satunya apabila Indonesia menjadi negara industri yang maju dengan sektor industri yang berdaya saing. Daya saing yang dimaksud yaitu sektor industri Indonesia dapat diandalkan kemampuan dan kekuatannya, serta dapat mengelola sumber daya yang tersedia untuk peningkatan nilai tambah, penyerapan tenaga kerja melalui penambahan lapangan kerja baru, serta peningkatan investasi dan ekspor sektor industri melalui pemanfaatan teknologi. Pengelolaan sumber daya termasuk di dalamnya pengelolaan SDM, pemanfaatan teknologi yang inovatif, dan

(30)

implementasi industri 4.0 diharapkan dapat berdampak pada kesejahteraan masyarakat yang adil dan merata.

B. MISI

Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, tertuang dalam sembilan program aksi. Berdasarkan hal tersebut, program aksi yang terkait langsung dengan fungsi dan wewenang yang dimandatkan oleh peraturan perundang-undangan kepada Kementerian Perindustrian yakni “Struktur Ekonomi yang Produktif, Mandiri, dan Berdaya Saing” yang dijabarkan dalam 6 (enam) buah subprogram yaitu:

a. Memantapkan Penyelenggaraan Sistem Ekonomi Nasional yang Berlandaskan Pancasila b. Meningkatkan Nilai Tambah dari Pemanfaatan Infrastruktur

c. Melanjutkan Revitalisasi Industri dan Infrastruktur Pendukungnya untuk Menyongsong Revolusi Industri 4.0.

d. Mengembangkan Sektor-Sektor Ekonomi Baru e. Mempertajam Reformasi Struktural dan Fiskal f. Mengembangkan Reformasi Ketenagakerjaan

Kementerian Perindustrian secara tugas pokok dan fungsi, mengemban misi meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan infrastruktur, dan melanjutkan revitalisasi industri dan infrastruktur pendukungnya untuk menyongsong revolusi industri 4.0. Peningkatan nilai tambah hasil industri untuk mendukung industrialisasi diartikan sebagai kemandirian dalam mengelola dan memanfaatkan bahan baku dengan memperkuat sinergi berbagai pihak untuk pemenuhan kebutuhan industri dan konsumsi nasional. Perluasan adaptasi dan pemanfaatan industri 4.0 dimaksudkan untuk pemanfaatan teknologi dan implementasi industri 4.0 sehingga dapat meningkatkan produktivitas, efisiensi, kontribusi nilai tambah, dan keberlanjutan industri nasional.

Berdasarkan hal tersebut, BPPI mengemban misi: BPPI melaksanakan Misi Presiden dan Wakil Presiden yaitu meningkatkan nilai tambah dari pemanfaatan infrastruktur, dan melanjutkan revitalisasi industri dan infrastruktur pendukungnya untuk menyongsong revolusi industri 4.0, dengan uraian sebagai berikut:

a. Memberikan dukungan teknis dan administrasi serta analisis yang cepat, akurat dan responsif kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam pengambilan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan negara;

b. Menyelenggarakan pelayanan yang efektif dan efisien di bidang pengawasan, administrasi umum, informasi, dan hubungan kelembagaan; serta

(31)

24 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

c. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan prasarana penelitian dan pengembangan industri.

C. TUJUAN

Sebagai instansi vertikal Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung menetapkan tujuan tidak terlepas dari tujuan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian yaitu: Meningkatnya kontribusi inovasi terhadap pertumbuhan PDB industri pengolahan non migas.

Kontribusi inovasi terhadap pertumbuhan PDB, dapat berupa peningkatan produktivitas yang bersumber dari peningkatan efisiensi.

Dalam mengukur keberhasilan tujuan tersebut, maka Badan Penelitian dan Pengembangan Industri menetapkan indikator tujuan yaitu: Efisiensi perusahaan industri yang memanfaatkan hasil riset/inovasi.

Tabel 2.1. Tujuan dan Target Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung

Kode Tujuan Penjelasan

Tujuan

Indikator Kinerja

Tujuan (IKT) Satuan

Target 2020 2021 2022 2023 2024 Tj Meningkat-nya kontribusi inovasi terhadap pertumbuh-an PDB industri pengolahan nonmigas. Kontribusi inovasi terhadap pertumbuhan PDB, dapat berupa peningkatan efisiensi biaya, waktu maupun peningkatan kualitas. Efisiensi perusahaan industri yang memanfaatkan hasil riset/inovasi % 5 5,5 6 6,5 7 D. SASARAN STRATEGIS

Demi mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dan memastikan apakah tujuan akan tercapai, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung menetapkan sasaran strategis dan indikatornya yang harus dicapai setiap tahun.

Dalam penyusunannya, BPPI menggunakan metode cascading dengan pendekatan Balanced

(32)

Sasaran strategis BPPI pada stakeholders perspective, customer perspective dan internal

process perspective, telah ditetapkan selaras dengan sasaran strategis pada tingkat

Kementerian Perindustrian. Hal ini dilakukan karena BPPI bukan merupakan Strategic

Business Unit yang dapat berdiri sendiri. Seluruh indikator kinerja yang menjadi tanggung

jawab BPPI adalah turunan dari tingkat kementerian sesuai dengan metode cascading pada BSC ditambah dengan indikator yang merupakan tugas pokok dan fungsi BPPI.

Kemudian, atas sasaran strategis BPPI tersebut didelegasikan ke Satuan Kerja di Lingkungan Kerja BPPI. Peta Strategis BPPI dan Peta Strategis Balai Riset dan Standardisasi Industri

Bandar Lampung dapat dilihat pada gambar di bawah.

Gambar 2.1Peta Strategi BPPI

Gambar 2.2Peta Strategi Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung

Meningkatkan peran teknologi 4.0 untuk penguatan Implementasi Making Indoenesia 4.0

Terselenggaranya urusan pemerintahan dibidang Litbangyasa dan Standardisasi industri untuk mendukung industsdri yang berdaya saing dan berkelanjutan

SK1

SK2

SK3

(33)

26 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

1. Perspektif Pemangku Kepentingan

Sasaran strategis pada perspektif stakeholders merupakan sasaran yang ditetapkan oleh BPPI untuk memenuhi harapan para pemangku kepentingan, yaitu:

Sasaran Strategis 1: Meningkatnya kinerja litbangyasa dalam rangka mendukung daya saing dan kemandirian industri pengolahan nonmigas.

Indikator kinerja:

a. Persentase hasil riset/inovasi lima tahun terakhir yang dimanfaatkan perusahaan industri/badan usaha.

Pada tahun 2020 ditargetkan 8 persen dan meningkat menjadi 30 persen di tahun 2024.

b. Perusahaan industri/badan usaha yang memanfaatkan paket teknologi/problem solving/supervisi/konsultasi. Ditargetkan 1 paket di tahun 2020 dan terus meningkat menjadi 5 paket di tahun 2024.

2. Perspektif Pelanggan

Sasaran strategis pada perspektif customers merupakan sasaran yang ditetapkan oleh BPPI untuk memenuhi harapan para pelanggan, yaitu

Sasaran Strategis 2: Meningkatnya penerapan teknologi 4.0 untuk penguatan implementasi Making Indonesia 4.0

Indikator kinerja:

a. Persentase litbangyasa yang memanfaatkan teknologi 4.0 dibandingkan total litbangyasa pada tahun berjalan. Mulai ditarget pada tahun 2022 yaitu 33 persen, tahun 2023 sebesar 33 persen, dan terakhir tahun 2024 sebesar 33 persen.

3. Perspektif Proses Internal

Sasaran strategis pada perspektif proses internal merupakan sasaran yang ditetapkan oleh BPPI yang menjamin tercapainya sasaran strategis pada perspektif pemangku kepentingan. Sasaran strategisnya adalah:

Sasaran Strategis 3: Terselenggaranya urusan pemerintahan di bidang litbangyasa dan standardisasi industri untuk mendukung industri yang berdaya saing dan berkelanjutan

Indikator kinerja:

a. Indeks Kepuasan Masyarakat terhadap layanan jasa industri. Sejak tahun 2020 sampai dengan 2024 ditarget masing-masing 3,5 skala indeks

b. Proporsi riset berbasis kerjasama/kolaborasi

Untuk tahun 2020 saja ditargetkan 100 persen, sedangkan tahun 2021 sampai dengan 2022 masing-masing 33 persen.

(34)

c. Karya Tulis Ilmiah yang diterbitkan di prosiding/jurnal nasional/internasional yang terakreditasi/terindeks global dan pengajuan Paten, dengan rincian sebagai berikut:

1) Jurnal Internasional, tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing 1 KTI

2) Prosiding Internasional, tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing 1 KTI

3) Jurnal Nasional, tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing 2 KTI

4) Prosiding Nasional, tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing 4 KTI

5) Pengajuan Paten, tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing 1 usulan Paten

4. Perspektif Pembelajaran Organisasi

Untuk mewujudkan pencapaian sasaran strategis sebagaimana tersebut di atas, dibutuhkan input yang dapat mendukung terlaksananya proses untuk menghasilkan output dan outcome BPPI. Terdapat 4 (empat) sasaran strategis yang akan dicapai yakni:

Sasaran Strategis 4: Meningkatkan kompetensi SDM dan budaya kerja Indikator kinerja:

a. Rata-rata Indeks Profesionalitas ASN

Tahun 2020 ditarget di angka indeks 71 dan tahun 2024 di angka 85

b. Nilai disiplin pegawai

Pada tahun 2020 ditargetkan sebesar 79 dan tahun 2024 sebesar 90

Sasaran Strategis 5: Membangun sistem manajemen Indikator kinerja:

a. Proporsi keberhasilan surveillance/sertifikasi sistem manajemen dari sistem manajemen yang dimiliki

Sejak tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing 100 persen

Sasaran Strategis 6: Memperkuat akuntabilitas kinerja organisasi Indikator kinerja:

a. Nilai minimal tingkat maturitas pengendalian internal (SPIP) Sejak tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing nilai 3,8

b. Nilai minimal akuntabilitas kinerja

Sejak tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing nilai 80,1

(35)

28 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

c. Nilai minimal laporan keuangan

Pada tahun 2020 ditargetkan sebesar 85 dan tahun 2024 sebesar 90

Sasaran Strategis 7: Memperkuat sarana prasarana litbangyasa dan layanan publik Indikator kinerja:

a. Rata-rata Indeks sarana prasarana litbangyasa

Pada tahun 2020 ditargetkan sebesar 80 dan tahun 2024 sebesar 97

b. Rata-rata Indeks sarana prasarana layanan publik

Sejak tahun 2020 sampai dengan 2024 ditargetkan masing-masing sebesar 96

(36)

BAB III

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI

A. Arah Kebijakan BPPI

Dalam rangka mewujudkan misi kementerian Perindustrian, ada beberapa sasaran dalam RPJM yang menjadi indikator kinerja Badan Penelitian dan Pengembangan Industri yaitu pengembangan sumber daya industri; pengembangan sarana prosarana industri; dan pemberdayaan industri. Untuk mencapainya, BPPI menetapkan kebijakan dan sasaran sebagai berikut:

1. Kebijakan

a. Kebijakan pengembangan sumber daya industri, dalam hal pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri.

b. Kebijakan pengembangan sarana dan prasarana industri, dalam hal pengembangan standardisasi industri

c. Kebijakan pemberdayaan industri, dalam hal pengembangan industri hijau

2. Strategi

a. Pengembangan sumber daya industri, dalam hal pengembangan dan pemanfaatan teknologi industri

1) Penyusunan kebijakan teknis di bidang teknologi industri, termasuk penyusunan peta jalan (roadmap) penelitian, pengembangan dan perekayasaan (litbangyasa) sebagai panduan seluruh unit/satuan kerja di lingkungan BPPI dalam melaksanakan kegiatan litbangyasa.

2) Pelaksanaan pengembangan teknologi industri/kegiatan litbangyasa dan riset prioritas nasional yang difokuskan pada lima sektor industri yang menjadi prioritas Making Indonesia 4.0

3) Pemanfaatan inovasi teknologi industri melalui inkubasi, konsultasi, supervisi, Rancang Bangun Perekayasaan Industri (RBPI), kerja sama penelitian & pengembangan dengan melibatkan unsur Academic Business & Government, rintisan teknologi dan pembentukan ekosistem inovasi termasuk ekosistem industri 4.0.

4) Penyusunan kerangka regulasi audit teknologi industri dan infrastruktur penunjang audit teknologi, pengadaan teknologi industri melalui proyek putar

(37)

30 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

kunci dan mendorong pemanfaatan fasilitas insentif bagi perusahaan yang melakukan R&D.

5) Pelaksanaan perlindungan dan pengembangan Kekayaan Intelektual Teknologi Industri termasuk komersialisasi hasil litbangyasa teknologi industri.

6) Pelaksanaan pelayanan jasa teknis dan pengembangan kelembagaan dalam mendukung pemberian jasa teknis tersebut kepada masyarakat.

b. Pengembangan Standardisasi Industri

1) Pengembangan standardisasi industri berupa perumusan RSNI, ST dan/atau PTC, kaji ulang SNI bidang industri, kajian efektivitas penerapan SNI bidang industri yang diberlakukan wajib.

2) Penyusunan regulasi teknis standardisasi industri termasuk regulasi teknis skema penerapan dan pemberlakuan standardisasi industri, regulasi teknis penunjukan Lembaga Penilaian Kesesuaian, penyusunan kerjasama regulasi teknis di tingkat internasional, regulasi Auditor Manajemen Mutu Industri dan manajemen Petugas Pengawas Standar Industri, serta diseminasi standar bidang industri.

3) Pelaksanaan pengawasan dan penegakan hukum terkait penerapan pemberlakuan standardisasi industri termasuk pengawasan lembaga penilaian kesesuaian, penegakan hukum standardisasi industri, dan pengawasan pre-market dan post-pre-market produk standardisasi industri.

4) Peningkatan kemampuan SDM standardisasi industri.

5) Peningkatan kemampuan pengujian laboratorium uji standar wajib. c. Pengembangan Industri Hijau

1) Pelaksanaan kegiatan penurunan emisi GRK sektor industri meliputi peningkatan penerapan manajemen energi dan pemanfaatan energi baru terbarukan/renewable energy sektor industri, pengembangan pasar karbon (carbon trading) sektor industri, penyusunan pedoman penurunan emisi GRK di sektor IPPU dan limbah, penyusunan informasi penyediaan energi, pemanfaatan energi alternatif baru dan terbarukan dan efisiensi energi di sektor industri.

2) Pengembangan Standar dan Kelembagaan Industri Hijau, meliputi penilaian dan pengawasan Lembaga Sertifikasi Industri Hijau, penguatan kapasitas Lembaga Sertifikasi Industri Hijau, dan pengembangan Standar Industri Hijau.

(38)

3) Pengembangan Pengakuan Standar Industri Hijau secara Internasional, meliputi kajian penerapan standar industri hijau di Indonesia terkait upaya pengakuan internasional, dan kajian pemberlakuan wajib standar industri hijau. 4) Penguatan penerapan prinsip industri hijau di industri, meliputi

penghargaan industri hijau, sertifikasi industri hijau, penyusunan insentif fiskal dan implementasi insentif nonfiskal industri hijau, serta kebijakan dan monitoring pengelolaan air proses sektor industri.

5) Penanganan masalah limbah B3 sektor industri dan penerapan ekonomi sirkuler dalam pembangunan industri berkelanjutan, meliputi penerapan rencana aksi pengurangan dan penghapusan merkuri di sektor industri, penyusunan kajian kebijakan penerapan ekonomi sirkular di sektor industri, pengendalian dan pengawasan kepatuhan penerapan industri hijau, dan pengendalian limbah kegiatan usaha industri di sekitar daerah aliran sungai. 6) Penguatan infrastruktur industri dalam pengelolaan bahan berbahaya dan

limbah Bahan Berbahaya Beracun (B3) sektor Industri berupa peningkatan kapasitas pengujian lingkungan sektor industri.

3. Kerangka Regulasi

Dalam pelaksanaannya, mewujudkan kebijakan dan strategi perlu dibuatkan payung hukum sehingga program dan kegiatan dapat dijalankan.

B. Kebijakan dan Strategi Baristand Industri Bandar Lampung 1. Kebijakan

Untuk mendukung arah kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Industri dan mencapai sasaran yang ditetapkan, maka Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung merumus beberapa kebijakan yang akan dilaksanakan pada periode 2020-2024 sebagai berikut:

a. Peningkatan kemampuan litbang yang memanfaatkan sumber daya alam lokal. Provinsi Lampung memiliki lahan pertanian yang subur dan memiliki sumber daya alam yang beragam. Dari sini banyak dihasilkan produk pertanian seperti: ubi kayu, kopi, jagung, lada dan beras; buah-buahan seperti durian, pisang, dan nanas; serta sayur-sayuran.

Dari ubi kayu, sudah banyak penelitian yang dihasilkan dan sudah ada yang diterapkan oleh masyarakat.

(39)

32 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

Pengembangan teknologi ekstraksi dan purifikasi pada bahan baku kopi, bisa dihasilkan asam klorogenat yang dapat dikembangkan menjadi bahan sediaan obat. Dengan kemampuan yang dimiliki para peneliti, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung terus mencoba mengembangkan produk-produk pertanian lokal menjadi produk pangan olahan atau bahan sediaan farmasi atau kosmetika.

b. Peningkatan kemampuan litbang yang memecahkan permasalahan di industri. Penghematan biaya produksi merupakan salah satu kunci keberhasilan Industri Kecil dan Menengah meningkatkan daya saing dan mengungguli produk-produk impor. Ini adalah sebagian besar permasalahan yang dihadapi IKM. Penerapan teknologi digital, internet of things (IOT) mampu menjawab permasalahan tersebut dan sudah dilakukan oleh Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung di Industri Air Minum. Pengembangan teknologi IOT akan terus dilanjutkan dan diterapkan pada ekosistem industri yang lain demi meningkatkan daya saing. c. Peningkatan kapasitas kelembagaan dalam rangka penerapan standardisasi. Balai

Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung sudah memiliki 4 Lembaga Penilai Kesesuaian (LPK) dan masih terus mengoptimalkan kinerja layanan. Peningkatan kapasitas dilakukan dengan menambah ruang lingkup kemampuan LPK yang ada, juga dilakukan dengan mendirikan lembaga baru. Sementara peluang untuk mendirikan lembaga baru masih cukup potensial terutama menyikapi kebijakan pemerintah untuk menerapkan produk halal di masyarakat. Penting untuk dikaji kelayakan mendirikan Lembaga Halal dalam kurun beberapa tahun ke depan. d. Peningkatan kompetensi SDM Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung. Secara demografi, Pegawai Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung didominasi oleh kelompok usia produktif yang memiliki kapasitas yang memadai untuk untuk ditingkatkan. Ditambah lagi proses rekrutmen ASN yang lumayan panjang menjadikan mereka sumber daya pilihan yang siap untuk dikembangkan. Sebagai unit pelayanan teknis, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung menghasilkan produk/jasa yang beragam sehingga terbuka peluang untuk memiliki keterampilan dan keahliannya masing-masing.

Untuk mewujudkan kebijakan tersebut maka diperlukan langkah strategis. Dalam merumuskan strategi pencapaian, Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung menggunakan analisa SWOT.

(40)

ANALISA SWOT

Faktor Internal dan Eksternal Faktor Internal

Kekuatan

1. Memiliki Lembaga Penilai Kesesuaian yang terakreditasi.

Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung memiliki Laboratorium Uji, Kalibrasi, Lembaga Inspeksi, dan Lembaga Sertifikasi Produk yang terakreditasi dengan ruang lingkup yang dibutuhkan oleh banyak industri lokal untuk memenuhi standard lingkungan dan produk.

2. Penguasaan teknologi di bidang litbangyasa sudah cukup memadai untuk dikembangkan. Kemampuan peneliti dan perekayasa yang ditunjang dengan peralatan riset sudah mampu melakukan penelitian dan perekayasaan dengan teknologi ekstraksi, purifikasi dan Internet of Things.

3. Memiliki Laboratorium proses yang potensial untuk dikembangkan. Laboratorium riset di Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung cukup memadai untuk menunjang kegiatan riset berkelanjutan yang didukung oleh alat ekstraktor, evaporator, pure chromatography, dan sebagainya.

4. Memiliki SDM yang potensial untuk dikembangkan. ASN di Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung didominasi oleh pegawai yang berusia 30-an tahun sebesar 35%, dan usia dibawah 40 tahun sebesar 48,8%.

5. Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel memungkinkan Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung melakukan pelayanan lebih optimal.

Kelemahan

1. Kualitas layanan publik belum sepenuhnya memenuhi standard pelayanan. Masih banyak permintaan pelanggan yang belum bisa diselesaikan tepat waktu sesuai standard pelayanan minimum. Jumlah SDM yang terbatas dimana satu personil mengerjakan beberapa pekerjaan yang terkadang tidak berhubungan.

2. Belum banyak mesin proses yang lengkap dan memadai berskala mini plant yang menunjang kegiatan riset terapan. Ini penting untuk mengenalkan pada IKM proses produksi yang efisien dan terjangkau.

3. Paradigma ASN yang belum berorientasi bisnis. Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung sebagai satuan kerja Pengelola Keuangan Badan Layanan Umum (PK

(41)

34 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

BLU) sudah harus berfikir dan berorientasi bisnis: mengembangkan pasar, meningkatkan pendapatan, meningkatkan kemandirian pembiayaan operasional, dan lain lain.

4. Keterbatasan jumlah SDM mengakibatkan terkendalanya pengembangan kapasitas kelembagaan di Baristand meskipun terbuka peluang untuk membangun Lembaga baru seperti Lembaga Sertifikasi Sistem Mutu dan Lembaga Halal.

5. Kondisi peralatan yang dimiliki sebagian besar sudah lama dan butuh biaya pemeliharaan yang relatif besar.

Faktor Eksternal Peluang

1. Semakin ketatnya aturan tentang standardisasi membuka ruang bagi LPK untuk menjadi lembaga yang memiliki kompetensi untuk menjadi rujukan. Sebagai contoh: diwajibkannya SNI minyak Goreng Sawit membuka peluang bagi Lembaga Sertifikasi Produk Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung untuk sebagai LS Pro yang ditunjuk oleh Pemerintah sehingga berpeluang menambah jumlah pelanggan. 2. Jumlah industri besar dan sedang di Lampung tercatat 466 perusahaan (tahun 2016)

sementara yang menjadi pelanggan Baristand Industri Bandar Lampung baru sekitar 130, masih banyak perusahaan yang bisa menjadi pelanggan baru pada layanan standardisasi dan sertifikasi.

3. Jumlah Industri Kecil dan Mikro di Provinsi Lampung tercatat 88.700 unit usaha (trahun 2016), membuka kesempatan besar bagi peneliti dan perekayasa untuk memasarkan hasil litbangyasa.

4. Terbatasnya jumlah Lembaga Inspeksi di Indonesia membuka kesempatan bagi Lembaga Inspeksi Teknis Baristand Industri Bandar Lampung (Balqis) untuk meraih lebih banyak pelanggan.

5. Berkembangnya isu Halal pada produk makanan jadi termasuk rumah makan, membuka peluang bagi Baristand untuk mendirikan Lembaga Halal.

6. Media sosial menjadi fenomena baru bagi generasi muda dan menjadi sarana/media promosi yang efektif

(42)

Ancaman

1. Hadirnya Laboratorium Uji milik Pemda Provinsi Lampung yang juga melakukan pelayanan jasa sebagai penentu dalam pengambilan keputusan kualitas lingkungan berdampak pada penurunan jumlah permintaan.

2. Target pasar Balai sejenis di bawah Kementerian Perindustrian menjangkau sampai Provinsi Lampung sehingga menjadi persaingan antar instansi sejenis.

3. Kehati-hatian Industri dalam penerapkan hasil litbang dan perekayasaan Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung menjadi hambatan para peneliti/ perekayasa penerapkan memasarkan hasil litbangyasa.

4. Pesatnya Teknologi berdampak pada kecanggihan peralatan, sementara Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar Lampung masih menggunakan peralatan lama dengan biaya pemeliharaan yang relatif tinggi dan butuh investasi besar untuk mengganti dengan peralatan baru.

Tabel 3.1. MATRIKS EVALUASI FAKTOR EKSTERNAL

FAKTOR EKSTERNAL KUNCI BOBOT PERINGKAT NILAI

TERTIMBANG PELUANG

Semakin ketatnya aturan tentang standardisasi

0,07 4 0,28

Banyaknya Jumlah industri besar dan sedang di Provinsi Lampung menjadi pelanggan baru penerapan

standardisasi dan sertifikasi

0,1 4 0,4

Jumlah Industri Kecil dan Mikro di Provinsi Lampung menjadi pasar baru untuk penerapan hasil litbangyasa

0,15 4 0,6

Terbatasnya jumlah Lembaga Inspeksi di Indonesia

0,09 4 0,36

Berkembangnya isu Halal pada produk makanan dan rumah makan

0,06 3 0,18

Media sosial menjadi fenomena baru sebagai media promosi

0,11 4 0,44

(43)

36 | R e n s t r a 2 0 2 0 - 2 0 2 4

FAKTOR EKSTERNAL KUNCI BOBOT PERINGKAT NILAI

TERTIMBANG ANCAMAN

Hadirnya Laboratorium Uji milik Pemda Provinsi sebagai penentu dalam pengambilan keputusan kualitas

lingkungan

0,2 3 0,6

Target pasar Balai sejenis di Provinsi Lampung

0,1 2 0,2

Kehati-hatian Industri dalam penerapkan hasil litbangyasa

0,05 2 0,1

Pesatnya Teknologi berdampak pada kecanggihan peralatan sementara Baristand masih menggunakan peralatan lama

0,07 3 0,21

Sub Total 0,42 1,11

TOTAL 3,37

Tabel 3.2. MATRIKS EVALUASI FAKTOR INTERNAL

FAKTOR INTERNAL KUNCI BOBOT PERINGKAT NILAI

TERTIMBANG KEKUATAN

Memiliki Lembaga Penilai Kesesuaian yang terakreditasi

0,2 4 0,8

Penguasaan teknologi di bidang

litbangyasa sudah cukup memadai untuk dikembangkan

0,1 3 0,3

Memiliki Laboratorium proses yang potensial untuk dikembangkan

0,05 3 0,15

Memiliki SDM yang potensial untuk dikembangkan

0,09 3 0,27

Pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum yang fleksibel

0,1 4 0,4

Sub Total 0,54 1,92

KELEMAHAN Kualitas layanan publik belum

sepenuhnya memenuhi standard pelayanan

0,2 2 0,4

Belum banyak mesin proses yang

lengkap dan memadai berskala mini plant yang menunjang kegiatan riset terapan

0,1 2 0,2

Paradigma ASN yang belum berorientasi bisnis

0,07 3 0,21

Kondisi peralatan yang dimiliki sebagian besar sudah lama dan butuh biaya

pemeliharaan yang relatif besar

0,09 3 0,27

Sub Total 0,46 1,08

Gambar

Tabel 1.1. Kegiatan Litbang tahun 2015-2019 dan Rencana Tindak Lanjutnya Balai Riset                    dan Standardisasi Industri Bandar Lampung
Tabel 1.2. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Laboratorium Penguji
Tabel 1.3. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Laboratorium Kalibrasi  NO  KELOMPOK PENGUKURAN  JENIS ALAT ATAU STANDARD  RENTANG UKUR
Tabel 1.4. Daftar Ruang Lingkup Akreditasi Lembaga Inspeksi Balqis  NO  BIDANG INSPEKSI  PRODUK YANG
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penurunan target sejak tahun 2015 disebabkan judul litbang tahun berjalan yang memenuhi kriteria sebagai litbang yang siap diterapkan dan litbang prioritas terbatas, sehingga

Saldo Alat Angkutan Darat Bermotor pada Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan - Tahun Anggaran 2017 Per 31 Desember 2017 sebesar Rp840.939.425,- (delapan ratus empat

Laporan Kinerja Balai Riset dan Standardisasi Industri Ambon merupakan pertanggung jawaban atas kinerja instansi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan

In borrowing, the phonological adaptation as the process showed the simplification process toward the derived kind of word formation results some change in sound both of

perubahan total volume tegakan tinggal tiap periode dapat dilihat pada gambar. 5.49 dan 5.59 dari grafik diketahui total volume tegakan tinggal dengan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan kasih karunia dari Tuhan Yesus sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh

mengajarnya, guru dapat mengetahui bagaimana ia harus memulainya, menyajikannya dan menutup pelajaran. a) Sub komponen pendahuluan, merupakan kegiatan awal dalam pembelajaran.

Dalam interim guidance (panduan sementara) dari WHO mengenai pencegahan infeksi dan penanganan jenazah covid-19, terdapat tujuh poin yang menjadi pertimbangan kunci: kasus